Anda di halaman 1dari 14

SIMULASI PENGAMBILAN SAMPEL DAN SEBARAN SPASIAL

POPULASI HAMA
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)

Oleh:
Sinta Alvianti
1514121018
Kelompok 8

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak
ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti.
Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara
lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak
mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan
sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian
dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap
sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi.
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin
karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid,
yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur
adalah hama pada tanaman jeruk sedangkan yang dijadikan sampel adalah hama
tanaman jagung, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu
yang seharusnya diukur (tanaman jeruk). Secara umum, ada dua jenis teknik
pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability
sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability
sampling.
Praktikum ini menggunakan kertas HVS sebagai plat lahan, dan beras sebagai
populasi hamanya. Metode acak dilakukan dengan mengambil nomor undian
petak dan metode teratur dengan menarik garis diagonal lalu mengambil petak
yang terkena garis diagonal tersebut.Praktikum ini sangat penting dilakukan

karena memberikan pengetahuan bagaimana caranya pengambilan sampel dan


berapa jumlah sampel yang harus kita ambil.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu :
1. Menentukan pola sebaran spasial pada suatu populasi hama
2. Menghitung jumlah rerata hama tiap unit sampel
3. Menghitung ukuran sampel optimum

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini yaitu kertas HVS, penggaris, pena
dan toples beras. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu beras.
2.2 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum yang harus dilakukan pada praktikum ini yaitu :
1. Praktikan menuju meja praktikum sesuai dengan kelompok kerja masing2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

masing
Disiapkan alat dan bahan praktikum
Dibuat kotak-kotak pada kertas HVS sebagai petak lahan sebanyak 50 kotak
Diberi nomor setiap petak
Disebar beras yang sudah disiapkan
Diambil secara acak nomor petak/kotak sebanyak 12 kali
Dihitung jumlah beras (jumlah hama) yang ada di petak tersebut
Dicatat hasilnya
Dihitung jumlah beras (jumlah hama) pada petak yang terlewati garis diagonal
dan dicatat hasilnya

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu :
Metode Acak

Jumlah
X

1
9

2
12

3
11

4
7

Nomor sampel
5
6
7
8
12 9 10 11

9
10

10
11

11
20

12
13

9
11

10
7

11
10

12
11

11,25

S2

9,53

N.optimu

29,92

m
Metode Sistematis

Jumlah
X

1
4

S2
N.optimu
m

3.2 Pembahasan

2
12

3
16

4
15

Nomor sampel
5
6
7
8
19 7 10 15
10,58
11,76
0,12

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, pada metode pengambilan


sampel secara acak diperoleh jumlah rata-rata hama tiap unit sampel (X2) yaitu
11,25; ukuran sampel optimum (N optimum) yaitu 29,92 ; dan nilai ragamnya (S2)

9,53. Karena X2 (11,25) lebih besar dari S2 (9,53) maka pola sebaran spasialnya
adalah seragam atau teratur. Kemudian pada metode sistematis, diperoleh jumlah
rata-rata hama tiap unit sampel (X2) yaitu 10,58; ukuran sampel optimum (N
optimum) yaitu 0,12 ; dan nilai ragamnya (S2) yaitu 11,76. Karena X2 (10,58)
lebih kecil dari S2 (11,76) maka pola sebaran spasialnya adalah mengelompok.
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau
random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak (sistematis) atau
nonrandom samping/nonprobability sampling.
A. Pengambilan sampel acak
Pengambilan sampel secara acak atau random sampling adalah teknik sampling
yang memberikan peluang sama kepada setiap anggota populasi untuk terpilih
menjadi anggota sampel. Misalnya jika banyaknya unit dalam populasi adalah N
dan ukuran sampel adalah n, maka besarnya probabilitas setiap unit elementer

untuk terpilih sebagai sampel adalah

n
N

. Ini berarti bahwa setiap (semua) unit

elementer dalam populasi harus dapat diidentifikasi dan termuat dalam kerangka
sampling. Karena itu teknik ini dikatakan teknik sampling probabilitas.
Sampel yang diambil dari suatu populasi secara acak (random) disebut sampel
acak. Tujuan digunakan teknik acak adalah sebagai berikut:
1. Dengan sampel acak memungkinkan diperolehnya data penelitian yang dapat
digeneralisasi terhadap populasi yang luas dengan kesesatan yang lebih
terbatas (minim).
2. Dengan sampel acak memungkinkan peneliti mengaplikasikan kesim-pulan
statistik, dan hal itu berarti peneliti dapat menarik kesimpulan statistik tentang
nilai-nilai parameter populasi seperti: rata-rata simpangan baku, dan lain-lain.
3. Dengan sampel acak dapat diperoleh kelompok-kelompok sampel yang
homogen satu sama lain, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian
homogenitas antar kelompok sampel.

Pengambilan sampel acak dapat ditempuh melalui cara undian, tabel bilangan
acak, atau dengan komputer (Tjahjadi N, 1991).
B. Pengambilan sampel sistematik.
Apabila banyaknya satuan elementer dalam populasi cukup besar dan telah
tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau telah tersusun menurut pola
atau aturan tertentu, maka cara pengambilan sampel dengan random sederhana
kurang tepat digunakan, yang sesuai adalah sistematik random sampling.
Sistematik random sampling adalah cara pengambilan sampel, dimana hanya
unsur pertama yang dipilih secara random, sedang unsur-unsur berikutnya
dipilih secara sistematik menurut suatu pola tertentu.
Secara teknik pengambilan sampel dengan cara sistematik random dapat
dijelaskan sebagai berikut. Misalkan jumlah satuan-satuan elementer dalam
populasi adalah N dan ukuran sampel yang dikehendaki adalah n, maka hasil
bagi N/n dinamakan interval sampel dan bisanya diberi simbol k.
Unsur pertama dalam sampel dipilih secara random dari satuan elementer
bernomor urut 1 sampai dengan k dari populasi. Jika yang terpilih adalah
satuan elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam
sampel ditentukan sebagai berikut.
Unsur pertama = s
Unsur kedua

=s+k

Unsur ketiga

= s + 2k

Unsur keempat = s + 3k, dan seterusnya (Little, 1971).


Pengamatan dan pengambilan sampel memiliki dua syarat yang harus dipenuhi
yaitu :
1. Praktis, artinya mudah dikerjakan, tidak memerlukan alat dan bahan yang
mahal, dan tidak memakan waktu lama.
2. Dapat dipercaya, artinya dapat mewakili gambaran populasi yang sebenarnya
(Nan Lin, 1976).

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini sebagai berikut :
1. Pola sebaran spasial saat pengambilan sampel secara acak yaitu seragam.
Sedangkan saat pengambilan secara sistematis, pola sebaran spasialnya yaitu
mengelompok.
2. Unit sampel pertama memiliki jumlah rerata sebesar 11,25. Sedangkan unit
sampel kedua memiliki jumlah rerata sebesar 10,58.
3. Pengambilan sampel secara acak, memiliki nilai N optimum sebesar 29,92.
Sedangkan pengambilan sampel secara sistematis, N optimumnya yaitu 0,12.

DAFTAR PUSTAKA

Little. 1971. Teknik Sampling. Niaga Swadaya. Jakarta.


Tjahjadi N. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman, Kanisius, Yogyakarta.
Nan Lin. 1976. Syarat Syarat Pemilihan Sampel. Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

LAMPIRAN

1. Metode Acak

xi

135
12

n
9+12+ 11+7+12+9+ 10+11+10+11+ 20+13
12

= 11,25

[ X i X ] .
n

[ 911,25 ]2 + [ 1211,25 ] 2+ [ 1111,25 ]2 [ 711,25 ]2 [ 1211,25 ]2 [ 911,25 ] 2 [ 1011,25 ] 2 [ 1111,25 ] 2 [


12
=

[ 5,06 ] + [ 0,56 ] + [ 0,06 ] + [ 20,25 ] + [ 0,56 ] + [ 5,06 ] + [ 1,56 ] + [ 0,06 ] + [ 1,56 ] + [ 0,06 ] + [ 7,56 ] + [ 3,06 ]
12

114,41
12

= 9,53

N optimum

[ ( t . s ) / ( d . x ) ]

[ ( 2. 9,53 ) / ( 0,1. 11,25 ) ]

[ ( 6,16 ) / ( 1,125 ) ]

= [ 5,47 ]

= 29,92

1. Metode Sistematis

xi

127
12

n
4+12+16+ 15+9+7+10+ 15+11+7+10+11
12

= 10.58
2

[ X i X ] .
n

=
2

[ 410,58 ] + [ 1210,58 ] + [ 1610,58 ] [ 1510,58 ] [ 910,58 ] [ 710,58 ] [ 1010,58 ] [ 1510,58 ]


12
=

[ 43,29 ] + [ 0,17 ] + [ 29,37 ] + [ 19,54 ] + [ 2,49 ] + [ 12,82 ] + [ 0,34 ] + [ 19,54 ] + [ 0,18 ] + [ 12,82 ] + [ 0,34 ] + [ 0,18 ]
12

141,08
12

= 11,76

N optimum

[ X . k +( X )2 ]
2

( k . Sx )

[ (10,58 )( 94,85 )( 10,58 )2 ]


2

[ ( 94,85 )( 0,98 ) ]

( 1003,51 ) + ( 111,93 )
8.640,26

1.115,44
8.640,26

= 0,12

Anda mungkin juga menyukai