Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional Dan Internasional
Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional Dan Internasional
Masehi di Jazirah Arab mulai berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, kimia,
hygiene, dan obat-obatan. Pada masa ini, muncul prinsip-prinsip keperawatan seperti menjaga
kebersihan diri, makanan, dan lingkungan. Prinsip ini dikembangkan oleh seorang tokoh
bernama Rufaidah binti Sa'ad.
Pada abad ke XVI, orientasi masyarakat berubah dari agama ke kekuasaan, perang
eksploitasi kekayaan dan semangat kolonialisme. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup,
padahal sebelumnya selalu menjadi tempat merawat orang sakit. Perubahan ini menyebabkan
berkurangnya tenaga perawat, untuk itulah wanita tuna susila yang sudah bertaubat menjadi
perawat sukarelawan, begitu juga para istri yang mengikuti suaminya berperang, dan pria-pria
tentara yang merangkap sebagai perawat. Perang salib menyebabkan semakin banyaknya tenaga
sukarelawan perawat. Sejak perang salib, mulai dikenal konsep P3K dan muncul banyak peluang
kerja bagi perawat di bidang social karena dibutuhkan untuk merawat tentara.
Pada masa perang, dibangun 3 rumah sakit yang berperan dalam perkembangan
keperawatan. Hotel Dieu di Lion, Hotel Dieu di Paris dengan pelopor keperawatannya
Genevieve Bouquet, dan St. Thomas Hospital dengan pelopornya Florence Nightingale. Berkat
perjuangan Florence Nightingale, pada awal abad XIX reformasi sosial masyarakat mengubah
peran perawat dan wanita secara umum. Perawat mulai dipercaya banyak orang.
Tahun 1846 di Kaiserswerth, Jerman telah berdiri rumah sakit modern pionir yang
dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya, dikelola oleh biarawati Lutheran
(Katolik). Florence Nightingale (1820-1910) berkunjung ke sana dan tertarik akan kepedulian
para biarawati terhadap pasien. Florence Nightingale pulang ke Inggris dengan membawa anganangan menjadi seorang perawat. Meskipun ditentang keluarganya yang kaya raya, Florence tetap
bersikeras ingin mengikuti pelatihan keperawatan. Selain di Jerman, ia juga pernah bekerja di
rumah sakit untuk orang miskin di Perancis. Florence mengambil peran penting saat terjadi
perang Krimea. Ia dijuluki Lady of The Lamp atas keberaniannya memeriksa satu per satu dan
menyelamatkan tentara yang masih hidup. Ia juga mempelopori berdirinya sekolah-sekolah
keperawatan modern sejak 1840 dan menjadi inspirasi bagi negara-negara lainnya di seluruh
dunia. Ia berkeyakinan bahwa dengan adanya pendidikan resmi perawat, pekerjaan perawat akan
lebih dihargai. Tulisan Florence menjadi bahan pelajaran di sekolah-sekolah tersebut. Anak-anak
berbakat dari berbagai dunia dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan
mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.
Kontribusi Florence Nightingale
a. Menetapkan standar manajemen rumah sakit
b. Nutrisi merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan
c. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu sekolah guru perawat dan
sekolah perawat setingkat SLTP. Tahun 1962 mulai didirikan pendidikan keperawatan
professional. Tahun 1962 mulai banyak berdiri akademi keperawatan (AKPER) milik
Departemen Kesehatan. Tahun 1985 program studi ilmu keperawatan (PSIK)
diselenggarakan oleh fakultas kedokteran universitas Indonesia, lulusan I tahun 1988. Itu
adalah momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI
berganti nama menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru di Undip, UGM,
Unhas, dan sebagainya. RS jiwa didirikan pertama kali tahun 1875 di Cilandak Bogor.
Pendidikan keperawatan jiwa baru dibuka bulan September 1940 di bogor dengan kursus.
Ini berdampak pada meningkatnya pelayanan keperawatan, pendekatan proses
keperawatan dan meningkatkan peran serta fungsi perawat.
Analisa Perbandingan Perkembangan Keperawatan Indonesia dan Dunia
Keperawatan pada awalnya diterapkan berdasarkan prinsip keagamaan dengan biarawati
dan pendeta sebagai tenaganya. Setelah terjadinya berbagai peperangan, banyak orang yang
menjadi sukarelawan untuk merawat tentara. Seiring dengan pengalaman merawat korban
perang, tenaga perawat mulai menyadari kiat-kiat kesehatan dan membuat suatu teori
pembelajaran untuk sekolah-sekolah keperawatan. Berdasarkan keterangan sejarah, keperawatan
di benua Eropa adalah cikal bakal keperawatan modern dunia. Seiring pola pikir masyarakat
yang lebih konservatif, perawat mulai dihargai sebagai orang yang melakukan tugas mulia.
Keperawatan Eropa telah mencapai perkembangan yang pesat lebih dahulu daripada benua
lainnya, berkat keteladanan dari Florence Nightingale. Negara-negara lain tergugah untuk
meniru.
Kondisi keperawatan di Indonesia memang cukup tertinggal dibandingkan
negara-negara ASEAN seperti Piliphina, Thailand, dan Malaysia, apalagi bila ingin
disandingkan dengan Amerika dan Eropa. Pendidikan rendah, gaji rendah, pekerjaan
selangit inilah paradoks yang ada.
Sejak thn. 1909 di Universitas Minesota Amerika sudah ada pendidikan
keperawatan di tingkat Universitas. 1919 dimulai pendidikan perawat pada tingkat
bachelor. 1972 terdapat 9 institusi yg melaksanakan program Doktor di bidang
keperawatan. Di Thailand pendidikan keperawatan pada tingkat bachelor dimulai
thn 1966 dan pada tingkat master dimulai tahun 1986. Di Indonesia sendiri sudah
marak keperawatan setingkat bachelor, sementara master hanya tersedia di UI, dan
doctor sama sekali belum ada.
Untuk perkembangan keperawatan Indonesia yang lebih baik, perlu bekerjasama dan
berinteraksi dengan keperawatan di negara-negara lain. Indonesia berpartisipasi ke dalam MRA
on Nursing Services yang ditetapkan pada 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina. MRA ini bertujuan
untuk memfasilitasi mobilitas tenaga professional perawat di kawasan ASEAN, untuk saling tukar
menukar informasi dan pengetahuan mengenai standarisasi dan kualifikasi, untuk meningkatkan
kualitas kerja para tenaga profesional perawat, dan juga untuk memberikan kesempatan capacity
building dan pelatihan bagi para perawat.
Banyak prinsip dari keperawatan modern negara-negara tetangga yang patut dicontoh oleh
Indonesia. Dewasa ini, keperawatan Indonesia diharapkan bisa mengubah persepsi masyarakat
tentang hubungan perawat dan dokter. Persepsi keliru itu terjadi karena kesalahan
informasi yang mereka terima dan kenyataan di lapangan. Kondisi ini didukung pula
dengan kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan perawat seperti mengambilkan
stetoskop, tissue untuk para dokter. Masih banyak para perawat yang tidak percaya
diri ketika berjalan dan berhadapan dengan dokter. Paradigma ini pelan-pelan
diubah, mengikuti perkembangan keperawatan dunia. Para perawat menginginkan
perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau tadinya hanya membantu
pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan
medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Buku-buku penunjang keperawatan berbahasa asing
perlu dipelajari. Penelitian keperawatan paling update juga mesti diketahui.