Anda di halaman 1dari 10

Learning Objectives

Mahasiswa mampu:
Mengetahui mekanisme kontraksi dan relaksasi otot
Menjelaskan anatomi musculus extremitas superior dan inferior
Memahami anatomi dan gerakan yang terjadi pada artikulasi tulang humeri,cubiti dan
coxae
Menjelaskan fx stretching

Tinjauan pustaka

Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot


Anatomi musculus extremitas
Anatomi dan artikulasi pada tulang Humeri,Cubiti dan Coxae
Stretching
o Mekanisme kontraksi dan relaksasi Otot

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot


Cross Bridge:Area di mana filamen tebal dan tipis saling tumpang tindih. Aktin berikatan
dengan miosin membentuk cross bridge (jembatan silang), sehingga dapat melakukan
kontraksi
Power stroke: Cross Bridge melipat, menarik myofilament ke arah dalam, akibatnya terjadi
pemendekan zona I dan H dan sarkomer.

Sarkomer: Area di antara 2 simpul Z


Relaksasi otot:
Relaksasi otot terjadi ketika troponin (salah satu protein penyusun thin filaments) tidak
terikat dengan ion Ca2+ . Protein ini menstabilkan tropomyosin pada posisi memblok binding
site pada aktin. Dengan begitu, terbentuklah kompleks troponin-tropomyosin yang menutupi
binding site pada aktin. Karena binding site aktin tertutup, maka miosin dan aktin tidak dapat
cross-bridge binding dan serat otot mengalami relaksasi.
Kontraksi otot:
Kontraksi otot terjadi ketika ion Ca2+ berikatan dengan troponin. Susunan protein menjadi
berubah ,di mana tropomiosin bergerak dari posisi blockingnya. Akibatnya, aktin dan miosin
dapat berinteraksi pada Cross Bridge, menghasilkan kontraksi otot.
Ketika terjadi kontak antara aktin dan miosin pada cross bridge, maka jembatan tersebut
berubah bentuk, yaitu melipat kira-kira 45 derajat ke arah tengah sarkomer. Akibat lipatan
ini, terjadi Power Stroke yang menarik thin filament. Siklus ini terjadi berkali-kali untuk
menyelesaikan proses pemendekan.
Pada akhir 1 siklus cross-bridge, sambungan aktin dan miosin terpecah, lalu kembali ke
bentuk sebelumnya dan mengikat molekul aktin berikutnya .
Peran ATP
ATP berperan dalam siklus Cross-Bridge,yaitu dalam pembentukan energi untuk
terjadinya pembengkokan Cross-Bridge. Pada Miosin,terdapat 2 situs pengikat, yaitu
pengikat aktin dan yang kedua adalah ATPase. Pada ATPase inilah terjadi pengikatan ATP
yang kemudian akan dipecah menjadi ADP+P yang menghasilkan energi.
Pertama-tama, terjadi pemisahan ATP sebelum Miosin berikatan dengan Aktin. ADP+P
terikat pada miosin, dan energi disimpan dalam crossbridge. Cross-bridge dianalogikan
sebagai pistol yang dikokang, siap ditembak ketika picunya ditarik.
Kemudian, ketika troponin-tropomiosin berikatan dengan Ca2+ ,miosin berikatan dengan
Aktin. Kontak ini menarik picu ,menyebabkan cross bridge membengkok membentuk
POWER STROKE. Ketika Ca2+ tidak berikatan dengan troponin, maka tidak terjadi power
stroke.Setelah terjadi power stroke, ADP+P dari miosin dilepas dari situs ATPase untuk
menerima molekul ATP yang baru. Pengikatan ATP ini menyebabkan pelepasan cross bridge dan
pengembalian bentuk crossbridge, sehingga siap untuk melakukan siklus berikutnya.
Kemudian, ATP yang baru dipecah lagi oleh miosin ATPase, lalu mengulangi siklus kembali.
o Anatomi Musculus Extremitas

Otot-otot extremitas superior terbagi atas :


A) Regio Thoracalis
Bagian ventral,terdapat m.pectoralis major,m.pectoralis minor,m.subclavius dan
m.serratus anterior

Bagian dorsal ,terdapat m.trapezius,m.latissimus dorsi,m.levator scapulae,m.rhomboideus


major,m.rhomboidus
minor,m.subscapularis,m.deltoideus,m.supraspinatus,m.infraspinatus,m.deltoideus.
B) Regio Brachii
Bagian ventral terdiri atas m.biceps brachii,m.coracobrachialis,dan musculus brachialis
Bagian dorsal terdapat m.triceps brachii caput lateral,m.biceps brachii caput longom dan
m.trapezius
C) Regio Antebrachii
Bagian ventral supervisiall ,terdapat m.pronator teres,m.flexor carpi radialis,m.flexor
ulnaris,m.flexoe digitorum suprficialis
Ventral provundus,terdapat m. Flexor digitorum provundus,m.flexor policis,m.pronator
quadratus.
Dorsal supervisial terdapat m. Brachioradialis,m. Extensor carpi radialis caput
longus,m.extensor carpi radialis carpi rdialis caput brevis.m.extensor digiti
minimi,m.extensor carpi ulnaris,dan m.anconeus.
Dorsal lapisan profundus terdat,m.supinator,m.abductor policis longus,m.extensor policis
brevis,m.extensor policis longus ,dan m.extensor indicis.
D) Regio Manus
Bagian palmaris,terbaagi atas m.abductor policis brevis,m.flexor policis
brevism,m.opponens policis ,dan m.abductor policis ( caput obliqus dan caput
transversus)

Otot-otot extremitas inferior terbagi atas :


Otot-otot ventral pangkal paha,terdiri atas m.illiacus, m.psoas minor dan m.psoas major.
Otot-otot ventral paha,terdiri atas m.quadriceps femoris, m.Sartorius dan m.tensor fasciae
latae.
Otot-otot medial paha atas,terdiri atas m.gracilis, m.pectineus, m.adductor brevis,
m.adductor longus, m.adduktor magnus dan m.obturatorius eksternus.
Otot-otot dorsal pinggul,terdiri atas m.gluteus maximus, m.gluteus medius, m.gluteus
minimus, m.piriformis, m.obturatorius internus, m.gemellus superior, m.gemellus inferior
dan m.quadratus femoris

Otot-otot dorsal paha,terdiri atas m.biceps femoris, m.semitendinosus dan


m.semimembranosus
Otot-otot ventral betis,terdiri atas m.tibialis anterior, m.extensor hallucis longus,
m.extensor digitorum longus dan m.fibularis (peroneus) tertius
Otot-otot lateral betis,terdiri atas m.fibularis (peroneus) longus dan m.fibularis (peroneus)
brevis
Otot-otot dorsal betis bagian permukaan,terdiri atas m.triceps surae
Otot-otot dorsal betis bagian dalam,terdiri atas m.popliteus, m.tibialis posterior, m.flexor
digitorum longus dan m.flexor hallucis longus
Otot-otot kaki dorsal,terdiri atas m.ekstensor digitorum brevis dan m.ekstensor hallucis
brevis
Otot-otot medial telapak kaki,terdiri atas m.abduktor halluces, m.flexor hallucis
brevis dan m.adduktor hallucis
Otot-otot bagian tengah telapak kaki,terdiri atas m.abduktor halluces, m.flexor hallucis
brevis dan m.adduktor hallucis
Otot-otot lateral telapak kaki,terdiri atas m.abduktor digiti minimi, m.flexor digiti minimi
brevis dan m.opponens digiti minimi

o Anatomi dan artikulasi pada tulang Humeri,Cubiti dan Coxae

Articulatio cubiti

Articulatio cubiti atau sendi siku merupakan persendian yang tersusu atas tiga tulang yang
bersesuaian (composista) yaitu os humerus, os radius, dan os ulna.Articulatio cubiti memiliki
dua aksis (biaxial) yakni "transversal" (yang memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi) dan
aksis "longitudinal: (yang memungkinkan gerakan eksorotasi/supinasi dan endorotasi/pronasi)
Ditinjau dari tulang yang bersesuaian, articulatio cubiti dibagi kembali ke dalam tiga persendian,
yaitu :
1. Articulatio Humeroulnaris : Sendi yang dibentuk oleh pertemuan antara "capitulum
humeri" dengan "incusura semiulnaris ulnae". Berdasarkan jenis tulang yang
bersesuaian, articulatio ini merupakan jenis articulatio trochlearis karena salah satu
tulang yang bersendi berbentuk kerekan dan memiliki satu aksis yakni aksisi
transversal.
2. Articulatio Humeroradialis : Sendi yang dibentuk oleh pertemuan antara "capitulum
humeri" dengan "fovea capituli radii". Secara morfologis, articulatio humeroradialis
merupakan jenis articulatio globoidea (sendi peluru).
3. Articulatio Radioulnaris Proximal : Sendi yang dibentuk oleh pertemuan
antara "circumverentia articularis radii" dengan"incisura radialis ulnae" yang
merupakan jenis persendian trochoidea.

Articulatio coxae

Articulatio Coxae atau sendi panggul adalah sendi yang dibentuk oleh hubungan antara caput
femoris dengan acetabulum. Secara morfologis, sendi ini diklasifikasikan ke dalam articulatio
Spheroidea (sendi peluru), yang mempunyai tiga aksis gerakan yakni sagital (memungkinkan
gerakan abduksi dan adduksi), transversal (memungkinkan gerakan antefleksi dan dorsofleksi),
dan longitudinal (memungkinkan gerakan endorotasi dan eksorotasi).
Sendi ini merupakan suatu "enarthoris spheroidea" karena lebih dari separuh kepala sendinya
(caput femori) masuk ke dalam mangkuk sendi (acetabulum). Berdasarkan jumlah tulang yang
bersesuaian, sendi ini dikelompokkan ke dalam kelompok articulatio simplek(tersusun atas dua
tulang).

Articulatio Humeri

Articulatio humeri/ sendi bahu Articultio humeri merupakan hubungan antara cingulum
membri superior dengan lengan atas. Sendi ini dibentuk oleh caput humeri dan cavitas
glenodale scapulae. Ligamen yang memperkuat sendi ini adalah lig. coracohumerale, lig.
glenohumeralia, dan lig. coracoacromiale. Otot yang memperkuat sendi adalah m.
supraspinatus, m. infraspinatus, m. bicipitis brachii caput longum, m. teres minor, m.
subcapsularis caput longum, dan m. tricipitis. .

o Streching
Proprioseptor adalah receptor yang mendeteksi perubahan di dalam alat itu sendiri. Setiap
perubahan dalam otot selalu dideteksi oleh proprioceptors untuk diinformasikan ke susunan

syaraf pusat, dan dari susunan syaraf pusat dikeluarkan instruksi untuk menyesuaikan kondisi
otot. Dari kondisi ini timbul gerak tubuh baru untuk disesuaikan dengan seluruh rangkaian gerak
tubuh secara sistemik. Peran dari proprioceptors adalah mengirimkan aliran informasi secara
terus menerus (konstan) kepada susunan syaraf pusat. Proprioceptors ini terletak pada otot,
tendon, dan sambungan-sambungan termasuk di sekitar jaringan pelindung seperti kapsul,
ligamen, serta selaput-selaput lain dan dalam labirin dari telinga dalam.
Proprioceptors dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
Muscle proprioceptors yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs, joint and skin
proprioceptors, serta labyrinthine and neck proprioceptors. Dari ketiga proprioceptors tersebut,
maka yang berperan terhadap daya regang
otot adalah muscle proprioceptors, yang terdiri dari muscle spindle dan golgi tendon organs. Jadi
setiap proses pergerakan tidak lepas dari peranan muscle spindle dan golgi tendo organs.

Muscle Spindle
Muscle spindle terletak di dalam otot. Muscle spindle merupakan suatu receptor yang
menerima rangsang dari regangan otot. Regangan yang cepat akan menghasilkan impuls yang
kuat pada muscle spindle. Rangsangan yang kuat akan menyebabkan refleks muscle spindle
yaitu mengirim impuls ke spinal cord menuju jaringan otot dengan cepat, menyebabkan
kontraksi otot yang cepat dan kuat. Muscle spindle sangat berperan dalam proses pergerakan atau
pengaturan motorik. Peran muscle spindle dalam pengaturan motorik adalah :
1. Mendeteksi perubahan panjang serabut otot.
2. Mendeteksi kecepatan perubahan panjang otot.
Sebetulnya muscle spindle bekerja sebagai suatu pembanding dari panjang kedua jenis serabut
otot intrafusal dan ekstrafusal. Bila panjang serabut ekstrafusal jauh lebih besar daripada panjang
serabut intrafusal, maka spindle menjadi terangsang untuk berkontraksi. Sebaliknya, bila panjang
serabut ekstrafusal lebih pendek daripada serabut intrafusal, maka spindle menjadi terinhibisi
(keadaan yang menyebabkan refleks seketika untuk menghambat terjadinya kontraksi otot). Jadi
spindle tersebut dapat dirangsang atau dihambat.
Meregangkan suatu kelompok otot hendaknya jangan dilakukan secara tiba-tiba. Sebab apabila
peregangan otot dilakukan secara tiba-tiba akan merangsang muscle spindle dan ini
menyebabkan refleks regang. Refleks muscle spindle sering disebut refleks regang atau refleks
myotatik. Hal ini disebabkan karena peregangan otot tersebut merangsang muscle spindle
sehingga menyebabkan kontraksi otot yang bersangkutan.

Golgi Tendon Organs (GTO)


GTO adalah stretch receptor yang terletak di dalam tendon otot tepat di luar
perlekatannya pada serabut otot tersebut. Refleks GTO bisa terjadi akibat tegangan otot yang
berlebihan. Sinyal-sinyal dari GTO merambat ke medula spinalis yang menyebabkan terjadinya
hambatan respon (negative feed-back) terhadap kontraksi otot yang terjadi. Hal ini untuk
mencegah terjadinya sobekan otot sebagai akibat tegangan yang berlebihan. Dalam hal ini
refleks GTO merupakan pelindung untuk mencegah terjadinya sobekan otot, namun dapat juga
bekerja sama dengan muscle spindle untuk mengontrol seluruh kontraksi otot dalam pergerakan
tubuh. Sedangkan peran golgi tendon organs dalam proses pergerakan atau pengaturan motorik
adalah mendeteksi ketegangan selama kontraksi otot atau peregangan otot. Namun antara golgi
tendon organs dengan muscle spindle ada perbedaan fungsi. Muscle spindle berfungsi untuk
mendeteksi perubahan panjang serabut otot, sedangkan golgi tendon organs berfungsi
mendeteksi ketegangan otot.

Sinyal dari golgi tendon organs dihantarkan ke medula spinalis untuk menyebabkan efek refleks
pada otot yang bersangkutan. Efek inhibisi dari golgi tendon organs menyebabkan rileksasi
seluruh otot secara tiba-tiba. Efek inhibisi terjadi pada waktu kontraksi atau regangan yang kuat
pada suatu tendon. Keadaan ini menyebabkan suatu refleks seketika yang menghambat kontraksi
otot serta tegangan dengan cepat berkurang. Pengurangan tegangan ini berfungsi sebagai suatu
mekanisme protektif untuk mencegah terjadinya robek pada otot atau lepasnya tendo dari
perlekatannya ke tulang.
Intinya,ada dua reseptor di otot namanya muscle spindle dan golgi tendon organs. Muscle spindle
berguna untuk mendeteksi perubahan panjang serta kecepatan perubahan serabut otot. Perubahan
panjang yang tiba-tiba dan cepat akibat olahraga langsung tanpa stretching dan pemanasan akan
merangsang reflek reseptor muscle spindle yang menyebabkan kontraksi secara kuat (reflek
myotatik). Tegangan otot yang berlebihan ini akan merangsang golgi tendon organs untuk
menghentikan tegangan tersebut, tetapi karena tidak melakukan pemanasan dan stretching
sebelumnya, maka ATP yang digunakan untuk melepas head myosin dari aktin belum tersedia
sehingga mekanisme inhibisi tersebut tidak bisa berjalan dengan lancar, berakhir dengan spasme
otot atau kram.
Dari sini dapat dilihat pentingnya stretching untuk menghindari terjadinya reflek myotatik yang
disebabkan oleh reseptor muscle spindle. selain stretching, pemanasan juga diperlukan untuk
meningkatkan metabolisme dan ketersediaan ATP untuk melancarkan jalannya reflek golgi
tendon organs sebagai mekanisme inhibisi reflek myotatik.

Latihan tanpa stretching

Spasme dan fatigue

Gangguan kontraksi dan


relaksasi otot

Range of Movement

Gangguan pada beberapa


musculus dan artikulasi

Daftar Pustaka

Paulsen, Waschke. 2013. Atlas Anatomi Sobotta Edisi 23 Jilid 1. Jakarta: EGC.
Dorland, Newman. 2004. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC
Putz, R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta: Tabel Otot, Sendi, dan Saraf, Edisi 22. Jakarta:
EGC
Dorland, Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC
Juliantine, Tite. 2011. Studi Perbandingan Berbagai Macam Metode Latihan Peregangan
Dalam Meningkatkan Kelentukan.

Anda mungkin juga menyukai