Anda di halaman 1dari 3

Farmakodinamik

Triamcinolon merupakan kortikosteroid terfluorinasi sintesis yang aktivitas


glukokortikoid-nya meningkat hebat dan aktivitas mineralkortikoid-nya banyak
berkurang dibanding kortisol. Aksi antiinflamasi triamcinolon adalah mensupresi atau
mencegah tanda-tanda inflamasi seperti panas lokal, kemerahan, lembek, bengkak,
tanpa menghiraukan penyebabnya. Mikroskopik utama awal (dilatasi kapiler, oedema,
migrasi leukosit dan fagosit) dan tanda-tanda berikutnya (proliferasi kapiler dan
fibroblas, deposisi kolagen) terhambat. Beberapa hal utama ini muncul karena
terbentuknya inhibitor fosfolipase, lipokortin yang menurunkan suplai asam
arakidonat untuk sintesis prostaglandin dan leukotrien.
Mekanisme aksi: menurunkan inflamasi dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan menurunkan permeabilitas kapiler, menekan sistem imun
dengan menurunkan aktivitas dan volum sistem limfatik, menekan fungsi adrenal
(pada dosis tinggi).

Efek Glukokortikoid terhadap berbagai sistem:


Anti Inflamasi :
Stabilisasi membran lisosom dan mencegah pelepasan enzim proteolitik selama
proses inflamasi.
Regulasi Tekanan Darah :
Berpotensiasi dengan Norepineprin untuk vasokonstriksi. Tanpa Glukokortikoid aksi
vasokonstriksi menurun dan tekanan darah turun.
Metabolisme Karbohidrat dan Protein :
Menurunkan protein di otot, meningkatkan asam amino plasma, meningkatkan
aktifitas enzim yang diperlukan untuk glukogenesis, dapat menyebabkan diabetes, dan
menyebabkan resistensi insulin.
Metabolisme Lemak :
Menyebabkan penggunaan lemak sebagai energy ( efek positif ), dan menyebabkan
akumulasi cadangan lemak di tubuh, menyebabkan buffalo humb dan moon face.
Gangguan Respone Immune :

Menurunkan produksi limfosit dan Eosinofil dengan cara menyebabkan atrofi kelenjar
timus, mencegah pelepasan sitokin, menurunkan aktifitas sel B dan T pada respone
immune.
Stress :
Sebagai mekanisme proteksi, kortikosteroid dilepaskan selama priode stress.
Pelepasan adrenalin atau noradrenalin oleh medulla adrenal selama stress.
Gangguan Sistem Syaraf Pusat :
Menyebabkan eksitasi neuron atau otak, menyebabkan euporia, kecemasan, depresi,
psikosis, dan meningkatkan aktifitas motor pada sebagian individu.

Dosis dan Sediaan


Cream: aplikasikan lapisan tipis pada daerah dikehendaki 2 4 kali sehari;
Spray : aplikasikan pada daerah yang dikehendaki 3 4 kali sehari.

Efek samping
Gatal-gatal, alergi dermatitis kontak, kekeringan, folikulitis, infeksi kulit (kedua),
hipertrikosis, erupsi menyerupai bentuk jerawat, hipopigmentasi, maserasi kulit, atrofi
kulit, striae, miliaria, dermatitis perioral, atrofi mukosa oral.
Absorpsi sistemik kortikosteroid topikal dapat terjadi dan dapat menyebabkan supresi
aksis hipotalamik-pituitariadrenal yang reversibel, yang bermasifestasi sebagai
cushings syndrome, hiperglikemia, dan glukosuria pada beberapa pasien. Kondisi
yang dapat menigkatkan absorpsi sistemik adalah pemberian kortikosteroid yang lebih
poten, pemberian pada permukaan kulit yang lebih luas, pemakaian jangka panjang,
dan terapi oklusif (menutup kulit yang telah diolesi kortikosteroid). Efek supresi
kelenjar hipotalamik-pituitariadrenal dapat kembali normal dengan menghentikan
terapi kortikosteroid.
Jika terjadi iritasi, terapi sebaiknya dihentikan dan diganti dengan terapi yang tepat.
Pada infeksi kulit, terapi antiinfektif diberikan bersama-sama dengan pemberian
kortikosteroid topikal. Jika respon yang diharapkan tidak tercapai, terapi
kortikosteroid topikal dihentikan sampai infeksi teratasi.

Jangan digunakan pada daerah mata.

Interaksi Obat
Interaksi yang berpotesi berbahaya., yaitu kombinasi kortikosteroid dengan obat antiinflamasi non steroid meningkatkan risiko terjadinya ulkus peptikum dan perdarahan
gastrointestinal.

Dafpus:
Singh, Surender. 2007. Pharmacolog for Dentistry. New Delhi: New Age
International (P) Ltd., Publishers

Anda mungkin juga menyukai