Anda di halaman 1dari 12

Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.

Gambar 1. Letak Sungsang


Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yaitu presentasi bokong murni (frank breech),
presentasi bokong kaki sempurna (completed breech presentation), presentasi bokong kaki
tidak sempurna (incompleted breech presentation) (Wiknjosastro, 2007).

Gambar 2. Jenis-jenis letak Sungsang

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada
pemeriksaan dalam hanya dapat diraba sakrum. Keadaan ini lebih sering dijumpai pada
primipara. Pada presentasi bokong kaki sempurna di samping sakrum dapat diraba kedua
kaki. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas, sakrum tidak teraba. Insiden terbanyak
letak sungsang terdapat pada usia kehamilan 28 minggu dan seiring dengan bertambahnya
usia kehamilan, insidens semakin berkurang. Biasanya terjadi koreksi spontan pada usia
kehamilan 34 minggu menjadi presentasi kepala (Wiknjosastro, 2002).
ETIOLOGI
Faktor faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah (Wiknjosastro, 2007)
1. Prematuritas
2. Multiparitas
Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
3. Kehamilan kembar
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Polihidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari
tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
6. Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
(kepala bayi akan sulit berputar kearah bawah)
7. Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan dinding
uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus.

8. Plasenta previa
9. Tali pusar pendek
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
kehamilan trimester terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih luas di daerah fundus uteri
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi
dengan adanya gangguan hubungan akomodasi janin dengan akomodasi uterus akibat faktor
faktor tersebut di atas, maka terjadilah kehamilan letak sungsang (Wiknjosastro, 2007).
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Seringkali wanita menyatakan lebih terasa penuh di sebelah atas dan gerakan terasa lebih
banyak di bagian bawah. Pada palpasi abdomen dengan menggunakan manuver Leopold I
ditemukan kepala pada fundus uteri. Leopold II ditemukan punggung pada salah satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain. Leopold III menunjukkan tidak
terjadinya engagement. Denyut jantung umumnya terdapat setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilicus (Wiknjosastro, 2007).
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, misalnya
karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam. Dari pemeriksaan dalam akan teraba
sakrum, kaki atau tuberositas iskii. Jika janin telah turun dan memasuki rongga pelvis
kemungkinan alat kelamin janin dapat diraba (Wiknjosastro, 2007).
Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat dipertimbangkan.
USG dapat menentukan ukuran kepala, diameter biparietal, derajat fleksi janin, adanya
anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya kehamilan ganda, abnormalitas
uterus, serta berat janin dan usia gestasi. Selain itu USG juga dapat untuk mencari

kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin. Sedangkan MRI merupakan jenis
pemeriksaan radiologis yang relatif tidak membahayakan untuk janin maupun ibu.
MEKANISME PERSALINAN
Indikasi yang tepat untuk dilakukannya seksio sesarea pada kehamilan sungsang antara
lain adalah plasenta previa, serta panggul sempit. Persalinan pervaginam dapat dilakukan
pada posisi bokong murni, janin dalam keadaan fleksi dan tidak ada tangan yang menjungkit,
usia kehamilan 36 42 minggu, panggul normal, tidak ada gawat janin, serta adanya ruang
operasi yang cepat tersedia dan operator yang terampil (Wiknjosastro, 2002).
Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau
miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu
bawah panggul garis panggul paha menempati diameter anteroposterior dan trokanter depan
berada di bawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga
trokanter belakang melewati perineum dan lahir seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang
memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau
miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu sehingga bahu depan berada di bawah simfisis
dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi
putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah
simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan
seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum (Wiknjosastro, 2002).

Gambar 3. Persalinan Letak Sungsang


PENATALAKSANAAN
A. Dalam kehamilan :
Mengingat resiko tinggi, sebaiknya persalinan letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila
pada pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya
diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin
masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah 38 minggu versi luar sulit untuk berhasil
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Kontraindikasi versi
luar diantaranya panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, kehamilan kembar,
plasenta previa (Cunningham, 2014).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus
dikeluarkan lebih dulu dari rongga panggul. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari

rongga panggul, usaha versi luar tidak ada gunanya. Selama versi dilakukan dan setelah versi
luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi, baik dengan NST maupun dengan
USG. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke
dalam rongga panggul.

Gambar 4. Versi luar pada letak sungsang


Versi luar dihentikan bila dijumpai keadaan adanya hambatan, nyeri, dan gangguan DJJ
baik berupa peningkatan atau penurunan yang nyata maupun berupa iregularitas sebagai
tanda fetal distress. Versi luar dapat mengalami kegagalan akibat jumlah air ketuban sedikit,
presentasi bokong murni (akibat pergeseran letak kaki saat diputar), kelainan bentuk uterus,
kontraksi otot perut berlebihan, kehamilan ganda dan tali pusat pendek. Resiko yang terjadi
akibat versi luar adalah persalinan prematur, ketuban pecah dini, solusio plasenta,
perdarahan, dan lilitan tali pusat (Cunningham, 2014).
B. Dalam persalinan :
Selama terjadi kemajuan pada persalinan dan tidak ada tanda tanda bahaya yang
mengancam janin, maka tidak diperlukan tindakan untuk mempercepat kelahiran janin.
Terdapat 3 tahap persalinan yaitu, tahap fase lambat dimulai dari lahirnya bokong sampai

pusar, lalu tahap fase cepat, dari pusar sampai mulut ( harus tercapai dalam waktu 8 menit) ,
dan tahap ketiga di mana kembali menjadi fase lambat, yaitu tahap lahirnya mulut sampai
kepala (Cunningham, 2014).
Setelah bokong lahir tidak boleh dilakukan tarikan pada bokong atau dorongan Kristeller,
karena kedua tindakan tersebut dapat menyebabkan kedua lengan menjungkit ke atas dan
kepala terdorong turun di antara lengan sehingga menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.
Pada saat kepala masuk rongga panggul, tali pusat tertekan di antara kepala janin dan
panggul ibu. Dengan demikian lahirnya bahu dan kepala tidak boleh memakan waktu terlalu
lama dan harus diusahakan supaya bayi sudah lahir seluruhnya dalam waktu 8 menit sesudah
umbilikus lahir, untuk mencegah kerusakan susunan saraf pusat akibat hipoksia janin. Setelah
umbilikus lahir, tali pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk mencegah teregangnya tali
pusat dan terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul (Cunningham, 2014).
Perasat perasat yang digunakan pada persalinan sungsang untuk melahirkan bahu,
lengan dan kepala (Cunningham, 2014) :
1. Perasat Bracht :
Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, kemudian
dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat laun bagian atas,
bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Penolong sama sekali tidak melakukan
tarikan dan hanya membantu proses persalinan sesuai mekanisme persalinan.

Gambar 5. Perasat Bracht


2. Perasat Klasik :

Lengan kiri janin dilahirkan dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan kanan janin
dengan tangan kanan penolong ; kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang. Bokong
dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, badan ditarik ke bawah sampai
ujung bawah skapula depan kelihatan di bawah simfisis. Kedua kaki janin dipegang dengan
tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas,
sehingga perut janin ke arah perut ibu, tangan penolong yang satu dimasukkan ke dalam jalan
lahir dengan menelusuri punggung janin menuju lengan belakang sampai fossa cubiti dan
lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan humerus.
Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua
tangan. Tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan supaya berada di belakang
dengan arah putaran sedemikian rupa sehingga punggung melewati simfisis, kemudian
lengan yang sudah berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.
3. Perasat Mueller :
Dengan kedua tangan berada pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke
bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis, kemudian lengan depan dikeluarkan
dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah itu
baru lengan belakang dilahirkan.

Gambar 6. Perasat Mller

4. Perasat Lovset :

Dasar pemikirannya adalah bahu belakang selalu lebih rendah dari bahu depan karena
lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan
lahir di bawah simfisis.
Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan
pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah skapula depan terlihat di
bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung
oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di depan dan tampak di bawah simfisis. Bahu
yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh
janin ke arah yang berlawanan sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat
dilahirkan dengan mudah.

Gambar 7. Perasat Lovset


5. Perasat Mauriceau :
Untuk melahirkan kepala. Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan
kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari
manis pada maksilla untuk mempertahankan kepala janin tetap pada keadaan fleksi. Tangan
kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di
sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput

atau batas rambut di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas sedangkan
tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala sehingga muka lahir melewati perineum
disusul bagian kepala yang lain.

Gambar 8. Perasat Mauriceau


Pada persalinan sungsang, bila dicurigai adanya kesempitan panggul sedangkan versi luar
tidak berhasil, maka tidak boleh dilakukan partus percobaan. Dalam keadaan ini mungkin
timbul kesulitan dalam melahirkan kepala.
PROGNOSIS
Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi daripada persalinan dengan
letak kepala. Sebab kematian utama adalah akibat prematuritas dan penanganan persalinan
yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tengkorak. Hipoksia
akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan panggul dapat menyebabkan lepasnya plasenta.
Kelahiran janin di atas 8 menit setelah umbilikus lahir dapat membahayakan janin. Di
samping itu bila janin bernapas sebelum hidung dan mulut lahir dapat menyebabkan
sumbatan jalan napas akibat terhisapnya mucus (Cunningham, 2014).
Laserasi jalan lahir dapat terjadi akibat dilatasi serta pendataran serviks yang tidak
sempurna, demikian juga perineum dapat mengalami robekan setelah kepala lahir. Pada janin
dapat terjadi bahaya fraktur klavikula, humerus dan femur.
Indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau per
abdominam menurut Zatuchi dan Andros (Cunningham, 2014) :

Paritas
Umur Kehamilan
Taksiran Berat Janin
Pernah Letak

0
Primi
>39 minggu
>3630 gram
Tidak

1
Multi
38 minggu
3629-3176 gram
1 kali

<37 minggu
<3176 gram
>2 kali

Sunsang (2500 gram)


Pembukaan Serviks
Station

<2 cm
<-3

3 cm
-2

>4 cm
-1 atau lebih rendah

Arti nilai : < 3


4

: persalinan per abdominam


: evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin. Bila nilai
tetap, dapat dilahirkan pervaginam.

>5

: dilahirkan pervaginam

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Wiknjosastro H et al. 2002. Ilmu kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Cunningham FG et al. 2014. William Obstetrics. 24th ed. Connecticut : Appleton &
Lange.

Anda mungkin juga menyukai