Sintesis Asam Asetat
Sintesis Asam Asetat
Oleh
Nama : Sumarlin
NIM : F1C1 07 028
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
Page 1
PENDAHULUAN
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16,7C. Asam asetat
merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat
mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Page 2
PRINSIP PEMBUATAN
Teknologi pembuatan asam asetat mungkin yang paling beragam dari
pembuatan semua bahan kimia organik industri. Ada beberapa teknik yang
digunakan dalam pembuatan asam asetat, diantaranya ialah; karbonilasi methanol,
sintesis gas metan, oksidasi asetaldehida, oksidasi etilena, oksidasi alkana, oksidatif
fermentasi, dan anaerob fermentasi. Karbonilisasi methanol merupakan teknik yang
umum digunakan dalam produksi industry asam asetat dan menjadi teknik penghasil
asam asetat lebih dari 65% dari kapasitas global. Dari asam asetat yang diproduksi
oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol.
Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.
1. Karbonilisasi methanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri
terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI CH3I + H2O
(2) CH3I + CO CH3COI
(3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI
Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam
produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan
bahan mentah komoditi. Proses karbonilisasi pertama yang melibatkan perubahan
metanol menjadi asam asetat dikomersialisasikan pada tahun 1960 oleh BASF. Pada
metode BASF ini digunakan katalis kobalt dengan promotor iodida dalam tekanan
yang sangat tinggi (600 atm) dan suhu tinggi (230 oC) menghasilkan asam asetat
Sintesis Senyawa Anorganik
Page 3
dengan tingkat selektivitas mencapai 90%. Pada tahun 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada
tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis
tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada tahun 1970, dan metode
karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi
metode produksi asam asetat paling dominan. Proses Monsanto berjalan pada
tekanan 30-60 atm dan temperatur 150-200C. Proses ini memberikan selektivitas
yakni lebih besar dari 99%. Pada era 1990'an, perusahan petrokimia British
Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh
ruthenium. Proses Monsanto dapat digantikan dengan proses Cativa, yang
merupakan proses serupa menggunakan katalis iridium. Proses Cativa sekarang lebih
banyak digunakan karena lebih ekonomis dan ramah lingkungan, sehingga
menggantikan proses Monsanto.
2. Sintesis gas metan
Asam asetat disintesis dari metana melalui dua tahap. Tahap pertama, gas
metan, bromina dalam bentuk hidrogen bromida (40 wt% HBr/H 2O) dan oksigen
direaksikan dengan menggunakan katalis Ru/SiO2 menghasilkan CH3Br dan CO.
Tahap kedua CH3Br dan CO direaksikan lagi dengan H 2O dengan bantuan katalis
RhCl3 menghasilkan asam asetat dan asam bromide. Mekanisme reaksinya dapat
ditunjukkan:
Page 4
3. Oksidasi asetaldehida
Page 5
dan formaldehida, yang semuanya memilki titik didih yang lebih rendah dari asam
asetat sehingga dapat dipisahkan dengan teknik destilasi.
4. Oksidasi alkana
Dalam metode ini asam asetat dibuat dari etilena dengan melalui proses Wacker
menghasilkan asetaldehida dan kemudian dioksidasi seperti dalam metode oksidasi
asetaldehida menghasilkan asam asetat. Teknik ini dikembangkan oleh perusahaan
kimia Showa Denko yang membuka pabrik etilen oksidasi di Oita, Jepang, pada
tahun 1997. Proses ini dikatalisis oleh paladium didukung katalis logam pada
heteropoly asam seperti asam tungstosilicic.
5. Oksidatif fermentasi
Dalam sejarah manusia, asam asetat dalam bentuk cuka, telah dibuat melalui
metode fermentasi dengan bantuan bakteri asam asetat dari genus Acetobacter.
Dengan membutuhkan sedikit oksigen, bakteri ini dapat menghasilkan cuka dari
berbagai bahan makanan beralkohol. Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan
makanan termasuk apel, anggur, dan fermentasi biji-bijian, gandum, beras, atau
kentang mashes. Reaksi kimia keseluruhan difasilitasi oleh bakteri ini adalah:
C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O
Sebuah larutan alkohol dimasukan dalam reaktor dehodrogenasi dan
diinokulasi dengan Acetobacter sehingga dalam beberapa bulan kemudian akan
menjadi cuka. Dalam industry, proses pembuatan cuka akan berlangsung cepat
dengan meningkatkan pasokan oksigen ke bakteri.
6. Anaerob fermentasi
Metode ini menggunakan bakteri anaerob, termasuk anggota dari genus
Clostridium, yang dapat mengubah gula menjadi asam asetat secara langsung, tanpa
Sintesis Senyawa Anorganik
Page 6
Page 7
Page 8
CH3I + H2O
2. Penambahan katalis Rh (I) kompleks (d8 segi empat planar) ke dalam metil iodida
menghasilkan struktur baru koordinat 6 alkil rhodium (III) kompleks (d 6). CH3I +
[Rh-kompleks]
Sintesis Senyawa Anorganik
Page 9
Katalis ini sangat aktif sehingga akan memberikan reaksi dan distribusi produk
yang baik. Skema pembuatan dalam pabrik dapat dilihat seperti pada gambar berikut:
Proses yang terjadi ialah; pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor
dan direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan
konversi methanol menjadi metil iodide:
Page 10
Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]- (Gambar 2). Kemudian dengan cepat
CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks seperti pada gambar 3 pada
diagram reaksi berikut. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana
gas CO berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil
kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III) (Gambar 4).
Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH3COI mudah lepas.
Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium
yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm.
Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H2O menghasilkan
CH3COOH dan HI.
Page 11
Proses ini memiliki efisiensi yang tinggi hingga mencapai 100%, semua atom
dalam reaktan akan menjadi produk.
Meskipun metanol biasanya dibuat dari gas sintesis, yang dihasilkan dari
minyak, juga dapat dihasilkan dari biomassa (kayu), limbah kota dan limbah.
Page 12
Ini akhirnya dapat menyebabkan proses yang tidak lagi tergantung pada
minyak.
Rhodium dan bentuk garam iodida larut seperti RHI3, sehingga air konten
dalam tangki reaksi harus tetap relatif tinggi untuk mencegah hal ini.
Langkah terakhir distilasi diperlukan untuk menghapus air, menambah biaya
dan permintaan energi. Setiap terjadi hujan menghapus katalis, yang harus
kembali dan kembali ke reaktor utama.
CO2 + H2
Page 13
sebuah katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium. Penggunaan
iridium memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan
demikian dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang diperlukan, mengurangi
produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser . Selain itu, proses ini
memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses
Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.
Struktur katalis kompleks Ir[(CO)2I2] dapat dilihat seperti gambar beriktut:
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
Page 14
terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I - akan
keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO) 3I]
(gambar 3), struktuir ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi
berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas,
sehingga dengan adanya ion I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas
dari kompleks dan bereaksi dengan I- membentuk CH3COI. Senyawa CH3COI ini
kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH3COOH) dan asam halida (HI).
Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan
methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam
asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor
maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan
proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
Page 15
Proses ini lebih cepat dan lebih efektif, dan hanya membutuhkan katalis
dalam jumlah sedikit.
Pembahasan
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah
asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya
hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan
pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam
produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat
Sintesis Senyawa Anorganik
Page 16
digunakan sebagai pengatur keasaman. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur
ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
1. Tata Nama
Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan
merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata
Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam
etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat
yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas air membentuk
kristal mirip es pada 16.7C. Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat
singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus
asetil, CH3C(=O).
2.
Proses Pembuatan
Asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara fermentasi bakteri.
Saat ini, produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar 10% dari
produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan bahwa cuka
yang digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologiskarena lebih aman
bagi kesehatan. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75%
diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternatif. Total produksi asam asetat di seluruh dunia diperkirakan 5
Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya dihasilkan di Amerika Serikat. Produksi Eropa
sekitar 1 Mt/a dan 0,7 Mt/a dihasilkan di Jepang. Sekitar 1,5 Mt asam asetat
merupakan produk daur ulang setiap tahunnya, sehingga total pasar dunia menjadi
6,5 Mt/a. Dua produsen asam asetat terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals.
Page 17
Page 18
Memiliki titik leleh 62,06F (16.7C) dan mendidih pada 244,4F (118C), kerapatan
1,049g/mL pada 25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi,asam asetat
bersifat korosif, memiliki bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat
seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H + (proton), sehingga memberikan
sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira
sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Page 19
Nama alternatif
Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida
(AcOH)
Page 20
4.
Hidrogen asetat
Rumus molekul
CH3COOH
Massa molar
60.05 g/mol
Titik lebur
Titik didih
Penampilan
Keasaman (pKa)
senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai
bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
5.
Keamanan
Asam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan
penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata
permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Asam asetat pekat juga dapat terbakar
di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang
melebihi 39C (102F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di
udara (ambang ledakan: 5.4%-16%).
Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di
lemari asam karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada
cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah
berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada
sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.
Page 21
Daftar Pustaka
Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid
Iridium Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial
Process. BP Chemicals Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End,
Hull HU12 8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene,
or Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering,
University of California, Berkeley, CA 94720, USA
Roth J. F. The Production of Acetic Acid Rhodium Catalysed Carbonylation Of
Methanol. Monsanto Co., St. Louis, Missouri
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.
Page 22