Anda di halaman 1dari 5

EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID

EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID SISTEMIK


Jangka Panjang Efek samping
1. Saluran cerna Hipersekresi asam lambung, mengubah proteksi
gaster, ulkus peptikum/perforasi, pankreatitis,
ileitis regional, kolitis ulseratif.
2. Otot Hipotrofi, fibrosis, miopati panggul/bahu.
3. SSP Perubahan kepribadian (euforia, insomnia,
gelisah, mudah tersinggung, psikosis, paranoid,
hiperkinesis, kecendrungan bunuh diri), nafsu
4. Tulang makan bertambah.
Osteoporosis, fraktur, kompresi vertebra,
5. Kulit skoliosis, fraktur tulang panjang.
Hirsutisme, hipotropi, strie atrofise, dermatosis
6. Mata akneiformis, purpura, telangiektasis.
7. Darah Glaukoma dan katarak subkapsular posterior
8. Pembuluh darah Kenaikan Hb, eritrosit, leukosit dan limfosit
9. Kelenjar adrenal bagian kortek Kenaikan tekanan darah
10. Metabolisme protein, KH dan lemak Atrofi, tidak bisa melawan stres
11. Elektrolit
Kehilangan protein (efek katabolik),
12. Sistem immunitas hiperlipidemia,gula meninggi, obesitas, buffalo
hump, perlemakan hati.
Retensi Na/air, kehilangan kalium (astenia,
paralisis, tetani, aritmia kor)
Menurun, rentan terhadap infeksi, reaktivasi Tb
dan herpes simplek, keganasan dapat timbul.
Jangka singkat & Efek samping
 Gangguan tidur (insomnia)
 Flushing ( kemerahan ) pada wajah
 Meningkatkan nafsu makan
 Meningkatkan berat badan
 Tekanan darah tinggi
 Efek psikologis, termasuk peningkatan atau penurunan energi

EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID TOPIKAL


Pada penggunan kortikosteroid topikal efek samping dapat terjadi apabila :
1. Penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan.
2. Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau
penggunaan sangat oklusif.
Semakin tinggi potensi kortikosteroid topikal maka semakin cepat terjadinya efek sampingnya.
Efek samping dari kortikosteroid topikal ini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu jenis steroid
berdasarkan kekuatannya, area lesi yang diberi pengobatan kortikosteroid topikal, dan faktor
predisposisi pasien terhadap timbulnya efek samping (Stephen, 2007).
No Efek Samping Keterangan
1 Efek Epidermal 1. Penipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan
aktivitas kinetik dermal, suatu penurunan ketebalan rata-rata
lapisan keratosit, dengan pendataran dari konvulsi dermo-
epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretinoin
topikal secara konkomitan.
2. Inhibisi dari melanosit, suatu keadaan seperti vitiligo, telah
ditemukan. Komplikasi ini muncul pada keadaan oklusi steroid
atau injeksi steroid intrakutan.
2 Efek Dermal Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada
substansi dasar. Ini menyebabkan terbentuknya striae dan
keadaan vaskulator dermal yang lemah akan menyebabkan
mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Pendarahan
intradermal yang terjadi akan menyebar dengan cepat untuk
menghasilkan suatu blot hemorrhage. Ini nantinya akan terserap dan
membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia kulit
prematur (Stephen, 2007).
3 Efek Vaskular Efek ini termasuk :
1. Vasodilatasi yang terfiksasi. Kortikosteroid pada awalnya
menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di
superfisial.
2. Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan
menyebabkan pembuluh darah yang kecil mengalami dilatasi
berlebihan, yang bisa mengakibatkan edema, inflamasi lanjut,
dan kadang-kadang pustulasi
4 Infeksi Kulit Infeksi mukokutaneus sering terjadi selama pengobatan dengan
kortikosteroid dan sering terjadi pada awal terapi. Insidensi infeksi
kulit bervariasi antara 16 % dan 43 %. Infeksi yang terjadi pada kulit
adalah tinea versikolor, onikomikosis yang disebabkan oleh
spesies Tricophyton dan Candida, dermatofitosis. Tinea incognito
adalah infeksi tinea yang berubah menjadi erupsi kulit yang tidak
terkategori. Terapi kortikosteroid menekan inflamasi, sedangkan
jamur dan bakteri menjadi berkembang. (Hengge, 2006)
5 Penyembuhan Luka Efek kortikosteroid pada penyembuhan luka karena keratinosit
yang Terhambat (atrofi epidermal, re-epitelisasi yang terlambat), fibroblast
(kolagen yang berkurang, menyebabkan atrofi kulit dan striae),
jaringan ikat vaskuler (telangiektasia, purpura, mudah lebam),
dan gangguan angiogenesis (pembentukan jaringan granulasi
yang terlambat). (Stephen, 2007).
6 Akne Kortikosteroid menyebabkan acneiform eruption. Steroid topikal
menyebabkan degradasi epitel folikuler sehingga terjadi dekstruksi
isi folikuler. Steroid menekan peradangan pada papul dan pustul
dan menjadi lebih resisten pada saat rekuren, sehingga
menimbulkan gambaran klinis topical corticosteroid induced acne
like lesions. (Stephen, 2007).
7 Atrofi kulit Semua steroid topical menyebabkan atrofi kulit dalam berbagai
derajat. Faktor yang mempengaruhi derajat atrofi kulit adalah usia,
sisi tubuh yang terkena, dan potensi kortikosteroid topikal yang
digunakan. Penggunaan kortikosteroid topikal dapat menyebabkan
atrofi kulit karena penekanan proliferasi sel dan penghambatan
sintesis kolagen. (Stephen, 2007).
8 Telangiektasia Kortikosteroid menstimulasi mikrovaskuler sel endotel kulit yang
menyebabkan telangiektasia. Kondisi ini ditandai oleh dilatasi
pembuluh kapiler dan arteriol yang abnormal. (Stephen, 2007).
9 Dermatitis Perioral Dermatitis perioral yang diinduksi steroid dideskripsikan sebagai
erupsi fasial yang terjadi pada perempuan dan tampak papul
folikuler dan pustul di atas eritem yang dimulai dari perioral.
Perioral dermatitis lebih sering pada perempuan dan anak.
Dermatitis perioral disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid
poten jangka panjang. (Stephen, 2007).
10 Hipopigmentasi Steroid kemungkinan mempengaruhi sintesis melanin
menyebabkan sintesis melanin menjadi lebih sedikit dan
menimbulkan patch hipopigmentasi. Lesi hipopigmentasi bersifat
reversibel setelah terapi steroid dihentikan. (Stephen, 2007).
11 Occular effect Komplikasi glakuoma pada penggunaan kortikosteroid topical
disekitar mata telah banyak ditemukan. Penggunaan kortikosteroid
dalam jangka waktu yang lama juga dapat berpengaruh pada
hilangnya penglihatan. (Hengge, 2006).
12 Supresi Supresi HPA axis telah dijelaskan berhubungan dengan
Hipotalamic- penggunaan kortikosteroid potent. Selain itu, latrogenic cushing
Pituitary-Adrenal syndrome dan kortikosteroid yang berhubungan dengan krisis
Axis Addison juga didapatkan berkaitan dengan penggunaan
kortikosteroid topical potent. Dosis 14gr/minggu clobetasol
propionate atau 49gr/minggu betamehasone dipropionate cukup
untuk mensupresi level kortisol plasma. Secara umum ini
menunjukkan bahwa secara umum efek sistemik lebih banyak
disebabkan kortikosteroid topikal potent-super potent. Selain itu,
laporan kasus terbaru mendapatkan pasien pediatric dengan
sindroma netherton yang berkembang menjadi Cushing syndrome
setelah absorpsi hidrokortison 1%, kortikosteroid potensi rendah.
(Hengge, 2006).
13 Efek samping Meningkatkan produksi glukosa dan menurunkan penggunaan
metabolik glukosa yang dapat menyebabkan hiperglikemia yang pada fase
akhir menyebabkan diabetes mellitus. Nekrosis femoral
avaskular berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid topical
namun sangat jarang terjadi. (Hengge, 2006).

1. Hengge, Ulrich R, Ruzicka, Thomas, et al. Adverse Effect Of Topical Glucorticosteroids.


J Am Acad Dermatol 2006;54:1-15
2. Stephen E. Comprehensive Dermatologic Drug Therapy, 2nd Ed. 2007; British: Elsevier.
p. 595-623
3. Syarif A et.al. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.

Anda mungkin juga menyukai