Anda di halaman 1dari 2

Reaksi-reaksi metabolisme yang terjadi di

dalam tubuh dapat berlangsung secara eksergonik maupun endergonik. Reaksi eksergonik
adalah reaksi yang menghasilkan energi bebas Gibbs, yaitu energi yang dapat digunakan
untuk melakukan kerja pada temperatur dan tekanan tetap. Reaksi eksergonik menyebabkan
energi bebas molekul pereaksi menjadi turun, karena energi bebasnya dibebaskan pada saat
reaksi. Oleh karena itu, energi bebas produk menjadi lebih rendah dibanding energi bebas
pereaksi. Semakin rendah energi bebas suatu zat, maka zat tersebut semakin stabil. Pada
reaksi eksorgenik, dihasilkan produk yang lebih stabil dibanding pereaksi. Hal sebaliknya
terjadi pada reaksi endorgenik yang membutuhkan energi bebas agar reaksi dapat terjadi.
Energi bebas sistem meningkat sehingga produk menjadi kurang stabil dibanding pereaksi.
Reaksi eksergonik menghasilkan energi bebas yang kemudian digunakan untuk
melaksanakan reaksi endergonik. Reaksi katabolisme seperti reaksi-reaksi pada jalur
glikolisis (penguraian glukosa menjadi asam piruvat) yang merupakan reaksi eksergonik,
menghasilkan energi bebas. Energi bebas yang dihasilkan digunakan untuk melakukan reaksi
endergonik, yaitu reaksi anabolisme seperti reaksi-reaksi pada jalur glukoneogenesis
(pembentukan glukosa dari asam piruvat).
Energi bebas yang dihasilkan oleh reaksi eksergonik dapat digunakan dalam reaksi
endergonik karena disimpan dalam bentuk senyawa perantara berenergi tinggi. Senyawa
perantara paling umum yang digunakan oleh tubuh adalah adenin trifosfat (ATP). Energi
bebas yang dihasilkan oleh reaksi eksergonik digunakan untuk membentuk ATP dari adenin

difosfat (ADP) dan fosfat anorganik (Pi). Sebaliknya, reaksi endergonik memperoleh energi
bebas dari hidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi.
Reaksi hidrolisis ATP merupakan reaksi yang menghasilkan energi bebas yang dibutuhkan
untuk melakukan reaksi endergonik. Untuk itu, reaksi hidrolisis ATP harus menghasilkan
energi bebas yang mencukupi bagi sebagian besar reaksi endergonik yang terjadi di dalam
tubuh. Energi bebas yang dihasilkan oleh hidrolisis ATP sebesar 30,5 kJ/mol pada keadaan
standar dengan konsentrasi ATP, ADP, dan Pi sebesar 1,0 M. Akan tetapi, pada kenyataannya
konsentrasi ATP, ADP, dan Pi dalam sel jauh lebih rendah dari 1,0 M. Oleh karena itu,
hidrolisis ATP pada konsentrasi sesuai dengan kondisi sel menghasilkan energi yang lebih
besar, yaitu antara 50-65 kJ/mol.
Secara kimia, ada beberapa alasan yang menyebabkan hidrolisis ATP dapat menghasilkan
energi bebas yang tinggi yang dirangkum dalam Gambar 1. Alasan pertama, adanya
ketidakstabilan struktur ATP karena terdapat tolakan antar 4 ion negatif yang terdapat pada
struktur tersebut. Hidrolisis menyebabkan ikatan fosfoanhidrida ujung pada molekul ATP
terputus dan memisahkan satu dari tiga muatan negatif yang terdapat pada fosfat, sehingga
dapat mengurangi tegangan akibat tolakan molekul negatif tersebut. Alasan kedua, Pi yang
terbentuk distabilkan oleh resonansi. Adanya struktur resonansi menyebabkan suatu molekul
menjadi lebih stabil sehingga energi bebasnya menjadi rendah. Alasan ketiga, adanya aksi
massa yang menggeser kesetimbangan ke arah produk hidrolisis. Hidrolisis ATP
menghasilkan ADP yang terionisasi secara langsung. ph tubuh berada pada kisaran 7, berarti
konsentrasi H+ hanya sekitar 10-7 M. Konsentrasi H+ tersebut sangat rendah dibandingkan
konsentrasi ATP dan ADP pada tubuh yang berada pada kisaran 10-3 M. Hal tersebut
menyebabkan reaksi akan bergeser ke arah produk hidrolisis. Alasan keempat, derajat solvasi
produk hidrolisis, yaitu Pi dan ADP lebih tinggi dibandingkan pereaksi yakni ATP. Hal
tersebut lebih lanjut dapat meningkatkan kestabilan produk.
Hidrolisis ATP bersifat eksorgenik sehingga dapat digunakan bagi kebanyakan reaksi di
dalam tubuh sebagai sumber energi bebas. Akan tetapi, reaksi ini juga merupakan reaksi yang
lembam secara kinetik. Reaksinya berjalan sangat lambat (dapat dikatakan tidak terjadi) tanpa
adanya bantuan enzim sebagai katalis. Dalam setiap reaksi hidrolisis ATP, diperlukan jenis
enzim kinase tertentu. Dengan demikian, hidrolisis ATP dapat diatur kecepatannya sesuai
dengan kebutuhan tubuh makhluk hidup. LUAR BIASA.

Anda mungkin juga menyukai