Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ZIARAH KUBUR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ziarah kubur merupakan perkara yang disyariatkan dalam agama kita dengan tujuan agar orang
yang melakukannya dapat mengambil pelajaran dengannya dan dapat mengingat akhirat, dengan
syarat tidak mengatakan disisi kuburan tersebut ucapan-ucapan yang bisa membuat Allah
Subhanahu wa Ta'ala murka, seperti berdoa kepada si penghuni kuburan, memohon pertolongan
kepadanya, dan sejenisnya. Pada mulanya berziarah kubur itu dilarang, larangan Rasulallah SAW
pada masa permulaan itu ialah karena masih dekatnya masa umat Islam waktu itu dengan zaman
jahiliyah dan kurang kuatnya akidah Islamiyah. Namun saat akidah mereka kuat dan memiliki
pengetahuan keislaman yang cukup, Rasulullah SAW. pun mengizinkannya. Hal itu ditegaskan
melalui dalil hadits yang diriwayatkan oleh Buraidah ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, sekarang silahkan berziarah" (HR.
Muslim 2:672).
Dan di dalam rangka berziarah kubur itu, kita disunnahkan untuk berdoa, yakni mendoakan
mayit yang ada di kubur itu. Dan sebagai makhluk yang sudah mati, tentu doanya bukan minta
fasilitas kehidupan seperti punya anak, istri cantik, uang banyak, lulus ujian, diterima pekerjaan,
dagangan laku atau terpilih jadi anggota legislatif. Mereka sudah tidak butuh semua itu di alam
barzah. Yang mereka butuhkan adalah keringan dari siksa kubur dan pahala yang akan membuat
mereka bisa masuk surga. Namun keyakinan bahwa orang yang sudah mati itu lantas berdoa juga
kepada Allah SWT untuk kebaikan kita, maka ada yang salah dalam memahaminya. Selain itu,
menziarahi makam para wali itu harus dicermati dengan pemahaman akidah yang benar.
Betapapun ada sebagian kecil pihak yang tidak menerima ritual ziarah, itu disebabkan karena
perselisihan paham tanpa harus menyinggung masalah akidah. Dan ini pun termasuk pada ranah
furuiyah. Maka sepatutnyapihak yang berseberangan pemahaman tidak mudah menganggap
sesat atau kafir terhadap muslim lainnya. Oleh karena itu, penulis akan membahas berbagai
pendapat para ulama tentang ziarah kubur bahwa sesungguhnya ziarah kubur itu bukanlah
sesuatu yang diharamkan atau bidah, melainkan suatu hal yang dianjurkan oleh agama.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apa pengertian sebenarnya ziarah kubur itu?
2. Bagaimana pandangan para ulama tentang ziarah kubur?
3. Apa saja macam-macam ziarah kubur?
4. Bagaimana hukum sebenarnya ziarah kubur itu?
5. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam ziarah kubur?
6. Apakah berziarah kubur termasuk larangan atau anjuran?
7. Berziarah kubur termasuk bidah ataukah syariyah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Agar pembaca mengetahui apa sebenarnya ziarah kubur itu.
2. Agar pembaca mengetahui berbagai pandangan para ulama mengenai ziarah kubur.
3. Agar pembaca mangatahui jenis-jenis ziarah kubur.
4. Agar pembaca mngerti hukum berziarah kubur.

5. Agar pembaca memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalm berziarah kubur.
6. Supaya pembaca mengetahui bahwa ziarah kubur itu larangan atau anjuran.
7. Agar pembaca dapat mengerti bahwa ziarah kubur itu bidah atau syariyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ziarah Kubur
Secara etimologi ziarah berasal dari kata yang "Zaro" berarti
, yaitu hendak bepergian
menuju suatu tempat (al Mishbahul Munir juz 4 halaman 119, lihat juga al Qamus al Fiqhi juz 1
halaman 160. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011). Berdasarkan hal ini makna dari
berziarah kubur adalah sengaja untuk bepergian ke kuburan.
Sedangkan dalam terminologi syariyah, makna ziarah kubur adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam Al Qadli Iyadl rahimahullah,(Yang dimaksud dengan ziarah kubur)
adalah mengunjunginya dengan niat mendoakan para penghuni kubur serta mengambil pelajaran
dari keadaan mereka (al Mathla alaa Abwabil Fiqhi juz 1:119. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).
Ziarah kubur adalah mendatangi kuburan dengan tujuan untuk mendoakan ahli kubur dan
sebagai pelajaran (ibrah) bagi peziarah bahwa tidak lama lagi juga akan menyusul menghuni
kuburan sehingga dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, tetapi tidak boleh meminta
sesuatu kepada kuburan itu, karena itu akan menjadikan musyrik (menyekutukan Allah).
B. Fatwa-Fatwa Para Pembesar Mazhab Hanbali
1. Pandangan beberapa ulama terhadap ziarah kubur
a. Syeikh Abu Muhammad ibnu Qudamah al Hanbali, penulis kitab al Mughni
Syeikh Abu Muhammad Muwaffaquddin Abdullah bin Qudamah al Hanbali Al-Imam dan
pemuka mazhab Hanbali di masanya berkata dalam kitabnya Al Mughni juz 3:556. http://ziarahkubur-dalam-pandangan-Ahlus-Sunnah/Asy Syifaa Wal Mahmuudiyyah.htm, diakses 6-1-2011)
Dan di istihabkan (disunnahkan) menziarai makam Nabi saw. atas dasar riwayat ad Daruquthni
dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang menunaikan ibadah haji lalu
menziarai kuburanku setelah kematianku maka seakan ia menziaraiku di kala hidupku.
Dalam riwayat lain:

Siapa yang menziarai kuburanku maka tetap baginya syafaatku.


