Anda di halaman 1dari 17

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

EVY LALANLANGI - 13B07032


HUSNIATI MUHYIRUNG - 13B07036
ERWIN NURDIANSYAH - 13B07039
(KELAS B)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014/2015

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG


A. Landasan Teori Model Pembelajaran Langsung
Pengembangan model pembelajaran langsung dilandasi oleh latar belakang
teoritik dan empirik tertentu, diantaranya adalah ide-ide dari bidang analisis
sistem, teori pemodelan sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang
keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya, yang selanjutnya dijelaskan
dalam uraian berikut
1. Analisis Sistem
Dalam sebuah proses pembelajaran sebagai suatu sistem, analisis
sistem menekankan pada bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan
ketrampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik ketrampilan
kompleks dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehingga dapat
diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie Briggs (1987) mengemukakan
pandangannya tentang hal ini: Pembelajaran yang dirancang secara
sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu.
Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa pendidikan akan
menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan
kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan
berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri tanpa
adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan
pandangan yang keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut
mereka, mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu oleh
karena satu dan lain hal menjadi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan
pribadi dan kehidupan masyarakat sekarang atau masa yang akan datang
(Roslindasari, 2013:5)
2. Teori Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang banyak memberikan sumbangannya pada model
pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial atau belajar melalui
observasi yang menurut Arend disebut teori pemodelan tingkah laku. Teori ini
dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari
Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku, lingkungan dan

kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi


dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking)
(Roslindasari, 2013 : 6).
3. Hasil penelitian tentang keefektifan guru.
Data

penunjang

empirik

yang

paling

jelas

terhadap

model

pembelajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang


dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stalling dan Kazkowitz (dalam Trianto, 2007:

32)

menunjukkan pentingnya waktu yang dialokasikan pada tugas (Time on task).


Penelitian

ini

juga

menyumbang

dukungan

empirik

penggunaan

pembelajaran langsung. Beberapa orang guru menggunakan metode-metode


yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain
menggunakan metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin
mengungkapkan, manakah di antara program-program itu yang dapat
berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Perilaku guru-guru
dalam 166 kelas yang diamati, siswa-siswa dites. Banyak hal yang dapat
diungkap pada penelitian itu, namun ada dua hal yang sangat menonjol, yaitu
alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan yang menggunakan metode
pembelajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan
yang tinggi daripada mereka yang menggunakan metode-metode informal
dan berpusat pada siswa.
Beberapa hasil penelitian tahun 1970-an, misalnya yang dilakukan
oleh Stalling dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa guru yang memiliki
kelas yang terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan
siswa (Time task ratios) yang lebih tinggi daripada guru yang menggunakan
pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap
guru-guru

yang

berhasil,

menunjukkan

bahwa

kebanyakan

mereka

menggunakan prosedur pembelajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000: 17,


dalam Trianto, 2009 :44).
B. Pengertian Model Pembelajaran Langsung
Istilah model pengajaran langsung sering disebut juga dengan model
pengajaran aktif (active teaching moddel), training model, mastery teaching,
dan explicit instruction (Arend 2001; Kardi& Nur, 2000 dalam Trianto, 2009)

Pembelajaran langsung menurut Arends (1997) adalah salah satu


pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses
belajar

siswa

yang

berkaitan

dengan

pengetahuan

deklaratif

dan

pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan


dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model
pembelajaran langsung ditunjukan pula untuk membantu siswa memepelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah (Trianto, 2009 : 41)
Menurut Santrock (2010: 472) pembelajaran langsung adalah
pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan
kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi
waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh
guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid. Fokus
pembelajaran langsung adalah aktivitas akademik; materi non-akademik
(seperti mainan, game dan teka-teki) cenderung tidak dipakai; interaksi
murid-guru (seperti percakapan atau perhatian tentang diri atau pribadi) juga
tidak begitu ditekankan.
Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model
pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat
melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa,
selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung memungkinkan
siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan
apa yang dimodelkan gurunya. model pengajaran langsung mengutamakan
pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan
keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang
lebih terstruktur.
Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut
bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
materi,

dan

menyampaikan

keterampilan

dasar

pengetahuan

yang
kepada

akan

diajarkan.
siswa,

struktur

Kemudian
memberikan

pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih


menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan
umpan balik.

C. Karakateristik Model Pembelajaran Langsung


Ada 3 ciri model pembelajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000, dalam Trianto,
2009 : 41) yaitu :
1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
Pada model pembelajaran langsung, guru menghendaki agar siswa
memperoleh pengetahuan deklaratif dan procedural, agar mereka dapat
melakukan segala sesuatu dengan berhasil
2. Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada

model

pembelajaran

langsung,

guru

secara

langsung

menyampaikan pelajaran kepada siswa. Sintaks model pembelajaran


langsung disajikan dalam tabel berikut
Fase
Fase I
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Fase 2
Mendemostrasikan
pengetahuan dan
keterampilan
Fase 3
Membimbing pelatihan
Fase 4
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjut dan
penerapan

Peran Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan
siswa untuk belajar
Guru mendemonstrasikan keterampilan
dengan

benar,

atau

menyajikan

informasi tahap demi tahap


Guru

merencanakan

dan

memberi

bimbingan pelatihan awal


Mengecek apakah siswa telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi
umpan balik.
Guru
mempersiapkan

kesempatan

melakukan pelatihan lanjutan, dengan


perhatian
kepada

khusus
situasi

pada

lebih

penerapan

kompleks

dan

kehidupan sehari-hari.
3. Sistem pengelolaan dan

lingkungan

belajar

yang mendukung

belangsung dan berhasilnya pengajaran


Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati dari pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi diefinisikan secara
seksama dandemonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan
dilaksanakan secara seksama (Trianto, 2009).

Menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2009:44) meskipun tujuan


pembelajaran dapat direncanakan oleh guru dan siswa, model ini tetap
berpusat pada guru. Sisitem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Ini tidak berarti
bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti
bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi
agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Ciri

khusus

pelaksanaannya.

model
Berikut

pembelajaran
uraian

langsung

pelaksanaan

tercermin

model

dalam

pembelajaran

langsung :
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan
Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang
spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi
evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kerja yang diharapkan
(kriteria keberhasilan) (Trianto, 2009:46)
b. Memilih isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya
materi ajar, disarankan agar memilih materi ajar mengacu pada GBPP
kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu (Trianto, 2009:46)
c. Melakukan analisis tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk
mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikatnya dari suatu
keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang
akan diajarkan oleh guru (Trianto, 2009:47)
d. Merencanakan waktu dan ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru (Trianto, 2009:47), yaitu:
Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat

dan kemampuan siswa


Memotifasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya
dengan perhatian yang optimal

e. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas


Dikarenakan

model

pembelajaran

langsung

(direct

instruction)

membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang


melakukan presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas
juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi

tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa


mudah mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru
sebaiknya berada pada posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang
lebih tinggi, yang dapat dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap
arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan untuk
penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Pengajaran Langsung
Berikut ini tahapan pembelajaran langsung menurut Kardi dan Nur
(2000), dalam Trianto (2009 : 48) :
a. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa
Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini
juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang lain, karena
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti
pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap
guru.
Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran
langsung (direct instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa
menjadi terpusat pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga
mereka selanjutnya akan memiliki motivasi belajar yang baik dalam
mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model
pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran;
dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.
1) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai

siswa

selama

atau

setelah

mengikuti

suatu

kegiatan

pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas


dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa mereka
harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja
membantu siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari
kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.
2) Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran
Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus
dilakukan

guru

adalah

menarik

perhatian

siswa.

Guru

harus

memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap mengikuti

kegiatan

pembelajaran.

Mempersiapkan

siswa

untuk

mengikuti

pembelajaran penting sebab :


a) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah
mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di
dalam sistem memori jangka panjang (long-term memory), dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran
masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak
mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar
nantinya.
c) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru. Cara untuk
mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan
baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk
melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model
pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru,
akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan
siswa.
b. Mempresentasikan

dan

Mendemontrasikan

Pengetahuan

atau

Keterampilan
Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model
pembelajaran langsung (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan
teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks
model

pembelajaran

langsung

ini

(mempresentasikan

dan

mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang


sangat krusial.
1)

Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas


Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas,

maka dampaknya sangat besar terhadap proses pembelajaran pada siswa.


Penelitian telah banyak membuktikan hal ini. Biasanya, kemampuan
memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh
bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan
mempresentasikan informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan
sebuah keterampilan, maka ini dapat dipelajari dan dilatihkan oleh seorang

guru muda (pemula) yang belum berpengalaman. Syarat yang harus dimiliki
oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian
informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi dengan
baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan
disajikan.
Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan
dan persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat
digunakan agar sukses melakukan presentasi:
a) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.
Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas.
Buat fokus pada sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu
berhati-hati saat presentasi agar tidak menyimpang dari pokok
pembicaraan (presentasi).
b)

Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)


Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan
secara logis. Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan
presentasi sangat kompleks.

c)

Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan


Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang
beragam, yang mudah dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan
untuk poin-poin sulit.

d)

Cek pemahaman siswa


Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan
siswa telah paham langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar
siswa juga dapat memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila
perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

2)

Mendemontrasikan Keterampilan
Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model

pembelajaran langsung yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori


Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori belajar pemodelan tingkah laku
adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui proses mengamati

orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat


mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari
bahaya. Pebelajar tidak perlu melakukan trial and error (coba-coba dan
gagal). Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka
guru perlu memperhatikan 2 hal berikut: (1) melakukan demonstrasi
keterampilan

dengan

benar;

dan

(2)

berlatih

sebelum

melakukan

demonstrasi.
a) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar
Agar implementasi model pengajaran langsung (direct instruction)
berhasil dilakukan guru harus mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar (akurat). Melakukan demonstrasi secara akurat bukan hal yang mudah.
Untuk itu perlu diperhatikan tahapan-tahapan (komponen-komponen bagian)
keterampilan secara urut dan logis. Ini dapat dilakukan dengan analisis tugas
(task analyisis) saat guru merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan
yang rumit atau kompleks.
b) berlatih sebelum melakukan demonstrasi
Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu
keterampilan akan membuat pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus
dilakukan oleh guru agar ia dapat yakin saat mendemonstrasikan
keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin sulit dan kompleks suatu
keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah banyak penelitian
membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan kompleks
dengan baik dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan
demonstrasi.
c. Membimbing Pelatihan
Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction)
adalah membimbing pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing
kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa
harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan
adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4
(empat) prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing
untuk siswanya, yaitu: (1) latihan singkat tapi utuh; (2) keterampilan harus
benar-benar dikuasai; (3) hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan

berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice);


dan (4) perhatikan tahap awal latihan.
1)

Latihan Singkat Tapi Utuh


Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan.

Keterampilan yang sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara


disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan tetapi tetap utuh.
2) Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai
Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan
prasyarat. Misalnya, ketika siswa belajar menggunakan mikroskop untuk
melakukan pengamatan objek-objek berukuran kecil, mereka terlebih dahulu
harus

menguasai

sub

keterampilan

bagaimana

memfokuskan

lensa

mikroskop. Siswa tidak akan dapat melakukan pengamatan dengan


mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan
yang merupakan prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus
dilatihkan hingga benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja
guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.
3)

Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi


(Distributed Practice)
Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali

kegiatan pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai


sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diperlukan latihan berkelanjutan (massed
practice)

dan

latihan

terdistribusi

(distributed

practice).

Misalnya,

keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan pada kegiatankegiatan belajar selanjutnya di sepanjang semester atau tahun pembelajaran.
Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka dengan
meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke
dalam

segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu

keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang,


maka siswa akan bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.
4)

Tahap Awal Latihan Sangat Penting


Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada

tahap-tahap awal. Ini sangat penting karena siswa mungkin melakukannya


tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi

masih di tahap awal, supaya lebih mudah terkoreksi. Analoginya, lebih mudah
meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan batang bambu
yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi begitu
terotomatisasi, maka akan lebih mudah memperbaikinya.
d. Mengecek Pemahaman dan Umpan Balik
Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat
penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction). Pelatihan tidak
akan efektif tanpa umpan balik dari siswa. Guru harus menunjukkan di bagian
mana

kekeliruan

itu,

lalu

mendemonstrasikan

kembali

bagaimana

seharusnya keterampilan itu dilakukan. Selain itu guru juga harus


memberikan

umpan

balik

positif,

sehingga

kemampuan

melakukan

keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa. Pengecekan


pemahaman dapat

dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-

pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman


mereka

sendiri

sehingga

guru

dapat

mengetahui

hasil

presentasi

pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.


e. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan
Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung
adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada
siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh
guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui
pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan
keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga
dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang
telah diberikan oleh guru di kelas. Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan
bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (1) PR
bukan lanjutan proses pembelajaran; (2) memberi informasi kepada orang
tua siswa; dan (3) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.
(1) PR bukan lanjutan proses pembelajaran
Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses
pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR adalah latihan lanjutan, atau dapat
juga difungsikan sebagai sarana untuk mempersiapkan siswa mengikuti
pembelajaran berikutnya.

(2) Keterlibatan Orang Tua Siswa


Orang tua sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat
dalam PR yang diberikan oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang
tua membantu menjawabkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit ataukah
hanya

sekedar

memberikan

lingkungan

belajar

yang

kondusif

dan

memotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan PR yang diberikan.


(3) Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan
Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek
apakah siswa mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betulbetul menelaahnya dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana
kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek
apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa
akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan
(yang penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas,
dan

semuanya

menjadi

beres.

Hasil

telaah

penting

untuk

bahan

pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.


3. Strategi Pembelajaran Modeling
Salah satu cirri pembelajaran langsug adalah diterapkannya strateg
modeling. Langkah modeling menurut Bandura (Trianto, 2009:54) adalah

Fase Atensi, (1) Guru sebagai model memberi contoh kegiatan tertentu
(demonstrasi) di depan siswa sesuai dengan skenario yang telah
disepakati. Peserta didik melakukan observasi terhadap keterampilan guru
dalam melakukan kegiatan tersebut meggunakan lembar observasi yang
telah disediakan; (2) Guru bersama peserta didik mendiskusikan hasil
pengamatan yang dilakukan. Tujuan diskusi ini adalah untuk mencari
kekurangan dan kesulitan peserta didik dalam mengamati langkah-langkah
kegiatan yang disampaikan oleh guru dan untuk melatih peserta didik

dalam menggunakan lembar observasi.


Fase Retensi,diisi dengan kegaiatan guru menjelaskan struktur langkahlangkah kegiatannya (demonstrasi) yang telah diamati oleh peserta didik,
untuk menunjukkan langkah-langkah tertentu yang telah disajikan.

Fase Produksi, pada fase ini peserta didik ditugasi untuk menyiapkan
langkah-langkah

kegiatannya

(demonstrasi)

sendiri

sesuai

dengan

langkah-langkah yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda.


Selanjutnya, hasil kegiatan disajikan dalam bentuk diskusi kelas yang
dilakukan secara bergiliran. Guru dan peserta diskusi akan memberikan
refleksi pada saat diskusi sesudah KBM berlangsung. Hal ini dilakukan

bergantian terhadap kelompok yang lain.


Fase Motivasi, berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan
diskusi. Pada saat diskusi kelompok lain diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil pengamatannya. Di akhir, guru dan peserta didik akan
menyimpulkan hasil kegiatan serta overview untuk memberikan justifikasi

hasil kegiatan yang telah dilakukan.


D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan (Ekahariani,
2012) sebagai berikut:
1. Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan

informasi

yang

diterima

oleh

siswa

sehingga

dapat

mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.


2. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan

kepada

siswa

yang berprestasi

rendah

sekalipun.
3. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam
bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana
suatu pengetahuan dihasilkan.
4. Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan
(melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi),
sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
5. Model

pengajaran

langsung

dapat

memberikan

mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.

tantangan

untuk

6. Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas


besar maupun kelas yang kecil.
7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
8. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
9. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
10. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
11. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
12. Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butirbutir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
13. Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.
Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan sebagai
berikut (Ekahariani, 2012):
1. Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan
pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam persiapan,
pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2. Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi
guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan
menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula.
3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model
pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
4. Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan
membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua

informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung
jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.
5. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa.
Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga
sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
Ekahariani.
2012.
Model
Pembelajaran
Langsung.
http://ekahariani.wordpress.com/2012/01/02/model-pembelajaranlangsung/. Diakses 22 Maret 2014
Roslindasari.
2013.
Model
Pembelajaran
Langsung.
http://www.slideshare.net/RoseLind1/model-pembelajaran-langsung.
Diakses 22 Maret 2014
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
group
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media group

Anda mungkin juga menyukai