Makalah Liquifaction Batubara
Makalah Liquifaction Batubara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cadangan sumber daya energi di Indonesia saat ini sudah semakin terbatas.
Sebagai gambaran, Indonesia saat ini hanya memiliki 4.300 juta ton cadangan
minyak atau hanya sekitar 0,36% dari total cadangan minyak dunia tahun 2006
sebesar 1.208.200 juta ton. Dengan tingkat produksi sebesar 390 juta ton per
tahun, produksi minyak bumi di Indonesia diperkirakan hanya dapat bertahan
dalam 11 tahun ke depan.
Sementara itu, gas alam yang juga merupakan salah satu sumber energi
utama di Indonesia hanya memiliki cadangan yang ekuivalen dengan masa
produksi selama 35,54 tahun. Demikian pula batubara, Indonesia saat ini hanya
memiliki cadangan yang relatif terbatas, yaitu sebesar 4.968 juta ton atau 0,55%
dari total cadangan batubara dunia. Dengan tingkat produksi mencapai 120 juta
ton per tahun, diperkirakan batubara di Indonesia dapat diproduksi selama 41,43
tahun.
Sebagai alternatif untuk menggantikan energi minyak bumi, saat ini telah
dikembangkan teknologi pencairan batubara sebagai bahan bakar yang hampir
setara dengan output minyak bumi. Pengembangan produksi bahan bakar sintetis
berbasis batu bara pertama kali dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan
menggunakan proses sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher
dan Hans Tropsch. Pada 1930, disamping menggunakan metode proses sintesis
Fischer-Tropsch, mulai dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi
bahan bakar sintesis. Sementara itu, Jepang juga melakukan inisiatif
pengembangan teknologi pencairan batubara melalui proyek Sunshine tahun 1974
sebagai pengembangan alternatif energi pengganti minyak bumi.
Pada 1983, NEDO (the New Energy Development Organization), organisasi
yang memfokuskan diri dalam pengembangan teknologi untuk menghasilkan
energi baru juga berhasil mengembangkan suatu teknologi pencairan batubara
bituminous dengan menggunakan tiga proses, yaitu solvolysis system, solvent
extraction system dan direct hydrogenation to liquefy bituminous coal.
Rumusan Masalah
Apa pengartian liquifaction ?
Bagaimana perkembangan teknologi liquifaction ?
Bagaimana metode liquifaction ?
Apa saja parameterparameter yang berpengaruh pada proses likuifaksi
batubara ?
5. Apa kelebihan dan kekurangan batubara cair ?
6. Bagaimana perkembangan produksi batu bara cair di indonesia ?
1.3 Manfaat
Mengetahui teknologi pemanfaatan batubara terkhusus mengenai teknologi
pencairan batubara atau yang sering disebut liquifikasi yang saat belum dilakukan
secara maksimal.
1.4 Tujuan
1. Memenuhi tugas pada mata kuliah teknologi pengolahan batubara.
2. Menambah wawasan pembaca mengenai batubara dan
proses
pengolahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Likuifaksi Batubara (Coal liquefaction)
Coal liquefaction adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara
menjadi bahan bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diubah menjadi
bentuk cair dengan cara mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur dan
tekanan tinggi.Cairan yang terbentuk tersebut selanjutnya difraksionasi/ dikilang
untuk menghasilkan berbagai macam bahan bakar cair seperti bensin, solar,
minyak tanah dan lain-lain. Teknologi ini sudah lama di kuasai negara maju
seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Jepang.Penguasaan negara
Jerman yang baik terhadap teknologi inilah yang merupakan salah satu faktor
yang mendukung kemenangan Jerman dalam Perang Dunia I.
Tujuan
dari
likuifaksi
batubara
adalah
untuk
mengkonversi
atau
mengupgrading batubara yang mempunyai nilai kalor yang rendah yang tidak laku
di pasaran menjadi salah satu bentuk bahan bakar atau energi alternatif yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
2.2.Perkembangan Singkat Teknologi Likuifaksi
Pengembangan produksi bahan bakar sintetis berbasis batu bara pertama kali
dilakukan di Jerman tahun 1900-an dengan menggunakan proses sintesis FischerTropsch yang dikembangkan Franz Fisher dan Hans Tropsch. Pada 1930,
disamping menggunakan metode proses sintesis Fischer-Tropsch, mulai
dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi bahan bakar sintesis.
Sementara itu, Jepang juga melakukan inisiatif pengembangan teknologi
pencairan batubara melalui proyek Sunshine tahun 1974 sebagai pengembangan
alternatif energi pengganti minyak bumi.
Pada 1983, NEDOL (the New Energy Development Organization),
organisasi yang memfokuskan diri dalam pengembangan teknologi untuk
menghasilkan energi baru juga berhasil mengembangkan suatu teknologi
pencairan batubara bituminous dengan menggunakan tiga proses, yaitu solvolysis
system, solvent extraction system dan direct hydrogenation to liquefy bituminous
coal.
Cadangan batubara di dunia pada umumnya tidak berkualitas baik, bahkan
setengahnya merupakan batubara dengan kualitas rendah, seperti: sub-bituminous
coal dan brown coal. Kedua jenis batubara tersebut lebih banyak didominasi oleh
kandungan air. Peneliti Jepang kemudian mulai mengembangkan teknologi untuk
menjawab tantangan ini agar kelangsungan energi di Jepang tetap terjamin, yaitu
dengan mengubah kualitas batubara yang rendah menjadi produk yang berguna
secara ekonomis dan dapat menghasilkan bahan bakar berkualitas serta ramah
lingkungan. Dikembangkanlah proses pencairan batubara dengan namaBrown
Coal Liquefaction Technology (BCL).
kembali agar dapat dipisahkan menjadi nephta, light distillate dan medium
distillate. Setelah proses selesai, dihasilkan 3 barrel batubara cair dari 1 ton
batubara brown coal kering
proses,
yaitu:
Solvent
Extraction
Process,
Direct
Proses NEDOL
Slurry dibuat dengan mencampurkan 1 bagian batubara dengan 1.5 bagian
pelarut,lalu ditambahkan 3% katalis yang mengandung besi (ferrous catalyst).
Slurry dipanaskan sampai suhunya mencapai 400C dalam preheating
furnace.Reaksi likuifaksi terjadi dalam kolom reaktor berjenis suspension bed
foaming pada kondisi standar (Temperatur 450C, Tekanan 170 kg/cm2G)
Batubara dikonversi menjadi bentuk cair oleh reaksi antara hidrogen dan pelarut.
Setelah melewati pemisah fase gas-cair, kolom distilasi bertekanan normal, dan
kolom distilasi isap, batubara cair dipisahkan menjadi naphta, medium oil, heavy
oil, dan residu.
Distilat medium oil dan heavy oil dipindahkan ke kolom reaksi berjenis fixed
bed yang berisi katalis Ni-Mo. Pada kolom reaksi ini, distilat dikonversikan
menjadi distilat ringan pada Temperatur 320C dan Tekanan 100 kg/cm2G, dan
digunakan kembali dalam reaksi sebagai pelarut (solvent)
Berikut adalah kapasitas produksi Shenhua DCL Plant, Inner Mongolia Phase I:
Plant Cost Estimate
845.300 MT/a
USD 24/bbl
: 591.900
(MT/a)
Naphtha
: 174.500
(MT/a)
LPG
: 70.500
(MT/a)
Liquid Ammonia
Total
: 8.300
: 845.300
(MT/a)
(MT/a)
Dari table di atas dapat dilihat bahwa perkiraan harga produksi tiap-tiap
produk BBM sintetik adalah sebesar USD 24 per barrel, jauh lebih rendah
dibandingkan harga minyak mentah dunia saat ini yang berkisar di atas USD
60/barrel. Dengan beberapa data penunjang saja, maka break event point-nya
sudah dapat dihitung. Yang menjadikan proses DCL sangat bervariasi adalah
beberapa faktor dibawah:
Pencapaian dari sebuah proses DCL sangat tergantung daripada jenis
feedstock /(spesifikasi batubara) yang dipergunakan, sehingga tidak ada
sebuah sistem yang bisa optimal untuk digunakan bagi segala jenis batubara.
Jenis batubara tertentu mempunyai kecenderungan membentuk lelehan
(caking perform), sehingga menjadi bongkahan besar yang dapat membuat
reaktor kehilangan tekanan dan gradient panas terlokalisasi (hotspot). Hal
ini biasanya diatasi dengan mencampur komposisi batubara, sehingga
pembentukan lelehan dapat dihindari.
Batubara dengan kadar ash yang tinggi lebih cocok untuk proses gasifikasi
terlebih dahulu, sehingga tidak terlalu mempengaruhi berjalannya proses.
Termal frakmentasi merupakan phenomena yang terjadi dimana serpihan
batubara mengalami defrakmentasi ukuran hingga berubah menjadi partikelpartikel kecil yang menyumbat jalannya aliran gas sehingga menggangu
jalannya keseluruhan proses. Hal ini dapat diatasi dengan proses
pengeringan batubara terlebih dahulu sebelum proses konversi pada reaktor
utama (Lihat skema Brown Coal Liquefaction di bawah).
dalam
pelarut
tetrahidrofuran
(THF),
toluene,
tetralin
(1,2,3,4-
tetrahydronaphtalene) dan n-heksana sebagai pelarut donor hidrogen. Produkproduk antara dikelompokkan ke dalam preasphaltene (PAS) dan asphaltene (AS).
Sedangkan produk akhir dikategorikan sebagai minyak (oil) dan sejumlah gas
(O&G). Sisa batubara yang tidak terkonversi dikelompokkan sebagai residu (THF
insoluble). Hasil SRC biasanya langsung digunakan untuk pembangkit listrik.
Sifat pelarut berpengaruh besar terhadap hasil cair yang diperoleh pada liquifaksi
batubara sehingga diperlukan pemilihan pelarut yang tepat. Pertimbangan
pemilihan pelarut adalah :
1. Dapat melarutkan umpan batubara dengan baik
2. Sebagai medium untuk melarutkan hasil yang diperoleh
3. Membantu pelarutan H2 sehingga memudahkan perpindahan massa H2
menuju katalisator dan batubara
4. Berperan dalam proses hidrogenasi batubara dan produknya sebagai donor
H dan dan perpindahan massa H2 ke batubara dari fasa gas atau dari pelarut
yang digunakan untuk hidrogenasi tersebut.
Contoh proses komersil dari ekstraksi solvent ini yaitu:
a. Consol Sycthetic Process (CSF) Process
Proses ini yaitu mengubah batubara yang mengandung sulfur tinggi menjadi
produk padat dan synthetic crude oil dengan mengekstraksi batubara
menggunakan coal derived process. Pecahan batubara dikeringkan dan
dipanaskan sampai suhu 230oC dan dicampur dengan solvent. Reaktor berupa
reaktor stirred tank dan di reaktor terjadi ekstraksi pada suhu 405 oC dan tekanan
105-400 psi. Padatan dibuat slurry kemudian dimasukkan ke reaktor karbonisasi
yang berupa sistem fluidized bed untuk diambil produk ringan. Solvent yang
digunakan diambil dari produk liquid.
b. SRC (Solvent Refined Coal) Process
SRC (Solvent Refined Coal) merupakan contoh dari proses likuifaksi batubara
secara langsung menggunakan pelarut. Pencairan langsung ini merujuk pada
proses dimana batubara secara langsung dikonversi menjadi bahan bakar cair pada
temperatur dan tekanan tinggi di dalam media pelarut baik dengan katalitik
maupun tanpa katalitik. Proses ini melibatkan pemutusan ikatan-ikatan kimia
secara termal yang menghasilkan radikal-radikal batubara dan penstabilan radikal
tersebut melalui penangkapan hidrogen sehingga terbentuk molekul-molekul yang
lebih kecil dan stabil yang larut dalam fase cair. Katalis dan pelarut sangat
Likuifaksi
dengan SRC ini terdiri atas 2 proses, yaitu SRC-I process dan SRC-II process.
Pada SRC ini, produksi batubara yang dihasilkan yaitu bahan bakar padat dengan
kandungan abu rendah. Sedangkan pada SRC II, dihasilkan produk cair dengan
menggunakan slurry hasil recycle. Pecahan batubara dicampur dengan solvent
kemudian dicampur dengan hidrogen dan dipanaskan pada suhu 300-370oC dan
dimasukkan ke reaktor dengan suhu operasi 450-465oC. Solvent akan
terdekomposisi di reaktor menghasilkan metana. Hot effluent di reaktor
dipisahkan pada high pressure separator yang disusun seri untuk memisahkan gas
dan produk light hidrokarbon.
SRC-I Process
Didaerah
persiapan
batubara,
bahan
baku
batubara
yang
telah
filtrat
Filter cake yang terdiri dari padatan yang tidak larut dan tanah diatom di
keringkan secara
SRC-II Proces
SRC-II adalah proses pencairan batubara di mana batubara dicampur dengan
slurry yang direcycle dan hydrocracked untuk membentuk produk cair dan gas.
Produk utama dari proses SRC-II adalah bahan bakar distilat minyak.
2.4
untuk optimasi proses dan biaya meliputi substitusi pelarut awal dari heavy
vacuum residue kilang minyak, penghitungan porsi local content pembangunan
pabrik pencairan kapasitas 6000 t/d, sosialisasi dan pre-amdal untuk lokasi Berau,
serta analisis rugi/laba dan manfaat (cost and benefit analysis).
Likuifaksi batubara memiliki sejumlah manfaat:
1. Batubara terjangkau dan tersedia di seluruh dunia, memungkinkan berbagai
negara untuk mengakses cadangan batubara dalam negeri -dan pasar
internasional- dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak, serta
meningkatkan keamanan energi.
2. Batubara Cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit
listrik stasioner, dan di industri kimia.
3. Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah
partikulat, dan rendah oksida nitrogen.
4. Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang ultrabersih, dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan.
5. Dapat digunakan sebagai pelumas
6. Untuk menahan operasi mesin yang panjang dan kuat
7. Untuk mencegah korosi (corrosion inhibitor) pada peralatan industri.
Sisi Lain Batubara Cair
Dalam penggunaannya, batubara cair sebagai bahan bakar alternatif dinilai dapat:
1. Meningkatkan
dampak
negatif
dari
penambangan
batubara
lingkungan,
peningkatan
produksi
batubara
juga
dapat
2. .Menimbulkan efek global warming sebesar hampir dua kali lipat per gallon
bahan bakar.Produksi batubara cair membutuhkan batubara dan energi
dalam jumlah yang besar. Proses ini juga dinilai tidak efisien. Faktanya, 1
ton batubara hanya dapat dikonversi menjadi 2-3 barel bensin. Proses
konversi yang tidak efisien, sifat batubara yang kotor, dan kebutuhan energi
dalam jumlah yang besar tersebut menyebabkan batubara cair menghasilkan
hampir dua kali lipat emisi penyebab global warming dibandingkan dengan
bensin biasa. Walaupun karbon yang terlepas selama produksi ditangkap dan
disimpan, batubara cair tetap akan melepaskan 4 hingga 8 persen polusi
global warming lebih banyak dibandingkan dengan bensin biasa.
BAB III
PENUTUP
Likuifaksi adalah proses pengubahan batubara padat menjadi bahan bakar cair
dengan bantuan panas dan penambahan zat kimia tertentu. Likuifaksi
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu indirect coal process dan direct coal process.
Likuifaksi batubara ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya
yaitu dari segi keekonomian, investasi awal tinggi dan merupakan Investasi
Jangka panjang. Sedangkan kelebihannya yaitu harga produksi lebih murah, jenis
batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori rendah (low
rank coal), dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti bahan bakar pesawat jet
(jet fuel), mesin diesel (diesel fuel), serta gasoline dan bahan bakar minyak biasa
dan teknologi pengolahannya lebih ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://silentdiamlovetekim.blogspot.co.id/2012/02/proses-liquefaction.html
https://www.scribd.com/doc/264943696/Coal-Liquefaction
https://www.scribd.com/doc/289986761/Liquefaction-Process
https://www.scribd.com/doc/134499853/Liqiufaksi-BATUBARA
https://www.scribd.com/doc/212199898/pencairan-batubara-hidrogenasi
https://www.google.com/search?q=liquifaction+batubara&ie=utf8&oe=utf-8#q=liquifaction+batubaran+pdf
http://ansn.bapeten.go.id/files/43102/2432.pdf
https://www.academia.edu/5481775/Coal_Gasification_dan_Coal_Liquefa
ction
http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/pengolahanbatubara/