Anda di halaman 1dari 4

SOAL :

Tn E 46th, 65kg, 162cm, MRS karena terjatuh dari motor. Dari diagnosa dokter, ternyata Tn E
mengalami Fraktur pada tulang paha. Kemudian dokter memberikan ketorolac 30 mg secara
iv tiap 8 jam. Pada hari ke 5, pasien mengeluhkan nyeri pada ulu hati. Dokter meminta saran
dari apoteker terkait masalah tersebut. Dari wawancara dengan apoteker, ternyata dipagi hari
feces pasien berwarna hitam. Pasien juga pernah terkena maag yang hebat beberapa tahun
yang lalu.
Lakukan Assesment kefarmasian menggunakan metode SOAP.
Subjek

Objek

Tn. E 46th
Jatuh dari motor Nyeri ulu hati
Feses berwarna

hitam
Maag hebat
beberapa tahun
lalu

BB. 65kg
TB. 162cm
Fraktur pada
tulang paha
R/ ketorolac
30 mg IV tiap
8 jam

Assesment
1. Dikontraindikasi :

Plan
1. Ketorolac tetap

ketorolac

digunakan tetapi

diindikasikan pada

dikombinasikan

pasien ulkus

dengan omeprazole

peptikum
2. Efek samping nyeri
ulu hati feses
berwana hitam).

injeksi 40mg
sebelum makan.
MONITORING:
-

Nyeri uluhati
Fraktur
Feses warna hitam

Penjelasan :
Fraktur tulag adalah patah pada tulang. Istilah yang digunakan untuk menjelaskan
berbagai jenis fraktur tulang antara lain (Corwin, 2009):

Fraktur komplet-Fraktur yang mengenai tulang secara keseluruhan.


Fraktur inkomplet-Fraktur yang mengenai tulang secara parsial.
Fraktur simple (tertutup)-fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur compound (terbuka)-Fraktur yang menyebabkan robeknya kulit.
Tn. E disini mengalami Fraktur simple (tertutup). Ketorolac termasuk golongan

NSAID. NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs)/AINS adalah suatu golongan obat
yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), anti piretik (penurun panas), dan anti
inflamasi (anti radang). Ketorolac merupakan NSAID (non steroid anti inflamamatory drug)
dengan efek analgesik kuat disertai aktivitas anti inflamasi sedang. dan merupakan NSAID
parenteral yang diindikasikan untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Oleh karena itu ketorolac
tetap digunakan karena untuk mengurangi rasa nyeri pada fraktur namun ketorolac disisi lain
juga memiliki efek samping yaitu ulkus peptikum (nyeri pada lambung), sehingga ketorolac
dikombinasikan dengan obat golongan PPI.
Penggunaan obat NSAID dan golongan PPI merupakan pilihan yang tepat untuk
penggunaan NSAID daripada H2 reseptor antagonis atau sulkrafat, karena selain dapat
menekan produksi asam, PPI juga mempunyai efek dapat mencegah kekambuhan ulkus.
Golongan obat ini mekanisme kerjanya dengan memblokir kerja enzim K+/H+ ATP-ase yang
akan memecah K+/H+ ATP. Pemecahan K+/H+ ATP akan menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam lambung dan menghubungkan sel parietal ke dalam
lumen lambung. Adapun jenis obat yang termasuk golongan proton pump inhibitor adalah
omeprazole, lanprazole, rabeprazole dan pantoprazole, dimana keempat obat ini efektif
diberikan untuk jangka pendek yaitu 4-8 minggu untuk pengobatan tukak peptikum. Dimana
omeprazole bekerja secara selektif yaitu dengan menghambat karbonat anhidrase mukosa
lambung.
Efek OAINS Pada Lambung
OAINS merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu, tropikal dan sistemik.
Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga
mempermudah trapping H+ masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan (Wallace et al.,
1997). Efek sistemik OAINS menghambat sintesa prostaglandin (Takeuchi et al., 1998).
Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang sangat penting bagi
mukosa lambung atau sebagai gastroprotektif ( Hansen dan Elliot, 2005). Di dalam lambung

COX-1 menghasilkan prostaglandin (PGE2 dan PGI2) yang menstimulasi mukus dan sekresi
bikarbonat serta menyebabkan vasodilatasi, suatu aksi yang menjaga mukosa lambung.
OAINS nonselektif menghambat COX-1 dan mengurangi efek sitoprotektif prostaglandin
sehingga dapat menyebabkan efek samping yang serius pada gastrointestinal atas, termasuk
perdarahan dan ulserasi (Enaganti, 2006 ; Mok dan Kwan, 2002).
Patologi Lambung
OAINS menyebabkan hambatan terhadap sintesis PG dapat menyebabkan penurunan
kemampuan pertahanan mukosa lambung terhadap iritan (Takeuchi et al., 1998). Menurut
Widjaja (1973); Damjanov (2000); Guyton dan Hall (1997), beberapa gangguan lambung
yang sering terjadi antara lain ulkus lambung dan gastritis. Menurut Julius (1992), adanya
gangguan-gangguan pada lambung seperti gastritis, erosi dan ulkus turut dipengaruhi oleh
beberapa faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor pertahanan (defensif) dari mukosa.
Pertahanan Mukosa Lambung
Lapisan mukosa lambung merupakan barier antara tubuh dengan berbagai bahan, termasuk
makanan, produk-produk pencernaan, toksin, obat-obatan OAINS dan mikroorganisme yang
masuk lewat saluran pencernaan (Malik, 1992). Menurut Guyton dan Hall (1997), mukus
adalah sekresi kental yang terutama terdiri dari air, elektrolit dan campuran beberapa
glikoprotein, yang terdiri dari sejumlah besar polisakarida yang berikatan dengan protein
dalam jumlah yang lebih sedikit. Lapisan ini memberikan perlindungan terhadap trauma
mekanis dan kimia (Wilson dan Lester 1994). Mukus menutupi lumen saluran pencernaan
yang berfungsi sebagai proteksi mukosa. Fungsi mukus sebagai proteksi mukosa untuk
pelicin yang, menghambat kerusakan mekanis (cairan dan benda keras), barrier terhadap
asam, barier terhadap enzim proteolitik (pepsin) dan pertahanan terhadap organisme patogen
(Julius, 1992).

DAFTAR PUSTAKA
Enaganti, S., 2006. Peptic ulcer disease. The disease and non-drug treatment.Hospital
Pharmacist.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Setiawan, Tengadi,
Santoso, penerjemah; Setiawan, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of
Medical Physiology.
Hansen, K. E., and Elliot, M. E., 2005.
Pathophysiological Approach, Mc Graw Hill

Osteoarthritis,

Pharmacotherapy, A

Julius. 1992. Patogenesis Tukak Peptik. Cermin Dunia Kedokteran


Malik, A., 1992. Mekanisme Proteksi Mukosa Saluran Cerna. Cermin Dunia Kedokteran.
Takeuchi K, Ukawa H, Konaka A, Kitamura M, Sugawa W. 1998. Effect of Nitric Oxide
Releasing Aspirin Derivate on Gastric Functional and Ulcerogenic Responses in Rats:
Comparison With Plain Aspirin. Journal of Pharmacology and Experimental
Therapeutics. 286.
Wallace, J. L., 1997. Nonsteroidal anti inflammatory drugs and Gastroenteropathy. the
Second Hundred Years. Gastroenterology 1997.
Wilson, L. M dan Lester, L., 1994. Lambung dan Duodenum. Patofisiologi. Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. (Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Procsses).
Edisi 4. Buku 1. Sylvia A. dan Lorraine M. W, editor. Dr. Peter Anugrah, alih bahasa.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai