Anda di halaman 1dari 21

BAB I

INTEGRAL TENTU

Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar integral.
2. Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar integral untuk menyelesaikan
masalah teknik sipil.

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Mahasiswa mampu menghitung integral tentu dari fungsi-fungsi dasar dengan
menggunakan sifat-sifat integral tentu.
2. Mahasiswa mampu menghitung integral fungsi trigonometri, fungsi pecahan
rasional, dan pengintegralan parsial.
3. Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pada penerapan integral untuk luas
daerah, volume benda putar, dan penentuan pusat massa.

1.1 Pendahuluan
Pembahasan integral pada bab ini mencakup sifat-sifat integral tentu, teknik pengintegralan, dan
penerapan integral dalam beberapa masalah teknik mesin.
Pembahasan dilakukan hanya pada penghitungan praktis bidang teknik. Misalnya, pada subbab
tentang sifat-sifat integral tentu tidak dijelaskan dengan terinci persyaratan secara matematis dari
sebuah sifat integral tentu, tetapi diasumsikan bahwa sifat ini selalu dapat digunakan.

1.2 Sifat-sifat Integral Tentu


Integral tentu adalah integral yang memiliki batas (atas dan bawah). Sifat-sifat pada integral
tentu sangat membantu penghitungan integral sehingga langkah-langkah penghitungannya
menjadi lebih pendek. Sifat-sifat integral tentu yang sering digunakan dalam masalah-masalah
teknik yaitu
1. Jika a konstanta, berlaku
contoh 1:
2. Untuk

( )

maupun

Contoh 2:

, berlaku

( )

( )

( )

3. Sifat penambahan selang, yaitu

( )

( )

bagaimanapun urutan a, b, dan c.


Contoh 3:

4. Pendiferensialan suatu integral tentu. Jika x variabel di dalam selang [

[ ( )

], berlaku

( )

Contoh 4:

.
5. Nilai rata-rata di dalam integral. Jika c sebuah bilangan di dalam selang [
berlaku
( )

( )

dengan ( ) adalah nilai rata-rata fungsi ( ) pada interval [


Contoh 5: Nilai rata-rata fungsi ( )

+
(

6. Definisi:
f(x) fungsi genap jika dan hanya jika (
f(x) fungsi ganjil jika dan hanya jika (
Teorema Simetri:
Jika f(x) fungsi genap, berlaku

( )

Jika f(x) fungsi ganjil, berlaku

( )

pada interval [-1, 2] adalah

Contoh 6: Karena ( )

],

)
)

( )
( )

.
.

( )

merupakan fungsi genap, berlaku

Contoh 7: Karena ( )

merupakan fungsi ganjil, berlaku

7. Teorema Periodik:
( )

Jika f(x) fungsi periodik dengan periode p, berlaku


Contoh 8: Karena ( )

( )

adalah fungsi periodik dengan periode

Latihan 1
( )

Andaikan
1.

( )

( )

( )

6.

[ ( )

( )]

( )]

( )

( )

8. [

( )

9.

Carilah

( )
( )

( )

( )

hitunglah!

7. [

( )

10.

( )

( )

( )

( )

( ) jika

11.

( )

13.

( )

15.
17.

12.

( )

14.

( )

( )

16.

( )

( )

1.3 Teknik Pengintegralan

Tabel 1
No

Rumus Integral

1.

2.

3.

| |

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Rumus-Rumus Integral

| |

| |

| |
)

( )
| |

1.3.1 Penggunaan Rumus Dasar Integral


Contoh 1 : Hitunglah
Misalnya

, sehingga

| |

Contoh 2 :

Contoh 3 :

| |

Contoh 4 :

| |

Contoh 5 :

| |

)
| |

1.3.2 Integral Fungsi Pecahan Rasional


Definisi:
Sebuah fungsi rasional merupakan hasilbagi dua fungsi suku banyak, sehingga dapat ditulis
sebagai

( )
( )

Jika derajat p(x) kurang dari derajat q(x), fungsi ini disebut fungsi rasional sejati. Sebaliknya,
jika derajat p(x) sama atau lebih dari derajat q(x), fungsi ini disebut fungsi rasional tidak sejati.
Fungsi rasional tidak sejati selalu dapat ditulis sebagai jumlah fungsi suku banyak dan fungsi
rasional sejati. Misalnya,
( )

Fungsi suku banyak mudah diintegralkan, sedangkan fungsi rasional sejati sekalipun tidak selalu
mudah, namun secara teori selalu dapat diintegralkan.
Contoh 1 (Faktor Linear Berbeda):

Fungsi integran (fungsi yang diintegralkan) dipecah menjadi fungsi-fungsi rasional dengan
pembagi linear sebagai berikut
(
(

maka

).

Dengan pemisalan

dan

maka diperoleh

Jadi,

Contoh 2 (Faktor Linear Berulang):

Fungsi integran dipecah menjadi fungsi-fungsi rasional sebagai berikut


(
Jadi,

. Dengan pemisalan

)
dan

(
(

)
)
maka diperoleh

Jadi,

Contoh 3 (Faktor Kuadrat):

Fungsi integran dipecah menjadi fungsi-fungsi rasional sebagai berikut


(
(
(

Jadi,
diperoleh

) .
Jadi,

)
)

Dengan pemisalan

| |

dan

Contoh 4 (Faktor Kuadrat Berulang):

Fungsi integran dipecah menjadi fungsi-fungsi rasional sebagai berikut


(
(

)
(

Jadi,

)(

)
.

diperoleh

)(
(

)
)

Dengan pemisalan
Jadi,

dan

Contoh 5 (Derajat pembilang sama atau lebih besar dari derajat penyebut):

Fungsi integran disederhanakan dengan melakukan pembagian terlebih dulu karena fungsi ini
merupakan fungsi rasional tidak sejati (derajat polinom pembilang dan penyebutnya sama).
Hasil pembagiannya adalah

Jadi,

1.3.3 Integral Parsial


Teknik pengintegralan yang terakhir dan jarang ditemui adalah pengintegralan parsial.
Rumusnya adalah

Contoh 1: Hitunglah
Misalnya

Menurut rumus (1.1)

Contoh 2: Hitunglah
Misalnya

Menurut rumus (1.1)

Untuk menyelesaikan

, digunakan pengintegralan parsial lagi, yaitu

misalnya

Menurut rumus (1.1)

. Jadi,

Dengan demikian,

Latihan 2
Hitunglah!

8.

9.

10.

)(

1.4 Penerapan Integral


Penerapan integral pada subbab ini mencakup luas daerah, volume benda putar, dan pusat
massa. Penghitungan integral pada pusat massa memiliki kesamaan dengan luas daerah maupun
volume benda putar. Oleh karena itu, pemahaman pada bahasan luas daerah akan membantu
pada bahasan volume benda putar dan pusat massa.

1.4.1 Luas Daerah Bidang Rata


Terdapat dua cara menghitung luas daerah bidang rata ini, yaitu dengan mempartisi daerah
secara vertikal atau secara horisontal. Jika mempartisi secara vertikal, bentuk integralnya dalam
dx dan mempartisi secara horisontal bentuk integralnya dy. Sebuah daerah yang dibatasi oleh
kurva pertama di bagian atas dan kurva kedua di bagian bawah akan lebih mudah jika
diselesaiakan dengan cara mempartisi secara vertikal. Demikian juga untuk daerah yang dibatasi
oleh kurva pertama di sebelah kanan dan kurva kedua di sebelah kiri lebih mudah diselesaikan
dengan cara mempartisi secara horisontal.
y
xi

y = f(x)

f(xi)-g(xi)

y = g(x)

xi
G.1 Penghitungan Luas dengan Partisi Vertikal

Pada gambar G.1 diperlihatkan sebuah daerah yang dibatasi oleh kurva f(x) di bagian atas dan
kurva g(x) di bagian bawah, sedangkan sebelah kiri dibatasi oleh garis x = a dan sebelah kanan
dibatasi oleh garis x = b. Karena kurva yang membatasinya di bagian atas dan bawah, digunakan
cara yang pertama, yaitu mempartisi secara vertikal.
Daerah yang berwarna gelap adalah partisi ke-i. Misalnya daerah yang dibatasi oleh kurva f(x),
kurva g(x), garis x = a, dan garis x = b disebut L. Maka, luas partisi ke-i adalah
sehingga

Jika

( ( )

( ))

. Jadi,
( ( )

( ))

( ( )

( ))

Contoh 1. Tentukan luas daerah bidang rata yang dibatasi oleh kurva dengan persamaan
, sumbu x, garis x = -1, dan garis x = 2!

x=2

xi

y=

-1

-y

xi

G.2 Contoh Penggunaan Partisi Vertikal

Berdasarkan gambar G.2, penghitungan luas daerah digunakan cara pertama yaitu mempartisi
secara vertikal. Penghitungannya dibagi dua bagian berdasarkan perbedaan rumus luas partisi,
yaitu bagian pertama luas daerah pada nilai x antara
dan bagian kedua luas daerah
pada
. Bagian pertama, luas partisinya adalah yx dan bagian kedua, luas partisinya
adalah - yx. Jadi, luas seluruh daerah di atas adalah
)

Contoh 2. Tentukan luas daerah bidang rata yang dibatasi oleh kurva dengan persamaan
dan
!
Sketsa daerah ini pada bidang xy, sebagai berikut
y
y2 =
xi

y1 y2

x
y1 =

G.3 Contoh Penggunaan Partisi Vertikal

Titik potong kedua kurva di titik (0, 0) dan titik (1, 1). Jadi, batas integralnya adalah 0 dan 1.
Berdasarkan gambar G.3 penghitungan luas daerah digunakan cara pertama yaitu mempartisi
secara vertikal, dengan 1uas partisi (y1 y2) x sehingga luas seluruh daerah di atas adalah
)

Contoh 3. Tentukan luas daerah bidang rata yang dibatasi oleh kurva dengan persamaan
dan
!
y

x1 x2
yi

G.4 Contoh Penggunaan Partisi Horisontal

Titik potong kedua kurva di titik (1/4, -1) dan titik (4, 4). Pada gambar G.4, penghitungan luas
daerah digunakan cara kedua yaitu mempartisi secara horisontal sehingga batas integralnya
adalah -1 dan 4. Luas partisinya adalah (x1 x2) y sehingga luas seluruh daerah di atas adalah
)

Latihan 3. Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva di bawah ini!
1.

3.
5.

, dan

, dan sumbu x
dan

2.

, dan

4.
6.

, dan
|

|,

.
,

, dan sb y

7.

| dan

1.4.2 Volume Benda Putar


Terdapat tiga bagian bahasan dalam subbab ini, yaitu metode cakram, metode cincin, dan
metode kulit tabung. Seperti ketika menghitung luas daerah, menghitung volume juga
menggunakan pendekatan partisi. Untuk bagian pertama dan kedua digunakan pendekatan
rumus volume tabung atau cakram sebagai berikut.
( )

( ) adalah luas penampang benda pada partisi ke-i dan


adalah lebar partisi ke-i. Jika
sebelah kiri dibatasi oleh garis x = a dan sebelah kanan dibatasi oleh garis x = b dan
,
diperoleh
( )

( )

Rumus di atas diperoleh jika mempartisi secara vertikal.


horisontal maka bentuk integralnya dalam dy.

Namun jika mempartisi secara

a. Metode Cakram
Contoh 1.
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah R yang dibatasi oleh kurva
sumbu x, dan garis x = 4 jika R diputar mengelilingi sumbu x !
Sketsa daerah R pada bidang xy, sebagai berikut
y

xi

4
G.5 Daerah R

Daerah R diputar mengelilingi sumbu x, diperoleh benda putar

x
G.6 Daerah R diputar mengelilingi sumbu x

Gambar G.5 menunjukan daerah dengan sebuah jalur pemotongan (partisi). Jika daerah ini
diputar mengelilingi sumbu x, daerah ini membentuk sebuah benda putar (gambar G.6) dan jalur
ini membentuk sebuah cakram yang volumenya didekati (diaproksimasi) oleh volume tabung
dengan tinggi tabung
dan jari-jari alas tabung . Jadi, volume tabung ini adalah
( )
Jika volume tabung-tabung ini dijumlahkan dan diintegralkan, diperoleh volume
benda putar

Contoh 2.
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah D yang dibatasi oleh kurva
sumbu y, dan garis y = 3 diputar mengelilingi sumbu y !
y = x3

y
3

y
0

x
G.7 Daerah D

x
y

y
x
G.8 Daerah D diputar mengelilingi sumbu y

Dalam kasus ini, lebih mudah y digunakan sebagai variabel pengintegralan atau mempartisi
benda secara horisontal. Volume partisi adalah volume tabung dengan tinggi
dan jari-jari
( )

alas tabung . Jadi, volume tabung ini adalah

maka volume benda putar yang dibentuk oleh daerah D adalah

b. Metode Cincin
Metode ini digunakan jika partisi volumenya berupa cakram yang di tengahnya terdapat lubang
atau berupa cincin.
Contoh 3.
Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah A yang dibatasi oleh kurva
dan
diputar mengelilingi sumbu x!
y = x2

4
x

x2

x
G.9 Daerah A

G.10 Daerah A diputar mengelilingi sumbu x

Seperti sebelumnya, dalam proses penghitungan volume benda putar ini digunakan metode
potong menjadi jalur-jalur, kemudian diaproksimasi dan diintegralkan. Volume cincin dengan
tebal x, jari-jari luar dan jari-jari dalam
adalah
*(

) +

maka volume benda putar yang dibentuk oleh daerah A dengan sumbu putar sumbu x adalah
(

c. Metode Kulit Tabung


Untuk beberapa kondisi, metode ini lebih mudah digunakan dari pada metode cakram atau
metode cincin. Sebuah kulit tabung adalah sebuah benda yang dibatasi oleh dua tabung
lingkaran tegak yang sumbu simetrinya berimpit. Jika jari-jari tabung dalam adalah r1 dan jarijari tabung dalam adalah r2 , sedangkan tinggi tabung h maka volume tabung adalah
(

)(
(

) (

)
)

Jadi, V = 2 . (rata-rata jari-jari).(tinggi).(tebal) = 2 rh r.

Contoh 4. Tentukan volume benda putar yang dibentuk oleh daerah B yang dibatasi oleh kurva

, sumbu x, garis x = 1, dan garis x = 4 diputar mengelilingi sumbu y!


y
y= f(x)
x

y
x

x
G.11 Daerah B

Tebal kulit tabung yang dihasilkan setelah daerah B diputar adalah x, jari-jarinya x, sedangkan
tingginya y. Karena y = f(x), diperoleh volume kulit tabung yaitu
( )
Jadi, volume benda putar yang dibentuk oleh daerah B dengan sumbu putar sumbu y adalah
jumlah semua kulit-kulit tabung yang terbentuk dari x = 1 hingga x = 4.

Latihan 4
A. Hitunglah volume benda putar yang dibentuk dari daerah yang dibatasi oleh kurvakurva yang diberikan di bawah ini diputar mengelilingi sumbu x!
1.
2.

, sumbu x, sumbu y, dan garis


, sumbu x, dan garis

3.

, sumbu x, dan sumbu y

4.

, sumbu x, dan sumbu y

5.

antara garis

, dan

B. Hitunglah volume benda putar yang dibentuk dari daerah yang dibatasi oleh kurvakurva yang diberikan di bawah ini diputar mengelilingi sumbu y!
1.

, sumbu x, dan sumbu y

2.

, sumbu x, dan sumbu y

3.

4.

5.

, dan
,

dan

dan

C. Hitunglah volume benda putar yang dibentuk dari daerah yang dibatasi oleh kurvakurva yang diberikan di bawah ini diputar mengelilingi sumbu yang diberikan!
1.

,
(

2.
3.

, mengelilingi sumbu y

), x = 0, y = 0 dan mengelilingi sumbu y

, x = 4, y = 0 dan mengelilingi garis x = 4

4.
5.

dan

, dan
,

, mengelilingi sumbu x
,

dan

mengelilingi garis y = 3

1.4.3 Pusat Massa (Centroid)


Pusat massa pada sebuah garis lurus adalah titik tengah garis lurus tersebut, sedangkan pada
bidang rata beraturan seperti segitiga, persegi, maupun jajaran genjang adalah titik tengah bidang
(untuk persegi dan jajaran genjang merupakan titik perpotongan diagonal-diagonalnya). Secara
khusus untuk lingkaran, pusat massanya adalah titik pusat lingkaran.
Penentuan pusat massa seperti di atas adalah dengan asumsi garis atau bidang ini memiliki massa
yang homogen. Jadi, massa tidak menentukan atau memengaruhi posisi pusat massa. Dengan

kata lain, garis atau bidang yang memiliki massa yang homogen, pusat massanya berimpit
dengan pusat geometrinya (centroid-nya).
Pembahasan pusat massa pada subbab ini dikhususkan untuk bidang yang memiliki massa yang
homogen. Karena bidang-bidang yang beraturan tidak membutuhkan integral untuk menentukan
pusat massanya, pembahasan hanya untuk bidang yang tidak beraturan.
Lamina homogen adalah lempeng tipis yang rata dengan kepadatan massa, , konstan. Jadi,
lamina homogen merupakan bidang rata yang memiliki massa yang homogen. Perhatikan
ilustrasi dari sebuah lamina pada gambar berikut ini!

y = f(x)
xi

y = g(x)

( f(xi) + g(xi))

b
xi

G.12 Penentuan Pusat Massa dengan Partisi Vertikal

Titik hitam di tengah-tengah partisi adalah pusat massa dari partisi. Pusat massa partisi ke-i
adalah (xi , ( f(xi) + g(xi))). Pusat massa lamina adalah jumlah semua momen dari partisi dibagi
massa lamina. Misalnya m adalah massa sebuah partisi maka m adalah massa lamina. Karena
( ( )
( )) , diperoleh
( ( )

( ))

Misalnya Mx dan My berturut-turut adalah momen sebuah partisi terhadap sumbu x dan
momen sebuah partisi terhadap sumbu y maka
( ( )
dan

( ))

( ( )

( )) ( ( )

( ))

( )

( ))

Maka Mx dan My adalah momen lamina terhadap sumbu x dan momen lamina terhadap sumbu y,
yaitu
( ( )

( ))

( )

( ))

Jadi, pusat massa lamina adalah ( ) dengan

Karena konstan, dapat diabaikan dalam penghitungan.


Contoh: Tentukan pusat massa dari daerah yang dibatasi oleh kurva

dan

Sketsa daerah ini pada bidang xy, sebagai berikut


y
y2 =
xi

y1 =
y
=

G.13 Contoh Penentuan Pusat Massa dengan Partisi Vertikal

Dari gambar G.13 diperoleh

). Jadi,
)

dan

(
(

)(

)
)

Latihan 5.
Tentukan pusat massa dari daerah yang dibatasi oleh kurva
1.
3.
5.

),
,

,
.

2.
4.

,
,

, dan

Anda mungkin juga menyukai