Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN AGAMA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Alamat: Jl. Gajayana No. 50 Malang Jawa Timur 64144 Indonesia
E-mail : saintek@uin-malang.ac.id Telepon : 0341-558933 Faks : 0341-558933

Mata Kuliah
Dosen
Jurusan

: Filsafat Ilmu
: M. Cholid Zamzami, M.Pd
: Biologi

Semester
Kelas
Sifat

:
:
:

Genap
C/D
Take Home

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU


Petunjuk:
a. Berdoalah sebelum bekerja
b. Kerjakan soal pada kertas jawaban yang telah disediakan dengan singkat dan jelas
c. Hindari segala bentuk kecurangan dalam ujian
Soal !

1.

1.

1.
2.
3.

1.

1. Filsafat, agama dan ilmu merupakan tiga titik pencarian kebenaran. Bagaimana tanggapan
saudara tentang posisi ketiga entitas tersebut dalam kehidupan manusia, apakah mungkin
disatukan atau tidak dan format apa yang dapat terwujud darinya?
Manusia adalah makhluk pencaari kebenaran. Ada tiga jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan
kebenaran, yaitu : ilmu, filsafat dan agama. Ketiga caa inimempunyai cara-cara tersendiri dalam mencari,
menghampiri dan menemukan kebenaran. Ketiga institute termaksud itu mempunyai titik persamaan, titik
perbedaan dan titk singgung yang satu terhadap yang lainnya.
a. Ilmu pengetahuan
Ilmu pengethuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai
hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris,
riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya),
yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan menunujukkan sebab-sebab hal itu.
b. Filsafat
Filsafat ialah ilmu istimewa yang mecoba menjawab massalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh
ilmu pengetahuan biasa. Karena masalah-masalah tersebut diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan
biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal dan integral
sarwa-yang-ada :
Hakikat tuhan
Hakikat alam semesta
Hakikaat manusia
Serta sikap manusia bermaksud sebagai konsejuensi dari pada faham ( pemahamnanya) tersebut.
Dalam buku filsafat agama karangan Dr. H Rosdjidi, filsafat adalah berfikir, menurut William temple
filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk memehami.
c. Agama
Agama pada umumnya dipahami sebagai :

1.
2.
3.
1.

1.

1.

Satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar
manusia.
Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam
lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud diatas.
B. TITIK PERSAMAAN
Baik ilmu, filsafat dan agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang sama,
yaitu kebenaran.
Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia.
Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia
(yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya), ataupun
tentang tuhan.
Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan
manusia ataupun tentang tuhan.
C. TITIK PERBEDAAN
Baik ilmu maupun filsafat, keduanya merupakan hasil dari sumber yang sama yaitu rayu (akal, budi,rasio,
reason, nous, rede, vertand, dan vernunft) manusia. Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari Allah swt.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran denan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan
percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengembarakan atau mengelanakan ) akal
budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan
apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika. Manusia mencari dan menemukan
kebenaran dengan dan dalam agama dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang) berbagai
masalah asasi dari atau kepada kitab suci, kodifikasi firman ilahi untuk manusia.
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran fositif (berlaku sampai dengan saat ini ),
Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiri, reset dan
eksperimental). Baik kebenaran ilmu maupun filsafat, kedua-duanya nisbi (relative).
Sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolute) karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh
zat yanh Maha Benar, Maha Mutlak, dan Maha sempurna, yaitu Allah swt.
Baik ilmu maupun filsafat,kedua-duanya bermulai dengan sikap sangsi atau tidak percaya dan iman.
D. TITIK SINGGUNG
Tidak smua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan,
karena ilmu itu terbatas : Allah swt; terbatas oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh subyeknya (naik objek
material maupun objek formalnya), oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang tidak atau belum
dijawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif
dan alternative. Tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat berbagai jawaban filsafat (para fisuf) sesuai
dengan jalan dengan titik tolak sang ahli filsafat itu. Agam member jawaban tentang banyak soal sasi yang
samasekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan (namun tidak terjawab secar bulat ) oleh filsafat
2. Berdasarkan objek materi dan objek forma ada tiga metode ilmu : ilmu alam, ilmu sosial
dan ilmu kemanusiaan. Jelaskanlah metode pada ketiga ilmu tersebut. Dan bagaimana
dengan metode pada ilmu-ilmu keIslaman?
.
Ilmu Alam.Ilmu alam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilahnatural science, atau ilmu
pengetahuan alam adalah istilah yang digunakanyang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah
benda-bendaalam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pundimana pun. Ilmu alam
mempelajari aspek-aspek fisik dan nonmanusiatentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam
membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora,teologi, dan
seni.

Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapidigunakan sebagai penyedia
alat/perangkat dan kerangka kerja yangdigunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga
digunakan untuk
mengenali ilmu sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda
dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum dimata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat
obyeknyayang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di
samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah ilmu alam
kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertianseharihari. Dari sudut ini, ilmu alam dapat menjadi arti alternatif bagi
biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmufisik (terkait dengan
hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alamsemesta). Cabang-cabang utama dari ilmu
alam, antara laing: Astronomi,Biologi, Ekologi, Fisika, Geologi, Geografi fisik berbasis ilmu,
Ilmu bumi,dan Kimia.2.
Ilmu Sosial.Ilmu sosial (Inggris:
social science
) atau ilmu pengetahuan sosialadalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspekaspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbedadengan seni
dan humaniora karena menekankan penggunaan metodeilmiah dalam mempelajari manusia,
termasuk metoda kuantitatif dankualitatif.Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat
secarasubjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnyadianggap kurang ilmiah
bila dibanding dengan ilmu alam. Namunsekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak
menggunakanmetoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktorsosial dan 1ingkungan yang
mempengaruhinya telah membuat
banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu
sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyakdiintegrasikan dalam studi
tentang tindakan manusia serta implikasi dankonsekuensinya.Ilmu-ilmu sosial selama bertahuntahun telah menjadi arena
sejumlah kritik. Ilmu sosial secara garis besar dianggap sebagai ilmu yangtidak mungkin.
Argumentasi yang ada melihat bahwa gejala sosial adalah
terlalu rumit untuk diselidiki. Ilmu sosial, yang membahas mengenaiseluruh seluk beluk
kehidupan manusia, dianggap tak mampu menangkapke-kompleksitas-annya. Manusia memiliki
gejala dan perilaku yang selalu berubahubah, inilah yang mendasari munculnya argumentasi tersebut. Namun, pandangan ini muncul dise
babkan oleh kesalahan pada pemahaman tentang hakekat ilmu
Ilmu-ilmu kemanusiaan merupakan ilmu yang dekat dengan manusia. Ilmu-ilmu kemanusiaan di sini
berhubungan dengan ilmu yang dibuat oleh aliran positivisme sebagai suatu aliran besar yang memberikan
standarisasi bagi ilmu untuk mendapatkan kebenaran. Hal tersebut disebabkan karena positivisme meyakini
bahwa objektivitas itu ada. Penganut paham positivisme meyakini bahwa ilmu harus tersusun dengan
konstruksi logis dan berdasarkan fakta yang jelas. Positivisme beranggapan pula bahwa pernyataan dapat
disebut sebagai bermakna jika dan hanya jika pernyataan tersebut dapat diverifikasi secara empiris.
Ilmu-ilmu kemanusiaan menjadi tatanan pengetahuan tersendiri sebagai bentuk pengetahuan empiris yang
bisa diterapkan pada manusia. Ilmu-ilmu kemanusiaan tidak mewarisi satu domain tertentu tetapi
membiarkan tandus yang kemudian menjadi tugas mereka adalah mengelaborasi dengan metode positif dan
dengan konsep yang paling tidak telah menjadi ilmiah.
Domain ilmu-ilmu kemanusiaan meliputi psikologi, sosiologi, juga ilmu budaya (termasuk ilmu bahasa).
Dengan kata lain ilmu-ilmu tersebut terpengaruh oleh standar dari positivis dalam pembentukannya.
Sementara ilmu sejarah merupakan induk dari semua ilmu tentang manusia
Dalam tradisi pengetahuan islam, Epistemologi yang diapakai guna mendapatkan sebuah
pengetahuan meliputi tiga aspek berbeda. Yaitu epistemologi baya>ni (tekstual) irfa>ni (intuitif),

