Anda di halaman 1dari 9

RESUME BUKU PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI

Oleh Deliarnov

Mata Kuliah

:Pengantar Ilmu Ekonomi

Disusun Kelompok 8 oleh :


1.EKA PRATIWI
(1413034015)
2.NUR EKA KUSUMA
(1413034047)
3.DANIEL CRISTOPEL (1443034003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

Resume Bab 9 Aliran Sejarah


Dengan berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan
pemikiran-pemikiran sosialis/marxis, maka bendera system liberal/kapitalisme
kembali berkibar dan pada waktu bersamaan, di Jerman perkembangan suatu
aliran pemikiran ekonomi yang disebut Aliran Sejarah(his tor is m ).
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif sejarah. Kerangka dasar
teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam
memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran
utama(mainstream) yang berawal dari kaum klasik. nama aliran sejarah
diinspirasikan oleh keberhasilan metode sejarah dalam bidang- bidang hukum dan
bahasa. Dari beberapa pakar Jerman sendiri ada yang menamakan alian sejarah
sebagai aliran etis, untuk menunjukan ketidak senangan mereka pada paham
hidonis m e klasik.
A.SERANGAN TERHADAP METODE KLASIK
Pemikiran pemikiran klasik secara eksplisit mengakui bahwa manusia
berdasarkan hakikatnya bersifat serakah (paham hidonisme). Paham ini kemudian
dikembangkan menjadi pahamutilitarian isme.
Pendekatan- pendekatan tersebut menurut para pemikir aliran sejarah dinilai
terlalu sempit. Menurut doktrin aliran sejarah, motif orang untuk bertindak tidak
hanya didasarkan pada motif laba dan kepentingan pribadi, tetapi juga didorong
etika dan implus-implus lainnya.
Pandangan kaum klasik perekonomian diserahkan kepada kekuatan pasar, dimana
setiap orang diberi kebebasan berbuat demi kepentingan masing-masing. Dan
akhirnya melalui apa yang disebut invisible hand, akan tercipta suatu harmoni
secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini juga dikecam oleh pakar-pakar sejarah,
sebab dinilai terlalu mekanistis, dan menghendaki agar hal ini diganti dengan
dasar pemikir yang lebih etis.
Pada intinya pemikir aliran sejarah menolak argumentasi pemikir pemikir klasik
bahwa ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi. Bagi mereka
masayarakat harus di ganti sebagai satu kesatuan organisme dimana interaksi
sosoial berkait dan berhubungan antar individu. Pemikir- pemikir aliran sejarah
menghendaki agar kegiatan masayarakat dilandasi pada suatu system yang
menyeluruh, yang mencakup semua organisme dalam kehidupan bermasayarakat
sebagai suatu keseluruhan. Penganut aliran sejarah yang tidak percaya pada
mekanisme pasar bebas klasik pada umumnya sepakat untuk meminta campur
tangan pemerintah dalam perekonomian. Investasi pemerintah diharapkan mampu
membawa proseos ekonomi pada tujuan-tujuan sosial dan ekonomi yang
diinginkan bersama dan tanpa campur tangan pemerintah dalam perekonomian
tidak akan ada jaminan keadailan sosial.

Bagi pemikir-pemikir sejarah, fenomena-fenomena ekonomi merupakan produk


perkembangan masayarakat secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah,
karena itu semua pemikiran, teori, dan kesimpulan ekonomi harus di landaskan
pada empiris sejarah. Pemikir-pemikir aliran sejarah tidak setuju dengan anggapan
kaum klasik dan neo-klasik bahwa prinsip-prinsip ekonomi berlaku secara
universal.
Pemikir-pemikir aliran sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan
deduktif yang digunakan kaum klasik. Dengan pendekatan deduktif analisis
ekonomi bertitik tolak dari pengamatan secara umum. Kemudian dari pengamatan
secara umum itu diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to
the particular). Bagi pakar aliran sejarah metode deduksi ini dinilai terlalu abstrak
dan terlalu teoritis, dimana dari beberapa postulat kemudian mang-claim bahwa
pemikiran-pemikiran mereka belaku umum(universal). Menurut kau sejarah
metode deduksi ini sering tidak sesuai dengan realitas, dan karenanya sering
membawa kita kedalam kesimpulan yang sering keliru. Untuk mengatasi
kelemahan metode klasik tersebut maka pemikir-pemikir aliran sejarah
menawarkan metode induktif-historis.
Pola pendekatan induksi empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan
pengkajian yang bersifat khusus, dan dari sisi ini diambil suatu kesimpulan umum
(reasoning from the particular to the general). Dengan metode induksi empiris
maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori ekonomi hanya berlaku suatu
tempat pada waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori ekonomi
sangat tergantung pada kondisi dan lingkungan setempat.
B.TOKOH-TOKOH ALIRAN SEJARAH
Tokoh-tokoh aliran sejarah sangatlah banyak, namun yang akan dibahas kali ini
yang dianggap paling penting saja, diantaranya yaitu :
1. Friedrich List (1789-1846)
Friedrich List lahir dan memperoleh pendidikan di Jerman. Ia pernah mengajar di
Negara tersebut, tetapi idenya memaksanya untuk pindah ke Amerika Serikat.
Salah satu buku list yang terkenal adalah:Das
Nationale System der Politischen Oekonomie, der Internationale Handel,
die Handels Politik und der Deutche ollverein, atau dalam bahasa
Inggrisnya: The National System of Political Economy, International
Trade, Trade Policy and the German Customs Union (1841). Dalam bukubuku tersebut List menyerang pakar-pakar klasik yang disebutnya
kosmopolitan sebab mengabaikan peran pemerintah.
Lebih lanjut List mengatakan bahwa kita biasa mengambil kesimpulan tentang
perkembangan suatu masyarakat dari data sejarah. Dari cara mereka berproduksi
maka setiap kelompok masyarakat pada umumnya melewati tahap-tahap sejarah
sebagai berikut:

a.) Tahap berburu dan menangkap ikan, atau tahapbarbarian, yang berciri
masayarakat primitif sebab kebutuhan dari apa yang disediakan oleh alam,
b.) Zaman mengembala ataupastoral, yang mulai berternak tapi masih
nomaden atau tidak menetap,
c.) Zamanagr ar is, dimana masyarakat mulai menetap dan bertani secara
subsisten,
d.) Zaman bertani, menghasilkan industri manifaktur sederhana dan mulai
melakukan perdagangan lokal, dan
e.) Masyarakat bertani, manufaktur lebih maju dan telah melakukan
perdaganagan internasional.
Menurut List, system perdagangan bebas yang dianjurkan kaum klasia hanya
cocok bagi negara-negara yang sudah berada pada tahap ke lima (waktu itu
misalnya Inggris), tapi system perdagangan bebas jelas tidak cocok untuk keadaan
Jerman waktu itu, yang keadaan industrialisasinya agak tertinggal dengan keadaan
industrialisasi di negeri Inggris.Untuk memajukan perekonomian Jerman, List
menyarankan agar
pemerintah menyusun berbagai kegatan ekonomi sebagai bagian dari kegiatan
produksi dan kemampuan nasional. Dua sektor utama yang sangat menentukan
perekonomian nasaional adalah sektor pertanian dan industri. Menurut List sektor
pertanian diperlukan untuk menyediakan bahan pangan masyarakat, namun sektor
ini tidak dapat membawa perekonomian lebih maju. Lebih tegasnya List
berpendapat bahwa negara harus juga memajukan perekonomian melalui sektor
industri, dan industrialisasi lah yang merupakan langkah awal membawa
perekonomian lebih maju. Namun industrialisasi tidak hanya bertujuan untuk
memajukan sektor industri, tetapi lebih jauh juga membawa perbaikan pada sektor
pertanaian serta perkembangan dan kemajuan dibidang-bidang lainnya, termasuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat luas.
Dari uraian di atas jelas bahwa List lebih banyak mencurahkan perhatian pada
permasalahan ekonomi, terutama bagaimana melindungi industrialisasi Jerman
yang waktu itu tertinggal dari industrialisasi Inggris.
2. Bruno Hildebrand (1812-1878)
Hildebrand aktif dalam berbagai penelitian dan penulisan karya karya ilmiah.
Dalam melakukan penelaan dan penelitian-penelitian ekonomi, ia menekankan
perlunya mempelajari sejarah, maksudnya penelitian ekonomi harus didukung
oleh data statistik empiris yang dikumpulkan dalam penelitian sejarah ekonomi.
Hildebrand juga menekankan pentingnya evolusi dalam perekonomian
masyarakat. Menurut Hildebrand, dilihat dari cara tiap kelompok masyarakat
dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang, kelompok-kelompok masyarakat
tersebut dapat dibedakan atas tingkatan- tingkatan sebagai berikut:
a.) Tukar-menukar secara in-natural atau barter,
b.) Tukar menukar dengan perantara uang,

