Materi Kestabilan Lereng
Materi Kestabilan Lereng
oleh
para
pekerja
lapangan
dalam
kegiatan
penambangan.
Seringkali
kelongsoran
ini
menyebabkan
cadangan
yang
sedang
perawatan lereng
K3 kestabilan lereng
pemantauan lereng
PEMBELAJARAN 1
PENGARUH PENGGALIAN
TERHADAP KESTABILAN MASSA BATUAN
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengaruh pemotongan/penggalian atau penambangn terhadap
kestabilan massa batuan yang membentuk lereng
2. Menjelaskan metode tambang yang berhubungan dengan kestabilan lereng
terbuka
adalah
kegiatan
penambangan
yang
aktifitasnya
metoda
hasil
penggalian ini adalah terbentuknya lereng yang merupakan sisi-sisi dari sebuah
lubang tambang.
Gambar 1-1
Tambang Open Pit
Pada beberapa tambang skala kecil - sedang lereng tunggal yang terbentuk
hanya mempunyai dimensi tinggi 5 meter hingga 10 meter dengan tinggi lereng
keseluruhan sekitar 100 meter, sedangkan pada tambang besar, lereng tunggal
yang terbentuk dapat mencapai 10 meter hingga 20 meter dengan tinggi lereng
keseluruhan lebih tinggi dari 200 meter.
Akibat
penggalian
pada
massa
batuan
ini
maka
akan
terjadi
Konsentrasi tegangan
Gambar 1-2
Ketidakseimbangan akibat perubahan tegangan
bidang lemah 1
blok penyangga
yang lepas
bidang lemah 2
Gambar 1-3
Makin besar geometri lereng, ketersingkapan bidang
lemah akan makin besar
berpengaruh.
Kecilnya
pengaruh
pembebanan
dikarenakan
Gambar 1-4
Penambangan Quarry untuk batu marmer
Gambar 1-5
Penambangan Stripe Mine
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 1
Metoda penambangan tambang terbuka yang erat berhubungan dengan
masalah kestabilan lereng adalah;
-
open pit, pada penambangan ini akan terbentuk lubang tambang yang sisisisinya dibatasi oleh lereng-lereng yang cukup terjal
open cut, penambangan dilakukan mulai dari atas bukit dan mengarah ke
kaki bukit
1. Pada kegiatan penambangan sering terjadi kelongsoran batuan, hal ini terjadi
karena adanya kegiatan penggalian. Sebutkan 2 akibat penggalian yang
sering mempengaruhi kestabilan lereng.
A.
Perubahan
arah
tegangan
yang
menyebabkan
terjadinya
C.
D.
akan
Perubahan tegangan
B.
C.
D.
Metode penambangan
B.
C.
Recovery besar.
D.
Semuanya benar.
10
Stress
B.
Bidang lemah.
C.
Air.
D.
Getaran.
Stress
B.
Bidang lemah.
C.
Air.
D.
Getaran.
KUNCI JAWABAN
1. A
2. D
3. D
4. B
5. C
11
PEMBELAJARAN 2
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESTABILAN LERENG
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan penyebab atau faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
2. Menjelaskan jenis kelongsoran pada tambang terbuka
3. Mengidentifikasi Potensi Kelongsoran dalam Perencanaan Tambang
4. Mengidentifikasi potensi kelongsoran dalam pelaksanaan pekerjaan
12
Tegangan (stress) yang terkonsentrasi pada suatu area yang sempit akan
melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan pecah dan memprovokasi
kelongsoran. Tegangan yang hadir pada lereng ini disebabkkan karena adanya
perubahan beban (hilangnya beban) diatas dan disamping bidang lereng.
Pada beberapa daerah dimana tektonik stress hadir atau adanya stress
residu horisontal, maka pengaruh geometri ini akan makin besar.
lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, maka
batuan akan makin lemah
kondisi pelapukan sisi-sisi batuan bidang lemah; makin lapuk sisi-sisi batuan
bidang lemah maka bidang lemah tersebut akan makin lemah
jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan
makin kuat, sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan
makin lemah
orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang
lemah yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng
kekasaran bidang lemah, makin kasar maka bidang lemah akan makin kuat
13
muka lereng
Bidang lemah
Gambar 2-1
Sketsa mengenai pengaruh geometri lereng dan
kehadiran bidang lemah terhadap kestabilan lereng
lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, maka
batuan akan makin lemah
jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan
makin kuat, sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan
makin lemah
orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang
lemah yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng
kekasaran bidang lemah, makion kasar maka bidang lemah akan makin kuat
14
Gambar 2-2
Kehadiran air tanah akan mengurangi
kekuatan geser bidang lemah
2.4 Getaran
Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam frekwensi
tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu blok batuan,
15
jatuhan/fall
kelongsoran sirkuler
kelongsoran translasi
kombinasi
Fall
circuller
Gambar 2-3
Jenis Kelongsoran Tanah
16
Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;
Kelongsoran pada batuan utuh yaitu
-
Shear failure
Bending failure
undercut
Gambar 2-4
Jenis Kelongsoran Pada Batuan Utuh
plane sliding
wedge sliding
bucling failure
toppling
plane sliding
wedge sliding
arah longsoran
arah longsoran
17
Buckling
topling
Gambar 2-5
Jenis Kelongsoran Pada Bidang Lemah
2.6
Identifikasi
Potensi
Kelongsoran
dalam
Perencanaan
Tambang
Untuk
supaya
penggalian
dapat
dilakukan
secara
aman
dan
Identifikasi
kemungkinan
kelongsoran
ini
akan
membantu
Keputusan
Menteri
Pertambangan
dan
Energi
No.
tertimpa batuan,
Faktor-faktor
diatas
diperberat
yang
tidak
19
face).
Batuan yang jatuh dapat berupa komponen batuan dari berm, batu
Gambar 2-6
Fenomena Jatuhnya Batuan
Makin terjal lereng dan makin tinggi lereng maka kecepatan batuan jatuh
pada toe akan semakin besar sehingga akan meningkatkan risiko kecelakaan.
Beberapa jenis batuan jatuh adalah;
-
free falling/bouncing
rolling/toppling
sliding
20
Gambar 2-7
Gerakan Batuan Jatuh
Untuk menghindari batuan jatuh maka dibuat berm sehingga batuan dapat
tertahan oleh adanya berm.
Gambar 2-8
Batuan Jatuh Tertahan Oleh Berm
21
B. Kendaraan Terguling
Kegunaan lain dari berm pada jalan angkut atau cut bench adalah untuk
menghindari jatuhnya kendaraan melewati crest.
C Longsornya Lereng
Kelongsoran individual slope hanya akan mengganggu produksi seharihari, tetapi jika kelongsoran menyangkut sebagian atau seluruh dari overall slope
maka akan mengganggu produksi secara keseluruhan
22
h. curigai setiap retakan mendatar pada muka lereng, hal ini dapat
mengindikasikan adanya buckling
i.
j.
23
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 2
- Geometri lereng,
Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini
disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan
tegangan (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada
kaki lereng serta dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan
struktur pun akan makin besar
- Bidang lemah
Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,
kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang
diskontinyu.
- Air tanah.
Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh
air karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang
lemah tersebut. Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang
lemah, melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral
sulfida. Pada
beberapa kasus,
faktor
utama
- Getaran
Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam
24
jatuhan/fall
kelongsoran sirkuler
kelongsoran translasi
kombinasi
Sedangkan pada zona batuan kelongsoran yang terjadi dapat berupa 2 jenis;
Kelongsoran pada batuan utuh yaitu
-
plane sliding
wedge sliding
buckling failure
toppling
Pemeriksaan Lereng
Untuk menghindari kecelakaan karena tidak amannya sebuah lereng perlu
dilakukan pemeriksaan secara berkala kondisi lereng. Pada perusahaan
tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah;
1. pada setiap potongan baru harus dipetakan dan diidentifikasi bidangbidang lemah yang ada
2. curigai jika ada tumpukan batu disekitar toe, hal ini mengindikasikan
adanya jatuhan dari atas
3. potong setiap batu menggantung
4. tangani setiap adanya rekahan tarik pada crest
5. tangani jika ada batuan yang akan jatuh dari berm
25
26
EVALUASI
1.
2.
A.
B.
C.
D.
Kondisi
bidang
lemah
yang
bagaimana
yang
dapat
ketidakstabilan lereng;
A. Bidang lemah yang terbuka
B. Bidang lemah menerus.
C. Bidang lemah terisi kwarsa.
D. Semuanya benar
27
menyebabkan
KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. A
4. C
5. C
28
PEMBELAJARAN 3
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
MATERIAL PEMBENTUK LERENG
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan perbedaan lapisan tanah dan batuan
2. Menjelaskan parameter penyebab kelongsoran
3. Menjelaskan karakteristik massa batuan
4. Menjelaskan tegangan geser tanah dan batuan
3.1 Tanah
Di alam tanah dibagi dalam beberapa lapisan, yaitu;
a. top soil, merupakan lapisan tanah yang paling subur dimana
ketebalannya antara 10 cm hingga 25 cm, tergantung kondisi
lingkungan. Lapisan ini harus diselamatkan waktu pertama kali
penggalian, ditempatkan secara khusus dan dilindungi sebelum
digunakan kembali
b. sub soil, terletak dibawah top soil. Istilah tanah dimulai dari sub soil
kebawah.
