Anda di halaman 1dari 4

MASALAH-MASALAH

DALAM FILSAFAT HUKUM


MENGAPA ORANG MENAATI HUKUM ?
Masalah-masalah dalam filsafat hukum salah satunya adalah masalah mengapa orang
mentaati hukum, hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya :
a.

Pendapat para ahli

b. Segi teori
c.

Segi praktis

d. Segi politis
e.

Segi ekonomis

f.

Segi psikologi

g. Segi sosiologis

Untuk lebih mempermudah kita dalam mengkaji materi ini, kita akan membaginya ke
dalam tiga tahapan :

A. Orang mentaati hukum menurut pakar :

1. Fulusuf Domes Thenes (Yunani), mengatakan ada 4 hal mengapa orang mentaati hukum,
yakni :
i)

Hukum merupakan titah Tuhan

ii)

Hukum merupakan suatu tradisi diajarkan oleh orang yang bijaksana

iii)

Hukum merupakan kesimpulan dari kaidah-kaidah kesusilaan yang abadi

iv)

Hukum merupakan kesepakatan yang mengikat para pihak, karena menepati janji
merupakan kewajiban
2. Carl Friederich Joahim, mengatakan orang mentaati hukum karena hukum perintah Tuhan.
3. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, mengatakan orang mentaati hukum, karena adanya
kesadaran hukum.

B. Orang mentaati hukum menurut teori :

Ada 4 teori yang mengemukakan mengapa orang mentaati hukum, yakni :


1. Teori kedaulatan Tuhan (Teokrasi) :
Orang mentaati hukum, karena hukum itu perintah Tuhan (Agustinus dan Thomas Aquino)
2. Teori perjanjian masyarakat
Orang mentaati hukum, karena mereka berjanji untuk mentaatinya.
Pemukanya :
Thomas Hobbes : Leviatan dan De Cive
John Locke

: Two Tretises on Civil Gevernment

J.J. Rousseau

: Le Contract Social

3. Teori kedaulatan negara


Orang mentaati hukum, karena negara menghendakinya.
Pemukanya :
Hans Kelsen : Allgemene Staatslehre
4. Teori kedaulatan hukum
Orang mentaati hukum, karena kesadaran hukum masyarakat
Pemukanya :
Krabbe : Die Lehre der Rechtssouveranitat

C. Orang mentaati hukum dari segi praktis :

Ada beberapa alasan orang mentaati hukum menurut segi praktis diantaranya bisa dilihat
dari :
1. Takut pada sanksinya
2. Hukum dibentuk oleh pejabat yang berwenang
3. Merasa wajib untuk mentaatinya
4. Karena sesuai dengan kesadaran hukumnya
5. Bahwa manusia hidup memerlukan aturan

DARI SEGI POLITIS

Mengapa orang mentaati hukum ? Dalam segi Politis dapat diartikan bahwa orang
mentaati hukum karena hukum dibuat oleh pemegang kekuasaan (pemerintah / Raja) bahwa
pemerintah/Raja menurut teori Ketuhanan merupakan kepanjangan dari tuhan.
Jadi pada dasarnya dari segi politis ini orang akan tunduk pada hukum jika pemegang
kekuasaan (pemerintah/Raja) memiliki pengaruh terhadap masyarakat.
Dari Segi Psikologis
Dalam teori ini dikatakan bahwa orang mentaati hukum dapat dilihat dari kejiwaan,
rasa, insting (kemanusaaan) yang menitikberatkan pada pemikiran rohaniah (batin) dengan
pemikiran-pemikiran yang rasional. Bila dicontohkan dalam kasus pelanggaran hukum
(asusila) misalnya, dia akan merasa malu akan cemoohan dari masyarakat. Pada kasus
pelanggaran lalulintas pelaku akan merasa takut terhadap sanksi hukum yang ada dan
cenderung menyelamatkan diri dari jeratan hukum (apabila pelaku tersebut mengelak dari
sanksi hukum yang ada). Dan apabila pelaku tersebut merasa bersalah atas apa yang
diperbuatnya dia akan menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib.
Dari Segi Ekonomis
Mengapa orang taat hukum ? Dilihat dari segi ekonomis, bahwa orang taat pada hukum
dari segi ekonomis melihat bahwa apabila dia melanggar hukum, akan mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit (sanksi berupa denda) maupun pelanggaran lainnya yang mengharuskan ia
mengeluarkan biaya untuk penyelesaian hukum bila mana ia melanggar hukum.
Jadi, mengapa orang taat hukum dilihat dari segi ekonomis, alasan utamanya adalah
bahwa ia menghindari pengeluaran (denda) karena sanksi hukum yang kemungkinan akan
terjadi.
Dari Segi Sosiologis
Dalam aspek ini dapat diartikan bahwa orang harus mentaati hukum karena hukum
berlaku dan ada dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat
dapat membuat hukum sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Contoh hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat diantaranya : norma
(Adat, asusila, agama, kesopanan, hukum).
KESIMPULAN

Diperlukan suatu kerjasama yang kondusif antara pemerintah dengan dewan perwakilan
rakyat dalam menyusun suatu perundang-undangan yang berdasarkan kesadaran kesusilaan
dan kesadaran hukum rakyat. Hukum perundang-undangan sebagian besar tidak lain
merupakan hukum kebiasaan yang ditulis dan karena itu hal-hal yang merupakan dasar-dasar
pokoknya tergores dalam kesadaran rakyat. Keyakinan yang berakal dari sesuatu bangsa
bahwa harus ada tata tertib, sehingga harus ada hukum yang pada umumnya berisi
pandangan-pandangan kesusilaan dan pandangan-pandangan hukum rakyat, menyebabkan
bahwa keyakinan rakyat memberikan otoritas yang mengikat dari undang-undang, sekalipun
juga seandainya undang-undang atau peraturan-peraturan tertentu ternyata tidak sesuai
dengan pandangan-pandangan yang berlaku dalam masyarakat.
Jika suatu tatanan hukum kehilangan dasar tersebut bahwa keyakinan rakyat adalah tatanan
hukum, maka lenyaplah segala otoritasnya dan berakhirlah ia sebagai hukum, walaupun ia
dapat hidup terus beberapa waktu sebagai tatanan otoritas.

Anda mungkin juga menyukai