Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK II
PERCOBAAN III
TITRASI POTENSIOMETRI
NAMA

: ANNISA SYABATINI

NIM

: J1B107032

KELOMPOK

:1

ASISTEN

: HANDAYANI
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
PERCOBAAN III
TITRASI POTENSIOMETRI

I.

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan konsentrasi H3PO4 dalam larutan
dengan menggunakan metode potensiometri.
II.

TINJAUAN PUSTAKA

Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri
langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal
ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat
dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi volume titran. Potensial sel, diukur sehingga
dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada
aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam
banyak analisis kimia (Basset, 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda
pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan
grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di
sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri
ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya
dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana
terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara
manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan
digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi.
Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut
elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi
demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila
penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu reaksi pembentukan
kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan
kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari
larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi
dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks
dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat
(KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan
reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi
spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari
persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada
kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka
perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan (Rivai, 1995).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume
titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat
dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi
potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk
suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu
elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda
redoks (Khopkar, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN

A.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer, neraca analitik, botol semprot,
labu ukur 100 ml, pipet volum 25 ml, buret 50 ml, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, gelas beker,
magnetik stir, batang pengaduk, alat ukur pH.
1. B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan H3PO4 0,1 M, NaOH, dan
akuades.
1. IV. PROSEDUR KERJA
1. Dipipet 25,0 mL larutan H3PO4 ke dalam gelas kimia 250 mL. Diencerkan hingga
tanda batas.
2. Dimasukkan pengaduk megnetik stirrer ke dalam gelas kimia tersebut dan
ditempatkan gelas kimia diatas pengaduk magnetik.
3. Dihubungkan pengaduk magnetik dan pH meter dengan sumber arus, menyalakan
alat dan menjalankan pengadukan.
4. Diatur kedudukan mula-mula larutan dalam buret dan memulai melakukan titrasi
sampai NaOH sebanyak 5 ml.
5. Ditambahkan larutan NaOH dalam buret sebanyak 1 ml hingga total NaOH 30
ml.dan mengukur pH nya dengan pH meter.
6. Dilanjutkan penambahan volume penitrasi sampai terkumpul jumlah titik yang
cukup untuk membuat kurva titrasi.
7. Digambarkan kurva dan menentukan letak titik ekivalen, memakai ketiga metode
penentuan. Menghitung konsentrasi larutan H3PO4.
1. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil dan Perhitungan


1. 1. Hasil
Hasil Pengamatan

No.

1.
2.

Langkah Percobaan
Mengencerkan 25 ml H3PO4 ke dalam labu takar -larutan bening
100 ml
-larutan tetap bening
Memasukkan dalam gelas beker dan mengaduk

3.

dengan magnetik stirrer.

- PH larutan =2,63

4.

Mencatat PH larutan

-larutan bening

Menambahkan 5mL NaOH; mengukur pH.


Melakukan perlakuan ini 2x.

VNaOH

pH

Menambahkan dengan NaOH 1 ml hingga


volume NaOH 50mL;

2,63

2,55

2,54

2,54

2,54

2,55

10

2,55

11

2,55

12

2,55

13

2,56

14

2,56

15

2,57

16

2,57

mengukur pH pada setiap penambahan 1mL

17

2,58

18

2,58

19

2,58

20

2,59

21

2,6

22

2,6

23

2,61

24

2,62

25

2,62

26

2,63

27

2,63

28

2,64

29

2,64

30

2,65

31

2,66

32

2,66

33

2,67

34

2,67

35

2,68

36

2,68

37

2,69

38

2,71

39

2,72

40

2,72

41

2,73

42

2,74

43

2,74

44

2,75

45

2,75

no. VNaOH pH

pH

46

2,77

47

2,77

48

2,77

49

2,79

50

2,79

Vrt-rt
Vrt-rt
1 pH/V (V)2 2pH 2 2pH/(V)2

2,63

2,55

-0,08

2,5

-0,016

25

-0,08 1,25

2,54

-0,01

5,5

-0,01

0,07

0,07

2,54

6,5

0,01

0,01

2,54

7,5

2,55

0,01

8,5

0,01

0,01

0,01

10

2,55

9,5

-0,01

-0,01

11

2,55

10,5

10

12

2,55

11,5

11

-0,0032

10

13

2,56

0,01 12,5

0,01

0,01

12

0,01

11

14

2,56

-0,01

13

-0,01

12

15

2,57

0,01

0,01

14

0,01

13

16

2,57

-0,01

15

-0,01

14

17

2,58

0,01

0,01

16

0,01

15

18

2,58

17,5

-0,01

17

-0,01

16

19

2,58

18,5

18

17

20

2,59

0,01 19,5

0,01

0,01

19

0,01

18

21

2,6

0,01 20,5

0,01

20

19

22

2,6

-0,01

21

-0,01

20

23

2,61

0,01 22,5

0,01

0,01

22

0,01

21

24

2,62

0,01 23,5

0,01

23

22

25

2,62

-0,01

24

-0,01

23

26

2,63

0,01

0,01

25

0,01

24

27

2,63

-0,01

26

-0,01

13,5

0,01 14,5
0

15,5

0,01 16,5

21,5

24,5

0,01 25,5
0

26,5

25

28

2,64

26

29

2,64

27

30

2,65

28

31

2,66

29

32

2,66

30

33

2,67

31

34

2,67

32

35

2,68

33

36

2,68

34

37

2,69

35

38

2,71

36

39

37

0,01 27,5

0,01

0,01

27

0,01

-0,01

28

-0,01

0,01 29,5

0,01

0,01

29

0,01

0,01 30,5

0,01

30

-0,01

31

-0,01

0,01

0,01

32

0,01

-0,01

33

-0,01

0,01

0,01

34

0,01

-0,01

35

-0,01

0,01 36,5

0,01

0,01

36

0,01

0,02 37,5

0,02

0,01

37

0,01

2,72

0,01 38,5

0,01

-0,01

38

-0,01

40

2,72

0,01 39,5

0,01

39

38

41

2,73

0,01 40,5

0,01

40

39

42

2,74

0,01 41,5

0,01

41

28,5

31,5

0,01 32,5
0

33,5

0,01 34,5
0

35,5

40

43

2,74

41

44

2,75

42

45

2,75

43

46

2,77

44

47

2,77

45

48

2,77

46

49

2,79

47

50

2,79

42,5

-0,01

42

-0,01

0,01

0,01

43

0,01

-0,01

44

-0,01

0,02

0,02

45

0,02

46,5

-0,02

46

-0,02

47,5

47

0,02

0,02

48

0,02

-0,02

49

-0,02

0,01 43,5
0

44,5

0,02 45,5

0,02 48,5
0

49,5

1. 2. Perhitungan
A. Berdasarkan grafik hubungan pH terhadap volume NaOH
Dik :

pH

= 2,71

pH

= -log [H+]

[H+]

= 10-2,71

= 1,9498. 10-3 M
reaksi: H3PO4 + OH- H2PO4 + H2O
Dit :

Ca

Jwb :
[H+]

Ca

Ka = 7,5.10-3

=
= 5,07.10-4 M
B. Berdasarkan grafik hubungan pH/v terhadap volume NaOH
Dik :

pH

= 2,77

pH

= -log [H+]

[H+]

= 10-2,77

= 1,6982.10-3 M
reaksi: H2PO4- + OH- HPO42- + H2O Ka = 6,2.10-8
Dit :

Ca

Jwb :
[H+]

Ca

=
= 46,51 M
C. Berdasarkan grafik hubungan 2pH/V2 terhadap volume NaOH
pH

= 2,79

pH

= -log [H+]

[H+]

= 10-2,79

= 1,6218.10-3 M
reaksi: HPO42- + OH- PO43- + H2O
Dit :

Ca

Jwb :
[H+]

Ka = 4,8.10-13

Ca

= = 5,4797. 106 M
B.

Pembahasan

Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu metode
elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini, metode ini
digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4. Asam fosfat merupakan suatu asam
poliprotik, artinya asam ini dapat memberikan lebih dari satu proton yang berupa ion H+ dan
apabila bereaksi dengan suatu basa, akan membentuk air. Karena itu, dalam titrasi potensiometri,
dapat dilakukan pengukuran pH berdasarkan konsentrasi H+ yang dilepaskan asam fosfat.
Karena sifatnya yang dapat memberikan lebih dari satu proton, asam fosfat memiliki 3 titik
kesetimbangan asam (Ka). Kesetimbangan ini berasal dari nilai perbandingan konsentrasi produk
dengan konsentrasi reaktan untuk masing-masing pelepasan H+.
H3PO4 + OH- H2PO4- + H2O Ka1 =
H2PO4- + OH- HPO42- + H2O Ka2 =
HPO42- + OH- PO43- + H2O

Ka3 =

Nilai konsentrasi H2O sebenarnya merupakan nilai konsentrasi oksonium H3O+, dan pereaksinya
adalah H2O. Akan tetapi, untuk menyederhanakan penulisan dan menghindari kesalahpahaman
karena pereaksi yang digunakan merupakan NaOH, maka penulisan reaksi kesetimbangan seperti
yang telah dituliskan. Adanya 3 nilai kesetimbangan inilah yang membedakan perhitungan
konsentrasi asam poliprotik seperti asam fosfat, dengan asam monoprotik dan asam diprotik.
Dalam percobaan ini, asam fosfat direaksikan dengan NaOH dengan persamaan reaksi sebagai
berikut:
H3PO4 + 3NaOH Na3PO4 + 3H2O
Hal tersebut menunjukkan terjadinya suatu reaksi penetralan larutan asam lemah yaitu asam
posfat, H3PO4 dengan titran berupa basa kuat, NaOH. Larutan NaOH merupakan golongan
oksidator kuat, yang mampu mengubah larutan yang bersifat asam menjadi larutan yang bersifat
basa dengan penambahan volume NaOH ke dalam larutan asam yang berperan sebagai titrat.
Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam fosfat dilakukan
dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu. Penambahan basa
(larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka volume penambahan
NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan. Pada titik-titk
penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar. Lonjakan ini
merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan pH
larutan.

Sebelum penambahan basa, pH asam fosfat yang telah diencerkan adalah 2,63. Penambahan basa
yaitu NaOH secara teratur dengan volume yang telah ditentukan meningkatkan pH hingga
setelah 50 mL NaOH ditambahkan, pH akhir larutan adalah 2,79. Kenaikan pH akibat
penambahan basa tidak dapat ditentukan secara matematis. Hal ini disebabkan faktor waktu yang
digunakan dalam penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan magnetik stirrer sehingga
diperoleh larutan yang homogen, dan kepekaan pH meter yang digunakan.
pH meter merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui bahwa elektroda gelas
merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya sensitif terhadap ion H+ serta
paling sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari elektroda ini yaitu tidak efektif
pada pengukuran pH di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi potensiometri juga dilakukan
pengukuran voltase atau tegangan untuk membandingkan besarnya voltase yang ditimbulkan
akibat penambahan basa. Hanya saja dalam percobaan ini tidak dilakukan.
Dari grafik hubungan pH dengan volume penambahan titran nampak terjadi kenaikan kurva yang
tidak berbeda jauh ketika titik ekivalen tercapai. Sebelum dan sesudah titik ekivalen tercapai,
kurva kembali melandai. Pada penambahan NaOH mencapai 38 mL, terjadi kenaikan nilai pH
yang cukup signifikan sehingga pada titik ini ditandai sebagai titik ekivalen pertama dengan pH
yang tercatat sebesar 2,71. Kenaikan juga terjadi pada saat penambahan NaOH mencapai 46 mL,
dengan pH sebesar 2,77. Titik ini ditandai sebagai titik ekivalen kedua. Sedangkan titik ekivalen
ketiga terjadi saat penambahan volume NaOH mencapai 49 mL dengan pH yang terukur sebesar
2,79. Titik ekivalen merupakan titik pada saat dimana tercapainya suatu kesetimbangan kimia
dalam larutan. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat laju pembentukan produk sama dengan
laju penguraian reaktan.
Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi naik dengan curam, benar-benar tercapai
titik kesetimbangan, maka dibuat grafik hubungan antara pH dengan volume titan, grafik
pH/V dengan volum titran, grafik hubungan 2pH/V2 dengan volume titran. Maka dapat
dihitung konsentrasi dari ion (H+) yaitu Titik ekuivalen pertama terjadi pada saat penambahan
volume NaOH sebanyak 38 mL dengan pH 2,71 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,9498. 10-3
M dan konsentrasi larutan yaitu 5,07.10-4 M. Titik ekivalen kedua terjadi pada penambahan
volume NaOH sebanyak 46 mL dengan pH 2,77 diperoleh konsentrasi [H+] sebesar 1,6982.10-3
M dan konsentrasi larutan yaitu 46,51 M. sedangkan titik ekivalen ketiga terjadi pada
penambahan NaOH sebanyak 49 mL dengan pH 2,79 dengan konsentrasi [H+] sebesar
1,6218.10-3 M dan konsentrasi larutan yaitu 5,4797. 106 M.
Grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini merupakan grafik hubungan antara volume NaOH
dengan pH, DpH/DV dan D2pH/(DV)2. Titik ekuivalen ditunjukkan oleh grafik yang mengalami
kenaikan yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka konsentrasi asam fosfat dapat
dihitung melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang diperoleh bervariasi, dengan kurva
naik turun dan tidak linear. Grafik hubungan antara volume NaOH dengan pH larutan tersebut
didapatkan berbentuk integral seperti pada literatur. Dari semua grafik yang diperoleh, grafik
tersebut memiliki puncak dan penurunan pH yang sangat drastis pada saat penambahan larutan
NaOH.
VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:


1. Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan menggunakan
elektroda pembanding dan elektroda indikator dan dalam percobaan ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi asam fosfat H3PO4.
2. Asam fosfat merupakan suatu asam poliprotik dimana asam ini dapat melepaskan tiga buah
proton dalam bentuk ion H+ sehingga memiliki tiga nilai tetapan kesetimbangan (Ka).
3. Titik ekivalen titrasi terjadi saat penambahan 38 mL NaOH pada pH 2,71, penambahan 46
mL NaOH pada pH 2,77, dan penambahan 49 mL NaOH dengan pH 2,79.
4. Titik dimana peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar merupakan titik pH
dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan.
5. Berdasarkan hasil perhitungan: [H3PO4] = 5,07.10-4 M,
5,4797. 106 M.

[H2PO4-] = 46,51 M, dan [HPO42-] =

DAFTAR PUSTAKA
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI Press. Jakarta.

Praktikum 1 Titrasi Potensiometri


22.41 No comments

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih canggih dan


minimalis ukurannya. Potensiometri merupakan salah satu metode elektroanalisis
yang terus dikembangkan. Elektroda yang digunakan dalam potensiometri harus
berbeda agar dapat menimbulkan beda potensial yang dapat terukur oleh
voltmeter.

Pengembangan

dari

teknik

analisis

potensiometri

berawal

dari

penggantian elektroda indikator dengan penggunaan dua elektroda reference. Beda


potensial yang muncul pada kedua elektroda disebabkan karena membran yang
berada pada salah satu elektrodanya. Elektroda reference yang digunakan harus
bekerja berdasarkan hukum Nernst. Potensial yang dihasilkan konstan dalam
berbagai waktu dan tidak terpengaruh temperatur. Selain itu elektroda reference
yang digunakan harus reversibel dan bersifat inert.
Elektroda indikator yang sering digunakan adalah pH meter. Sensitifitas
elektroda ini terhadap H+ dapat dimanfaatkan untuk menentukan konsentrasi dari
suatu analit. Cara yang ditempuh dengan titrasi menggunakan titran yang sesuai
dan menggunakan elektroda indikator yang sesuai juga. Praktikum ini akan
mencoba suatu metode yang merupakan salah satu metode potensiometri yang
dilakukan secara tidak langsung atau biasa disebut titrasi potensiometri.

1.2 Tujuan
Mempelajari prinsip analisis dengan metode titrasi potensiometri

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 HCl
HCl atau asam klorida merupakan golongan asam kuat. Asam ini memiliki
massa molar 36,46 g/mol. Asam ini merupakan senyawa polar yang mudah larut
dalam air. Wujudnya cair, tidak berwarna, dan bau menyengat. Hal yang perlu
diperhatikan adalah sifat korosifnya terhadap jaringan tubuh dan beracun bila
dikonsumsi.

Asam

klorida

akan

menimbulkan

permasalahan

pada

sistem

pernapasan, mata, kulit, paru-paru. Jika terjadi kecelakaan pada penggunaannya


cari

pertolongan

medis

profesional

setelah

tindakan

pertolongan

pertama

dilakukan. Jika mengenai mata segera siram mata dengan air berlebih selama 15
menit, mengangkat kelopak mata bawah dan atas sesekali. Jika kontak dengan kulit
maka segera siram kulit dengan air mengalir selama 15 menit dan sesaat kemudian
melepaskan pakaian yang terkontaminasi. Jika tertelan hubungi pihak medis segera.
Jangan memaksakan muntah. Bilas mulut dengan air dingin. Berikan korban 1-2
cangkir air atau susu untuk diminum. Jika masuk ke saluran pernafasan pindahkan
ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan (Anonim, 2012).
2.1.2 NaOH
Natrium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda
kaustik merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali
yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun,
maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol dan berwujud
kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam
keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm 3 pada wujud
padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-turut adalah 318 oC
dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu
20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida
tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %.

Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan metanol. Senyawa ini dapat
menyebabkan luka bakar pada mata yang memungkinkan menimbulkan kebutaan
atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar
pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan.
Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas,
dan memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara terus menerus dan
jangka waktu lama dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya
diberikan adalah segera membilas mata dan kulit dengan air bersih selama kurang
lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian
yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan lewat
mulut sebelum ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban dibawa ke
udara terbuka dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk membantunya.
Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang sejuk dan
kering (Anonim, 2012).
2.1.3 Soda Kue
Soda kue memiliki rumus molekul NaHCO 3 atau biasa disebut baking soda
dan sodium bicarbonate. Massa molar dari soda kue adalah 84,01 g/mol. Padatan
dari soda kue ini berwarna putih sedangkan jila dilarutkan dalam air menjadi tidak
berwarna. Potensi efek kesehatan akutnya sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit
(iritan), kontak mata (iritan), menelan, dari inhalasi. Potensi efek kesehatan kronis
tidak tersedia. Efek mutagenik dan efek teratogenik tidak tersedia. Penggunaan
berulang atau berkepanjangan tidak diketahui memperburuk kondisi medis.
Tindakan pertolongan pertama jika kontak mata maka periksa dan lepaskan jika ada
lensa kontak. Jika kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air
sekurang kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan untuk membasuhnya.
Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi. Jika mengenai kulit maka cuci dengan
sabun dan air. Tutup kulit yang teriritasi dengan yang bersifat lunak. Dapatkan
bantuan medis jika iritasi berkembang. Akibat kontak kulit serius tidak tersedia. Jika
terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.
Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jika tertelan jangan

mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian oleh tenaga medis.
Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang di bawah sadar.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul (Anonim, 2012).

2.2 Titrasi Potensiometri


Metode elektroanalitik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol.
Voltametri dan polarografi merupakan metode penelaahan komposisi larutan
elektrolit encer dengan mengalurkan kurva arus-tegangan. Voltametri adalah nama
umum, sedangkan polarografi khusus mengacu pemakaian elektroda tetes merkuri.
Pada amperometri kedua elektroda dapat terpolarisasi.
Coulometri merupakan metode analisis yang meliputi pemakaian hukum elektrolisis
Faraday.
Konduktometri merupakan metode yang menggunakan due elektroda inert dan

konduktansi elektrolit antara kedua elektroda ini diukur.


Oscillometri meruapak metode yang menggunakan sumber arus bolak-balik

berfrekuensi tinggi, perubahan konduktansi dan tetapan dialektrikum.


Kronopotensiometri merupakan metode menguunakan arus yang konstan dan
diketahui dilewatkan melalui larutan, potensial terbentuk antara dua elektroda dan
larutan yang diamati sebagai fungsi waktu.
Pemisahan dengan logam terkendali merupakan metode dengan bermacam spesies
dapat dipisahkan secara kuantitatif dengan oksidasi atau reduksi elektrolitik pada
suatu elektroda dengan potensial yang benar-benar terkendali (Khopkar, 1990).
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran
potensial suatu sensor atau elektroda. Dalam teknik ini suatu membran Sensor atau
permukaan sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia, yang menimbulkan
potensial yang sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang
dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus
melalui sel. Sel elektrokimia yang lengkap, potensial sel dapat ditentukan dengan
persamaan :

Esel = Eind - Eref + Ej


dengan:
Esel

= potensial sel

Eind

= potensial elektroda indikator

Eref

= potensial elektroda referensi

Ej

= potensial dari liquid juntion

Sedangkan potensial dari elektroda indikator mengikuti persamaan:


Eind = Konstanta + 2,303RT/zF log a
dengan:
2,303RT/zF= faktor Nernst
z

= muatan dari ion

= aktivitas ion

(Tim Kimia Analitik, 2012).


Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara
elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur
potensial pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yaitu
berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial tetap selama
pengukuran. Elektroda indikator ini sebagai elektroda pengukur dan elektroda yang
dicelupkan merupakan elektroda pembanding. Elektroda indikator merupakan
elektroda yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan
dan proses pemilihannya berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan
(Gandjar, 2007).
Potensiometri merupakan metode analisis kimia berdasar hubungan antara
potensial elektroda relatif dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia.
Metode ini berguna untuk menentukan titik setara suatu titrasi secara instrumental
sebagai pengganti indikator visual. Contoh, pada titrasi asam-basa, redoks,

kompleksometri,

dan

pengendapan.

Alat

yang

digunakan

untuk

melakukan

percobaan ini adalah potensiometer atau pH meter dengan elektroda kerja dan
referensi yang tercelup dalam larutan yang diukur (Hendayana, 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi
yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter
yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari
grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat
bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya
dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok
untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu
reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi
redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang
terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan
elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi
netralisasi

terjadi

pada

titrasi

asam

basa

indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi

dapat

diikuti

dengan

elektroda

harus kurang dari 10-8. Sedangkan

reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida
yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer
(Khopkar, 1990).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat,
atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks
(misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata
sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

Salah satu metode potensiometri adalah potensiometri tidak langsung atau


lebih dikenal sebagai titrasi potensiometri. Dimana komponen yang akan ditentukan
konsentrasinya dtitrasi cengan titran yang sesuai dan elektroda indicator digunakan
untuk mengikuti perubahan potensial akibat titrasi. Plot antara potensial elektroda
dengan volume titrasi akan berupa kurva sigmold, dimana titik ekivale dapat
ditentukan dari kurva tersebut (Tim Kimia Analitik, 2012).
Titik akhir titrasi dalam titrasi potensiometri dideteksi dengan menetapkan
volume pada saat terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambah
titran. Untuk titrasi yang menggunakan suatu elektroda kaca dapat digunakan
untuk semua reaksi titrimetri, misalnya asam basa, redoks, pengendapan dan
pembentukan kompleks. Titrasi ini dapat dilakukan dengan tangan, ataupun
prosedur itu diotomatiskan. Dalam titrasi tidak otomatis, potensial diukur setelah
penambahan tiap tetes berurutan dari titran dan pembacaan yang diperoleh dari
volume titran dibuat kurva titrasi. Jika digunnkan elektoda kaca, diperlukan piranti
ukur dengan impedansi masukan yang tinggi karena resistan kaca yang tinggi.
Namun sebagian besar telah menggunakan pH meter. Karena pH meter ini
digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal-hal tertentu
penggunaannya tidak diwajibkan (Underwood,1986).
Titrasi potensiometri biasanya tidak diperlukan potensialpotensial mutlak
ataupun potensial relatif terhadap suatu separuh sel standar, dan pengukuran
dilakukan sementara titrasi berlangsung. Titik ekuivalensi reaksi akan ditunjukkan
oleh perubahan potensial e.m.f. suatu elektroda haruslah konstan potensialnya
meskipun tidak perlu diketahui, elektroda lain harus berperan sebagai indikator
perubahan konsentrasi ion dan haruslah merespons dengan cepat (Basset, 1994).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
-

Elektroda pH

mV/pH meter

Stirrer magnetik dan anak stirrernya

Gelas beaker 150 mL

Buret 50 mL

Botol Semprot
3.1.2 Bahan

Buffer pH 4 dan 7

Larutan HCl baku 0,1 M

Soda kue

Akuades

Laarutan baku NaOH 0,1 M

3.2 Skema Kerja

3.2.1

Kalibrasi pH meter

3.2.2

Standarisasi HCl

3.2.3 Penentuan Soda Kue

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Titrasi NaOH dengan HCl
pH larutan

Penambahan

Pengulangan

Pengulangan

Awal (0)

12,510

12,485

12,465

12,429

12,427

12,377

12,382

12,332

12,345

12,297

12,305

12,250

12,265

12,201

12,224

12,155

12,181

12,106

12,133

12,048

10

12,086

11,996

11

12,030

11,946

12

11,969

11,885

13

11,904

11,817

14

11,831

11,746

15

11,761

11,658

16

11,671

11,566

17

11,573

11,306

1 mL HCl ke-

18

11,440

11,105

19

11,265

10,790

20

11,013

10,175

21

10,527

9,423

22

9,732

7.100

23

7,757

7,050

24

5,405

5,470

25

2,665

2,510

4.1.2 Tabel Titrasi Na2CO3 dengan HCl


pH larutan

Penambahan

Pengulangan

Pengulangan

Awal (0)

8,890

8,890

8,812

8,737

8,657

8,613

8,441

8,404

8,095

8,073

7,611

7,602

7,265

7,265

7,060

7,055

6,911

6,905

6,790

6,783

10

6,690

6,685

11

6,605

6,610

1 mL HCl ke-

12

6,534

6,529

13

6,468

6,462

14

6,407

6,402

15

6,350

6,343

16

6,288

6,286

17

6,233

6,230

18

6,180

6,179

19

6,128

6,133

20

6,078

6,074

21

5,020

6,026

22

5,962

5,974

23

5,908

5,927

24

5,856

5,876

25

5,802

5,820

4.1.3 Kadar Na2CO3 dan NaHCO3


Na2CO3

73,83%

NaHCO3

58,52%

4.2 Pembahasan
Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran
potensial suatu sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan
sensor berfungsi sebagai setengah sel elektrokimia yang menimbulkan potensial
sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau konsentrasi ion yang dianalisis.

Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak ada arus melalui sel.
Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum Nernst.
Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu
larutan dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi
potensiometri merupakan salah satu bentuk pengembangan dari metode ini dengan
penggunaan titrasi dalam penambahan suatu larutan.
Praktikum kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan
dalam praktikum ini mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan
penentuan kadar NaHCO3 dan Na2CO3 dalam soda kue.
Titrasi

potensiometri

merupakan

analisis

volumetri.

Analisis

volumetri

biasanya diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar


dengan larutan lain yang telah diketahui pasti konsentrasinya disebut standarisasi
atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya
yang akan digunakan pada analisis volumetri. Ada dua cara menstandarkan larutan
yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat.
Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan
disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian

melarutkannya

untuk

memperoleh

volum

tertentu,

tetapi

dapat

distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.


Sementara tujuan dari standarisasi adalah mengetahui konsentrasi pasti dari
suatu larutan. Belum tentu konsentrasi suatu larutan akan tetap jika telah dibiarkan
dalam waktu lama. Sebagai contoh NaOH yang beersifat higroskopis atau mudah
mengikat uap air dan air sehingga jika dibiarkan terlalu lama maka konsentrasinya
akan berubah. Beberapa zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer,
harus memenuhi persyaratan seperti mudah diperoleh dalam bentuk murninya,
stabil, dan mudah dikeringkan atau tidak higroskopis.

Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh
karena itu reaksi yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung
cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Selanjutnya, reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat
kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus berlangsung secara sempurna
sehingga akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun perhitungan.
Sebelum digunakan pH meter yang merupakan elektroda kaca bersifat
sensitif terhadap ion H+ akan dikalibrasi menggunakan larutan KCl. Proses ini
bertujuan agar skala yang ditunjukkan pada pH meter adalah benar. KCl merupakan
garam yang bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk mengkalibrasi pH
meter.
Set alat titrasi potensiometri otomatis dirangkai sedemikian rupa sehingga
penambahan larutan HCl dapat dilakukan untuk memulai titrasi. 25 mL larutan
NaOH 0,1 M ditempatkan pada wadah yang tersedia dan ditetesi (ditambahkan) 1
mL HCl untuk kemudian diukur pH pada tiap-tiap penambahan hingga 25 mL HCl
yang digunakan. Setiap dilakukan penambahan maka larutan dihomogenkan
dengan cara mengaduk secara otomatis menggunakan alat yang disediakan. Tujuan
dari penghomogenan ini adalah menyamakan pH disetiap bagian larutan. Hal ini
karena penambahan larutan HCl sebanyak 1 mL hanya terjadi pada sebagian
bagian saja, untuk mempercepat reaksi penggaraman dan pengukuran pH secara
merata pada tiap bagian maka dilakuakan pengadukan. pH yang ditunjukkan pada
alat dicata dan kemudian diplotkan terhadap volume HCl yang ditambahkan.
Titik ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol titran dan titrat
pada titik tersebut adalah sama atau ekivalen. Sebagai contoh 1 mol NaOH akan
memiliki titik ekivalen jika sudah tercapat 1 mol HCl yang ditambahkan. Titik
ekivalen digunakan sebagai titik akhir titrasi dengan bantuan indikator untuk
mendeteksi titik akhir tersebut.
Jika diplotkan pada skema standarisasi HCl didapatkan grafik

