11 Analisis Sebaran Pergerakan Metode Analogi 2008 PDF
11 Analisis Sebaran Pergerakan Metode Analogi 2008 PDF
(metode analogi)
Pada Bab 10 telah pula dijelaskan tentang metode Langsung (konvensional) yang
bisa digunakan untuk mendapatkan informasi matriks asal-tujuan (MAT).
Bab 11 akan menjelaskan tentang metode Tidak-Langsung (analogi), yaitu metode
yang hanya mempertimbangkan faktor pertumbuhan tanpa memperhitungkan
adanya perubahan aksesibilitas sistem jaringan transportasi. Metode ini hanya cocok
untuk perencanaan jangka pendek atau perencanaan tanpa adanya perubahan
aksesibilitas yang nyata dalam sistem jaringannya.
Subbab 11.1 menjelaskan persamaan metode analogi secara umum di mana metode
analogi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) subkelompok, yaitu metode tanpabatasan (subbab 11.2); metode dengan-satu-batasan (subbab 11.3), dan metode
dengan-dua-batasan (subbab 11.4). Beberapa keuntungan dan kerugian metode
analogi juga akan diterangkan pada akhir bab ini (subbab 11.5). Beberapa soal yang
berkaitan dengan metode analogi diberikan dalam subbab 11.6.
(11.1)
Tid = pergerakan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d
t id = pergerakan pada masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d
E = tingkat pertumbuhan
Tergantung pada metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan (E) dapat berupa 1
(satu) faktor saja atau kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat dari
proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalu lintas. Faktor tersebut dapat dihitung
untuk semua daerah kajian atau untuk zona tertentu saja yang kemudian digunakan
untuk mendapatkan MAT.
Metode analogi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok utama [lihat
Gambar 11.2 dan Tamin (1997a,2000a,2003)], yaitu:
a
236
oi
Oi
EI
20
40
50
60
80
250
500
2,000
40
30
100
50
80
300
300
1,000
60
30
20
90
150
350
875
2,500
80
70
60
40
200
450
1350
3,000
100
80
90
80
50
400
475
1,188
dd
300
250
320
320
560
1750
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,000
3,000
2,000
1,500
2,375
3500
2,000
237
Dapat dilihat pada Tabel 11.1 bahwa total pergerakan lalu lintas di dalam daerah
kajian meningkat sebesar 100% pada masa mendatang (dari 1750 menjadi 3500
pergerakan).
Dengan metode seragam, secara sangat sederhana semua sel MAT ( t id ) dikalikan
dengan faktor 2,0 untuk mendapatkan MAT pada masa mendatang, seperti terlihat
pada Tabel 11.2.
Tabel 11.2 MAT pada masa mendatang dengan E=2,0
Zona
oi
Oi
Ei
40
80
100
120
160
500
500
1,000
80
60
200
100
160
600
300
0,500
120
60
40
180
300
700
875
1,250
160
140
120
80
400
900
1350
1,500
200
160
180
160
100
800
475
0,594
dd
600
500
640
640
1120
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,500
1,500
1,000
0,750
1,188
3500
1,000
Asumsi dasar yang digunakan pada metode ini adalah tingkat pertumbuhan global
di seluruh daerah kajian berpengaruh terhadap pertumbuhan lalu lintasnya secara
merata atau seragam untuk setiap zona.
Asumsi ini sering tidak dapat digunakan, karena pada kenyataannya tingkat
pertumbuhan setiap zona yang berbeda biasanya menghasilkan tingkat pertumbuhan
lalu lintas yang berbeda pula. Ini menyebabkan galat yang besar untuk kota yang
tingkat pertumbuhan tata guna lahannya tidak merata (seperti kenyataannya di kota
besar di negara sedang berkembang).
Pada Tabel 11.2 terlihat bahwa metode seragam tidak dapat menjamin dipenuhinya
batasan bangkitan dan tarikan.
Contohnya, untuk zona yang tingkat pertumbuhannya lebih rendah dari tingkat
pertumbuhan global, penggunaan tingkat pertumbuhan global akan menghasilkan
perkiraan lalu lintas masa mendatang yang lebih tinggi dari yang diharapkan.
Sebaliknya, untuk zona yang tingkat pertumbuhannya lebih tinggi, akan
menghasilkan perkiraan lalu lintas masa mendatang yang lebih rendah dari yang
diharapkan.
Oleh karena itulah metode ini hanya dapat digunakan untuk daerah kajian yang
tingkat pertumbuhannya merata di seluruh wilayahnya. Jadi, metode ini dipastikan
tidak bisa digunakan di Indonesia, karena pertumbuhan daerahnya belum merata.
