Documents - Tips - Laporan Praktikumdocx 562e658c28876
Documents - Tips - Laporan Praktikumdocx 562e658c28876
KIMIA ANALITIK II
PERCOBAAN III
TITRASI POTENSIOMETRI
NAMA
: ANNISA SYABATINI
NIM
: J1B107032
KELOMPOK
:1
ASISTEN
: HANDAYANI
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN III
TITRASI POTENSIOMETRI
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi H3PO4 dalam larutan
dengan menggunakan metode potensiometri.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri
langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal
ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat
dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga
dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada
aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam
banyak analisis kimia (Basset, 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda
pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan
grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di
sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri
ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya
dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana
terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara
manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan
digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut
elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi
demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila
penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan
kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan
kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari
larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi
dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks
dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat
(KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan
reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi
spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari
persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada
kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume
titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi
potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk
suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu
elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda
redoks (Khopkar, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, neraca analitik, botol semprot,
labu ukur 100 ml, pipet volum 25 ml, buret 50 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, gelas beker,
magnetik stir, batang pengaduk, alat ukur pH.
1. B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan H3PO4 0,1 M, NaOH, dan
akuades.
1. IV. PROSEDUR KERJA
1. Dipipet 25,0 mL larutan H3PO4 ke dalam gelas kimia 250 mL. Diencerkan hingga
tanda batas.
2. Dimasukkan pengaduk megnetik stirrer ke dalam gelas kimia tersebut dan
ditempatkan gelas kimia diatas pengaduk magnetik.
3. Dihubungkan pengaduk magnetik dan pH meter dengan sumber arus, menyalakan
alat dan menjalankan pengadukan.
4. Diatur kedudukan mula-mula larutan dalam buret dan memulai melakukan titrasi
sampai NaOH sebanyak 5 ml.
5. Ditambahkan larutan NaOH dalam buret sebanyak 1 ml hingga total NaOH 30
ml.dan mengukur pH nya dengan pH meter.
6. Dilanjutkan penambahan volume penitrasi sampai terkumpul jumlah titik yang
cukup untuk membuat kurva titrasi.
7. Digambarkan kurva dan menentukan letak titik ekivalen, memakai ketiga metode