c.) Tukar menukar dengan menggunakan kredit.


Penelitian Hildebrand diatas dianggap cukup baik dalam bidang sosiologi dan
kurang bermanfaat dalam bidang ekonomi. Yang mana kelemahannya yaitu
beberapa penelitan berdasarkan pada monografi sejarah yang bersifat deskriptif
tentang masalah-masalah ekonomi, tetapi karyanya tersebut tidak ditujukan pada
acuan yang padu. Oleh sebab itu karya-karya penelitan sejarah Hildebrand
tersebut dinilai tidak berarti dalam perkembangan ilmu ekonomi.
3. Gustav von Schmoler (1839-1917)
Schmoler terkenal karena terlibat dalam perdebatan yang sangat sengit dan pakarpakar klasik, terutama dengan Carl Menger, tentang metodologi perkembangan
ilmu ekonomi. ia dianggap sebagai pemikir sejarah yang paling gigih
menyarankan agar metode deduktif klasi
ditukar dengan metode induktif-empiris. Pandangan Schmoler agak berbeda
dengan pandangan tokoh-tokoh aliran sejarah lainnya, yang mana tokoh-tokoh
sejarah yang lainnya menghendaki berbagai kebijakan di dalam bidang ekonomi,
Schmoler menghendaki agar kebijaksanaannya menyangkut politik sosial, dan
lebih jauh dari itu, juga meningkatkan kesejahteraan kaum buruh.
Untuk mencapai tujuannya Schmoler dan rekan-rekannya mendirikan sebuah
forum untuk menghimpun pemikiran-pemikiran dalam menghadapi berbagi
masalah ekonomi dan sosial, dan hasil pertemuan serta kesimpulan disampaikan
kepada pemerintah sebagai masukan. Salah satu berhasilnya pertemuanpertemuan yang di sampaikan kepada pemerintah dengan dibentuknya undangundang untuk melindungi kaum buruh dari penindasan kaum pengusaha. Jaminan
sosial yang diberikan kepada kaum buruh tersebut yang sesuai dengan undangundang yang telah ditetapkan dianggap sangat maju untuk zaman bagi dirinya,
sebab dinegara-negara Eropa pada umumnya belum ada perundang-undangan
perlindungan kaum buruh seperti yang di Jerman tersebut.
4. Werner Sombart (1863-1941)
Penelitan Sombart yang sering dikutip oleh orang adalah penelitannya tentang
tahap-tahap perkembangan kapitalisme. Sombart mengatakan bahwa pertumbuhan
masyarakat kapitalis sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan masyarakat.
Dalam karyanya:Der
Moderne Kapitalismus (1902), Werner Sombart lebih lanjut mengatakan
bahwa pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberapa
tingkatan, yaitu:
a.) Tingkat pra-kapitalisme
Pada tingkat pra-kapitalisme kehidupan ekonomi masih bersifat komunal, struktur
sosial masih berat kearah pertanian, kebutuhan manusia masih rendah, uang
belum dikenal, motif laba maksimum masih belum nampak, dan produk
seluruhnya lebih

ditunjukan untuk diri sendiri.


