Anda di halaman 1dari 14

Makalah musik

Kompangan Khas Jambi

Disusun oleh :
Jovita Ivana (18)
Natalia Karen Kamil (25)
Tiara Dewangga (38)
KELAS XC

Kata Pengantar
Puji syukur tim penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasih karunia-Nya, laporan karya ilmiah yang berjudul Kompangan Khas Jambi ini bisa
diselesaikan. Banyak orang yang masih tidak mengetahui keberadaan kompangan, atau
mungkin ada juga yang mengetahuinya tetapi tidak begitu menganggapnya ada. Padahal,
banyak hal menarik yang bisa ditemukan di dalam seni musik kompangan ini, mulai dari
sejarahnya, fungsinya, hingga ke pertunjukkannya. Musik kompangan ini bahkan juga
disenangi oleh masyarakat asing. Adalah hal yang lucu apabila kita memiliki budaya yang
disukai oleh masyarakat asing tetapi kita sendiri tidak mengenalnya.
Maka dari itu, tim penulis mencoba mengupas tentang musik kompangan yang
berasal dari Jambi ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Selamat
membaca.

Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................................................ 2
BAB I...................................................................................................................... 3
BAB II..................................................................................................................... 4
BAB III.................................................................................................................. 11
Daftar pustaka..................................................................................................... 12

BAB I
Pembukaan
1.1.

Latar Belakang
Salah satu dari tim penulis sering menjumpai pertunjukan kompangan di acara
pernikahan di dekat rumah. Walaupun tak selalu menonton pertunjukan tersebut,
musik kompangan tersebut berbunyi cukup kuat sehingga bisa terdengar sampai ke
rumah. Bunyi musiknya yang merdu dan kekompakan mereka dalam bermain
kompangan membuat tim penulis tertarik untuk mengenal kompangan lebih dalam.
Selain itu, salah satu tim penulis yang lain sering menemui pertunjukan
kompangan saat kecil. Namun sekarang, pertunjukan kompangan itu jarang ditemui
lagi, bahkan hampir tidak pernah mendengar mereka menabuh kompangan lagi.
Perkembangan kompangan yang tumbul hilang ini juga menarik untuk dibahas.

1.2.

Tujuan
Ada pun tujuan dari pembuatan makalah ini, di antaranya :
Memahami kompangan secara keseluruhan, mulai dari bentuk, fungsi
dan sejarahnya
Memahami perkembangan kompangan di Indonesia
Menumbuhkan sikap apresiasi terhadap musik kompangan

1.3.

Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni :
Apa itu kompangan?
Bagaimana bentuk kompangan?
Bagaimana sejarah kompangan?
Apa saja fungsi kompangan?
Bagaimana perkembangan kompangan di Indonesia?

BAB II
Pembahasan
2.1.

Pengertian Kompangan
Kompangan yang juga bisa disebut sebagai hadra adalah alat musik tradisional
khas Provinsi Jambi yang memadukan seni musik alat pukul sejenis rebana dengan
tradisi Islam. Jika dilihat secara sekilas, alat musik
kompangan tidak tampak jauh berbeda
dengan alat musik lain seperti rebana,
ketipung, dan alat musik pukul lainnya.
Yang membedakan kompangan dari alat
musik lainnya adalah dari segi bentuk, nada, dan
dengan kebudayaan Islam yangmelekat dan melebur ke

kompangan saat identik


dalam

budaya

Gambar 1. Bentuk alat musik


kompangan

Melayu di Jambi.

Alat musik kompangan terbuat dari kulit sapi yang dikeringkan


dan dipasangkan ke ring yang terbuat dari kayu. Bentuknya
persis seperti rebana. Jika diperhatikan dengan lebih
saksama,

kompangan

dibandingkan

dengan

tampak
rebaba.

lebih
Alat

ramping
musik

kompangan terdiri dari beberapa ukuran dan ukuran


inilah yang nantinya akan menghasilkan suara
berbeda sehingga variasi suara yang dihasilkan hanya berasal
dari ukuran kompangan. Umumnya, alat musik kompangan dimainkan tidak secara
Gambar 2. Variasi ukuran
kompangan

tunggal, melainkan dalam suatu kelompok atau

beregu.

2.2.

Sejarah Kompangan
Sedikit yang tahu

mengenai sejarah perkembangan musik kompangan ini.

