Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANALISIS JURNAL

MENOPAUSE
Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah fisiologi
Fakultas ilmu keperawatan di Universitas Alma Ata
Yogyakarta

Oleh :
1. Ditha Nugraha Nuryahuthama
2. Basori Alwi
3. Achmad Tontowi
4. Erna Kurniawandari
5. Dwi Asih Rohmawati
6. Dewi Astuti
7. Desy Nuraeni W.
8. Eka Surasa
9. Arif Almasihenti
10. Andang Purnomo

150100695
150100689
150100680
150100701
150100597
150100691
150100690
150100700
150100687
150100587

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah

dengan judul Makalah Analisis Jurnal Menopose. Tim Penulis mengucapkan


terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.
Tim Penulis menyadari dalam penyusunan makalah yang telah Tim Penulis
buat masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran
dari berbagai pihak yang bersifat membangun sangat Tim Penulis terima demi
kesempurnaan ini.
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.

Yogyakarta,
Tim Penulis

Mai 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan 2
C. Metode Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A Definisi

D. Tanda Dan Gejala

E. Tahapan Menopause 3
F. Perubahan Pada Wanita Menopause 4
G. Dampak Kesehatan Fisik dan Psikis 5
H. Upaya Menangani Menopause
I. Pengobatan Menopause

J. Asuhan Pada Wanita Menopause

10

K. Konseling Menopause10
BAB III PEMBAHASAN

11

Analisis Jurnal 11

BAB III PENUTUP 15


A. Kesimpulan 15
B. Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang yang mengalami menopause memiliki umur yang lebih mapan dan memiliki
pengalaman hidup yang lebih banyak. Akan tetapi, kurangnya pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan reproduksi menopause pun menjadi salah satu faktor kurangnya
tingkat kesadaran tentang kesehatan reproduksi menopause. Di dalam makalah ini,
akan dibahas lebih lanjut tentang Menopause.
Perkembangan laki-laki dan wanita masing-masing mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sepanjang hidupnya wanita mengalami dua hal penting, yang merupakan
kekhususan bagi seorang wanita yaitu menarche dan menopause. Berdasar angka
sementara sensus penduduk tahun 2000 rasio jenis kelamin penduduk Indonesia masih
dibawah 100, menggambarkan penduduk
Seperti profil penduduk yang tergambar di salah satu Desa Jingkang Babakan
yang berada dalam Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas, pada tahun 2011
jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin, di desa tersebut jumlah penduduk
perempuan jauh lebih banyak dari laki-laki. Disana juga didapatkan jumlah usia lansia
yang cukup banyak. Ada sekitar 76 jiwa perempuan sudah mengalami menopause,
setelah dilakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara kepada 10 wanita
yang berusia diatas 40 tahun dan 6 wanita mengatakan telah tidak mengalami haid
setelah umur 50 tahun dan usia menarche mereka dibawah 10 tahun, 2 wanita setelah
40 tahun dengan usia menarche 13 dan 14 tahun dan 2 diantaranya tidak mengalami
haid lagi sebelum usia 40 tahun denagn usia menarche lebih dari 15 tahun.
Menopause berasal dari dua kata men=haid dan pause=berhenti, yaitu suatu kurun
waktu (masa) bagi wanita untuk mendapatkan haidnya yang terakhir. Bagi sebagian
besar wanita menopause ini terjadi diantara usia 45-55 tahun akan tetapi kadangkadang, meski jarang, dapat terjadi secara dini yaitu pada usia sekitar 30 tahun.
Bagaimanapun juga, berhentinya menstruasi merupakan salah satu tanda dari
sekelompok gejala-gejala yang terjadi pada tubuh wanita pada saat saat sebelum dan
sesudah menopause.
Menopause merupakan suatu bagian dari proses penuaan pada wanita, termasuk
penuaan sistem reproduksi yang menyebabkan seorang wanita tidak lagi mendapat
haid.Penurunan kadar Estrogen, menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur,
dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause.
1

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui dan mengerti tentang Analisis Jurnal Menopause
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar:
a) Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang Tinjauan Teori Tentang
Menopause
b) Mahasiswa dapat menganalisis Jurnal Kasus Menopause dan Dikaitkan
Dengan 4 Aspek.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan adalah studi pustaka atau literature dari
buku yang kami ambil untuk sumber informasi yang kami dapat, selain itu kami juga
menggunakan Prana Luar dimana kami menggunakan internet untuk searching dan
browshing yang berhubungan dengan tugas Asuhan Kebidanan yang berjudul
Makalah Analisa Jurnal Menopause.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menopause, yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila sesudah
menopause disebut pasca menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai
menuju ke senium, umumnya terjadi pada usia 50 tahun-an. Senium adalah periode
sesudah pasca menopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan
kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik, antara usia 65 tahun.
B. Tanda Dan Gejala
2

Menopause merupakan tahap yang normal dalam kehidupan. Dampaknya pada


kesehatan baru mulai terlihat ketika angka harapan hidup wanita meningkat pesat di atas
dekade ke-6. Secara fungsional, menopause dapat dianggap sebagai sindrom kehilangan
estrogen. Keadaan ini diketahui dengan berhentinya menstruasi dan pada mayoritas
wanita, timbul tanda dan gejala seperti hot flushes (rasa panas), insomnia, atrofi vagina,
pengecilan payudara, dan penurunan elastisitas kulit.
C. Tahapan Menopause
1. Pramenopause
Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterium. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan
perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak, dan
kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorea). Pada wanita tertentu telah timbul
keluhan vasomotorik dan keluhan sindrom prahaid atau sindrom pramenstrual
(PMS). Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah berupa fase folikular yang
memendek, kadar estrogen yang tinggi, kadar FSH juga biasanya tinggi, tetapi dapat
juga ditemukan kadar FSH yang normal. Fase luteal tetap stabil. Akibat kadar FSH
yang tinggi ini dapat terjadi perangsangan ovarium yang berlebihan (hiperstimulasi)
sehingga kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi.
2. Perimenopause
Perimenopause

merupakan

fase

peralihan

antara

pramenopause

dan

pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada
kebanyakan wanita siklus haidnya >38 hari, dan sisanya <18 hari. Sebanyak 40%
wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron
tetap rendah sedangkan kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi.
3. Menopause
Pada fase ini jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang
dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena
itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila
wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Diagnosis
menopause merupakan diagnosis retrospektif. Bila seorang wanita tidak haid selama
12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml,
telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause.
3

4. Pasca menopause
Pada fase ini ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada
antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat. Pada
wanita pascamenopause masih saja dapat dijumpai jenis steroid seks lain dengan
kadar yang normal di dalam darah. Ternyata, ovarium wanita pascamenopause masih
memiliki kemampuan untuk mensintesis steroid seks. Sel-sel hilus dan korteks
ovarium masih dapat memproduksi androgen, estrogen, dan progesteron dalam
jumlah tertentu. Selain itu, jaringan tubuh tertentu, seperti lemak, uterus, hati, otot,
kulit, rambut, dan bahkan bagian dari sistem neural sumsum tulang (bone marrow)
memiliki kemampuan mengaromatisasi androgen menjadi estrogen. Kelenjar adrenal
merupakan sumber androgen utama bagi wanita pascamenopause.
D. Perubahan Pada Wanita Menopause
1. Perubahan organ reproduksi
Ovarium dan uterus lambat laun mengecil dan endometrium mengalami atrofi.
Walaupun demikian, uterus masih tetap dapat bereaksi terhadap estrogen. Epitel
vagina juga menipis dan apus vagina memperlihatkan gambaran campuran (spread
pattern). Mamma mulai menjadi lembek dan proses ini berlangsung terus sampai
masa senium.
2. Perubahan Hormon
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan ini akan mengakibatkan
terganggunya interaksi hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi
korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan
produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin ini, ternyata yang paling mencolok
peningkatannya adalah FSH. Oleh karena itu, peningkatan kadar FSH merupakan
petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterium.
3. Perubahan vasomotorik
Perubahan ini dapat muncul sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat
banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang
goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus.
4. Perubahan Emosi
Perubahan emosi muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan,
semangat berkurang, dan susah tidur.
4

E.

Dampak Kesehatan Fisik Dan Psikis


Keluhan fisik
a.
Hot flushes (gejolak rasa panas)

1.

Terjadi pada sekitar 75% wanita meopause, hot flushes nokturnal sering
membangunkan wanita dari tidurnya dan dapat mengakibatkan gangguan tidur
yang berat atau insomnia. Sebagian besar wanita merasakan sensasi tekanan pada
kepala mereka yang diikuti rasa panas atau terbakar. Sensasi ini dimulai dari
daerah kepala atau leher dan meluas ke seluruh tubuh. Keringat seringkali dapat
menyertai gejolak panas ini.
b.

Kekeringan vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan
lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina
menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut
dan timbul rasa sakit saat buang air kecil ataupun saat berhubungan seksual.

c.

Perubahan kulit
Perubahan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan estrogen dapat
menyebabkan perburukan sistem pertahanan kulit, sehingga mudah terkena
penyakit kulit (dermatosis). Terlihat peningkatan kejadian psoriasis dan eksema
pada usia perimenopause.

d.

Pertumbuhan rambut di wajah dan tubuh


Bertambahnya pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh dapat terjadi akibat
menurunnya kadar estrogen dan efek androgen dalam sirkulasi yang tidak
seimbang.

e.

Perubahan pada mulut dan hidung


Seperti pada kulit, kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan mulut
dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering, dan
mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan.

f.

Kerapuhan tulang
Hilangnya masa tulang pada wanita sebenarnya dimulai pada usia 30-an.
Keadaan ini terjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan masa tulang yang
paling cepat terjadi dalam 3-4 tahun pertama setelah menopause. Gejala ini lebih
cepat pada wanita yang merokok dan yang sangat kurus. Tempat yang paling
sering menjadi lokasi fraktur akibat osteoporosis adalah korpus vertebra, femur
5

bagian atas, humerus, iga, dan lengan bagian distal. Osteoporosis yang disebabkan
oleh defisiensi estrogen yang berkepanjangan meliputi penurunan kuantitas tulang
tanpa perubahan pada komposisi kimianya.
g.

Nyeri otot dan sendi


Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Pemeriksaan
radiologi umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian wanita, nyeri sendi erat
kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi. Timbulnya osteoartrosis dan
osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan estrogen, karena kekurangan estrogen
menyebabkan kerusakan matriks kolagen dan dengan sendirinya pula tulang
rawan ikut rusak.

h.

Penyakit
Bagi wanita begitu memasuki usia menopause akan timbul berbagai macam
keluhan yang sangat mengganggu dan beberapa tahun setelah menopause, angka
kejadian patah tulang, penyakit jantung koroner, stroke, demensia, dan kanker
usus besar meningkat.

2.

Keluhan Psikis
Telah lama diketahui, bahwa steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan
saraf pusat, terutama terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik
seseorang. Dengan demikian, tidak heran bila terjadi penurunan sekresi steroid seks,
timbul perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Kurangnya aliran
darah ke otak menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. Akibat kekurangan
hormon estrogen pada wanita pascamenopause, akan timbul keluhan seperti mudah
tersinggung, cepat marah, dan perasaan tertekan.
Kejadian depresi dijumpai sama pada laki-laki dan perempuan. Karena
kejadiannya meningkat pada usia klimakterium dan pospartum serta pemberian
estrogen dan progesteron dapat menghilangkan/mengurangi keluhan tersebut, maka
kekurangan steroid seks dapat dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi.
Depresi sering juga ditemukan beberapa hari menjelang haid pada wanita usia
reproduksi. Perasaan tertekan, nyeri betis, mudah marah, mudah tersinggung, stres,
dan cepat lelah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada wanita usia klimakterik
dan pada wanita usia reproduksi dengan keluhan sindrom prahaid.
Penyebab depresi diduga akibat berkurangnya aktivitas serotonin otak. Estrogen
menghambat aktivitas enzim monoamin oksidase (MAO). Enzim ini mengakibatkan
6

serotonin dan noradrenalin menjadi tidak aktif. Kekurangan estrogen menyebabkan


terjadinya peningkatan enzim MAO. Terbukti, bahwa wanita pascamenopause yang
diberi estrogen terjadi penurunan aktivitas MAO dalam plasmanya. Pemberian
serotonin-antagonis pada wanita pascamenopause dapat menghilangkan keluhan
depresi.
F.

Upaya Menangani Menopause


a.
Pola Makan yang Tepat dan Aktivitas Fisik yang Cukup
Kehilangan estrogen pada wanita menopause menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti penyakit jantung dan osteoporosis. Karena itu pengaturan asupan
gizi sangat berpengaruh untuk mempertahankan kondisi tubuh yang maksimal.
Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi pada
wanita menopause (WHO, 2007). Selain itu, akupuntur juga dapat menolong untuk
mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh menopause.
Alternatif lain yang dapat dicoba dilakukan adalah yoga. Yoga dapat
menyeimbangkan perubahan hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis,
memperkuat tulang dan mencegah kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung,
serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup
2) Makanan yang tinggi serat dan rendah lemak
3) Makanan yang tinggi kalsium dan zat besi
4) Vitamin
5) Hindari kafein, kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-rempah, dan

makanan berlemak. Kopi dan alkohol dapat menghambat absorbsi


kalsium.
G. Pengobatan Menopause
Kepada semua pasien perlu dijelaskan bahwa keluhan yang dialami tersebut
adalah akibat kekurangan hormone estrogen. Meskipun pasien tidak ada keluhan, maka
jelaskan bahwa dampak jangka panjang kekurangan estrogen adalah meningkatnya
kejadian osteoporosis, penyakit jantung koroner, stroke, demensia, dan kanker usus
besar. Oleh karena itu, satu-satunya pengobatan yang tepat adalah dengan penambahan
hormone estrogen dari luar, yang dikenal dengan penambahan hormone replacement
therapy (HRT), atau istilah dalam bahasa Indonesia adalah terapi sulih hormone (TSH).
7

Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement Therapy) merupakan


pilihan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang timbul pada wanita yang mengalami
menopause. Atas dasar bahwa keluhan-keluhan tersebut terutama disebabkan oleh
kekurangan hormon estrogen, maka pengobatan pilihan utama adalah pemberian
substitusi estrogen dengan ketentuan tidak menderita tumor yang bergantung estrogen
(estrogen dependent), misalnya miom uterus.
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian estrogen saja, terutama
estrogen lemah seperti estriol, selama 21 hari berturut-turut disusul dengan masa
istirahat selama 7 hari. Selama masa istirahat itu perlu diperhatikan apakah keluhankeluhan telah hilang atau menetap. Jika keluhannya hilang maka pengobatan dapat
dihentikan, tetapi jika tidak berubah maka pengobatan dilanjutkan. Namun demikian,
mengingat bahwa estrogen juga dapat mempengaruhi payudara dan mungkin dapat
menimbulkan keganasan. Maka sangat dianjurkan untuk selalu menggabungkan
pengobatan estrogen itu dengan progesteron. Pemberian estrogen beberapa tahun
ternyata dapat menurunkan kejadian patah tulang sebesar 50-60%, dan mencegah
terjadinya penyakit jantung koroner sebesar 40-50%. Atas dasar ini dianjurkan untuk
memberikan estrogen sejak awitan masa perimenopause. Estrogen dapat diberikan 8-10
tahun, bahkan bila perlu bisa sampai 30-40 tahun.
Sediaan estrogen tidak diberikan jika ditemukan keadaan berikut :
1.
2.
3.
4.

Tromboemboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis


Sindrom Dubin Johnson-Rotor (gangguan sekresi bilirubin)
Riwayat ikterus dalam kehamilan
Karsinoma endometrium, karsinoma mamma, riwayat

gangguan

penglihatan, anemia berat


5. Varises berat, tromboflebitis
6. Penyakit ginjal
Syarat minimal yang harus dipenuhi sebelum pemberian estrogen dimulai adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tekanan darah tidak boleh tinggi


Pemeriksaan sitologik (uji Pap) normal
Besar uterus normal (tidak ada miom uterus)
Tidak ada varises di ekstremitas bawah
Tidak terlalu gemuk
Kelenjar tiroid normal
Kadar normal: Hemoglobin, kolesterol total, HDL, trigliserida, kalsium, dan

fungsi hati
8. Nyeri dada, hipertensi kronik, hiperlipidemia, diabetes melitus perlu
dikonsultasikan lebih dahulu ke spesialis penyakit dalam.
8

Perlu diketahui bahwa tidak semua keluhan yang ada dapat dihilangkan hanya
dengan pemberian substitusi hormonal (estrogen dan progesteron). Semua faktor yang
dapat menimbulkan keluhan seorang pasien perlu dipelajari terlebih dahulu, seperti
faktor psikis, sosio-budaya, atau memang hanya terdapat kekurangan estrogen. Jika ada,
maka keluhan-keluhan tersebut diatasi sesuai dengan penyebabnya.
Bilamana telah diputuskan untuk melakukan substitusi estrogen, maka
pemberiannya harus lebih dahulu dimulai dengan estrogen lemah (estriol) dan juga
dimulai dengan dosis rendah. Pemberian estrogen lemah pada umumnya tidak perlu
digabung dengan progesteron. Pada pemakaian jangka panjang, pengaruhnya terhadap
endometrium dan payudara sangat lemah, sehingga jarang terjadi perdarahan maupun
keganasan. Tetapi penggunaan estrogen jenis lain, seperti etinil estradiol maupun
estrogen konjugasi perlu digabung dengan progesteron.

H. Asuhan Pada Wanita Menopause


Kepada semua pasien perlu dijelaskan bahwa keluhan yang dialami tersebut
adalah akibat kekurangan hormone estrogen. Meskipun pasien tidak ada keluhan, maka
jelaskan bahwa dampak jangka panjang kekurangan estrogen adalah meningkatnya
kejadian osteoporosis, penyakit jantung koroner, stroke, demensia, dan kanker usus
besar. Oleh karena itu, satu-satunya pengobatan yang tepat adalah dengan penambahan
hormone estrogen dari luar, yang dikenal dengan penambahan hormone replacement
therapy (HRT), atau istilah alam bahasa Indonesia adalah terapi sulih hormone (TSH).
Bila pasien memutuskan untuk mau menggunakan TSH, maka jelaskan kepada
pasien berapa lama TSH harus digunakan. Jelaskan, bahwa pemberian TSH bertujuan
untuk menghilangkan keluhan serta untuk mencegah dampak jangka panjang akibat
kekuranan estrogen, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Untuk pencegahan dampak jangka panjang, maka TH harus digunakan 5-10 tahun,
bahkan bila dianggap perlu harus digunakan sisa hidup wanita. Selama penggunaan
TSH apat terjadi perdarahan lucut atau perdarahan bercak. TSH dapat merangsang
nafsu makan, sehingga apat terjadi kenaikan berat badan.
Pasien harus benar-benar paham tentang TSH, dan bila pasien masih ragu-ragu
untuk menggunakan TSH, maka berikan waktu lagi bagi pasien untuk berpikir.
Keputusan terbaik ada di tangan pasien.
9

I. Konseling Menopause
Bila pasien memutuskan untuk mau menggunakan TSH, maka jelaskan kepada
pasien berapa lama TSH harus digunakan. Jelaskan, bahwa pemberian TSH bertujuan
untuk menghilangkan keluhan serta untuk mencegah dampak jangka panjang akibat
kekuranan estrogen, yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Untuk pencegahan dampak jangka panjang, maka TH harus digunakan 5-10 tahun,
bahkan bila dianggap perlu harus digunakan sisa hidup wanita. Selama penggunaan
TSH apat terjadi perdarahan lucut atau perdarahan bercak. TSH dapat merangsang
nafsu makan, sehingga apat terjadi kenaikan berat badan.
Pasien harus benar-benar paham tentang TSH, dan bila pasien masih ragu-ragu
untuk menggunakan TSH, maka berikan waktu lagi bagi pasien untuk berpikir.
Keputusan terbaik ada di tangan pasien.

BAB III
PEMBAHASAN
No.
1

Komponen yang di Analisis


Alasan pengambilan judul

Hasil Analisis

Terjadinya
peningkatan
angka
prevalensi depresi pada masa
menopause termasuk di dalamnya
adalah perubahan yang disebut
dengan melancholica terlebih pada
masa postmenopausal. Perubahan
tingkat emosional yang terjadi
disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal dalam tubuh pasien
termasuk di dalamnya adalah
hormone estradiol dan FSH yang
secara tidak langsung mempengaruhi
hormon esterogen.
Judul:
Major depression during and after
a. Singkat
the menopausal transition: Study of
Womens Health Across the Nation
(SWAN).
b. Menggambarkan masalah Variabel yang diteliti adalah ibu
dan variabel yang akan dengan rentan usia 42-52 tahun yang
diteliti
telah memasuki mas transisi antara
pre menopause menuju ke post
menopause dengan jumlah 463
10

Komentar

3
4

c. Tempat
dan
waktu
penelitian
Penulis (peneliti) dan alamat
Abstrak:
a. Tujuan

b. Desain penelitian
c. Tempat penelitian
d. Waktu penelitian
e. Populasi penelitian

pasien.
Pittsburgh, Amerika Serikat tahun
2011.
Bromberger, J.T, dkk. (2011)
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
a. Untuk
mengetahui
adakah
peningkatanrisiko depresi (MDE)
selama masa menopause dan
transisi antara pre menopause
menuju ke post menopause.
b. Untuk
mengetahui
adakah
perubahan vasomotor secara
berulang dengan kaitannya pada
perubahan hormone, E2, FSH,
dan testosterone.
c. Untuk mengetahui jarak dan lama
perubahan yang terjadi pada masa
pre dan postmenopausal.
Studi kohort
Department of epidemiology and
psychiatry, University of Pittsburgh.
Pada tahun 2011.

Variabel yang diteliti adalah ibu


dengan rentan usia 42-52 tahun yang
telah memasuki mas transisi antara
pre menopause menuju ke post
menopause yang telah memenuhi
kriteria sebanyak 1050 pasien.

f.

Teknik pengambilan Simple random sampling


data
g. Hasil penelitian
1) Pada analisis univariat: Adanya
hubungan antara pengalaman dalam
menghadapi MDE pada masa pre,
peri, dan postmenopausal dengan
usia pasien, pengalaman terkait
dengan perubahan psikologis selama
masa tersebut (P= 0,005).
2) Pada analisis multivariate: di
dapatkan bahwa perubahan MDE
akan terjadi dengan intensitas lebih
berat
pada
pasien
dengan
postmenopausal
lebih
dini
dibandingkan
dengan
masa
premonopause (OR 5.01, 95% CI
1.66 15.7)
h. Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa risiko MDEs lebih banyak terjadi
pada masa transisi dibandingkan dengan
sebelum atau pre menopause.
i. Jumlah kata
11

j.
5

Kata kunci

Pendahuluan :
a. Political concern
b.

Depresi, Pre dan Post menopause,


psikologi.
a. Seriousness of the problem :

Terjadinya peningkatan angka


prevalensi depresi pada masa
menopause termasuk di dalamnya
adalah perubahan yang disebut
dengan melancholica terlebih pada
masa postmenopausal.
b.
c.
d.
e.

Metode penelitian

Community concern :
Political concern
Magnitude
Managibillity

a. Jenis penelitian : Studi kohort


b. Rancangan penelitian :
c. Tempat dan waktu penelitian :

Pittsburgh,
tahun 2011.

Amerika

Serikat

d. Populasi dan sampel : Variabel

yang diteliti adalah ibu dengan


rentan usia 42-52 tahun yang
telah memasuki mas transisi
antara pre menopause menuju ke
post menopause yang telah
memenuhi kriteria sebanyak
1050 pasien dan mengalami
reduksi menjadi 463 pasien.
e. Kriteria sampel : responden yang
digunakan adalah wanita dengan
rentan usia 42-52 tahun yang telah

memasuki mas transisi antara pre


menopause menuju ke post
menopause, beredia menjadi
responden, telah mengalami
perubahan
hormone
selama
kurun waktu 3 bulan yang
ditandai dengan tidak mengalami
menstruasi selama 3 bulan, dalam
satu ras dan ethnic,
f. Metode analisa data: Odds ratio
dan Logistic regression
7
8

Teknik pengumpulan data


Instrumen penelitian

Hasil dan pembahasan

Simple random sampling


Center for Epidemiological Studies of
Depression Scale (CES-D)
1) Pada analisis univariat: Adanya
hubungan antara pengalaman dalam
menghadapi MDE pada masa pre,
peri, dan postmenopausal dengan
usia pasien, pengalaman terkait
dengan perubahan psikologis selama
12

10

Simpulan dan saran

11
12

Kaidah penulisan
Referensi

13

Implikasi keperawatan

14

Kesimpulan jurnal

15

Rekomendasi

masa tersebut (P= 0,005).


2) Pada analisis multivariate: di
dapatkan bahwa perubahan MDE
akan terjadi dengan intensitas lebih
berat
pada
pasien
dengan
postmenopausal
lebih
dini
dibandingkan
dengan
masa
premonopause (OR 5.01, 95% CI
1.66 15.7)
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa risiko MDEs lebih banyak terjadi
pada masa transisi dibandingkan dengan
sebelum atau pre menopause. Saran dari
penelitian ini untuk peneliti selanjutnya
adalah untuk mengetahui factor factor
yang mempengaruhi menignkatnya
risiko MDEs selama masa menopause
dan setelah masa menopause termasuk
di dalamnya adalah pstofisiologi
perubahan hormone reproduksi sehingga
mempengaruhi MDEs dan perubahan
karakteristik pada wanita menopause.
Bromberger, J.T, dkk. 2011. Major
Depression During and After the
Menopausal Transition : Study of
Womens Health Across the Nation
(SWAN).
Memberikan edukasi tentang perubahan
fisik dan psikologis yang akan dialami
oleh wanita menopause adalah bersifat
fisiologis, pentingnya melakukan senam
yaitu berupa senam lansia dan senam
kesehatan.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa risiko MDEs lebih banyak terjadi
pada masa transisi dibandingkan dengan
sebelum atau pre menopause. Saran dari
penelitian ini untuk peneliti selanjutnya
adalah untuk mengetahui factor factor
yang mempengaruhi menignkatnya
risiko MDEs selama masa menopause
dan setelah masa menopause termasuk
di dalamnya adalah pstofisiologi
perubahan hormone reproduksi sehingga
mempengaruhi MDEs dan perubahan
karakteristik pada wanita menopause.
Pentingnya
pemahaman
tenaga
kesehatan tentang perubahan yang
dialami oleh ibu pada masa menopause
baik transisi, pre, dan post menopause
adalah bersifat fisiologis dan dapat
mempengaruhi kondisi fisik wanita
tersebut,
sehingga
diharapkan
13

pentingnya penanganan pertama dengan


cara pemberian konseling perubahan
fisik dan psikologis masa menopause,
pertimbangan
olahraga,
dukungan
keluarga terutama suami dan pemenuhan
asupan nutrisi pengganti hormone yang
hilang.

BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Disimpulkan bahwa perlu peningkatan khusus dalam meningkatkan pelayanan
pada dan menopause, terutama dalam fasilitas kesehatan, SDM kesehatan, dan
kebijakan pemerintah yang mengatur lebih khusus tentang pelayanan kesehatan
menopause.
B. Saran
Semoga bermanfaat menambah wawasan bagi pembaca atau pendengar pada
umumnya. Pembaca dapat mahamani akan isi dari makalah. Penulis mengharap
umpan balik bagi pembaca atau pendengar pada umumnya.

14

15

DAFTAR PUSTAKA
Curran, D., 2009. Menopause. Department of Obstetrics and Gynecology,
University of Michigan Health Systems
Rosenthal, Sara M., 2003. Issues Surrounding Natural and Surgical Menopause.
In: Rosenthal, M. Sara, ed. The Gynecological Sourcebook. United
States of America: McGraw-Hill
Francina, S., 2003. Yoga and The Wisdom of Menopause : A Guide to Physical,
Emotional, and Spiritual Health at Midlife and Beyond. United
States of America: Health Communications, Inc
http://www.ijponline.com/article.asp?
issn=02537613;year=2011;volume=43;issue=6;spage=722;epage=72
3;aulast=Dias. Diaskes Tanggal 05/27/2016. Jam 23.00

Anda mungkin juga menyukai