(11.3)
oi
Oi
Ei
40
80
100
120
160
500
500
1,000
40
30
100
50
80
300
300
1,000
150
75
50
225
375
875
875
1,000
240
210
180
120
600
1350
1350
1,000
119
95
107
95
59
475
475
1,000
dd
589
490
537
610
1274
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,510
1,531
1,192
0,787
1,044
3500
1,000
Metode dengan-batasan-tarikan
Metode ini digunakan jika informasi yang tersedia adalah perkiraan tarikan
pergerakan pada masa mendatang, sedangkan perkiraan bangkitan pergerakan tidak
tersedia atau dapat juga tersedia tetapi akurasinya rendah.
Secara matematis metode ini dapat dinyatakan dengan persamaan (11.4) berikut.
Tid = t id . E d
(11.4)
239
oi
Oi
Ei
20
120
100
90
190
520
500
0,962
40
90
200
75
190
595
300
0,504
60
90
40
135
356
681
875
1,284
80
210
120
60
475
945
1350
1,429
100
240
180
120
119
759
475
0,626
dd
300
750
640
480
1330
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
3500
1,000
O
D
E i = i dan E d = d
oi
dd
(11.5)
(11.6)
(11.7)
oi, dd = total pergerakan masa sekarang dengan zona asal i dan zona tujuan d
Oi, Dd = total pergerakan masa mendatang (dari analisis bangkitan lalu lintas)
dengan zona asal i dan zona tujuan d
Jadi, proses pengulangan harus dilakukan untuk meminimumkan besarnya
perbedaan tersebut dengan mengatur nilai Ei dan Ed sampai oi=Oi dan dd=Dd
sehingga:
O
D
dan
(11.8)
E i0 = i
E d0 = d
oi
dd
Untuk pengulangan ke-1 digunakan persamaan (11.8) sehingga dihasilkan MAT
baru seperti terlihat pada Tabel 11.5.
0
0
0 Ei + Ed
Tid1 = t id
.
0
1
0 E1
= t 11
T11
.
0
1
0 E1
= t 12
T12
.
+ E 10
2
= 20 . 2 + 1 = 30
+ E 20
2
= 40 . 2 + 3 = 100
(11.9)
.
0
0
1
0 E5 + E5
= t 55
T55
.
Setelah menghitung seluruh nilai Tid, maka dapat dihitung kembali nilai oi dan dd
serta nilai Ei dan Ed untuk pengulangan ke-1, sebagaimana terlihat pada Tabel 11.5.
Tabel 11.5 MAT pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-1)
Zona
oi
Oi
Ei
30,00
100,00
100,00
105,00
175,00
510,00
500
0,9804
40,00
60,00
150,00
62,50
135,00
447,50
300
0,6704
105,00
82,50
45,00
180,00
365,63
778,13
875
1,1245
160,00
210,00
150,00
90,00
537,50 1147,50
1350
1,1765
109,38
167,50
143,44
107,50
89,06
616,88
475
0,7700
dd
444,38
620,00
588,44
545,00 1302,19
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,6751
1,2097
1,0876
0,8807
1,0214
3500
1,0000
241
1
1
0 ,9804 + 0 ,6751
1 E1 + E1
= 30 .
T112 = t 11
.
= 24 ,83
2
2
1
1
0 ,9804 + 1,2097
1 E1 + E 2
= 100 .
T122 = t 12
.
= 109 ,50
2
2
.
.
1
1
0 ,7700 + 1 ,0214
2
1 E5 + E5
= t 55
= 89 ,06 .
T55
.
= 79 ,77
2
2
Setelah menghitung seluruh nilai Tid, maka dapat dihitung kembali nilai oi dan dd
serta nilai Ei dan Ed untuk pengulangan ke-2, sebagaimana terlihat pada Tabel 11.6.
Tabel 11.6 MAT pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-2)
Zona
oi
Oi
Ei
24,83
109,50
103,40
97,71
175,15
510,60
500
0,9792
26,91
56,40
131,85
48,47
114,19
377,83
300
0,7940
94,48
96,28
49,77
180,47
392,29
813,30
875
1,0759
148,13
250,55
169,81
92,57
590,67 1251,72
1350
1,0785
79,03
165,80
133,23
88,73
475
0,8691
dd
373,38
678,53
588,06
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,8035
1,1053
1,0883
0,9450
0,9837
79,77
546,56
507,95 1352,07
3500
3500
1,0000
Proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai oi=Oi atau (Ei=1) dan
seluruh nilai dd=Dd atau (Ed=1).
Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-20 yang menghasilkan MAT akhir
(setelah pembulatan) seperti terlihat pada Tabel 11.7.
Tabel 11.7 MAT pada masa mendatang dengan metode rata-rata (hasil pengulangan ke-20)
Zona
oi
Oi
Ei
19
118
115
89
159
500
500
1,0000
16
49
118
35
83
300
300
1,0000
84
120
64
191
416
875
875
1,0000
128
305
213
95
609
1350
1350
1,0000
52
158
131
71
64
475
475
1,0000
dd
300
750
640
480
1330
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
3500
1,0000
Terdapat beberapa kelemahan pada metode rata-rata ini, karena besarnya perbedaan
tidak tersebar secara acak, tetapi tergantung pada nilai tingkat pertumbuhan.
Contohnya, zona yang tingkat pertumbuhannya lebih rendah dari tingkat
pertumbuhan global akan menghasilkan nilai yang lebih besar dari perkiraan.
Akan tetapi, hal yang sebaliknya terjadi pada zona yang tingkat pertumbuhannya
lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan global. Besarnya perbedaan tersebut akan
semakin berkurang sejalan dengan proses pengulangan, tetapi jika jumlah
pengulangan yang dibutuhkan sangat banyak, tingkat ketepatan pun semakin
berkurang. Oleh karena itu, metode ini sekarang sudah jarang digunakan.
11.4.2 Metode Fratar
Fratar (1954) mengembangkan metode yang mencoba mengatasi kekurangan
metode seragam dan metode rata-rata. Asumsi dasar metode ini adalah:
a
Sebaran pergerakan dari zona asal pada masa mendatang sebanding dengan
sebaran pergerakan pada masa sekarang;
Perkiraan jumlah pergerakan yang dihasilkan dari atau tertarik ke suatu zona
(hal ini didapatkan dari tahapan bangkitan pergerakan).
Proses sebaran pergerakan masa mendatang dari setiap zona yang berbanding
lurus dengan pergerakan pada masa sekarang dimodifikasi dengan tingkat
pertumbuhan zona tujuan pergerakan.
Ini menghasilkan dua nilai untuk setiap pergerakan (id dan di), selanjutnya
rata-rata dari nilai ini dipakai sebagai pendekatan ke-1 bagi pergerakan yang
terjadi.
Untuk setiap zona, jumlah hasil pendekatan ke-1 dibagi dengan total
pergerakan yang diperkirakan (dihasilkan dari tahapan bangkitan pergerakan),
untuk mendapatkan nilai tingkat pertumbuhan baru yang selanjutnya digunakan
sebagai pendekatan ke-2.
Kedua nilai ini kemudian dirata-ratakan dan proses diulangi sampai tercapai
kesesuaian antara pergerakan yang dihitung dengan yang diinginkan.
(Li + Ld )
2
(11.10)
243
Li =
t ik
t dk
k i
N
dan
Ld =
E k .t ik
k i
k d
N
(11.11)
E k .t dk
k d
Tabel 11.8 MAT pada masa sekarang, tingkat pertumbuhan setiap zona, serta nilai Li dan
Ld (pengulangan ke-1)
Zona
oi
Oi
Ei
Li
20
40
50
60
80
250
500
2,000
0,523
40
30
100
50
80
300
300
1,000
0,470
60
30
20
90
150
350
875
2,500
0,552
80
70
60
40
200
450
1350
3,000
0,664
100
80
90
80
50
400
475
1,188
0,470
dd
300
250
320
320
560
1750
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,000
3,000
2,000
1,500
2,375
Ld
0,469
0,557
0,431
0,533
0,554
3500
2,000
L1 =
E 2 .t 12
t 12 + t 13 + t 14 + t 15
+ E 3 .t 13 + E 4 .t 14 + E 5 .t 15
40 + 50 + 60 + 80
= 0 ,523
40x1 ,0 + 50x 2 ,5 + 60x 3 ,0 + 80x1 ,188
t 21 + t 23 + t 24 + t 25
L2 =
E1 .t 21 + E 3 .t 23 + E 4 .t 24 + E 5 .t 25
=
40 + 100 + 50 + 80
= 0 ,470
40x 2 ,0 + 100x 2 ,5 + 50x 3 ,0 + 80x1 ,188
.
.
L5 =
=
E1 .t 51
t 51 + t 52 + t 53 + t 54
+ E 2 .t 52 + E 3 .t 53 + E 4 .t 54
100 + 80 + 90 + 80
= 0,470
100x 2 ,0 + 80x1 ,0 + 90x 2 ,5 + 80x 3 ,0
L1 =
E 2 .t 21
t 21 + t 31 + t 41 + t 51
+ E 3 .t 31 + E 4 .t 41 + E 5 .t 51
40 + 60 + 80 + 100
= 0 ,469
40x 3 ,0 + 60x 2 ,0 + 80x1 ,5 + 100x 2 ,375
t 12 + t 32 + t 42 + t 52
L2 =
E1 .t 12 + E 3 .t 32 + E 4 .t 42 + E 5 .t 52
=
40 + 30 + 70 + 80
= 0 ,557
40x1 ,0 + 30x 2 ,0 + 70x1 ,5 + 80x 2 ,375
.
.
L5 =
=
E1 .t 51
t 51 + t 52 + t 53 + t 54
+ E 2 .t 52 + E 3 .t 53 + E 4 .t 54
80 + 80 + 150 + 200
= 0,554
80x1 ,0 + 80x 3 ,0 + 150x 2 ,0 + 200x1 ,5
Setelah mendapatkan nilai Li dan Ld untuk pengulangan ke-1, maka dapat dilakukan
perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-1 sebagai berikut.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-1:
L1 + L11
1
1
= 20 x 2 ,0 x 1,0 x 0 ,523 + 0 ,469 = 19 ,83
T11
= t 11
.E11 .E11 . 1
2
2
L1 + L12
1
1
= 40 x 2 ,0 x 3 ,0 x 0 ,523 + 0 ,557 = 129 ,56
T12
.E11 .E 21 . 1
= t 12
2
2
L1 + L13
1
1
= 50 x 2 ,0 x 2 ,0 x 0 ,523 + 0 ,431 = 95 ,34
T13
.E11 .E 31 . 1
= t 13
2
2
.
.
L1 + L11
1
1
= 40 x 1 ,0 x 1 ,0 x 0 ,470 + 0 ,469 = 18 ,76
T21
.E 21 .E11 . 2
= t 21
2
2
.
.
L1 + L15
1
1
T55
.E 51 .E 51 . 5
= t 55
Setelah menghitung seluruh nilai Tid, maka dapat dihitung kembali nilai oi dan dd
serta nilai Ei dan Ed untuk pengulangan ke-2, sebagaimana terlihat pada Tabel 11.9.
245
Tabel 11.9 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Fratar (hasil pengulangan
ke-1)
Zona
oi
OI
EI
Li
19,83
129,56
95,34
95,05
204,64
544,42
500
0,918
1,009
18,76
46,19
90,02
37,61
97,27
289,86
300
1,035
1,029
76,53
124,73
49,12
183,10
492,55
926,02
875
0,945
1,002
135,91
384,59
197,03
107,76
868,05 1693,34
1350
0,797
0,966
55,72
146,31
96,23
71,47
475
1,075
1,055
dd
306,75
831,39
527,74
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,978
0,902
1,213
0,970
0,767
Ld
1,009
1,029
1,074
0,934
0,963
72,21
441,95
494,99 1734,72
3896
3500
0,898
Selanjutnya, nilai Li dan Ld untuk pengulangan ke-2 dapat dihitung sebagai berikut.
Perhitungan nilai Li untuk pengulangan ke-2:
L1 =
E 2 .t 12
t 12 + t 13 + t 14 + t 15
+ E 3 .t 13 + E 4 .t 14 + E 5 .t 15
.
.
L5 =
=
E1 .t 51
t 51 + t 52 + t 53 + t 54
+ E 2 .t 52 + E 3 .t 53 + E 4 .t 54
L1 =
E 2 .t 21
t 21 + t 31 + t 41 + t 51
+ E 3 .t 31 + E 4 .t 41 + E 5 .t 51
.
.
L5 =
=
E1 .t 51
t 51 + t 52 + t 53 + t 54
+ E 2 .t 52 + E 3 .t 53 + E 4 .t 54
Setelah mendapatkan nilai Li dan Ld untuk pengulangan ke-2, maka dapat dilakukan
perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-2.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-2:
L2 + L21
2
= 20 x 2 ,0 x 1,0 x 0 ,523 + 0 ,469 = 19 ,83
T112 = t 11
.E 12 .E 12 . 1
2
2
L2 + L22
2
= 40 x 2 ,0 x 3 ,0 x 0 ,523 + 0 ,557 = 129 ,56
T122 = t 12
.E12 .E 22 . 1
2
2
L2 + L23
2
= 50 x 2 ,0 x 2 ,0 x 0 ,523 + 0 ,431 = 95 ,34
T132 = t 13
.E12 .E 32 . 1
2
2
.
.
L2 + L21
2
2
= t 21
T21
.E 22 .E12 . 2
.
.
L2 + L25
2
2
= t 55
T55
.E 52 .E 52 . 5
Setelah menghitung seluruh nilai Tid, maka dapat dihitung kembali nilai oi dan dd
serta nilai Ei dan Ed untuk pengulangan ketiga, sebagaimana terlihat pada Tabel
11.10.
247
Tabel 11.10 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Fratar (hasil pengulangan
ke-2)
Zona
oi
Oi
Ei
Li
17,97
109,38
110,62
82,24
142,06
462,27
500
1,082
0,932
19,36
44,38
118,83
37,05
76,86
296,47
300
1,012
0,903
71,14
107,99
58,45
162,45
350,61
750,64
875
1,166
0,956
104,65
275,85
194,31
79,13
511,57 1165,50
1350
1,158
0,962
60,45
147,80
133,54
74,08
475
0,998
0,911
dd
273,57
685,40
615,74
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,097
1,094
1,039
1,104
1,166
Ld
0,909
0,904
0,901
0,933
0,925
60,02
475,90
434,94 1141,12
3151
3500
1,111
Proses pengulangan terus dilakukan sampai seluruh nilai oi=Oi atau (Ei=1) dan
seluruh nilai dd=Dd atau (Ed=1).
Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-10 yang menghasilkan MAT akhir
(setelah pembulatan) seperti terlihat pada Tabel 11.11.
Tabel 11.11 MAT pada masa mendatang dengan metode Fratar (hasil pengulangan ke-10)
Zona
oI
Oi
Ei
Li
19
118
115
89
159
500
500
1,000
1,000
20
45
116
38
81
300
300
1,000
1,000
81
124
65
187
418
875
875
1,000
1,000
119
316
215
91
609
1350
1350
1,000
1,000
60
148
129
75
63
475
475
1,000
1,000
dd
300
750
640
480
1330
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Ld
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
3500
1,000
Proses pengulangan cukup rumit dan membutuhkan proses perhitungan yang cukup
panjang. Davinroy dkk (1963) menyimpulkan bahwa metode seragam, rata-rata,
dan Fratar mempunyai ketepatan yang kira-kira sama.
Metode Fratar membutuhkan jumlah pengulangan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan dua metode lainnya, tetapi perhitungannya yang cukup rumit pada akhirnya
secara keseluruhan tidak menguntungkan proses perhitungan dan menyebabkan
metode Fratar ini menjadi tidak populer untuk digunakan.
Perlu diketahui pada saat itu pengembangan penelitian diarahkan selain pada usaha
peningkatan akurasi, juga pada usaha menghasilkan proses perhitungan yang efisien
(jumlah pengulangan yang sekecil mungkin dan proses perhitungan yang
sesederhana mungkin).
248 Ofyar Z Tamin, Perencanaan, pemodelan, dan rekayasa transportasi:
Teori, contoh soal, dan aplikasi
(11.12)
Dengan menggunakan data awal MAT yang sama seperti Tabel 11.1, untuk
pengulangan ke-1 metode Detroit digunakan persamaan (11.13) sehingga dihasilkan
MAT baru seperti terlihat pada Tabel 11.12.
0 0
0 E i .Ed
Tid1 = t id
.
E0
(11.13)
0 0
2 ,0 x 3 ,0
1
0 E 1 .E 2
= t 12
T12
.
= 40 .
= 120
E0
2 ,0
.
.
0 0
1
0 E 5 .E 5
T55
= t 55
.
E0
2 ,0
Setelah menghitung seluruh nilai Tid, maka dapat dihitung kembali nilai oi dan dd
serta nilai Ei, Ed, dan E untuk pengulangan ke-1, seperti terlihat pada Tabel 11.12.
Tabel 11.12 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan
ke-1)
Zona
oi
Oi
Ei
20,00
120,00
100,00
90,00
190,00
520,00
500
0,9615
20,00
45,00
100,00
37,50
95,00
297,50
300
1,0084
75,00
112,50
50,00
168,75
445,31
851,56
875
1,0275
120,00
315,00
180,00
90,00
712,50 1417,50
1350
0,9524
59,38
142,50
106,88
71,25
475
1,0544
dd
294,38
735,00
536,88
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0191
1,0204
1,1921
1,0492
0,8789
70,51
450,51
249
1
1
0 ,9615 x 1 ,0204
1 E 1 .E 2
T122 = t 12
.
= 120 .
= 118 ,99
1
E
0 ,9895
.
.
1 1
1 ,0544 x 0 ,8789
2
1 E 5 .E 5
T55
.
= 70 ,51.
= t 55
= 66 ,03
E1
0 ,9895
Setelah menghitung seluruh nilai Tid, maka dapat dihitung kembali nilai oi dan dd
serta nilai Ei, Ed, dan E untuk pengulangan ke-2, seperti terlihat pada Tabel 11.13.
Tabel 11.13 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan
ke-2)
Zona
oi
Oi
Ei
19,81
118,99
115,84
91,76
162,26
508,65
500
0,9830
20,77
46,79
121,48
40,10
85,09
314,23
300
0,9547
79,37
119,20
61,89
183,85
406,40
850,71
875
1,0285
117,70
309,36
206,52
90,88
602,69 1327,16
1350
1,0172
64,47
154,94
135,75
79,65
475
0,9484
dd
302,12
749,29
641,49
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,9930
1,0010
0,9977
0,9872
1,0057
66,03
500,85
Seperti halnya dengan metode rata-rata dan Fratar, proses pengulangan terus
dilakukan sampai seluruh nilai oi=Oi atau (Ei=1) dan seluruh nilai dd=Dd atau
(Ed=1). Hal tersebut tercapai pada pengulangan ke-8, sehingga dihasilkan MAT
akhir (setelah pembulatan) seperti terlihat pada Tabel 11.14.
Tabel 11.14 MAT pada masa mendatang menggunakan metode Detroit (hasil pengulangan
ke-8)
Zona
oi
Oi
Ei
19
118
115
89
159
500
500
1,0000
20
45
117
38
81
300
300
1,0000
81
124
65
187
418
875
875
1,0000
119
316
213
91
611
1350
1350
1,0000
61
147
130
74
62
475
475
1,0000
dd
300
750
640
480
1330
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
3500
1,0000
(11.14)
Pada metode ini, pergerakan awal (masa sekarang) pertama kali dikalikan dengan
tingkat pertumbuhan zona asal. Hasilnya kemudian dikalikan dengan tingkat
pertumbuhan zona tujuan dan zona asal secara bergantian (modifikasi harus
dilakukan setelah setiap perkalian) sampai total sel MAT untuk setiap arah (baris
atau kolom) sama dengan total sel MAT yang diinginkan.
Dengan menggunakan data awal MAT yang sama seperti Tabel 11.1, maka dengan
metode Furness dihasilkan MAT pada pengulangan ke-1 yang didapat dengan
mengalikan sel MAT pada saat ini dengan tingkat pertumbuhan zona asal (Ei)
seperti terlihat pada Tabel 11.15.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-1:
1
0
T11
.E10 = 20 x 2 ,0 = 40
= t 11
1
0
T12
.E10 = 40 x 2 ,0 = 80
= t 12
1
0
T13
.E10 = 50 x 2 ,0 = 100
= t 13
.
.
1
0
T21
.E 20 = 40 x 1 ,0 = 40
= t 21
.
.
1
0
T55
.E 50 = 50 x 1 ,1875 = 59 ,38
= t 55
251
Tabel 11.15 MAT pada masa mendatang dengan metode Furness (hasil pengulangan ke-1)
Zona
40,00
80,00
100,00
120,00
160,00
500,00
500
1,0000
40,00
30,00
100,00
50,00
80,00
300,00
300
1,0000
150,00
75,00
50,00
225,00
375,00
875,00
875
1,0000
240,00
210,00
180,00
120,00
600,00 1350,00
1350
1,0000
118,75
95,00
106,88
95,00
475
1,0000
dd
588,75
490,00
536,88
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
0,5096
1,5306
1,1921
0,7869
1,0436
oi
59,38
475,00
610,00 1274,38
3500
Oi
Ei
3500
1,0000
Selanjutnya, pada pengulangan ke-2, sel MAT yang dihasilkan pada pengulangan
ke-1 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan (Ed) untuk menghasilkan
MAT pengulangan ke-2, seperti terlihat pada Tabel 11.16.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-2:
1
T112 = t 11
.E11 = 40 x 0 ,5096 = 20 ,38
1
T122 = t 12
.E 21 = 80 x 1 ,5306 = 122 ,45
1
T132 = t 13
.E 31 = 100 x 1 ,1921 = 119 ,21
.
.
2
1
T21
.E11 = 40 x 0 ,5096 = 20 ,38
= t 21
.
.
2
1
T55
= t 55
.E 51 = 59 ,38 x 1 ,0436 = 61 ,97
mendatang
3
menggunakan
metode
oi
Furness
Oi
(hasil
Ei
20,38
122,45
119,21
94,43
166,98
523,45
500
0,9552
20,38
45,92
119,21
39,34
83,49
308,35
300
0,9729
76,43
114,80
59,60
177,05
391,37
819,25
875
1,0680
122,29
321,43
214,58
94,43
626,19 1378,91
1350
0,9790
60,51
145,41
127,40
74,75
475
1,0105
dd
300,00
750,00
640,00
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
61,97
470,04
480,00 1330,00
3500
3500
1,0000
Hal tersebut dilakukan terus menerus secara bergantian sehingga total sel MAT
yang dihasilkan (baris ataupun kolom) sesuai dengan total sel MAT yang
diinginkan. Tabel 11.17 adalah MAT yang dihasilkan metode Furness (setelah
pembulatan) setelah pengulangan ke-8.
Tabel 11.17 MAT pada masa
pengulangan ke-8)
Zona
mendatang
3
menggunakan
metode
oi
Furness
Oi
(hasil
Ei
19
118
115
89
159
500
500
1,0000
20
45
117
38
81
300
300
1,0000
81
124
65
187
418
875
875
1,0000
119
316
213
91
611
1350
1350
1,0000
61
147
130
74
62
475
475
1,0000
dd
300
750
640
480
1330
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
3500
1,0000
(11.15)
Dengan menggunakan data awal MAT yang sama seperti Tabel 11.1, maka dengan
metode Furness dihasilkan MAT pada pengulangan ke-1 yang didapat dengan
mengalikan sel MAT pada saat ini dengan tingkat pertumbuhan zona tujuan (Ed)
seperti terlihat pada Tabel 11.18. Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-1:
1
0
T11
.E 10 = 20 x 1 ,0 = 20
= t 11
1
0
T12
.E 20 = 40 x 3 ,0 = 120
= t 12
1
0
T13
.E 30 = 50 x 2 ,0 = 100
= t 13
.
.
0
1
T21
= t 21
.E 10 = 40 x 1 ,0 = 40
.
.
1
0
T55
= t 55
.E 50 = 50 x 2 ,375 = 118 ,75
253
mendatang
3
menggunakan
metode
oi
Furness
Oi
(hasil
Ei
20,00
120,00
100,00
90,00
190,00
520,00
500
0,9615
40,00
90,00
200,00
75,00
190,00
595,00
300
0,5042
60,00
90,00
40,00
135,00
356,25
681,25
875
1,2844
80,00
210,00
120,00
60,00
475,00
945,00
1350
1,4286
100,00
240,00
180,00
120,00
118,75
758,75
475
0,6260
dd
300,00
750,00
640,00
480,00 1330,00
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
3500
1,0000
Selanjutnya, pada pengulangan ke-2, sel MAT yang dihasilkan pada pengulangan
ke-1 dikalikan dengan tingkat pertumbuhan zona asal (Ei) untuk menghasilkan
MAT pengulangan ke-2, seperti terlihat pada Tabel 11.19.
Perhitungan nilai Tid untuk pengulangan ke-2:
1
T112 = t 11
.E11 = 20 x 0 ,9615 = 19 ,23
1
T122 = t 12
.E11 = 120 x 0 ,9615 = 115 ,38
1
T132 = t 13
.E11 = 100 x 0 ,9615 = 96 ,15
.
.
2
1
T21
= t 21
.E 21 = 40 x 0 ,5042 = 20 ,17
.
.
2
1
T55
= t 55
.E 51 = 100 x 0 ,6260 = 74 ,37
mendatang
3
menggunakan
5
metode
oi
Furness
Oi
(hasil
Ei
19,23
115,38
96,15
86,54
182,69
500,00
500
1,0000
20,17
45,38
100,84
37,82
95,80
300,00
300
1,0000
77,06
115,60
51,38
173,39
457,57
875,00
875
1,0000
114,29
300,00
171,43
85,71
678,57 1350,00
1350
1,0000
62,60
150,25
112,69
75,12
475
1,0000
dd
293,35
726,61
532,48
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0227
1,0322
1,2019
1,0467
0,8932
74,34
475,00
458,59 1488,97
3500
3500
1,0000
Hal tersebut dilakukan terus menerus secara bergantian sehingga total sel MAT
yang dihasilkan (baris ataupun kolom) sesuai dengan total sel MAT yang
diinginkan.
Tabel 11.20 adalah MAT yang dihasilkan metode Furness (setelah pembulatan)
setelah pengulangan ke-9.
Tabel 11.20 MAT pada masa mendatang dengan metode Furness (hasil pengulangan ke-9)
Zona
oi
Oi
Ei
19
118
115
89
159
500
500
1,0000
20
45
117
38
81
300
300
1,0000
81
124
65
187
418
875
875
1,0000
119
316
213
91
611
1350
1350
1,0000
61
147
130
74
62
475
475
1,0000
dd
300
750
640
480
1330
3500
Dd
300
750
640
480
1330
Ed
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
1,0000
3500
1,0000
Terlihat dengan jelas bahwa Tabel 11.17 persis sama dengan Tabel 11.20. Hal ini
membuktikan bahwa solusi akhir metode Furness pasti selalu sama, tidak
tergantung dari mana pengulangan dimulai (baris atau kolom).
Beberapa peneliti berusaha mempercepat proses pengulangan metode Furness [lihat
Robillard dan Stewart (1974); Mekky (1983); Maher (1983b)].
Penurunan teori metode Furness dapat dihasilkan dengan meminimumkan statistik
informasi yang diharapkan (Morphet, 1975) atau memaksimumkan ukuran
entropi (Evans, 1970,1971). Dibuktikan bahwa metode Furness menghasilkan
sebaran pergerakan yang memaksimumkan entropi dan meminimumkan informasi
yang diharapkan, tergantung pada batasan asal tujuan.
Lamond dan Stewart (1981) memperlihatkan bahwa proses keseimbangan metode
Furness sebenarnya merupakan kasus khusus yang dapat dihasilkan oleh metode
keseimbangan Bregman. Penjelasan rinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada
Bregman (1967).
255
sudah sering diabsahkan dan menghasilkan tingkat ketepatan yang cukup tinggi
jika digunakan pada daerah yang pola pengembangan wilayahnya stabil.
Akan tetapi, selain keuntungan, terdapat juga beberapa permasalahan yang sering
timbul dalam pemakaiannya. Di antaranya yang berikut ini.
Dibutuhkan jumlah zona yang selalu tetap. Dengan kata lain, tidak boleh
ditambah zona baru sehingga agak susah digunakan, karena biasanya pada
masa mendatang selalu ada pertambahan zona baru.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan jumlah zona tersebut,
diperlukan manipulasi dengan menganggap pada masa sekarang jumlah zona
yang digunakan adalah jumlah zona pada masa mendatang dengan pergerakan
yang cukup kecil. Realitanya, pergerakan tersebut memang belum ada pada
masa sekarang.
Kelemahan yang paling utama adalah jika ditemukan bahwa antara 2 (dua)
buah zona pada saat sekarang belum terjadi pergerakan (tid=0) atau mungkin
karena ada galat survei atau hal lainnya.
Dalam hal ini, tidak akan pernah didapatkan ramalan pergerakan tersebut pada
masa mendatang. Untuk itu, sekali lagi, diperlukan manipulasi data dengan
menganggap telah terjadi pergerakan dengan volume yang sangat kecil,
misalnya (tid=1) untuk menghindari adanya batasan kelemahan matematis
tersebut.
Kelemahan lain, jika pada masa sekarang terdapat sel matriks yang tidak
didapatkan informasi pergerakannya (datanya tidak ada), maka sel matriks
tersebut tidak akan pernah bisa didapatkan pergerakan masa mendatangnya.
Oleh karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk melengkapi sel
matriks yang kosong dengan menambahkannya dari matriks parsial.
pendekatan yang kasar sehingga metode analogi ini sangat tergantung pada
ketepatannya.
Asumsi mengenai tidak ada perubahan pada aksesibilitas juga dikritik orang.
Dengan kata lain, sebaran pergerakan hanya tergantung pada pola perjalanan
saat sekarang dan perkiraan tingkat pertumbuhannya.
Oleh karena itu, metode ini tidak bisa digunakan untuk daerah yang pada masa
mendatang mengalami perubahan aksesibilitas yang nyata pada sistem jaringan
transportasinya, misalnya pelebaran jalan, pembangunan jalan baru, dan
pembangunan jalan bebas hambatan.
Jadi, model ini tidak cocok untuk peramalan waktu yang cukup panjang. Untuk
itu diperlukan metode yang juga memperhitungkan adanya perubahan
aksesibilitas, selain perubahan tingkat pertumbuhan setiap zona (lihat Bab
1214 tentang metode sintetis).
Untuk selang waktu yang pendek dan di daerah yang stabil pengembangan
wilayahnya, metode ini dapat digunakan dengan baik. Sebaliknya, metode ini
tidak dapat digunakan pada daerah yang pesat pengembangan wilayahnya dan
tajam peningkatan aksesibilitas sistem jaringan transportasinya. Karena batasan
di atas, metode analogi sangat jarang digunakan dalam kajian transportasi di
masa sekarang.
Tabel 11.21 MAT [6x6] pada masa sekarang dan tingkat pertumbuhan setiap zona
Zona
oi
Oi
EI
40
70
40
40
70
140
400
800
2,000
50
40
120
60
90
90
450
450
1,000
70
40
30
70
140
50
400
600
1,500
90
90
70
60
200
190
700
1400
2,000
120
40
100
80
60
50
450
900
2,000
130
20
90
90
40
210
580
1810
3,121
dd
500
300
450
400
600
730
2980
Dd
1000
450
450
1000
1200
1860
Ed
2,000
1,500
1,000
2,500
2,000
2,548
5960
2,000
257
ke-1
ke-1
i Buktikan bahwa hasil jawaban soal (g) adalah persis sama dengan hasil
jawaban soal (h)?
2.
Tabel 11.22 MAT [4x4] pada masa sekarang dan tingkat pertumbuhan setiap zona
Zona
oi
Oi
EI
40
70
40
40
60
250
500
2,000
50
40
120
60
80
350
350
1,000
70
40
30
70
140
350
525
1,500
90
90
70
60
240
550
1100
2,000
120
40
100
80
60
400
800
2,000
dd
370
280
360
310
580
1900
Dd
740
420
360
775
980
Ed
2,000
1,500
1,000
2,500
1,690
3275
1,724
ke-1
i Tentukan metode mana yang mempunyai jumlah iterasi yang terkecil dalam
mencapai konvergensi dan terangkan kenapa hal tersebut terjadi?