Dengan redaksi pertama, ia meriwayatkannya dari Said, ia berkata, Hafsh bin Sulaiman
menyampaikan hadis kepadaku dari Laits dari Mujahid dari Ibnu Umar. Ahmad berkata dalam
riwayat Abdullah dari Yazid bin Qasith dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW. bersabda:



Tiada seorang yang mengucapkan salam kepadaku di sisi kuburanku melainkan Allah akan
mengembalikan ruhku sehingga aku menjawab salamnya.
Telah diriwayatkan dari al Utbi bahwa ia berkata, Aku duduk di sisi pusara Nabi SAW., lalu
datanglah seorang Arab dusun seraya berkata, Salam atasmu wahai Rasulullah. Aku mendengar
Allah berfrirman, Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu,

lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah pun memohonkan ampun untuk mereka
tentulah mereka mendapati Alah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS.4;64) Wahai
Rasulullah, aku datang menghadapmu dengan memohon ampunan atas dosaku, meminta
syafaatmu menuju Tuhanku! Kemudian orang itu mengubah bait-bait syair:
Wahai sebaik-baik yang dikebumikan tulang-tulangnya di area ini maka menjadi harumlah
area ini dan dataran-dataran sekiratnya.
Jiwaku adalah tebusan bagi kuburan yang engkau adalah penghuninya di dalamnya terdapat
harga diri, kedrmawanan dan kemuliaan.
Kemudian orang itu pergi, dan akupun tertidur. Dalam tidurku aku mimpi berjumpa dengan
baginda Nabi SAW., beliau berkata kepadaku, Hai Utbi kejarlah orang Arab dusun, dan berita
gembirakan ia bahwa Allah telah mengampuninya.
b.

Syeikh Abul Faraj bin Qudamah al Hanbali, penulis kitab Asy-Syarhu al Kabir
Syeikh Syamsuddin Abul faraj Abdurrahman bin Qudamah al Hanbali dalam kitab AsySyarhu al-Kabir-nya, juz 3:495. http://ziarah Kubur dalam Pandangan Ahlus-Sunnah/Asy Syifaa
Wal Mahmuudiyyah.htm, diakses 6-1-2011) menerangkan:
(Masalah): Jika selesai dari menunaikan ibadah haji, diistihbabkan menziarai kuburan nabi SAW.
dan kburan kedua teman beliau ra. (Setelah itu beliau menyebutkan redaksi salam yang baik
untuk diucapkan kepada nabi SAW., di antaranya beliau mengatakan): Ya Allah, Engkau telah
berfirman, dan firman-Mu adalah haq,Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya
dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan
ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS.4;64) Dan aku datang kepadamu dengan memohon ampunan dari dosa-dosaku,
meminta syafaatmu menuju Tuhanku. Ya Allah, aku memohon kepadamu agar Engkau
mengabulkan bagiku ampunan, seperti Engkau mengabulkan bagi yang mendatangi Nabi-Mu di
masa hidupnya. Ya Allah jadikan beliau pertama pemberi syafaat, paling sukses permohonannya
dan paling mulianya makhluk terdahulu dan akhir. Dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Paling
Berbelas kasih.
Selain fatwa dua ulama besar Hanabilah di atas masih banyak lainnya. Setelahnya Al
Allamah As Sayyid Muhammad bin Alawi juga menyebutkan qasidah Ibnu al- Qayyim al
Jauziah, pada akhir bait qasidah disebutkan:
Inilah ziarahnya orang yang senantiasa berpegang teguh dengan Syariat Islam dan imam
Ia adalah paling afdhalnya amal perbuatan dalam mizan kelak di hari mahsyar.

Setelahnya, Abuya berkomentar, Perhatikan ucapan beliau di atas Ia adalah paling afdhalnya
amal perbuatan. Dan Allah telah membutakan mata hati sebagian orang sehingga tidak
membacanya dan ia mengingkarinya.
C. Pensyariatan ziarah kubur
Di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh syariat. Pertimbangan
akan timbulnya fitnah syrik di tengah-tengah umat menjadi faktor terlarangnya ziarah kubur di
waktu itu. Namun, seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syariat
menganjurkan umat Islam untuk berziarah kubur agar mereka dapat mengambil pelajaran dari
hal tersebut, diantaranya mengingat kematian yang pasti dan akan segera menjemput sehingga
hal tersebut dapat melembutkan hati mereka dan senantiasa mengingat kehidupan akhirat yang
akan dijalani kelak. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dahulu aku melarang kalian
untuk berziarah kubur. Ziarahilah kubur, sesungguhnya hal itu dapat melembutkan hati,
meneteskan air mata, dan mengingatkan pada kehidupan akhirat. (Ingatlah) jangan mengucapkan
perkataan yang batil ketika berziarah kubur. (HR. Hakim juz 1:376 dan selainnya dengan sanad
hasan, lihat Ahkamul Janaiz:180. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
An-Nawawi rahimahullah (dalam al Majmu juz 5:310. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011) mengatakan, Semula dikeluarkannya larangan tersebut disebabkan mereka
baru saja terlepas dari masa jahiliyah. Terkadang mereka masih menuturkan berbagai perkataan
jahiliyah yang batil. Tatkala pondasi keislaman telah kokoh, berbagai hukumnya telah mudah
untuk dilaksanakan, berbagai rambunya telah dikenal, maka ziarah kubur diperbolehkan.
Berdasarkan hal ini, ziarah kubur merupakan perbuatan yang dianjurkan oleh syariat
sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang lain. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziarah kuburlah kalian.
(HR. Muslim nomor 977).
Tujuan disyariatkanya ziarah kubur adalah sebagai berikut.
a.

Hadits Buraidah bin Hushaib , Rasulullah bersabda:


Sesungguhnya aku dahulu telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah karena akan bisa mengingatkan kalian kepada akhirat dan akan menambah kebaikan

bagi kalian. (HR. Muslim)


b. Hadits Abu Said Al Khudri dan Anas bin Malik :
Sekarang berziarahlah ke kuburan karena sesungguhnya di dalam ziarah itu terdapat pelajaran
yang besar...Dalam riwayat sahabat Anas bin Malik : karena dapat melembutkan hati,
melinangkan air mata dan dapat mengingatkan kepada hari akhir. (HR. Ahmad juz 3:37-38,

dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ahkamul Janaiz:228. www.assalafy.org diakses 61-2011).
c. Hadits Aisyah :
Dahulu, Rasulullah SAW. pernah keluar menuju kuburan Baqi lalu beliau mendoakan
kebaikan untuk mereka. Kemudian Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang perkara itu.
Beliau berkata: Sesungguhnya aku (diperintahkan oleh Allah) untuk mendoakan mereka. (HR.
Ahmad 6:252 dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ahkamul Janaiz:239.
www.assalafy.org, diakses 6-1-2011).
Dari hadits-hadits di atas, kita dapat mengetahui kesimpulan-kesimpulan penting tentang
tujuan sebenarnya dari ziarah kubur sebagai berikut.
1) Memberikan manfaat bagi penziarah kubur yaitu untuk mengambil ibrah (pelajaran),
2)

melembutkan hati, mengingatkan kematian dan mengingatkan tentang akan adanya hari akhirat.
Memberikan manfaat bagi penghuni kubur, yaitu ucapan salam (doa) dari penziarah kubur
dengan lafadz-lafadz yang terdapat pada hadits-hadits di atas, karena inilah yang diajarkan oleh
Nabi , seperti hadits Aisyah dan yang lainnya. Bilamana ziarah kubur kosong dari maksud dan
tujuan tersebut, maka itu bukanlah ziarah kubur yang diridhoi oleh Allah . Al-Imam AshShanani rahimahullah mengatakan: Semuanya menunjukkan tentang disyariatkannya ziarah
kubur dan penjelasan tentang hikmah yang terkandung padanya yaitu agar dapat mengambil
ibrah (pelajaran). Apabila kosong dari ini (maksud dan tujuannya) maka bukan ziarah yang
disyariatkan. (Subulus Salam juz 2:162. www.assalafy.org, diakses 6-1-2011).

3. Hikmah dilarangnya ziarah kubur sebelum diizinkannya


Dahulu Rasulullah melarang para sahabatnya untuk berziarah kubur sebelum
disyariatkannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda, Sesungguhnya aku dahulu
telah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah! Karena dengannya,
akan bisa mengingatkan kepada hari akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian. Maka
barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah, dan jangan kalian mengatakan hujr
(ucapan-ucapan batil). (H.R. Muslim), dalam riwayat (HR. Ahmad): dan janganlah kalian
mengucapkan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah.
Sebab (hikmah) dilarangnya ziarah kubur sebelum disyariatkannya, yaitu karena para
sahabat di masa itu masih dekat dengan masa jahiliyah, yang ketika berziarah diiringi dengan
ucapan-ucapan batil. Setelah kokoh pondasi-pondasi Islam dan hukum-hukumnya serta telah

tegak simbol-simbol Islam pada diri-diri mereka, barulah disyariatkan ziarah kubur. (AnNawawi dalam Al Majmujuz 3:10. www.assalafy.org, diakses 6-1-2011)
Tidak ada keraguan lagi, bahwa amalan mereka di zaman jahiliyah yaitu berucap dengan
sebatil-batilnya ucapan, seperti berdoa, beristighotsah, dan bernadzar kepada berhalaberhala/patung-patung di sekitar Makkah ataupun di atas kuburan-kuburan yang dikeramatkan
oleh mereka.
C. Macam-Macam Ziarah Kubur
Ketahuilah bahwasannya ziarah kubur itu terbagi menjadi tiga macam. Di bawah ini akan
dijelaskan macam-macamnya, dan kita dapat mengambil kesimpulan setelah itu. Macammacamnya adalah sebagai berikut.
1. Ziarah syariyyah
Yaitu ziarah yang telah disyariatkan oleh Islam dan harus terpenuhi padanya tiga syarat.
a. Tidak sungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kepadanya
Dalilnya adalah hadits dari Abu Said Al-Khudriy radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah
SAW. bersabda (yang artinya), "Janganlah kalian bersungguh-sungguh (menyengaja)
mengadakan perjalanan kecuali kepada tiga masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi),
Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha." (HR. Al-Bukhariy no.1139 dan Muslim dalam kitab AlHajj 2:976 no. khusus 415 dan ini lafazdnya, dan diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy no.1132
dan Muslim no.1397 dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dengan lafazh penafian).
Kita disyariatkan bersungguh-sungguh dan menyengaja untuk mengadakan perjalanan ke tiga
masjid ini karena adanya keutamaan di sana yaitu dilipatkan pahala shalat di tiga masjid tersebut.
Seperti shalat di Masjidil Haram maka pahalanya sama dengan 100.000 kali shalat di masjid
yang lain selain Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Adapun bersungguh-sungguh (menyengaja)
mengadakan perjalanan ke selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan
seperti ke kuburan, maka ini adalah perbuatan bidah.
b. Tidak boleh mengatakan perkataan yang keji
Dalilnya adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah SAW. bersabda
(yang artinya), "(Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)
berziarahlah kalian." (HR. Muslim no.977). Diriwayatkan juga oleh An-Nasaiy dengan sanad
shahih dalam kitab Al-Janaaiz bab (100) 4:89. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011)
dengan lafazh, " (Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang)

barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan mengatakan perkataan yang
keji."
Maka hal seperti ini, demi Allah benar-benar kekejian dan kebathilan yang paling puncaknya,
akan tetapi perkaranya adalah sebagaimana yang Allah firmankan (yang artinya), "Akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." Ayat ini terdapat dalam 11 tempat di dalam Al-Qur`an
yaitu, Al-Araaf:187, Yuusuf:21, 40, 68, An-Nahl:38, Ar-Ruum:6, 30, Saba:28, 36, AlMu`min:57, dan Al-Jaatsiyah:26.
Dan sungguh benar Allah ketika berfirman (yang artinya),"Dan sebahagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan
sembahan-sembahan lain)." [Yuusuf:106]
c.
Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang
mengkhususkan
Seperti mengkhususkan hari jumat, hari raya ataupun hari-hari lainnya, karena tidak ada dalil
yang menerangkan hal ini. Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan saja tanpa pengkhususan
pada hari-hari tertntu.
2. Ziarah bidiyyah
Ziarah bidiyyah adalah tata cara ziarah kubur yang menyelisihi tuntunan Nabi SAW.
karena mengandung berbagai pelanggaran yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan
dapat menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya adalah berziarah ke kubur dengan tujuan
beribadah kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk mendapatkan berkah (tabarruk/ngalap
berkah).
Tidak terdapat dalil shahih yang menyatakan keutamaan beribadah di samping kubur
bahkan terdapat dalil shahih yang secara tegas melarang peribadatan di kuburan.
Abul Abbas al Harrani rahimahullah mengatakan, yang dimaksud dengan tata cara ziarah
bidiyyah adalah seperti bersengaja untuk shalat atau berdoa di samping kubur para nabi atau
orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut sebagai perantara dalam doa, meminta kepada
penghuni kubur untuk menunaikan hajatnya, meminta pertolongan padanya, atau bersumpah
kepada Allah dengan perantaraan penghuni kubur atau yang semisalnya. Semua hal tersebut
merupakan bidah yang tidak pernah dilakukan seorang sahabat, tabiin dan tidak juga
dituntunkan oleh rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak pula dicontohkan oleh Khulafur
Rasyidin, bahkan para imam kaum muslimin yang masyhur melarang seluruh hal tersebut.
(Majmuul Fataawa 24:334-335. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011)

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, Barangsiapa yang terbersit di benaknya bahwa


mengusap tangan (di kubur nabi shallallahu alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih mampu
untuk mendatangkan berkah, maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan kelalaiannya karena
berkah hanya dapat diperoleh dengan amal yang sesuai dengan syariat. Bagaimana bisa karunia
Alloh diperoleh dengan melakukan amal yang menyelisihi kebenaran. (Al Majmu 8:275.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011 ). Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah menyatakan
tabarruk terhadap kubur merupakan ciri kaum Yahudi dan Nasrani,

Sesungguhnya mengusap dan mencium kubur (untuk mendapatkan berkah) merupakan
kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi. (Ihya Ulumuddin juz 1:254. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).
3. Ziarah syirkiyyah
Ziarah yang mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat menghilangkan
keimanan. Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta bantuan dan pertolongan pada
penghuni kubur, menyembelih kurban untuk penghuni kubur (baca: sesajen). Hal tersebut
merupakan bentuk beribadah kepada selain Allah dan apabila pelaku sebelumnya adalah orang
Islam, maka dia telah murtad ( keluar dari Islam).
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, Adapun menyembelih untuk selain Allah, maka
maksudnya adalah menyembelih dengan menyebut nama selain Allah SWT. Seperti orang yang
menyembelih untuk berhala, salib, Musa, Isa alaihimassalam, atau untuk Kabah dan semisalnya.
Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihannya haram dimakan, baik si penyembelih
seorang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi. Demikian yang ditegaskan imam Asy Syafii dan
disetujui oleh rekan-rekan kami. Apabila si penyembelih melakukannya dengan diiringi
pengagungan terhadap objek tujuan penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah dan dalam
rangka beribadah kepadanya, maka hal ini merupakan kekafiran. Apabila pelaku sebelumnya
adalah seorang muslim, maka dengan perbuatan tersebut dia telah murtad (al Minhaj Syarh
Shahih Muslim 13:141. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
D. Hukum Ziarah Kubur
Ziarah kubur dianjurkan bagi kaum pria berdasarkan hadits Abu Hurairah radliallahu
anhu, Rasulullah SAW. pernah menziarahi kubur ibu beliau, kemudian beliau menangis
sehingga membuat para sahabat di sekelilingnya menangis. Beliau lalu berkata, Tadi aku

meminta izin kepada Rabb-ku azza wa jalla agar aku dibolehkan berdoa memohon ampun bagi
ibuku, namun hal itu tidak diperkenankan. Kemudian aku memohon agar aku dperbolehkan
mengunjungi kuburnya, maka hal ini diperbolehkan bagiku. Oleh karena itu ziarahilah kubur,
karena hal itu akan mengingatkan kalian kepada akhirat. (HR. An Nasaai nomor 2007; Ibnu Abi
Syaibah 3:223; Al Baihaqi dalam Al Kubra 4:70,76; Hakim nomor 1339 dengan sanad yang
shahih. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Teks hadits ini dan juga pernyataan an Nawawi sebelumnya menunjukkan secara tegas
bahwa ziarah kubur disyariatkan bagi kaum pria. Namun para ulama berselisih pendapat
mengenai hukum ziarah kubur bagi wanita. Terdapat beberapa pendapat dalam masalah ini,
namun secara garis besar pendapat tersebut terbagi menjadi dua kelompok, antara yang
mengharamkan dan membolehkan atau menganjurkan. Pendapat yang kuat dalam permasalahan
ini adalah pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur, akan tetapi yang patut
diingat adalah mereka dilarang sesering mungkin berziarah kubur. Pendapat inilah yang
menggabungkan berbagai dalil yang dikemukakan oleh dua kelompok tersebut.
Berikut

dalil-dalil

yang

menyatakan

bolehnya

wanita

berziarah

kubur.

Hadits yang berasal dari Aisyah radliallahu anha, dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia berkata,
Pada suatu hari Aisyah pulang dari kuburan. Maka aku bertanya padanya, Wahai Ummul
Mukminin, darimanakah engkau? Maka beliau menjawab, Dari kubur Abdurrahman bin Abi
Bakr. Maka aku menukas, Bukankah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang ziarah
kubur? Beliau pun menjawab, Benar, namun kemudian beliau memerintahkannya. (HR.
Hakim nomor 1392, Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra nomor 6999 dengan sanad yang shahih.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011). Dalam sebuah hadits yang panjang dan
diriwayatkan oleh Muhammad bin Qais bin Makhramah ibnil Muththallib dari bibinya, Ummul
Mukminin, Aisyah radliallahu anha ketika beliau membuntuti nabi shallallahu alaihi wa sallam
yang mendatangi pekuburan Baqi di suatu malam. Setibanya di rumah, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam mengatakan kepada Aisyah bahwa Allah memerintahkannya untuk
mengunjungi penghuni kuburan Baqi dan memintakan ampunan bagi mereka. Maka Aisyah
kemudian bertanya, Lalu apa yang akan aku katakan pada mereka? Kata beliau, Ucapkanlah,
Semoga keselamatan tercurah kepadamu, wahai kaum muslimin dan mukminin. Semoga Allah
memberikan rahmat kepada mereka yang telah mendahului kami maupun yang akan menyusul,

dan kami insya Allah akan menyusul kalian. (HR. Muslim nomor 974, An Nasaai 2037, Al
Baihaqi nomor 7003, Abdurrazzaq nomor 6722. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Persetujuan nabi SAW. terhadap perbuatan seorang wanita yang beliau tegur di sisi kubur.
Dari Anas bin Malik radliallahu anhu berkata, Rasulullah melewati seorang wanita yang
sedang menangis di sisi kubur, kemudian beliau bersabda, Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah! (HR. Bukhari nomor 1223, 6735).
Wanita tidak diperbolehkan untuk sesering mungkin berziarah kubur, karena hal tersebut
akan menghantarkan kepada perbuatan yang menyelisihi syariat seperti berteriak, tabarruj
(bersolek di depan non mahram), menjadikan pekuburan sebagai tempat wisata, membuangbuang waktu, dan berbagai kemungkaran lain sebagaimana dapat kita saksikan hal tersebut
terjadi di sebagian besar negeri kaum muslimin. Perbuatan inilah yang dimaksud dalam hadits
shahih dari Abu Hurairah radliallahu anhu,

Sesungguhnya rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat wanita yang sering menziarahi
kubur. (HR. Ibnu Majah nomor 1574, 1575, 1576 dengan sanad yang hasan.
http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011).
Laknat yang tercantum dalam hadits tersebut hanyalah diperuntukkan bagi wanita yang sering
berziarah kubur, karena lafadz merupakan bentuk mubalaghah (hiperbola).
Kemungkinan penyebab laknat tersebut dijatuhkan pada mereka adalah karena para wanita
tersebut menyia-nyiakan hak suami (dengan sering keluar rumah), bertabarruj, ratapan dan
perbuatan terlarang yang semisal. Terdapat pendapat yang menyatakan apabila seluruh hal
tersebut dapat dihindari, maka boleh mmberikan izin kepada wanita untuk berziarah kubur,
karena mengingat kematian merupakan suatu perkara yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita.
Asy-Syaukani rahimahullah (dalam Nailul Authar juz 4:95. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011) mengatakan, Pendapat ini yang lebih tepat untuk dijadikan pegangan dalam
mengkompromikan seluruh hadits dalam permasalahan ini yang sekilas nampak bertentangan.
An Nawawi (dalam al Majmu 5:309. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011)
setelah menyebutkan dua pendapat yang disebutkan oleh Ar Ruyani dalam permasalahan ini,
beliau memilih pendapat yang membolehkan wanita untuk berziarah kubur dan berkata,
Pendapat inilah yang tepat menurutku dengan syarat terbebas dari fitnah. Pengarang al
Mustazhhari berkata, Menurutku apabila ziarah tersebut dilakukan untuk memperbarui

kesedihan serta memicu terjadinya ratapan dan tangisan sebagaimana kebiasaan kaum wanita,
maka hukumnya haram, sehingga hadits tersebut berlaku pada kondisi ini. Wallahu alam.
E. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Ziarah Kubur
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan jika kita sedang berziarah kubur, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1. Ketika masuk, sunnah menyampaikan salam kepada mereka yang telah meninggal dunia.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengajarkan kepada para sahabat agar ketika
masuk kuburan membaca, "Semoga keselamatan dicurahkan atasmu wahai para penghuni
kubur, dari orang-orang yang beriman dan orang-orang Islam. Dan kami, jika Allah
menghendaki, akan menyusulmu. Aku memohon kepada Allah agar memberikan keselamatan
kepada kami dan kamu sekalian (dari siksa)." (HR Muslim).
2. Berziarah Kubur Dapat Mengingatkan Kematian dan mengingatkan Untuk Berbuat kebajikan.
Rasulullah bersabda: "Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang
berziarahlah kalian. Karena ziarah kubur akan mengingatkan kepada akhirat. Dan hendaklah
berziarah itu menambah kebaikan untuk kalian. Maka barangsiapa yang ingin berziarah silakan
berziarah dan janganlah kalian mengatakan perkataan yang bathil (hujran)." (HR. Muslim, Abu
Dawud, Al Baihaqi, An Nasa'i, dan Ahmad)
3. Tidak duduk di atas kuburan, serta tidak menginjaknya
Ada banyak sekali fenomena dimana kuburan wali begitu dikeramatkan hingga orang
mengunjungi kuburan wali, lalu duduk mengelilingi kuburan wali. Mereka juga menganggap jika
shalat disana lebih baik dari shalat di masjid sebab jika shalat didekat orang shalih maka orang
shalih tersebut akan memberikan syafa'at pada mereka. Ada kasus menarik dimana banyak
orang-orang shalat menghadap kuburan Syaikh Jaelani, dan ia tidak menghadap kiblat. Inilah
Bentuk kesyirikan yang nyata, seakan-akan orang itu belum mendengar sabda Rasulullah :
"Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan janganlah kalian duduk di atasnya."
(HR. Muslim)
4. Nadzar-nadzar yang ditujukan kepada orang-orang mati adalah termasuk syirik besar.
Sebagian manusia ada yang melakukan nadzar berupa binatang sembelihan, harta atau
lainnya untuk wali tertentu. Nadzar semacam ini adalah syirik dan wajib tidak dilangsungkan.
Sebab nadzar adalah ibadah, dan ibadah hanyalah untuk Allah semata. Adapun contoh nadzar
yang dibenarkan adalah sebagaimana yang dilakukan oleh isteri Imran. Allah berfirman: "Ya

Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)" (Ali Imran: 35)
5. Tidak melakukan thawaf sekeliling kuburan dengan niat untuk ber-taqarrub (ibadah).
Seperti mengelilingi kuburan Syaikh Abdul Qadir Jaelani, Syaikh Rifa'i, Syaikh Badawi,
Syaikh Al-Husain, dan lainnya. Perbuatan semacam ini adalah syirik, sebab thawaf adalah
ibadah, dan ia tidak boleh dilakukan kecuali thawaf di sekeliling Ka'bah, Allah berfirman: "Dan
hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah)." (Al-Hajj: 29)
6. Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan
Melakukan perjalanan (tour) menuju kuburan tertentu untuk mencari berkah atau
memohon kepadanya adalah tidak diperbolehkan. Rasulullah bersabda: "Tidaklah dilakukan
perjalanan (tour) kecuali kepada tiga mas-jid; Masjidil Haram, Masjidku ini, Masjidil Aqsha."
(Muttaffaq 'alaih)
7. Menyembelih hewan di kuburan para nabi atau wali
Meskipun penyembelihan yang dilakukan dikuburan para nabi atau wali dengan niat
untuk Allah, tetapi ia termasuk perbuatan orang-orang musyrik. Mereka menyembelih binatang
di tempat berhala dan patung-patung wali mereka. Rasulullah bersabda: "Allah melaknat orang
yang menyembelih selain Allah." (HR. Muslim)
8.