Apalagi, kompangan ini mulai ditinggalkan dan harus bersaing dengan musik modern
seperti organ tunggal dan sejenisnya. Awalnya, hadra (nama lain dari kompangan)
yang pertama kali berada di Provinsi Jambi bernama Sambilan, yang merupakan
singkatan dari nama nama pendirinya : Safaidin, Ahmad, Marzuki, Burhanudin,
4

Ibrohim, Jalil, Ahmad Jalil dan Nawawi. Diperkirakan Sambilan lahir tahun 1943.
Sambilan

mulai

aktif

di

Kampung

Tengah, Seberang Kota Jambi.


Awal pendirian Hadra Sambilan
sangat alot. Setelah berdiri, pergerakan
mereka pun terseok seok. Alat alat
musik pertama dibuat dari kulit sapi yang
dibentuk

bulat

menggunakan

kayu.

Cukup sulit untuk membuat satu rebana


di jaman itu. Hadra mulai dikenal

Gambar 3. Kompangan untuk arak arakan pengantin

masyarakat setempat sebagai musik tradisional yang Islami. Arak arakan pengantin
mulai menggunakan jasa Hadra. Selain itu, digunakan pula untuk hajatan lain.
Untuk kostum, anggota grup Sambilan mengenakan pakaian ala raja raja
Melayu jaman dulu, yakni baju muslim dengan kain songket di selempang
(disandangkan di bahu, menyerong di dada ke arah pinggang kanan atau kiri) dan di
pinggang. Kepala pemusik menggunakan kain yang digulung seperti topi runcing.
Pada saat pertama kali tampil, mereka mengenakan pakaian berwarna biru.
Lagu lagu yang dinyanyikan kebanyakan bernuansa Islami, berasal dari kitab
kitab marhabah. Sementara, lambang grup
Sambilan berupa motif Kembang Tandjung.
Alasannya, bunga tandjung mempunyai
delapak

kelopak

yang

mencerminkan

delapan orang pendiri serta bunga itu mekar


pada jam delapan malam. Ini juga memberi
pengertian bahwa latihan hadra dilakukan
pada malam hari antara jam delapan sampai
jam sepuluh.
Berawal dari grup Sambilan, hadra
mulai tersebar ke seluruh kabupaten. Di
Gambar 4. Pakaian pemain
kompangan modern

antaranya

Kabupaten

Muaro

Jambi,

Merangin, Tebo, Bungo, Tanjung Jabung


Timur,

Tanjung

Jabung

Barat,

dan

Batanghari. Hanya kabupaten Kerinci yang tidak ada grup hadranya.

2.3.

Fungsi Kompangan

Dalam poin mengenai sejarah kompangan, telah diceritakan bahwa pada saat itu,
pertunjukkan kompangan mulai diundang untuk mengiringi arak arakan pengantin
juga untuk mengiringi acara hajatan
lain. Beberapa contoh acara hajatan
adalah cukuran anak, marhaban atau
sambutan

selamat

datang

dan

menyambut tamu tamu agung.


Sekarang,

fungsi

musik

kompangan

tidak

jauh

berbeda

dengan

penggunaan

yang

sebelumnya.

Kompangan

masih

sebagai alat musik pengiring pada

digunakan
Gambar 5. Kompangan untuk iringan
acara di Jambi

arak arakan pengantin, acara hajatan, acara syukuran dan juga digunakan untuk
mengiringi kegiatan bernuansa Islam. Selain itu, musik kompangan juga digunakan
untuk mengiringi acara acara tertentu, terutama acara khas Jambi.

2.4.

Pengamatan Penulis Terhadap Kompangan

Seperti
telah

yang
penulis

sampaikan

di latar

belakang pembuatan
makalah ini, bahwa
penulis

memilih

kompangan
topik
karena

sebagai

makalah
ada

ini

alasan

tertentu. Salah satu


Gambar 6. Latihan kompangan

anggota tim penulis

menyatakan bahwa ia masih sering menjumpai pertunjukan kompangan di acara


pernikahan di dekat rumah. Walaupun tak selalu menonton pertunjukan tersebut,
musik kompangan tersebut berbunyi cukup kuat sehingga bisa terdengar sampai ke
rumah. Terkadang, bunyi musik ini cukup mengganggu di kesibukan yang padat.
Namun, ketika kita menikmati waktu luang di sela sela kesibukan, musik ini cukup
menghibur. Alunan nadanya yang merdu serta kekompakan pemain dalam menabuh
kompangan menjadi daya tarik tersendiri bagi alat musik ini. Kabar

baiknya,

pertunjukan ini masih terus dilestarikan. Masih banyak masyarakat yang


membutuhkan hiburan ini di kawasan rumah salah satu penulis ini. Terbukti dengan
masih seringnya pertunjukan ini eksis kompleks perumahan.