penentuan. Menghitung konsentrasi larutan H3PO4.
1. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
No.
1.
2.
Langkah Percobaan
Mengencerkan 25 ml H3PO4 ke dalam labu takar -larutan bening
100 ml
-larutan tetap bening
Memasukkan dalam gelas beker dan mengaduk
3.
- PH larutan =2,63
4.
Mencatat PH larutan
-larutan bening
VNaOH
pH
2,63
2,55
2,54
2,54
2,54
2,55
10
2,55
11
2,55
12
2,55
13
2,56
14
2,56
15
2,57
16
2,57
17
2,58
18
2,58
19
2,58
20
2,59
21
2,6
22
2,6
23
2,61
24
2,62
25
2,62
26
2,63
27
2,63
28
2,64
29
2,64
30
2,65
31
2,66
32
2,66
33
2,67
34
2,67
35
2,68
36
2,68
37
2,69
38
2,71
39
2,72
40
2,72
41
2,73
42
2,74
43
2,74
44
2,75
45
2,75
no. VNaOH pH
pH
46
2,77
47
2,77
48
2,77
49
2,79
50
2,79
Vrt-rt
Vrt-rt
1 pH/V (V)2 2pH 2 2pH/(V)2
2,63
2,55
-0,08
2,5
-0,016
25
-0,08 1,25
2,54
-0,01
5,5
-0,01
0,07
0,07
2,54
6,5
0,01
0,01
2,54
7,5
2,55
0,01
8,5
0,01
0,01
0,01
10
2,55
9,5
-0,01
-0,01
11
2,55
10,5
10
12
2,55
11,5
11
-0,0032
10
13
2,56
0,01 12,5
0,01
0,01
12
0,01
11
14
2,56
-0,01
13
-0,01
12
15
2,57
0,01
0,01
14
0,01
13
16
2,57
-0,01
15
-0,01
14
17
2,58
0,01
0,01
16
0,01
15
18
2,58
17,5
-0,01
17
-0,01
16
19
2,58
18,5
18
17
20
2,59
0,01 19,5
0,01
0,01
19
0,01
18
21
2,6
0,01 20,5
0,01
20
19
22
2,6
-0,01
21
-0,01
20
23
2,61
0,01 22,5
0,01
0,01
22
0,01
21
24
2,62
0,01 23,5
0,01
23
22
25
2,62
-0,01
24
-0,01
23
26
2,63
0,01
0,01
25
0,01
24
27
2,63
-0,01
26
-0,01
13,5
0,01 14,5
0
15,5
0,01 16,5
21,5
24,5
0,01 25,5
0
26,5
25
28
2,64
26
29
2,64
27
30
2,65
28
31
2,66
29
32
2,66
30
33
2,67
31
34
2,67
32
35
2,68
33
36
2,68
34
37
2,69
35
38
2,71
36
39
37
0,01 27,5
0,01
0,01
27
0,01
-0,01
28
-0,01
0,01 29,5
0,01
0,01
29
0,01
0,01 30,5
0,01
30
-0,01
31
-0,01
0,01
0,01
32
0,01
-0,01
33
-0,01
0,01
0,01
34
0,01
-0,01
35
-0,01
0,01 36,5
0,01
0,01
36
0,01
0,02 37,5
0,02
0,01
37
0,01
2,72
0,01 38,5
0,01
-0,01
38
-0,01
40
2,72
0,01 39,5
0,01
39
38
41
2,73
0,01 40,5
0,01
40
39
42
2,74
0,01 41,5
0,01
41
28,5
31,5
0,01 32,5
0
33,5
0,01 34,5
0
35,5
40
43
2,74
41
44
2,75
42
45
2,75
43
46
2,77
44
47
2,77
45
48
2,77
46
49
2,79
47
50
2,79
42,5
-0,01
42
-0,01
0,01
0,01
43
0,01
-0,01
44
-0,01
0,02
0,02
45
0,02
46,5
-0,02
46
-0,02
47,5
47
0,02
0,02
48
0,02
-0,02
49
-0,02
0,01 43,5
0
44,5
0,02 45,5
0,02 48,5
0
49,5
1. 2. Perhitungan
A. Berdasarkan grafik hubungan pH terhadap volume NaOH
Dik :
pH
= 2,71
pH
= -log [H+]
[H+]
= 10-2,71
= 1,9498. 10-3 M
reaksi: H3PO4 + OH- H2PO4 + H2O
Dit :
Ca
Jwb :
[H+]
Ca
Ka = 7,5.10-3
=
= 5,07.10-4 M
B. Berdasarkan grafik hubungan pH/v terhadap volume NaOH
Dik :
pH
= 2,77
pH
= -log [H+]
[H+]
= 10-2,77
= 1,6982.10-3 M
reaksi: H2PO4- + OH- HPO42- + H2O Ka = 6,2.10-8
Dit :
Ca
Jwb :
[H+]
Ca
=
= 46,51 M
C. Berdasarkan grafik hubungan 2pH/V2 terhadap volume NaOH
pH
= 2,79
pH
= -log [H+]
[H+]
= 10-2,79
= 1,6218.10-3 M
reaksi: HPO42- + OH- PO43- + H2O
Dit :
Ca
Jwb :
[H+]
Ka = 4,8.10-13
Ca
= = 5,4797. 106 M
B.
Pembahasan
Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu metode
elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini, metode ini
digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4. Asam fosfat merupakan suatu asam
poliprotik, artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu proton yang berupa ion H+ dan
apabila bereaksi dengan suatu basa, akan membentuk air. Karena itu, dalam titrasi potensiometri,
dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan konsentrasi H+ yang dilepaskan asam fosfat.
Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton, asam fosfat memiliki 3 titik
kesetimbangan asam (Ka). Kesetimbangan ini berasal dari nilai perbandingan konsentrasi produk
dengan konsentrasi reaktan untuk masing-masing pelepasan H+.
H3PO4 + OH- H2PO4- + H2O Ka1 =
H2PO4- + OH- HPO42- + H2O Ka2 =
HPO42- + OH- PO43- + H2O
Ka3 =
Nilai konsentrasi H2O sebenarnya merupakan nilai konsentrasi oksonium H3O+, dan pereaksinya
adalah H2O. Akan tetapi, untuk menyederhanakan penulisan dan menghindari kesalahpahaman
karena pereaksi yang digunakan merupakan NaOH, maka penulisan reaksi kesetimbangan seperti
yang telah dituliskan. Adanya 3 nilai kesetimbangan inilah yang membedakan perhitungan
konsentrasi asam poliprotik seperti asam fosfat, dengan asam monoprotik dan asam diprotik.
Dalam percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
H3PO4 + 3NaOH Na3PO4 + 3H2O
Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu asam
posfat, H3PO4 dengan titran berupa basa kuat, NaOH. Larutan NaOH merupakan golongan
oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang bersifat
basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan sebagai titrat.
Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat dilakukan
dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu. Penambahan basa
(larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka volume penambahan
NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan. Pada titik-titk
penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar. Lonjakan ini
merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan pH
larutan.
Sebelum penambahan basa, pH asam fosfat yang telah diencerkan adalah 2,63. Penambahan basa
yaitu NaOH secara teratur dengan volume yang telah ditentukan meningkatkan pH hingga
setelah 50 mL NaOH ditambahkan, pH akhir larutan adalah 2,79. Kenaikan pH akibat
penambahan basa tidak dapat ditentukan secara matematis. Hal ini disebabkan faktor waktu yang
digunakan dalam penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan magnetik stirrer sehingga
diperoleh larutan yang homogen, dan kepekaan pH meter yang digunakan.
pH meter merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui bahwa elektroda gelas
merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif terhadap ion H+ serta
paling sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif
pada pengukuran pH di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi potensiometri juga dilakukan
pengukuran voltase atau tegangan untuk membandingkan besarnya voltase yang ditimbulkan
akibat penambahan basa. Hanya saja dalam percobaan ini tidak dilakukan.
Dari grafik hubungan pH dengan volume penambahan titran nampak terjadi kenaikan kurva yang
tidak berbeda jauh ketika titik ekivalen tercapai. Sebelum dan sesudah titik ekivalen tercapai,
kurva kembali melandai. Pada penambahan NaOH mencapai 38 mL, terjadi kenaikan nilai pH
yang cukup signifikan sehingga pada titik ini ditandai sebagai titik ekivalen pertama dengan pH
yang tercatat sebesar 2,71. Kenaikan juga terjadi pada saat penambahan NaOH mencapai 46 mL,
dengan pH sebesar 2,77. Titik ini ditandai sebagai titik ekivalen kedua. Sedangkan titik ekivalen
ketiga terjadi saat penambahan volume NaOH mencapai 49 mL dengan pH yang terukur sebesar
2,79. Titik ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan kimia
dalam larutan. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan produk sama dengan
laju penguraian reaktan.
Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi naik dengan curam, benar-benar tercapai
titik kesetimbangan, maka dibuat grafik hubungan antara pH dengan volume titan, grafik
pH/V dengan volum titran, grafik hubungan 2pH/V2 dengan volume titran. Maka dapat
dihitung konsentrasi dari ion (H+) yaitu Titik ekuivalen pertama terjadi pada saat penambahan
volume NaOH sebanyak 38 mL dengan pH 2,71 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,9498. 10-3
M dan konsentrasi larutan yaitu 5,07.10-4 M. Titik ekivalen kedua terjadi pada penambahan
volume NaOH sebanyak 46 mL dengan pH 2,77 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,6982.10-3
M dan konsentrasi larutan yaitu 46,51 M. sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi pada
penambahan NaOH sebanyak 49 mL dengan pH 2,79 dengan konsentrasi [H+] sebesar
1,6218.10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,4797. 106 M.
Grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini merupakan grafik hubungan antara volume NaOH
dengan pH, DpH/DV dan D2pH/(DV)2. Titik ekuivalen ditunjukkan oleh grafik yang mengalami
kenaikan yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka konsentrasi asam fosfat dapat
dihitung melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang diperoleh bervariasi, dengan kurva
naik turun dan tidak linear. Grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH larutan tersebut
didapatkan berbentuk integral seperti pada literatur. Dari semua grafik yang diperoleh, grafik
tersebut memiliki puncak dan penurunan pH yang sangat drastis pada saat penambahan larutan
NaOH.
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI Press. Jakarta.
BAB 1. PENDAHULUAN
Pengembangan
dari
teknik
analisis
potensiometri
berawal
dari
1.2 Tujuan
Mempelajari prinsip analisis dengan metode titrasi potensiometri
Asam
klorida
akan
menimbulkan
permasalahan
pada
sistem
pertolongan
medis
profesional
setelah
tindakan
pertolongan
pertama
dilakukan. Jika mengenai mata segera siram mata dengan air berlebih selama 15
menit, mengangkat kelopak mata bawah dan atas sesekali. Jika kontak dengan kulit
maka segera siram kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian
melepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika tertelan hubungi pihak medis segera.
Jangan memaksakan muntah. Bilas mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2
cangkir air atau susu untuk diminum. Jika masuk ke saluran pernafasan pindahkan
ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan (Anonim, 2012).
2.1.2 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda
kaustik merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali
yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun,
maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol dan berwujud
kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam
keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm 3 pada wujud
padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-turut adalah 318 oC
dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu
20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida
tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %.
Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan metanol. Senyawa ini dapat
menyebabkan luka bakar pada mata yang memungkinkan menimbulkan kebutaan
atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar
pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan.
Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas,
dan memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara terus menerus dan
jangka waktu lama dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya
diberikan adalah segera membilas mata dan kulit dengan air bersih selama kurang
lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian
yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan lewat
mulut sebelum ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban dibawa ke
udara terbuka dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk membantunya.
Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang sejuk dan
kering (Anonim, 2012).
2.1.3 Soda Kue
Soda kue memiliki rumus molekul NaHCO 3 atau biasa disebut baking soda
dan sodium bicarbonate. Massa molar dari soda kue adalah 84,01 g/mol. Padatan
dari soda kue ini berwarna putih sedangkan jila dilarutkan dalam air menjadi tidak
berwarna. Potensi efek kesehatan akutnya sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit
(iritan), kontak mata (iritan), menelan, dari inhalasi. Potensi efek kesehatan kronis
tidak tersedia. Efek mutagenik dan efek teratogenik tidak tersedia. Penggunaan
berulang atau berkepanjangan tidak diketahui memperburuk kondisi medis.
Tindakan pertolongan pertama jika kontak mata maka periksa dan lepaskan jika ada
lensa kontak. Jika kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air
sekurang kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan untuk membasuhnya.
Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi. Jika mengenai kulit maka cuci dengan
sabun dan air. Tutup kulit yang teriritasi dengan yang bersifat lunak. Dapatkan
bantuan medis jika iritasi berkembang. Akibat kontak kulit serius tidak tersedia. Jika
terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.
Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jika tertelan jangan
mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh tenaga medis.
Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang di bawah sadar.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul (Anonim, 2012).
= potensial sel
Eind
Eref
Ej
= aktivitas ion
kompleksometri,
dan
pengendapan.
Alat
yang
digunakan
untuk
melakukan
percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter dengan elektroda kerja dan
referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur (Hendayana, 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari
grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat
bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya
dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok
untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu
reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi
redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang
terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan
elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi
netralisasi
terjadi
pada
titrasi
asam
basa
dapat
diikuti
dengan
elektroda
reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida
yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer
(Khopkar, 1990).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat,
atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata
sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
Elektroda pH
mV/pH meter
Buret 50 mL
Botol Semprot
3.1.2 Bahan
Buffer pH 4 dan 7
Soda kue
Akuades
3.2.1
Kalibrasi pH meter
3.2.2
Standarisasi HCl
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Titrasi NaOH dengan HCl
pH larutan
Penambahan
Pengulangan
Pengulangan
Awal (0)
12,510
12,485
12,465
12,429
12,427
12,377
12,382
12,332
12,345
12,297
12,305
12,250
12,265
12,201
12,224
12,155
12,181
12,106
12,133
12,048
10
12,086
11,996
11
12,030
11,946
12
11,969
11,885
13
11,904
11,817
14
11,831
11,746
15
11,761
11,658
16
11,671
11,566
17
11,573
11,306
1 mL HCl ke-
18
11,440
11,105
19
11,265
10,790
20
11,013
10,175
21
10,527
9,423
22
9,732
7.100
23
7,757
7,050
24
5,405
5,470
25
2,665
2,510
Penambahan
Pengulangan
Pengulangan
Awal (0)
8,890
8,890
8,812
8,737
8,657
8,613
8,441
8,404
8,095
8,073
7,611
7,602
7,265
7,265
7,060
7,055
6,911
6,905
6,790
6,783
10
6,690
6,685
11
6,605
6,610
1 mL HCl ke-
12
6,534
6,529
13
6,468
6,462
14
6,407
6,402
15
6,350
6,343
16
6,288
6,286
17
6,233
6,230
18
6,180
6,179
19
6,128
6,133
20
6,078
6,074
21
5,020
6,026
22
5,962
5,974
23
5,908
5,927
24
5,856
5,876
25
5,802
5,820
73,83%
NaHCO3
58,52%
4.2 Pembahasan
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran
potensial suatu sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan
sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia yang menimbulkan potensial
sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis.
Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus melalui sel.
Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum Nernst.
Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu
larutan dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi
potensiometri merupakan salah satu bentuk pengembangan dari metode ini dengan
penggunaan titrasi dalam penambahan suatu larutan.
Praktikum kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan
dalam praktikum ini mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan
penentuan kadar NaHCO3 dan Na2CO3 dalam soda kue.
Titrasi
potensiometri
merupakan
analisis
volumetri.
Analisis
volumetri
melarutkannya
untuk
memperoleh
volum
tertentu,
tetapi
dapat
Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh
karena itu reaksi yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung
cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Selanjutnya, reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat
kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus berlangsung secara sempurna
sehingga akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun perhitungan.
Sebelum digunakan pH meter yang merupakan elektroda kaca bersifat
sensitif terhadap ion H+ akan dikalibrasi menggunakan larutan KCl. Proses ini
bertujuan agar skala yang ditunjukkan pada pH meter adalah benar. KCl merupakan
garam yang bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk mengkalibrasi pH
meter.
Set alat titrasi potensiometri otomatis dirangkai sedemikian rupa sehingga
penambahan larutan HCl dapat dilakukan untuk memulai titrasi. 25 mL larutan
NaOH 0,1 M ditempatkan pada wadah yang tersedia dan ditetesi (ditambahkan) 1
mL HCl untuk kemudian diukur pH pada tiap-tiap penambahan hingga 25 mL HCl
yang digunakan. Setiap dilakukan penambahan maka larutan dihomogenkan
dengan cara mengaduk secara otomatis menggunakan alat yang disediakan. Tujuan
dari penghomogenan ini adalah menyamakan pH disetiap bagian larutan. Hal ini
karena penambahan larutan HCl sebanyak 1 mL hanya terjadi pada sebagian
bagian saja, untuk mempercepat reaksi penggaraman dan pengukuran pH secara
merata pada tiap bagian maka dilakuakan pengadukan. pH yang ditunjukkan pada
alat dicata dan kemudian diplotkan terhadap volume HCl yang ditambahkan.
