Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Tak
lupa shalawat serta salam kita hanturkan ke baginda Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga (ahlubait), sahabat (ahlusunah wal jamaah) serta
para pengikutnya hingga akhir zaman.Amien.
Pada kesempatan kali ini kami dari kelompok 4 akan berusaha mencoba membahas
suatu masalah yang kini sedang diperbincangkan, yaitu pembahasan kelompok
kami ialah Bank Syariah. Kami berusaha seobjektif mungkin meskipun pembahasan
kami hanya sebatas pada kajian pustaka semata, tidak melakukan investigasi pada
semua bank yang akan kami bahas. Namun tidak mengurangi pembahasan kami.
Bank syariah, bank yang seutuhnya menggunakan hukum Islam, berbeda dengan
bank konvensional yang menggunakan hukum barat (yahudi), meskipun demikian,
dongkrak atau perkembangan yang terjadi saat ini ialah, kini setiap bank berlombalomba untuk merubah system perbankan kepada system syariah, semua itu tak
luput dari akibat krisis global, kita pun tahu bahwa krisis hampir terjadi pada
seluruh bank di dunia termasuk di Indonesia yang menggunakan konsep Barat
(yahudi) dan bank-bank Islam yang menggunakan system syariah.
Sekilas pengantar yang merupakan testimony dari makalah ini, kami akan
menjelaskan secara utuh, mengenai pengertian hingga bidang unit kerja Bank
Syariah. Pada bab I Merupakan Pendahuluan yang membahas Bank Syariah secara
umum, dan pada bab II Merupakan Pembahasan, mengenai pengertian bank dan
syariah secara umum, sejarah bank syariah, prinsip-prinsip serta bidang usaha yang
dilakukan oleh Bank Syariah. Pada bab III merupakan Kesimpulan dari pembahasan
kami.
Demikianlah pengantar singkat tentang makalah kami, tidak ada kesempurnaan
dalam diri manusia kecuali Allah SWT semata. Masukan serta kritikan berguna bagi
kami, guna penyempurnaan pembahasan yang telah kami lakukan, terimakasih.

Bab I
Pendahuluan

Bank syariah di Indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya pun di


Indonesia begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah sudah
pernah dibahas pada tahun 1980-an, namun realisasinya terjadi pada tahun 1992
yang dilakukan oleh salah satu bank pemerintah, yaitu Bank Muamalat Indonesia,
dengan hukum yang jelas. Pada awalnya perkembangan bank di Indonesia masih
bersifat konvensional dalam artian, belum Memiliki standar dari bank syariah
sendiri, karena bank syariah berbasisi ideologi Islam. Sedangkan bank konvensional
berdasarkan ideologi barat terutama ideologi Amerika dan Eropa. Pada makalah kali
ini kami tidak akan membahas tentang mengapa bank konvensional Indonesia
beralih kepada bank syariah, tetapi kami membahas bank syariah secara umum.
Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan antara bank syariah
dengan bank konvensional :
1. Bank syariah tidak menggunakan bunga
2. Tidak digunakan untuk usaha yang haram
3. Menerima zakat, infaq dan sodaqoh untuk disalurkan kepada masyarakat
yang membutuhkan, terdapat 8 golongan dalam Al Quran
Pada point pertama, dalam bank syariah tidak menggunakan bunga, melainkan
menggunakan konsep bagi hasil dimana jika bank mendapatkan keuntungan maka
akan dibagi hasil keuntungan tersebut dengan para penabung, jika bank rugi maka
para penabung pun akan rugi. Bank syariah juga tidak serta merta meminjamkan
sejumlah uangnya kepada masyarakat secara tunai melainkan dengan prinsip bagi
hasil (mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
(murabahah) dan prinsip sewa (ijarah).

Bab II
Pembahasan

2.1

Pengertian Bank dan Syariah


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian bank adalah badan yang
mengurus uang, menerima simpanan dan member pinjaman dengan
memungut bunga, dan Syariah menurut bahasa (kamus) ialah hukum yang
telah ditetapkan oleh Tuhan, berasal dari kata syariat, berarti hukum yang
tidak bias diakal-akali oleh manusia sekalipun. Jadi Bank Syariah ialah Bank
yang berfungsi sebagaimana fungsinya, namun dengan aturan dan hukum
yang telah ditetapkan sesuai Islam.
Pengertian Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut
tata cara bermuamalah secara Islam.
Pengertian bank syariah menurut para ahli
Schaik (2001):
Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada
hukum

Islam

yang

sah,

dikembangkan

pada

abad

pertama

Islam,

menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan


keuangan

berdasarkan

sebelumnya
Sudarsono (2004):

kepastian

serta

keuntungan

yang

ditentukan

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan


kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang
yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah

Muhammad (2002) dalam Donna (2006):


adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya
dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
sesuai dengan prinsip syariat Islam.

2.2

Sejarah Perbankan Syariah

2.2.1 Sejarah Dunia


Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embelembel Islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan
melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini
Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis
profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.
Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9
bank dengan konsep serupa dengan Mesir. Bank-bank ini, yang tidak
memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada
usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk
partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social Bank didirikian
dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun
dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun
syariat Islam.

Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974


disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi
Islam, walaupun bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan
untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara
anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing
untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar
pada syariah Islam.
Di belahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis Islam
kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic of Bank
(1975), Faisal Islamic of Sudan (1977), Faisal Islamic of Egypt (1977) serta
Bahrain Islamic Bank (1979). Di Asia-Pasifik, Philipine Amanah Bank didirikan
tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri
Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang
ingin menabung untuk memunaikan ibadah haji.

2.2.2 Sejarah Indonesia


Walaupun di Indonesia masyarakatnya mayoritas Islam, namun belum ada
Bank yang tercermin pada bank-bank Timur Tengah, bank di Indonesia
mayoritas Merupakan bank cerminan barat (Amerika dan Eropa), yang lebih
dikenal bank konvensional, dan sebenarnya kajian tentang perbankan syariah
sudah muncul sejak tahun 1980-an namun realisasinya berdiri tahun 1991,
oleh Bank Muamalat Indonesia. Bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini awalnya
Memiliki landasan hukum yang lemah UU No.7 Tahun 1992 belum dijelaskan
tentang bank syariah, namun setelah terjadi revisi muncul UU No 10 Tahun
1998 dan dengan revisi UU tersebut maka status bank syariah semakin kuat
Bank Muamalat Indonesia juga sempat terimbas oleh krisis moneter pada
akhir tahun 1990-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal
awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada
periode

1999-2002

dapat

bangkit

dan

menghasilkan

laba.

Saat

ini

keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam undang-undang

yaitu UU No 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No 7 Tahun 1997 tentang


Perbankan.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.
Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19
bank di antaranya merupakan bank besar seperti Bank Negeri Indonesia
(Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). System syariah juga telah
digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR
Syariah.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka perkembangan
industry perbankan syariah nasional semakin Memiliki landasan hukum yang
memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi.
Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata
pertumbuhan asset lebih dari 65% per tahun dalam lima tahun terakhir,
maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian akan semakin signifikan.

2.3

Prinsip Bank Syariah


Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa Prinsip atau hukum yang dianut oleh system perbankan syariah
antara lain:

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai

pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan


Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana

Islam tidak memperbolehkan menghasilkan uang dari uang. Uang


hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena

tidak memiliki nilai intrinsic


Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka

peroleh dari sebuah transaksi


Investasi hanya boleh diberikan

pada

usaha-usaha

yang

tidak

diharamkan pada Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh


didanai oleh perbankan syariah
Schaik (2001) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip ekonomi Islam yang
menjiwai bank syariah, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

keadilan, kesamaan dan solidaritas


larangan terhadap objek dan makhluk
pengakuan kekayaan intelektual
harta sebaiknya digunakan dengan rasional dan baik (fair way)
tidak ada pendapatan tanpa usaha dan kewajiban
kondisi umum dari kredit
dualiti risiko

Kondisi umum dari kredit meliputi:


a) peminjam yang

mengalami

kesulitan

keuangan

sebaiknya

diperlakukan secara baik, diberi tangguh waktu, bahkan akan


lebih baik bila diberi keringanan
b) terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai hukum
selisih antara kredit dan harga spot, ada yang berpendapat
bahwa itu adalah suku bunga implisit dan ada juga yang
berpendapat

bahwa

hal

tersebut

dibolehkan

untuk

mengakomodasi biaya transaksi - bukan biaya dari pembiayaan


di satu sisi sebagai bagian dari persetujuan kredit(liability)

2.4

Produk Perbankan Syariah

2.4.1 Penghimpun Dana


A. Giro Syariah

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat


dengan

menggunakan

cek/

bilyet

giro,

atau

dengan

cara

pemindahbukuan.
B. Tabungan Syariah
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek/bilyet giro.
C. Deposito Syariah
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan
bank.
2.4.2 Penyaluran Dana
A. Akad Mudharabah (bagi hasil)
Transaksi yang penanaman dana dari pemilik modal dengan pengelola
untuk

melakukan

usaha

tertentu

yang

sesuai

syariah,

dengan

pembagian hasil antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian


yang telah disepakati.
B. Akad Musyarakah (penyertaan modal)
Transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana atau
barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dnegan
pembagian hasil antara kedua belah pihak berdasarkan perjanjian
yang telah disepakati, jika pembagian kerugian berdasarkan proporsi
modal masing-masing.
C. Akad Murabahah (jual beli)
Transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang
ditambah margin yang disepakati oleh para pihak, dimana pihak
penjual menginformasikan harga perolehan terlebih dahulu kepada
pembeli atau konsumen.

Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul atau


berjalan. Istilah ini biasa dipakai oleh penduduk Irak, sementara
penduduk

Hijaz

lebih

suka

menggunakan

istilah

qirodh

atau

muqaradhah. Dalam kaitannya dengan muamalah, kata dharb disini


lebih tepat diartikan pada proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usaha. Sedangkan secara teknis, mudharabah
didefinisikan sebagai akad kerja sama antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan 100% modal sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib). Apabila dalam usahanya
diperoleh keuntungan (profit) maka keuntungan tadi kemudian dibagi
antara shahibul maal dan mudharib dengan prosentase nisbah atau
rasio yang telah disepakati sejak awal perjanjian/kontrak. Sedangkan
apabila

usaha

tersebut

merugi

maka

kerugian

tersebut

akan

ditanggung sepenuhnya oleh pihak shahibul maal sepanjang hal itu


disebabkan oleh risiko bisnis (bussiness risk) dan bukan karena
kelalaian mudharib (character risk).
Akad mudharabah ini berbeda dengan sistem bunga (interest)
mengingat sifat pengembalian (return) yang tidak pasti baik dari segi
jumlah maupun segi waktu sehingga akad ini dikategorikan sebagai
Natural Uncertainty Contract (NUC). Dalam bahasa lain, produk ini
disebut juga dengan Trust Financing atau Trust Investment karena
kontrak ini hanya diberikan kepada pengusaha yang benar-benar
credible

dan

sudah

teruji

amanahnya.

Secara

mudharabah dapat digambarkan sebagai berikut :

skematis,

akad

Jenis-Jenis Mudharabah
1.

Mudharabah Mutlaqah

Jenis mudharabah ini merupakan bentuk akad yang tidak dibatasi pada
jenis usaha, waktu, dan wilayah tertentu sehingga pengelola bebas
untuk menentukan cara ia mengelola modal tersebut.
2.

Mudharabah Muqayyadah

Adalah

jenis

mudharabah

yang

pada

akadnya

dicantumkan

persyaratan-persyaratan tertentu misalnya hanya boleh digunakan


untuk usaha tertentu, di kota tertentu, dan dalam waktu tertentu.
Ikatan-ikatan ini membuat akad mudharabah menjadi terikat dan
sempit

sehingga

disebut

mudharabah

muqayyadah

(restricted

mudharabah).

D. Akad Salam
Transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
E. Akad Istishna

Transaksi jual beli dengan cara pemesanan pembuatan barang dengan


kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan.
Definisi Menurut Fatwa DSN MUI
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani)
Jenis Akad Istishna :
1. Langsung : Pemesan<->Penjual
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara

pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat/shani)


2. Paralel : Pemesan Penjual subkontraktor
Akad istishna antara penjual dan pemesan, dimana untuk memenuhi
kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna
dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang
dipesan oleh pemesan. Syarat : tidak terjadi taalluq.
Rukun Akad Istishna
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual
(pembuat/shani)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal
istishna yang berbentuk harga.
3. Ijab kabul/serah terima

F. Akad Ijarah (sewa)


Transaksi sewa menyewa atas suatu barang atau jasa, antara pemilik
dan pemakaian sewa dengan hak pakai untuk mendapatkan imbalan
atas obyek yang disewakan.

Transaksi terhadap suatu manfaat tertentu, bersifat mubah dan dapat


dimanfaatkan dengan imbalan tertentu . Ijarah ditunjukkan untuk
manfaat atau jasa bukan materi/benda, dapat berupa manfaat/nilai
Ijarah Jasa (Ijarah ala al amal) bukan merupakan kewajiban (fardhu
ain) seperti shalat, puasa. Tetapi bersifat fardu kifayah

Ijarah memiliki beberapa ketentuan:


1. Kedua belah pihak memenuhi syarat hukum
2. Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan
ijarah dan tidak terpaksa
3. Manfaat objek diketahui secara jelas
4. Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri atau untuk
orang lain baik dengan cara menyewakannya atau meminjamkan
5. Objek Ijarah dapat diserahkan dan dipergunakan secara langsung
6. Objek Ijarah adalah halal

Akad Ijarah Berakhir

Objek hilang/lenyap : terbakar, faktor alam

Habis masa waktunya

Salah satu pihak yang wafat dapat dialihkan pada ahli warisnya

Objek disita, pailit

Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu 3:


a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah


yang dibayarkan disebut ujrah.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu
kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip
dengan leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa
(lessee) disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut
mujir/muajir dan biaya sewa disebut ujrah.
Adapun yang menjadi dasar hukum ijarah adalah :
a. Al-Qur'an surat al-Zukhruf : 32

Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami


telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagaian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagaian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang
mereka kumpulkan .
b. Al-Quran surat al-Baqarah : 233 :

Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan

G. Akad Qaradh
Transaksi pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban
pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman sekaligus atau cicilan
dalam jangka waktu tertentu.

2.4.3 Pelayanan Jasa


A. Letter of credit (L/C) impor syariah
L/C

adalah

surat

pernyataan

akan

membayar

eksportir

yang

diterbitkan oleh bank atas permintaanm importer dengan pemenuhan


persyaratan tertentu.
B. Bank Garansi Syariah
Jaminan yang diberikan oleh bank kepada pihak ketiga penerima
jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku
pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud.
C. Penukaran Valuta Asing (sharf)
Transaksi penukaran mata uang yang berlain jenis, baik membeli atau
mejual kepada nasabah.

2.5

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional

2.6

Produk bank syariah


1.

Al-wadiah (Simpanan)

Al-Wadiah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan


titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip
menghendaki.
Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si
penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan
yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau
kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.
Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada si pemilik
uang

dan

dengan

catatan

si

pengguna

uang

menjamin

akan

mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan demikian prinsip yad


al-amanah

(tangan

amanah)

menjadi

yad

adh-dhamanah

(tangan

penanggung).
Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah pihak bank
akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang, namun
sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus ditanggung oleh bank.
Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping jaminan keamanan
uangnya juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti insentif atau bonus

untuk giro wadiah. Artinya bank tidak dilarang untuk memberikan jasa atas
pemakaian uangnya berupa insentif atau bonus, dengan catatan tanpa
perjanjian terlebih dulu baik nominal maupun persentase dan ini murni
merupakan kebijakan bank sebagai pengguna uang. Pemberian jasa berupa
insentif atau bonus biasanya digunakan istilah nisbah atau bagi hasil antara
bank dengan nasabah. Bonus biasanya diberikan kepada nasabah yang
memiliki dana rata-rata minimal yang telah ditetapkan.
Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan
(mudharib) biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah
40%:60% untuk simpanan tabungan dan nisbah 45%:55% untuk simpanan
deposito.
2.

Pembiayaan dengan bagi basil

a. Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau
amal

dengan

kesepakatan

bahwa

keuntungan

atau

resiko

akan

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.


AI-musyarakah

dalam

praktik

perbankan

diaplikasikan

dalam

hal

pembiayaan proyek.Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank


sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut.
Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank
setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Almusyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada
lembaga keuangan modal ventura.
b. AI-mudharabah
Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di
mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi
pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama

kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian


diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung
jawab.

mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama


dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi
oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
mudharabah

muqayyadah

merupakan

kebalikan

dari

mudharabah

muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan
daerah bisnis.

Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk


pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti
tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito
biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.

c.

Al-muzara'ah
Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada
penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu
dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk
pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen.

d. Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu penggarap
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan
menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh
dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja
sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap.

3.

Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus
terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan
yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang "X" Rp 100.000,-. Keuntungan yang diharapkan adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-. Kegiatan
Bai'al-Murabahah ini baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli,
baru kemudian dilakukan pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan Bai'alMurabahah pada pembiayaan produk barang-barang investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
Sebagai contoh Ny. Pariani memerlukan sebuah mobil senilai Rp 30.000.000,-.
Jika Bank Syariah Tanjung Pandan yang membiayai pembelian mobil tersebut
maka Bank Syariah Tanjung Pandan mengharapkan suatu keuntungan sebesar Rp
6. 000.000,- selama 3 tahun, maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Pariani

adalah Rp 36.000.000, Kemudian jika nasabah setuju maka nasabah dapat


mencicil dengan angsuran Rp 1.000.000,-. per bulan (diperoleh dari Rp
36.000.000,- : 36 bulan) kepada Bank Syariah Tanjung Pandan.
4.

Bai'as-salam
Bai'as-salam

artinya

pembelian

barang

yang

diserahkan

kemudian

hari,

sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah


harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal
pembayaran harus dalam bentuk uang.
Sebagai contoh seorang petani lada yang bernama Tn. Ivan Pratama hendak
menanam lada dan membutuhkan dana sebesar Rp 200.000.000, untuk satu
hektar. Bank Syariah Toboali menyetujui dan melakukan akad di mana Bank
Syariah Toboali akan membeli hasil lada tersebut sebanyak 10 ton dengan harga
Rp 200.000.000,-. Pada saat jatuh tempo petani harus menyerahkan lada
sebanyak 10 ton. Kemudian Bank Syariah Toboali dapat menjual lada tersebut
dengan harga yang relatif lebih tinggi misalnya Rp 25.000,- per. kilo. Dengan
demikian penghasilan bank adalah 10 ton x Rp 25.000, = Rp 250.000.000,-. Dari
hasil tersebut Bank Syariah Toboali akan memperoleh keuntungan sebesar Rp
50.000.000,-. setelah dikurangi modal yang diberikan oleh Bank Syariah Toboali
yaitu Rp 250.000.000, dikurangi Rp 200.000.000,-.

5.

Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu
ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam.
Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau
sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga
dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di
muka atau secara angsuran per bulan atau di belakang.
CV. Sungai Layang yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan
sepatu memperoleh order untuk membuat sepatu anak sekolah SMU senilai Rp

60.000.000,- dan mengajukan permodalan kepada Bank Syariah Koba. Harga


perpasang sepatu yang diajukan adalah Rp 85.000,- dan pembayarannya
diangsur selama tiga bulan. Harga perpasang sepatu dipasaran sekitar Rp
90.000,-. Dalam hal ini Bank Syariah Koba tidak tahu berapa biaya pokok
produksi.

CV.

Sungai

Layang

hanya

memberikan

keuntungan

Rp

5000,-

persepasang sepatu atau keuntungan keseluruhan adalah Rp 3.529.412,- yang


diperoleh dari hitungan:

Rp 60.000.000,x Rp 5.000,- = Rp 3.529.412,Rp 85.000,-

Bank Syariah Koba dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Sungai Layang
dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat dijual kepada masyarakat
dengan harga murah pula. Katakanlah misalnya Bank Syariah Koba menawar
harga Rp 86.000,- per pasang, sehingga masih untung Rp 4.000,- per pasang
dan keuntungan keseluruhan adalah :

Rp 60.000.000,x Rp 4.000,- = Rp 2.790.697,Rp 86.000,-

6.

Al-Ijarah (Leasing)

Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh
perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.
7.

Al-Wakalah (Amanat)

Wakalah

atau

wakilah

artinya

penyerahan

atau

pendelegasian

atau

pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan
sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
8.

Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula
diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain.
Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan
seseorang.

9.

Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang
dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal
dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.

10.

Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan
seperti jaminan utang atau gadai.

Bab III
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Bank syariah adalah bank atau tempat penyimpanan dana yang sesuai
dengan

hukum-hukum

dan

landasan

agama

Islam.

Bank

ini

banyak

memberikan manfaat dan kemudahan bagi masyarakat, khususnya muslim.


Di Indonesia, mayoritas penduduk beragama Islam, sehingga seharusnya
hukum keuangan yang diterapkan mengikuti hukum perekonomian Islam,
yaitu bank syariah.
2. Saran
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat dari bank syariah sendiri,
seharusnya

masyarakat

menggunakan

bank

syariah

sebagai

tempat

penyimpan modal. Namun faktanya pada zaman ini masih banyak yang
menggunakan bank konvensional karena tergiur oleh bunga yang dijanjikan.
Padahal bunga adalah riba dalam hukum Islam.

Anda mungkin juga menyukai