dan burha>ni (kontekstual), [26] ketiganya tersebut, konsep yang diterapkan mempunyai ciri has tersendiri
dalam memperoleh pengethaun.
1.

Epistemology Baya>ni.
Dalam sejarahyna, Munculnya kodifikasi tadwin (kodifiasai massif ilmu pngetahuan) [27] disinyalir
sebagai babak baru transformasi episteme bayani dari wacana kebahasaan menuju wacana diskursif. Periode
tadwin ini telah mengantarkan budaya arab kebudaya tulis (al-kita>bah). Dan penalaran (ad-dira>yah).
Diaman islam yang sebelumnya berada dalam budaya oral atau lisan (al-mush}a>fah}ah) dan transmisireplektif (ar-riwa>yah).[28] Lebih jauh, epistemology baya>ni telah menjadai semacam persefektif (ruyah)
dan sistem (manhaj) yang melandasi pemikiran sistematis dalam menginterprestasi wacana (fi tafsiri alkhitab) dan memproduksi wacana (fi intaj al-khitab).[29]
Menurut Mahmud Arif, mengutip dari pendapatnya Ibn Manzur, Secara leksikal,
terma baya>n mengandung beragam arti, diantaranya (1) menimbang (al-was}l), (2) keterpilihan (al-fas}l),
(3) jelas dan terang (az}-z}ubu>r wat al-wud}u>h), (4) kemampuan membuat terang dan jelas.
[30]
Berdasarkan keragaman arti tersebut, Mahmud arif menyimpulkan, makna generic dari
term baya>ni adalah keterpilihan dan kejelasan. Yang berwujud pada sebuah persefektif dan metode. [31]hal
ini, epistemologibaya>ni menjadi sebuah sitem pemikiran yang tidah hanya sekedar mencakup arti tindakan
memahamkan, tetapi juga segala sesuatu yang mendasri tindakan memahami.
Ciri umum dari pemikiran baya>ni adalah menempatkan ilmu-ilmu arab islam sebagai dasar
pengetahuan istidla>li murnai. Yaitu nahwu, balaghoh, fiqh dankalam. Dan ilmu-ilmu inilah yang menjadi
lokomutif bagi formulasi keilmuan naqliyah murni dan keilmuan naqliyah-aqliyah.[32]Otoritas teks yang
sangat kuat juga menjadi perioritas utama dalam mencapai pengetahuan. Salah satu tokoh yang terkenal
epistemologbaya>ni ini adalah imam Asy-Syafii, ia menjadi pioneer utama baya>niun yang menteorisasi
episteme bayani sebagaimana terformulasikan dalam pemikiran ushul fiqihnya. Bahkan banyak kalangan
terutama George A. Maqdisi menilai, Asy-Syafii adalah pahlawan pertama aliran tradisionalisme bayani
dan memiliki pengaruh besar di belantika pemikiran dunia islam sejajar dengan dengan pengaruh aristoteles
dalam dunia pemikiran yunani kuno.[33] Dengan pemikiran fundamentalnnya tentang empat perinsip dasar
pengetahuan islam, yaitu Al-Quran, As-Sunnah, Ijma dan Qiyas. As-syafiI juga merumuskan kerangka
pikir yang menjadi basis penting epistemologi baya>ni Sekurang-kurang terdapat dua aspek pokok yeng
terkandung dlam pemikirannya, yaitu aspek hukum (legal) dan aspek teologi.[34]

2.

Epistemology Irfa>ni
Salah satu determinan historis budaya dan tradisi pemikiran arab islam adalah warisan klasik. Dalam
konteks keilmuan, produk determinan historis ini bisa dikenal denagn ulu>mu al-awa>il (warisan
keilmuan generasi terdahulu). Begitu banyak sumber-sumber warisan klasik yang telah memebri kontribusi
besar pemekaran budaya dan tradisi pemikiran arab islam. [35] Hanya saja sumber-sumber warisan klasik yang
disinyalir telah menebar benih tradisi hermes.yang didalamnya bisa dekleompokkan menjadi tiga arus
utama, yaitu (1) system kepercayaan zoroster dan manna yang banyak dianut bangsa persi; (2) aliran ass}a>biah; (3) aliran-aliran filusuf. Dari antara isu sentral yang digulirkan oleh tradisi hermes [36] dan
budaya Persia adalah paham dualitas ekstrim antara tuhan dan materi, antara kebaikan (cahaya) dan
keburukan (kegelapan).
Paham keterkaitan antara dunia atas dan dunia bawah, begitu juga paham penyucian jiwa dan
asal muasl jiwa dari anasir ketuhanan, paham ilmu dan agama, serta orientasi kehidupan akhirat dengan
kepekaan terhadap keindahan bumi dengan citra keindahan langit, telah membawa perubahan mendasar
terhadap struktur nalar pemikiran islam (arab-islam). Hingga kemudian meunculkan paham gnostik (al-aql
al-mustaqil) yang dikenal dengan konsep metode irfani.[37]
Terma al-irfa>ni dalam kata-kata bahasa arab mengandung arti pengetahuan (al-marifah al-ilmu).
Terma tersebut popular dekalangan untuk menunjukkan arti pengetahuan termulia yang di hujumkan

kelubuk hati melalui carakha>sf (penyigkapan mata batin) atau ilha>m.[38] Para penagnut nalar gnostik
(metode irfa>ni) beranggapan bahwa pengetahuan yang ia miliki sebagai bentuk ilham atau iluminasi
setelah bersatu dengan daya-daya samawi yang tersembunyi. Ia menambahkan, bahwa ada perbedaan antara
pengetahuan yang diperoleh melalui indra, rasio, atau keduanya dengan pengetahuan yang diperoleh
melalui khu>sf. ia memandang bahwa jenis pengetahuan yang dipeoroleh lebih tinggi dan mulia.
Aliran metode epistemologi irfa>ni dalam dunia islam umumnya merupakan kalangan tasawuf.
yang kemudian bermetamorfosis menjadi taswuf sunni dan taswuf falsafai.[39] Tasawuf sunni pemikirannya
cendrung moderat, namun tetap berpegang teguh pada koridor syariat dan dominan ciri-ciri moralnya.
Sedangkan tasawuf falsafi, konsep dan praktek sufistiknya banyak dipengaruhi oleh aliran mistikfilosofis.Dan acapkali menyimpang dari tuntunan syariat.
3.

Epistemologi burha>ni
Secara historis, menurut Mahmud Arif, Masuknya pemikiran logika dan filsafat Aristotelian ke
dalam budaya dan tradisi pemikiran islam dinilai berlangsung lebih belakangan bersamaan dengan periode
kodifikasi (tadwin). Konon, dibalik gerakantadwin terselubung maksud dari khalifah Al-Makmun (813-835
M.) untuk mengembangkan wacana baru yang bisa meng-counter ekspansi pengaruh gerakan-gerakan
intelektual-politis yang dianggap akan menagncam kelangsungan kekuasaanya. [40]
Strategi
politik
Al-Makmun
dalam
mengatasi
memanasnya
hubungan
antara
abba>siyyu>n dan ala>wiyu>n ini telah pada glorifikasi pemikiran Aristotelian, yakni penegakan nalar
universal (al-aql al-kauni), yang nayata-nayata bersebrangan dengan nalar gnostik yang banyak didukung
oleh kalangan alawiyun (khususnya syah ismailiyah). Hal ini merampabah pada pergeseran format
rasionalisasi keagamaan, Politik dan budaya, yang secara khusus ilmu pengetahuan.
Secara bahasa, al-burha>ni mempunyai arti argumen yang tegas dan jelas. Kemudian jika
diperluas, burha>ni merupakan terminologi yang diapakai dalam sebuah metode ilmu pengetahuan untuk
menunjukkan arti proses penalaran yang menetapkan benar tidaknya suatu proposisi melalui cara deduksi.
[41]
kemudian ciri umum dari metode ini yaitu memadukan antara persefektif pemikiran dengan persefektif
realitas tertentu. Secara geneologis berhubungan erat dengan tradisi pemikiran Aristotelian.
Sstem epistimologi burha>ni bertumpu sepenuhya pada seperangkat kemampuan intelektual
manusia, baik berupa indra, pengalaman, maupun daya rasional, dalam upaya memperoleh pengetahuan
tentang semesta. Secara solidasi, sistemik dan postulatif. [42]Disamping itu, terdapat tiga perinsip penting
yang melandasi konstruksi epistimologiburha>ni, yaitu (1) rasionalisme (al-aqliniyah), (2) kausalitas (assaba>biyah), dan (3) esensialisme (al-mahiyah).[43]Yang dikembangkan lewat penggunaan metode utama
yaitu, deduksi dan induksi.sedangkan pengetahuan adakalanya diperoleh melalui indra dan juga adakalanya
melalui rasio.
Epistemologi burha>ni dikenal oleh orang islam melalu penerjemahan filsaftnya aristoteles yang
dikenal dengan metode demonstratif. Dalam penuturan aristoteles, Yang dimaksud dengan metode
demostratif adalah silogisme ilmiah, yakni silogisme yang apabila yang apabila seseorang memiliknya maka
ia akan memiliki pengetahuan. Menurutnya silogisme merupakan seperangkat metode berpikir yang
dengannya seseorang dapat menyimpulkan pengetahuan baru dari pengetahuan-pengetahuan sebelumnya
(kesimpulan dari berbagai premis), terlepas pengetahuan itu benar atau salah dan sesuan dengan relitas atau
tidak.
Metode dasar yang diambil dalam metode ini adalah silogisme, yakni mengambil kesimpulan dari
premis mayor dan minor yang keduanya mengandung unsur yang sama, dengan sebutan middle term (alha>dd al-ausath). Sebuah silogisme baru dikatakan demonstratif apabila premis-premisnya didasarkan
bukan pada opini, melainkan pda kebenaran yang telah teruji atau disebut kebenaran utama (primary truth),
Karena apabila premis-premis benar maka akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Dalam sejarahnya
aliran episteme ini telah melahirakan beberapa nama besar filusuf muslim, seprti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn
Sina, Ibn Rusyd dan lain-lain.

3. Kemukakan pendapat Anda tentang proses mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan


metode ilmiah yang merupakan penggabungan antara cara berpikir deduktif dan induktif.
Kemukakan contoh dalam bidang ilmu anda?
Berpikir Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikankesimpulan dari keadaankeadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di
tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48
Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus
ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja
dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi
mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka
sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Jenis penalaran deduktif yaitu:
-Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
-Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
-Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
-Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana
lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara
rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu
memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji
kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat
sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari
pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses
induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu
hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak
4. Bagaimana pendapat saudara tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan dalam kerangka
ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu dan kaitannya dengan pengembangan MAN,
Pondok Pesantren, dan UIN?
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pada masa pembangunan kota Bagdad ini, ilmu yang dinamakan falsafat atau filsafat belumlah
muncul, akan tetapi ia muncul kemudian dalam masa tenggang setengah abad sesudah itu.

Menurut al-Kindi, seorang ahli filsafat Islam yang pertama, mengatakan bahwa ilmu filsafat, telah
berkembang semerbak dalam dunia Islam semenjak abad ke 9 sampai abad ke 12. [5]
Menurut Cicero, penulis Romawi (106-43 SM), orang yang pertama-tama memakai kata-kata
filsafat Pythagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap orang-orang cendekiawan pada masanya
yang menamakan dirinya "ahli pengetahuan". Jadi, pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan
kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya.[6]
Islamisasi ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari pandangan dunia dan system keyakinan,
daripada mengislamkan disiplin yang telah berkembang dalam sosial, etik dan kultural Barat,
maka kaum cendekiawan muslim lebih baik mengarahkan energi mereka untuk menciptakan
paradigma-paradigma Islam, karena dengan itulah tugas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
urgen masyarakat muslim bisa dilaksanakan.[7]
Nasir Mahmud dalam bukunya Epistomologi Studi Islam Kontemporer mengemukakan beberapa
proposisi tentang kemungkinan Islamisasi ilmu pengetahuan dilakukan dengan tetap teguh di atas
prinsip-prinsip ilmiah sebagai berikut:
1.
Dalam pandangan Islam, alam semesta sebagai obyek ilmu pengetahuan tidaklah netral,
melainkan menyandang nilai (value) dan maksud yang luhur.
2.
Ilmu pengetahuan adalah produk akal pikiran manusia sebagai hasil pemahaman atas
fenomena di sekitarnya. Maka corak ilmu yang dihasilkan akan bercorak system sesuai fenomena
yang diteliti.
3.
Dalam pandangan Islam, proses pencarian ilmu tidak hanya berfikir di sekitar rasio, dan
empiris, tetapi juga melibatkan al-Qalb yakni intuisi batin yang suci, rasio empiris
mendeskripsikan fakta dan al-Qalb memaknai fakta sehingga analisis dan konklusi sarat maknamakna atau nilai.
4.
Dalam pandangan Islam, realitas itu bukan realitas fisis akan tetapi juga realitas non fisis
atau metafisis.[8]
Konsep Islamisasi ilmu pengetahuan digagaskan oleh sejumlah cendekiawan muslim misalnya:
Ismail al-Faruqi, Naquib Alatas dan sebagainya. Lahirnya gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan
ini didasarkan pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan produk modern ini tidak berhasil
mengantar manusia pada cita ilmu itu sendiri. Hal tersebut disebabkan karena ilmu dilepaskan dari
akar "Illahy" dan dikosongkan dari pertimbangan nilai.
B. Telaah Ontologis, Epistemologi, dan Aksiologi
Secara ontologis, Islamisasi ilmu pengetahuan memandang bahwa dalam realitas alam semesta,
realitas sosial dan historis ada hukum-hukum yang mengatur dan hukum itu adalah ciptaan Tuhan.
Pandangan akan adanya hukum alam tersebut sama dengan kaum sekuler, tetapi dalam pandangan
Islam hukum tersebut adalah ciptaan Allah. Sebagai ciptaan Allah, maka realitas alam semesta
tidak netral tetapi mempunyai "maksud" dan tujuan". Maksud dan tujuan itu sesuai dengan
maksud alam semesta secara transendental berada dalam "idea" Ilahy, secara immanen maksud itu
juga diendapkan Tuhan di alam semesta.
Firman Allah QS. Al-Imran (3): 191
t%!$# tbr.t !$# $VJu% #Yq%ur 4n?tur Ng/qZ_ tbr6xtGtur ,
=yz NuquK9$# F{$#ur $uZ/u $tB |M)n=yz #xyd Wxt/y7oYys6 $oY)s
z>#xt $Z9$#
Terjemahan:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka".[9]

Ayat tersebut diatas menunjukkan bahwa di alam ini tidak ada sesuatu yang diciptakan Allah
dengan batil, melainkan mengandung yang al-Haq (kebenaran). Dalam al-Haq itu mengandung
hikmah-hikmah, yang bila diketahui (melalui penyelidikan ilmiah) akan memberikan manfaat bagi
kemajuan manusia. Firman Allah QS. Al-Anbiya (21): 16
tBur $oY)n=yz u!$yJ9$# uF{$#ur $tBur $yJks]t/ t7s9 $
Terjemahan:
"Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan mainmain".[10]
Dengan demikian, alam ini akan lebih nyata dirasakan manusia bila dikelola manusia yang luhur.
Karena itu, Allah pun menyatakan bahwa bumi ini hanya diwariskan kepada hambanya yang
shaleh. Frman Allah QS. Al-Anbiya (21): 105:
cr& uF{$# $ygOt y$t6 cqs=9$# ........
Terjemahan:
"Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh".[11]
Bila orang anarki yang mengelola alam ini, maka akan menyelewengkan maksud alam yang
sesungguhnya, sehingga alam kembali merusak manusia. Keluruhan "maksud" alam
dimanifestasikan dalam tabiatnya yang selalu bertasbih kepada Allah.
Dalam
epistemology
didalam
Islam
berjalan
dari
tingkat-tingkat:
(a)
perenungan (comtemplation) tentang sunatullah sebagaimana dianjurkan didalam Al-Quranul
Karim, (b) penginderaan (sensation), (c) pencerapan(perception), (d) konsep (concept), (e)
penyajian (representation), (f) timbangan (judgemen), dan (g) penalaran(reasoning). Selanjutnya
epistemology di dalam Islam tidak berpusat kepada manusia (anthropocentric) yang menganggap
manusia sendiri sebagai makhluk mandiri (autonomours) dan menentukan segala-galanya,
melainkan berpusat kepada Allah (theocentric). Sehingga berhasil atau tidaknya tergantung setiap
usaha manusia, kepada iradat Allah.[12] Epistemologi Islam mengambil titik tolak Islam sebagai
subyek untuk membicarakan filsafat pengetahuan, maka disatu pihak berpusat pada Allah, dalam
arti Allah sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Dilain pihak, berpusat pula
pada manusia dalam arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan (kebenaran). Disini
manusia berfungsi sebagai subyek yang mencari kebenaran.
Konsekuensi dari epistemologi diatas maka aksiologi Islamisasi yaitu mengandung nilai rohaniah
atau moral yang bersumber dari agama (Islam) sifatnya adalah absolut dan kebenarannya bersifat
permanent karena bersumber dari Dzat yang absolut (mutlak) pula yaitu Allah SWT.[13]
Dengan demikian, terciptanya kemakmuran sebagai hasil penggalian dan pengolahan sumber alam
(natural resource), bukanlah merupakan tujuan utama atau tujuan akhir kehidupan manusia.
Karena yang menjadi tujuan utama adalah mencapai ridha Allah SWT. Ridha Allah diturunkan
kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa bersyukur kepada-Nya. Bersyukur disini berarti
memanfaatkan ataumenggunakan segala rezki dan fasilitas yang diberikan-Nya pada fungsinya
serta sesuai dengan kehendak-Nya sebagai pemberi dan sumber rezki itu.
Jadi ilmu pengetahuan disini hanyalah berfungsi sebagai alat (instrument) untuk mengolah dan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam rangka mensyukuri nikmat-nikmat Tuhan yang
pada akhirnya adalah untuk mencapai ridha-Nya.
Dengan demikian, Islam tidak mengingkari adanya kebebasan manusia untuk menggunkaan
ilmunya, dengan syarat bahwa didalam penggunaan itu tidak ada pelanggaran-pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan Tuhan yang dapat mengakibatkan kemurkaan-Nya. Ilmu
pengetahuan itu sendiri adalah bersifat netral sehingga manusia sebagai pemilik ilmu perlu
waspada kemana ilmunya harus diarahkan

5. Setelah mendapatkan mata kuliah filsafat ilmu, apakah yang anda peroleh dari
pembelajaran tersebut ?
Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat
dan tujuan ilmu.
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita
dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.
Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama
untuk membedakan persoalan yang alamia dan non-alamia.
Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkanya.
Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

Anda mungkin juga menyukai