Anda di halaman 1dari 9

BAB 1.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar ketiga dunia setelah
Brazil dan Vietnam (Hanifah dan Kurniawati, 2013). Kopi merupakan salah satu
hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
diantara tanaman perkebunan yang lainnya dan berperan penting sebagai sumber
devisa negara dan juga merupakan sumber penghasilan petani kopi karena tidak
kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).
Walaupun demikian, kopi yang dihasilkan masih memiliki mutu yang rendah
karena sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Umumnya jenis kopi yang ditanam
adalah Robusta. Dari hasil analisis laboratorium pengujian mutu, diketahui bahwa
mutu kopi Indonesia berada pada grade 4, 5 dan 6. Hal ini sangat menyulitkan
Indonesia untuk bersaing di pasar internasional. Buruknya mutu kopi Indonesia
disamping disebabkan oleh rendahnya mutu bahan tanaman, juga disebabkan oleh
penanganan pascapanen kopi yang kurang baik (Siswoputranto, 1993) sehingga
perlu dilakukan peningkatan mutu salah satunya adalah proses pengeringan.
Pengeringan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses
pengolahan kopi untuk menghasilkan kopi dengan mutu yang baik. Pengeringan
yang kurang sempurna akan menyebabkan kerusakan pada biji kopi antara lain
disebabkan oleh serangan mikroba Ada 3 metode dalam pengeringan yaitu:
pengeringan meggunakan sinar matahari (sun drying), pengeringan menggunakan
pengering buatan (artificial drying) dan pengeringan kombinasi.
Matahari merupakan sumber energi panas yang sangat potensial karena
murah dan ramah lingkungan (Sharma et al., 2009; Fudholi et al., 2010).
Sehingga sebagian besar petani kopi melakukan proses pengeringan dengan cara
penjemuran. Kelemahan penerapan proses pengeringan dengan cara penjemuran
antara lain radiasi matahari tidak termanfaatkan secara maksimal, tingginya
kontaminasi benda asing, dan diperlukan banyak tenaga kerja pada saat musim
hujan (Prakash & Kumar, 2014).
Kami membuat metode pengeringan kombinasi ini dengan menggunakan
bangunan tembus cahaya skala besar, kolektor surya dengan memanfaatkan

radiasi panas dan sumber energy tambahan yaitu energy biomassa sekam kopi dari
tungku. Bangunan tembus cahaya merupakan pengeringan buatan yang
memanfaatkan radiasi panas matahari sebagai sumber panas pengeringan
(Koyuncu, 2006; Janjai et al., 2011; Kaewkiew et al., 2012) dan sangat potensial
untuk pengeringan kopi. Upaya pengembangan pengeringan kopi akhir-akhir ini
diarahkan pada usaha pemanfaatan energi surya sebagai sumber panas karena
sifatnya bersih, terbarukan dan murah.
Pemanfaatan panas radiasi untuk proses pengeringan dapat dilakukan dengan
menggunakan kolektor pelat datar dan bangunan tembus cahaya. Sumber energi
tambahan yang banyak diintegrasikan pada pengering surya adalah energi
biomassa dari tungku dan kolektor surya. Kolektor surya merupakan suatu alat
yang berfungsi untuk mengumpulkan energi matahari yang masuk dan diubah
menjadi energi thermal dan meneruskan energi tersebut ke fluida (Priyadi, 2008).
Kolektor pelat datar pada umumnya digunakan untuk menghasilkan temperatur
fluida kerja yang rendah, dan sudah diproduksi secara massal untuk kebutuhan
rumah tangga (Darwin dan Thaib, 2010).
Pada alat ini, kami mengkombinasikan dengan beberapa rancangan struktural
dari pengering tipe bak (flat bed dryer). Menurut Gagelonia dkk., (2001)
pengering tipe bak lebih rendah biaya pengeringannya dibandingkan dengan
pengering yang sudah ada, hal ini dikarenakan bahan bakar yang digunakan
adalah sekam padi. Namun, kami tidak menggunakan sekam padi tetapi sekam
kopi untuk menguranngi limbah dari kopi tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sun drying
maupun artifical drying tersebut dengan proses pengeringan menggunakan
metode pengeringan kombinasi antara sun drying dan artificial drying. Sehingga
pengeringan dapat berlangsung lebih cepat, radiasi matahari termanfaatkan secara
maksimal, kontaminasi benda asing rendah dan tidak diperlukan banyak tenaga
kerja pada saat musim hujan.

BAB 2. ISI
Bahan untuk pembuatan kolektor surya adalah besi siku, plat alumenium,
triplek, kaca, pipa tembaga, dan papan. Bahan untuk pembuatan tungku dan pipa
asap adalah plat besi, asbes gulung, plat alumenium, dan pipa besi. Bahan umum
yang akan digunakan pada pembuatan pengering adalah bahan-bahan pertukangan
pasir, semen, bata, pilar baja, paku, pintu, jendela, kusen, polikarbonat, akrilik,
baut, paku, palu, kawat, rivet, mata bor, tabung gas argon, dan elektroda (bahan
las). Peralatan yang digunakan pada pembuatan pengering adalah peralatan las
listrik peralatan bengkel (palu, gergaji, tang, obeng, pemotong plat, pemotong
kaca, tang rivet).
Bangunan berukuran 24 m x 18 m didirikan di atas lantai semen ukuran 26
m x 20 m. Tiang bangunan dan kuda-kuda yang tertumpu pada masing-masing
pasang tiang dibuat dari bahan konstruksi baja profil I 15. Lembaran polikarbonat
transparan bergelombang anti ultra-violet diletakkan di atas kombinasi konstruksi
baja profil siku (L) 7 dan profil C 7. Lembaran polikarbonat memiliki ketebalan
dan efisiensi penyerapan panas masing-masing sebesar 8,5 mm dan 90%. Dinding
bangunan tembus cahaya bagian depan memiliki tinggi 3 m, sedangkan dinding
bangunan bagian belakang memiliki tinggi 2 m. Atap bangunan dibuat rendah dan
miring di satu sisi dengan tujuan mampu menangkap energi panas matahari dan
memanfaatkannya lebih maksimal. Dinding bangunan dibuat dari pasangan semen
dan batu bata setinggi 1 m, dan selebihnya digunakan bahan konstruksi lembaran
akrilik tebal 5 mm yang dipasang di dalam bingkai baja. Bingkai akrilik mudah
dibuka dan ditutup untuk mempermudah terjadinya sirkulasi udara di dalam
pengering ke udara lingkungan. Untuk mempermudah proses pemasukan dan
pengeluaran barang yang dikeringkan, maka sebuah pintu dipasang di dinding
bangunan bagian depan dan sebuah lagi dipasang di dinding bangun bagian
samping. Sketsa bangunan tembus cahaya ditampilkan pada Gambar 1.
Tempat Pengerng

Gambar 1. Sketsa bangunan tembus cahaya untuk pengeringan kopi


Sumber Panas
Energi panas yang digunakan untuk proses pengeringan berasal dari
gelombang panjang yang terkurung di dalam bangunan tembus cahaya. Energi
gelombang pendek dari radiasi matahari membentur permukaan benda yang ada
di dalam bangunan (permukaan lantai, permukaan buah dan dinding pengering)
dan berubah menjadi energi gelombang panjang. Energi panas yang terperangkap
tidak mampu menembus ulang atap dan dinding. Suhu udara di dalam bangunan
meningkat dan kelembaban relatifnya menurun. Besarnya kenaikan suhu
tergantung pada intensitas radiasi matahari kumulatif per hari. Kebun kopi
Robusta terletak di dataran rendah dengan ketinggian tempat lebih rendah dari
800 m dpl. memiliki radiasi kumulatif rata-rata 4 kW-jam/m2 (Mulato et al., 1998)
Perancangan
Perancangan meliputi perancangan fungsional untuk menentukan fungsi dari
komponen utama pengering kopi tipe bak dengan sumber panas dari tungku
sekam kopi dan kolektor surya, sedangkan rancangan struktural untuk
menentukan bentuk dan tata letak dari masing-masing komponen.

Rancangan Fungsional

Tabel 1. Rancangan fungsional bangunan tembus cahaya


Bagian pengering
Surya
Pipa panas (asap)
Pipa perforasi tungku
Plenum
Cerobong
Tungku
Kolektor surya
Pipa parafin

Turbin ventilator

Fungsi
Menyalurkan udara panas dari tungku melalui pipa ke
plenum
Mengalirkan udara dari ke ruang pembakaran
Berfungsi sebagai tempat pipa panas dari tungku dan panas
dari kolektor surya
Tempat keluarnya asap dari proses pembakaran.
Tempat terjadinya proses pembakaran sekam kopi
Pengumpul radiasi surya yang mengubah radiasi surya
menjadi energi panas.
Menyimpan panas sementara
Berfungsi untuk mengeluarkan uap air yang dihasilkan dari
pengeringan biji kopi yang berada di dalam rumah
pengering.

b. Rancangan Struktural
Pengering kopi dengan bakar kulit kopi dengan syarat untuk bahan dan
perlengkapannya akan disesuaikan dengan kriteria pada Tabel 2.
Tabel 2. Rancangan Struktural
Bagian pengering surya
Pipa panas (asap)
Cerobong
Tungku
Kolektor surya

Turbin ventilator
Bak bahan bakar

Dimensi dan Bahan


Pipa besi (1.5 inchi), dua haluan
Terbuat dari pipa besi dengan ukuran 2 inchi
Terbuat dari plat yang dilapisi insulasi asbes dan berbentuk
silinder. Terbagi dua bagian yaitu bagian atas ruang
pembakaran dan bagian bawah tempat abu.
Berjumlah 2 buah, penutup
kolektor terbuat dari kaca, absorber dari plat alumenium,
insulasi dari triplek, dan bagian dalam kolektor terdapat
pipa tembaga 2 inci berisi paraffin.
Terbuat dari stainless steel
Berbentuk silinder, dengan kemiringan hopper berdasarkan
angle of repose sekam kopi, serta pengumpan secara
manual

Dinding dari pengering ini terbuat dari bahan akrilik bening, pemilihan
bahan ini karena sifat optiknya yaitu memiliki transmisivitas yang tinggi sehingga
dapat meneruskan radiasi matahari. Akrilik lebih dipilih daripada kaca karena
meskipun sedikit lebih mahal tapi akrilik bisa lebih awet. Namun tidak
keseluruhan menggukan akrilik melain setengah dengan bata. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir keuangan dan agar bisa dipakai jangka waktu lama.
Dinding-dinding akrilik tersebut dibentuk seperti jendela sehingga bisa dibuka
tutup agar kita bisa mengkontrol suhunya.
Pada bagian bawah dari bangunan pengering ini merupakan ruangan
plenum dimana bagian ini tempat berkumpulnya udara panas dari kolektor surya
dan tungku biomassa. Pada bagian dasarnya terdapat pipa penukar panas yang
berfungsi mentransfer panas dari tungku biomassa. Pada bagian atas bangunan
pengering ditempatkan turbin ventilator. Bagian ini berfungsi untuk mengeluarkan
uap air dari ruang pengering sehingga diharapkan kelembaban relatif ruang
pengering menjadi rendah sehingga mempercepat proses pengeringan. Ukuran
turbin ventilator yang dipasang pada pengering ini adalah 14 inchi.
Dinding akrilik yang menyelimuti hampir semua bangunan ini memiliki
ketebalan 5 mm. Ruang plenum merupakan ruangan yang paling bawah dari
bangunan ini. Pipa penukar panas yang terdapat pada ruang plenum merupakan
pipa yang terbuat dari besi dengan ukuran 2 inchi Ruang plenum ini terbuat dari
besi plat dan dilapisi papan triplek. Insulasi dengan menggunakan papan triplek
ini untuk mencegah kehilangan panas pada ruangan ini.
Sumber energi panas yang diperoleh dari energi matahari tidak hanya
berasal dari tungku melainkan juga kolektor surya. Bagian ini diletakkan pada
kedua sisi bangunan pengering, berarti jumlah kolektor surya yang dipasang
adalah 2 buah. Bagian-bagian kolektor surya adalah cover yang terbuat dari kaca,
plat absorber yang terbuat dari alumenium yang dicat hitam serta pipa- pipa
tembaga tempat parafin. Konstruksi dan rangka dari kolektor surya terbuat dari
besi siku dan dinding kolektor terbuat dari papan triplek. Pemilihan dinding
kolektor terbuat dari bahan triplek untuk mencegah kehilangan panas. Kolektor
surya disatukan dengan pengering pada bagian plenum. Kemiringan kolektor yang

terbentuk adalah 20o. Pada bagian dalam kolektor (di atas plat absorber)
diletakkan pipa-pipa penyimpan panas laten.
Tungku biomassa merupakan tempat pembakaran sekam kopi dan sebagai
sumber panas tambahan dari pengering. Tungku ini terbuat dari plat besi yang
akan dilapisi dengan insulasi. Pada bagian atas tungku terdapat lubang
pengeluaran udara panas dan pemasukan bahan. Bagian bawah tungku terdapat
celah pembuangan abu sisa pembakaran dan pipa inlet udara. Dasarnya dibuat
miring supaya abu sisa pembakaran langsung dibuang keluar. Pipa inlet udara
langsung bersambung dengan pipa perforasi. Pipa ini berada pada bagian tengah
ruang pembakaran yang berfungsi untuk mensuplai udara.
Bahan yang dikeringkan dihamparkan di atas plenum dan proses
pembalikan serta pengukuran kadar air hanya dilakukan dua kali sehari yaitu pada
pagi dan sore hari. Proses pembalikan dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat bantu yang dibuat dari bahan kayu. Pada proses pengeringan
kopi dalam bangunan tembus cahaya dua hari lebih cepat jika dibandingkan
dengan pengeringan dengan cara penjemuran penuh (Janjai et al., 2011).

BAB 3. PENUTUP
Dari ide yang telah didapatkan diharapkan dapat untuk meningkat kualitas
kopi, dapat memberikan solusi kepada petani kopi agar pengeringan dapat
berlangsung lebih cepat, radiasi matahari termanfaatkan secara maksimal,
kontaminasi benda asing rendah dan tidak diperlukan banyak tenaga kerja pada
saat musim hujan. Saran untuk mendatang agar bisa mengganti bahan bahan yang
lebih murah namun fungsinya masih tetap sama.

DAFTAR ISI
Darwin dan R. Thaib. 2010. Pengaruh Diameter Tabung Kaca dan Pipa Absorber
Terhadap Performansi Kolektor Surya Jenis Silinder Setengah Lingkaran.
Prosiding Seminar Nasional Chesa (Chemical Engineering Science and
Applications), Banda Aceh, 22-23 Desember 2010.
Fudholi, A.; K. Sopian; M.H. Ruslan; M.A. Alghoul & M.Y. Sulaiman (2010).
Review of solar dryers for agricultural and marine products. Renewable
and Sustainable Energy, 14, 130.

Gagelonia, E.C., et al. 2001. Flatbed Dryer Re-introduction in the Philippines.


Agric Mech Asia Journal Vol 32 No, 3 hal 60-66.
Hanifah dan kurniawati. 2013. Pengaruh Larutan Alkali dan Yeast Terhadap Kadar
Asam, Kafein dan Lemak pada Proses Pembuatan Kopi Fermentasi. Jurnal
Tek. Kimia dan Industri Vol. 2 No. 2. Semarang: Undip
Janjai, S.; P. Intawee; J. Kaewkiew; C. Sritus & V. Khamvongsa (2011). A largescale solar greenhouse dryer using polycar-bonate cover: Modeling and
testing in a tropical environment of Lao Peoples Democratic Republic.
Journal of Renewable Energy, 36, 10531062.
Kaewkiew, J.; S. Nabnean & S. Janjai (2012). Experimental investigation of the
performance of a large-scale greenhouse type solar dryer for drying chilli in
Thailand. Proceeding Engineering, 32, 433439.
Koyuncu, T. (2006). An investigation on the performance improvement of greenhouse-type agricultural dryers. Renew-able Energy, 31, 10551071.
Prakash, O. & A. Kumar (2014). Solar green-house drying: A review. Renewable
and Sustainable Energy, 29, 905910.
Rahardjo, Pudji. 2012. Kopi Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika
dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Sharma, A. & C.R. Chen, Nguyen Vu Lan (2009).Solar-energy drying systems: A
review. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 13, 11851210.
Siswoputranto, P.S. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius:
Yogyakarta
Sri-Mulato; O. Atmawinata; Yusianto, S. Widyotomo & Handaka (1998). Kinerja
kolektor tenaga matahari pelat datar dan tungku kayu mekanis sebagai
sumber panas unit pengering kopi rakyat skala besar. Pelita Perkebunan,
14, 108123.

Anda mungkin juga menyukai