II.
Tujuan Percobaan
- Mengetahui kadar air sisa yang terkandung dalam batubara
- Melakukan analisis menggunakan alat dengan baik dan benar
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat yang digunakan
- Neraca analitik
- Oven pengering
- Pan/Loyang pengering
- Top loading balance
- Cawan + penutup
- Desikator
III.
IV.
Dasar teori
Batubara merupakan mineral bahan bakar yang terbentuk sebagai suatu cebakan
sedimenter yang berasal dari penimbunan dan pengendapan hancuran bahan berselulosa
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan ini terpadatkan dan terubah karena adanya
proses tekanan dan panas. Bentuk awal dari hasil penimbunan dan pemadatan ini adalah
berupa gambut yang setelah mengalami tekanan dan pemanasan akan berubah berturutturut menjadi lignit, sub-bituminus, bituminus atau antrasit tergantung dari besarnya
tekanan dan pemanasan yang dialaminya.
Pada dasarnya batubara memiliki tiga komponen yaitu batubara murni, zat mineral dan
lengas total. Pada perlakuan panas yang diberikan kepada batubara maka akan terjadi
penguraian terhadap batubara, cara ini biasa ditunjukkan pada saat memberi perlakuan
panas terhadap batubara, cara ini disebut analisis proksimat. Dalam pengungkapan
kualitas batubara, analisis atau pengujian terhadap kualitas batubara didasarkan pada
keadaan As Received (ar), Air Dried Base (adb), Dry Base (db), Dry Ash Free (daf),
atau Dry Mineral Matter Free (dmmf).
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari
batubara apabila dipanaskan sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang
menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam batubara.
Ada dua bentuk/wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara
dalam bentuk H2O dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara karena
adanya oksidasi terhadap batubara tersebut.
Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O dibagi dalam 3 bentuk yakni :
1. Inherent moisture ialah air yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler
serta pori2 batubara yang relatif kecil, serta mempunyai tekan uap air yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat pada permukaan batubara.
2. Adherent moisture ialah air yang terdapat permukaan batubaraatau di dalam pori2
batubara yang relatif besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.
3. Air kristal ialah air yang terikat secara kimia pada mineral-mineral dalam batubara.
Bentuk ini menguap pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang
mengikatnya, penguapan pada umumnya mulai terjadi pada suhu diatas 450 derajat
celcius. Beberapa badan standarisasi international membuat metode untuk penetapan air
kristal ini, namun jarang orang mempergunakannya, amerika menetapkan bahwa air
kristal yang terdapat di dalam batubara ialah 8% dari kadar abu batubara, sedangkan
negara-negara eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu batubara.
PENGERTIAN MOISTURE PADA BATUBARA
Air total contoh batubara adalah jumlah air bebas dan air sisa dari contoh
batubara tersebut.
Air bebas adalah air yang dibebaskan pada contoh yang dikeringkan dalan
suhu kamar
Air sisa adalah contoh air yang masih terkandung dalam contoh yang telah
dikeringkan pada suhu kamar.
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori
batubara baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama
pemanasan.Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan
sampai pada suhu 105 110 derajat celcius.
Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang terdapat di
dalam batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk adherent sajalah yang
dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya, yaitu air
kristal mineral dan air hasil penguaraian zat organik karena oksidasi, tidak termasuk
sebagai air batubara.
ISTILAH YANG DIPAKAI
Berdasarkan bentuk-bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, kemudian
muncullah bermacam istilah yang dipergunakan, istilah-istilah tersebut antara lain :
Kondisi 1 : Inherent moisture (moisture holding capacity : bed moisture, equilibrium
moisture) dan Adherent moisture (surface moisture, free moisture).
Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous
moisture) dan Residual moisture.
Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis
sample)
selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang,
seperti natural moisture, internal moisture, critical moisture, chemically combined
moisture, as received moisture dan lain sebagainya.
PEMBAHASAN ISTILAH
Kondisi 1
1. Inherent moisture
Inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga
kapiler dan pori-pori batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara
teori dinyatakan bahwa kondisi tersebut ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 100%
serta suhu 30 derajat celcius.Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di
kedalaman aslinya, maka badan-badan standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk
dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.Standar internasional,
British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi pendekatan tersebut ialah
kondisi dengan tingkat kelembapan 96 97 % dengan suhu 30 derajat celcius. sedangkan
standar jepang menetapkan kondisi tersebut pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu
30 derajat celcius. sehingga hasil yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil
dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan standar lainnya.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur tinggi rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai
inherent moisture suatu batubara, semakin rendah tingkat rank batubara tersebut.
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan
moisture holding capacity (MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international standard
(ISO), British Standard (BS) dan Australia Standard (AS), sedangkan American Standard
(ASTM) mempergunakan istilah Equipment moisture, Moisture Holding Capacity dan
equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.
2. Adherent moisture
Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan
batubara dan pori-pori batubara yang relatif besar.Surface moisture ialah istilah yang
dipergunakan
oleh
international
standard
(ISO),BS,AS
sedangkan
ASTM
cukup besar terlebih lagi kalau mengandung mineral cukup besar pula, maka akan
menimbulkan masalah yang serius pada penanganan batubara tersebut (coal handling),
oleh karena itulah pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa jumlah partikel
halusnya.
Kondisi 2
1.Total Moisture
ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan
adherent pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau
pada pada kondisi saat batubara tersebut diterima (as received).
Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan
nilai residual moisture dengan rumus.
% TM = % FM + % RM x (1 % FM/100)
Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan
total moisture metode dua tahap (two state determination).
a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang baru
diterima atau yang baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi
tertentu sampai didapat berat konstannya.
Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan terakhir
dicapai perbedaan berat < 0,1%/jam.
Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM mempergunakan
istilah air dry loss (ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free moisture akan tetapi
istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda dengan istilah free moisture yang
dipergunakan oleh ISO, BS, AS.
b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang sudah
kering (setelah free moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105
110 derajat celcius, proses pengerjaan untuk mendapatkan nilai residual moisture
merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture (metode dua tahap).
Kondisi 3
1. Free Moisture (informatif) ialah istilah yang dipergunakan untuk mengambarkan
persen jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi
ruangan (suhu dan kelembapan ruangan) yang kadang2 dibantu dengan hembusan kipas
angin. Pengeringan tidak perlu dilakukan sampai dicapai berat konstan. Pengeringan
justru harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh metode standar. Hal ini dilakukan
agar pengeringan tidak terlalu berlebihan karena akan terjadi oksidasi terhadap batubara
tersebut sehingga mengurangi nilai calorific value.
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini
sifatnya hanya informatif dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya
tidak selalu harus sama.
2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um,
sedangkan ASTM mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah air
yang menguap dari contoh yang halus apabila dipanaskan pada suhu 105 110 derajat
celcius dan penetapannya merupakan bagian dari analisis proximate, istilah lain yang
banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample atau moisture saja. Nilai
moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis lainnya, yang ada
hubungannya dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal ini perlu dilakukan
apabila kita akan memperbandingkan dua hasil analisis dari contoh yang sama atau
diperlukan juga untuk pengklasifikasian batubara tersebut.
Tabel.Susunan unsur gambut, lignit, batubara subbitumen, bitumen,
dan antrasit
Karbon
Volatile
Calorivic
Moisture
60%
Matter
> 53%
Value
16,8 MJ/kg
Lignit
60-71%
53-49%
23,0 MJ/kg
35% insitu
Subbitumen
71-77%
49-42%
29,3 MJ/kg
25-10%
Bitumen
77-87%
42-29%
36,3 MJ/kg
insitu
Gambut
8% insitu
( Muchjidin, Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, 2006)
V.
Langkah Kerja
VI.
Data Pengamatan
Ukuran
Massa Cawan
Massa Sampel
Massa Cawan
Massa cawan
Batubara
+ Tutup (gr)
(gr)
+ Tutup +
+penutup+sampel
Sampel (gr)
setelah
51.61
pemanasan(gr)
1jam
=51,57
1jam ke 2 =51.52
-60 Mesh
VII.
50,60
Perhitungan
Penentuan Kadar Air Sisa (Residual Moisture)
Batubara -60 mesh
Dik : w = 51,57 gr
Penyelesaian :
H (Berat sampel setelah pemanasan) = (51,57-51,52)gr
= 0,05 gr
RM =
( WWH ) X 100
gr
( (51,5751,52)
) X 100
51,57
= 0,096 %
Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan pada penentuan kadar air pada
batubara ini kami hanya melakukan percobaan penentuan kadar air sisa
dikarenakan batubara yang digunakan sebagai sampel tidak langsung diambil dari
tempat batubara ditambang, sampel ini telah beberapa hari di udara terbuka
sehingga air pada permukaannya telah mengering..Selain untuk mengetahui kadar
air pada batubara juga untuk mengetahui peringkat batubara yang digunakan.
Sebelum sampel dimasukkan, terlebih dahulu cawan dipasankan dan
didingikan pada desikator selama 30 menit ini dimaksudkan agar cawan dalam
kondisi kering.
Pada penentuan kadar air sisa ini kami menggunakan sampel batubara
ukuran -60 mesh yang dipanaskan pada suhu 107C selama 1 jam dalam oven
pengering dan didinginkan.Kehilangan berat dari tiap ukuran sampel batubara
yang telah dihitung didapat pada sampel -60 mesh 0,05 gr.
Dari batubara ukuran -60 mesh dapat diketahui kadar air sisanya. batubara
ukuran -60 mesh kadar air sisanya sebesar 0.096 % Dari hasil ini diketahui bahwa
sampel
batubara
yang
kami
gunakan
termasuk
dalam
batubara
VIII.
Kesimpulan
Preparasi sample bertujuan untuk menyediakan suatu sample yang jumlahnya
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
Kelompok 3 , Kelas 3EGD:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Uswatun Hasanah
Widya Dwijulianty
Youges Putra Merly
Fanrisan Januero Pasaribu
Saidina Ali
Tia Hanifah A
Tri Kurniawan
Yossy Karlina
(061540411926)
(061540411927)
(061540411928)
(061540412258)
(061540412259)
(061540412260)
(061540412261)
(061540412262)
Dosen pembimbing :
Ir.K.A Ridwan, M.T.
Oven/Muffle Furnace
Neraca Analitik
Desikator
Cawan Porselin