Titik ekivaelen dari grafik tersebut dapat ditemukan dengan cara menentukan garis
linearitas sesuai dengan data yang ada. Titik ekivalen tersebut diketahui pada garis
linear yang memotoh grafik tersebut. Berdasarkan grafik di atas maka titik
ekivalennya adalah 22 mL HCl karena pada titik tersebut terjadi perpotongan. Grafik
tersebut

menginformasikan

bahwa

pH

dari

larutan

NaOH

yang

dititrasi

menggunakan larutan HCl lama kelamaan akan turun. Hal ini dikarenakan
terbentuknya garam NaCl sehingga konsentrasi NaOH menurun akibat sebagian
NaOH ternetralkan oleh asam HCl. Reaksinya adalah
NaOH (aq) +HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (aq)
Penurunan pH mula-mula terjadi sedikit demi sedikit, kemudian saat mendekati titik
ekivalen penurunan menjadi drastis. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan secara
hati-hati. Namun karena penggunaan mesin kesalahan dalam penambahan titran
dapat diminimalisir. Ketika titik ekivalen diketahui, maka konsentrasi HCl dapat
diketahui yaitu dengan menggunakan persamaan V 1 M1 = V2 M2. Dari percobaan ini
didapatkan konsentrasi larutan HCl adalah 0,11 M.
Setelah HCl sudah diketahui konsentrasinya, larutan tersebut digunakan
untuk menitrasi Na2CO3 untuk diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah
Na2CO3 (aq) +HCl (aq) NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)

Mula-mula pH dari larutan yang terbuat dari soda kue adalah 8,8 kemudian lama
kelamaan turun. Hal ini dikarenakan basa Na 2CO3 dalam soda kue ternetralkan oleh
HCl. Jika digambarkan grafik maka

Titik ekivalen bergasarkan grafik tersebit berada pada 19 mL. Hal ini dapat
diketahui dengan perpotongan grafik dengan garis linieritas. Kurva yang dihasilkan
tidak terlalu curam seperti halnya titrasi HCl dengan NaOH halll ini dikarenakan
soda

kue

merupakan

basa

yang

lemah

jika

dibandingkan

NaOH.

Dengan

menggunakan persamaan V1 M1 = V2 M2. Maka konsentrasi Na2CO3 dapat diketahui.


Namun karena yang akan dicari adalah kadar maka diperlukan persamaan mol. Mol
HCl dan mol Na2CO3 saat titik ekivalen adalah sama. Dengan demikiam dapat
digunakan untuk mengetahui berat. Kadar dihitung dengan membagi dengan massa
sampel dikalikan 100%. Dari percobaan ini didapatkan kadar Na 2CO3 dalam sampel
adalah 73,83%. Mol NaHCO3 juga dapat diketahui berdasarkan persamaan reaksi.
Mol NaHCO3 terhadap mol Na2CO3 adalah satu banding satu. Oleh karena ini
keduanya sama. Kadar dari NaHCO3 dalam sampel adalah 58,52%.
Kesalahan

yang

mungkin

terjadi

saat

praktikum

dilakukan

adalah

ketidakbersihan alat untuk titrasi seperti gelas tempat sampel pada mesin
pencucian yang kurang bersih dapat menyebabkan adanya zat sisa yang
menempel. Selain itu, larutan NaOH bersifat higroskopis. Jika dibiarkan terlalu lama

maka kemungkinan akan engikat uap air di udara sehingga konsentrasinya


dimungkinkan turun dari semula yaitu 0,1 M.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
-

Prinsip dasar titrasi potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan


dengan menggunakan elektroda dengan zerro current secara titrasi.

Kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83% dan kadar NaHCO 3 dalam sampel
sebesar 58,52%.

5.2 Saran
-

Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel diperhatikan betul jumlah pelarut yang
ditambahkan karena akan mempengaruhi konsentrasi.

Sebaiknya pencucian alat-alat yang hendak digunakan dilakukan dengan bersih


dan dikeringkan terlebih dahulu sebeelum digunakan kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2012.

Hidrochloride

Acid

(http://www.scienelab.com/msds/php?

msdsld=9223456) diakses 14 April 2012 pukul 12.57 WIB.


Anonim.

2012.

Sodium

Hidroxyde

(http://www.scienelab.com/msds/php?

msdsld=9924120) diakses 14 April 2012 pukul 12.45 WIB.


Anonim.

2012.

Sodium

Bicarbonate

(http://www.scienelab.com/msds/php?

msdsld=9776623) diakses 14 April 2012 pukul 12.57 WIB.


Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis dan Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Tim Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas Jember.
Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai