Implementasi Remunerasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Sekjen Kemenkumham RI
Implementasi Remunerasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Sekjen Kemenkumham RI
yang
dihadapi
oleh
negara,
telah
terjadi
pula
perkembangan
governance)dengan
upaya-upaya
meningkatkan
transparansi
dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, karena itu perlu ada rangka pemerintahan
yang kuat.
Reformasi birokrasi salah satu cara yang tepat untuk membangun kepercayaan
rakyat. Reformasi birokrasi ialah suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem
yang tujuannya mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang
sudah lama. Reformasi birokrasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses
dan prosedur, namun juga terkait perubahan pada tingkat struktur dan sikap serta
tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan permasalahan yang bersinggungan
dengan authority atau formal power (kekuasaan).
Dengan perkembangan politik dan demokrasi dewasa ini telah banyak melahirkan
tantangan-tantangan
yang
semakin
besar,
khususnya
bagi
lembaga-lembaga
pemerintahan. Setiap lembaga pemerintah dituntut untuk mendefinisikan visi, misi, dan
perannya sebagai lembaga publik agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik
bagi masyarakat.
Hal tersebut mengakibatkan adanya tuntutan atas perubahan internal birokrasi
tersebut, menuju terwujudnya pemerintahan yang menjamin kepastian hukum,
keterbukaan, profesional dan akuntabel sesuai dengan prinsip good governance.
Prinsip tersebut memberikan pengaruh kuat dalam pemerintahan Indonesia, yaitu
menuntut adanya perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahan. Di samping itu,
juga perlu adanya peningkatan sumber daya manusia aparatur yang mampu
sumber
daya
manusia
yang
strategis
terhadap
ketrampilan,
motivasi,
rendahnya
oleh PNSdiindikasikan
gaji
sebagai
yang
diterima.
salah
satu
Minimnya
penyebab
gaji
yang
belum
diterima
tercapainya
kesejahteraan PNS secara layak dan merata. Berbagai sorotan dilontarkan terhadap
gaji PNS, mulai dari keluhanPNS sendiri, sampai dengan akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh masih kecinya kesejahteraan yang diterima PNS.
Bagi suatu organisasi, gaji merupakan salah satu pengeluaran atau biaya untuk
penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu, sistem balas jasa dapat dilihat sebagai
suatu sistem yang berada pada hubungan timbal balik antara organisasi dengan
pegawai. Selain itu, organisasi selalu mengaitkan antara balas jasa dengan kuantitas,
kualitas dan manfaat balas jasa / gaji yang dipersembahkan pegawai kepada organisasi
yang akan mempengaruhi pencapaian organisasi, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kelangsungan organisasi. Dari sisi pegawai, balas jasa dilihat sebagai
sarana pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya, terutama hidup sehari-hari.
Sistem penggajian merupakan bagian dari sistem remunerasi dan merupakan salah
satu implementasi atau penerapan hasil dari manajemen kinerja. Remunerasi sendiri
memiliki pengertian sebagai setiap bentuk imbalan (reward) yang diterima pegawai
sebagai akibat dari kinerja-kinerja tugas dalam organisasi, termasuk diantaranya
hadiah, penghargaan atau promosi jabatan. Kinerja sendiri tidak dapat dicapai secara
optimal apabila remunerasi diberikan tidak secara proposional (Ivancevich:2001, h.286287). Pendekatan melalui pengembangan remunerasi ini dikenal sebagai cara yang
efektif untuk mengurangi biaya dan menambah produktifitas pegawai.
Kenaikan gaji hanya akan efektif jika dilaksanakan bersamaan dengan penerapan
manajemen kepegawaian yang berorientasi pada kinerja, sehingga ada kejelasan
tentang apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing pegawai, serta
ukuran/target kinerja yang bagaimana yang harus dicapai, dengan demikian setiap
pegawai memahami bahwa untuk mendapatkan imbalan tertentu harus mencapai
kinerja tertentu pula.
kolusi
dan
nepotisme
di
lingkungan
pemerintahan,
karena good
governance erat kaitannya dengan moral individu. Buruknya kualitas pelayanan publik
juga ditunjukkan pada beberapa jenis layanan publik masih ditemukan adanya praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kondisi ini terjadi karena adanya beberapa
situasi yang mempengaruhi aparat pemerintahan melakukan KKN. Di satu sisi aparat
pemerintahan memiliki tingkat penghasilan yang rendah dan di sisi yang lain
dihadapkan dengan tingkat kebutuhan yang tinggi. Hal ini mendorong aparat
pemerintahan untuk melakukan KKN guna memenuhi kebutuhannya. Pada awalnya
perilaku ini merupakan upaya darurat untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tercukupi.
Tetapi pada tahap selanjutnya berkembang menjadi perilaku dan budaya dari aparat
pemerintahan.
Aparat pemerintahan melakukan korupsi secara terbuka misalnya dengan meminta
"uang administrasi atau uang rokok" dari warga masyarakat yang memerlukan
pelayanan. Perilaku korupsi ini diterima di masyarakat sebagai suatu hal yang normal
dan wajar karena gaji pegawai negeri sipil yang tidak mencukupi (Prasojo, 2006, h.298).
KKN merupakan ciri yang menonjol pada birokrasi yang buruk saat ini terutama di
Indonesia. Hampir
setiap
hari
media
massa
baik
elektronik
maupun
cetak
memberitakan kasus korupsi yang dilakukan oleh para aparat pemerintahan. Korupsi
dilakukan secara berjamaah dari mulai level pegawai terendah sampai dengan pegawai
level tertinggi di setiap unit pemerintah. Akhir-akhir ini tidak jarang terlihat pejabatpejabat tinggi tertangkap tangan sedang melakukan KKN. Beberapa diantaranya sudah
dijatuhi hukuman penjara, sedang sebagian yang lainnya masih dalam proses. Korupsi
dalam pelayanan publik sudah menjadi praktek sehari-hari di Indonesia dan bahkan
sudah terlembaga yang melibatkan semua pihak yang terkait yang saling menjaga
rahasia dan saling melindungi (Prasojo, 2006, h.298).
Menurut Adiningsih (2007,h.83), persoalan korupsi adalah masalah struktural dan
berhubungan dengan sistem birokrasi. Sikap korup timbul karena gaji yang masih
rendah, adanya iming-iming uang yang ditawarkan dalam jumlah yang besar kepada
aparat, dan posisi kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan. Faktor kebutuhan hidup
(http://www.antara.co.id).
Dengan dasar seperti itu, maka remunerasi yang diterima oleh pegawai akan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara adil dan layak. Di dalam penelitian ini, hanya
difokuskan pada sitem remunerasi Pegawai Negeri Sipil tanpa dikaitkan dengan
masalah korupsi, kolusi dan nepotisme karena masalah tersebut memerlukan penelitian
khusus.
Pada tataran normatif gaji Pegawai Negeri Sipil tercantum di dalam UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian yang mengemukakan bahwa struktur
gaji Pegawai Negeri Sipil yang harus dipenuhi adalah struktur gaji yang adil dan layak.
Gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji Pegawai Negeri Sipil harus mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Pengaturan gaji Pegawai Negeri
Sipil yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan, baik antara
Pegawai Negeri Sipil maupun antara Pegawai Negeri Sipil dengan swasta. Sedangkan
gaji yang layak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok. Selain
itu,
gaji
yang
diterima
oleh
Pegawai
Negeri
Sipil
harus
mampu
memacu
kesejahteraan yang layak dari pegawai itu sendiri. Perubahan dan pembaharuan
tersebut dilaksanakan untuk menghapus kesan pemerintahan yang selama ini dinilai
buruk. Antara lain ditandai oleh indikator:
1. Buruknya kualitas pelayanan publik (lambat, tidak ada kepastian aturan/hukum,
berbelit belit, arogan, minta dilayani, dsb.)
2. Sarat dengan perilaku KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)
3. Rendahnya kualitas disiplin dan etos kerja aparatur negara.
4. Kuaiitas.manajemen pemerintahan yang tidak produktif, tidak efektif dan tidak efisien.
5. Kualitas pelayanan publik yang tidak akuntabel dan tidak transparan.
Dilihat pada kenyataan yang terjadi, sistem penggajian Pegawai Negeri Sipil pada
Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia belum mendukung
tercapainya perubahan yang relatif signifikan terhadap kinerja, produktifitas dan
peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Hal ini ditunjukkan dengan pemberian
gaji yang sama, baik bagi pegawai berkinerja tinggi maupun pegawai berkinerja rendah.
Penerapan gaji belum didasarkan pada beban kerja yang harus ditanggung oleh
masing-masing pegawai. Selain itu tidak adanya sanksi terhadap pegawai yang
berkinerja rendah, mereka memiliki hak yang sama, sehingga mengakibatkan belum
profesionalnya kinerja Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat Jenderal Kementerian
Hukum
1.
2.
3.
o
o
4.
dan
Hak
Asasi
Manusia.
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
Gaji tidak dikaitkan dengan kompetensi dan prestasi, namun didasarkan pada
pangkat dan masa kerja.
o
Jarak antara gaji terendah dan gaji tertinggi terlalu pendek, sehingga kenaikkan
pangkat hanya diikuti dengan kenaikan penghasilan dalam jumlah yang tidak berarti.
5. Sistem pensiun yang kurang menjamin kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil setelah
memasuki masa pensiun.
Dalam rangka memperhatikan secara lebih intensif mengenai remunerasi yang
berorientasi kinerja, sehingga dapat mendorong produktifitas Pegawai Negeri Sipil,
maka penulis
merasa penting
untuk
melakukan
penelitian
yang
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah untuk
dapat menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis bagaimana implementasi remunerasi terhadap kinerja
pegawai pada Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI; dan
2. Mengetahui dan menganalisis faktor apasajakah yang mempengaruhi implementasi
remunerasi di Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI.
D. Kontribusi penelitian
1. Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini terutama diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
menganalisis penerapan sistem remunerasi pegawai yang adil dan layak. Secara
khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
meninjau kembali mengenai sistem remunerasi pegawai sehingga dapat memberikan
reward yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pegawai. Selain itu
juga diharapkan dapat memberikan masukan, dan pemikiran yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu administrasi publik.
2. Kontribusi Praktis
a. Bagi peneliti
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan diperoleh sehingga dapat menambah
wawasan dalam berpikir praktis.
b. Bagi instansi terkait
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan yang
bermanfaat
bagi
instansi
terkait,
serta dapat
memberikan
kontribusi
dalam
penyempurnaan sistem remunerasi Pegawai Negeri Sipil yang berdasarkan beban kerja
dan kinerja pegawai, sehingga mencerminkan keadilan baik secara internal maupun
eksternal. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbaiki sistem remunerasi yang terdapat di lingkungan
Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI. Perbaikan yang dimaksud disini
adalah upaya strategis yang dapat dilakukan secara internal lembaga pemerintah.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai informasi pembanding bagi peneliti lain yang membahas tentang remunerasi
yang dilaksanakan Sekretariat Jenderal Kementerian Hukum dan HAM RI, sehingga
menjadi lebih baik pada masa mendatang. Dan digunakan sebagai bahan masukan
untuk peneliti-peneliti selanjutnya dengan tema yang sama.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam penulisan ini serta mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dibahas dalam setiap bab, maka
BAB I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tinjauan pustaka tentang Implementasi
Remunerasi terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil yang memuat tentang remunerasi,
pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, serta pengertian,
pengelompokkan dan kedudukan PNS.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana penelitian untuk
skripsi ini dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif, yang pada garis besarnya memuat tentang jenis penelitian, fokus penelitian,
lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrument
penelitian serta analisi data.
BAB IV
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari penulis. Kesimpulan
berisi tentang garis besar dari pembahasan yang akan menjawab permasalahan yang
sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan saran merupakan rekomendasi dari
penulis tentang penelitian yang telah dilakukan sebagai studi lanjutan dan kebijakankebijakan yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pemerintah mengenai Remunerasi
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan dan RB) akan membuat program penilaian kinerja untuk setiap aparatur
negara. Hasil penilaian ini akan berdampak pada remunerasi. Reformasi birokrasi
mendorong agar adanya percepatan perubahan perbaikan kinerja aparatur pemerintah.
Aparatur pemerintah sebagai alat pemerintah yang dituntut agar bekerja lebih
profesional, bermoral, bersih dan beretika dalam mendukung reformasi birokrasi dan
menunjang
kelancaran
tugas
pemerintah
dan
pembangunan
(dalam
Effendi,
2009,h.186).
1.
pemerintah
pada
tataran
untuk
mewujudkan clean
pelaksanaannya,
Perubahan
and
good
governance.
dan
pembaharuan
yang
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa
tersebut tidak mungkin akan dapat dilaksanakan dengan baik (efektif) tanpa
kesejahteraan yang layak dari pegawai yang melaksanakannya. Perubahan dan
pembaharuan tersebut dilaksanakan untuk menghapus kesan Pemerintahan yang
selama ini dinilai buruk. Antara lain ditandai oleh indikator:
a)
Buruknya kualitas pelayanan publik (lambat, tidak ada kepastian aturan/hukum, berbelit
belit, arogan, minta dilayani atau feodal style, dsb);
b)
c)
d)
Kualitas.manajemen pemerintahan yang tidak produktif, tidak efektif dan tidak efisien;
e)
2.
diharapkan akan mempunyai daya tangkal (imunitas) yang maksimal terhadap rayuan
atau iming-iming materi (kolusi).
3.
diperuntukan
bagi
seluruh
Pegawai
negeri
di
seluruh
lembaga
Prioritas pertama adalah seluruh Instansi Rumpun Penegak Hukum, rumpun pengelola
Keuangan Negara, rumpun Pemeriksa dan Pengawas Keuangan Negara serta
Lembaga Penertiban Aparatur Negara.
b)
c)
4.
a)
UU No 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
KKN.
b)
UU No.43 tahun 1999 tentang perubahan atas UU No.8 tahun 1974 tentang pokokpokok kepegawaian. Yang salah satu substansinya menyatakan bahwa setiap pegawai
negeri berhak memperoleh gaji yang adil & layak sesuai dengan beban pekerjaan &
tanggung jawabnya. ( Pasal 7, UU No.43 tahun 1999)
c)
d)
e)
Konvensi ILO No. 100; Diratifikasi pada tahun 1999, bunyinya Equal remuneration for
jobs of equal value (Pekerjaan yang sama nilai atau bobotnya harus mendapat imbalan
yang sama).
Sedangkan yang menjadi payung hukum pemberian remunerasi di Kementerian
Hukum dan HAM RI adalah Peraturan Presiden No. 40 tahun 2011 tentang Tunjangan
Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Dalam Peraturan tersebut juga dicantumkan nominal tunjangan kinerja berdasarkan
kelas jabatannya (Job Class) masing-masing.
Mengenai pelaksanaan pemberian remunerasi telah tercantum dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-18 KU.01.01. tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan
HAM RI.
Yang perlu diperhatikan dalam pemberian remunerasi di Kementerian Hukum dan
HAM RI, tertera dalam bab 2 mengenai komponen penentu besaran tunjangan kinerja
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-18 KU.01.01.
tahun 2011.
Dalam pasal 3 menyebutkan bahwa tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 diberikan berdasarkan 3 komponen, yaitu:
a) Target kinerja yang dihitung menurut kategori dari nilai capaian Standar Kinerja
Pegawai (SKP);
b) Kehadiran menurut hari dan jam kerja di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI
serta cuti yang dilaksanakan oleh pegawai; dan
c) Ketaatan pada kode etik dan disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Sedangkan dalam pasal 4 disebutkan bahwa :
1) Tunjangan kinerja dibayarkan secara proporsional berdasarkan kategori dan nilai
capaian SKP;
2) Ketentuan mengenai kategori dan nilai capaian SKP sebagaiamana dimaksud dalam
pasal 3 huruf a serta penerapannya diatur dalam Peraturan Menteri.
Besaran tunjangan kinerja yang akan diterima tidak mutlak sama dengan besaran
yang ditetapkan sesuai grade karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnyajumlah
kehadiran (telah diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-18
KU.01.01. tahun 2011). Selain itu di masa yang akan datang, besaran tunjangan
kinerja bisa naik atau juga bisa turun, tergantung dari hasil penilaian Tim Evaluasi
Independen.
5.
a)
Analisa jabatan
b)
c)
d)
e)
f)
Pengusulan peringkat dan harga jabatan kepada Presiden (oleh Meneg PAN)
6.
1.
Pengertian MSDM
Manajemen Sumber Daya Manusia atau sering disebut Personnel Management,
Manajemen Kepegawaian atau Manajemen Personalia adalah beberapa istilah yang
sama artinya, merupakan anak atau cabang dari manajemen.
Sering diungkapkan Manajemen sebagai memperoleh hasil melalui orang lain,
dan karena Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu cabangnya,
maka iapun mempunyai sasaran yang sama dengan manajemen, dengan tekanan
utama terpeliharanyahuman relationship yang baik antar-individu dan bahwa setiap
individu berusaha memberi kontribusinya yang optimal dalam pencapaian tujuan
organisasi.
Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana
mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien
dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan,
karyawan dan masyarakat menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan
adalah manusia bukan mesin dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis. Kajian MSDM
menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dan lain-lain.[3]
Unsur MSDM adalah manusia. Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan
implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier,
evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber
daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung
sumber daya manusianya.
pengarahan
dan
pengawasan
dari
pengadaan,
pemberian
Pendapat lain oleh Malayu S.P Hasibuan (2006, h.10) bahwa : MSDM adalah
ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dr. H. Achmad
S. Ruky (2006, h.20) mengungkapkan bahwa :
MSDM adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan
peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur MSDM adalah manusia yang
merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari
MSDM ini hanyalah yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia saja.
Dengan demikian Manajemen Sumber Daya Manusia atau manajemen
kepegawaian dapat didefinisikan sebagai pengelolaan organisasional baik individu
maupun kolektif terhadap aset manusia untuk memberikan kontribusi optimal dalam
mencapai sasaran organisasi atau dengan kata lain berhubungan dengan masalahmasalah kepegawaian dalam suatu organisasi.
2.
a.
b.
c.
d.
Fungsi-fungsi MSDM
Menurut Cherrington(1995,h.11), fungsi-fungsi sumber daya manusia terdiri dari:
a. Staffng/Employment
Fungsi ini terdiri dari tiga aktivitas penting, yaitu perencanaan,
penarikan, dan seleksi sumber daya manusia. Sebenamya para manajer bertanggung
jawab untuk mengantisispasi kebutuhan sumber daya manusia. Dengan semakin
berkembangnya perusahaan, para manajer menjadi lebih tergantung pada manajemen
sumber daya manusia untuk mengumpulkan informasi mengenai komposisi dan
keterampilan tenaga kerja saat ini.
Dalam proses seleksi, manajemen sumber daya manusia melakukan
penyaringan melalui wawancara, tes, dan menyelidiki latar belakang pelamar. Tanggung
jawab manajemen sumber daya manusia untuk pengadaan tenaga kerja ini semakin
meningkat dengan adanya hukum tentang kesempatan kerja yang sama dan berbagai
syarat yang diperlukan perusahaan.
b. Performance Evaluation
Penilaian kinerja sumber daya manusia merupakan tanggung jawab
manajemen sumber daya manusia dan para manajer. Para manajer mempunyai
tanggung jawab utama untuk mengevaluasi bawahannya dan manajemen sumber daya
manusia bertanggung jawab untuk mengembangkan bentuk penilaian kinerja yang
efektif dan memastikan bahwa penilaian kinerja tersebut dilakukan oleh seluruh bagian
perusahaan.
Manajemen sumber daya rnanusia juga perlu melakukan pelatihan
terhadap para manajer tentang bagaimana membuat standar kinerja yang baik dan
membuat penilaian kinerja yang akurat.
c. Compensation
Dalam hal kompensasi/reward dibutuhkan suatu koordinasi yang baik
antara manajemen sumber daya manusia dengan para manajer. Para manajer
bertanggung jawab dalam hal kenaikan gaji, sedangkan manajemen sumber daya
manusia bertanggung jawab untuk mengembangkan struktur gaji yang baik. Sistem
kompensasi yang memerlukan keseimbangan antara pembayaran dan manfaat yang
diberikan kepada tenaga kerja. Pembayaran meliputi gaji, bonus, insentif, dan
pembagian keuntungan yang diterima oleh karyawan. Manfaat meliputi asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, cuti, dan sebagainya. Manajemen sumber daya manusia
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kompensasi yang diberikan bersifat
kompetitif diantara perusahaan yang sejenis, adil, sesuai. dengan hukum yang berlaku
(misalnya:UMR), dan memberikan motivasi.