Dilarang membangun di atas kuburan atau menulis sesuatu dari Al-Qur'an atau syair di
atasnya.
Kuburan-kuburan yang banyak kita saksikan di negara-negara Islam; seperti Syam, Iraq,
Mesir, dan negara Islam lainnya, sungguh tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Berbagai kuburan
itu dibangun sedemikian rupa, dengan biaya yang tidak sedikit. Padahal Rasulullah melarang
mendirikan bangunan di atas kuburan. Dalam hadits shahih disebutkan: "Rasulullah melarang
mengapur kuburan, duduk dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR. Muslim) Seperti kuburan
Al-Husain di Iraq, Abdul Qadir Jaelani di Baghdad, Imam Syafi'i di Mesir dan lainnya. Sebab
pelarangan membangun kubah di atas kuburan adalah bersifat umum, sebagaimana kita baca
dalam hadits, Rasulullah bersabda kepada Ali, "Janganlah engkau biarkan patung kecuali
engkau menghancurkannya. Dan jangan (kamu melihat) kuburan ditinggikan kecuali engkau
meratakannya." (HR. Muslim).

F. Anjuran Untuk Melakukan Ziarah Kubur

Anjuran sunnah untuk berziarah itu berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Karena,
dalam hadits tidak disebutkan kekhususan hanya untuk kaum pria saja. Namun bila ada yang
menghukumi makruh berziarah bagi kaum wanita, itu disebabkan lemahnya kemampuan wanita
untuk bersikap tabah dan sabar sewaktu berada diatas pekuburan atau dikarenakan
penampilannya yang tidak mengenakan hijab (menutup auratnya) dengan sempurna. Demikian
hal itu ditegaskan dalam Ianatut Thalibin jilid 2:142, At-Taajul Jami lil Ushul jilid 2:381, dan
kitab Mirqotul Mafatih karya Mula Ali Qori jilid 4:248.
Pada awalnya Rasulullah SAW. Melarang umatnya untuk berziarah, hal itu dikarenakan
keadaan masyarakat disaat itu masih rentan keimanannya, sehingga dikhawatirkan mereka
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Disamping itu juga
mereka dikhawatirkan datang ke kuburan untuk menyembah dan memujanya seperti yang
dilakukan oleh masyarakat jahiliyah. Tetapi ketika iman mereka sudah kuat, tidak mudah goyah
dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang itu lagi,. Maka Rasulullah SAW. memerintahkan
mereka untuk berziarah kubur. Sebagaimana hadiat beliau,

( )

Artinya :Sesungguhnya (dahulu) aku pernah melarang kamu sekalian ziarah kubur, tetapi
(sekarang) ziarahlah kalian. (HR Muslim)
Dalam ilmu Ushul Fiqih, apabila ada perintah setelah larangan maka hukumnya menunjukkan
mubah/boleh, sebagaimana dalam kaidah Ushul :

Artinya: Perintah setelah larangan itu boleh.
Jadi ziarah kubur itu hukumnya mubah/boleh, bahkan suatu anjuran agar kita bisa mengingat
mati. Namun jika kita lihat dari pada unsur-unsur lainnya, maka ziarah kubur itu menunjukkan
sunnah (dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa). Oleh karena itu ziarah kubur
itu disunnahkan apabila:
1.

Mengingatkan kita akan kematian. Kita sadar bahwa kitapun akan mati, hanya tinggal
menunggu waktunya.seperti orang yang kita ziarahi itu sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

( )
Artinya :Rasulullah SAW bersabda,Perbanyaklah mengingat akan hal yang membinasakan
kelezatan (yaitu kematian). (HR.Turmudzi)

2. Menyadari akan kematian itu, maka kita mudah-mudahan dapat mengoreksi diri kita untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

3. Mengingat kematian akan melahirkan sifat zuhud (tidak rakus/hidup sederhana) di dunia.
4.

Meyakini dengan haq bahwa dibalik kehidupan dunia, ada lagi kehidupan yang lebih kekal
yaitu akhirat.

5. Dapat menambah tingkat keimanan kepada Allah SWT.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ziarah kubur itu bukan sebuah larangan, tetapi
sebuah perbuatan yang dianjurkan oleh agama.
G. Ziarah Kubur Bukan Sebuah Bidah
Bidah merupkan suatu ajaran yang tidak pernah di syariatkan oleh agama dimasa
Rasulullah SAW. Memang pada awalnya ziarah kubur itu sempat dilarang oleh Rasulullah pada
saat itu, karena keadaan umat islam dahulu yang masih awam. Tetapi setelah ada perkembangan
zaman saat iman umat terdahulu sudah kuwat, maka Rasulullah memerintahkan kepada umatnya
untuk melakukan ziarah kubur, bahkan Rasulullah sendiri melakukan ziarah ke makam ibu
beliau, memohonkan ampunan untuk ibunya. Jadi jangan asal mengatakan bahwa ziarah kubur
itu bidah, karena Rasulullah sendiri juga melakukannya diwaktu itu.
Ziarah kubur itu di anjurkan, tetapi juga harus memperhatikan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam berziarah seperti yang telah dijelaskan diatas. Kalau ada sekelompok yang
mengatakan bahwa ziarah kubur itu bidah, berarti kelompok tersebut secara tidak langsung
mengangap perbuatan Rasulullah juga bidah diwaktu itu. Itu jelas tidak benar, karena
Rasulullah tidak mungkin melakukan perbuatan yang tidak benar. Rasulullah diberi sifat masum
oleh Allah, yaitu terjaga dari kesalahan dan dari dosa-dosa. Jadi dapat disimpulkan bahwa ziarah
kubur bukanlah sebuah bidah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.

Ziarah kubur adalah mengunjungi makam seseorang dengan niat mendoakannya serta
mangambil pelajaran dari keadaan mereka bahwa suatu saat nanti kita juga akan seperti mereka.

2.

Termasuk sunnah menziarahi makam Nabi SAW. sesuai dengan sabda beliau, dan akan
mendapatkan syafaat darinya.

3.

Di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh syariat. Pertimbangan akan
timbulnya fitnah syrik di tengah-tengah umat menjadi faktor terlarangnya ziarah kubur di waktu
itu. Namun, seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syariat
menganjurkan umat Islam untuk berziarah kubur agar mereka dapat mengambil pelajaran dari
hal tersebut, diantaranya mengingat kematian yang pasti akan datang kepada kita semua.

4. Sebab (hikmah) dilarangnya ziarah kubur sebelum disyariatkannya, yaitu karena para sahabat di
masa itu masih dekat dengan masa jahiliyah, yang ketika berziarah diiringi dengan ucapanucapan batil.
5.

Tujuan melakukan ziarah kubur ialah memberikan manfaat bagi penziarah kubur yaitu untuk
mengambil ibrah (pelajaran), melembutkan hati, mengingatkan kematian dan mengingatkan
tentang akan adanya hari akhirat. Disamping itu juga memberikan manfaat bagi penghuni kubur,
yaitu ucapan salam (doa) dari penziarah.

6. Hukum berziarah kubur adalah sunnah. Ziarah kubur disyariatkan untuk laki-laki dan tidak
disyariatkan untuk wanita. Tetapi ada beberapa ulama yang memperbolehkan wanita berziarah
kubur dengan syarat terbebas dari fitnah, artinya tidak menimbulkan sesuatu hal yang tidak
diinginkan.
7. Diantara hal yang harus diperhatikan dalam ziarah kubur adalah mengucapkan (doa) salam
kepada ahli kubur, tidak duduk diatas kuburan dan menginjakinya, tidak menyembelih hewan di
kuburan, tidak boleh bernadzar kepada orang yang sudah meninggal di kuburan dan lain
sebagainya.
8. Ziarah kubur merupakan sesuatu yang dianjurkan, meskipun dulu pernah dilarang, tapi sekarang
ziarah kubur disunnahkan. Artinya, perintah setelah larangan itu boleh.
9. Ziarah kubur bukanlah sebuah bidah karena Rasulullah SAW. juga melakukan ziarah kubur di
makam ibunya di waktu itu, kemudian Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk
melakukan ziarah kubur.
B. Saran
Saran pulis kepada pembaca yang budiman.
1. Ketika akan masuk disebuah tempat pemakaman umum ucapkanlah salam kepada ahli kubur.
2. Kalau kita berziarah kubur, renungilah keadaan mereka yang telah meninggal agar kita ingat
bahwa kita besok juga akan seperti mereka.

3. Kita hanya boleh berdoa untuk mereka dan tidak boleh meminta bantuan kepada orang yang
telah meninggal, karena kita hanya boleh meminta pertolongan kepada Allah SWT.
4. Jangan melakukan nadzar keepada orang yang telah meninggal.
5. Jangan mengkhususkan untuk melakukan ziarah pada hari-hari tertntu, karena setiap saat kita
boleh melakukan ziarah kubur.
6.

Bertawasullah (perantara) kepada orang alim atau ulama karena Allah memerintahkan kita
untuk bertawasul agar kita bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anshori, Zakaria. Ushul Fiqih. Surabaya: Alhidayah.

Al-Maliki, Muhammad Alawi. 1985. Mafahim Yajibuan Tushahha. Kairo: Dar Al-Insan.
Anonim. 2010. Definisi, Pensyariatan, Hukum, Tujuan dan Jenis Ziarah Kubur.
http://ikhwanmuslim.com
. 2010. Ziarah Kubur. http://bookmark.raudlotuttolabah.com
. 2008. Ziarah Kubur. http://Ziarah Kubur dalam Pandangan Ahlus-Sunnah/Asy Syifaa Wal
Mahmuudiyyah.htm
. 2007. Amalan Sunnah di Bulan Muharram. http://assalaam-bdg.or.id
. 2006. TERAPI RUQYAH: Hakikat Ziarah Kubur. http://tech.groups.yahoo.com
Bukhori. 1934. Sahih Abi Abdillah Al-Bukhori bi Sahih Al-karmaniy/Abi Abdillah Al-Bukhori AlKirmaniy. Kairo: Matbaah Al-Misriyyah.
Bulletin Al Wala Wal Bara. 2005. Ziarah Kubur Antara Syari dan Bidah. http://assalaam-bdg.or.id
Departemen Agama. 2000. Al-Quran dan Terjemahannya. Surabaya: UD Mekar.
Nawawi. 1972. Shahih Muslim bi Sharh Al-Nawawiy/Imam Nawawi. Kairo: Dar Al-fikr.
Redaksi Assalafy. 2010. Ziarah Kubur dalam Bingkai Sunnah Nabawiyah. www.assalafy.org
Sururudin. 2010. Dalil-dalil yang Melarang Ziarah Kubur dan Jawabannya.
http://salafytobat.wordpress.com

Taqyudin, Yudin. 2010. Ziarah Kubur dan Nilai Spiritualitas. http://kommabogor.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai