Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN KINERJA

BADAN SAR NASIONAL


TAHUN 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................

Daftar Isi ...........................................................................................................

ii

Ikhtisar Eksekutif

.............................................................................................

iv

PENDAHULUAN .

BAB I

I.1. Gambaran Umum

..

I.2. Kelembagaan

I.3. Landasan Hukum .

10

I.4. Aspek Strategi .. .

11

I.4.I. Sarana dan Prasarana ...................................................

11

I.4.2. Sumber Daya Manusia ..

17

I.4.3. Aspek Kelembagaan ..

17

I.5. Permasalahan Utama

....

18

PERENCANAAN KINERJA

20

II.1. Ikhtisar Rencana Strategis (RENSTRA) 2015 2019 .

20

II.2. Perjanjian Kinerja ...

24

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

26

III.1. Prosedur Pengumpulan Data ...

27

III.2. Analisis Perhitungan Capaian Kinerja 2015..

29

III.3.Evaluasi Realisasi Indikator Kinerja Sasaran Tahun 2010 2015 ..

33

BAB II

ii

III.3.1. Evaluasi Capaian Kinerja dari Indikator Kinerja Utama (IKU)


Kecepatan tanggap pada Operasi SAR Dalam penenganan
Kecelakaan ....

36

a. Analisis keberhasilan / peningkatan kinerja serta usaha


yang telah dilakukan. ..

41

b. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya .

59

c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


pencapaian pernyataan kinerja .

59

III.3.2. Evaluasi Capaian Kinerja dari ndikator kinerja Utama (IKU)


Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR .

60

a. Analisis penyebab keberhasilan peningkatan kinerja serta


usaha-usaha yang telah dilakukan ..

62

b. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya ..

64

c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


pencapaian kinerja ..

64

III.4.Realisasi Anggaran ..

73

III.5. Capaian Kinerja Sesuai dengan RPJMN dan Renstra Basarnas

74

BAB IV PENUTUP

78

IV.1.Kesimpulan ..

78

IV.2.Upaya Perbaikan

78

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Salah satu prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance)


adalah tersusunnya laporan kinerja pelaksanaan kegiatan tahun berjalan
untuk mewujudkan komitmen organisasi penyelenggara negara dalam
mempertanggungjawabkan dan mempertanggunggugatkan pengelolaan
dan pengendalian sumberdaya sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,
bahwa

penyelenggaraan

SAKIP

pada

Kementerian/

Lembaga

dilaksanakan oleh entitas akuntabilitas kinerja Satuan Kerja, Unit


Organisasi dan Kementerian Negara/Lembaga.
Badan SAR Nasional sebagai instansi pemerintah bertanggung
jawab di bidang Pencarian dan Pertolongan (Search And Rescue) telah
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan serta Peraturan Presiden
Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional.
Capaian target indikator kinerja utama Badan SAR Nasional yang
telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Basarnas/ Rencana Strategis Basarnas 2015-2019 telah terealisasi lebih
dari 100% namun masih ada indikator kinerja yang belum mencapai
100%. Capaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

iv

Target

Realisasi

Capaian
Kinerja

Kecepatan tanggap

30

26 menit

113.33%

pelayanan operasi

pada operasi SAR

menit

SAR

dalam penanganan

95.34%

95.34%

No.

Sasaran Strategis

1.

Meningkatkan

Indikator Kinerja
Utama

kecelakaan
2.

Tercapainya

Keberhasilan

100%

keberhasilan

evakuasi korban

penyelamatan

pada operasi SAR

korban dalam
pelaksanaan
operasi SAR

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan SAR Nasional dalam


Tahun Anggaran 2015 secara umum telah dapat terlaksana dengan baik.
Hal tersebut terlihat pada pencapaian ketiga Indikator Kinerja Utama (IKU)
yang melebihi target.
1. Pada Indikator Kinerja Utama (IKU) Kecepatan tanggap pada operasi
SAR dalam penanganan kecelakaan terealisasi response time selama
26.09 menit dengan capaian kinerja sebesar 113.33% dari target 30
menit. Indikator Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh sasaran
strategis, yaitu Meningkatkan pelayanan operasi SAR. Adapun
indikator kinerja sasaran Meningkatkan pelayanan operasi SAR yaitu :

Rata-rata response time pada penanganan kecelakaan pelayaran


(34 menit)

Rata-rata

response

time

pada

penanganan

kecelakaan

penerbangan (15 menit)

Rata-rata response time pada penanganan bencana (21 menit)

Rata-rata response time pada penanganan kecelakaan lain-lain (33


menit)

2. Pada Indikator Kinerja Utama Keberhasilan evakuasi korban pada


operasi SAR terealisasi sebesar 95.34% dari target 100%. Indikator
Kinerja Utama (IKU) ini didukung oleh sasaran strategis, yaitu
Tercapainya keberhasilan penyelamatan korban dalam pelaksanaan
operasi

SAR.

Adapun

indikator

kinerja

sasaran

Tercapainya

keberhasilan penyelamatan korban dalam pelaksanaan operasi SAR


yaitu :

Persentase jumlah korban terselamatkan dalam pelaksanaan


operasi SAR (80.49%)

Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam pelaksanaan


operasi SAR (95.34%)

Dilihat dari evaluasi Indikator Kinerja Utama (IKU) dari tiap-tiap


pelaksanaan sasaran (sesuai Formulir Penetapan Kinerja dan Pengukuran
Kinerja), maka tingkat capaian kinerja Badan SAR Nasional secara
keseluruhan dapat dikatakan sangat memuaskan (AA), dimana rata-rata
tingkat capaian sasaran kinerja Badan SAR Nasional terealisasi lebih dari
100% (104.22%), sehingga dimasa mendatang kiranya kondisi ini dapat
dipertahankan dan bahkan jika mungkin ditingkatkan.

vi

BAB I
PENDAHULUAN

I.1.

Gambaran Umum
Wilayah Negara Republik Indonesia sangat luas dan terdiri dari

ribuan pulau. Dua pertiganya merupakan perairan dan sepertiganya


adalah daratan, dimana daratan tersebut terdiri dari hutan lebat,
pegunungan, rawa-rawa dengan ciri iklim tropis yaitu banyak awan dan
curah hujan tinggi, menimbulkan kerawanan terhadap keselamatan
transportasi serta merupakan medan yang sulit ditembus apabila terjadi
kecelakaan transportasi.
Berbagai

faktor

di

atas

serta

ditambah

peningkatan

arus

transportasi laut dan udara menuntut peningkatan pelayanan SAR kepada


masyarakat baik peningkatan secara kuantitas maupun secara kualitas.
Dalam hal ini penanggulangan kecelakaan transportasi dituntut untuk
memenuhi

standar-standar

penyelenggaraan

SAR

yang

berlaku

Internasional, khususnya yang ditetapkan oleh International Civil Aviation


Organization (ICAO) dan International Maritim Organization (IMO)
sehingga kemampuan SAR Nasional menjadi faktor penting dalam
menentukan diterimanya sistem perhubungan nasional dalam sistem
perhubungan Internasional sehingga dapat mendukung kegiatan ekonomi.
Badan SAR Nasional dibentuk sebagai lembaga yang menangani
bidang

pencarian

dan

pertolongan

pada

kecelakaan

pelayaran,

kecelakaan penerbangan, bencana dan kecelakaan lainnya. Badan SAR


Nasional lahir pada tanggal 28 Februari 1972, berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 11 Tahun 1972 sebagai suatu lembaga yang bernama
Badan SAR Indonesia (Basari). Selanjutnya, pada Tahun 2007 Badan
SAR Nasional berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
(LPNK), berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99
Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sesuai dengan Peraturan
Presiden tersebut, Badan SAR Nasional bertugas untuk membantu

pemerintah dalam tugas-tugas di bidang pencarian dan pertolongan.


Keberhasilan tugas pencarian dan pertolongan itu juga sesuai dengan
tuntutan dari ICAO (International Civil Aviation Organization) dan IMO
(International Maritime Organization) serta Peraturan Pemerintah RI
Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan.
Pada tahun 2007 telah disahkan Peraturan Presiden Nomor 99
tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional, Badan SAR Nasional
mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pencarian dan pertolongan (search and rescue) yang selanjutnya disebut
SAR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Disamping itu, Badan SAR Nasional memiliki tugas untuk melaksanakan
pembinaan, pengoordinasian, dan pengendalian potensi SAR dalam
pelaksanaan operasi SAR.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
yang menentukan bahwa setiap Instansi Pemerintah, Eselon I, Eselon II,
sampai tingkat Unit kerja mandiri wajib membuat Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan hasil
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, kewenangan pengelolaan sumber
daya dan kebijakan, berdasarkan perencanaan strategis yang telah
ditetapkan.
Guna memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut di atas, disusunlah
Laporan Kinerja Basarnas sebagai salah satu perwujudan tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Basarnas Tahun Anggaran
2015.

I.2.

Kelembagaan
Organisasi SAR pertama di Indonesia diatur dalam Keputusan

Presiden nomor 11 tahun 1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang Badan


SAR Indonesia (BASARI) dengan tupoksi menangani

kecelakaan

kecelakaan penerbangan dan pelayaran. Basari berkedudukan di bawah


Presiden dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden serta sebagai
pelaksana di lapangan kepada PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) yang
dipimpin oleh seorang pejabat dari Departemen Perhubungan.
Pada Tahun 1980, berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor

KM.91/OT.002/Phb-80

dan

KM.164/OT.002/Phb-80

tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, PUSARNAS diubah


menjadi Badan SAR Nasional. Perubahan struktur organisasi Badan SAR
Nasional mengalami perbaikan pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM. 80 Tahun 1998 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan SAR Nasional dan KM. 81 Tahun 1998 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Pada tahun 2001, struktur
organisasi Badan SAR Nasional diubah sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 79 Tahun 2002 tentang organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR.
Berdasarkan kajian dan analisis kelembagaan yang mengacu pada
perkembangan dan tuntutan tugas yang lebih besar, pada tahun 2007
dilakukan perubahan Kelembagaan dan Organisasi Badan SAR Nasional
menjadi Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang diatur
secara resmi sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional. Sebagai LPND,
Badan SAR Nasional bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2009, pada
perkembangannya, sebutan LPND berubah menjadi Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian (LPNK), sehingga Badan SAR Nasional pun berubah
menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK). Sebagai LPNK,
Badan SAR Nasional secara bertahap melepaskan diri dari struktur

Kementerian Perhubungan. Pada tahun 2009, pembinaan administratif


dan

teknis

pelaporan

masih

melalui

Kementerian

Perhubungan.

Selanjutnya Badan SAR Nasional bertanggungjawab langsung kepada


Presiden mulai tahun 2007.
a.

Kedudukan
Kedudukan

Badan SAR Nasional sesuai Peraturan Presiden

Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional, berada di


bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik
Indonesia.
b.

Tugas Pokok
Badan SAR Nasional memiliki tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan
Pertolongan (Search And Rescue).

c.

Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut diatas, Badan SAR
Nasional menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1) Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang
SAR;
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang SAR;
3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang
SAR;
4) Pembinaan, pengerahan dan pengendalian potensi SAR;
5) Pelaksanaan siaga SAR;
6) Pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR;
7) Pengoordinasian potensi SAR dalam pelaksanaan operasi
SAR;
8) Pendidikan, pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia di bidang SAR;
9) Penelitian dan pengembangan di bidang SAR;
10) Pengelolaan data dan informasi dan komunikasi di bidang
SAR;
4

11) Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR;


12) Pengelolaan barang milik/ kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Badan SAR Nasional;
13) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi
umum;
14) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan
SAR Nasional; dan
15) Penyampaian laporan, saran dan pertimbangan di bidang SAR.
d.

Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor
PER.KBSN-01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR
Nasional, struktur organisasi Badan SAR Nasional yang telah
diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor
PK.07 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala
Badan

SAR

Nasional

Nomor

PER.KBSN-01/2008

tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional dan Peraturan


Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.18 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan SAR Nasional
Nomor PER.KBSN-01/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan SAR Nasional terdiri atas sebagai berikut :
1)

Kepala Badan
Kepala Badan SAR Nasional ditunjuk langsung oleh
Presiden

yang

dalam

melaksanakan

tugasnya

bertanggungjawab kepada Presiden.


2)

Sekretariat Utama
Sekretariat Utama adalah unsur pembantu pimpinan yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala
Badan SAR Nasional. Sekretariat Utama dipimpin oleh
Sekretaris Utama yang terdiri atas tiga Biro yaitu Biro Umum,
Biro Perencanaan dan KTLN, serta Biro Hukum dan
Kepegawaian.
5

3)

Deputi Bidang Potensi SAR


Deputi Bidang Potensi SAR adalah unsur pelaksana
sebagian tugas dan fungsi Badan SAR Nasional di bidang
potensi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Potensi
SAR dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) direktorat
yaitu Direktorat Sarana dan Prasarana serta Direktorat
Pendidikan dan Pelatihan, dan Pemasyarakatan SAR.

4)

Deputi Bidang Operasi SAR


Deputi Bidang Operasi SAR adalah unsur pelaksana
sebagian tugas dan fungsi Badan SAR Nasional di bidang
operasi SAR yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Badan SAR Nasional. Deputi Bidang Operasi
SAR dipimpin oleh deputi yang terdiri atas 2 (dua) Direktorat
yaitu Direktorat Operasi dan Latihan serta Direktorat
Komunikasi.

5)

Pusat Data dan Informasi


Pusat Data dan Informasi adalah unsur penunjang Badan
SAR Nasional yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Kepala Badan SAR Nasional melalui Sekretaris
Utama. Pusat Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala.

6)

Inspektorat
Inspektorat adalah unsur pengawasan yang berada di bawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional
melalui

Sekretaris

Utama.

Inspektorat

dipimpin

oleh

Inspektur.

7)

Unit Pelaksana Teknis


Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas SAR dan
administratif Badan SAR Nasional di daerah, dibentuk Unit
Pelaksana

Teknis

yang

berada

di

bawah

dan

bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional.

KEPALA
BASARNAS
SEKRETARIAT
UTAMA

BIRO HUKUM &


KEPEGAWAIA
N

BIRO UMUM

DEPUTI BIDANG
POTENSI SAR

DIT. SARANA &


PRASARANA

BIRO REN &


KTLN

DEPUTI BIDANG
OPERASI SAR

DIT. BINA KETENAGAAN


& PEMASYARAKATAN
SAR

INPEKTORAT

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

DIT. OPERASI &


LATIHAN

DIT. KOMUNIKASI

PUSDATIN

BALAI DIKLAT

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Basarnas

KANTOR
SAR KELAS A
SUB BAGIAN
UMUM
SEKSI OPERASI
SAR

SEKSI POTENSI
SAR

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 1.2. Struktur Organisasi Kantor SAR Kelas A

KANTOR
SAR KELAS B
URUSAN
UMUM
SUB SEKSI
OPERASI SAR

SUB SEKSI
POTENSI SAR

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 1.3. Struktur Organisasi Kantor SAR Kelas B

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, Pemerintah membentuk Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) untuk menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan. Kedudukan
Badan pencarian dan Pertolongan (Basarnas) sebagai Lembaga Pemerintah
Nonkementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memiliki
tugas antara lain:
a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, prosedur, kriteria, serta
persyaratan dan prosedur perizinan dalam penyelenggaraan Pencarian
dan Pertolongan;
b. Memberikan

pedoman

dan

pengarahan

dalam

penyelenggaraan

Pencarian dan Pertolongan;


c. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan Pencarian
dan Pertolongan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
e. Menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi;
f. Menyampaikan informasi penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan
kepada masyarakat;
g. Menyampaikan informasi penyelenggaraan Operasi Pencarian dan
pertolongan secara berkala dan setiap saat pada masa penyelenggaraan
Operasi Pencarian dan Pertolongan kepada masyarakat;
h. Melakukan

pembinaan,

pemantauan,

dan

evaluasi

terhadap

penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan;


i.

Melakukan pemasyarakatan Pencarian dan Pertolongan.


Dalam UU Nomor 29 Tahun 2014 ini disebutkan bahwa Badan

Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) memiliki kewenangan untuk


mengerahkan personel dan peralatan yang dibutuhkan dari Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melaksanakan
Operasi Pencarian dan Pertolongan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

I.3.

Landasan Hukum
Penyelenggaraan

SAR

Nasional

dilaksanakan

berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang meliputi:


1.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan


Pertolongan.

2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penerbangan.

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah.

5.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan


Keselamatan Penerbangan.

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan


Pertolongan.

7.

Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.08 Tahun 2010


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.24
Tahun 2012.

8.

Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN-01/2008


tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan SAR Nasional
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan
SAR Nasional Nomor PK.18 Tahun 2012.

9.

Keputusan Kepala Badan SAR Nasional No: KEP/103/XII/2002


tentang Standar Kebutuhan Minimal Peralatan SAR pada Kantor
SAR, Badan SAR Nasional, 2002.

10. International Convention for the Safe of Live at Sea (SOLAS), 1974.
11. International Aviation & Maritime Search and Rescue (IAMSAR),
ICAO/IMO, 1998.
12. Search and Rescue, International Civil Aviation Organization,
Annex 12, Tahun 2000.
13. UNCLOS-82 yang diratifikasi dengan Peraturan Pemerintah No 37
Tahun 2002, Indonesia diterima dan diakui sebagai negara

10

kepulauan yang memiliki laut pedalaman, namun Indonesia harus


menyediakan jalur laut internasional.
I.4.

Aspek Strategis

I.4.1. Sarana dan Prasarana


Keberhasilan Badan SAR Nasional dalam melaksanakan tugas
ditentukan oleh sarana dan prasarana yang dimilikinya. Sarana dan
Prasarana bukanlah unsur yang paling utama dalam keberhasilan Operasi
SAR namun Operasi SAR tidak akan berhasil maksimal tanpa dukungan
sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang
dimaksud meliputi beberapa hal sebagai berikut.
1. Sistem Komunikasi SAR
Salah satu fasilitas SAR yang memegang peranan utama dalam
pelaksanaan kegiatan SAR adalah sistem komunikasi SAR Nasional.
Sistem komunikasi ini tidak lepas dari semua jenis peralatan
komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi baik
berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi
yang digelar memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
a. Jaringan Penginderaan Dini
Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar
setiap musibah pelayaran

penerbangan serta bencana atau

musibah lainnya dapat dideteksi sedini mungkin, agar usaha


pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan
dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi yang diterima harus
memiliki kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran, dan
aktualisasinya. Implementasi sistem komunikasi harus mengacu
kepada peraturan International Maritime Organization (IMO) dan
International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk memonitor
musibah penerbangan. Hingga saat ini, Badan SAR Nasional
memiliki alat deteksi sinyal yang mengindikasikan lokasi musibah

11

yang bernama LUT (Local User Terminal) sebanyak dua buah


berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah data dari
Cospas-Sarsat.
b. Jaringan Koordinasi
Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat
berkoordinasi dalam mendukung kegiatan operasi SAR baik
internal antara kantor pusat Badan SAR Nasional dengan Kantor
SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan seluruh potensi
SAR dan Rescue Coordination Centers (RCCs) negara tetangga
secara cepat dan tepat.
c. Jaring Komando dan Pengendalian
Jaring ini merupakan sarana komando dan pengendalian untuk
mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.
d. Jaring Pembinaan, Administrasi, dan Logistik
Jaring ini digunakan oleh Badan SAR Nasional untuk pembinaan
dan administrasi perkantoran.
Untuk memaksimalkan fungsi komunikasi SAR, Badan SAR
Nasional telah dilengkapi peralatan-peralatan komunikasi seperti
berikut.

Fixed Line Telecommunication,

Radio Communication,

AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network),

SATCOM (Satellite Communication).

Koordinasi antarunit SAR selama operasi SAR akan menentukan


suksesnya operasi SAR. Keandalan seluruh alat komunikasi
mencakup transfer data maupun suara dalam segala kondisi dan
cuaca menjadi keharusan.

12

2. Sarana dan Peralatan SAR


Sebagai komponen pendukung keberhasilan pelaksanaan operasi
SAR, sarana dan peralatan SAR telah diupayakan untuk selalu tetap
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik
kualitas maupun kuantitasnya. Secara umum, gambaran kondisi
sarana dan prasarana Badan SAR Nasional dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Sarana SAR Udara
Untuk menunjang penyelamatan korban di lautan, Badan SAR
Nasional telah memiliki helikopter (rotary wing) BO-105yang
berkategori ringan (light type) dan dua buah helikopter dauphinAS
365 N3+ yang berkategori menengah (medium range). Kondisi
saat ini, cakupan wilayah udara Badan SAR Nasional meliputi
Medan, Tanjung Pinang, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Berikut
ini disajikan peta kekuatan sarana SAR Udara Badan SAR
Nasional.

Gambar 1.4. Wilayah Lokasi Jangkauan Helikopter

13

b. Sarana SAR Laut


Untuk menunjang penyelamatan korban di lautan, Badan SAR
Nasional telah memiliki Rescue Boat dan Rigid Inflatable Boat.
Selain sebagai sarana angkut tim penolong (rescue team) yang
akan memberikan pertolongan, sarana laut juga harus memiliki
kemampuan mencari dan mengarungi lautan pada berbagai kondisi
alam dan cuaca. Berikut ini disajikan peta kekuatan sarana SAR
laut Badan SAR Nasional:

Gambar 1.5. Lokasi Jangkauan Wilayah Rescue Boat

c. Sarana SAR Darat


Sebagai sarana penunjang operasi pertolongan terhadap musibah
dan bencana, secara garis besar sarana SAR darat yang telah
dimiliki oleh Badan SAR Nasional mencakup Rescue Truck dan
Rescue Car. Dalam rangka mendukung kecepatan mobilisasi tim

14

penolong, kendaraan-kendaraan tersebut telah dilengkapi dengan


rescue tool.
d. Peralatan SAR (SAR Equipment)
Peralatan SAR adalah bagian penting bagi rescuer dalam
melaksanakan pertolongan terhadap korban musibah dan atau
bencana sehingga dukungan peralatan yang memadai akan
membantu proses pertolongan. Kantor-kantor SAR telah dilengkapi
dengan peralatan SAR yang disesuaikan dengan lokasi dan kondisi
setempat.

Gambar 1.6. Lokasi Jangkauan Wilayah Rescue Boat60 M

15

3. Prasarana SAR
a. Prasarana Kantor (Gedung)
Prasarana fisik gedung dan bangunan adalah penunjang utama
yang

merupakan

awal

dari

segala

aktivitas

mulai

dari

perencanaan, pengoordinasian, sampai evaluasi. Tersedianya


gedung yang memadai akan menjadi salah satu unsur pemacu
etos kerja sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat
pengguna jasa SAR.
b. Gedung Badan SAR Nasional
Gedung Kantor Pusat Badan SAR Nasional berlokasi Jl Angkasa B
15 Kemayoran, Jakarta Pusat.
c. Gedung Kantor SAR
UPT Badan SAR Nasional yang bernama kantor SAR, saat ini
berjumlah 34 kantor yang tersebar di seluruh Indonesia dan 1
Balai Diklat.
d. Prasarana Hanggar
Badan SAR Nasional telah memiliki hanggar untuk penyimpanan
NBO-105 yang berlokasi di Lanud Atang Senjaya Bogor yang
dibangun pada tahun 1982. Selain itu, Badan SAR Nasional juga
menggunakan fasilitas yang dimiliki TNI-AL di Lanud AL Juanda
untuk penyimpanan NBO-105 di Tanjung Pinang.
e. Prasarana Labuh
Untuk menambatkan Rescue Boat yang dimiliki Badan SAR
Nasional, telah dijalin kerjasama antara Badan SAR Nasional
dengan berbagai instansi yang memiliki sifat sebagai potensi SAR
dan memiliki fasilitas pelabuhan antara lain TNI-AL, ASDP, dan
Administrator Pelabuhan agar Rescue Boat dapat berlabuh.

16

I.4.2. Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen penting
dalam penyelenggaraan kegiatan SAR. Penyediaan dan pengembangan
sumber daya manusia di bidang SAR bertujuan untuk mewujudkan
sumber

daya

manusia

yang

profesional,

kompeten,

disiplin,

bertanggungjawab, dan memiliki integritas. Untuk mencapai tujuan


tersebut, Badan SAR Nasional telah melakukan perencanaan sumber
daya manusia, pendidikan dan pelatihan, pemeliharaan kompetensi, serta
pengawasan, pemantauan, dan evaluasi. SDM yang dimiliki Badan SAR
Nasional relatif masih kurang memadai baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya jika dibandingkan dengan luas wilayah cakupan NKRI.
a. Kepegawaian
SDM yang dimiliki Basranas sampai dengan 31 Desember 2015
adalah sejumlah 3266 orang, sudah termasuk 1430 tenaga penolong
(rescuer) dan tenaga teknis pusat dan daerah.
b. Pendidikan, Pelatihan, dan Pembinaan
Dalam rangka meningkatkan kemampuan personil Badan SAR
Nasional serta UPT di daerah dan Potensi SAR, telah dilakukan
pendidikan dan pelatihan, penyuluhan kepada masyarakat serta
pembinaan SDM Potensi SAR. Sejak awal 2013.
I.4.3. Aspek Kelembagaan
Badan SAR Nasional dalam bidang Kelembagaan adalah kerja
sama dengan K/L, instansi, organisasi atau lembaga lain yang sudah
berjalan baik, tetapi perlu diperkuat lagi terutama dengan K/L yang
berkaitan secara langsung dengan Badan SAR Nasional seperti BNPB,
BMKG, MENPAN, BAPPENAS, dll. Kerjasama dengan luar negeri yang
sudah terjalin dengan baik merupakan salah satu kekuatan pendukung
Badan SAR Nasional. Walaupun demikian, dalam kenyataannya, memang

17

masih perlu ditingkatkan lagi. Kekuatan selanjutnya adalah seluruh


program kegiatan berdasarkan Renstra sebelumnya telah terlaksana
dengan baik. Status kinerja yang disandang Badan SAR Nasional
sekarang ini adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
I.5. Permasalahan Utama
Permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh Basarnas adalah
sebagai berikut :
a. Penataan kelembagaan Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) yang
kurang optimal. Dalam kaitan itu kurangnya sumber daya manusia
sehingga telah terjadi tumpang tindih dari beberapa unit kerja karena
tugas pokok dan fungsi dari masing-masing unit kerja .
b. Dana cadangan operasional khusus yang bersifat bencana masih
bergantung kepada BNPB sehingga menghambat kinerja terutama
dalam bidang operasi yang bersifat bencana. Pelaksanaan operasi
SAR terkait penanganan kecelakaan pesawat udara dan kapal laut
adalah murni menjadi tanggungan Badan SAR Nasional.
c. Sarana dan prasarana telah diupayakan agar mampu memiliki
kekuatan yang sangat memadai untuk mendukung operasi SAR,
namun sebaran sarananya belum optimal karena penambahan Pos
SAR dan Kantor SAR baru setiap tahun. Sarana dan prasarana Badan
SAR Nasional juga belum didukung oleh pengawakan yang sesuai
dengan kebutuhan.
d. Kemampuan sumber daya manusia Badan SAR Nasional sudah diakui
internasional. Namun sertifikasi international yang ada belum merata,
sehingga timbul kesenjangan antar wilayah kerja Badan SAR Nasional.
Kesenjangan yang muncul itu dinilai dari adanya para rescuer yang
sudah

memiliki

sertifikasi

internasional

dan

ada

yang

belum

mendapatkan sertifikasi tetapi sudah dapat menjalankan tugas dan


fungsinya sebagai penolong. Kuantitas SDM Badan SAR Nasional
cukup besar tetapi tidak memiliki kapasitas yang cukup sebagai

18

rescuer, sehingga potensi lain SAR sebagai tenaga pendukung dalam


operasi penyelamatan, terutama dari TNI, masih diperlukan.

19

BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Pada RPJM 2015-2019 Badan SAR Nasional menyusun dokumen


perencanaan jangka menengah yang mencakup tugas, pokok dan fungsi
Badan SAR Nasional yang memuat arah kebijakan dan strategi
pembangunan. Dokumen ini menjadi ukuran pencapaian kinerja Badan
SAR Nasional selama lima tahun. Dan diharapkan menjadi pedoman
penyelenggaraan seluruh program dan kegiatan di lingkungan Badan SAR
Nasional dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan melalui optimalisasi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsinya masing-masing.
Dalam rangka membuat arah kebijakan jangka menengah tersebut
maka dibuatlah dokumen Rencana Strategis Basarnas 2015-2019 sebagai
dasar acuan dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan
pengembangan kelembagaan Basarnas, hukum dan kewenangan, sumber
daya manusia, pendidikan dan pelatihan, sarana/ prasarana, penyuluhan
dan sosialisasi kepada masyarakat, kerjasama nasional dan internasional
serta dalam rangka pelayanan jasa pencarian dan pertolongan yang
terlaksana secara terpadu dengan program pembangunan nasional, dan
bersifat komprehensif dan responsif terhadap perkembangan lingkungan
serta berpegang kepada pendekatan kesisteman.
II.1.

Ikhtisar Rencana Strategis (RENSTRA) 2015 2019

A.

Visi
Basarnas mempunyai visi yaitu Mewujudkan Badan SAR Nasional
yang andal, terdepan, dan unggul dalam pelayanan jasa SAR di
wilayah NKRI.

20

B.

Misi
Misi Badan SAR Nasional yang ditetapkan merupakan peran
strategis yang diinginkan dalam mencapai Visi yang telah
ditetapkan. Rumusan Misi yang diangkat di dalam Renstra Badan
SAR Nasional 2015 - 2019 didasarkan pada isu-isu strategis dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan SAR Nasional untuk lima
tahun kedepan, yaitu:
1. Menyelenggarakan siaga terus-menerus dalam pencarian dan
pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi kepada masyarakat
dalam kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan
manusia secara andal, efektif, cepat, efisien, serta aman.
2. Melaksanakan koordinasi dengan instansi/organisasi nasional
maupun internasional dalam rangka menyelenggarakan operasi
pencarian

dan

pertolongan

(SAR),

serta

melakukan

pemasyarakatan SAR untuk memaksimalkan potensi SAR.


3. Menyelenggarakan

peningkatan kemampuan teknis dan

manajerial organisasi dan senantiasa tumbuh, berkembang dan


melakukan

perbaikan

di

segala

aspek

secara

berkesinambungan.
4. Melaksanakan

pembinaan

kemampuan

dan

kesiapan

sumberdaya manusia serta koordinasi berkelanjutan agar setiap


saat dapat melaksanakan tugas operasi pencarian dan
pertolongan dengan sebaik-baiknya.
5. Menyediakan

sarana

dan

prasarana

operasi,

peralatan

komunikasi dan sistem informasi SAR sesuai dengan kebutuhan


dalam rangka mewujudkan visi dan misi.

C.

Tujuan dan Sasaran Strategis


Tujuan strategis perlu dijabarkan dalam beberapa indikator yang

diturunkan dari visi dan misi. Pembentukan tujuan ini diambil langsung dari

21

berbagai analisis mendalam yang menuntut Badan SAR Nasional agar


mampu memenuhi berbagai macam pencapaian yang ditargetkan selama
lima tahun. Pada tahun 2019, diharapkan Badan SAR Nasional dapat
mencapai beberapa hal seperti dibawah ini.
1. Terselenggaranya

siaga

terus

menerus

dalam

pencarian

dan

pertolongan, penyelamatan, dan evakuasi kepada masyarakat dalam


kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia secara
andal, efektif, cepat, efisien serta aman.
2. Terjalinnya koordinasi dengan instansi nasional dan internasional serta
terwujudnya peningkatan partisipasi masyarakat tentang pengetahuan
dan keterampilan SAR dalam rangka memaksimalkan potensi SAR.
3. Terselenggarakannya peningkatan kemampuan teknis dan manajerial
organisasi dan senantiasa tumbuh, berkembang dan melakukan
perbaikan di segala aspek secara berkesinambungan.
4. Terciptanya standar dan kualitas kompetensi sumber daya manusia
pencarian dan pertolongan yang andal dan profesional.
5. Tersedianya sarana dan prasarana operasi, peralatan komunikasi dan
sistem informasi SAR sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi.

Tabel 2.1. Sasaran Strategis Basarnas


No.

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Utama (IKU):


Kecepatan tanggap pada operasi SAR dalam penanganan kecelakan
1.

Meningkatnya pelayanan

Rata-rata response time pada

operasi SAR

penanganan kecelakaan pelayaran


Rata-rata response time pada
penanganan kecelakaan penerbangan
Rata-rata response time pada
penanganan bencana
22

Rata-rata response time pada


penanganan kecelakaan lain-lain
Indikator Kinerja Utama (IKU):
Keberhasilan Evakuasi korban pada operasi SAR
2.

Tercapainya keberhasilan

Persentase jumlah korban

penyelamatan korban dalam

terselamatkan dalam pelaksanaan

pelaksanaan operasi SAR

operasi SAR
Persentase jumlah korban
ditemukankan dalam pelaksanaan
operasi SAR

D.

Program
Untuk mewujudkan kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan,

selanjutnya disusun program dan kegiatan yang dilengkapi dengan


sasaran, indikator, target, dan alokasi pendanaan yang akan dilaksanakan
oleh Badan SAR Nasional selama lima tahun. Dalam Renstra ini, program
pengelolaan pencarian, pertolongan dan penyelamatan menjadi fokus
utama dalam pelaksanaan operasional Badan SAR Nasional.
Adapun perwujudan dari beberapa strategi dalam rangka mencapai
setiap tujuan, dibuat langkah operasional dalam bentuk program-program
Badan SAR Nasional yang akan dilaksanakan dalam lima tahun ke depan
(bila tidak ada perubahan fungsi dan struktur eselon II). Program pokok
tersebut ditetapkan dengan memerhatikan skala prioritas berdasarkan
perumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang mempunyai hubungan
dengan segala aspek fungsi unit kerja di lingkungan Badan SAR Nasional.
Hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Program generik, yaitu :
a. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya Badan SAR Nasional.
b. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Badan SAR
Nasional.
23

2. Program teknis, yaitu program pengelolaan pencarian, pertolongan


dan penyelamatan.

II.2.

Perjanjian Kinerja
Perjanjian

Kinerja

adalah

lembar/dokumen

yang

berisikan

penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan


instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah
komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan
pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi
dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Kinerja yang disepakati
tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan tahun
bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya
terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian
target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan
dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian target kinerja
yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja
setiap tahunnya.
Basarnas telah membuat Perjanjian Kinerja tahun 2015 sesuai
dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Perjanjian Kinerja ini
merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir Tahun
2015. Penyusunan Perjanjian Kinerja Basarnas Tahun 2015 terdapat
revisi sehingga ada perbedaan dengan Rencana Kinerja Tahun 2015.
Adapun Perjanjian Kinerja dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Basarnas
No

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Utama (IKU):


Kecepatan tanggap pada operasi SAR dalam penanganan
kecelakan

Target
30 menit

24

1.

Meningkatnya

Rata-rata response time pada

pelayanan operasi

penanganan kecelakaan

SAR

pelayaran

30 menit

Rata-rata response time pada


penanganan kecelakaan

30 menit

penerbangan
Rata-rata response time pada
penanganan bencana
Rata-rata response time pada
penanganan kecelakaan lain-lain
Indikator Kinerja Utama (IKU):

30 menit
100%

Keberhasilan Evakuasi korban pada operasi SAR

2.

30 menit

Tercapainya

Persentase jumlah korban

100%

keberhasilan

terselamatkan dalam pelaksanaan

penyelamatan korban

operasi SAR

dalam pelaksanaan

Persentase jumlah korban yang

operasi SAR

ditemukan dalam pelaksanaan

100%

operasi SAR

Dengan perincian Pagu Anggaran untuk melaksanakan kegiatan


pada tahun anggaran 2015 adalah sebagai berikut :
Program dukungan manajemen dan

Rp.

508.435.025.000,-

Rp.

148.416.400.000,-

pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan


SAR Nasional
Program peningkatan sarana dan prasarana
aparatur badan SAR Nasional
Program pengelolaan pencarian, pertolongan

Rp. 1.763.192.200.000,-

dan penyelamatan
Jumlah Total

Rp. 2.420.043.625.000,-

25

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu


instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau
kegagalan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan

melalui

sistem

pertanggungjawaban

secara

periodik.

Perwujudan pertangungjawaban ini kemudian disusun dan disampaikan


dalam bentuk laporan yang disebut dengan laporan kinerja.
Akuntabilitas kinerja dapat dipertanggungjawabkan apabila disertai
dengan adanya informasi mengenai hasil-hasil yang diperoleh. Hasil-hasil
yang diperoleh tersebut kinerjanya harus diukur sampai sejauh mana
pencapaiannya melalui pengukuran kinerja. Berdasarkan analisa terhadap
akuntabilitas kinerja tersebut dapat dijadikan landasan untuk penilaian
atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program, kegiatan dan
kebijakan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi dengan memperhatikan rencana kerja dan
realisasi kerja dalam program Basarnas 2015.
Di dalam penilaian pencapaian kinerja Badan SAR Nasional
dilakukan pengelompokan kategori, yaitu :
Tabel 3.1. Penilaian Pencapaian Kinerja
No.

Kategori

Nilai Angka (%)

Interprestasi

1.

AA

>90 100

Sangat Memuaskan

2.

>80 90

Memuaskan

3.

BB

>70 80

Sangat Baik

4.

>60 70

Baik

5.

CC

Cukup

6.

>50 60
>30 50

7.

0 30

Kurang
Sangat Kurang

26

Secara garis besar capaian kinerja Basarnas dapat dikatakan


sangat memuaskan atau dengan kategori AA dan sudah memenuhi target
capaian kinerja. Hal ini dibuktikan adanya pengakuan kinerja Basarnas
dari publik. Target Kinerja dimaksud dicapai melalui Indikator Kinerja
Utama dengan cara perhitungan sesuai prosedur yang ada .
III.1.

Prosedur Pengumpulan dan Perhitungan Data


Pengukuran Capaian Kinerja Basarnas Tahun 2015 dilakukan

dengan cara membandingkan antara Target (rencana) dan Realisasi dari


tiap-tiap indikator. Pencatatan dan pengumpulan data diperoleh dari
seluruh Unit Kerja di lingkungan Basarnas dari tiap eselon pada Kantor
Pusat Basarnas, 34 Kantor SAR serta 65

Pos SAR yang tersebar di

seluruh Indonesia, baik data administratif maupun data teknis. Data-data


tersebut kemudian dianalisa dan dievaluasi sehingga didapatkan data
realisasi

dari

indikator

yang

telah

ditetapkan.

Adapun

prosedur

pengumpulan data tersebut sebagaimana pada gambar 3.1.

Kantor Pusat Basarnas


34 Kantor SAR
Sekretariat Utama
Deputi Bidang Potensi SAR
65 Pos SAR
Deputi Bidang Operasi SAR

PUSAT DATA

Proses Analisa & Evaluasi

Data Realisasi Tiap-tiap Indikator

Gambar 3.1. Prosedur Pengumpulan Data

27

A.

Prosedur Pengukuran Response Time


Rata-rataresponse time adalah ukuran seberapa cepat upaya
pencarian dan pertolongan pada tindak awal kecelakaan pelayaran,
kecelakaan penerbangan, bencana dan kecelakaan lain-lain yang
ditentukan berdasarkan diterimanya berita kecelakaan hingga
kesiapan personil/SAR Rescue Unit (SRU) untuk mobilisasi ke
lokasi

B.

Prosedur Pengukuran korban terevakuasi


1) Persentase

jumlah

korban

terselamatkan

dalam

penyelenggaraan operasi SAR


Tolok ukur keberhasilan Basarnas dalam melaksanakan
operasi SAR dapat dilihat dari persentase jumlah korban yang
terselamatkan dan ditemukan pada pelaksanaan operasi SAR.
Dalam hal ini pengukuran tersebut diambil dari rata-rata
persentase

jumlah

korban

pada

kecelakaan

pelayaran,

kecelakaan penerbangan, bencana dan kecelakaan lainnya.


Untuk persentase jumlah korban terselamatkan dalam
penyelenggaraan operasi SAR diukur dari jumlah korban
selamat baik dalam keadaan sehat, luka ringan dan luka berat
dari jumlah total korban kecelakaan yang terdata pada
pelaksanaan tanggap darurat.
Berikut ini dapat dilihat rumus perhitungan persentase
jumlah korban terselamatkan.

% korban terselamatkan =

x100%

28

2) Persentase

jumlah

korban

yang

ditemukan

dalam

penyelenggaraan operasi SAR


Untuk persentase jumlah korban yang ditemukan diukur
dari jumlah korban yang selamat dan meninggal dari jumlah
total korban kecelakaan/ bencana yang dilaporkan/ terdata.
Berikut ini dapat dilihat rumus perhitungan persentase
jumlah korban yang ditemukan dalam pelaksanaan operasi
SAR:

% korban ditemukan =

+
,

)
x100%
)

III.2. Analisis Perhitungan Capaian Kinerja 2015


Pencapaian kinerja Basarnas Tahun 2015 diukur dari 2 (dua)
Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) yang diterangkan
pada tabel berikut.
Tabel 3.2. Indikator Kinerja Utama Basarnas Tahun 2015
No
1.

Sasaran
Strategis

Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Utama (IKU):


Kecepatan tanggap pada operasi
SAR dalam penanganan kecelakaan
Meningkatnya
pelayanan
operasi SAR

Rata-rata
response time
pada penanganan
kecelakaan
pelayaran
Rata-rata
response time
pada penanganan
kecelakaan
penerbangan
Rata-rata
response time
pada penanganan
bencana

Capaian
Kinerja

Target

Realisasi

30
menit

26 menit

100%
(target
tercapai)

30
menit

35 menit

83,9%

30
menit

15 menit

100%
(target
tercapai)

30
menit

21 menit

100%
(target
tercapai)

29

Rata-rata
response time
pada penanganan
kecelakaan lainlain
2.

30
menit

33 menit

90,67%

100%

95.34%

95.34%

100%

80.49%

80.49%

100%

95.34%

95.34%

Indikator kinerja Utama (IKU):


Keberhasilan evakuasi korban pada
operasi SAR
Tercapainya
keberhasilan
penyelamatan
korban
dalam
pelaksanaan
operasi SAR

Persentase jumlah
korban
terselamatkan
dalam
pelaksanaan
operasi SAR
Persentase jumlah
korban yang
ditemukan dalam
pelaksanaan
operasi SAR

Dari analisis perhitungan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kecepatan


tanggap pada operasi SAR dalam penanganan kecelakaan di atas dapat
dilihat bahwa untuk jenis kecelakaan penerbangan dan bencana capaian
telah mencapai target, sedangkan untuk jenis kecelakaan pelayaran dan
musibah lain lain masih belum mencapai target. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor dan kendala di lapangan tetapi diluar kendali Basarnas
seperti cuaca ektrim, medan geografis yang berat atau lokasi musibah
yang sangat jauh.
Untuk

analisis

perhitungan

Indikator

kinerja

Utama

(IKU)

Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR, analsiis evakuasi baik


yang terselamatkan maupun jumlah yang ditemukan juga belum dapat
mencapai target. Hal ini dikarenakan faktor diluar kendali Basarnas seperti
cuaca ektrim, medan geografis yang berat dan jauh , terlambatnya laporan
yang masuk ke Basarnas, jumlah rescuer yang masih kurang, sarana dan
prasarana yang belum memenuhi standard kuantitas di Kantor SAR dan
lain sebagainya.
Seluruh hasil analisis perhitungan didapat dari hasil evaluasi
response time di seluruh Kantor SAR dan Pos SAR yang tersebar di

30

seluruh Indonesia. Data response time dari kecelakaan yang ditangani


Basarnas Tahun 2015 dari masing masing daerah dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.3. Data Response Time Tahun 2015
REALISASI CAPAIAN (menit)
NO.

KANTOR SAR

Kecelakaan
Pelayaran

Kecelakaan
Penerbangan

Bencana

Kecelakaan
lain-lain

1.

Kantor SAR Banda Aceh

40.42

10.75

15.71

2.

Kantor SAR Medan

34.17

12.33

81.25

22.21

3.

Kantor SAR Padang

8.33

3.33

14.17

23.61

4.

Kantor SAR Palembang

30.89

11.56

5.

Kantor SAR Pekanbaru

14.87

15.53

6.

Kantor SAR Tanjung Pinang

21.71

10.83

7.

Kantor SAR Banjarmasin

101.11

14.42

8.

Kantor SAR Pontianak

13.85

9.00

13.61

9.

Kantor SAR Balikpapan

67.81

12.64

10.

Kantor SAR Jakarta

83.33

104.17

35.11

11.

Kantor SAR Semarang

7.78

7.50

22.78

12.

Kantor SAR Yogyakarta

8.33

102.44

13.

Kantor SAR Surabaya

20.67

10.00

23.19

14.

Kantor SAR Denpasar

16.18

11.86

15.

Kantor SAR Mataram

13.94

2.50

10.56

21.06

16.

Kantor SAR Kupang

23.81

1.00

6.67

11.58

17.

Kantor SAR Kendari

27.76

6.67

18.22

18.

Kantor SAR Manado

25.93

26.67

16.88

19.

Kantor SAR Makassar

60.50

74.67

15.00

10.86

20.

Kantor SAR Ambon

18.08

20.00

11.50

21.

Kantor SAR Sorong

43.84

5.83

22.

Kantor SAR Biak

19.54

132.78

23.

Kantor SAR Timika

85.83

66.50

24.

Kantor SAR Jayapura

53.89

148.33

25.

Kantor SAR Merauke

43.50

5.00

4.17

26.

Kantor SAR Bandung

25.33

57.06

27.

Kantor SAR Lampung

10.00

10.00

39.17

28.

Kantor SAR Jambi

17.92

23.79

29.

Kantor SAR Bengkulu

10.00

10.00

22.50

30.

Kantor SAR Pangkal Pinang

21.44

10.00

16.67

31.

Kantor SAR Palu

7.33

10.00

14.17

32.

Kantor SAR Gorontalo

8.33

13.33

33.

Kantor SAR Ternate

40.83

15.00

7.50

34.

Kantor SAR Manokwari

155.83

28.33

118.33

35 menit

15 menit

21 menit

33 menit

RATA-RATA

31

Sedangkan pada analisis perhitungan korban terevakuasi didapat


dari data sebagai berikut baik korban selamat maupun ditemukan didapat
dari hasil analisis di bawah ini untuk seluruh Kantor SAR dan Pos SAR
yang tersebar di seluruh Indonesia.

Tabel 3.4. Data Kecelakaan Yang Ditangani Basarnas


Tahun 2015

NO

JENIS

JUMLAH

JUMLAH

KECELAKAA

KEJADIAN

KORBAN

(KALI)

(ORANG)

JUMLAH KORBAN
KORBAN
SELAMAT

KORBAN
(%)

(ORANG)
1

MENINGGAL

PERSENTA
KORBAN

(%)

(ORANG)

HILANG

SEHSL.
(%)

OPS

(ORANG)

10

11

K.Pelayaran

633

5097

4521

88.70%

278

5.45%

298

5.85%

94.14%

K. Penerbangan

18

879

645

73.38%

230

26.16%

0.45%

99.54%

Bencana

178

1695

1588

93.69%

81

4.78%

26

1.53%

98.47%

K. Lain-lain

1046

2044

1066

52.15%

853

41.73%

125

6.11%

93.88%

1875

9715

7820

80.49%

1442

14.84%

453

4.66%

95.33%

TOTAL IV

Dari tabel di atas dapat dilihat data kecelakaan yang ditangani


Basarnas Tahun 2015 dari seluruh Kantor SAR.
a. Pada kecelakaan pelayaran jumlah penanganan kecelakaan sebanyak
633 kejadian dengan jumlah korban 5097 yang terdiri dari 4521 korban
selamat (88.70%), 278 korban meninggal dunia (5.45%) dan 298
korban hilang (5.85%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar
94.14%.
b. Pada kecelakaan penerbangan jumlah penanganan kecelakaan
sebanyak 18 kejadian dengan jumlah korban 879 yang terdiri dari 645
korban selamat (73.38%), 230 korban meninggal dunia (26.16%) dan 4
korban hilang (0.45%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar
99.54%.
c. Pada bencana jumlah penanganan kecelakaan sebanyak 178 kejadian
dengan jumlah korban 1695 yang terdiri dari 1588 korban selamat
(93.69%), 81 korban meninggal dunia (4.78%) dan 26 korban hilang
(1.53%), dengan tingkat keberhasilan operasi sebesar 98.47%.

32

d. Pada kecelakaan lain-lain jumlah penanganan kecelakaan sebanyak


1046 kejadian dengan jumlah korban 2044 yang terdiri dari 1066
korban selamat (52.15%), 853 korban meninggal dunia (41.73%) dan
125 korban hilang (6.11%), dengan tingkat keberhasilan operasi
sebesar 93.88%. Pada Kecelakaan Lain-lain sebagian besar berita
yang diterima berasal dari masyarakat sehingga diperlukan konfirmasi
ke tempat yang dilaporkan telah terjadi kecelakaan. Konfirmasi
tersebut

dimaksudkan

selain

untuk

memastikan

kebenaran

kecelakaan, juga untuk memastikan kecelakaan apa yang terjadi


sehingga dapat dijadikan acuan penyiapan personil dan peralatan SAR
pada kecelakaan dimaksud
III.3

Evaluasi

Realisasi

Indikator

Kinerja

Sasaran

Tahun

2010 - 2015
Pada Evaluasi berikut akan dilihat hasil realisasi kinerja Basarnas
sejak tahun 2010 sampai tahun 2015 mulai dari response time, Jumlah
Kecelakaan, Persentase korban terselamatkan, dan Persentase korban
terselamatkan. Tabel berikut merupakan hasil kinerja Basarnas, terjadi
peningkatan response time dan jumlah kecelakaan yang ditangani yang
cukup signifikan di setiap tahunnya. Tabel dibawah dapat dilihat response
time dari masing masing seluruh daerah di Indonesia mulai dari Tahun
2010 sampai dengan 2015
Tabel 3.5. Tabel Realisasi Indikator Kinerja Sasaran
Tahun 2010 - 2015
Persentase
korban
selamat
83,31%
87,38%
93,39%

Persentase
korban
ditemukan
91,81%
95,22%
95,21%

93,65%

96,49%

607

85,87%

92,45%

633

88.70%

94.15%

Response time

2010
2011
2012

5 jam 10 menit
3 jam 35 menit
2 jam 50 menit

2013

1 jam 6 menit

Jumlah
Kecelakaan
154
320
460
617

2014

1 jam 4 menit

2015

35 menit

Pelayaran

Jenis Kecelakaan

33

2 jam 05 menit
1 jam 32 menit
1 jam 07 menit
42 menit

Jumlah
Kecelakaan
7
16
21
11

Persentase
korban
selamat
99,34%
79,19%
92,50%
94,66%

Persentase
korban
ditemukan
100%
100%
100%
100%

2014
2015

41 menit
15 menit

11
18

78,46%
73.38%

93,85%
99.54%

2010
2011

3 jam 11 menit
1 jam 7 menit

92
92

44,19%
51,50%

86,17%
94,74%

2012
2013

50 menit
33 menit

97,18%
99,23%

99,73%
99,93%

2014

31 menit

171
896
189

98,88%

99,85%

2015

21 menit

178

93.69%

98.47%

2010
2011
2012
2013
2014

4 jam 44 menit
1 jam 32 menit
1 jam 11 menit
51 menit
47 menit

30,76%
59,22%
81,55%
50,84%
60,65%

91,28%
92,66%
98,22%
92,73%
95,98%

2015

33 menit

397
396
581
209
832
1046

52.15%

93.88%

Response time

2010
2011
2012
2013

Kecelakaan
Lain-lain

Bencana

Penerbangan

Jenis Kecelakaan

Pencapaian kinerja melalui sasaran strategis Meningkatnya


pelayanan Operasi SAR meningkat dilihat dari sisi pencapaian target
kinerja Tahun 2010-2015. Peningkatan kinerja ini terjadi karena adanya
sosialisasi yang terus dilakukan oleh Basarnas dan Kantor SAR di daerah
dan selalu siap siaga dalam melaksanakan tindak awal yang maksimal
serta pengerahan potensi SAR yang didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional, fasilitas SAR yang memadai, dan prosedur kerja yang
mantap.
Berikut grafik perbandingan jumlah kejadian kecelakaan yang
ditangani Basarnas Tahun 2010 2015.

34

Jumlah Kecelakaan Pelayaran


800
700
600
500
400
300
200
100
0

Jumlah Kecelakaan Penerbangan


50

617

633

607

40

460
30

21

320

18

16

20
154

11

11

2013

2014

10
0
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2010

Jumlah Bencana

2012

1200

1046

1000

800

832

800

600

581

600
400
200

189

171

92

92

2010

2011

2015

Jumlah Kecelakaan Lain-lain

896

1000

2011

178

397

396

400

209

200

0
2012

2013

2014

2015

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Gambar 3.2. Perbandingan Jumlah Kejadian Kecelakaan Yang Ditangani


Basarnas

Berikut grafik perbandingan jumlah korban kecelakaan yang


ditangani Basarnas Tahun 2010 2015.

14000

Jumlah Korban Pada Kecelakaan


Pelayaran

1200

11850

12000

800

8000
4556

6000
4000

968

4317

5097

755

600
322

400
1684

2000

200

0
2010

2011

2012

2013

2014

28182

26689

4000

281
65

2010

2015

Jumlah Korban Pada Bencana


30000

879

1000

9451

10000

Jumlah Korban Pada Kecelakaan


Penerbangan

2011

2012

2013

2014

2015

Jumlah Korban Pada Kecelakaan Lainlain


3067

25000
3000
20000
15000

9530

10000
5000

1901

1695

266

1000

2137

2044

2014

2015

1788

2000
608

927

0
2010

2011

2012

2013

2014

2015

2010

2011

2012

2013

Gambar 3.3. Perbandingan Jumlah Kejadian Kecelakaan Yang Ditangani


Basarnas

35

Adapun perbandingan persentase korban yang selamat, ditemukan


dalam keadaan meninggal dunia dan hilang dari Tahun 2010 sampai
dengan Tahun 2015, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Prosentase Jumlah Korban Musibah/ Bencana


100.00%
80.00%

93.77%

95.58%

94.69%

81.07%

80.49%

64.27%

60.00%
40.00%

26.56%

20.00%

9.18%

13.98%
4.94%

3.83%
2.41%

0.00%
2010

2011
Selamat

3.08%
1.34%

3.94%
1.38%

2012
2013
2014
Meninggal dunia
Hilang

14.84%
4.66%

2015

Gambar 3.4. Perbandingan Persentase Jumlah Korban Kecelakaan/


Bencana

III.3.1 Evaluasi Capaian Kinerja dari Indikator Kinerja Utama (IKU)


Kecepatan tanggap pada operasi SAR dalam penanganan
kecelakaan
Tabel 3.6. Tabel Perbandingan Capaian Kinerja Per Tahun
Indikator Kinerja Utama Kecepatan tanggap (response time)
pada operasi SAR dalam penanganan kecelakaan
Capaian

Tahun

Target

Realisasi

Tahun 2010

5 jam 30 menit

3 jam 47 menit

131.21%

Tahun 2011

4 jam 30 menit

1 jam 57 menit

156.62%

Tahun 2012

3 jam 30 menit

1 jam 29 menit

157.62%

Tahun 2013

2 jam 30 menit

48 menit

168%

Tahun 2014

1 jam 30 menit

46 menit

148.40%

Tahun 2015

30 menit

26 menit

113.33%

Kinerja

36

Tabel. 3.7. Tabel Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Indikator


Kinerja Sasaran Response Time

Jenis
Kecelakaan
Pelayaran

Penerbangan

Bencana

Lain-lain

No.

Tahun

Target

Response Time

2010
2011
2012
2013
2014
2015
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2010
2011
2012
2013
2014
2015

6 jam
5 jam
4 jam
3 jam
2 jam
30 menit
5 jam
4 jam
3 jam
2 jam
1 jam
30 menit
5 jam
4 jam
3 jam
2 jam
1 jam
30 menit
6 jam
5 jam
4 jam
3 jam
2 jam
30 menit

5 jam 10 menit
3 jam 35 menit
2 jam 50 menit
1 jam 6 menit
1 jam 4 menit
35 menit
2 jam 05 menit
1 jam 32 menit
1 jam 07 menit
42 menit
41 menit
15 menit
3 jam 11 menit
1 jam 7 menit
50 menit
33 menit
31 menit
21 menit
4 jam 44 menit
1 jam 32 menit
1 jam 11 menit
51 menit
47 menit
33 menit

Capaian
Kinerja
113.89%
128.33%
129.17%
163.33%
146.67%
83.33%
158.33%
161.67%
162.78%
165%
131.67%
150%
136.33%
172.08%
172.22%
172.5%
148.33%
130%
121.11%
169.33%
170.42%
171.67%
160.83%
90.00%

Response Time pada kecelakaan pelayaran


Rata-rata response time pada kecelakaan pelayaran Tahun 2015

adalah 35 menit dari target sebesar 30 menit, belum memenuhi target.


Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka ratarata response time pada kecelakaan pelayaran pada tahun 2015
mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time
selama 5 jam 10 menit pada tahun 2010, 3 jam 35 menit pada tahun
2011, 2 jam 50 menit pada tahun 2012, 1 jam 6 menit pada tahun 2013, 1
jam 4 menit pada tahun 2014 menjadi 35 menit pada tahun 2015.

37

Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Response Time Pada Kecelakaan Pelayaran
6:00:00
5:10:00
4:48:00

3:35:00
2:50:00

3:36:00
2:24:00

1:06:00

1:04:00

2013

2014

1:12:00

0:35:00

0:00:00
2010

2011

2012

2015

Gambar 3.5. Perbandingan Response Time pada Pelayaran

Response Time pada kecelakaan penerbangan


Rata-rata response time pada kecelakaan penerbangan Tahun

2015 adalah 15 menit dari target 30 menit, sehingga sudah memenuhi


target.
Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka ratarata response time pada kecelakaan penerbangan pada tahun 2015
mengalami kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time
selama 2 jam 05 menit pada tahun 2010, 1 jam 32 menit pada tahun 2011,
1 jam 07 menit pada tahun 2012, 42 menit pada tahun 2013 pada tahun
2014 41 menit dan menjadi 15 menit pada tahun 2015. Perbandingan
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

38

Response Time Pada Musibah Penerbangan


2:24:00

2:05:00

1:55:12

1:32:00

1:26:24

1:07:00
0:42:00

0:57:36

0:41:00
0:15:16

0:28:48
0:00:00
2010

2011

2012

2013

2014

2015

Gambar 3.6. Perbandingan Response Time pada Penerbangan

Response Time pada bencana


Rata-rata response time pada bencana Tahun 2015 adalah 21

menit dari target 30 menit, sehingga sudah memenuhi target.


Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka rata-rata
response time pada bencana pada tahun 2015 mengalami kenaikan atau
lebih cepat, yaitu dari pada tahun 2010 rata-rata response time pada
bencana selama 3 jam 11 menit, rata-rata response time selama 1 jam 7
menit pada tahun 2011, 50 menit pada tahun 2012, 33 menit pada tahun
2013, 31 menit pada tahun 2014 menjadi 15 menit pada tahun 2015.
Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Response Time Pada Bencana
3:11:00

3:21:36
2:52:48
2:24:00
1:55:12

1:07:00

1:26:24

0:50:00

0:57:36

0:33:00

0:31:00

2013

2014

0:21:00

0:28:48
0:00:00
2010

2011

2012

2015

Gambar 3.7. Perbandingan Response Time pada Bencana

39

Response Time pada Kecelakaan Lain-lain


Rata-rata response time pada kecelakaan lain-lain Tahun 2015

adalah 33 menit dari target 30 menit, sehingga belum memenuhi target.


Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka rata-rata
response time pada Kecelakaan Lain-lain pada tahun 2015 mengalami
kenaikan atau lebih cepat, yaitu dari rata-rata response time selama 4 jam
44 menit pada tahun 2010, 1 jam 32 menit pada tahun 2011, 1 jam 11
menit pada tahun 2012, 51 menit pada tahun 2013, 47 menit pada tahun
2014 menjadi 33 menit pada tahun 2015.
Response Time Pada Kecelakaan Lain-lain
6:00:00

4:44:00

4:48:00
3:36:00
2:24:00

1:32:00

1:11:00

1:12:00

0:51:00

0:47:00

0:33:00

2013

2014

2015

0:00:00
2010

2011

2012

Gambar 3.8. Perbandingan Response Time pada Kecelakaan Lain Lain

Berikut ini adalah analisis Capaian Kinerja Basarnas, upaya upaya


yang telah dilakukan mulai dari peningkatan kerja di internal Basarnas
maupun ekternal dengan Negara lain serta upaya upaya dengan efisiensi
penggunaan Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasaran yang dimiliki
Basarnas secara efisien dan efektif.

40

a)

Analisis keberhasilan / peningkatan kinerja serta usaha yang


telah dilakukan

EKSTERNAL
Sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang nomor 29 tahun
2014 tentang Pencarian dan Pertolongan, guna menunjang tugas dan
fungsinya Basarnas dapat bekerja sama dengan pemerintah negara lain,
lembaga

atau

organisasi

internasional

di

bidang

pencarian

dan

pertolongan dan/atau warna negara asing. Sejalan dengan hal tersebut,


bagian

kerjasama

teknik

luar

negeri

mempunyai

tugas

untuk

melaksanakan penyiapan koordinasikerjasama teknik dan bantuan luar


negeri, penyusunan kerjasama teknik dan bantuan luar negeriserta
penyusunan laporan rencana dan program kerjasama teknik dan bantuan
luar negeri.Kerjasama tersebut diatas mencakup kegiatan kerjasama
teknis operasional dan bantuan luar negeri melalui kerjasama secara
bilateral, regional maupun multilateral. Adapun kerjasama tersebut
meliputi:
a.

Pertemuan/ konferensi/ workshop dan pertemuan atau kegiatan


internasional lainnya yang diadakan oleh negara mitra atau Lembaga
Internasional;

b.

Pendidikan dan Pelatihan;

c.

Latihan dan Operasi SAR;

d.

Kunjungan delegasi negara mitra atau lembaga internasional; dan

e.

Pinjaman/ Hibah Luar Negeri.


Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pada tahun 2015, Bagian

KTLN telah menyelenggarakan dan/atau mengikuti kegiatan-kegiatan


sebagai berikut:
1.

Regional Seminar on the Implementation of a Global SAR Plan;


Bahwa dalam rangka menindaklanjuti hasil pertemuan ASEAN

Maritime Transport Working Group (MTWG) Meeting ke-28 yang


diselenggarakan pada tanggal 20-22 Agustus 2014 di Siem Riep,

41

Kamboja. Badan SAR Nasional bekerja sama dengan International


Maritime Organization (IMO) telah menyelenggarakan Regional Seminar
on the Implementation of a Global SAR Plan pada tanggal 3-5 Februari
2015 di Hotel Aryaduta Jakarta.
Seminar tersebut di atas dihadiri oleh delegasi dari otoritas SAR di 15
Negara di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Seminar tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta tentang isu-isu
regional, membentuk atau menyempurnakan pelayanan jasa SAR
sekaligus mempromosikan kerja sama di kawasan melalui diskusi dan
bertukar pandangan atau pengalaman, sehingga dapat terciptanya
pemahaman bersama atas syarat-syarat untuk meratifikasi konvensi SAR
Maritim 1979.
Agenda utama dalam Regional Seminar on the Implementation of a
Global SAR Plan adalah sebagai berikut :
a.

SAR Case : Air Asia QZ8501 (Kepala Badan SAR Nasional)

b.

Presentasi SAR System Negara-Negara peserta;

c.

Presentasi IMO mengenai :


Ratifikasi konvensi SAR Maritim dan penentuan wilayah SAR
(SRRs) di kawasan;
Kewajiban Negara berdasarkan konvensi SAR Maritim;
Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS);
Sistem Satelit Cospas Sarsat;
Kerja sama SAR regional di wilayah Laut China Selatan;
Kerja sama SAR antara penyedia layanan SAR dengan kapal
(penumpang);
Peringatan keamanan, kesadaran maritim, informasi Long Range
Identification and Tracking (LRIT) untuk SAR;
Kerja sama antara Aeronautical Rescue Coordination Center dan
Maritime Rescue Coordination Center Hongkong;
Berhasilnya operasi SAR;
Kontinuitas layanan SAR (perkembangan);

d.

Presentasi IMO/ICAO Joint working Group Chairman mengenai :


IAMSAR Manual, Komite Koordinasi dan Rencana SAR;

42

Harmonisasi SAR Penerbangan dan Maritim;


Satuan tugas SAR Asia-Pacific;
Perkembangan internasional di bidang SAR.
e.

Presentasi ASEAN Secretariat tentang kerjasama SAR di tingkat


regional ASEAN;

f.

Presentasi

International

Maritime

Rescue

Federation

(IMRF)

mengenai :
Mass Rescue Operation;
Gambaran umum tentang IMRF.
g.

Presentasi Australia mengenai :


SAR Case : MH 370
Joint Rescue Coordination Center (JRCC) Australia.

h.

Group Discussion :
Perjanjian SAR antar Negara;
Pertemuan rutin (Lokakarya, Seminar dll)
Latihan SAR bersama;
Peningkatan pelayanan SAR Nasional;
Identifikasi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas SAR
penerbangan dan maritim.
Sebagai suatu kesimpulan, hal-hal yang terkait dengan kebijakan

nasional guna mengembangkan dan/atau meningkatkan pelayanan SAR


dalam rangka pemenuhan terhadap konsep SAR secara Global, maka
Negara peserta seminar yang terdiri dari Indonesia, BruneiDarussalam,
Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Republik DemokratikRakyat Laos,
Malaysia, Mongolia, Myanmar, PapuaNugini, Filipina, Singapura, Thailand,
TimorLestedan Vietnam sepakat untuk merekomendasikan antara lain
sebagai berikut:
a.

Negara-negara

peserta

pihak/ratifikasi/aksesi,

seminar
dapat

yang

belum

mempertimbangkan

menjadi
untuk

meratifikasiatau meng-aksesiInternational Convention on Maritime


Search and Rescue 1979;

43

b.

Mengembangkan Rencana SAR Nasional yang merupakan tataran


kebijakan nasional di bidang SAR yang meliputi:

Wilayah tanggung jawab SAR (deskripsi dan koordinat);

Peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan di bidang


SAR;

c.

Sarana dan prasarana;

Personil, dll

Menyimpan semua catatan kegiatan SAR baik dalam bentuk statistik,


sebagai referensi secara nasional maupun sebagai infomasi bagi
IMO/ICAO;

d.

Membuat

perjanjian

atau

kesepakatan

secara

bilateral

atau

multilateral sesuai dengan ketentuan Konvensi Internasional tentang


Maritime Search and Rescue 1979, guna terlaksananya operasi SAR
yang mudah, cepat, efektif dan efisien;
e.

Melakukan latihan SAR gabungan secara nasional, maupun antar


negara secara bilateral/multilateral serta melakukan identifikasi
kebutuhan pengembangan kapasitas personil SAR, dan

f.

Baik secara individu maupun kerjasama dengan negara lain dari


wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur, dapat meminta kepada
Sekretaris

Jenderal

Organisasi

Maritim

Internasional

untuk

memberikan bantuan teknis, antara lain:

Menilai situasi yang ada dan memberikan rekomendasiuntuk


perbaikan di bidang SAR; dan

Memberikan pelatihan personil.

44

2.

The 3rd ASEAN Transport SAR Forum;


Menindaklanjuti hasil pertemuan the 2nd ASEAN Transport SAR

Forum yang diselenggarakan pada tanggal 11-13 Maret 2014 di


Yogyakarta, Indonesia, dan sesuai implementasi dari kerangka acuan
(TOR) ASEAN Transport SAR Forum (ATSF), bahwa setiap negara akan
menjadi tuan rumah selama dua tahun berturut-turut. Sehubungan dengan
hal

tersebut,

Singapura

ditunjuk

untuk

menjadi

tuan

rumah

rd

penyelenggaraan the 3 ASEAN Transport SAR Forum.


Forum diselenggarakan selama 3 (tiga) hari dengan membahas
beberapa hal, sebagai berikut :
a. Rekomendasi Pertemuan Senior Transport Official Meeting (STOM)
ke-35 dan ke-36, Serta Rekomendasi Pertemuan ASEAN Transport
Ministers Meeting (ATM) ke-19;
b. Program aksi yang akan diimplementasikan dalam ASEAN Transport
SAR Forum;
c. Pembahasan draft ASEAN Multilateral Agreement on Cooperation on
Aeronautical and Maritime Search and Rescue;
d. Skenario pelaksanaan Joint Table Top Exercise (TTX)/Command Post
Exercise (CPX) yang telah dipersiapkan oleh Indonesia;
e. Kerjasama SAR antara negara-negara anggota ASEAN dengan China,
dalam kerangka ASEAN-China SAR Cooperation;
f. Penyampaian

Rekomendasi

dan

Pengalaman

oleh

Perwakilan

International Maritime Organization (IMO), International Civil Aviation


Organization (ICAO), and ICAO/IMO Joint Working Group (JWG) on
Harmonization of Aeronautical and Maritime Search and Rescue
(ICAO/IMO JWG-SAR).

45

3.

5th Task Force Meeting (TFM) on the Development of Successor


ASEAN Strategic Transport Plan;
Pertemuan spesifik membahas proposed goals, action dan milestone

pada sektor transportasi di bawah pilar ekonomi ASEAN tahun 2016-2025,


dengan pokok bahasan sebagai berikut:
a. Finalisasi draft ASEAN Strategic Transport Plan 2016-2025 yang telah
dibahas dalam pertemuan sebelumnya dan juga telah diadopsi oleh
pertemuan STOM ke-39 yang diselenggarakan di Melaka, Malaysia
pada tanggal 11-14 Mei 2015. Final draft ASTP 2016-2025 akan
dibahas dalam pertemuan ATM pada bulan November 2015, kemudian
seluruh dokumen di bawah pilar ekonomi akan dibahas pada
pertemuan High Level Task Force on ASEAN Economic Integration
(HLTF-EI) untuk mendapatkan persetujuan dan kemudian disahkan
pada pertemuan ke-47 ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM);
b. Pertemuan TFM juga membahas mengenai draft ASEAN PoliticalSecurity Community (APSC) 2025 Blueprint yang saling terkait dengan
lingkup kerjasama transportasi ASEAN, Adapun hal tersebut adalah:
Keamanan dan keselamatan maritim;
Kerjasama SAR maritim;
Kerjasama ASEAN for Joint Oil Spill Preparedness and Response.
c. Terkait dengan cross cutting issues di bidang SAR, SAR Transportasi
pada dasarnya di bahas di bawah pilar ekonomi ASEAN (ASEAN
Transport

SAR

perkembangannya

Forum),
isu

SAR

namun
juga

demikian
turut

di

sesuai
bahas

dengan
di

dalam

forum/pertemuan di bawah pilar politik dan keamanan ASEAN, antara


lain pertemuan ASEAN Maritime Forum (AMF), ASEAN Foreign
Ministers Meeting (AMM), ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN
Defence Ministers Meeting (ADMM). Pertemuan-pertemuan ini tidak

46

hanya membahas kerjasama SAR di lingkup regional tetapi juga antara


ASEAN dengan mitra dialognya (ASEAN plus-plus);
d. Singapura sebagai tuan rumah ASEAN Transport SAR Forum ke-3
juga melaporkan hal-hal yang telah dicapai selama tiga tahun ke
belakang, seperti telah dilaksanakannya ASEAN SAR Exercise (CPXTTX) pada tanggal 26-29 Agustus 2015 di Jakarta, dan progress
pembahasan ASEAN Agreement on Aeronautical and Maritime
Cooperation yang terus intensif dibahas. Pencapaian tersebut telah
sesuai dengan target waktu dalam Brunei Action Plan 2011-2015;
e. Sesuai dengan proposed goals and activities ASEAN Transport SAR
Forum, Singapura pada bulan Oktober 2015 akan menjadi tuan rumah
pelaksanaan

ASEAN

SAR

Exercise

(CPX-TTX),

dan

dalam

kesempatan yang sama serta apabila memungkinkan SAR Exercise


akan diselenggarakan secara back to back dengan pembahasan
ASEAN Agreement on Aeronautical and Maritime Cooperation. Sesuai
rencana ASEAN Agreement akan di tanda tangani pada pertemuan
ATM ke-21 pada bulan November 2015 di Malaysia, namun demikian
apabila target tersebut belum terlaksana, maka ASEAN Agreement
akan diusahakan untuk selesai pada tahun 2016 dan akan dimasukkan
sebagai tambahan milestones dalam ASTP 2016-2025;
f. Adapun specified goals, actions and milestones ASEAN Transport
Strategic Plans 2016-2025 berada di bawah koordinasi sektor
transportasi maritim dan udara dengan detail sebagai berikut:

47

Strengthen ASEAN
SAR cooperation to
ensure effective and
coordinated
aeronautical and
maritime SAR
operations in the
region

Improve capacity
and capability on
SAR

Develop the ASEAN SAR


Standard Operating
Procedures

Familiarise ASEAN Member


States with ASEAN SAR
Standard Operating
Procedures
Improve skill and
knowledge of SAR Personnel

4.

30th Maritime Transport Working Group


Pertemuan ke-30 ASEAN Maritime Transport Working Group

(MTWG-30) telah diselenggarakan di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal


2-4 September 2015. Pertemuan dipimpin oleh Mr. Mak Sideth, Director of
Merchant Marine Department, Ministry of Public Works and Transport,
Kamboja dan dihadiri oleh delegasi dari negara-negara anggota ASEAN;
Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism (MLIT) Jepang;
Deutsche Geselischaft fur Internationale Zusammenaebeit (GIZ) Gmbh;
Korea Maritime Institute (KMI); Maritime Safety Administration of China
(China MSA); Federation of ASEAN Shipowners Association (FASA);
Global Initiative for South East Asia (GISEA); Ministry of Shipping India;
dan International Maritime Organisation (IMO).
a. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Kepala Sub Direktorat Angkutan Laut
Luar Negeri, Direktorat Lalu Lintas dan Angkatan Laut (Dit. LALA),
Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan (Kemenhub),
dengan anggota delegasi terdiri dari perwakilan dari Setditjen
Perhubungan Laut, Kemhub; Basarnas; dan Kementerian Luar Negeri

48

2025

2024

2023

2022

2021

2020

2019

2018

Milestones
2017

Actions

2016

Specific Goals

(Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN dan Direktorat Perjanjian


Polkamwil).
b. Pertemuan secara resmi dibuka oleh H.E. Tauch Chan Kosal,
Secretary of State for The Ministry of Public Works and Transport,
Kamboja yang dalam sambutannya menyampaikan terima kasih
kepada para pejabat transportasi maritim yang telah berupaya untuk
membuahkan hasil yang baik dari pertemuan MTWG sebelumnya
selama Kamboja menjadi Ketua. Pertemuan MTWG-30 ini akan
membicarakan implementasi dari langkah-langkah dalam ASEAN
Economic Community (AEC) Blueprint, Brunei Action Plan/the Master
Plan on ASEAN Connectivity guna mewujudkan AEC pada tahun 2015.
5.

Workshop Diplomasi dalam rangka Peningkatan Kapasitas


Nasional Urban SAR
Berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana


yang terjadi di Indonesia berada di bawah koordinasi Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), salah satu tugas BNPB pada
penyelenggaran penanggulangan bencana adalah memberikan pedoman
dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang
mencakup

pencegahan

bencana,

penanganan

tanggap

darurat,

rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Penyelenggaraan


penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat sebagaimana
tersebut diatas salah satunya adalah penyelenggaraan penyelamatan dan
evakuasi masyarakat terkena bencana.
Badan SAR Nasional sebagai suatu Lembaga Pemerintah Non
Kementerian

(LPNK)

sebagaimana

ditetapkan

dalam

Peraturan

Pemerintah Nomor 39 tahun 2009 bertugas melaksanakan tugas


pencarian dan pertolongan (SAR), yang meliputi usaha dan kegiatan
mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau

49

dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran


dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya. Pelaksanaan
SAR dikoordinasikan oleh Badan SAR Nasional yang berada di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Guna mendukung tugas dan fungsi BNPB dalam penyelenggaraan
penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana pada tahap
tanggap darurat baik secara nasional maupun internasional, serta dalam
rangka menyambut ASEAN Community 2015, Basarnas merasa perlu
untuk membentuk suatu wadah kerjasama SAR di bidang bencana
diantara negara-negara ASEAN. Sesuai dengan rekomendasi forum SAR
Internasional yang telah diselenggarakan oleh Basarnas pada tanggal 1920 Juli 2011 di Bali yang dihadiri oleh 143 peserta yang mewakili institusi
SAR dari 20 negara dan 7 organisasi di wilayah Asia-Pasifik, termasuk
perwakilan dari 7 negara ASEAN, yaitu: Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, Myanmar,Filipina, Singapura, dan Thailand. Salah satu
rekomendasi forum tersebut adalah pembentukan forum regular negaranegara anggota ASEAN di bidang SAR bencana (Urban SAR/USAR).
Basarnas seringkali berpartisipasi aktif dalam berbagai pertemuan
berskala Internasional dan juga menyelenggarakan beberapa pertemuanpertemuan

baik

tingkat

Bilateral,

Regional

maupun

Multilateral.

Pertemuan-pertemuan yang telah berhasil diselenggarakan Basarnas


antara lain :
a. Pada tanggal 19-22 Juli 2011, Basarnas telah menyelenggarakan
pertemuan InternationalSearch and Rescue Forum-INSARAG Asia
Pacific Regional Meeting yang telah menghadirkan sebanyak 150
Orang yang terdiri dari Organisasi Pemerintah, Organisasi Non
Pemerintah, serta delegasi Internasional baik dari UN-OCHA maupun
perwakilan Badan asing lainnya;
b. Pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2012, Basarnas telah menyelenggarakan
International Search and Rescue Advisory Group (INSARAG) Asia
Pacific

Regional

Earthquake

Response

Exercise,

yang

diselenggarakan di Padang-Sumatera Barat. Pertemuan ini merupakan

50

Latihan penanganan gempa bumi INSARAG merupakan salah satu


implementasi resolusi Sidang Umum PBB 57/150 mengenai
Strengthening the Effectiveness and Coordination of Urban Search and
Rescue Assistance , dan bertujuan untuk mempraktekkan INSARAG
Guidelines and Methodology, terutama dalam masa tanggap darurat
bencana gempa bumi. Selain itu,

dalam rangka memberikan

pemahaman mengenai prosedur dan mekanisme di dalam INSARAG


Guidelines and Methodology, terutama mengenai proses klasifikasi
dan sertifikasi internasional IEC, maka diselenggarakan pula Workshop
on INSARAG Guidelines and Methodology.Latihan ini menghadirkan
peserta dari 26 Negara Asia Pasifik dan 9 organisasi/lembaga
internasional, latihan INSARAG dihadiri oleh delegasi dari

UN-

OCHA, INSARAG Secretariat, Kepala Kantor SAR, dan beberapa


instansi pemerintah maupun swasta, seperti BNPB, BPBD, Jakarta
Rescue, PMI, dll;
c. Pada tahun 2013 dan 2014, Basarnas juga telah menyelenggarakan
pertemuan tingkat regional ASEAN, yakni ASEAN Transport SAR
Forum. Forum ini merupakan forum teknis di bawah sektor transportasi
yang bertujuan untuk melahirkan suatu kesepakatan bersama negaranegara

anggota

ASEAN

dalam

bidang

pelayanan

jasa

SAR

Transportasi.
Pertemuan-pertemuan

Internasional

tersebut

tentunya

harus

dihadiri oleh sumber daya manusia Basarnas yang mempunyai kapasitas


dan kapabilitas di bidang SAR pada khususnya serta tata cara dan tata
aturan pergaulan di lingkungan masyarakat Internasional pada umumnya.
Kapasitas dan kapabilitas delegasi Basarnas dalam hal teknis SAR secara
otomatis akan terasah oleh tugas pokok dan fungsi masing-masing
individu pada unit kerjanya masing-masing serta ditunjang oleh pelatihan
dan pendidikan yang diselenggarakan oleh internal Basarnas. Dalam hal
pengetahuan di bidang tata cara dan tata aturan pergaulan serta adab
dalam mengikuti pertemuan atau konferensi bersakala internasional inilah
yang harus terus diasah sejalan dengan common standard yang berlaku.

51

Hal ini merupakan sesuatu yang ringan namun tetap penting untuk
mendukung peranan sebagai duta bangsa ketika berada pada tataran
global. Pergaulan internasional menuntut pemahaman baik tentang tata
cara dan tata aturan, agar setiap individu merasa aman dan nyaman
ketika berada di dalam suatu budaya yang berbeda, karena menyangkut
ukuran sosial baik dan buruk, benar dan salah pada perilaku individu
dalam menjalankan tugas dan profesinya.
Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas Pejabat dan/atau staff di lingkungan Badan SAR Nasional
dalam tataran pergaulan internasional, maka Biro Perencanaan dan KTLN
Badan SAR Nasional bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Kementerian Luar Negeri telah menyelenggarakan Workshop
Diplomasi dalam rangka Peningkatan Kapasitas Nasional Urban
SARyang diselenggarakan pada tanggal 9-11 September 2015 di
Marbella Suites Bandung. Kurikulum workshop didasarkan pada kurikulum
Kementerian Luar Negeri yang disampaikan dalam bentuk ceramah dan
praktek oleh

Para Pejabat,

Diplomat (praktisi) dan Widyaiswara

Kementerian Luar Negeri.


6.

ASEAN Transport Ministerial Meeting (ATM) - Senior Transport


Official Meeting (STOM)
Pertemuan tingkat pejabat senior tersebut dihadiri oleh 10 negara

anggota ASEAN, adapun delegasi dari Indonesia untuk pertemuan


ASEAN STOM dipimpin oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat,
Kementerian Perhubungan dan pertemuan ASEAN Transport Ministry
(ATM)

dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan,

Pertemuan tersebut merupakan pertemuan yang diadakan setahun dua


kali

untuk

membahas

mengenai

kerjasama-kerjasama

dibidang

transportasi Negara-negara anggota ASEAN dengan Asean Plus mitra


wicara ASEAN yaitu Jepang, Tiongkok, dan Korea.
Pada agenda pertemuan untuk pembahasan bidang SAR terdapat
pada agenda pembahasan ASEAN-China adalah sebagai berikut:

52

a. Implementation of ASEAN-China Transport Cooperation iniative in


2015.
b. Asean-China Projects And Activities.
c. Preparation For The Fourteenth Asean And China Transport Ministers
Meeting.
Dapat disampaikan pula bahwa untuk agenda pembahasan tentang
Search and Rescue terdapat pada point nomor 2 yaitu mengenai usulan
kerjasama Asean-China terkait dengan hal tersebut maka untuk tawaran
kelanjutan kerjasama ASEAN-China berupa kegiatan:

Sesuai dengan hasil pertemuan ASEAN 16 th+China Summit dan


pertemuan rapat ATM + China 12th maka China mengusulkan untuk
pelaksanaan Joint Maritime Search and Rescue TTX yang akan
dilaksanakan pada akhir tahun 2015.

Pelaksanaan Joint Table SAR akan memperoleh bantuan dana


keuangan melalui Cina-ASEAN Maritime Cooperation Fund (CAMCF)

ASEAN-China 1st coordination meeting dilaksanakan pada bulan


November 2015 di GuangZhou,China.

Usulan ASEAN-China Maritime Emergency and Rescue Assistance


Hotline pada tahun 2016 dimana Indonesia (Basarnas) akan menjadi
pilot project.

7.

Table Top Exercise Indonesia-Tiongkok


Dalam rangka menindaklanjuti MoU antara Kepala Badan SAR

Nasional dengan Menteri Transportasi Republik Rakyat Tiongkok


mengenai kerja sama di bidang SAR maritim, maka telah dilaksanakan
latihan bersama Table Top Exercise antara Basarnas dan MRCC China
pada tanggal 17-19 November 2015 di MRCC Hainan Haikou, China.
Agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut merupakan tindak
lanjut dari Nota Kesepahaman antara Kementerian Transportasi RRC
dengan Basarnas tentang kerjasama Search and Rescue Maritim, agenda
kegiatan tersebut meliputi:
a.

Pelaksanaan dan evaluasi latihan SAR maritim dalam bentuk TTX

53

Pada tgl. 18 Nopember 2015, Maritime Rescue Coordination


Center China (MRCC China) dan Badan SAR Nasional Republik
Indonesia (Basarnas) telah melaksanakanlatihan SAR maritim
gabungan

di

Maritime

Rescue

CoordinationCenterHainan

(MRCC Hainan) dalam bentuk Table Top Exercise.

Dalam latihan ini disimulasikan sebuah kapal berbendera


Indonesia dengan call sign "Lima Mike (LM)" mengalami
kecelakaan dan tenggelam pada posisi 19 15 N 112 31 E
lebih kurang 70 mil laut sebelah timur Pulau Hainan.

b.

Rapat tentang pembentukan kelompok kerja teknis atau komite adhoc di bidang SAR maritim
Dalam rangka meningkatkan kerjasama China - Indonesia
dibidang

pencarian

dan

pertolongan

Maritim,

pihak

China

mengusulkan untuk membuat kelompok kerja teknis atau komite adhoc.


Kelompok kerja teknis atau komite ad-hoc China - Indonesia
dibidang pencarian dan pertolongan maritim tersebut, mengatur dan
mengkoordinasikan kerjasama China dan Indonesia dalam operasi
pencarian dan pertolongan maritim.
c.

Kunjungan ke Kapal SAR Nan Hai Jiu 116 untuk melihat fasilitas
SAR yang dimiliki oleh Haikou South China Salvage Service Base.

d.

Kunjungan pejabat MRCC China


Untuk mempererat hubungan kerja sama kedua negara, Ketua
delegasi MRCC China berencana untuk

berkunjung ke Basarnas

pada tahun 2016.


e.

Pembangunan HotlinePlatform
Pada kesempatan tersebut pihak China di bawah kerangka
kerjasama China-Asean menawarkan sebuah proyek pembangunan
HotlinePlatform. Proyek ini adalah sharing informasi antara Basarnas
dan MRCC China sehingga memungkinkan komunikasi langsung dan
cepat antara kedua belah

pihak. Pembangunan Hotline Platform

dibidang pencarian dan pertolongan maritim akan dilakukan di


negara-negara yang berada disekitar laut China Selatan sehingga

54

jika terjadi musibah kecelakaan di wilayah laut China Selatan dapat


dilakukan Hotline darurat diantara negara-negara tersebut.
Mengingat bahwa pembangunan Hotline Platform merupakan
proyek kerjasama pendanaan Asean-China dibidang SAR maritim
maka Basarnas perlu melakukan koordinasi dengan Kementerian
atau Lembaga terkait mengenai proyek yang ditawarkan oleh China
tersebut.
8.

Rapat koordinasi tindak lanjut INSARAG Asia Pacific Regional


Exercise 2016
Berkenaan dengan surat undangan United Nations-The Office for

the Coordination of Humanitarian Affairs (UN-OCHA) di Jenewa, yang


turut

mengundang Negara-Negara

anggota

PBB,

Lembaga PBB,

Organisasi Kemanusiaan Internasional dan lembaga-lembaga lain yang


terkait dengan International Search and Rescue Advisory Group
(INSARAG) untuk hadir dalam pertemuan yang bersifat back to back yang
akan diselenggarakan di Abu Dhabi, United Arab Emirates pada tanggal
16-20 Oktober 2015, adapun beberapa pertemuan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. INSARAG Team Leaders Meeting, 16-17 Oktober 2015;
b. INSARAG Global Meeting, 18-19 Oktober 2015;
c.

INSARAG Regional Meeting, 20 Oktober 2015.


INSARAG Regional Group yang masing-masing terdiri dari

kawasan Afrika/Eropa/Timur Tengah, kawasan Amerika, dan kawasan


Asia/Pasifik melakukan pertemuan setiap tahun untuk merencanakan
kegiatan secara regional, dan membahas isu-isu yang terkait dengan
USAR, mengambil langkah-langkah guna memperkuat respon USAR di
tingkat regional, memastikan arah kebijakan yang strategis dari kelompok
pengarah INSARAG, serta untuk mengasimilasi informasi yang relevan
dari negara-negara perserta untuk diserahkan pada INSARAG Steering
Group.

55

Adapun Indonesia menjadi bagian dari anggota INSARAG di


kawasan Asia/Pasifik dan Basarnas secara regular mengirimkan wakilnya
pada pertemuan ini. INSARAG Regional Meeting biasanya dihadiri oleh
Senior Officials (setingkat Esselon 2), sedangkan INSARAG Global
Meeting biasanya dihadiri oleh Senior Officials (setingkat esselon 1)
Pada pertemuan INSARAG Asia Pacific Regional Meeting,
Indonesia mengusulkan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan
INSARAG Asia Pacific Regional Exercise pada tahun 2016, Exercise
sejenis juga pernah dilaksanakan di Padang, Indonesia pada tanggal 29
Mei 1 Juni 2012. Dan berdasarkan hasil pertemuan tersebut, forum
sepakat untuk kembali menunjuk Indonesia menjadi tuan rumah
penyelenggaraan exercise dimaksud.
9.

ITSAP PRG 16th Meeting


Pertemuan ke-16 ITSAP PRG merupakan pertemuan berkala yang

dilaksanakan dalam rangka membahas perkembangan program bantuan


dalam kerangka paket bantuan dari Pemerintah Australia kepada
Pemerintah

Indonesia.

Pada

pertemuan

ini

dibahas

kemajuan

perkembangan bantuan keselamatan transportasi di bidang perhubungan


darat, laut, udara, investigasi kecelakaan transportasi, dan SAR periode
2014-2015 yang dilaksanakan Indonesia dan Australia. Pertemuan dibuka
oleh Ms. Michelle Poyser dari Kementerian Infrastruktur Australia yang
sekaligus bertindak sebagai ketua delegasi Australia, sedangkan dari
delegasi Indonesia diketuai oleh Kepala Biro Hukum dan KSLN
Kementerian Perhubungan, Ibu Sri Lestari. Pertemuan diselenggarakan di
Gold Coast Australia pada tanggal 8-11 Juni 2015. Pertemuan
membahas hal-hal sebagai berikut :
a.

Exchange Officer Program


Pertukaran pejabat Basarnas telah dilaksanakan sebanyak 3 (tiga)
tahap yang dimulai pada bulan Februari Juni 2015 dengan masingmasing tahap dilaksanakan oleh 2 (dua) orang pejabat Basarnas
yang bekerja di JRCC AMSA di Canberra selama 2 bulan.

56

b.

The 4th Indonesia-Australia SAR Forum


Telah dilaksanakan pada tanggal 8-10 April 2015 bertempat di
Brisbane Australia.

c.

SAREX Ausindo
Telah dilaksanakan kegiatan SAREX Ausindo pada tanggal 18 22
Mei 2015 di Denpasar Bali.

d.

Demonstration SAR MAP System


Demonstrasi SAR MAP System telah dilaksanakan di Jakarta, Medan
dan Makassar.

e.

English Training

English Language Training telah dilaksanakan pada bulan


Oktober 2014 Februari 2015 dengan peserta berjumlah 30
orang.

Intensive English Course akan dilaksanakan pada tanggal 22-26


Juni 2015 di Jakarta dengan peserta sebanyak 15 orang yang
berasal dari Kantor Pusat Basarnas dan Kantor SAR.

10.

AMSA-Basarnas SAR Cooperation Workshop


Pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2015 tersebut

membahas tentang kerjasama Basarnas dan AMSA dibawah kerangka


kerjasama ITSAP untuk periode Juli-Agustus 2015 dan kerjasama
Basarnas dan AMSA untuk tahun 2016 2018. Dan disepakati hal-hal
sebagai berikut :
a.

Exchange Officer Program akan dilaksanakan kembali pada bulan


September 2015 dengan menugaskan 2 orang pejabat Basarnas
untuk bertugas di kantor AMSA selama 1 bulan, program ini
dilaksanakan sebanyak 2 gelombang.

b.

English Language Course akan dilaksanakan kembali dengan


peserta selanjutnya berasal dari Basarnas Special Group sebanyak
15 orang.

57

c.

Pada bulan Oktober 2015, pihak AMSA akan datang kembali ke


Basarnas untuk membahas kembali kerjasama AMSA-Basarnas
untuk periode tahun 2016-2018.

d.

Untuk program SARMAP System, akan dilaksanakan e-learning


dimana pesertanya terdiri dari Direktorat Komunikasi dan Direktorat
Operasi dan Latihan.
Terkait E-boradcast, AMSA akan membiayai AIS Data sampai 2

bulan kedepan namun masih dimungkinkan untuk bisa mengakses data


pada bagian bawah Indonesia SRR, sedangkan untuk mengakses bagian
atas dapat menggunakan satelit Norwegia tetapi dengan kecepatan yang
sedikit berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut maka Basarnas perlu
mengambil langkah tindak lanjut terkait dengan alternatif penyediaan AIS
Data.
INTERNAL
Beberapa pelatihan Internal yang dilaksanakan oleh Internal
BASARNAS antara lain :
1. Latihan SAR Marine Pollution Exercise (Marpolex). Dilaksanakan
di:Manado,tanggal 26 29 Mei 2015.
2. Latihan Proficiency Awak Kapal. Dilaksanakan di:Denpasar, tanggal
2 s.d. 6 November 2015.
3. Latihan Operasi SAR Australia Indonesia (Ausindo). Dilaksanakan di:
Denpasar,tanggal 18 s.d 22 Mei 2015.
4. Latihan SAR (Indopura). Dilaksanakan di:Tanjung Pinang Tanggal
24 s.d. 29 Agustus 2015.
5. Latihan Operasi SAR Indonesia Malaysia (Malindo). Dilaksanakan
di:Balikpapan,tanggal 23 27 November 2015.
6. National SAR Challenge. Dilaksanakan di: Jakarta, pada tanggal 8
12 Juni 2015.

58

b)

Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya


Personil yang saat ini dimilik oleh Basarnas masih belum

memenuhi kebutuhan akan personil yang sesungguhnya. Saat ini


Basarnas baru memiliki 3266 personil, didalamnya terdapat 1430 Rescuer.
Jumlah tersebut masih kurang apabila dilihat dari luas wilayah
tanggungjawab

Basarnas.

Sedangkan

apabila

ditinjau

dari

sisi

ketersediaan peralatan, sarana dan prasarana, Pengadaan sarana dan


prasarana kantor pusat dan kantor SAR belum terkoordinasi baik dengan
Direktorat Sarana dan Prasarana, terutama dari sisi

Spesifikasi.

Kurangnya jumlah dan kualifikasi ABK untuk mengawaki rescue boat. Hal
ini diantisipasi dengan memberikan pelatihan singkat tentang mesin kapal,
perawatan dan penggunaan Rescue Boat.
Familiarisasi Sarana dan Peralatan SAR diadakan Direktorat
Sarana dan Prasarana belum seluruhnya diketahui oleh seluruh pegawai
kantor SAR, karena itu penyebaran ilmu tersebut dilaksananakan dengan
sistem transfer knowlodge diantara pegawai yang sudah mengikuti
pelatihan dengan yang belum.
c)

Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


pencapaian pernyataan kinerja
Program

pengelolaan

pencarian,

pertolongan

dan

penyelamatan
Program ini memberikan penekanan kepada pelaksanaan
pengelolaan

sarana

dan

prasarana

SAR

serta

pembinaan

pengawakan, terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi


dan Latihan SAR, dan terlaksananya pengelolaan sistem peralatan
komunikasi SAR, selain ini program ini juga berisikan antra lain :

Pelaksanaan pengendalian operasi SAR

Pemeliharaan sarana SAR

Pengadaan peralatan SAR

Pemeliharaan peralatan SAR komunikasi

59

III.3.2 Evaluasi Capaian Kinerja dari ndikator kinerja Utama (IKU)


Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR
Tercapainya

keberhasilan

penyelamatan

korban

dalam

penyelenggaraan operasi SAR.Pencapaian sasaran ini dapat diukur dari


2 (dua) indikator kinerja sasarannya, sebagai berikut :
Tabel 3.8. Indikator Kinerja Sasaran Tercapainya
keberhasilan penyelamatan korban dalam penyelenggaraan
operasi SAR
Indikator Kinerja
Persentase jumlah korban terselamatkan dalam
penyelenggaraan operasi SAR
Persentase jumlah korban yang ditemukan dalam
penyelenggaraan operasi SAR

Target

Realisasi

100%

80.49%

100%

95.34%

Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka


persentase capaian sasaran tercapainya keberhasilan penyelamatan
korban dalam penyelenggaraan operasi SAR pada tahun 2015 relatif
mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan Basarnas pada periode 20152019 mentargetkan jumlah korban baik kondisi selamat ataupun
meninggal dapat dievakuasi 100%. Sesuai dengan tupoksi Basarnas
dalam setiap penyelenggaraan operasi SAR, Basarnas berupaya
sepenuhnya agar proses evakuasi korban kecelakaan baik pelayaran,
penerbangan, bencana dan kecelakaan lain-lain dapat berjalan secara
maksimal sesuai prosedur yang berlaku.
Berikut
sasaran

penjabaran dari indikator-indikator

tercapainya

keberhasilan

yang mendukung

penyelamatan

korban

dan

penyelenggaraan operasi SAR.

60

Tabel. 3.9. Tabel Perbandingan Capaian Kinerja Per Tahun Indikator


Kinerja Utama Keberhasilan evakuasi korban pada operasi SAR

Capaian

Tahun

Target

Realisasi

Tahun 2010

95%

91%

96%

Tahun 2011

95%

95,06%

100,06%

Tahun 2012

95%

97,59%

102,73%

Tahun 2013

95%

98,66%

103,85%

Tahun 2014

95%

98,62%

103,81%

Tahun 2015

100%

95.34%

95.34%

Kinerja

Pada tahun 2015 jumlah korban selamat yang berhasil dievakuasi


oleh Basarnas dari total 1875 kejadian kecelakaan yang ditangani
Basarnas sebanyak 7820 korban dari total korban sebanyak 9715 korban
atau sebesar 80.49% sehingga capaian kinerja pada indikator ini belum
memenuhi target yaitu sebesar 100%. Namun apabila dilihat dari jumlah
korban yang berhasil dievakuasi selama tahun 2015 maka jumlah korban
yang selamat lebih besar dibandingkan dengan jumlah korban yang
meninggal atau hilang.
Capaian dari indikator kinerja utama Keberhasilan evakuasi korban
pada operasi SAR pada tahun 2015 adalah sebesar 95,34% dari target
capaian 100%, sehingga tidak memenuhi target. Apabila dibandingkan
dengan capaian sebelumnya pada tahun 2015 mengalami penurunan, hal
ini dikarenakan faktor diluar kendali Basarnas seperti cuaca ektrim, medan
geografis yang berat dan jauh sehingga mengganggu proses evakuasi
korban.

61

Tabel. 3.10. Tabel Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja


Indikator Kinerja Sasaran Persentase Korban Terselamatkan

dan

Ditemukan
No.

Indikator Kinerja

% Korban
Selamat

%Korban
Ditemukan

Tahun

Target

Realisasi

2010
2011
2012
2013
2014
2015
2010
2011
2012
2013
2014
2015

90%
90%
90%
90%
90%
100%
95%
95%
95%
95%
95%
100%

64,27%
81,07%
93,77%
95,58%
94,69%
80.49%.
90,82%
95,06%
97,59%
98,66%
98,62%
95.34%

Capaian
Kinerja
71,41%
90,08%
104,89%
106,2%
105,21%
80.48%
95,60%
100,06%
102,73%
103,85%
103,81%
95.34%

Pada tahun 2015 capaian kinerja belum mencapai target akan


tetapi telah dilakukan upaya-upaya dalam memperbaiki kinerja Basarnas,
adapun upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut:
a)

Analisis penyebab keberhasilan peningkatan kinerja serta


usaha-usaha yang telah dilakukan

Pembinaan Potensi Kantor SAR


Dalam salah satu nomenklaturnya, Direktorat Bina Ketenagaan dan
Pemasyarakatan SAR (Ditbinga) melalui Kantor SAR mempunyai
tanggung jawab melakukan pembinaan terhadap potensi SAR yang ada di
daerah. Selama tahun 2015, setiap Kantor SAR Kelas A mendapat jatah 3
kali melaksanakan pelatihan SAR bagi Potensi SAR dan untuk Kantor
SAR Kelas B mendapat jatah 2 kali. Dalam pelaksanaannya, pelatihan
dibuka oleh pimpinan dari Kantor Pusat, dalam hal ini Deputi Bidang
Potensi (Eselon 1) dan Direktur Bina Ketenagaan dan Pemasyarakatan
SAR atau jika keduanya berhalangan dibuka oleh pejabat eselon III di
Ditbinga atau jika berhalangan lagi oleh Kepala Kantor SAR setempat.

62

Pelatihan bagi potensi SAR di masing-masing Kantor SAR tersebut


harus mendapat asistensi atau melibatkan petugas observasi (observer)
dari Ditbinga. Observasi ini mencakup semua aspek, mulai dari persiapan,
pelaksanaan, hingga pengakhiran pelatihan. Sedangkan jenis pelatihan
bagi potensi SAR yang sudah dibakukan dan menjadi pedoman
pelaksanaan pelatihan meliputi pelatihan water rescue, jungle rescue dan
medical first responder
Rapat Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD)
Rapat Forum Koordinasi SAR Daerah yang telah dikembangkan
menjadi Rapat Forum Koordinasi Potensi SAR Daerah (FKPSD)
dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi koordinasi seluruh stake holder
bidang SAR di daerah. Dengan adanya FKPSD ini harapkan akan ada
kesamaan pola pikir dan pola tindak dalam pelaksanaan operasi SAR
dimana kekuatan Basarnas yang ada di daerah atau Kantor SAR dapat
terintegrasi dengan potensi SAR sehingga pelaksanaan operasi SAR
dapat berjalan efektif dan efisien serta mampu meminimalisir jumlah
korban jiwa saat terjadi kecelakaan baik kecelakaan, bencana maupun
kondisi yang membahayakan jiwa manusia. Potensi SAR yang ada di
daerah diantaranya unsur TNI, Polri, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, BPBD, PMI, Pemadam Kembakaran, Orari, Mapala,
Pramuka, dan organisasi/institusi penggiat SAR
Rapat FKPSD masih relevan dilaksanakan guna menyamakan
persepsi, pola pikir maupun pola tindak dalam pelaksanaan operasi SAR.
FKPSD ini juga menjadi wadah untuk koordinasi lintas sektoral dan
merekatkan jalinan silaturahmi antara Kantor SAR dengan potensi SAR
yang ada maupun antar Potensi SAR. Dengan FKPSD diharapkan akan
mempercepat response time dan kerja sama di lapangan, sehingga
pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan optimal

63

b)

Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya


Basarnas dan Kantor SAR dapat terintegrasi dengan potensi SAR

sehingga pelaksanaan operasi SAR dapat berjalan efektif dan efisien serta
mampu meminimalisir jumlah korban jiwa saat terjadi kecelakaan baik
kecelakaan, bencana maupun kondisi yang membahayakan jiwa manusia.
Potensi SAR yang ada di daerah diantaranya unsur TNI, Polri,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, BPBD, PMI,
Pemadam Kembakaran, Orari, Mapala, Pramuka, dan organisasi/institusi
penggiat SAR.
c)

Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan


pencapaian kinerja

Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas.


Program

ini

lebih

menekankan

pada

pembinaan

dan

peningkatan sarana dan prasarana aparatur Basarnas dalam


mencapai visi dan misi.

Program

pengelolaan

pencarian,

pertolongan

dan

penyelamatan.
Program ini bertujuan pada pelaksanaan pengelolaan sarana
dan

prasarana

SAR

serta

pembinaan

pengawakan,

terselenggaranya diklat SAR, pengelolaan operasi dan Latihan


SAR,

dan

terlaksananya

pengelolaan

sistem

peralatan

komunikasi SAR.

64

Berikut beberapa kecelakaan dari 1875 kejadian yang terjadi pada


tahun 2015.
Tabel 3.11. Beberapa Kejadian Kecelakaan Yang Ditangani
Basarnas Tahun 2015
JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN
Kecelakaan

Operasi SAR musibah pelayaran kapal terkena badai di

Pelayaran

Laut Utara Sarang Bau Kab.Nias Selatan(11 Agustus 2015)

Pada

tanggal

11

Agustus

2015

telah

terjadi

musibahpelayaran di kapal terkena badai laut pada Pos


SAR Nias. Berita diterima pada tanggal 11 Agustus 2015
pukul 08.00 WIB dari Bapak Letnan Siddik (Dan Pos AL
Nias Selatan), perihal kapal terkena badai di Laut Utara
Sarang Bau Kab.Nias Selatan, Tim SAR Pos SAR Nias
berangkat menuju tempat kejadian pada tanggal 11
Agustus 2015 pukul 08.30 WIB . Dilakukan Operasi SAR
selama 1 hari, dibantu oleh TNI AL Nias Selatan, Polairud
Nias Selatan, KPLP Nias selatan dan nelayandengan
hasil telah berhasil menemukan korban dalam keadaan
selamat berjumlah 19 (sembilan belas) orang. Korban di
temukan pada koordinat 0104600N 09701600E.Korban
dievakuasi dan diserahkan kepada pihak keluarga korban
langsung.Operasi SAR ditutup pada tanggal 11 Agustusl
2015 pukul 11.15 WIB, semua unsur yang terlibat
dikembalikan ke kesatuan masing masing.

65

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN

Operasi SAR Musibah Kapal Boat Kayu Tenggelam di


Perairan Tg. Sauh (Selat Malaka) Sabak Berenam Selangor
Malaysia (03 s/d 10 September 2015)

Pada tanggal 03 September 2015 terjadi musibah pelayaran


pada Kantor SAR Medan. Berita diterima pada tanggal 03
September 2015 Pukul14.11WIB dari IDMCC Basarnas perihal
informasi kecelakaan Kapal Boat Kayu yang membawa WNI di
perairan Malaysia, Tim SAR berangkat menuju tempat kejadian
pada tanggal 03 September 2015 Pukul 10.30 Wib. Dilakukan
operasi SAR selama 8 (delapan) hari, dibantu oleh tim SAR
dari MRCC Putra Jaya (Malaysia), Distrik Navigasi I Belawan,
BMKG wilayah Sumut, BP3TKI Medan, Dinas Tenaga Kerja
Sumatera Utara, Dinas Kesehatan, Media/ Jurnalis, dan
masyarakat sekitar dengan hasil selamat 20 orang, meninggal
dunia 64 orang, dan hilang 16 orang. Korban ditemukan
berjumlah 25 orang pada koordinat 03 21.4 N- 10019.5 E ke
arah Pulau Jemur pada hari ketiga pencarian. seluruh korban
dievakuasi dan diserahkan ke keluarga korban melalui BP2TKI.
Operasi SAR ditutup pada tanggal 10 September 2015, pukul
17.30 Wib semua unsur yang terlibat dikembalikan ke kesatuan
masing-masing.

66

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN
Kecelakaan

Operasi SAR musibah Penerbangan Jatuhnya Pesawat

Penerbangan

Hercules C-130 milik TNI AU di Jl. Jamin Ginting


(Simalingkar) Medan

Pada tanggal 30 Juni 2015 terjadi musibah Penerbangan pada


Kantor SAR Medan. Berita diterima pada tanggal 30 Juni 2015
Pukul 12.05 WIB dari Intel Lanud Soewondo Medan. Perihal
Musibah Penerbangan jatuhnya Pesawat Hercules C-130 milik
TNI AU di Jl. Jamin Ginting (Simalingkar) Medan, tim SAR
berangkat menuju tempat kejadian pada tanggal 30 Juni
2015Pukul 12.20 WIB. Dilakukan operasi SAR selama 4 hari,
dibantu

oleh

tim

SAR

dari

Lanud

Suwondo

Medan,

Pangkohanudnas Medan, Paskhas Medan, Lanal Belawan,


Marinir Belawan, Kodam 1 BB Sumut, Polda Sumut, Brimob
Sumut, Bpbd Sumut, DVI Polri, Dinas Kesehatan Sumut, DP2K
Sumut, Dinas Perhubungan Sumut, Dinas Sosial Sumut, PMI
Sumut, dan masyarakat sekitar dengan hasil meninggal dunia
150 orang. Seluruh Korban dievakuasi menuju Rumah Sakit
Pusat Adam Malik Medan. Operasi SAR ditutup pada tanggal
03 Juli 2015 pukul 18.00 WIB, semua unsur yang terlibat
dikembalikan ke kesatuan masing-masing.

67

JENIS
KECELAKAAN

KEJADIAN KECELAKAAN
Operasi SAR Kecelakaan Pesawat Aviastar PK-BRM Flight
MV 7503 Rute Masamba-Makassar

Pada tanggal 2 Oktober 2015 terjadi musibah penerbangan.


Berita diterima pada tanggal 2 Oktober 2015 pukul 16.00 dari
Bpk. Gatot Basuki (ATC Operasional Koordinator), perihal
pesawat Aviastar PK_BRM Flight MV-7503 Rute Masamba
Makassar mengalami Lost Contak 11 menit setelah take off dari
bandara Andi Jemma Masamba. Tim SAR Pos SAR Bone
berangkat menuju tempat kejadian pada tanggal 2 Oktober
2015 pukul 19.30. Dilakukan operasi SAR selama 5 hari,
dibantu oleh timSAR gabungan dan masyarakat sekitar dengan
hasil, meninggal dunia 10 orang. Seluruh korban dievakuasi
menuju ke dusun Gamaru. Operasi SAR ditutup pada tanggal 6
Oktober 2015 pukul 20.00, semua unsur yang terlibat
dikembalikan ke kesatuan masing-masing.

68

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN
Bencana

Evakuasi Korban Tanah Longsor Di Kab. Yalimo Prov.


PapuaTanggal31 Agustus 2015 S.D 02 September 2015

Pada hari Rabu tanggal 26Agustus 2015 jam 08.00


WIT Tim SAR yang

sedang siaga di Kantor SAR

Jayapura

informasi

menerima

Mabel(082399533733)Kalak

dari

BPBD

Bpk.
Kab.

Yahya
Yalimo,

bahwa telah terjadi tanah longsor di Kab. Yalimo


Papua.
-

Pada pukul 08.20 WIT anggota Rescue Kantor SAR


Jayapura melakukan pengecekan kebenaran kejadian
dengan konfirmasi kepada Bpk. Yahya Mabel Kalak
BPBD Kab Yalimo, dan masyarakat setempat serta
melakukan persiapan peralatan dan sarana Operasi
SAR.Sesuai arahan Kepala Kantor SAR Jayapura,
berdasarkan petunjuk Deputi Operasi Basarnas bahwa
pergerakan personil ke lokasi kejadian setelah ada
permintaan dari BPBD Kab. Yalimo Papua.

Padahari Senintanggal 31 Agustus 2015, pukul08.00


WIT dilaksanakan briefing SMC dan Tim Rescuer
Kantor SAR Jayapura.

Pada hari Selasa tanggal01September 2015, pukul


06.00 WIT terima info via HP, bahwa Tim bergerak
menuju lokasi longsor.

Pada hari Rabu tanggal 02September 2015, pukul


06.00 WIT Tim SAR melakukan koordinasi dengan
69

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN

Kepala Dinas Kesejahteraan dan Sosial Kab. Yalimo,


Kepala BPBD Kab. Yalimo, Assisten 1 (satu) Pemda
Kab. Yalimo, keluarga korban serta pihak terkait dan
juga

kondisi medan dan sarana bantu yang tidak

mendukung

proses

pencarian

maka

Operasi

SARdihentikan.Pada TW 0902 1246 I Tim SAR


berjumlah 6 orang diberangkatkan dari Yalimo menuju
Bandara Sentani menggunakan Pesawat Caravan
milik AMA C/S PK-RCA, tiba di Bandara Sentani pada
TW 0902 1331 I.
-

Pada tanggal 02September 2015 jam 15.00 WIT


Operasi

SAR

terhadap

Korban

Tanah

Longsordinyatakan selesai dan ditutup dengan hasil


nihil. Seluruh Tim SAR yang terlibat kembali ke base
masing-masing.
Operasi SAR Bencana Banjir Di GidoKab. Nias (15 S/D
16 Sep 2015)

Pada tanggal 15 September 2015 terjadi musibah


bencana banjir pada Pos SAR Nias. Berita diterima pada
tanggal 15 September 2015 Pukul 19.50 WIB dari Bapak
Hundraha perihal informasi Bencana banjir di Gido Kab.
Nias, Tim SAR berangkat menuju tempat kejadian pada
tanggal 15 September 2015 Pukul 20.00 Wib. Dilakukan
operasi SAR selama 2 (dua) hari, dibantu oleh tim SAR

70

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN

dari Kapolres dan Polres Nias, Kodim 0213 Nias, BPBD


Nias, Camat Gidodan masyarakat sekitar dengan hasil 52
orang

selamat.

korbanditemukan

pada

koordinat

010658 N 0974339E. seluruh korban dievakuasi


menuju Posko SAR. Operasi SAR ditutup pada tanggal 16
September 2015, pukul 07.20 Wib semua unsur yang
terlibat dikembalikan ke kesatuan masing-masing.

Kecelakaan

OperasiSAR musibah orang terbawa arus Sungai

Lain-lain

Asahan Tanjung Balai(22 s/d 23 Maret 2015)

Pada tanggal 22 Maret 2015telah terjadi musibah lainnya


orang hanyut terbawa arus pada Pos SAR Tg.Balai
Asahan. Berita diterima pada tanggal 22 Maret 2015
pukul 14.35 WIB dari Bapak Ambon (wartawan media
Metro 24), perihal orang terbawa arus Sungai Asahan
Tanjung Balai Asahan, Tim SAR Pos SAR Tg.Balai
Asahan berangkat menuju tempat kejadian pada tanggal
22 Maret 2015 pukul 15.00 WIB . Dilakukan Operasi
SAR selama 2 hari, dibantu oleh Polisi Tg.Balai, BPBD Tg
Balai, nelayan dan masyarakat sekitar dengan hasil telah
berhasil menemukan korban dalam keadaan meninggal
dunia berjumlah satu orang. Korban di temukan pada

71

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN

koordinat 025857.68 N 0994807.38 E. Korban


dievakuasi dan diserahkan kepada pihak keluarga korban
langsung.Operasi SAR ditutup pada tanggal 23 Maret
2015 pukul 14.55 WIB, semua unsur yang terlibat
dikembalikan ke kesatuan masing masing
Operasi SAR musibah orang hilang di dalam Gua
Afulu

Fadaorositoluhili

Kecamatan

Lahewa

Kabupaten Nias Utara (14 April 2015)

Pada tanggal 13 April 2015 telah terjadi musibah lainnya


orang hilang di dalam guapada Pos SAR Nias. Berita
diterima pada tanggal 14 April 2015 pukul 08.10 WIB dari
Bapak A. Hulu (Kepala Unit Reskrim Polsek Lahewa),
perihal orang hilang di dalam Gua Afulu Fadaorositoluhili
Kecamatan Lahewa Kabupaten Nias Utara, Tim SAR Pos
SAR Nias berangkat menuju tempat kejadian pada
tanggal 14 April

2015 pukul 08.30

WIB . Dilakukan

Operasi SAR selama 1 hari, dibantu oleh Polsek Lahewa,


Koramil

Lahewa,

masyarakat

Aparat

sekitar

DesaFadaorositoluhilidan

dengan

hasil

telah

berhasil

menemukan korban dalam keadaan meninggal dunia


berjumlah 3 (tiga) orang. Korban di temukan pada
koordinat 01o2330 N 097o1047 E.Korban dievakuasi
dan

diserahkan

kepada

pihak

keluarga

korban

langsung.Operasi SAR ditutup pada tanggal 14 April

72

JENIS

KEJADIAN KECELAKAAN

KECELAKAAN

2015 pukul 17.35 WIB, semua unsur yang terlibat


dikembalikan ke kesatuan masing masing

III.4.

Realisasi Anggaran
Dalam rangka mencapai sasaran strategis Basarnas, pada Tahun

Anggaran 2015 telah dianggarkan pendanaan APBN melalui Daftar Isian


Pelaksanaan

Anggaran

Rp.2.620.043.625.000,-

(DIPA)

dengan

Sedangkan

total

anggaran

terealisasi

sebesar
sebesar

Rp.2.520.119.001.442,- atau sebesar 96,19%.


Tabel 3.12.

Sasaran Strategis
Meningkatnya pelayanan
dalam penyelenggaraan
operasi SAR

Keberhasilan evakuasi
korban pada operasi SAR

Akuntabilitas Keuangan Basarnas Tahun 2015

Indikator kinerja Sasaran


Rata-rata response time pada
penanganan kecelakaan
pelayaran
Rata-rata response time pada
penanganan kecelakaan
penerbangan
Rata-rata response time pada
penanganan bencana
Rata-rata response time pada
penanganan kecelakaan lain-lain
Persentase jumlah korban
terselamatkan dalam
penyelenggaraan operasi SAR
Persentase jumlah korban yang
ditemukan dalam
penyelenggaraan operasi SAR

Pagu (Rp)

Realisasi (Rp)

2.620.043.625.000

2.520.119.001.442

73

III.5.

Capaian Kinerja Sesuai dengan RPJMN dan Renstra Basarnas


Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,


Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) merupakan tahapan
pencapaian visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025. RPJPN 2005-2025 secara garis besar memberikan
pedoman dan arah pembangunan dalam visi dan misi untuk periode 20
tahun ke depan, untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia seperti tercantum dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945, dan merupakam acuan
dari setiap tahap RPJMN yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
RPJMN merumuskan permasalahan, sasaran serta arah kebijakan
pembangunan yang akan diambil oleh bangsa ini dalam kurun waktu 5
tahun ke depan. Dengan demikian, RPJMN 2010-2014 ini merupakan
pedoman bagi seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, masyarakat
dan dunia usaha, dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional secara
sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi.
Penerapan dalam perencanaan jangka menengah (RPJMN)
menghendaki adanya perumusan permasalahan, sasaran serta arah
kebijakan pembangunan untuk menyelesaikan permasalahan bangsa
dalam periode jangka menengah dengan sistematis dan terstruktur.
Sehingga kebijakan pembangunan yang dirancang dapat terukur kinerja
pelaksanaannya dan terjamin keberhasilan pencapaiannya.
Perumusan
pencapaian

indikator

sasaran

dari

kinerja
setiap

untuk
tahap

mengukur
kebijakan

keberhasilan
pembangunan

merupakan bagian yang penting dalam perumusan RPJMN 2015-2019.


Keberhasilan pencapaian sasaran pada setiap tingkatan dapat diukur
dengan

menggunakan

indikator

kinerja

dan

target-target

yang

direncanakan. Melalui monitoring dan evaluasi kinerja pelaksanaan


pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi
masukan bagi proses perencanaan dalam periode berikutnya.

74

Menindaklanjuti hal tersebut, maka perumusan indikator kinerja


Basarnas

telah

tercantum

dalam

rencana

pembangunan

jangka

menengah Basarnas/ Rencana Strategis Basarnas 2015-2019, sebagai


berikut :
Tabel 3.13. Indikator Kinerja Basarnas Tahun 2015-2019

No

Sasaran Strategis

Target
Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Utama (IKU):


Kecepatan tanggap pada operasi SAR dalam penanganan
kecelakan
1.
Meningkatnya pelayanan
Rata-rata response time
operasi SAR
pada penanganan
kecelakaan pelayaran
Rata-rata response time
pada penanganan
kecelakaan penerbangan

Tercapainya keberhasilan
penyelamatan korban
dalam pelaksanaan operasi
SAR

2016

2017

2018

2019

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

Rata-rata response time


pada penanganan bencana

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

Rata-rata response time


pada penanganan
kecelakaan lain-lain

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

30
menit

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

Indikator Kinerja Utama (IKU):


Keberhasilan Evakuasi korban pada operasi SAR
2.

2015

Persentase jumlah korban


terselamatkan dalam
pelaksanaan operasi SAR
Persentase jumlah korban
terselamatkan dalam
pelaksanaan operasi SAR

75

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kinerja sesuai perumusan indikator kinerja Basarnas yang telah tercantum dalam
rencana pembangunan jangka menengah Basarnas/ Rencana Strategis Basarnas 2015-2019, maka capaian target adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.14. Capaian Indikator Kinerja Basarnas Tahun 2015-2019

2015
NO.

1.

INDIKATOR
KINERJA
UTAMA (IKU)

SASARAN
STRATEGIS

Kecepatan
tanggap pada
operasi SAR
dalam
penanganan
kecelakaan
Meningkatnya
pelayanan dalam
penyelenggaraan
operasi SAR

2.

Keberhasilan
evakuasi
korban pada
operasi SAR

2016

2017

2018

2019

INDIKATOR
KINERJA

Rata-rata
response time
pada
penanganan
kecelakaan
pelayaran
Rata-rata
response time
pada
penanganan
kecelakaan
penerbangan
Rata-rata
response time
pada
penanganan
bencana
Rata-rata
response time
pada
penanganan
kecelakaan
lain-lain

Target

Realisasi

Capaian

Target

Realisasi

Capaian

Target

Realisasi

Capaian

Target

Realisasi

Capaian

Target

30 menit

26.09
menit

113.03%

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

34.83
menit

83.90%

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

15.27
menit

149.1%

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

21.47
menit

128.43%

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

32.80
menit

90.67%

30 menit

30 menit

30 menit

30 menit

100%

95.34%

95.34%

100%

100%

100%

100%

Realisasi

76

Capaian

2015
NO.

INDIKATOR
KINERJA
UTAMA (IKU)

SASARAN
STRATEGIS

Tercapainya
keberhasilan
penyelamatan
korban dalam
pelaksanaan
operasi SAR

2016

2017

2018

2019

INDIKATOR
KINERJA

Persentase
jumlah korban
terselamatkan
dalam
penyelenggar
aan operasi
SAR
Persentase
jumlah korban
yang
ditemukan
dalam
penyelenggar
aan operasi
SAR

Target

Realisasi

Capaian

Target

Realisasi

Capaian

Target

Realisasi

Capaian

Target

Realisasi

Capaian

Target

100%

80.49%.

80.48%

100%

100%

100%

100%

100%

95.34%

95.34%

100%

100%

100%

100%

Realisasi

77

Capaian

BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Secara garis besar tingkat capaian kinerja Badan SAR Nasional
Tahun 2015 dapat dikatakan baik karena telah memenuhi target. Laporan
Kinerja Badan SAR Nasional

Tahun 2015 ini diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, laporan ini


merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas Badan SAR Nasional.
Tugas pelayanan SAR yang diemban oleh Badan SAR Nasional
telah dilaksanakan dengan baik pada Tahun Anggaran 2015, hal ini tidak
terlepas dari dukungan dan kerja sama dengan unsur-unsur lainnya baik
di lingkungan Badan SAR Nasional maupun seluruh instansi/organisasi
potensi SAR. Kerja sama yang telah terjalin dengan baik ini
dapat

diharapkan

lebih ditingkatkan lagi sehingga kinerja Badan SAR Nasional

secara keseluruhan dapat berlangsung secara maksimal.


Kiranya Laporan KinerjaTahun 2015 ini dapat memenuhi kewajiban
akuntabilitas dan sekaligus menjadi sumber informasi dalam pengambilan
keputusan guna peningkatan kinerja bagi Badan SAR Nasional, Laporan
Kinerjaini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan penting dalam
penyusunan dan implementasi : rencana kerja, rencana kinerja, rencana
anggaran dan rencana strategis dimasa yang akan datang. Badan SAR
Nasional akan melakukan berbagai langkah untuk lebih menyempurnakan
laporan ini agar terwujud transparansi dan akuntabilitas yang kita ingin
wujudkan bersama.
IV.2. Upaya Perbaikan
Suatu operasi SAR dinilai berhasil, efektif dan efisien, apabila
dipenuhinya persyaratan, yaitu cepat menanggapi informasi kecelakaan
yang diterima, tepat menentukan lokasi kecelakaan, segera mengambil
langkah

pertolongan

meminimalkan

jumlah

dan

berhasil

korban.

melakukan

Keberhasilan

pertolongan

kinerja

operasi

serta
SAR

78

ditentukan oleh kecepatan, ketepatan dan kompetensi personil SAR yang


mampu dan terampil.
Salah

satu

tugas

dan

tanggung

jawab

Basarnas

adalah

melaksanakan siaga SAR 24 jam yang meliputi siaga rescuer, siaga


komunikasi, siaga ABK dan siaga kepala jaga harian (Kajahar).
Kecukupan personil siaga terutama siaga rescuer berpengaruh pada
keberhasilan operasi SAR yang efektif dan efisien.
Upaya perbaikan ke depan untuk mewujudkan keberhasilan operasi
SAR adalah dengan mengajukan penambahan personil untuk tingkat
rescuer kepada Kementerian PAN & RB.

79

Sumber : http://blogs.wsj.com/indonesiarealtime/2014/12/28/indonesias-search-and-rescuecapabilities-honed-by-experience/

Indonesias Search-and-Rescue Capabilities Honed by Experience

A Changi Airport staff holds up a sign to direct possible next-of-kins of


passengers of AirAsia flight QZ 8501 from Indonesian city of Surabaya to
Singapore, at Changi Airport in Singapore December 28
Edgar Su/Reuters
Indonesia has one of the most sophisticated search-and-rescue capabilities
among Asian nations, in part because of its experience with past aircraft and
ferry accidents and a tricky geographic terrain that comprises about 18,000
islands, according to experts.
Bad weather had been reported along the flight path of the missing Indonesia
AirAsia plane that lost contact with air traffic control en route to Singapore from
Surabaya, Indonesia, Sunday morning. The jet, an Airbus A320-200, was
carrying 162 passengers and crew.
Indonesia has a lot of experience with disasters. One thing they are very good at
investigating accidents, said Greg Waldron, the Asia managing editor of industry
publication FlightGlobal.
Advertisement
Indonesian authorities should be able to quickly put search aircraft in the vicinity
of the last known location of the missing plane and launch a search operation
within hours, Mr. Waldron said.

However, those flying the search aircraft need to stay mindful of the bad weather,
which can reduce visibility and slow the operation, he said.
Indonesian investigators have deep links with agencies that investigate aviation
accidents world-wide, including the U.S. National Transportation Safety Board,
and any probe would be quite thorough, Mr. Waldron added.
A similar-sized jeta Boeing BA +1.06% 737-800operated by Lion Air,
Indonesias largest carrier, crashed into the sea on final approach into Bali on
April 13, 2013. Though nobody died in the crash, the Indonesian National
Transportation Safety Committee published a preliminary report in May of that
year.
The preliminary report on a Sukhoi Superjet 100 crash in May 2012 that killed 45
people while on a demonstration flight was issued that summer, in August.
Indonesia actually has unmanned sea vehicles that can navigate though rough
seas as well, said Mark Martin of Martin Consulting, an independent aviation
advisory firm. If the aircraft went down, Im certain that it would be traced quickly
and rescue efforts should be successful.
Mr. Martin said he expects that the planes crew would have been familiar flying
on the route and that for them, navigating around weather would be pretty
standard.
For the latest news and analysis,

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/12/30/195119726/Internasional.Puji.SAR.Indonesia.sebaga
i.Tim.Terbaik.di.Asia

Internasional Puji SAR Indonesia sebagai Tim Terbaik di Asia


Selasa, 30 Desember 2014 | 19:51 WIB

TRIBUN NEWS / DANY PERMANA Tim SAR membawa temuan barang dan serpihan
dalam operasi pencarian pesawat AirAsia QZ 8501, di Posko Utama Pencarian
Pesawat Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Selasa (30/12/2014).
Sejumlah barang dan jenazah sudah berhasil diangkat oleh tim SAR dari laut.
KOMPAS.com Dunia internasional memuji kemampuan tim SAR Indonesia yang
mampu menemukan AirAsia QZ8501 dengan cepat dan dianggap sebagai salah satu
timSARterbaikdidi Asia."Indonesia telah berpengalaman menghadapi bencana
sehingga mereka memiliki kemampuan yang sangat bagus dalam menginvestigasi
berbagai insiden," ujar Greg Waldron, editor majalah penerbangan FlightGlobal,
sebagaimana
dikutip
dari
Wall
Street
Journal,
Selasa
(30/12/2014).
Dari catatan dia, tim SAR Indonesia telah mampu menangani dengan baik berbagai
kecelakaan, seperti tenggelamnya kapal feri dan beberapa kecelakaan pesawat,
kendati menghadapi kondisi geografis yang cukup sulit. Waldron mengatakan, tim SAR
Indonesia sebenarnya mampu mencari pesawat di lokasi terakhir pesawat tersebut
melakukan komunikasi. Namun, karena kondisi cuaca yang buruk, hal itu urung
dilakukan. Investigator Indonesia (KNKT) juga telah memiliki hubungan yang erat
dengan berbagai lembaga internasional dalam menelisik berbagai insiden kecelakaan
pesawat. Lembaga itu salah satunya adalah National Transportation Safety Board
(NTSB) Amerika Serikat.
Sementara itu, Mark Martin, dari konsultan penerbangan independen, Martin
Consulting, menuturkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki kapal laut tanpa awak

yang mampu melacak keberadaan benda di bawah laut. "Jika ada pesawat yang
tenggelam di laut, saya yakin, pihak Indonesia bisa dengan cepat melacaknya dan
proses pencarian akan berhasil," kata dia. Martin juga menyarankan agar kru pesawat
juga dilatih untuk memahami kondisi perairan yang ada dalam rute penerbangan di
Indonesia dan memiliki kemampuan navigasi standar ketika dalam keadaan darurat.
CEO AirAsia Toni Fernandes malam ini juga mengapresiasi tim SAR yang dengan
cepat mampu menemukan posisi jatuhnya pesawat. "Kami sangat berterima kasih
kepada Basarnas yang dengan cepat menemukan korban. Saat ini, fokus kami
adalah bagaimana mengevakuasinya," tutur Fernandes.

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/12/dunia-menilai-tim-sar-indonesia-yangterbaik-di-asia

Dunia Menilai Tim SAR Indonesia yang Terbaik di Asia


Dunia internasional memuji kemampuan tim SAR Indonesia yang mampu
menemukan AirAsia QZ8501 dengan cepat.

Tim SAR memperlihatkan barang dan serpihan yang diambil dari Laut Jawa dalam
operasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501, di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah,
Selasa (30/12/2014). Sejumlah barang dan jenazah sudah berhasil diangkat oleh
tim SAR dari laut. (AFP PHOTO / BAY ISMOYO via Kompas.com)
Dunia internasional memuji kemampuan tim SAR Indonesia yang mampu
menemukan AirAsia QZ8501 dengan cepat, dan dianggap sebagai salah satu tim
SAR terbaik di di Asia.
"Indonesia telah berpengalaman menghadapi bencana, sehingga mereka memiliki
kemampuan yang sangat bagus dalam menginvestigasi berbagai insiden," ujar
Greg Waldron, editor majalah penerbangan FlightGlobal, sebagaimana dikutip dari
Wall Street Journal, Selasa (30/12).
Dari catatan dia, tim SAR Indonesia telah mampu menangani dengan baik berbagai
kecelakaan pesawat seperti tenggelamnya kapal ferry dan beberapa kecelakaan
pesawat, kendati menghadapi kondisi geografis yang cukup sulit.
Waldron mengatakan tim SAR Indonesia sebenarnya mampu mencari pesawat di
lokasi terakhir pesawat tersebut melakukan komunikasi. Namun, karena kondisi
cuaca yang buruk, hal itu urung dilakukan.

Investigator Indonesia (KNKT) juga telah memiliki hubungan yang erat dengan
berbagai lembaga internasional dalam menelisik berbagai insiden kecelakaan
pesawat. Lembaga itu salah satunya adalah National Transportation Safety Board
(NTSB) Amerika Serikat.
Sementara itu, Mark Martin dari konsultan penerbangan independen Martin
Consulting menuturkan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki kapal laut tanpa
awak yang mampu melacak keberadaan benda di bawah laut. "Jika ada pesawat
yang tenggelam di laut, saya yakin, pihak Indonesia bisa dengan cepat melacaknya
dan proses pencarian akan berhasil," kata dia.
Martin juga menyarankan agar kru pesawat juga dilatih untuk memahami kondisi
perairan yang ada dalam rute penerbangan di Indonesia, dan memiliki kemampuan
navigasi standar ketika dalam keadaan darurat.
CEO AirAsia Toni Fernandes malam ini juga mengapresiasi tim SAR yang dengan
cepat mampu menemukan posisi jatuh pesawat. "Kami sangat berterimakasih
kepada Basarnas yang dengan cepat menemukan korban. Saat ini fokus kami
adalah bagaimana mengevakuasinya," tutur Fernandes.
(Sumber: Kompas.com)

Penghargaan Laporan Kinerja Badan SAR Nasional

Anda mungkin juga menyukai