Anda di halaman 1dari 3

PROSEDUR PENANGANAN PEMBACAAN

RESEP YANG TIDAK TERBACA OLEH


APOTEKER
No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Ditetapkan Oleh, Direktur Utama

PROSEDUR
TETAP FARMASI

Pengertian

Tujuan

1. Resep obat adalah permintaan tertulis dari seseorang


dokter kepada apoteker untuk memberikan obat yang
dikehendaki pasien.
2. Obat merupakan sediaan atau perpaduan bahanbahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan
patologi
dalam
rangka
penetapan
diagnosis,
pencegahan, kesehatan dan kontrasepsi ( Kebijakan
Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005 )
3. Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/X/1993
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
dan
berhak
melakukan
pekerjaan
kefarmasian di Indonesia.
1. Resep yang tidak terbaca atau kurang jelas
penulisannya dapat segera ditindaklanjuti.
2. Mendapat kejelasan dan penegasan dari Dokter
penulis resep, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pemberian obat kepada pasien.

Kebijakan
Prosedur
Penanganan
Pembacaan Resep
Yang tidak Terbaca
Oleh Apoteker

a. Resep yang diterima oleh petugas Apotek dilakukan


identifikasi kelengkapan resep yaitu :
Resep ditulis pada blanko lembar resep / Form
resep elektronik di system informasi dengan
kop RS. Unhas yang telah distempel bagian /
Unit Pelayanan tempat pasien dirawat/berobat.
Tulisan harus jelas dan dapat dibaca oleh
petugas di apotek.
Tidak menggunakan istilah dan singkatan

sehingga
mudah
dibaca
dan
tidak
disalahartikan.
Tanda R/ pada setiaap sediaan
Nama lengkap pasien dan hendaknya
dicantumkan juga alamatnya, guna
mengurangi
kesalahan/tertukar
memberikan obat bila pada suatu waktu
ada
dua
orang
yang
menunggu
resepnya dengan nama yang kebetulan
sama. (tanggal lahir atau umur, berat
badan pasien, nomor rekam medic,
nama dokter, tanggal penulisan resep
dan jumlah sediaan)
Mengisi kolom riwayat alergi pada kolom
yang telah disiapkan pada lembar resep
manual atau secara elektronik di system
informasi farmasi untuk memastikan
ada tidaknya riwayat alergi obat.
Untuk nama obat tunggal dan obat
kombinasi ditulis sesuai nama dalam
Formularium dilengkapi dengan bentuk
sediaan obat (contoh : injeksi, tablet,
kapsul,
salep),
seta
kekuatannya
(contoh : 500 mg atau 1 gram).
Tandatangan
atau
paraf
dari
dokter/dokter gigi/dokter hewan yang
menuliskan
resep
tersebut
yang
menjadikan suatu resep itu otentik.
Bila obat berupa racikan dituliskan
nama setiap jenis/bahan obat serta
jumlah bahan obat (untuk bahan padat :
microgram, milligram, gram dan untuk
cairan : tetes, mililiter, liter).
Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute
pemberian) ditulis dengan jelas. Untuk
aturan pakai jika perlu atau p.r.n atau
pro re nata harus dituliskan dosis
maksimal dalam sehari.
Resep obat dari golongan Narkotika dan
Psikotropika harus dibubuhi tanda
tangan lengkap, alamat dan nomor
telepon yang dapat dihubungi dari
dokter yang menuliskan resep.
Bila ada yang kurang jelas tentang
penulisan resep oleh dokter, petugas
apotek menelpon ke perawat atau
residence dibagian pasien perawat.
b. Apoteker mengirim dan perawat mengkonfirmasi

langsung kebenaran penulisan kepada Kepala


Instalasi.
c. Apoteker harus membaca histori penyakit pasien.
d. Jika dokter tidak dapat dihubungi maka dapat
menghubungi Kepala Instalasi dan meneruskan ke
Kepala SMF.
e. Apabila sudah mendapat kejelasan dari dokter, maka
perawat secepatnya mengembalikan resep ke
Instalasi Farmasi untuk segera dilayani dan disiapkan
resepnya.

Unit Terkait

Dokumen Terkait

1.
2.
3.
4.

Instalasi Farmasi
Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Inap
IGD, OK, ICU

Lembar resep yang dibubuhi Stempel (TBAK)

Anda mungkin juga menyukai