Disusun oleh:
RONAULI AGNES MARPAUNG
NIM: 120100242
NIM: 120100385
ADE FATMAWATI
NIM: 120100012
Supervisor:
dr. Teuku Bob Haykal, Sp.JP
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dibacakan tanggal
Nilai
Pimpinan Sidang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul Congestive Heart Failure (CHF).Adapun tujuan penulisan makalah
ini ialah untuk memberikan informasi mengenai Congestive Heart Failure.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Teuku Bob
Haykal, Sp.JP selaku pimpinan sidang laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................
ii
DAFTAR ISI...
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
6
2.1. CHF..................................................................................................
6
2.1.1. Definisi..........................................................................................
6
2.1.2. Etiologi dan Faktor Resiko............................................................
6
.................................................................................................................
2.1.3 Patogenesis....................................................................................
7
2.1.4. Manifestasi Klinik.........................................................................
8
2.1.5. Diagnosa........................................................................................
10
2.1.6. Diagnosa Banding.........................................................................
10
2.1.7. Tatalaksana....................................................................................
11
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT DAN FOLLOW UP.....................................
17
3.1. Status Orang Sakit............................................................................
17
3.2. Follow Up........................................................................................
.............................................................................................................................
BAB 4 DISKUSI KASUS...................................................................................
24
iii
BAB 5 KESIMPULAN.......................................................................................
28
BAB 6 DAFTAR PUSTAKA................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang terpenting dalam sistem sirkulasi.Pekerjaan
jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh pada setiap saat, baik saat beristirahat maupun saat bekerja atau
menghadapi beban.Pada keadaan gagal jantung, jantung tidak lagi mampu memompa
darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh walaupun darah
balik masih normal.
Gagal jantung adalah suatu gangguan dimana jantung tidak mampu
memompakan darah secara adekuat sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh
(forward failure), atau kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure), atau kedua-duanya.
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan masalah kesehatan yang
progresif dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun
negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung
relatif lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang
lebih berat. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3-3,7 perseribu
penderita pertahun. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan
karena semakin bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi
penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita
dengan penurunan fungsi jantung.1
Menurut data RISKESDAS tahun 2013, di Indonesia prevalensi gagal jantung
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 0.3%. Angka kejadiannya juga
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 - 74
tahun yaitu 0.5% yang terdiagnosis dokter, menurun sedikit pada umur 75 tahun
(0.4%), tetapi yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada umur 75 tahun
(1.1%).11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi CHF
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan
darah dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan metabolism tubuh, atau
kemampuannya ada jika terjadi peninggian tekanan pengisian jantung secara
abnormal.4Congestive Heart Failure (CHF) adalah sebuah sindrom klinis yang
kompleks yang disertai dengan disfungsi ventrikel kiri, kanan, atau keduanya dan
perubahan regulasi neurohormonal.3
2.2.
Klasifikasi
Berdasarkan
New
York
Heart
Association
(NYHA),
CHF
dapat
Stadium A: Memiliki resiko tinggi gagal jantung tetapi tidak terdapat kelainan
struktural jantung atau gejala gagal jantung
Stadium B: Terdapat kelainan struktural jantung tetapi tidak ada gejala gagal
jantung
Stadium C: Terdapat kelainan struktural jantung dan gejala gagal jantung
StadiumD: Terjadi gagal jantung refrakter yang membutuhkan pengobatan
khusus.5
2.3.
Etiologi CHF
Penyebab CHF dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) kelainan fungsi
kontraksi ventrikel, (2) peningkatan afterload, atau (3) gangguan relaksasi dan
pengisian ventrikel.4
katup
jantung
sering
disebabkan
oleh
penyakit
jantung
menyebabkan
pengaktifan
platelet,yaitu
sel-sel
penggumpalan
jugadapat
menyebabkan
gagal
jantung.Obat
kemoterapi
Patofisiologi CHF
Gagal jantung yang disebabkan karena kelainan pengosongan ventrikel, yang
dapat disebabkan oleh kelainan kontraksi atau afterload yang berlebihan, disebut
disfungsi sistolik.4 Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang
menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini menyebabkan aktivasi
mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin Angiotensin Aldosteron
(RAA) serta kadar vasopressin dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk
memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga. Aktivasi
sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac output dengan
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokonstriksi
10
perifer (peningkatan
11
2.6.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari penyakit gagal jantung kongestif terdiri dari:
1. Tidak ada gejala
a. Murni asimptomatik
b. Asimptomatik karena gaya hidup yang kurang beraktivitas
2. Sesak ketika beraktivitas
3. Berkurangnya toleransi terhadap olahraga
4. Orthopnea
5. Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe
6. Mudah lelah
7. Edema
8. Sakit perut atau distensi
9. Palpitasi.7
2.7.
Diagnosis
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung yaitu
dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Adapun kriteria Framingham sebagai berikut:
Kriteria Mayor :
o Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe
o Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari dalam respon
o
o
o
o
o
o
o
o
pengobatan
Distensi vena leher
Ronki basah
Edema paru akut
Refluks hepatojugular
Gallop S3
Peninggian tekanan vena jugularis
Kardiomegali
Edema pulmonal atau kardiomegali pada otopsi
12
Kriteria Minor:
o Batuk malam hari
o Edema ekstremitas
o Hepatomegali
o Dispnea deffort
o Efusi pleura
o Takikardia (> 120 x/menit)
o Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal.5
Pada pemeriksaan fisik pada pasien gagal jantung kongestif dapat ditemui
beberapa hal, yaitu:
1. Karotid : normal atau penurunan volume
2. Tekanan vena jugular : normal atau meningkat
3.Refluks hepatojugular : + atau
4. S3, S4 : + atau
5. Ronkhi basah : + atau
6. Edema : + atau
7. Asites : + atau
8. Hepatomegali : + atau .7
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah:
1. Ekokardiogram
Untuk membedakan disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik dengan
mengukur ejection fraction, untuk menentukan penyakit katup jantung.
2. B-type Natriuretic Peptide (BNP)
Disekresi oleh ventrikel dalam jantung sebagai reaksi terhadap peregangan sel
otot-otot jantung. Membedakan penyebab sesak akibat kegagalan jantung dan
penyebab sesak yang lain.
3. Chest X-rays
Mampu menggambarkan pembesaran jantung (kardiomegali).
4. EKG
13
Diagnosis Banding
1. Pulmonary fibrosis
Episodic dyspnea dengan atau tanpa stimulus eksternal dan biasanya disertai
dengan batuk,wheezingsputum dan riwayat merokok .
2. Pneumonia
Pasien dengan gejala demam, batuk, sputum produktif, dengan peningkatan
fremitus vokal dan pernapasan bronkial.
3. Pulmonary embolism
Gejala muncul tiba-tiba berupa nyeri dada, dyspnea, dan hemoptysis.
4. Cirrhosis
Biasanya menyebabkan jaundice, fatigue, mual, edema perifer, asites,
hematom dan prolonged bleeding,gynecomastia dan hematemesis
5. Pericardial disease
Biasanya disertai dengan nyeri dada yang meningkat saat berbaring, menelan
atau batuk, takikardia,dyspnea, batuk, edema, fatigue dan demam subfebris.
Pericardial rub terdengar pada bagian kiri parasternal atau apeks.
Penatalaksanaan
2.9.
14
ACE Inhibitor merupakan obat pilihan untuk gagal jantung kongestif.Obat ini
bekerja dengan menghambat enzim yang berasal dari angiotensin I membentuk
vasokonstriktor yang kuat angiotensin II.Penghambat ACE mengurangi volume dan
tekanan pengisian ventrikel kiri, dan meningkatkan curah jantung. Konsep dasar
pemakaian inhibitor ACE sebagai vasodilator dalam pengobatan gagal jantung adalah
karena kemampuannya untuk:
a. Menurunkan retensi vascular perifer yang tinggi akibat tingginya tonus
arteriol dan venul (peripheral vascular resistance)
b. Menurunkan beban tekanan pengisian ventrikel yang tinggi (ventricular
filling pressure)
Pada pemakaian ACE Inhibitor harus diwaspadai terjadinya hyperkalemia,
karena itu pemakaiannya dengan diuretik hemat K+ atau pemberian K+ harus dengan
hati-hati demikian juga pasien hipotensi (baik akibat pemberian diuretik berlebihan
maupun karena hipotensi sistemik) serta pada gagal ginjal.
2. Antagonis Aldosteron
Antagonis aldosteron termasuk spironolakton dan inhibitor konduktan natrium
duktus kolektifus (triamterene dan amirolid). Obat-obat ini sangat kurang efektif bila
digunakan sendiri tanpa kombinasi dengan obat lain untuk penatalaksanaan gagal
jantung. Meskipun demikian, bila digunakan dalam kombinasi dengan tiazid atau
diuretika Ansa Henle, obat-obat golongan ini efektif dalam mempertahankan kadar
kalium yang normal dalam serum. Spironolakton merupakan inhibitor spesifik
aldosteron yang sering meningkat pada gagal jantung kongestif dan mempunyai efek
penting pada retensi potassium.Efek samping akibat pemakaian spironolakton adalah
gangguan saluran cerna, impotensi, ginekomastia, menstruasi tidak teratur, letargi,
sakit
kepala,
ruam
kulit,
hyperkalemia,
hepatotoksisitas,
dan
15
Pemberian beta blocker pada gagal jantung sistolik akan mengurangi kejadian
iskemik miokard, mengurangi stimulasi sel-sel automatik jantung dan efek antiaritmia
lainnya, sehingga mengurangi resiko terjadinya aritmia jantung, dan dengan demikian
mengurangi resiko terjadinya kematian mendadak (kematian kardiovaskular).
4. Diuretik
Diuretik merupakan cara paling efektif meredakan gejala pada pasien-pasien
dengan gagal jantung kongestif sedang sampai berat. Pada pasien dengan tanda-tanda
retensi cairan hanya sedikit pasien yang dapat diterapi secara optimal tanpa
diuretik.Tetapi diuresis berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit
dan aktivasi neurohormonal.Kerja diuretik untuk mengurangi volume cairan ekstrasel
dan tekanan pengisian ventrikel tetapi biasanya tidak menyebabkan pengurangan
curah jantung yang penting secara klinis, terutama pada pasien gagal jantung lanjut
yang mengalami peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri.
Diuretik menghilangkan retensi natrium pada CHF dengan menghambat
reabsorbsi natrium atau klorida pada sisi spesifik ditubulus ginjal.Diuretik harus
dikombinasikan dengan diet rendah garam (kurang dari 3 gr/hari).Pasien tidak
berespon terhadap diuretik dosis tinggi karena diet narium yang tinggi, atau minum
obat yang dapat menghambat efek diuretik antara lain NSAID atau penghambat
siklooksigenase-2 atau menurunnya fungsi ginjal atau perfusi.Manfaat terapi diuretik
yaitu dapat mengurangi edema pulmo dan perifer dalam beberapa hari bahkan
jam.Diuretik merupakan satu-satunya obat yang dapat mengontrol retensi cairan pada
gagal jantung.Meskipun diuretik dapat mengendalikan gejala gagal jantung dan
retensi cairan, namun diuretik saja belum cukup menjaga kondisi pasien dalam kurun
waktu yang lama.Resiko dekompensasi klinik dapat diturunkan apabila pemberian
diuretik dikombinasikan dengan ACEI dan beta blocker.Mekanisme aksinya dengan
menurunkan retensi garam dan air, yang karenanya menurunkan preload ventrikuler.
5. Vasodilator
16
Vasodilator
berlebihan.Preload
berguna
untuk
adalah
volume
mengatasi
darah
preload
yang
dan
mengisi
afterload
ventrikel
yang
selama
yang
berdilatasi
dengan
peningkatan
resiko
pembentukan
17
18
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
No. RM : 00.68.15.15
Tanggal : 24/07/2016
Hari : Minggu
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin :
Barus
Pekerjaan : Petani
Perempuan
Agama : Kristen
Tlp : -
Panombean Panel
Hp : -
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Alloanamnes
e
19
: Sesak Nafas
Anamnesa
Hal ini telah dialami pasien sejak 1bulan yang lalu dan memberat 4 hari
sebelum masuk ke Rumah Sakit.Sesak napas bahkan dialami os sewaktu beraktivitas
ringan, seperti berjalan di sekitar rumah, yang berkurang dengan istirahat.Sesak napas
juga dijumpai pada malam hari.Saat sesak napas, pasien lebih nyaman jika berbaring
dengan menggunakan 2-3 bantal.Riwayat terbangun tiba-tiba pada malam hari karena
sesak nafas disangkal.Sesak nafas juga tidak dipengaruhi oleh cuaca.Sesak napas
yang disertai keluhan nafas berbunyi tidak dijumpai.
Riwayat batuk pada malam hari dijumpai, namun riwayat batuk darah
disangkal. Riwayat demam tidak ditemukan dan riwayat berkeringat pada malam
hari juga tidak dijumpai.
Pasien mengeluhkan bengkak di bagian kaki.Os juga mengeluhkan nyeri ulu
hati dan mengalami penurunan nafsu makan selama 1 minggu terakhir.Riwayat nyeri
dada tidak dijumpai.Riwayat jantung berdebar juga tidak dijumpai.Riwayat
kehilangan kesadaran tiba-tiba disangkal.
Riwayat penyakit gula tidak dijumpai.Riwayat penyakit darah tinggi dijumpai,
namun os mengaku tidak rutin mengkonsumsi obat antihipertensi.Riwayat penyakit
jantung dalam keluarga tidak dijumpai.Riwayat kelainan jantung saat anak-anak tidak
dijumpai.Riwayat
demam
disertai
penyakit
sendi
yang
berpindah-pindah
: Lemas
Kesadaran
: CM
TD
: 100/70
20
RR
: 20 x/i
Suhu
: 36.5 0C
Sianosis : (-)
Ortopnu
: (+)
Dispnu
: (+)
Ikterus : (-)
Edema
: (+)
Pucat
: (-)
HR
: 120 x/ireguler
Pemeriksaan Fisik :
Kepala
Leher
Dinding toraks:
Batas Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Simetris fusiformis
: Stem Fremitus kanan = kiri
: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi
Jantung
: S1 (+) N
S2 (+) N
S3 (-)
S4 (-) Ireguler
Murmur (-)
Punctum maximum :Paru
: Suara Pernafasan
Suara Tambahan
Abdomen
Radiasi : -
: vesikuler
: Ronchi (-)
Wheezing(-)
Ekstremitas
Akral
: hangat
Elektrokardiografi
clubbing (-/-)
pulsasi arteri (+/+)
21
22
Apex: downward
Sinus kostofrenikus: lancip
Infiltrat: (-)
Kongesti: (-)
23
Darah Lengkap
Hb
: 13.5 g/dL
Eritrosit
: 4.65 juta /L
Leukosit
: 5,630 /L
Hematokrit
: 39 %
Trombosit
: 204 x 103/L
MCV
: 84 fl
MCH
: 29 pg
MCHC
: 34.7 mg/dL
Kimia Klinik
Troponin I
: 0.12 ng/ml
: 97 mg/dL
CK-MB
: 20 U/L
GINJAL
Blood Urea Nitrogen
: 14 mg/dL
Ureum
: 30 mg/dL
Kretinin
: 0.93 mg/dL
AGDA
pH
: 7.575
pCO2
: 25.6 mmHg
pO2
: 177.9 mmHg
HCO3
23.2 mmol / l
Total CO2
24 mmol/L
Kelebihan Basa
: 2.7 mmol / L
Saturasi O2
: 99.4 %
24
25
FOLLOW UP
Tan
ggal
25/0 Berdeb
7/16
ardebar
(-)
O
Sens: compos mentis
TD: 100/70 mmHg
HR: 80x/i
RR: 20x/i
Temp: 36.0 C
Mata: anemis (-/-),
Ikterus (-/-)
Leher: TVJ: R+2cm
HO,
Thorax:
SP: Vesikuler
ST: Ronchi (-)
Cor: S,S (+) irreg,
Murmur (-)
Gallop (-)
CHF Fc II-III
ec CAD,
HHD
HHD dengan
HT terkontrol
AF NVR
Dyspepsia
Hipokalemia
Hipokalsemi
a
CHF Fc II-III
ec CAD,
HHD
HHD dengan
HT terkontrol
Bed rest
O 2-4 L/I NK
IVFD NaCl 0.9% 10gtt/I
mikro
Inj. Furosemide 20mg/12
jam
Lansoprazole 1x30 mg
Cardioaspirin 1 x 100mg
Simvastatin 1x20 mg
ISDN 5 mg (K/P)
Concor 1x2,5 mg
Clobazam 1 x 10 mg
KSR 1x600 mg
Abdomen: soepel,
BU(+)N,
Acites (-)
26/0
Berdeb
7/16
ardebar
(-)
Ekstremitas: akral
hangat,
edema (-/-)
Sens: compos mentis
TD: 110/60 mmHg
HR: 88x/i
RR: 16x/i
Temp: 36.4 C
Mata: anemis (-/-),
Bed rest
O 2-4 L/I NK
IVFD NaCl 0.9% 10gtt/I
mikro
Inj. Furosemide 20mg/24
26
Ikterus (-/-)
Leher: TVJ: R+2cm
HO,
Thorax:
SP: Vesikuler
ST: Ronchi (-)
Cor: S,S (+) irreg,
murmur(-)
Gallop(-)
27/0
Berdeb
7/16
ardebar
(-),
lemas
(+)
Abdomen: soepel,
BU(+) N,
Acites (-)
Ekstremitas: akral
hangat,
Edema (-/-)
Sens: compos mentis
TD: 100/60 mmHg
HR: 60x/i
RR: 18x/i
Temp: 36.4 C
Mata: anemis (-/-),
Ikterus (-/-)
Leher: TVJ: R+2cm
HO,
Thorax:
SP: Vesikuler
ST: Ronchi (-)
Cor: S,S (+) irreg,
murmur (-)
Gallop(-)
Abdomen: Soepel,
BU(+) N,
Acites (-)
Ekstremitas: akral
hangat,
edema
(-/-)
AF NVR
Dyspepsia
Hipokalemia
Hipokalsemi
a
CHF Fc II-III
ec CAD,
HHD
HHD dengan
HT terkontrol
AF NVR
Dyspepsia
Hipokalemia
Hipokalsemi
a
jam
Lansoprazole 1x30 mg
Cardioaspirin 1 x 100mg
Simvastatin 1x20 mg
ISDN 5 mg (K/P)
Concor 1x2,5 mg
Clobazam 1 x 10 mg
KSR 1x600 mg
Bed rest
O 2-4 L/I NK
IVFD NaCl 0.9% 10gtt/I
mikro
Inj. Furosemide 20mg/24
jam
Lansoprazole 1x30 mg
Cardioaspirin 1 x 100mg
Simvastatin 1x20 mg
ISDN 5 mg (K/P)
Concor 1x2,5 mg
Clobazam 1 x 10 mg
KSR 1x600 mg
27
BAB 4
DISKUSI KASUS
TEORI
Etiologi CHF
KASUS
Pada pasien disebabkan karena
Dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) gangguan relaksasi dan pengisian
gangguan kontraktilitas ventrikel
ventrikel (Kardiomegali)
olahraga
Orthopnea
Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
Mudah lelah
Edema
Sakit perut atau distensi
Palpitasi
2. Orthopnea
3. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
4. Riwayat edema
Diagnosis
Pada kasus:
Kriteria Mayor:
- Kardiomegali
28
Kriteria Minor:
- DOE
- Edema ekstremitas
Tatalaksana
ACE Inhibitor
29
Antagonis Aldosteron
Obat golongan antagonis aldosterone bila
digunakan dalam kombinasi dengan tiazid
atau diuretika Ansa Henle akan efektif
dalam mempertahankan kadar kalium yang
normal dalam serum.
Beta Blocker
Pemberian - bloker pada gagal jantung
sistolik akan mengurangi kejadian iskemia
miokard, mengurangi stimulasi sel-sel
automatik jantung dan efek antiaritmia
lainnya, sehingga mengurangi resiko
terjadinya aritmia jantung, dan dengan
demikian mengurangi resiko terjadinya
kematian mendadak (kematian
kardiovaskular).
Diuretik
Kerja diuretik untuk mengurangi volume
cairan ekstrasel dan tekanan pengisian
ventrikel tetapi biasanya tidak
menyebabkan pengurangan curah jantung
yang penting secara klinis, terutama pada
pasien gagal jantung lanjut yang
mengalami peningkatan tekanan pengisian
ventrikel kiri.
30
Vasodilator
Vasodilator berguna untuk mengatasi
preload dan afterload yang
berlebihan.Dilatasi vena mengurangi
preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena, dilator arterial menurunkan
resistensi arteriol sistemik dan
menurunkan afterload.
Prognosis
Dubia ad Bonam
untuk
tahun.
Setiap
kali
berhubungan
dengan
MI
akut
31
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Seorang pasien, M, 75 tahun, perempuan, berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang telah didiagnosis dengan CHF Fc IIIII e.c CAD, HHD. Pasien diberi terapi berupa:
-Tirah baring
-Oksigen 2-4 L/I via nasal canul
-IVFD NaCl 0.9% 10 gtt/i
-Injeksi Furosemide 20 mg/12 jam
- Lansoprazole 1x30 mg
- Cardioaspirin 1 x 100mg
- Simvastatin 1x20 mg
- ISDN 5 mg (K/P)
- Concor 1x2,5 mg
- Clobazam 1 x 10 mg
- KSR 1x600 mg
DAFTAR PUSTAKA
1. Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH. ABC of heart failure: History and
epidemiology. BMJ 2000;320:39-42.
32
Dokter
Spesialis
Kardiovaskular
Indonesia.
Pedoman