b.) Tingkat kapitalisme menengah
Pada tingkat ini walaupun kehidupan ekonomi masih bersifat komunal, tetapi
mulai memperlihatkan ciri-ciri individualisme, struktur pertanian industri mulai
berimbang, masyarakat mulai mengenal uang, motif laba maksimum mulai
nampak, dan produksi tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi ditunjukan juga untuk
pasar.
c.) Tingkat kapitalisme tinggi
Pada tingkat ini disebutkan tingkat kapitalisme tinggi, ciri masyarakat komunal
hilang, paham individualisme mulai menonjol, struktur ekonomi semakin berat ke
industri dan perkotaan, peran uang semakin menonjol, motif laba maksimum
makin kelihatan, dan sebagian produksi dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
d.) Tingkat kapitalisme akhir
Tingkat ini ditunjukan oleh ciri-ciri dimana sikap individualisme lebih tinggi,
tetapi kepentingan masyarakat tidak diabaikan, industri mulai ke padat modal,
disamping uang kartal juga mulai di kenal uang giral, motif laba maksimum lebih
tinggi, tetapi juga dipertimbangkan penggunaan laba untuk kepentingan
masyarakat, dan produksi untuk pasar.
5. Max Weber (1864-1920)
Max Weber adalah ahli sosiologi dalam arti luas dimana ilmu ekonomi dan sejarah
ekonomi oleh Weber juga dimasukan sebagai ilmu sosiologi. Dalam bukunya
yang cukup terkenal, yaitu The Protestant Ethic
and the Spirit of Capitalism (1958) ia menjelaskan ada pengaruhnya ajaran
agama Protestan terhadap prilaku ekonomi.
Perilaku ekonomi kapitalis, kata Weber, bertolak dari harapan akan keuntungan
yang akan diperoleh dengan m,empergunakan kesempatan bagi tukar menukar
yang didasarkan pada kesempatan mendapatkan keuntungan secara damai. Hasil
pengamatan Weber menunjukan bahwa golongan penganut agama Protestan,
terutama kaum Calvinis menduduki tempat teratas. Menurut orang Calvinis
keselamatan hanya diberikan pada orang-orang terpilih, hal inilah yang
mendorong orang bekerja keras agar masuk menjadi golongan orang terpilih
tersebut. Dalam pemikiran teologis inilah semangat kapitalisme yang bersandar
pada cita, ketekunan, hemat, rasional, berperhitungan, dan sanggup menahan diri,
menemukan pasangannya.
Tidak semua orang menerima tesis Weber, diantaranya yang menentang, yaitu
Bryan S Turner, R.H.Tawney, Kurt Samuelson, Robert N. Bellah, Andrew
Greeley, dan tokoh-tokoh lainnya yang pernah meneliti dampak ajaran agama lain
terhadap kehidupan ekonomi, misalnya penelitian tentang masyarakat islam dan
penganut-penganut agama Tokugawa di Jepang. Kritik-kritik tersebut antara lain

dapat dibaca dalam buku yang diedit Taufik Abdullah: Agama, Etos Kerja dan
Perkembangan Ekonomi (1979).
6. Henry Charles Carey (1793-1879)
Henry Carey adalah seorang pemimpin gerakan proteksionis dari Amerika Serikat.
Dalam karyanya: Principles of Social Science, Carey menekankan perlunya
diversifikasi industri untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas.
Menurutnya suatu negara yang hanya mengandalkan pembangunan pada ekspor
produk-produk pertanian dinilainya sebagai tindakan yang bodoh dan merugikan.
Pendukung-pendukung aliran sejarah yang lain dari Amerika Serikat adalah
Simon Nelson Patten dan Daniel Reymond. Nelson Patten (1852-1992)
mengajukan argumen-argumen yang menyokong proteksi sebagaimana yang
dikemukakan oleh Carey. Sedangakan Daniel Reymond
(1786-1849) adalah seorang ahli hukum yang kemudian tertarik dengan
persoalan-persoalan ekonomi. Daniel Raymond merupakan ekonom politik
penting pertama muncul di Dia menulis Thoughts on Political
Economy (1820) dan The Elements of Political Economy(1823).
Daniel Reymond berteori bahwa kekayaan menciptakan tenaga kerja, yang
mungkin telah perbaikan berdasarkan pemikiran Adam Smith dari Eropa. Daniel
Raymond berpikir bahwa ekonomi Inggris sebenarnya perekonomian berpangkat
lebih tinggi anggota masyarakat, dan bukan ekonomi seluruh bangsa. Ia
berpendapat bahwa kekayaan bukanlah suatu agregasi nilai tukar, seperti Adam
Smith telah mengandung itu. Daniel Raymond berpendapat bahwa kekayaan
adalah kemampuan atau kesempatan untuk mendapatkan keperluan dan
kemudahan hidup oleh tenaga kerja.
Pada tahun 1845, ia menulis sebuah buku judul The Elements of
Constitutional Law yang mencakup definisi dasar sebuah pemerintahan,
sebuah negara berdaulat, sebuah konfederasi dan sebuah konstitusi. Sementara
konsep-konsep ini telah berevolusi, banyak teori-teori dasar yang masih memiliki
relevansi yang diuraikan dalam analisis politik modern. Tulisannya
mempengaruhi perkembangan politik di Amerika Serikat.
Jika di perhatikan, dapat dikatakan bahwa doktrin aliran sejarah kurang jelas.
Lebih tegas mereka tidak mengembangkan suatu system melainkan lebih
merupakan reaksi terhadap pemikiran-pemikiran klasik dan neo-klasik. Pemikir
sejarah lebih banyak hanya mengkritik metode deduksi klasik, tetapi tidak melihat
kelemahan dari metode induksi empiris mereka sendiri.Yang mana kelemahan
utama induksi ialah sulitnya mencapai suatu kesimpulan yang padu tentang
perekonomian masyarkat.
Keuntungan lain yang biasa dipetik dari serangan pemikiran-pemikiran aliran
sejarah terhadap kaum klasik ialah dalam pengembangan penelitian metode

ekonomi. Oleh Schumpeter, perdebatan tentang metode induksi dan deduksi ini
dinilai sebagai penghambur-penghambur energi saja. Tetapi tentu tidak semua
orang berpendapat dengan Schumpeter, sebab sebagaimana yang terbukti
kemudian dari perdebatan ini lahir suatu kesadaran bagi pemikir-pemikir ekonomi
di kemudian hari, bahwa dalam melakukan penelitian ekonomi sebaiknya di
gunaka metode deduksi (reasoning from the general to the particular) dan
induksi(reasoning
from the particular to the general) secara hilir mudik, yang kemudian
dikenal dengan metode reflective thinking Untuk mengembangkan industri
dosmetik, List menganjurkan adanya suatu lembaga negara yang akan melindungi
industri dalam negara melalui pajak impor, dan pemerintah secara intervensi
untuk menyeimbangkan pertanian, industri dan perdagangan.
Kesimpulan:
Jadi didalam bab aliran sejarah dapat disimpulkan Pemikiran pemikiran klasik
secara eksplisit mengakui bahwa manusia berdasarkan hakikatnya bersifat serakah
(paham hidonisme). Paham ini kemudian dikembangkan menjadi pahamutilitarian
isme.
Pendekatan- pendekatan tersebut menurut para pemikir aliran sejarah dinilai
terlalu sempit. Menurut doktrin aliran sejarah, motif orang untuk bertindak tidak
hanya didasarkan pada motif laba dan kepentingan pribadi, tetapi juga didorong
etika dan implus-implus lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov.1997. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta:Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai