Anda di halaman 1dari 36

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


NOMOR : SKEP/91/IV/2008
TENTANG
PERALATAN PENUNJANG PELAYANAN DARAT PESAWAT UDARA
(GROUND SUPPORT EQUIPMENT/GSE)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,


Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48


Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar udara Umum telah
diatur ketentuan kegiatan usaha kegiatan penunjang di bandar
udara;

b.

bahwa peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara


(ground support equipment/GSE) merupakan bagian dari peralatan
untuk melakukan kegiatan penunjang di bandar udara telah diatur
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/75/III/2001;

c.

bahwa dengan meningkatnya kegiatan penunjang di bandar udara


dan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan di lapangan, maka
pengaturan peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara
perlu diatur kembali;

d.

bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a., b, dan c,


perlu mengatur Peralatan Penunjang Pelaynanan Darat Pesawat
Udara (Ground Support Equipment/GSE) dengan Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

1.

Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3481);

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan


dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4075);

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang


Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);

4.

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,


Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara RI sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

5.

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi


dan Tugas Eselon I Kementrian Negara RI sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007;

6.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2001


tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 37 Tahun 2006;

7.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 48 Tahun 2002


tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;

8.

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor


SKEP/100/IX/1985 tentang Peraturan Tata Tertib Bandar Udara;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


TENTANG
PERALATAN PENUNJANG PELAYANAN DARAT
PESAWAT UDARA (GROUND SUPPORT EQUIPMENT/GSE).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Keputusan ini maksudkan dengan :
1.

Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (Ground


Support Equipment/GSE) adalah alat-alat bantu yang
dipersiapkan untuk keperluan pesawat udara di darat pada saat
kedatangan dan/atau keberangkatan, pemuatan dan/atau
penurunan penumpang, kargo dan pos;

2.

Sertifikasi Peralatan adalah tanda bukti terpenuhi kelaikan


peralatan untuk dioperasikan;

3.

Kelaikan adalah terpenuhinya standar teknis dan standar operasi


peralatan penunjang palayanan darat pesawat udara (Ground
Support Equipmen/GSE);

4.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

5.

Direktur adalah Direktur yang bertanggung jawab di bidang


keselamatan penerbangan.
BAB II
SERTIFIKASI PERALATAN
PENUNJANG PELAYANAN DARAT PESAWAT UDARA
Pasal 2

(1)

Setiap peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara yang


dioperasikan di Bandar udara, harus memiliki Sertifikat Kelaikan
Operasi yang diterbitkan oleh Direktur.

(2)

Sertifikat Kelaikan Operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


berlaku selama peralatan penunjang pelayanan darat pesawat
udara dioperasikan dan setiap 2 (dua) tahun dilakukan evaluasi.
Pasal 3

Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2, terdiri dari :
a. Aircraft Towing Narrow (ATN)
b. Aircraft Towing Wide Body (ATW)
c. Aircraft Towing Tow Bar (ATB)
d. Baggage Towing Tractor (BTT)
e. Baggage Conveyor Loader (BCL)
f. High Lift Loader (HLL)
g. Main Deck Loader (MDL)
h. Passenger Boarding Stair (PBS)
i. Lavatory Service Truck/Cart (LST/C)
j. Water Service Truck/Cart (WST/C)
k. Baggage Cart (BCT)
l. Container Dollies (CPDL)
m. Pallet Dollies (PDL)
n. Air Conditioing Unit Truck (AUT)
o. Ground Power Unit (GPU)
p. Apron Passenger Bus (APB)
q. Gas Turbine Compressor (GTC/ASU)
r. Incapaciatated Passenger Loading Vehicle (IPL)
s. High Lift Catering Truck (HCT)
t. Crew Transportation Vehicle (CTV)
u. Cargo Transporter Loader (CTL)

v. Forklift Truck for Loading Aircraft Lower Deck (FLT)


w. Refueling De Fueling Truck (RDT)
x. Aviobridge
Pasal 4
(1)

Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara (Ground


Supplort Equipment/GSE) untuk mendapatkan Sertifikat Kelaikan
Operasi harus :
a.
b.

Memnuhi persyaratan teknis peralatan;


Memiliki dokumen peralatan;
1) prosedur operasi peralatan;
2) prosedur perawatan peralatan;
3) catatan perawatan peralatan.

(2)

Standar teknis peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a, termuat dalam Lampiran Peraturan ini;

(3)

Dokumen peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


mengacu kepada dokumen yang dikeluarkan oleh pabrik yang
memproduksi peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara
(Ground Supplort Equipment/GSE).
Pasal 5

(1)

Untuk memperoleh Sertifikat Kelaikan Operasi, perusahaan yang


mengoperasikan peralatan penunjang pelayanan darat pesawat
udara, mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur
dengan melampirkan :

a. prosedur operasi peralatan;


b. prosedur perawatan peralatan;
c. catatan perawatan peralatan.
(2)

Pemberian sertifkat atau penolakan sertifikat oleh Direktur


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima
secara lengkap menurut contoh pada Lampiran II Peraturan ini.
Pasal 6

(1)

Permohonan Sertifikat Operasi Peralatan Penunjang Pelayanan


Darat Pesawat Udara diterima secara lengkap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, dilakukan evaluasi terhadap :

a. terpenuhinya standar teknis peralatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (2);

b. kepatuhan terhadap pelaksanaan dokumen sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)

(2)

Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilimpahkan


kepada Badan Hukum Indonesia yang telah mendapatkan Sertifikat
Persetujuan Pengujian oleh Direktur.
Pasal 7

(1)

Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,


Direktur melakukan pemeriksaan dan pengujian secara fisik
terhadap peralatan.

(2)

Pemeriksaan dan pengujian secara fisik sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), merupakan serangkaian tindakan pemantauan
terhadap peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara
untuk mengetahui terpenuhinya standar teknis peralatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 8

Pemegang Sertifikat Kelaikan Operasi harus :

a. Memasang stiker Sertifikat Kelaikan Operasi pada peralatan ditempat


yang mudah dilihat;

b. Mempertahakan kehandalan peralatan penunjang pelayanan darat


pesawat udara sesuai dengan prosedur yang dimiliki;

c. Melaporkan pengoperasian dan perawatan peralatan setiap 1 (satu)

kali setahun kepada Pejabat Pemengang Fungsi Pemerintah di


bidang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan di Bandar Udara
(Adbandara) dan tembusan kepada Direktur Keselamatan
Penerbangan;
d. Melaporkan apabila terjadi modifikasi atau rekondisi peralatan atau
perbaikan atau perawatan diluar bandar udara;
e. Mengentikan pengoperasian peralatan penunjang pelayanan darat
pesawat udara yang tidak memenuhi persyaratan peralatan;
Pasal 9
(1)

Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara harus


dilakukan Sertifiasi Operasi ulang apabila :

a. Peralata penunjang pelayanan darat pesawat udara dilakukan


perubahan peruntukan/fungsi (modification) peralatan;
b. Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara dilakukan
perbaikan untuk mengembalikan kondisi seperti awal (recondition) peralatan;
c. Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara dilakukan
perbaikan atau perawatan di luar bandar udara;

(2)

Sertifikasi Kelaikan Operasi Ulang sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara fisik
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7
Pasal 10

(1)

Sertifikat Kelaikan Operasi dapat dicabut apabila Pemegang


Sertifikat Kelaikan Operasi Melanggar salah satu ketentuan dalam
Pasal 8.

(2)

Pencabutan sertifkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh)
hari kalender

(3)

Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak


diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan Sertifikat Kelaikan
Operasi Untuk Jangka Waktu Paling Lama 3 (tiga) bulan

(4)

Apabila pembekuan Sertifikat Kelaikan Operasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) habis jangka waktunya dan tidak ada
usaha perbaikan atau perubahan maka Sertifikat Kelaikan Operasi
di cabut.
Pasal 11

Sertifikat Kelaikan Operasi dibekukan atau dicabut tanpa melalui proses


peringatan dalam hal pemilik atau yang menguassi peralatan terbukti :
a. memperoleh Sertifikat Kelaikan Operasi secara tidak sah, atau
b. mengadakan perubahan peruntukan/fungsi (modification) atau
perbaikan untuk mengembalikan kondisi seperti awal (re-condition)
atau dilakukan perbaikan atau perawatan diluar bandar udara.
Pasal 12
Pejabat pemegang fungsi pemerintah di bidang keamanan dan
keselamatan penerbangan di bandar udara melakukan pengawasan
terhadap pengoperasian peralatan penunjang pelayanan darat pesawat
udara berdasarkan peraturan ini

BAB III
PRODUK DALAM NEGERI ATAU PERUBAHAN
Pasal 13
(1)

Setiap produksi dalam negeri atau perubahan peruntukan/fungsi


(modification) peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara
harus mendapat persetujuan dari DIrektur Keselamatan
Penerbangan.

(2)

Untuk memperoleh Persetujuan produksi dalam negeri atau


perubahan peruntukan/fungsi (modification) peralatan penunjang
pelayanan darat pesawat udara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Direktur dengan melampirkan :

a. Standar teknis peralatan


b. Prosedur operasi peralatan, dan
c. Prosedur perawatan peralatan
(3)

Pemberian persetujuan atau penolakan produksi atau perubahan


peruntukan/fungsi
(modification)
peralatan
oleh
Direktur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah permohonan diterima
secara lengkap menurut contoh pada Lampiran III Peraturan ini.
BAV IV
SERTIFIKASI PERSETUJUAN PENUNJUKAN
Pasal 14

(1)

Badan Hukum Indonesia untuk dapat Sertifikat Persetujuan


Pengujian dari Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) harus memenuhi persyaratan :
a.

Badan Hukum Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas


(PT) yang telah mendapat pengesahan oleh lembaga yang
berwenang;
b. Memiliki prosedur pengujian peralatan;
c. Memiliki Sumber Daya Manusia untuk melakukan pengujian;
d. Memiliki peralatan pengujian
(2)

Badan Hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a. yang mempunyai kegiatan penyediaan, pengusahaan dan
pengoperasian peralatan penunjang pelayanan darat pesawat
udara, organisasi atau unit kerja yang melakukan pengujian harus
terpisah dengan organisasi atau unit kerja yang melakukan

kegiatan penyediaan, pengusahaan dan pengoperasian peralatan


penunjang pelayanan darat pesawat udara.
(3)

Prosedur pengujian peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b meliputi :

(4)

Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


c, harus berkualifikasi :

a. Pengetahuan
b.
c.
d.
e.
f.

tentang
peralatan
GSE
dan
mampu
mengoperasikan sesuai dengan prosedur;
Pengetahuan tentang alat uji dan mampu mengoperasikannya
sesuai dengan prosedur;
Pengetahuan tentang basic hydroulic, pneumatic electric motor
bakar, turbin gas dan struktur alat uji yang diuji;
Pengetahuan tentang basic inspection;
Pengetahuan tentang peraturan keselamatan penerbangan sipil
khusus yang berkaitan dengan ground handling;
Sebagai inspector berdasarkan surat penunjukan yang
dikeluarkan Direktur.
Pasal 15

(1)

Untuk mendapat Sertifikat Persetujuan Pengujian sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14, Badan Hukum Indonesia mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Direktur dengan melampirkan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

(2)

Akta perusahaan pendirian perusahaan;


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Surat keterangan domisili;
Struktur organisasi perusahaan;
Daftar Sumber Daya Manusia yang dimiliki;
Prosedur pengujian yang akan digunakan;
Daftar Peralatan yang akan digunakan untuk pengujian.

Pemberian atau penolakan sertifikat oleh Direktur sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.
Pasal 16

Sertifikat Persetujuan Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,


berlaku selama Badan Hukum Indosesia tersebut menjalankan usahanya
dan setiap 2 (dua) tahun dievaluasi.

Pasal 17
Badan Hukum Indonesia yang telah mendapatkan Sertifikat Persetujuan
Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 harus :

a. Melakukan kegiatan pengujian sesuai dengan prosedur pengujian


b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara dan prosedur


alat uji yang telah disetujui oleh Direktur;
Pengujian penunjang pelayanan darat pesawat udara dilaksanakan
dengan cara yang tidak menggangu keamanan, keselamatan,
ketertiban dan kelancaran penerbangan;
Melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara apabila
terjadi perubahan atau domisili perusahaan selambat-lambatnya 30
hari kerja sejak perubahan dimaksud;
Melaporkan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara apabila
terjadi perubahan pengurus perusahaan selambat-lamabatnya 30
hari kerja sejak perubahan dimaksud;
Meminta pengesahan Direktur atas setiap perubahan prosedur
pengujian peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara dan
perosedur penggunaan alat uji
Menyampaikan setiap hasil pengujian kepada Direktur selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah pengujian selesai
dilaksanakan.
Menyampaikan laporan tahunan kepada DIrektur Jenderal;
Mematuhi ketentuan-ketentuan di bidang teknis, operasi dan
keselamatan penerbangan
Pasal 18

(1)

Badan Hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,


dalam melakukan pengujian peralatan penunjang pelayanan darat
pesawat udara dapat memungut biaya pengujian.

(2)

Besarnya biaya pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan besarnya kesepakatan antara penguji dan pemilik
peralatan.
Pasal 19

(1)

Sertifikat Persetujuan dapat dicabut apabila :


a. Badan Hukum Indonesia melanggar salah satu ketentuan pasal
17; atau
b. Tidak mampu merawat alat uji sehingga alat uji yang
dipergunakan tidak dapat dioperasikan.

(2)

Pencabutan Sertifikat Persetujuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3

(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing


14 (empat belas) hari kerja.
(3)

Apabila peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


tidak diindahkan, dilanjutkan pembekuan Sertifikat Persetujuan
untuk jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja.

(4)

Jika pembekuan Sertifikat Persetujuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) habis waktunya dan tidak ada perbaikan, Sertifiakt
Persetujuan dicabut.
Pasal 20

Sertifikat Persetujuan dicabut tanpa melalui proses peringatan dan


pembekuan, dalam hal Badan Hukum Indonesia yang bersangkutan
terbukti :

a. Melakukan

tindakan yang membahayakan keamanan dan


keselamatan penerbangan; atau
b. Memperoleh Sertifikat persetujuan dengan cara memberikan
keterangan yang tidak benar pada waktu mengajukan permohonan
Sertifikat Persetujuan atau tanpa melalui prosedur yang telah
ditetapkan.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Dengan berlakunya peraturan ini, semua peralatan penunjang palayanan
darat pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, yang telah
ada dan beroperasi tetap dapat dioperasikan, dengan ketentuan
selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak
berlakunya peraturan ini harus menyesuaikan dengan ketentuan yang
diatur dalam peraturan ini.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 22
Dengan berlakunya Peraturan ini, Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor SKEP/75/III/2001 tentang peralatan
Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support
Equipment/GSE) dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor SKEP/93/IV/2001 Tentang Persyaratan Badan Hukum Indonesia
sebagai Pelaksana Pengujian Peralatan Penunjang Pelayanan Darat

Pesawat Udara (Ground Support Equipment/GSE) dinyatakan tidak


berlaku.
Pasal 23
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan
:
Pada tanggal :

JAKARTA
21 April 2008

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


TTD
BUDHI SUYITNO
NIP. : 120 088 924
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Menteri Perhubungan;
Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan;
Inspektur Jenderal Departemen Perhubungan;
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
Para Direktur di lingkungan Ditjen Hubud;
Para Kepala Kantor Administrator Bandar Udara;
Para Kepala Bandar Udara;
Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura I;
Direksi PT. (Persero) Angkasa Pura II.
INACA

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA


Nomor
: Skep/47/III/2007
Tanggal
: 12 Maret 2007

STANDARD TEKNIS PERALATAN PENUNJANG PELAYANAN DARAT


PESAWAT UDARA (GROUND SUPPORT EQUIPMENT/GSE)
1.

AIRCRAFT TOWING TRACTOR NARROW BODY (ATN)

1.1.

Umum.
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Aircraft Towing Tractor
Narrow Body (ATN) dengan tenaga penggerakan sendiri untuk mendorong atau
menarik pesawat udara MTOW pesawat sampai dengan 80 Tons dan drawbar pull
ATN tersebut sampai dengan 6.4 Tons atau berat Aircraft Towing Tractor Narrow
Body (ATN) tersebut sampai dengan 10.6 Tons.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang di keluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Aircraft Towing Tractor Narrow Body (ATN) harus terprogram dan
terdokumentasi dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

1.2.

Spesifikasi Kelaikan Oprasional.


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Transmisi
o Automatic.
c. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Unit dengan tenaga battery sistem kelistrikan harus mempergunakan arus
searah (DC).
d. Brake system.
o Sistem pengereman (Brake System) berfungsi baik pada saat kendaraan
dioperasikan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
e. Steering.
o Hydraulic power steering.

f. Tow Hitch.
o Dilengkapi dengan Tow Hitch yang terletak di bagian tengah depan dan
belakang.
1.3.

Safety Devices.
a. Unit dilengkapi dengan Emergency stop.
b. Kecepatan maksimum unit 25 km/jam.

1.4.

Lain-Lain.
Alat pemadam (Fire extinguisher) yang laik digunakan.

2.

AIRCRAFT TOWING TRACTOR WIDE BODY (ATW).

2.1.

Umum.
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Aircraft Towing Tractor Wide
Body (ATW) dengan tenaga penggerak sendiri untuk mendorong atau menarik
pesawat udara dengan MTOW diatas 80 Tons dan drawbar pull Aircraft Towing
Tractor Wide Body (ATW) tersebut diatas 6.4 Tons atau berat Aircraft Towing
Tractor Wide Body (ATW) tersebut diatas 10.6 Tons.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional yang ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat.
c. Perawatan Aircraft Towing Tractor Wide Body (ATW) harus terprogram dan
terdokumentasi dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik.

2.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional.


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Transmisi
o Automatic.
c. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Unit dengan tenaga battery sistim kelistrikan harus menggunakan arus searah
(DC).

d. Brake system
o Brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
e. Steering
o Hydraulic power.
f. Tow Hitch
o Dilengkapi dengan Tow hitch yang terletak di bagian tengah depan dan
belakang.
o Aircraft Towing Tractor Wide Body (ATW) dengan jenis Towbarless cukup
dilengkapi dengan satu buah Tow hitch apabila menggunakan tow bar.
2.3.

Safety Devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Kecepatan maksimum unit 25 km/jam.

2.4.

Lain Lain
Alat pemadam (Fire extinguisher) yang laik digunakan.

3.

AIRCRAFT TOWING BAR (ATB)

3.1.

Umum
b. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Aircraft Towing Bar (ATB)
sebagai penghubung antara nose landing gear dengan traktor untuk mendorong dan
menarik pesawat udara.
c. Perawatan Aircraft Towing Bar (ATB) harus terprogram dan terdokumentasi.

3.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


Tow Head
o Disesuaikan dengan masing-masing type pesawat.
o Dilengkapi dengan shear pin sesuai masing-masing type pesawat.

3.3.

Safety Devices
Pengait tow head ke nose gear pesawat harus dilengkapi dengan lock pin.

4.

BAGGAGE TOWING TRACTOR (BTT)

4.1.

Umum

4.2.

a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Baggage Towing Tractor


(BTT) dengan tenaga penggerak sendiri untuk menarik ULD yang berisi
bagasi/kargo dari terminal ke pesawat dan sebaliknya.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Baggage Towing Tractor (BTT) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.
Spesifikasi Kelaikan Operasional
a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (teady red) pada saat kendaraan
beroperasi .
o Unit dengan tenaga battery sistim kelistrikan harus mempergunakan arus searah
(DC).
c. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Tow Hitch
o Dilengkapi dengan tow hitch yang terletak di bagian tengah belakang.
o Tow hitch belakang harus dapat dilihat dari tempat duduk kemudi.
o Unit hanya boleh dilengkapi dengan 1 (satu) tempat duduk pengemudi.

4.3.

Safety Devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Kecepatan maksimum unit 25 km/jam.
c. Unit hanya boleh dilengkapi dengan 1 (satu) tempat duduk pengemudi.

4.3.

Lain Lain.
Alat pemadam (fire exthinguisher) yang laik digunakan.

5.

BELT CONVEYOR LOADER (BCL)

5.1.

Umum.
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Belt Conveyor Loader (BCL)
dengan tenaga penggerak sendiri untuk menaikkan dan menurunkan barang dari
dan ke Cargo compartment untuk pesawat udara narrow body atau bulk cargo
untuk pesawat wide body.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Belt Conveyor Loader (BCL) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

5.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional.


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Kelistrikannya harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja malam hari.
c. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. belt
o Belt dengan permukaan anti slip tahan segala cuaca.
o Lebar belt minimum 0.6 m, dengan tepi yang rapi dan licin (tidak ada tonjolan).
o Tidak menampung genangan air.
o Rollers harus cukup untuk menjaga agar pergerakan belt tetap merata.
o Tegangan belt dapat diatur (adjust) secara manual.

5.3.

Safety Devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Unit dilengkapi dengan Emergency stop.
c. Dilengkapi dengan manual hand pump untuk system hydraulic.

5.4.

Lain Lain
a. Alam pemadam (fire exthinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

6.

HIGH LIFT LOADER (HLL)

6.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan High Lift Loader(HLL)
dengan tenaga penggerak sendiri untuk meanaikkan dan menurunkan (loadingunloading) ULD (pallet dan container) ke dan dari Aircraft Cargo Compartment.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan High Lift Loader (HLL) harus terprogram dan terdokumentasi dengan
mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

6.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Transmisi
o Automatic
c. Kelaikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk operasional malam hari.
o Unit dengan tenaga battery sistim kelistrikan harus mempergunakan arus searah
(DC).
d. Breake system
o Service breake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking breake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.

6.3.

Safety Devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Emergency stop dilengkapi pada lokasi main panel, driver panel/operator panel.
c. Dilengkapi dengan manual hand pump untuk system hydraulic.
d. Peralatan tidak dapat digerakkan (maju-mundur) pada saat posisi operated.

e. Peralatan tidak dapat digerakkan (maju-mundur) pada saat posisi stabilizer turun
(keluar).
f. Unit harus dilengkapi dengan stopper yang bekerja secara otomatis.
g. Unit harus dilengkapi dengan guide rail yang bekerja secara otomatis.
h. Auto leveling antara platform depan dan belakang harus bekerja secara otomatis.
6.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

7.

MAIN DECK LOADER (MDL)

7.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Main Deck Loader (MDL)
dengan tenaga penggerak sendiri untuk menaikkan dan menurunkan (loadingunloading) ULD (pallet dan container) dari dan ke Aircraft Main Deck.
b. Untuk harus dilengkapi data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Main Deck Loader (MDL) harus terprogram dan terdokumentasi dengan
mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

7.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Transmisi
o Automatic
c. Kelaikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk operasional malam hari.
d. Breake system
o Service breake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking breake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.

7.3.

Safety Devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Emergency stop dilengkapi pada lokasi main panel, driver panel/operator panel.

c. Dilengkapi dengan manual hand pump untuk system hydraulic.


d. Peralatan tidak dapat digerakkan (maju-mundur) pada saat posisi operated.
e. Peralatan tidak dapat digerakkan (maju-mundur) pada saat posisi stabilizer turun
(keluar).
f. Unit harus dilengkapi dengan stopper yang bekerja secara otomatis.
g. Unit harus dilengkapi dengan guide rail yang bekerja secara otomatis.
7.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

8.

PASSANGER BOARDING STAIR (PBS)

8.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Passanger Boarding Stair
(PBS) dengan tenaga penggerak sendiri untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang dari dan ke pesawat.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Passanger Boarding Stair (PBS) harus terprogram dan terdokumenkasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

8.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu sorot untuk operasional malam hari.
o Lampu tangga terpasang di kiri dan kanan anak tangga (step).
c. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Stair
o Anak tangga (step) dengan permukaan anti slip dan tahan segala cuaca
dilengkapi dengan lobang untuk menghindari genangan air.
o Lebar tangga harus mampu untuk dilewati 2 (dua) orang secara berjajar.
o Dilengkapi dengan pegangan tangan di kedua sisi sepanjang tangga.

e. Platform
o Sliding hand rail harus bebas dari membuka/menutupnya pintu pesawat dan
bagian yang berhubungan langsung dengan pesawat dilengkapi dengan karet
pelindung (rubber bumper)
f. Stabilizer
o Dilengkapi stabilizer untuk memberikan stabilitas pada saat pengoperasian
menaikkan dan menurunkan penumpang.
8.3.

Safety Devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
c. Dilengkapi dengan manual hand pump untuk system hydraulic.

8.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

9.

LAVATORY SERVICE TRUCK (LST/C)

9.1.

Umum

9.2.

a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Lavatory Service Truck


(LCT/C) dengan tenaga penggerak sendiri untuk pengangkutan dan pembuangan
kotoran (waste) serta melakukan pembilasan dan pembersihan toilet pesawat udara.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatan.
c. Perawatan Lavatory Service Truck (LST/C) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.
Spesifikasi Kelaikan Operasional
a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk operasional malam hari.

c. Breake system
o Service breake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking breake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Tank
o Terdiri dari dua bagian yaitu tangki penampung kotoran (waste tank) dan
tangki pembilas (rinse tank).
o Masing-masing tangki dilengkapi dengan man hole beserta penutupnya dan
memungkinkan orang masuk untuk membersihkan dan melaksanakan inspeksi,
adapun pada tangki bagian bawah dilengkapi dengan kran pembuangan air.
9.3.

Safety Devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Unit dilengkapi dengan water pressure dan flow meter indicator yang terkalibrasi
dan dapat dibuktikan validasinya.
c. System water dilengkapi dengan pressure relief valve yang bisa disetel antara 21
s/d 50 psi.

9.4.

Lain Lain
Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.

10.

WATER SERVICE TRUCK (WST/C)

10.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Water Service Truck (WST/C)
dengan tenaga penggerak sendiri untuk supply potable water ke pesawat udara.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
b. Perawatan Water Service Truck (WST/C) harus terprogram da terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat termasuk
sterilisasi tangki air.

10.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk operasional malam hari.

c. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Tank
o Bahan tangki dan pipa terbuat dari stainless steel.
o Dilengkapi dengan man hole dan penutupnya yang memungkinkan orang
masuk untuk membersihkan dan melaksanakan inspeksi, adapun pada tangki
bagian bawah di lengkapi dengan kran pembuangan air.
10.3.

Safety Devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Unit dilengkapi dengan water pressure dan flow meter indicator yang terkalibrasi
dan dapat dibuktikan validasinya.
c. System water dilengkapi dengan pressure relief valve yang bisa disetel antara 21
s/d 50 psi.

10.4.

Lain Lain
a. alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

11.

BAGGAGE CART (BCT)

11.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Baggage Cart (BCT) untuk
mengangkut bagasi dan kargo dari terminal ke pesawat dan sebaliknya.
b. Perawatan Baggage Cart (BCT) harus terprogram dan terdokumentasi.

11.2.

Spesifikasi Kelaikan Oprasional


a. Kapasitas.
o Unit mampu Mengangkut beban sampai dengan berat 1500 kilogram.
b. Brake system.
o Dilengkapi parking brake system atau wheel chock yang mampu menahan berat
unit pada saat parkir.
c. Lantai/platform
o Ketinggian lantai maksimal 600 mm diatas pemukaan tanah.
o Lantai dibuat sedemikian rupa sehinga tidak merusak bagasi/kargo dan tidak
memungkinkan adanya genangan air.
o Dilengkapi dengan pagar pengaman disemua sisi.

11.3.

Safety Devices
a. Dilengkapi dengan karet pelindung disetiap sudut.
b. Rangkaian Baggage Cart (BCT) maksimal 4 (empat) unit.

12.

CONTAINER DOLLIES (CDL)

12.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Container Dollies (CDL)
untuk mengangkut kontainer bagasi dan kargo dari terminal ke pesawat dan
sebaliknya.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat
/karoseri.
c. Perawatan Container Dollies (CDL) harus terprogram dan terdokumentasi dengan
mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

12.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Kapasitas
o Unit mampu mengangkut beban sampai dengan berat 1600 kilogram.
o Mampu untuk mengangkut kontainer dengan type LD-1, LD-2, LD-3
b. Brake System
Dilengkapi parking brake system atau wheel chook yang mampu menahan berat
unit pada parking.
c. Platform
Dilengkapi stopper di depan dan belakang.
Dilengkapi guide di kedua sisi.

12.3.

Safety Devices
Rangkaian Container Dollies (CDL) maksimal 4 (empat) unit.

13.

PALLET DOLLIES (PDL)

13.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Pallet Dollies (PDL) untuk
mengangkut UDL (pallet dan container) dari terminal ke pesawat dan sebaliknya.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/karoseri.
c. Perawatan Pallet Dollies (PDL) harus terprogram dan terdokumentasi dengan
mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat/karoseri.

13.2. Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Kapasitas
o Unit mampu mengangkut beban sampai dengan berat 6800 kilogram.
o Mampu untuk mengangkut pallet dan kontainer dengan type LD-1, LD-3, LD6, LD-7, LD-10.
b. Breake system
o Dilengkapi parking brake system atau wheel chook yang mampu menahan
berat unit pada saat parkir.
c. Platform
o Dilengkapi stooper sesuai masing-masing ukuran ULD.
o Dilengkapi guide di kedua sisi.
13.2.

Safety Devices
Rangkaian Pallet Dollies (PDL) maksimal 3 (tiga) unit

14.

AIR CONDITIONING UNIT (AUT)

14.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupaka persyaratan dari peralatan Air Conditioning Unit (AUT)
untuk mensuply udara dingin (air conditioned) sesuai kebutuhan pesawat udara.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional yang ditunjukan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Air Conditioning Unit (AUT) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik.

14.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu panel.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady Red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu indikasi malam hari.
c. Brake system
o Parking brake system mampu untuk menahan berat unit pada saat parkir.

14.2.

Safety Devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Unit dilengkapi dengan falisitas (dump valve) untuk pemutusan aliran udara dingin
bertekanan ke pesawat udara.
c. Unit dilengkapi dengan indicator air temperature yang terkalibrasi dan dapat
dibuktikan dengan sertifikat serta validasinya.

14.3.

Lain Lain
Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.

15.

GROUND POWER UNIT (GPU)

15.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Ground Power Unit (GPU)
untuk mensupply tenaga listrik dengan frenkuensi 400 Hz, 115/200 Volt AC atau
28 Volt DC sesuai dengan kebutuhan pesawat udara.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional yang ditunjukan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Iground Power Unit (GPU) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik.

15.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin Penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu panel.
o Lampu berwarna merah tidak berkedip (Steady Red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu indikasi malam hari.
c. Brake system
o Parking brake system mampu untuk menahan berat unit pada saat parker.

15.3.

Safety Devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Unit dilengkapi indicator ampere meter, volt meter dan frequency meter yang
terkalibrasi dan dapat dibuktikan dengan sertifikat serta validasinya.

c. Unit dilengkapi dengan pengaman :


o Over-under frequency.
o Over-under voltage.
o Overload.
15.4. Lain Lain
Alat pemadam (fire Extinguisher) yang laik digunakan
16.

APRON PASSENGER BUS (APB)

16.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Apron Passenger Bus (APB)
dengan tenaga penggerak sendiri untuk mengangkut penumpang dari tempat ke
pesawat udara.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/karoseri.
c. Perawatan Apron Passenger Bus (APB) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat/karoseri.

16.2. Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Steering
o Hydraulic power steering.
c. Kelaikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kabin yang cukup menerangai seluruh ruangan.
o Lampu tanda malam hari.
d. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.

e. Kabin
o Ketinggian lantai kabin maksimal 300 mm dari tanah, tanpa ada tangga (stepa)
antara.
o Lantai kabin terbuat dari bahan anti slip.
o Dilengkapi dengan alat komunikasi antara pengemudi dengan penumpang dan
HT atau Radio base.
o Dilengkapi dengan pendingin ruangan.
f. Pintu penumpang/utama
o Dilengkapi dengan 2 pintu utama yang berada di sisi kanan dan kiri serta pintu
darurat.
o Membuka dan menutupnya pintu utama dioperasikan dari ruang kemudi.
o Lebar pintu mampu dilewati 2 orang secara berjajar, atau minimal 1100mm.
16.2.

Safety Devices
a.
b.
c.
d.

16.3.

Dilengkapi dengan emergency stop.


Dilengkapi dengan alat pemecah kaca pada saat darurat.
Unit tidak dapat digerakkan (maju-mundur) pada saat posisi pintu utama terbuka.
Dilengkapi dengan kotak P3K.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan minimal sebanyak 2 unit,
masing-masing dengan kapasitas 3 kg.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

17.

GAS TURBIN COMPRESSOR / AIR STATER UNIT (GPC/ASU)

17.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Gas Turbin Compressor / Air
Starter Unit (GPC/ASU) untuk mensupply udara bertekanan guna menghidupkan
mesin pesawat.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional yang ditunjukan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Gas TurbinCompressor / Air Starter Unit (GPS/ASU) harus terprogram
dan terdokumentasi dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik.

17.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak.
o Mesin diesel.
o Mesin turbine.

b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :


o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu panel.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada kendaraan
beroperasi.
o Lampu indikasi malam hari.
c. Brake system
o Parking brake system mampu untuk menahan berat unit pada saat parkir.
17.3.

Safety Devices

17.4.

a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.


b. Unit dilengkapi dengan indicator air pressure dan exhaust gas temperature yang
terkalibrasi dan dapat dibuktikan dengan sertifikat serta validasinya.
c. Unit dengan penggerak diesel dilengkapi dengan pengaman :
o Low oil pressure.
o Over temperature.
d. Unit dengan penggerak turbine dilengkapi dengan pengaman :
o RPM over speed.
o Over temperature.
Lain Lain
Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.

18.

INCAPACITATED PASSENGER LOADING VEHICLE (IPL)

18.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Incapacitated Passenger
Loading Vehicle (IPL) dengan tenaga penggerak sendiri untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang sakit / cacat, dengan ketinggian disesuaikan dengan tinggi
pintu pesawat.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Incapacitated Passenger Loading Vehicle (IPL) harus terprogram dan
terdokumentasi dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

18.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak.
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.

o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu sorot untuk operasional malam hari.
o Lampu penerangan yang memadai pada kabin utama.
c. Brake system
Services brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Platform depan
o Lantai permukaan platform depan harus dapat dioperasikan maju mundur
agar sejajar dengan pintu pesawat dan mampu mengikuti ketinggian pintu
pesawat.
o Kedua sisi sepanjang paltform depan tersedia hand rail dengan ketinggian
minimal 1100 mm dan dilengkapi dengan sliding agar tidak mengganggu ketika
membuka menutup pintu pesawat udara.
e. Platform belakang (Tail Gate Lift)
o Pada kegiatan malam hari harus ada penerangan di platform belakang dan
sekitarnya.
o Dilengkapi hand rail dengan minimal ketinggian 1100 mm dan dapat dililipat
pada kedua sisi platform belakang.
18.3. Safety Devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
c. Dilengkapi dengan manual hand untuk system hydraulic.
d. Dilengkapi dengan system penurunan kabin utama secara darurat bilamana tenaga
mesin rusak.
18.4.

Lain Lain

19.

a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.


b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.
HIGH LIFT CATERING TRUCK (HTC)

19.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan High Lift Catering Truck
(HTC) dengan tenaga penggerak sendiri untuk transportasi serta
menaikkan/menurunkan peralatan catering dari dan ke Aircraft main deck.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/karoseri.
c. Perawatan High Lift Catering Truck (HTC) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat/karoseri.

19.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasinal


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaaraan
beroperasi.
o Lampu penerangan yang memadai pada kabin utama.
c. Brake system
o Services brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Platform depan
o Lantai permukaan platform depan harus dapat dioperasikan maju-mundur agar
sejajar dengan pintu pesawat dan mampu mengikuti ketinggian pintu pesawat.
o Kedua sisi sepanjang platform depan tersedia hand rail dengan ketinggian
minimal 1100 mm dan dilengkapi dengan sliding agar tidak mengganggu ketika
membuka menutup pintu pesawat udara.

19.3.

Safety devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
c. Dilengkapi dengan manual hand pump untuk system hydraulic.
d. Dilengkapi dengan system penurunan kabin utama secara darurat bilamana tenaga
mesin rusak.

19.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

20.

CREW TRANSPORTATION VEHICLE (CVT)

20.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Crew Transportation Vehicle
(CVT) dengan tenaga penggerak sendiri untuk mengangkut crew dari terminal ke
pesawat udara dan sebalik.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/karoseri.

c. Perawatan Crew Transportation Vehicle (CVT) harus terprogram dan


terdokumentasi dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik
pembuat/karoseri.
20.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Steering
o Hydraulic power steering.
c. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kabin yang cukupmenerangi seluruh ruangan.
o Lampu tanda malam hari.
d. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
e. Kabin
o Lantai kabin terbuat dari bahan anti slip.
o Dilengkapi dengan alat komunikasi (ht atau radio base).
o Dilengkapi dengan pendingin ruangan.
f. Pintu penumpang
o Lebar pintu mampu dilewati 2 orang secara berjajar, atau minimal 1100 mm.

20.3.

Safety devices
a. Dilengkapi dengan emergency stop.
b. Unit tidak dapat digerakan (maju-mundur) pada saat posisi pintu utama terbuka.
c. Dilengkapi dengan kotak P3K.

20.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan minimal sebanyak 1 unit
dengan kapasitas 3 kg.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

21.

CARGO TRANSPORTER LOADER (CTL)

21.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Cargo Transpoter Loader
(CTL) dengan tenaga penggerak sendiri untuk mengangkut atau mentransfer ULD
(pallet dan container).
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat.
c. Perawatan Cargo Transporter Loader (CTL) harus terprogram dan terdokumentasi
dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik pembuat.

21.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengamanan (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk operasional malam hari.
c. Brake system
o Services brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.

21.3.

Safety Devices
a. Dilengkapi dengan rubber bumper pada bagian depan yang berhubungan langsung
dengan pesawat.
b. Emergency stop dilengkapi pada lokasi driver panel/operator panel.
c. Peralatan tidak dapat digerakkan (maju-mundur) pada saat posisi operated.
d. Unit harus dilengkapi dengan stopper yang bekerja secara manual.
e. Pada saat tenaga penggerak tidak berfungsi ULD dapat dipindahkan secara manual.
f. Kecepatan maksimum unit 25 km/jam.

21.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

22.

FORKLIFT FOR LOADING AIRCRAFT LOWER DECK (FLT)

22.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Forklift For Loading Aircraft
Lower Deck (FLT) untuk keperluan loading unloading ke dalam atau keluar
Cargo Compartment pesawat udara yang tidak menggunakan ULD.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional yang ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat.
c. Perawatan Forklift for Loading Aircraft Lower Deck (FLT) harus terprogram dan
terdokumentasi dengan mengacu pada maintenance manual dari pabrik.

22.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
o Tenaga battery.
b. Steering system
o Hydraulic power steering.
c. Transmisi
o Automatic.
d. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tiak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk oprasional malam hari.
o Unit dengan tenaga battery system kelistrikan harus mempergunakan arus
searah (DC).
e. Brake System
o Services brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.

22.3.

Safety devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Kecepatan maksimum unit 25 km/jam.
c. Unit hanya boleh dilengkapi dengan 1 (satu) tempat duduk pengemudi.

22.4.

Lain Lain
Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.

23.

RE FUELLING DE FUELLING TRUCK (RDT)

23.1.

Umum
a. Spesifikasi ini merupakan persyaratan dari peralatan Re Fueling De Fueling Truck
(RDT) dengan tenaga penggerak sendiri untuk melaksanakan refueling/defuelling
bahan bakar pesawat udara.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan informasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/karoseri.
c. Perawatan Re Fuelling De Fuelling Truck (RDT) harus terprogram dan
terdokumentasi dengan mengacu pada maitenance manual dari pabrik
pembuat/karoseri.

23.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Mesin penggerak
o Mesin diesel.
b. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu depan dan belakang.
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (Steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu kerja untuk operasional malam hari.
o Lampu tanda malam hari.
c. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
d. Tank
o Dilengkapi dengan man hole dan penutupnya yang bisa dikunci/disegel, man
hole tersebut untuk membersihkan dan melaksanakan inspeksi, adapun pada
tangki bagian bawah dilengkapi dengan kran pambuangan.
o Dilengkapi dengan ventilasi udara jenis non flame devices.
o Dilengkapi dengan gelas duga.
o Dilengkapi dengan tangga kerja pada bagian belakang tangki.
o Dilengkapi dengan tempat pijakan (walk way) diatas tangki.

23.3.

Safety devices
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Unit dilengkapi dengan fuel pressure dan fuel flow meter indicator yang
terkalibrasi dan dapat dibuktikan validasinya.

c. Unit tidak dapat digerakkan (maju-mundur) kecuali selang minyak ditempatkan


pada posisinya (full retrack).
d. Ujung selang minyak dilengkapi dengan klep otomatis.
23.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan .
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik unit pada saat emergency.

24.

AVIOBRIDGE

24.1.

Umum
a. Spesifikasi ini meupakan persyaratan dari peralatan aviobridge dengan tenaga
penggerak sendiri sebagai jembatan penumpang dari terminal ke pintu pesawat
udara dan sebaliknya.
b. Unit harus dilengkapi dengan data dan infomasi tentang spesifikasi teknis dan
fungsional, ditunjukkan dengan manual yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuat/karoseri.
c. Perawatan aviobridge harus terprogram dan terdokumentasi dengan mengacu pada
maitenance manual dari pabrik pembuat/karoseri.

24.2.

Spesifikasi Kelaikan Operasional


a. Kelistrikan harus dilengkapi dengan :
o Pengaman (fuse/circuit breaker).
o Lampu berwarna merah dan tidak berkedip (steady red) pada saat kendaraan
beroperasi.
o Lampu sorot untuk operasional malam hari.
o Lampu penerangan sepanjang jembatan.
b. Brake system
o Service brake system berfungsi baik pada saat unit dijalankan.
o Parking brake mampu untuk menahan berat kendaraan pada saat parkir.
c. Pintu
o Dilengkapi dengan kanopi flexible yang dioperasikan dari kontrol panel.
d. Bridge
o Dilengkapi dengan autoleveling untuk mengikuti ketinggian pintu pesawat
udara.
o Permukaan lantai bridge terbuat dari bahan anti slip.

24.3.

Safety Devices.
a. Unit dilengkapi dengan emergency stop.
b. Dilengkapi dengan pengaman agar supaya bridge auto levelling tetap bekerja tanpa
sumber listrik utama.
c. Dilengkapi dengan pengaman sehingga tidak memungking aviobridge membentur
badan pesawat udara.

24.4.

Lain Lain
a. Alat pemadam (fire extinguisher) yang laik digunakan.
b. Dilengkapi dengan hook untuk menarik/mendorong unit pada saat emergency.

DIREKTUR JENDRAL PERHUBUNGAN UDARA


ttd
BUDHI M. SUYITNO
NIP. 120088924

Salinan sesuai dengan aslinya


KEPALA BAGIAN HUKUM
SESDITJEN HUBUD

RUDI RICHARDO
NIP. 120 154 783

Anda mungkin juga menyukai