Gambar 7. Abang - abang yang memainkan kompangan


dengan kompak

Namun, berbeda cerita dengan yang dimiliki oleh salah satu penulis yang lain.
Sejak kecil, dirinya sering mendengar pertunjukan kompangan. Tidak hanya
mendengar pergelarannya saja, bahkan saat para abang abang berlatih bersama
untuk tampil pun si penulis sering mendengarnya. Biasanya mereka berlatih bersama
di langgar (masjid kecil) setelah maghrib.
Sayangnya, aktivitas demikian hanya terdengar saat penulis kecil. Sekarang
sekarang ini, aktivitas mereka jarang terdengar, bahkan hampir tidak pernah terdengar
lagi. Dari hasil diskusi kami, ada beberapa kemungkinan yang membuat kegiatan ini
semakin pasif. Beberapa di antaranya :
Pertunjukan kompangan untuk acara acara tertentu membutuhkan biaya
yang tidak sedikit karena dimainkan secara beregu. Para penyelenggara
acara lebih memilih untuk menghadirkan hiburan yang murah meriah
seperti contohnya organ tunggal. Jadi, kurangnya peminat juga
berpengaruh terhadap aktivitas mereka.

Pengaruh
budaya
kebarat

baratan

yang

juga
mencakup
musik

barat

turut membuat
musik

Gambar 8. Budaya musik dari luar turut


mempengaruhi surutnya peminat kompangan

tradisional kurang diminati, termasuk alat musik kompangan ini.


Banyak kelompok aktivitas pada zaman sekarang ini, mulai dari kelompok
belajar, kelompok pertemanan, atau pun kelompok sosial media sehingga
sulit untuk mencari waktu luang untuk latihan bersama.
Adanya pandangan bahwa musik kompangan tidak memberikan jaminan
di masa depan sehingga banyak yang memilih untuk meninggalkan
kompangan untuk pendidikan yang lebih terfokus.
Dan tentu ada faktor faktor lain yang memungkinkan musik kompangan ini
mulai ditinggalkan.

2.5.

Perkembangan Kompangan di Indonesia


Sekitar tahun 1999, hadra kota resmi dibentuk pada saat Festival Hadra digelar
oleh Persatuan Pengajian Remaja
Al Hidayah RT 09 Kelurahan
Sungai

Putri,

Kecamatan Telanaipura. Pada saat itu,


Bunyamin
yang
salah

Gambar 9. Festival kompangan di Jambi

Yusuf

merupakan
satu

guru

besar

hadra

Provinsi

Jambi

beresama

dengan

K. M. S. Halim, Joko Purwoko, Didi, dan beberapa anggota lainnya yang peduli
terhadap perkembangan hadra. Mereka akhirnya membuat satu organisasi yang bernama
Ikatan Dewan Hadra Anggut (IDHA) Kota Jambi.
Setelah organisasi hadra Kota Jambi berdiri, gairah masyarakat terhadap hadra
mulai tinggi lagi. Lambat laun, organisasi serupa mulai bermunculan di Kota Jambi.
9

Jumlah grup yang terdaftar di IDHA sekarang ini ialah 63 grup. Setelah berdirinya
Ikatan Dewan Hadra Anggut Kota Jambi, barulah pada tahun 2001 dibentuk Ikatan
Dewan Hadra Provinsi Jambi yang dirumuskan oleh beberapa orang. Pendirian
dilaksanakan di Museum Perjuangan Rakyat Jambi. Bunyamin Yusuf kembali terpilih
sebagai ketua. Sejak itu,
grup hadra mencapai 120
grup

yang

berasal

dari

masing masing daerah.


Untuk mengantisipasi
pergeseran

pengaruh

budaya asing, Pemerintah


Kota Jambi berencana akan
Gambar 10. Salah satu grup kompangan
yang masih eksis di Jambi

membuat event event


besar yang menampilkan
kebudayaan

kompangan.

