Anda di halaman 1dari 13

Standarisasi Ekstrak Herbal (1)

Pembuatan Simplisia
Sediaan obat tradisional atau herbal dibuat dari simplisia tanaman atau bagian dari hewan,
atau mineral dalam keadaan segar atau telah dikeringkan dan diawetkan. Agar sediaan obat
tradisional atau herbal tersebut dapat dipakai dengan aman, terjaga keseragaman mutu dan
kadar kandungan senyawa aktifnya, maka diperlukan standardisasi. Sebelum melalui tahap
standardisasi sediaan, maka diperlukan standardisasi bahan baku simplisia, yang meliputi :
1. Bahan baku simplisia
Dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tumbuhan budidaya
1. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
2.
a.

Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 1985).

Pengumpulan Bahan Baku

Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan
atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan
tempat tumbuh (Depkes RI, 1985).
b. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan bahan asing lainnya dari
bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang akan
mempengaruhi hasil akhir. Sortasi terdiri dari dua cara, yaitu:
1. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya setelah
dilakukan pencucian dan perajangan.
1. Sortasi kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada
simplisia kering (Depkes RI, 1985).
c.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan
memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam.

Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven. Bahan simplisia dapat
dikeringkan pada suhu 30oC 90oC (Depkes RI, 1985).
d.

Pengemasan dan Penyimpanan

Pengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi
simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan.Sedangka penyimpanan simplisia
sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan
terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.
Standardisasi Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan
sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral.
nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau
zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjamin
keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi
persyaratan minimal untuk standardisasi simplisia. Standardisasi simplisia mengacu pada tiga
konsep antara lain sebagai berikut:

Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum (nonspesifik)
suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan
(wadah, penyimpanan, distribusi)

Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi QualitySafety-Efficacy

Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon
biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan (Depkes RI, 1985).

Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standardisasi suatu
simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik.
Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia
sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman.
Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:
1. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan
mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan
indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk
dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik

dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan


keaslian simplisia.
1. Parameter non spesifik
Parameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh
pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri,
penetapan susut pengeringan.
1. Parameter spesifik
Parameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia.Uji kandungan
kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia.
Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 1985).
Standardisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian
parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang
diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan
senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian
per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar
senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara
mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
1.

Parameter Non Spesifik

a)

Susut Pengeringan

Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur
105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal
khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik)
identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara
terbuka (Depkes RI, 2000).
b)

Bobot Jenis

Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi


ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta
jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).
c)

Kadar air

Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap
dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan
air dalam bahan (Depkes RI, 2000).
d)

Kadar abu

Parameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar
hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisa
pemijaran (Depkes RI, 2000).
2.

Parameter Spesifik

a)

Identitas

Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


Deskripsi tata nama:
1. Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)
2. Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
3. Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)
4. Nama Indonesia tumbuhan
Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk
spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuan tertentu
untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes
RI, 2000).
b)

Organoleptik

Parameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa


menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif
mungkin (Depkes RI, 2000).
c)

Kadar sari

Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam
sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat
tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat
dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes
RI,1995).
d) Pola kromatogram
Pola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen
kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku
yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).

SIMPLISIA

1. PENGERTIAN SIMPLISIA
Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat alam
yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Pengertian
simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan alami yang digunakan untuk obat
dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri
Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan
(Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral

yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda organic asing yang
disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini :
A. Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman yang disebut
dalam paparan makroskopik, atau bagian sedemikian nilai batasnya disebut monografi.
B. Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan, kotoran hewan, batu
tanah atau pengotor lainnya.
Kecuali yang dinyatakan lain, yang dimaksudkan dengan benda asing pada simplisia
nabati adalah benda asing yang berasal dari tanaman. Simplisia nabati harus bebas serangga,
fragme hewan, atau kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh
mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya; pada
perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air
, sari yang larut dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang
belum ditetapkan susut pengeringannya.
Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang mudah
menguap termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan
pada suhu 150o hingga bobot tetap.
Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka dilakukan pemeriksaan mutu
simplisia yang bertujuan agar diperpoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang
ditetapkan oleh Depkes RI dalam buku resmi seperti materi medika Indonesia, Farmakope
Indonesia, dan ekstra Farmakope Indonesia.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU


SIMPLISIA
Faktor faktor yang mempengaruhi mutu simplisia :
1. Bahan baku dan penyimpanan bahan baku
2. Proses pembuatan simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

1. Bahan baku dan penyimpanan bahan baku


Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa
tumbuhan budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di
hutan atau di tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya
sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi
simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan
produksi simplisia.

2. Proses pembuatan simplisia


a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi
pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan waktu lama akan mengakibatkan
simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu
tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk
mencegah hal tersebut, bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur
perajangannya sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringannya tidak mengalami
kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan proses fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut tidak berkelanjutan
kearah yang tidak diinginkan.

c. Simplisia dibuat dengan proses khusus

Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat nabati,


pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip
bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman patogen, logam berat, dan
lainlain.

Tahap Pembuatan
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbedabeda antara lain tergantung pada :
1) bagian tanaman yang digunakan..
2) Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen.
3) Waktu panen.
4) Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut
secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping
waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.
Dengan demikian untuk
menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik
senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan bahan asing
lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat,
bahan bahan seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotor lainya harus dibuang.
c. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainya yang melekat pada
bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air dari
sumur atau air PAM.
d. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dengan keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
e. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurang kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
f. Sortasi kering
Sortasi setelah engeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda benda asing seperti bagian bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotr pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
g. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembelian dari
pengumpul atau pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku
Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi
terakhir.

3.cara pengepakan dan penyimpanan simlisia


Pengepakan dan penyimpanan
Pada

penyimpaan

simplisia

perlu

diperhatikan

beberapa

hal

yang

dapat

mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan,


persyaratan gudang

simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetanya. Penyebab kerusakan
pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban.
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan
pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai, dapat melindungi dari
kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk
keperluan pengangkutan maupun penyimpanany

3. PENGAMBILAN SIMPLISIA
Cara pengambilan bagian tanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat pada table berikut
:
No
1.

Bagian Tumbuhan
kulit batang

Cara Pengambilan
Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung
minyak atsiri atau golongan senyawa fenol digunakan alat
pengelupas bukan logam.

2.

Batang

Dari cabang, dipotong potong dengan panjang tertentu dan


dengan diameter cabang tertentu.

3.

Kayu

Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut


(disugu) setelah dikelupas kulitnya.

4.

Daun

Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu


persatu.

5.

Bunga

Kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun


bunga, dipetik dengan tangan.

6.

Pucuk

Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun


muda dan bunga).

7.

Akar

Dari bawah permukaan tanah, dipotong potong dengan


ukuran tertentu.

8.

Rimpang

Dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan


ketebalan tertentu.

9.

Buah

Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.

10.

Biji

Buah dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas


menggunakan tangan, pisau, atau menggilas, biji dikupas
dan dicuci.

11.

Kulit Buah

Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.


Tanaman dicabut,

12.

Bulbus

bulbus dipisah dari daun dan akar dengan


memotongnya, dicuci.

4. SIMPLISIA YANG BERMANFAAT DI INDUSTRI FARMASI


1. Tinjauan Umum Simplisia
Obat tradisional bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Sebelum obat-obat
kimia berkembang secara modern, nenek moyang kita umumnya menggunakan obat-obatan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan untuk mengatasi problem kesehatannya.
Dari tumbuhan obat tersebut dapat dibuat berbagai produk yang sangat bermanfaat
dalam menunjang industri obat tradisional, farmasi, makanan dan minuman. Ragam bentuk
hasil olahannya, antara lain berupa simplisia.
Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat
tradisional yang belum mengalami pengolahan pengeringan. Proses pembuatan simplisia
pada prinsipnya meliputi tahap- tahap pencucian, pengecilan ukuran dan pengeringan.
2.

Macam-Macam Teknik Pembuatan Simplisia dan Sediaan Obat


(Ekstraksi, Maserasi, dan Perkolasi)
Ekstraksi Tumbuhan Obat

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa
melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan
pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran
(Suyitno, 1989).

Contoh simplisia yang bermanfaat di industry farmasi :


Nama

Indonesia

Nama

latinnya
Daun seriawan

Symplocos orratissima

Kayu bidara laut

Strychnos ligustrina

Daun kejibeling

Strobilanthes crispus

Daun inggu

Ruta anggustifolia

Akar kelembak

Rheum officinarum

Kulit buah delima

punika granatum

Daun jambu biji

Psidium guajava

Buah lada

Piper nigrum

Buah kemukus

Piper cubeba

Daun sirih segar

Piper betle

Daun meniran

Phyllantus nururi

Daun kumis kucing

Orthosiphon stamineus

Kulit batang widuri

Calotropis gigantea

Kulit batabg pulosari

Alyxis stellata

Daun pegagan

Centella asiatica

Kulit buah jeruk nipis

Citrus surantium subspec

Kulit buah jeruk manis

Citrus sinensis

Buah ketumbar

Coriandrum sativum

Akar tinggal kunyit

Curcuma domestica

Akar tinggal temulawak

Curcuma xanthorrhiza

Daging buah asam jawa

Tamarindus indica

Tangkai putik jagung

Zea mays

Akar tinggal jahe

Zingiber offinicale

Kulit batang bratawali

Tinospora tuberculata

Daun saga

Abrus precatorius

Biji pala

Myristice fragrans

Akar tinggal laos

Alpinia galangga

Anda mungkin juga menyukai