Titik ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol titran dan titrat
pada titik tersebut adalah sama atau ekivalen. Sebagai contoh 1 mol NaOH akan
memiliki titik ekivalen jika sudah tercapat 1 mol HCl yang ditambahkan. Titik
ekivalen digunakan sebagai titik akhir titrasi dengan bantuan indikator untuk
mendeteksi titik akhir tersebut.
Jika diplotkan pada skema standarisasi HCl didapatkan grafik
Titik ekivaelen dari grafik tersebut dapat ditemukan dengan cara menentukan garis
linearitas sesuai dengan data yang ada. Titik ekivalen tersebut diketahui pada garis
linear yang memotoh grafik tersebut. Berdasarkan grafik di atas maka titik
ekivalennya adalah 22 mL HCl karena pada titik tersebut terjadi perpotongan. Grafik
tersebut
menginformasikan
bahwa
pH
dari
larutan
NaOH
yang
dititrasi
menggunakan larutan HCl lama kelamaan akan turun. Hal ini dikarenakan
terbentuknya garam NaCl sehingga konsentrasi NaOH menurun akibat sebagian
NaOH ternetralkan oleh asam HCl. Reaksinya adalah
NaOH (aq) +HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (aq)
Penurunan pH mula-mula terjadi sedikit demi sedikit, kemudian saat mendekati titik
ekivalen penurunan menjadi drastis. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan secara
hati-hati. Namun karena penggunaan mesin kesalahan dalam penambahan titran
dapat diminimalisir. Ketika titik ekivalen diketahui, maka konsentrasi HCl dapat
diketahui yaitu dengan menggunakan persamaan V 1 M1 = V2 M2. Dari percobaan ini
didapatkan konsentrasi larutan HCl adalah 0,11 M.
Setelah HCl sudah diketahui konsentrasinya, larutan tersebut digunakan
untuk menitrasi Na2CO3 untuk diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah
Na2CO3 (aq) +HCl (aq) NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)
Mula-mula pH dari larutan yang terbuat dari soda kue adalah 8,8 kemudian lama
kelamaan turun. Hal ini dikarenakan basa Na 2CO3 dalam soda kue ternetralkan oleh
HCl. Jika digambarkan grafik maka
Titik ekivalen bergasarkan grafik tersebit berada pada 19 mL. Hal ini dapat
diketahui dengan perpotongan grafik dengan garis linieritas. Kurva yang dihasilkan
tidak terlalu curam seperti halnya titrasi HCl dengan NaOH halll ini dikarenakan
soda
kue
merupakan
basa
yang
lemah
jika
dibandingkan
NaOH.
Dengan
yang
mungkin
terjadi
saat
praktikum
dilakukan
adalah
ketidakbersihan alat untuk titrasi seperti gelas tempat sampel pada mesin
pencucian yang kurang bersih dapat menyebabkan adanya zat sisa yang
menempel. Selain itu, larutan NaOH bersifat higroskopis. Jika dibiarkan terlalu lama
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
-
Kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83% dan kadar NaHCO 3 dalam sampel
sebesar 58,52%.
5.2 Saran
-
Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel diperhatikan betul jumlah pelarut yang
ditambahkan karena akan mempengaruhi konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Hidrochloride
Acid
(http://www.scienelab.com/msds/php?
2012.
Sodium
Hidroxyde
(http://www.scienelab.com/msds/php?
2012.
Sodium
Bicarbonate
(http://www.scienelab.com/msds/php?