Untuk mengantisipasi pergeseran kebudayaan bernilai arif ini, kita mulai mengangkat
musik

musik

tradisional, khususnya
yang punya basic ikon
kota. Kita mengangkat
alat musik kompangan
atau hadra ini sebagai
ikon
Jambi,

musik

Kota

kata

Kabid

Seni Budaya Dispori


Kota Jambi, Syamsuri.
Dikatakannya,

Gambar 11. Kompangan dalam Festival Batanghari


2014

kompangan menjadi basis terutama di daerah seberang kota, yang kental sekali dengan
nuansa Islami. Di setiap acara seperti sunatan, penganten, Maulid dan sebagaina
dihadirkan kompangan. Bahkan disebutnya bahwa hampir semua kelurahan yang ada di
kota, yakni sebanyak 62 kelurahan memiliki grup kompangan. Setiap kelurahan paling
tidak memiliki 10 grup kompangan. Istilahnya, kompangan ini sudah menjadi bagian
budaya kota.
Kita juga patut berbangga karena ternyata kompangan ini memiliki peminatnya.
Tampak pada gambar, bahwa ada masyarakat asing atau yang sering kita sebut bule
10

ini memainkan musik kompangan.


Bule bule tersebut merupakan peserta
program Pertukaran Pemuda Indonesia
Kanada (PPIK) yang memainkan alat
musik kompangan saat pementasan seni
budaya di Pondok Meja, Mestong, Muaro
Jambi. Kegiatan ini berlangsung pada hari
Sabtu, 7 Maret 2015. Pementasan seni budaya
tersebut

merupakan

bagian

dari

program mereka dalam mempelajari

Gambar 12. Bule yang dengan lihai


memainkan kompangan

dan mengapresiasi kekayaan seni budaya tanah air yang diikuti oleh 20 pemuda Kanada
dan 20 pemuda dari Indonesia.

11

BAB III
Penutup
3.1.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak hanya daerah daerah di
luar sana yang mempunyai alat musik kebanggaan. Jambi ternyata juga mempunyai alat
musik kebanggaan yaitu hadra atau yang lebih dikenal sebagai kompangan. Ternyata,
kompangan ini memiliki grup atau perkumpulannya masing masing di setiap
kelurahan. Artinya, grup kompangan ini ada di sekitar kita namun kita tidak
menyadarinya. Mungkin juga dapat disimpulkan bahwa peminat musik kompangan
kian menipis sehingga aktivitasnya menjadi tidak aktif dan tidaklah mengherankan
apabila kita tidak begitu merasakan keberadaan mereka. Masuknya budaya barat
termasuk musik musiknya ke negeri ini membuat kita terlena sehingga kita
melupakan atau bahkan acuh tak acuh terhadap kebudayaan luhur ini. Padahal, jika
kebudayaan ini diperhatikan betul dan dilestarikan dengan sebaik mungkin, alat musik
ini bisa menjadi ikon budaya Jambi yang pada nantinya akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi turis lokal maupun turis mancanegara.

3.2.

Saran
Karena budaya yang luhur ini mulai bergeser seiring masuknya budaya asing ke
negeri kita, ada baiknya apabila kita tetap berusaha melestarikan budaya ini. Tugas
pembuatan makalah seperti ini sangat baik bagi pelajar sekolah, karena dapat
menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai alat musik yang dipilihnya.
Karena tim penulis memilih musik kompangan sebagai topik, maka pembuatan
makalah ini secara tidak langsung juga membuat tim penulis semakin mengenal
kompangan. Tahap selanjutnya setelah pembuatan makalah, tentu akan ada rasa
apresiasi terhadap budaya lokal. Rasa apresiasi ini juga bisa memancing rasa ingin
melestarikan budaya lokal, mungkin dengan mengikuti kegiatan kompangan ini atau
dengan hanya sekedar berpromosi. Segala bentuk apresiasi terhadap alat musik ini
memiliki andil yang besar terhadap perkembangan alat musik kompangan yang mulai
surut peminatnya.
Untuk para pelajar, mungkin bisa menceritakan kepada teman temannya
mengenai alat musik kompangan ini. Mungkin hanya untuk diskusi ringan sebagai
selingan. Diskusi ringan walaupun sebentar sudah cukup untuk menambah wawasan
akan budaya Jambi sendiri. Untuk para guru, mungkin bisa menambahkan materi
berwawasan lokal khususnya budaya musik Jambi yang mana pelajar Jambi sekarang
kurang memahami budayanya sendiri.

12

Daftar pustaka
http://jahwarijoejambi.blogspot.co.id/2011/06/k-o-m-p-n-g-n-hadra.html?m=1
http://masurai.com/seni-kompangan-akan-dijadikan-icon-musik-kota-jambi/
http://anyunpuspita.blogspot.co.id/2014/04/kompangan.html?m=1
http://ardyan1593.blogspot.co.id/2012/09/makalah-seni-musik.html?m=1
http://jiwaterbelenggu.blogspot.com/2013/04/kompangan.html
http://www.antaranews.com/foto/80402/belajar-budaya-indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai