Anda di halaman 1dari 50

1

SUBSTITUSI NUKLEOFILIK

Reaksi Umum :

R
Alkil
halida

YGugus
pengganti

Produk

Mekanisme
SN1

SN2

XGugus pergi
(leaving
group)

Gugus pergi merupakan basa lemah


Reaktivitas: R-I > R-Br > R-Cl >> R-F
L.G. baik
Lebih reaktif

Reaksi
umum :

L.G. buruk
Kurang reaktif

R X + Y
stronger
Basa
base
kuat

Contoh :

R Y + X
weaker
Basa
base
lemah

Br + NaF
Basa
SB

F + NaBr
WBBasa

lemah

kuat

+ NaI
Br

WB

K>1

acetone

+ NaBr (s)
I

SB

Alkil halida bereaksi dengan


nukleofil dan basa
Alkil halida terpolarisasi pada ikatan karbon
halida menjadikan karbon elektrofilik
Nukleofil akan menggantikan posisi halida pada
ikatan C-X (reaksi sebagai basa Lewis)
Nukleofil sebagai basa Brnsted menangkap
proton menghasilkan eliminasi

Penemuan Reaksi Substitusi


Nukleofilik
Tahun 1896, Walden melihat bahwa asam (-)malat dapat dirubah menjadi asam (+)-malat
melalui tahapan reaksi kimia dengan pereaksi akiral
Penemuan ini yang mengaitkan hubungan
langsung putaran optik dengan kekiralan dan
perubahannya melalui alterasi kimia

Reaksi asam (-)-malat dengan PCl5


menghasilkan asam (+)-klorosuksinat
Reaksi lebih lanjut dengan perak oksida dalam
air menghasilkan asam (+)-malat
Tahapan reaksi diawali dengan asam (+) malat
menghasilkan asam (-)-malat

Reaksi inversi Walden

Signifikansi inversi Walden


Reaksi alterasi terjadi pada pusat kiral
Reaksi melibatkan substitusi pada pusat kiral
Jadi, substitusi nukleofilik dapat menginversi
konfigurasi pada pusat kiral

10

Kinetika Reaksi
Kajian kinetika reaksi disebut kinetika
Kecepatan berkurang dengan menurunnya
konsentrasi tetapi konstanta kecepatan tidak
Satuan kecepatan: [konsentrasi]/waktu sebagai
L/s
Hukum kecepatan adalah mekanisme reaksi
Orde raksi adalah jumlah eksponen konsentrasi
dalam hukum kecepatan misalnya orde kedua

11

Kinetika Substitusi Nukleofilik


Kecepatan (V) berubah menurut
konsentrasi terhadap waktu
Tergantung pada konsentrasi, suhu, sifat reaksi
Hukum kecepatan menerangkan
hubungan antara konsentrasi reaktan dan
konversi terhadap produk
Konstanta kecepatan (k) adalah faktor
proporsionalitas antara konsentrasi dan
kecepatan

12

Rumus umum laju reaksi SN : V = k1[RX] + k2[RX][Y]


k1 meningkat
RX = CH3X

k2 meningkat
k1 ~ 0

k2 ~ 0

V = k2[RX][Y]
(bimolekular)

V = k1[RX]
(unimolekular)

SN2

SN1

13

Substitusi Nukleofilik Bimolekuler

14

Reaksi SN2
Reaksi yang melibatkan inversi pada pusat
reaksi
Mengikuti kinetika reaksi orde kedua
Tatanama Ingold menerangkan tahapan reaksi:
S=substitusi
N (subscript) = nukleofilik
2 = kedua nukleofil (alkil halida dan OH) dan
substrat saling mempengaruhi (bimolekular)

15

Proses SN2
Reaksi melibatkan keadaan transisi dimana
kedua reaktan berada bersama-sama

16

Keadaan transisi reaksi SN2 memiliki susunan


atom karbon planar dari sisa tiga gugus

17

Karakteristik Reaksi SN2


Sensitif terhadap efek sterik
Metil halida paling reaktif
Selanjutnya alkil halida primer adalah yang
paling reaktif
Alkil halida sekunder masih dapat bereaksi
Yang tersier tidak reaktif
Tidak terjadi reaksi pada C=C (vinyl halida)

18

Pengaruh reaktan dan tingkat energi


keadaan transisi terhadap kecepatan reaksi
Makin tinggi tingkat energi reaktan (kurva
merah) = reaksi makin cepat (G lebih kecil).
Makin tinggi tingkat energi keadaan transisi
(kurva merah) = reaksi makin lambat (G lebih
besar)

19

Efek Sterik reaksi SN2

20

Atom karbon pada


1. (a) bromometana siap diakses untuk
menghasilkan reaksi SN2 yang cepat.
2. (b) bromoetana (primer),
3. (c) 2-bromopropana (sekunder), dan
4. (d) 2-bromo-2-metilpropana (tersier) adalah
lebih sesak, sehingga reaksi SN2 lebih lambat.

21

Orde Reaksi pada SN2


Semakin banyak gugus alkil yang terikat pada
karbon pusat reaksi, reaksi lebih lambat

22

Kereaktifan relatif Nukleofil


Tergantung pada reaksi dan kondisi
Makin basa nukleofil semakin cepat reaksi
Nukleofil semakin baik kalau semakin ke bawah
pada golongan dalam sistem berkala
Anion biasanya lebih reaktif dari nukleofil netral
Nukleofil adalah basa yang dapat merupakan
a. Basa Bronsted-Lowry, menangkap H+
b. Basa Lewis, melepaskan sepasang elektron

23

Gugus pergi
Gugus pergi yang baik mengurangi halangan
reaksi
Anion stabil adalah basa lemah yang biasanya
gugus pergi yang sangat baik dan dapat
mendelokalisasi muatan

24

25

Gugus Pergi Jelek


Jika suatu gugus sangat basa, ia akan
menghalangi reaksi
Alkil fluorida, alkohol, eter dan amina tidak
cenderung mengalami reaksi SN2.

26

Pelarut
Pelarut protik adalah senyawa yang memiliki sifat
asam yang mengandung proton, -OH atau NH,
membentuk ikatan hidrogen dengan muatan negatif
nukleofil. Misalnya alkohol
Energi dibutuhkan untuk memecah interaksi antara
reaktan dan pelarut
Pelarut polar aprotik (pelarut yang tidak
mengandung gugus N-H, O-H, S-H) membentuk
interaksi lebih lemah dengan substrat dan
mengizinkan reaksi lebih cepat

27

28

Substitusi Nukleofilik Unimolekul

29

Alkil halida tersier bereaksi cepat dalam pelarut protik


melalui mekanisme yang melibatkan pembebasan gugus
pergi sebelum terjadi adisi nukleofil disebut reaksi SN1
terjadi dalam dua tahap

Jika nukleofil ada dalam konsentrasi yang wajar (atau


berupa pelarut), maka ionisasi adalah langkah paling
Lambat

30

31

Diagram Energi SN1


Tahap penentu kecepatan adalah pembentukan
karbokation

32

Tahap pembatasan-laju reaksi


Laju reaksi keseluruhan dikendalikan oleh laju
langkah paling lambat
Laju reaksi tergantung pada konsentrasi spesies
dan konstanta laju pada setiap langkah
Energi keadaan transisi tertinggi pada diagram
adalah yang langkah penentu laju (yang tidak
selalu berpenghalang tertinggi)

33

Stereokimia reaksi SN1


Intermediet yang planar menghilangkan
kekiralan
Karbokation bebas adalah akiral
Produk reaksi adalah rasemat (campuran) atau
beberapa ada yang mengalami inversi
Produk reaksi dibentuk karena memiliki peluang
serangan yang sama terhadap Karbokation

34

35

Realitas SN1
Karbokation biasa bereaksi pada sisi yang
berlawanan dengan sisi gugus pergi
Reaksi yang terjadi disarankan dengan
karbokation yang berjarak dengan gugus pergi
selama terjadi adisi nukleofilik

36

Efek pembentukan pasangan ion


Jika gugus lepas tetap berasosiasi, maka produk
cenderung inversi daripada retensi
Produk hanya rasemat parsial dan cenderung
inversi daripada retensi
Assosiasi karbokation dan gugus lepas adalah
pasangan ion

37

38

Karakteristik Reaksi SN1


Substrat
Alkil halida tersier adalah yang paling reaktif
pada mekanisme ini
Reaksi dikontrol oleh kestabilan karbokation
Menurut postulat Hammond,Setiap faktor
yang menstabilkan intermediet berenergi
tinggi akan menstabilkan keadaan transisi
mengarah ke intermediet

39

40

Allylik dan Halida Benzylik


Intermediet Allylik dan benzylik distabilkan oleh
delokalisasi muatan
Allylik dan benzylik primer lebih reaktif pada
mekanisme SN2

41

Efek gugus pergi pada SN1


Secara kritik tergantung pada gugus pergi
Kereaktifan: ion halida yang lebih besar
merupakan gugus pergi yang lebih baik
Dalam asam, OH alkohol diprotonasi dan gugus
pergi adalah H2O, yang masih kurang reaktif
dibandingkan halida
p-Toluensulfonat (TosO-) adalah gugus pergi
yang baik

42

Nukleofil pada SN1


Bila adisi nuleofilik terjadi setelah pembentukan
karbokation, laju reaksi biasanya tidak
dipengaruhi oleh konsentrasi nukleofil

43

Pelarut pada SN1


Menstabilkan karbokation juga menstabilkan
keadaan transisi dan kontrol laju reaksi
Efek pelarut pada reaksi SN1 sebagian besar
untuk menstabilkan atau mendestabilkan
keadaan transisi

44

Pelarut polar memudahkan Ionisasi


Pelarut polar, protik dan basa Lewis tidak reaktif
memudahkan terbentuknya R+ (karbokation)
Kepolaran pelarut diukur sebagai polarisasi
dielectrik (P)
Pelarut nonpolar mempunyai P rendah
Pelarut polar mempunyai P tinggi

45

46

SN1 vs SN2

Efek pelarut

Nonpolar : heksan, benzen


Moderat polar : eter, aseton, etil asetat
Polar protik : H2O, ROH, RCO2H
Polar aprotik: DMSO, DMF, asetonitril

CH3

CH3 H

CH3 C N
N(CH3)2

SN1 vs SN2

A. Efek pelarut

Mekanisme SN1 didukung oleh pelarut protik polar


Menstabilkan R+, X (relatif RX)
dalam pelarut kurang polar
dalam pelarut lebih polar
R+X
RX

SN1 vs SN2
A. Efek pelarut

Mekanisme SN2 didukung oleh pelarut polar dan semi polar


dalam DMSO,
pelarutan OH- lemah,
OH- lebih reaktif

destabilisasi Nu,
meningkatkan nukleofilisitas

dalam DMSO
dalam H2O
RX + OH

dalam H2O, OHmembentuk ik.


hidrogen OH- kurang
reaktif

ROH + X

SN1 vs SN2
B. Kesimpulan
V SN1 meningkat (stabilitas karbokation)

RX =

CH3X

3
V SN2 meningkat (efek sterik)

bereaksi
terutama melalui
SN2
(k1 ~ 0, k2 besar)

dapat
bereaksi
dgn kedua
mekanisme

bereaksi
terutama
melalui SN1
(k2 ~ 0, k1
besar)

SN2 jika ada Nu baik (V = k2[RX][Nu])


-biasanya dalam pelarut polar aprotik
SN1 dapat terjadi tanpa kehadiran No baik (V = k1[RX])
- biasanya dalam pelarut polar protik (solvolisis)

50

Anda mungkin juga menyukai