Menurunkan produksi limfosit dan Eosinofil dengan cara menyebabkan atrofi kelenjar
timus, mencegah pelepasan sitokin, menurunkan aktifitas sel B dan T pada respone
immune.
Stress :
Sebagai mekanisme proteksi, kortikosteroid dilepaskan selama priode stress.
Pelepasan adrenalin atau noradrenalin oleh medulla adrenal selama stress.
Gangguan Sistem Syaraf Pusat :
Menyebabkan eksitasi neuron atau otak, menyebabkan euporia, kecemasan, depresi,
psikosis, dan meningkatkan aktifitas motor pada sebagian individu.
Efek samping
Gatal-gatal, alergi dermatitis kontak, kekeringan, folikulitis, infeksi kulit (kedua),
hipertrikosis, erupsi menyerupai bentuk jerawat, hipopigmentasi, maserasi kulit, atrofi
kulit, striae, miliaria, dermatitis perioral, atrofi mukosa oral.
Absorpsi sistemik kortikosteroid topikal dapat terjadi dan dapat menyebabkan supresi
aksis hipotalamik-pituitariadrenal yang reversibel, yang bermasifestasi sebagai
cushings syndrome, hiperglikemia, dan glukosuria pada beberapa pasien. Kondisi
yang dapat menigkatkan absorpsi sistemik adalah pemberian kortikosteroid yang lebih
poten, pemberian pada permukaan kulit yang lebih luas, pemakaian jangka panjang,
dan terapi oklusif (menutup kulit yang telah diolesi kortikosteroid). Efek supresi
kelenjar hipotalamik-pituitariadrenal dapat kembali normal dengan menghentikan
terapi kortikosteroid.
Jika terjadi iritasi, terapi sebaiknya dihentikan dan diganti dengan terapi yang tepat.
Pada infeksi kulit, terapi antiinfektif diberikan bersama-sama dengan pemberian
kortikosteroid topikal. Jika respon yang diharapkan tidak tercapai, terapi
kortikosteroid topikal dihentikan sampai infeksi teratasi.
Interaksi Obat
Interaksi yang berpotesi berbahaya., yaitu kombinasi kortikosteroid dengan obat antiinflamasi non steroid meningkatkan risiko terjadinya ulkus peptikum dan perdarahan
gastrointestinal.
Dafpus:
Singh, Surender. 2007. Pharmacolog for Dentistry. New Delhi: New Age
International (P) Ltd., Publishers