29
Volume
Udara
Wt
= Vv
= Ww
Air
=Vw
=Vt
Butir Tanah
=Ws
= Vs
Gambar 3-1
Illustrasi Komposisi Berat dan Isi Tanah
Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali
lempung dan lanau). Berikut adalah jenis tanah beserta ukuran butirnya.
Tabel 3-1
Ukuran Butir Tanah
Jenis Tanah
Ukuran
Berangkal/Boulder)
> 20 cm
Kerakal/Cobble
8 20 cm
Kerikil/Gravel
2 mm 8 cm
0,6 mm 2 mm
30
Pasir Sedang/Med.Sand
0,2 0,6 mm
0,06 0,2 mm
Lanau/Silt
0,002 - 0,06 mm
Lempung/Clay
< 0,002 mm
Dari segi keteknikan yang disebut tanah berada pada ukuran mulai dari
kerikil kebawah. Pada tanah yang berbutir kasar (pasir halus hingga kerikil/Tabel
2-1), sifat-sifat tanah tersebut akan tergantung pada ukuran butirnya. Sedangkan
tanah yang berbutir halus (lempung dan lanau), sifat tanah tergantung pada
komposisi kimianya.
bergradasi
baik/buruk, dimana
fraksi halus
akan dinilai
sifat
plastisitasnya.
Tanah yang terdiri dari butir kasar dan halus yang bergerak relatif antar
butirnya akan mengalami keruntuhan geser (sher failure) jika tanah tersebut tidak
dapat memelihara kekuatannya. Kekuatan geser tanah didapatkan dari kohesi
(C) antar butir dan gesekan antar butir ()
Sehingga Kuat Geser tanah () adalah;
=C +
=C+
. tan
31
Gambar 3-2
Illustrasi Gaya-Gaya Pada Benda Yang Digeser
Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)
tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar
butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;
= C + ( - u) . tan
dimana;
= tegangan normal
= kohesi
( - u) = tegangan efektif =
3.2
Batuan
Seorang geologis mendefinisikan batuan adalah semua material kerak
32
mengenai sifat fisik dan mekanik dari batuan. Sedangkan menurut ASTM, batuan
adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa massa yang
berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen. ISRM dan Bieniewasky
membatasi definisi batuan secara lebih kwantitatif, yaitu bahwa batuan adalah
material bumi dengan kuat tekan diatas 1 MPa.
A.
B.
Secara Genesa
-
Secara Lithologi
Klasifikasi ini berdasarkan kandungan mineralnya baik secara kimia
maupun bentuk fisik butiran. Klasifikasi ini bermanfaat secara engineering
terutama untuk membedakan beberapa jenis batuan sedimen yang
mempunyai sifat kimia/fisik yang rentan terhadap perubahan cuaca,
pelarutan air serta abrasivitas. Berikut adalah klasifikasi secara litologi
berdasarkan beberapa perbedaan komposisi;
C.
33
Tabel 3-2
Klasifikasi Kuat Tekan Batuan Utuh
Deskripsi
Class
Kuat Tekan
Contoh Nama
(MPa)
Batuan
220
Quartzite,
Diabase, Basalt
D.
High Strength
110 220
Medium Strength
55 110
Limestone
Low Strength
28 55
Sandstone
< 28
Marble, Dolomite
Tufa
engineering
karena
dapat
mengkuantifikasi
massa
batuan
dan
Q System
A. Heterogen.
Massa batuan dialam mempunyai sifat/besar butir yang berbeda, jenis
semen yang berbeda serta komposisi mineral pembentuk yang berbeda, bahkan
untuk batuan yang sama, bisa berbeda besar butir dan porositasnya.
B. Diskontinue
Massa batuan di alam tidak pernah berbentuk utuh. Selalu ada
retakan/fisure/bidang pelapisan/kekar. Bahkan seringkali bidang diskontinyu ini
sangat intensif sehingga batuan dapat dianggap seperti tanah.
Batuan Utuh
Discontinue
Gambar 3-3
Kondisi Massa Batuan Di Alam
C. Anisotroph
Karena heterogen dan diskontinue menyebabkan batuan dialam akan
mempunyai variasi sifat fisik dan mekaniknya, sehingga akan berbeda perilaku
saat menerima stress (tegangan) dan menjadi anisotroph.
35
analisa
kesetimbangan
batas/limit
equilibrium.
Sehingga
=C +
36
=C+
. tan
dimana;
= tegangan normal
= kohesi
3. Tegangan Air Tanah; parameter ini didapat dari survey hidrologi, terutama
sifat hidrologi pada rongga-rongga batuan dan pengaruhnya terhadap
kekuatan massa batuan. Salah satunya adalah dengan cara mengukur tinggi
muka air pada titik dimaksud.
4. Geometri lereng, tinggi, lebar dan sudut kemiringan lereng
37
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 3
- Tanah
1. Dilihat dari genesanya ada empat jenis tanah yaitu;
a. transported soil, adalah tanah yang terbentuk karena dipindahkan dan
diendapkan dari daerah lain
b. residual soil, adalah tanah yang belum mengalami transportasi dan
terbentuk pada tempatnya semula
c. laterit, adalah tanah yang banyak mengandung oksida besi dan
alumina
d. organic soil sering pula disebut gambut
- 2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi dan sifat tanah akan sangat tergantung pada ukuran butirnya (kecuali
lempung dan lanau).
Ukuran
Berangkal/Boulder
> 20 cm
Kerakal/Cobble
8 20 cm
Kerikil/Gravel
2 mm 8 cm
0,6 mm 2 mm
Pasir Sedang/Med.Sand
0,2 0,6 mm
0,06 0,2 mm
Lanau/Silt
0,002 - 0,06 mm
Lempung/Clay
< 0,002 mm
38
=C +
=C+
. tan
Pada kondisi jenuh (kondisi alam yang paling rentan terhadap kelongsoran)
tegangan air dalam pori-pori tanah akan mengurangi tegangan normal antar
butir, dan jika tegangan air pori = u, maka akan menjadi;
= C + ( - u) . tan
dimana;
= tegangan normal
= kohesi
( - u) = tegangan efektif =
Batuan
1. Klasifikasi Jenis/Massa Batuan
Secara Genesa
- Batuan Beku (Andesit, Granit, Gabro dll)
- Batuan Sedimen (batu Pasir, batu Lempung, Gamping dll)
- Batuan Metamorf (Quartzite, Marmer, Slate dll)
Secara Lithologi
Berikut adalah klasifikasi secara litologi berdasarkan beberapa perbedaan
komposisi;
-
39
Class
Kuat Tekan
Contoh Nama
(MPa)
Batuan
220
Quartzite,
Diabase, Basalt
High Strength
110 220
Medium Strength
55 110
Limestone
Low Strength
28 55
Sandstone
< 28
Q System
40
Marble, Dolomite
Tufa
41
EVALUASI
1.
Parameter apa yang sangat mempengaruhi sifat tanah pada tanah berbutir
halus?
A. Kandungan air
B.
Besar butir.
C.
D.
Semua salah.
2. Berapa harga kohesi tanah pasir yang mempunyai Kuat Geser 10 MPa dan
sudut geser dalam 300;
A.
20 MPa
B.
5 MPa.
C.
0.
D.
Semua salah.
3. Sifat massa batuan secara umum dialam dalam menyebarkan stress adalah;
A.
Heterogen
B.
Diskontinyu.
C.
Lemah.
D.
Isotroph.
4. Parameter yang utama dari kekar yang digunakan untuk analisa kestabilan
lereng adalah:
A.
Bukaan kekar
B.
Pengisi kekar.
42
C.
Kekasaran kekar.
D.
B.
C.
D.
Semua salah.
KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. D
4. D
5. A
43
PEMBELAJARAN 4
KONSEP DASAR ANALISIS
Tujuan khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
1. Menerapkan Hoek Chart dalam perhitungan kestabilan lereng tanah
2. Menerapkan metode Bishop dalam perhitungan kestabilan lereng tanah
3. Menganalisis kestabilan lereng dengan metode analisa stereografis
Numeric
dan
Metoda
Kesetimbangan
Batas.
Metoda
Numeric
Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang
gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng
dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;
Gaya-gaya penahan
FK
=
Gaya-gaya penggerak
44
Kondisi air tanah pada lereng diwakili oelh lima model seperti
digambarkan dalam
Cara memakai chart ini sangat sederhana dan cukup memberikan hasil
yang dapat dipercaya. Langkah-langkahnya adalah :
a. Buatlah gambar lereng yang akan dianalisa sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Pada gambar itu dibuat perkiraan garis lengkungan level air
tanahnya. Dari gambar ini pilih salah satu chart dengan kondisi air tanah yang
paling sesuai diantara lima kondisi air yang digambarkan oleh Hoek (Lihat
Gambar 4-2).
45
b. Hitung harga
.H. tan
Dimana :
C = kohesi
= sudut gesr dalam efektife
C
Catatan : bila C = 0 maka harga
C
= 0=0
. H. tan
JH tan
C
c. Kemudian dari titik luar chart (Gambar 4.1) yang dipilih pada
. H. tan
tarik garis radial kedalam sampai memotong sudut yang sama dengan sudut
lereng yang dianalisis
46
b
C
H. tan
tan
FK
c
Sudut lereng
d
C
d
H.FK
Gambar 4-1
Langkah-Langkah Penggunaan Hoek Chart
d. Dari titik potong pada C, tarik garis vertikal ke bawah dan horizontal ke kiri
untuk mendapatkan harga-harga :
tan
dan
FK
.H.FK
tan
FK
47
atau
.H.FK
Gambar 4-2
Lima Kondisi Permukaan Air Tanah Yang Diguinakan Untuk Analisa Grafis
Hoek Charts
48
Gambar 4-3
Charts No.1 Digunakan Untuk
Kondisi Pertama (Kondisi Air Kering)
49
Gambar 4-4
Charts No.2 Digunakan
Untuk Kondisi Kedua
50
Gambar 4-5
Charts No.3 Digunakan
Untuk Kondisi Ketiga
51
Gambar 4-6
Charts No.4 Digunakan
Untuk Kondisi Keempat
52
Gambar 4-7
Charts No.5 Digunakan
Untuk Kondisi Kelima
53
stabilitas
cara
Bishop
juga
berdasarkan
prinsip
W Cos . Tan
FK =
W Sin
54
W Cos . Tan
W Sin
W Cos
W
Gambar 4-8
Illustrasi Sederhana Kelongsoran
Dari prinsip diatas dapat dianalisa kelongsoran Metoda Bishop melalui gambaran
sebgai berikut;
Jika kita mempunyai sebuah lereng (Lihat Gambar 4.10), kita ambil parameter
segmen yaitu;
-
lebar segmen = b,
berat segmen = W
55
R
b
W
S
Gambar 4-9
Analisis Lereng Cara Bishop
Maka didapat;
Sec
1
F =
Cb + (W u. b )Tan
W. Sin
Rumus ini dikenal dengan rumus
56
1 + Tan . Tan
F
Bishop.
Contoh Perhitungan
Sebuah lereng dengan tinggi 10 meter dan lebar muka lereng 20 meter,
mempunyai sifat fisik/mekanik sebagai berikut;
= 1,7 ton/m3
C= 1,5 ton/m2
= 360
Hitung Faktor Keamanan?
Langkah Pekerjaan;
1. buat segmen/irisan pada lereng, lebar irisan adalah b, tinggi irisan adalah h
(gunanya untuk menghitung W dalam ton).
2. buat garis singgung pada pertengahan dasar segmen, sudut antara garis
singgung dengan horizontal disebut , hitung Sin . Sin akan negatif jika
irisan segmen menahan kelongsoran..
3. hitung tegangan air pori, masukan besaran pada rumus di atas.
Kita lihat bahwa sebelah kiri maupun sebelah kanan dari persamaan di atas
mengandung F. Untuk menghitung harga F kita harus melakukan pengulangan
(iterative), yaitu kita pertama ambil suatu harga F sebagai percobaan dan
dimasukan pada ruas sebelah kanan. Lalu dihitung harga F sebelah kiri. Hasil
perhitungan ini dimaksukan lagi disebelah kanan dan seterusnya sampai
mendapatkan nilai F yang sama.
57
Tabel 4-1
Perhitungan Slope Stability Cara Bishop
(W u b) tan
243
1,45
290
605
832
635
0,978
0,958
620
608
30
2,5
500
551
758
581
0,915
0,900
532
523
199
30
2,65
530
448
616
478
0,912
0,935
451
456
0,087
-73
30
2,08
416
304
418
334
1,045
1,048
349
350
0,351
-119
30
0,85
160
131
180
161
1,280
1,305
206
210
8
15
20
33
1122
45,5
0,714
801
30
20
37
1258
26,5
0,446
572
20
33,7
1146
10
0,174
20
24,5
834
-5
20
10
340
20,5
u . b ( ton )
9
10
Jumlah : 1621
61
F = 1,6
1,49
12
7
241
u ( kg/cm2 )
6
0,914
ton
o
5
66
m
W (ton)
4
264
Segmen
1
3
15,5
8 + 12
W u . b
255
C b (ton)
1,175
W sin (ton)
1,230
Sin
13
207
H
m (meter)
12
264
b ( meter)
11
192
2
10
(5)
Sec oC
1 + Tan tan
F
13 x 14
F = 1,6
14
1,49
15
2413
2390
F = 1,49
1,47
Gambar 4-10
Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Perhitungan Tabel 4-1
62
63
750
N 750 E/500
N 600 E/700
600
bidang lemah
lereng
700
Gambar 4-11
Illustrasi Kondisi Lereng Untuk Stereografis
Pada analisa ini semua bidang digambarkan dalam equatorial equal angle net
64
Lereng
N 600/700 E
Bidang Lemah
N 750/500 E
Arah longsoran
Gambar 4-12
Proyeksi Stereografis Bidang Lemah
Penggambaran dalam stereografis akan memberikan suatu wawasan
untuk mengevaluasi secara awal potensi kelongsoran pada suatu lereng.
Potensi-potensi
kelongsoran
tersebut
dapat
digambarkan
pada
65
peta
A. Longsoran Bidang
Dalam menganisis longsoran bidang dengan metode Hoek dan Bray;
anggapan untuk proyeksi stereografis termasuk dalam asumsi termasuk asumsi
berikut:
-
bidang gelincir harus daylight atau sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang gelincir
sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut
friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).
< 200
Gambar 4-13
Illustrasi Lereng Dengan Bidang Luncur
Pada kondisi lapangan, diatas atau dimuka lereng sering dijumpai adanya
tension crack yang terisi air.
66
Zw
U
H
Gambar 4-15
Longsoran Bidang
Keterangan,
H = tinggi lereng
W = berat blok
U = tekanan air dari bidang longsor
V = tekanan air dari tension crack
f = sudut lereng
p = sudut bidang longsor
Z = kedalaman tension crack
Zw =panjang kolom air pada tension crack
67
dimana :
F
= w. Zw .A
= w . Z2w
= (H Z). Cosec p
diatas lereng
W
= H ( 1 Cot f . Tan p )
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktivitas manusia lainnya, maka persamaan menjadi :
F = C . A + W ( Cos p a Sin p ) - U V Sin p ) Tan
W ( Sin p + a Cos p ) + V Cos p
dimana :
a = percepatan getaran pada arah mendatar akibat gerakan gempa atau
kendaraan
B. Longsoran Baji.
Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan di lapangan dibandingkan
dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang
longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan
68
menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan
terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.
Bidang B
Bidang A
(a)
Garis perpotongan
69
(b)
4
3
bidang B
bidang A
1
(c)
Gambar 4-16
Model Longsoran Baji
70
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 4
1. Material Tanah
Untuk menganalisis atau menilai kestabilan lereng dipakai dua metoda yaitu
Metoda
Numerik
dan
Metoda
Kesetimbangan
Batas.
Metoda
Numeric
Pada lereng tanah atau pada batuan yang lapuk/sangat terkekarkan, bidang
gelincir dianggap/menyerupai lingkaran (circular). Kriteria kestabilan suatu lereng
dihitung berdasarkan Faktor Keamanan (FK) yaitu;
Gaya-gaya penahan
FK
=
Gaya-gaya penggerak
2 Material Batuan
Dalam menganalisa atau menghitung kestabilan lereng batuan dapat
digunakan beberapa metoda yaitu;
A. Metoda Analitis, yaitu menganalisa kestabilan berdasarkan sifat fisik dan
mekanik batuan ataupun tanah secara matematis/numerik yaitu dengan
cara;
- matematis
- numeric (finite element, distinct element)
71
a. Metoda Analitis
1. Analisa Stereografik
Metoda ini digunakan untuk penilaian awal kemungkinan adanya potensi
kelongsoran pada suatu daerah. Data diambil dengan menggunakan pemetaan
geologi serta identifikasi struktur. Parameter yang penting adalah;
a. Orientasi dari bidang diskontinyu (jurus dan kemiringan)
b. Bidang diskontinyu dianggap menerus
c. Harga sudut geser dalam bidang diskontinyu lebih kecil dari sudut
bidang diskontinyu
d. Orientasi lereng
termasuk
asumsi berikut:
-
72
bidang gelincir harus daylight atau sudut lereng lebih besar dari sudut
bidang gelincir
sudut bidang gelincir (bidang diskontinyu) harus lebih besar dari sudut
friksi (sudut geser dalam) bidang gelincir (bidang diskontinyu).
B. Longsoran Baji.
Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan dilapangan dibandingkan
dengan longsoran bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang
longsoran baji yang dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan
menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan
terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah tersebut.
73
EVALUASI
1.
Analisa kestabilan lereng yang bagaimana yang paling simple dalam nenilai
kestabilan timbunan batuan penutup? .
A.
B.
C.
Analisa Bishop.
D.
B.
C.
D.
Semua salah.
3. Pada analisa Hoek & Bray, tegangan air pada tension cracks akan
memperbesar gaya penggerak, besarnya harga tegangan air tersebut adalah;
A.
V Sin
B.
V Cos
C.
V Tan
D.
Salah semua.
4. Jurus sebuah kekar utama memotong jurus sebuah lereng dengan perbedaan
jurus sebesar 300, menurut Hoek & Bray lereng tersebut apakah akan:
A.
Longsor
B.
74
C.
Stabil.
D.
Semua salah.
5. Pada analisa Hoek & Bray, harga z/H = 1, maka lereng dalam keadaan..
A.
Stabil
B.
Labil.
C.
Akan longsor.
D.
Semua salah.
KUNCI JAWABAN
1. B
2. D
3. B
4. C
5. A
75
PEMBELAJARAN 5
5.1 Pemantauan
Pelaksanaan pemantauan dilakukan untuk mengetahui tingkat dan
kuantitas kelongsoran secara nyata dan cepat melalui angka-angka numerik.
Hal ini perlu dilakukan sebagai peringatan dini adanya bahaya sehingga dapat
diambil tindakan secepatnya yang cocok.
76
EDM
Surface Stick
Gambar 5-1
Pengukuran Posisi Surface Stick Dengan Alat EDM
b. Inclinometer
Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari
suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.
Inclinometer
Penyimpangan lubang
karena gerakan tanah
Gambar 5-2
Pemantauan Menggunakan Inclinometer
77
Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan In-Place
Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran dilakukan
dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor
kawat
Probe
Gambar 5-3
Peantauan Menggunakan Slope
Monitoring System
78
II
I
A
B
C
D=titik tdk bergerak
Gambar 5-4
Pemantauan Menggunakan Slope Extensometer
Titik D di angkerkan pada tanah yang tak bergerak, titik B dan C merupakan
magnit yang diangkerkan pada tanah yang mungkin akan bergerak. Jika hanya
blok I bergerak maka magnit B akan bergerak menjauhi angker D, tetapi jika blok
I dan II bersamaan bergerak, maka magnit pada B dan C yang akan bergerak
menjauhi D.
5.2 Perkuatan
Pada situasi dimana geometri lereng harus dipertahankan, atau
pemotongan
lereng
tidak
menguntungkan,
tetapi
di
lain
pihak
terjadi
79
Strap
Rockbolt
Split Set
Gambar 5-5
Perkuatan Batuan Dengan Split Set/Rockbolt
Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus ditahan,
kedalaman perkuatan serta parameter kekuatan perkuatan. Pelaksanaan dari
perkuatan tersebut dapat dilakukan saat pemotongan lereng, atau beberapa saat
setelah pemotongan lereng supaya mudah pelaksanaannya dan kondisi bidang
longsor masih rapat.
Tetapi
80
Bidang lemah
Tarikan
grout
Gambar 5-6
Perkuatan Dengan Prestressed Cable Bolt
Beberapa perkuatan yang biasa dilakukan adalah menggunakan cable
bolt atau thread bar.
81
Gambar 5-7
Tindakan Pemotongan Atas Atau Penimbunan Kaki Lereng
Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka
air tanah serta erosi permukaan.
82
Gambar 5-8
Saluran Air Permukaan Disekitar Pit
m.a.t set.pemompaan
Gambar 5-9
Pemompaan Untuk Menurunkan Muka Air Tanah
83
m.a.t seb.drainase
m.a.t set. drainase
pipa
Gambar 5-10
Pengendalian Air Sekitar Muka Lereng
Walau bagaimanapun pengelolaan air pada pit (bench) sangat penting dilakukan,
karena air yang mengalir di bench dapat meresap kedalam tanah dan memicu
kelongsoran.
Pada beberapa kasus, untuk mencegah kelongsoran, dilakukan perkuatan pada
muka lereng dengan cara soil nailing, grouting atau shotcrete dengan wire mesh
pada muka lereng
84
RANGKUMAN
PEMBELAJARAN 5
1. Pemantauan
a. Surface Stick
Alat ini digunakan untuk mengukur perbedaan posisi suatu titik (surface
stick) pada muka lereng yang tidak terlalu curam atau pada bench. Monitoring
dilakukan dari suatu tempat yang relatif tidak bergerak dengan jarak antara 25 m
hingga 2000 m. Ketepatan pengukuran dapat mencapai +/- 0,3 mm.
b. Inclinometer
Alat Inclinometer digunakan untuk memantau pergerakan bagian atas dari
suatu lereng, dimana titik acu ada dibagian bawah lereng yang bergerak.
Alat ini digunakan untuk lereng yang cukup besar dan luas, sedangkan InPlace Inclinometer digunakan untuk lereng yang relatif kecil. Pengukuran
dilakukan dengan cara mengukur penyimpangan lubang bor
c. Slope Monitoring System
Digunakan untuk mengukur kelongsoran pada muka lereng timbunan tanah
d. Magnetic Slope Extensometer
Alat ini digunakan untuk memantau pergerakan lereng tanah. Pengukuran
dilakukan berdasarkan perpindahan magnit dalam lubang bor.
2. Perkuatan
Jika kelongsoran terjadi pada individual slope, baik berupa kelongsoran
baji atau kelongsoran bidang, maka penggunaan split set atau rockbolt lebih
menguntungkan.
Jumlah perkuatan yang digunakan tergantung dari beban yang harus
ditahan,
kedalaman
perkuatan
serta
parameter
kekuatan
perkuatan.
85
3. Perawatan Lereng
Kelongsoran pada lereng tambang adalah hal yang harus dihindari, oleh
sebab itu disain lereng serta pencegahan haruslah tindakan yang diutamakan.
Seringkali tindakan pemotongan lereng bagian atas atau penimbunan toe harus
dilakukan.
Selain itu lereng tanah sangat rentan terhadap kondisi perubahan muka
air tanah serta erosi permukaan.
Beberapa tindakan pencegahan kelongsoran akibat kondisi hidrologi,
adalah:
a. drainase
sekeliling
mengalirnya
air
pit
dengan
permukaan
maksud
kedalam
untuk
pit.
menghindari
Mengalirnya
air
86
EVALUASI
1.
Surface Stick
B.
Ekstensometer.
C.
Inclinometer.
D.
EDM.
2. Alat pantau yang paling teliti untuk memantau pergerakan lereng adalah ?
A.
Surface Stick
B.
C.
Inclinometer
D.
EDM
B.
C.
D.
Salah semua.
B.
87
C.
5. Cara yang umum untuk mengurangi pengaruh air tanah pada kestabilan
lereng tambang adalah:
A. Membuat sumuran pada sisi terluar pit
B. Melakukan pemompaan air pada dinding pit
C. Membuat saluran disekitar pit
D. Benar semua
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. A
4. D
5. D
88
6. Rangkuman Akhir
a. Penggalian massa batuan menyebabkan berubahnya arah tegangan
(stress) sehingga terjadi konsentrasi tegangan pada kaki lereng.
Konsentrasi
tegangan
pada
kaki
lereng
akan
menyebabkan
ketidakseimbangan.
b. Penggalian pun akan menyebabkan tersingkapnya bidang lemah
batuan sehingga akan menyebabkan terjadinya kelongsoran pada blok
batuan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng baik untuk
material tanah ataupun batuan adalah ;
-
Geometri lereng
Air (air tanah atau air yang masuk kedalam bidang lemah)
f.
kohesi
kuat geser.
Kehadiran air tanah akan mengurangi kuat geser material tanah hal ini
disebabkan
air
tanah
mempunyai
tegangan
89
pori
yang
akan
i.
Heterogen
Diskontinue
Anisotroph
cara grafis dengan Hoek Charts, dimana parameter dan alat bantu
yang diperlukan adalah ;
* kesesuaian kondisi air tanah dengan salah satu charts
* sudut geser dalam tanah
* kohesi
* berat jenis
inclinometer
extensometer
surface stick
90
Daftar Pustaka
1. Bieniawski,ZT. Engineering Rock Mass Classifications. John Wiley &
Sons. 1989
2. Braja M. Das. Principles of Geotechnical Engineering. PWS
Publishers.1985.
3. Dunnicliff, John. Geotechnical Instrumentation For Monitoring Field
Performance. John Wiley & Sons. 1988
4. Gian Paolo Giani. Rock Slope stability Analysis. Balkema. 1992
5. Hoek & Bray. Rock Slope Engineering. Third Edition. The Institution of
Mining & Metallurgy, London. 1981
6. Jumikis, Alfred. Rock Mechanics. Trans Tech Publications. 1983
7. Pande, Beer, Williams. Numerical Methods in Rock Mechanics. John
Wiley & Sons. 1990
8. Vutukury. Introduction to Rock Mechanics. Industrial Publishing &
Consulting, Inc. 1994
9. Wesley. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977
10. William Lambe. Soil Mechanics..Massachusets Institute Technology. John
Willey & Sons.1969
91