Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN GAWAT DARUTAN PADA KLIEN PSMBA

( PERDARHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS )

DI SUSUN OLEH :
SITI AISYAH ( 132131006 )

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS M.H.THAMRIN JAKARTA
2015-2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................
I. Latar Belakang.................................................................................................
II. Rumusan Masalah..........................................................................................
III. Tujuan Penulisan...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1Definisi PSMBA...............................................................................................
2.2 Etiologi PSMBA..............................................................................................
2.3 Penatalaksanaan Medis..............................................................................
2.4 Asuhan Kperawatan Klien Dengan PSMBA..................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkah, rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan makalah yang
berjudul tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien PSMBA (Perdarahan Saluran
Makan Bagian atas).
Keberhasilan penulisan makalah ini didukung oleh berbagai pihak. Saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Ikram.S.kep,
M.kes selaku dosen Keperawatan Gawat Darurat
Harapan saya makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk menambah
ilmu pengetahuan mengenai Perdarahan Saluran Makan Bagian atas.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Besar harapan kami atas segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi
yang bermanfaat.

Jakarta , 29 Maret 2016


Siti Aisyah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Saluran pencernaan merupakan suatu saluran kontinu yang
berjalan dari mulut sampai anus. Fungsi utama sistem
pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrient,
seperti air dan elektrolit dan makanan yang dimakan ke dalam
lingkungan internal tubuh.
Pendarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering
dihadapi manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan
masif yang mengancam jiwa hingga perdarahan samar yang
dirasakan. Pendekatan pada pasien dengan perdarahan dan
lokasi perdarahan saluran cerna adalah dengan menentukan
beratnya peradarahan dan lokasi perdarahan. Perdarahan
saluran cerna dapat menyerang semua orang dan semua
golongan.
Perdarahan

saluran

cerna

akut

merupakan

masalah

kegawatan media dengan jumlah penderita yang masuk


rumah sakit 7000 orang per tahun di Skotlandia. Berdasarkan
laporan penelitian di Inggris tahun 2007, angka mortalitas
akibat perdarahan saluran pencernaan akut mencapai tujun
persen. Sedangkan insiden kejadian perdarahan saluran
pencernaan akut di Skotlandia Barat mencapai 170/100.000
penduduk dengan angka mortalitas 8,2% (SIGN, 2008)
Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi 2, yaitu
perdarahan saluran cerna atas dan bawah, perdarahan
saluran cerna bagian atas adalah peradrahan yang sering
terjadi di saluran cerna yang dimulai dari mulut hingga ke 2/3
bagian

dari

duodenum

atau

perdarahan

saluran

cerna

proksimal dari ligamentum treitz. Perdarahan saluran bagian


atas merupakan masalah kegawatan dengan angka mortalitas
di rumah sakit sebesar 10 %. Walaupun sudah ada perbaikan
manajeman penanganan perdarahan saluran cerna bagian
4

atas, akan tetapi belum mampu menurunkan angka mortalitas


secara signifikan sejak 50 tahun yang lalu ( National Institute
For Helath and Clinical Execellence, 2012 )
1.2. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum

dari

penulisan

makalah

ini

adalah

menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan


perdarahan saluran pencernaan
2. Tujuan Khusus
Dari pernulisan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan definisi perdarahan saluran makan bagian
atas
b. Menjelaskan etiologi perdarahan saluran makan bagian
atas
c. Menjelaskan penatalaksanaan medik pada perdarahan
saluran makan bagian atas
d. Menjelaskan asuhan keperawatan perdarahan saluran
makan bagian atas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi
Perdarahan saluran makan bagian atas di definisikan

sebagian

perdarahan

yang

terjadi

sebelah

proksimal

ligamentum treitz pada duodenum distal. Sebagian besar


perdarahan saluran makan bagian atas terjadi sebagai akibat
penyakit ulkus peptikum ( PUD, peptic ulcer disease ) yang di
sebabkan oleh H. Pylori, penggunaan obat-obat anti inflamasi
non- streoid ( OAINS ), alkohol. Robekan Mallory-Weiss, varies
esofagus dan gastritis merupakan penyebab perdarahan
saluran cerna bagian atas yang jarang ( Dubey, 2008 )
Perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan
perdarahan

yang

ligamentu, Treitz.

bersumber

dari

proksimal

sampai

Pada kasus perdarahan biasanya dari

esophagus,dan gaster, dan duodenum ( SIGN, 2008 ).


2.2. Etiologi
perdarahan

saluran

cerna

dibagi

menjadi

dua

yaitu

penyebab mayor dan minor. Penyebab mayor perdarahan


saluran pencernaan bagian atas adalah ( Cappell, 2008 )
a. Peptic Ulcer
Tukak ini berkaitan dengan infeksi H.Pylori ( 80%) dan bisa
juga dengan aspirin/ OAINS. Tukak peptik dapat dilambung,
duodenum, esofagus, dan diverticulum Meckel, dan hebat
tidaknya perdarahan tergantung dari kaliber pembuluh
darah yang terluka. Forrest membagi aktivitas perdarahan
ulkus peptikum sebagai berikut :
Tipe

Tipe
Peradrah

Forrest

an
Aktif
6

Gambaran pada
endoskopi
Perdarahan

1a
Forrest

Aktif

mamancar
Perdarahan

1b
Forrest

Tidak Aktif

merembes
Pembuluh darah

2a

terlihat pada dasar

Forrest

Tidak Aktif

ulkus
Tukak ditutupi

2b
Forrest

Tidak Aktif

bekuan darah
Tukak tertutup

2c
Forrest

bekuan merah/biru
Tidak Aktif

tua
Tukak dengan yang

bersih

Tabel 2.1. klasifikasi foreest perdrahan ulkus peptikum (


Hadzibulik : 2007 )
b. Varises esophagus dan gaster
Perdarahan saluran cerna

bagian

atas

karena

varisess terjadi pada 25-30 % pasien sirosis hati,


dengan angka kematian dari tahun 1971 sampai 1981 di
berbagai penelitian di Indonesia 30-60 %. Harapan
hidup selama 1 tahun sesudah perdarahan pertama
sekitar 32-80 %.
Varices esophagus dan gaster disebabkan karena
peningkatan aliran darah dalam vena-vena kolateral dari
aliran darah porta melalui vana gastricacoranaria akibat
hipertensi portal. Perdarahan varices ini terjadi bila
hepatic venouse gardien melebihi 12 mmHg. Pasien
dengan gastropati
c. Perdarahan pada gastritis
Gastritis merupakan inflamasi

atau

iritasi

pada

lapisan gaster/lambung. Gastritis merupakan penyakit


dengan banyak penyebab. Sebagian besar penderita
gastritis akan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan
pada perut bagian atas. Helicobacter pylori merupakan

bakteri yang sering menginfeksi lambung. Infeksi akibat


bakteri ini bisa menyebabkan gastritis kronik. Gastritis
salah satu yang sering terjadi. Sepuluh persen dari
pasien yang datang ke unit emergensi mengeluh nyeri
pada

perut

sebelum

akhirnya

didiagnosa

gastritis

( Balentine, 2012)

d. Esophangitis dan gastropati


Esophangitis
dan
gastropati
peradangan

esofagus

dan

adalah

lambung

suatu

disebabkan

biasanya oleh asam lambung misalnya GERD atau obatobat tertentu seperti OAIN/NSAIDs. Gastropati bisa juga
terjadi pada pasien dengan sakit berat misalnya dengan
ventilator, sepsis/multi organs failure.
e. Duodenitis
Duodenitis merupakan inflamasi padda doudenum.
Penyebabnya adalah Helicobacter Pylori. Duodenitis
dapat menyebabkan nyeri pada perut, perdarahan,
serta

gejala

gastrointestinal

lain.

Banyak

orang

terinfeksi Helicobacter Pylori sejak usia muda, tetapi


tanda dan gejala akan muncul saat usia dewasa.
f. Angiodisplasia
Angiodisplasia merupakan lesi vascular pada saluran
pencernaan,
sehingga

dan

biasanya

menyebabkan

bersifat

asymptomatik

perdarahan

saluran

pencernaan. Dinding pembuluh darah tipis dengan otot


polos atau tidak dengan pembuluh darah yang tipis.
Angiodisplasia paling sering terjadi pada caecum, 15 %
terjadi pada jejunum dan ileum, sisanya terjadi di
sepanjang

saluran

pencernaan.

Typical

lesi

pada

Angiodisplasia adalah kecil (<5 mm). (Thomsom, 2011).


g. Tumor saluran cerna bagian atas

h. Anastomotic

Ulcers

setelah

penyakit peptic ulcer )


i. Dieulafoy Lesion
Dieulafoy Lesion adalah

pembedahan

suatu

keadaan

pada

arteri

submukosa yang dilatasi dan ruftur sehingga timbul


poendarahan saluran cerna.
Sedangkan penyebab minor perdarahan saluran pencernaan
bagian atas adalah ( Cappell, 2008 )
a. Cameron lesion
Cameron lesion merupakan erosi pada lipatan mukosa
pada kesan diafragma pada pasien dengan hernia hiatus
yang besar. Relevanci klinis dari cameron lesion adalah
komplikasi

potensial

yang

bisa

berdampak

pada

perdarahan saluran pencernaan, dan anemia. Diagnosis


Cameron lensio biasanya ditegakan dengan melakukan
endoscopy ( Maganty, 2008 )
b. Gastric antral vaskulas ectasia (Watermelon stomach )
Gastric antral vaskulas ectasia ( Gave ) atau watermelon
stomach merupakan penyebab signifikan kehilangan darah
akut

pada lansia. GAVE

ditandai dengan adanya

gambaran corak semangka pada pemeriksaanendoscopy.


c. Portal hypertensive gastropathy
Portal hypertensive gastropathy memiliki karaktseristik
adanya penampilan mosaic seperti pola dengan atau
tampa bintik bintik merah dari mukosa lambung
gambaran endoscopy

pada

pasien dengan sirosis atau tanpa

sirosis hypertansion.
d. Post kemoterapi atau radiasi
Terapi radiasi dapat menyebabkan perubahan lapisan
mukosa pada usus, ketika terapi radiasi dialkukan pada
pasien dengan kanker abdomen dan pelpis, perdarahan
karena kerukasakn mukosa dinding kolon dapat terjadi.
Komplikasi dapat terjadi secara cepat maupun lambat.
Dengan rentang waktu rata-rata 9-15 bulan.

e. Polip gastric
Polip gastric

merupakan

pertumbuhan

jinak

yang

berbentuk bulat yang tumbuh kedalam rongga lambung.


Polip gratic berasal dari epitel lambung atau submukosa
dan

menonjol

kedalam

lumen

lambung.

Polip

gratic

berpotensi menimbulkan maliganasi. Jika polip gastric tidak


secara dilakukan intervensi, maka kanker lambung dapat
terjadi ( Goddart, 2010 )
f. Aortoentric fistula
Aortoentric fistula merupakan

penyebab

jarang

pada

perdarahanb saluran cerna angka kematian yang relatif


tinngi, dengan angka kejadian yang rendah membuat
tantangan diogonestic dan manajeman. Aortoentric fistula
merupakan

komunikasi

antara

aourta

dan

saluran

pencernaan.( MacDongal, 2010 )


g. Connective tissue disease
Connective tissue disease

merupakan

penyakit

yang

dimliki jaringan ikat di tubuh sebagia target utama


patologi. Jaringan ikatan merupakan bagian struktual tubuh
yang

pada

dasarnya

yang

memegang

tubuh

secara

bersama-sama.( Shiel, 2012 )


h. Hemosuccus pancreaticus
i. Hemosuccus pancreaticus merupakan perdarahan dari
papila

veter

melalui

kelenjar

pancreas.

Hemosuccus

pancreaticus jaringan jarang menyebabkan perdarahan


pada

saluran

cerna

bagian

melakukan

lokasi

menyebabkan

keterlambatan

atas.

perdarahan

Kesulitan

dalam

kadang-kadang

pengobatan

dan

kritis.

( Toyoki, 2008 )
j. Sarkomi kaposi
Adalah tumor yang disebabkan oleh virus humen herpes
virus 8 ( HHV8).

Sarkoma kaposi pertama kali di

deskripsikan oleh moritz kaposi, seorang ahli ilmu penyakit


kulit kongarya di universitas Wna tahun 1872. Sarkoma

10

koposi secara luas diketahui sebagai salah satu penyakit


yang muncul akibat dari AIDS pada tahun 1980 an.
2.3. Penatalaksanaan medis
Penatalksanaan pasien dengan perdarahan saluran cerna
bagian atas adalah usaha kaloboratif. Intervensi mencakup
empat langkah :
a. Kaji keparahan perdarahan
b. Gantikan cairan dan produk darah dalam jumlah yang
mencukupi untuk mengatasi syok
Pasien dengan perdarahan saluran cerna abgian atas ini
membutuhkan akses intravena segera dengan intrakateter
atau

kanula

berdiameter

perkembangan

syok

besar.

Untuk

hipovolemik,

mencegah

mulai

lakukan

penggantian cairan dengan larutan intravena seperti ringer


laktat dan normal salinae. Tanda tanda vital dikaji secara
terus menerus pada saat cairan diganti. Kehilangan lebih
dari 1.500 ml membutuhkan penggantian darah selain
cairan. Faktor faktor pembekuan dab kalsium mungkin juga
di

perintahkan

sesuai

dengan

hasil

pemeriksaan

laboratorium dan kondisi mendasari pasien.


c. Tegakan diagnosis penyebab perdarahan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, endoskopi
fleksibel

adalah

pilihan

prosedur

untuk

menentukan

penyebab perdarahan. Dapat dipasang selang nasogatrik


untuk mengkaji tingkat perdarahan, tetapi ini merupakan
intervensi

yang

pemeriksaan

kontoversial.

barium,

Dapat

meskipun

juga

dilakukan

seringkali

tidak

menentukan jika terdapat bekuan dalam lambung. Atau jika


terdapat perdarahan superfisial. Angiografi digunkan jika
sumber perdarahan tidak dapat dikaji dengan endoskopi.
Rencana dan laksanakan perawatan definitif.
1. Terapi endoskopi
Terapi selecterapy adalah pilihan tindakan jika letak
perdarahan dapat ditemukan dengan mengguankaan
endoskopi.

Letak

perdarahan

11

hampir

selalu

disclererosikan

menggunakan

agen

pengsclerosis

seperti natrium marhuat atau natrium tetradesil sulfat.


Agen ini melakui andotel menyebabkan necrosis dan
akhirnya menyebabkan seclerosis pada pembuluh yang
berdarah.

Metode

endoskopi

tamponade

thermal

mencukup probe pemanas photo koagulasi laser dan


elektro koagulasi.
2. Bilas lambung
Bila lambung mungkin perintahkan selama periode
perdarahan

akut,

tetapi

ini

merupakan

modalitas

pengobatan kontravensial. Berapa dokter yakin bahwa


tindakan ini dapat menggangu pembekuan mekanisme ,
pembekuan normal tubuh di atas tempat perdarahan.
Sebagian

dokter

yang

alinmenyakini

bahwa

bilas

lambung dapat membantu membersihkan darah dari


dalam

lambung,

membantu

mendiagnosis

menyebabkan perdarahan selama endoskopi.


3. Pemberian pitresin
a) Dilakukan bila dengan bilas lambung atau skeloterapi
tidak

menolong,

maka

diberikan

pasovresin

( pitresin ) intravena
b) Obat ini menurunkan tekanan vena porta dan oleh
karnanya menurunkan lairan darah pada tempat
perdarahan. Dosis 0,2- 0,6 unit permenit.
c) Karena vasokontsriktor maka harus di

infuskan

melalui aliran pusat.


d) Hati- hati dalam pengguaan obat ini karena dapat
terjadi hipersensitif
e) Obat ini dapat mempengaruhi output karena sifat
antidurektiknya
4. Mengurangi asam lambung
Karena asam lambung menyebabkan iritasi terhadaoat
tempat perdarahan pada traktus gastrointestinal bagian
atas, adalah penting untuk menurunkan keasaman
asam lambung ini dapat digunkan dengan obat-obat

12

antishistamin (H2) antagonistik. Contoh : simetidin


( tagament), ranitidine hipoklorida ( zantac ), dan
femotidin ( pepsid ).. obat- obat ini untuk menurunkan
pembentukan

asam lambung

dengan

menghambat

antihistamin.
5. Memperbaiki
Status Hipokoagulasi yang tidak lazim untuk mendapati
pasien yang mengalami perdarahan gastrointestinal
berat yang mempunyai status hipokoagulasi karena
defisiensi

sebagai

faktor

pembekuan.

Salah

satu

masalah yang paling penting dalam kategori ini adalah


kegagalan hepar pada pasien yang tidak mampu untuk
menghasilkan faktor-faktor pembekuan darah.
6. Balon tamponade
Terdapat bermacam balon tamponade antaralain
Sangstaken
Nacchalas.

Blakemore,
Alat

ini

Minnesota,

untuk

atau

mengontrol

tube

Linton-

perdarahan

gastrointestinal bagian atas karena varises esofagus.


Tube Sangstaken Blakemore, mengandung 3 lumen :
a.
Balon gastrik yang dapat di inflasikan dengan 100200 ml udara.
b.
Balon esophagus yang dapat di inflasikan dengan 40
mmHg
c.
Lumen yang ke -3 untuk mengaspirasi isi lambung
7. Penatalaksanaan
bedah/operatif
merupakan
penatalaksanaan

yang

cukup

penting

bila

penatalaksanaan konservatif dan khusus gagal atau


memang sudah ada komplikasi yang merupakan indikasi
pembedahan. Biasanya pembedahan dilakukan bila
pasien masuk dalam :
a. Keadaan gawat I sampai II
b. Komplikasi stenosis pilorus-duodenum,

perforasi,

tukak duodenum refrakter. Yang dimaksud dengan


gawat I adalah bila perdarahan SCBA dalam 8 jam
pertama

membutuhkan

13

darah

untuk

transfusi

sebanyak 2 liter, sedangkan gawat II adalah bila


dalam 24 jam pertama setelah gawat I pasien masih
membutuhkan darah untuk transfusi sebanyak 2 liter.
8. Terapi - terapi pembedahan
Pembedahan dilakukan pada pasien yang mengalami
perdarahan

massive

yang

sangat

membahayakan

nyawa dan pada pasien yang mengalami perdarahan


yang terus menurus meskipun telah menjalani terapi
medis agresif. Terapi pembedahan untuk penyakit ulkus
peltikum / ulcer yang disebabkan oleh stress mencakup
reseki

lambung

gastroenterostomi,

antrektomi

atau

kombinasi

),

gastrektomi,
operasi

untuk

mengembalikan keutuhan gastrointestinal. Vagotomi


akan mengurangi seksresi asam lambung. Antroktomi
mengangkat sel-sel penghasil asam ldan lambung.
Billroth I adalah prosedur yang mencakup vagotomi dan
atroktomi

dengan

anastomosis

lambung

pada

doudenum. Billorth II meliputi vagotomi, reaksi antrum,


dan anastromosis lambung pada jejunum. Perforasi
lambung dapat diatasi hanya penutup lubang pada
mukosa.
Operasi dekomprasi hipertensi porta dapat dilakukan
pada pasien yang mengalami varises esophagus dan
varises gaster. Dalam pembedahan ini, disebut pirai
kava inferior yang mengalihkan alirah darah kedalam
vena untuk menurunkan tekanan.

14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLINE DENGAN


PERDARAHAN MAKAN BAGIAN ATAS
1. Pengkajian Primer
Pengkajian perimer

dilakukan

menggunakan

pendekatan

Airway, Breathing, Circulation dan Diasability ( ABCD )


a. Airway
untuk mengkaji airway, maka yang dilakukan perawat
adalah dengan teknik look, listen and feel. Look yang
dilakukan adalah melihat kebersihan jalan nafas. Pada kasus
perdarahan saluran pencernaan , khusunya saluran cerna
bagia atas biasanya terjadi muntah darah oleh karena itu ,
perawat

harus

melakukan

pengkajian

terhadap

resiko

terjadinya aspirasi pada saluran nafas. Pada tehnik listen


biasanya pada perdarahan saluran cerna bagian atas
tedapat suara nafas gurgling karena adanya cairan ( darah )
b. Breatthing
Yang perlu dikaji oleh perawat adalah adanya perubahan
frekuensi

nafas

pasien,

adanya

penggunaan

otoy-otot

pernafasan pada kejadian perdarahan saluran pencernaan,


biasanya

terjadi

penurunan

kadar

haemoglobin

dalam

darah, sehingga transportasi oksigen ke sel terganggu


akibat berkurangnya pengangkut O2 (Hb) dan berdampak
pada peningkatan frekuensi

nafas dan penggunaan otot-

otot bantu pernafasan.


c. Circulation
Untuk mengevaluasi keparahan kehilangan darah dan untuk
mencegah atau memperbaiki penyimpangan klinis syok
hipovolemik, perawat harus lebih sering mengkaji pasien.
Pada pasien pertama peradrahan, kehilangan darah kurang
dari 800 ml, pasien mungkin hanya akanmenunjukan tandatanda lemah, ansietas dan berkeringan dan peradarahan
tyang berlebihan suhu tubuh meningkat sampai 3,84% - 39
C sebagai respon terhadap perdarahan dan bising usus

15

menjadi hiperaktif karena sensitifitas usus besar terhadap


darah.
Jika tingkat kehilangan darah berkisar antara sedang antara
sedang sampai berat ( kehilangan <800 ), respon system
sarag

simpatis

efineprin,

dan

menyababkan
vasokontruksi

meyebabkan

pelepasan

norepirefrin.

Keadaan

peningkatan

frekuansi

vaskular

priper

katekolamin,

ini

dalam

pada

awal

jantung

dan

upaya

untuk

mempertahankan tekanan darah ade kuat. Dengan tingkat


kehilangan darah sedang sampai berat, akan timbul tandatanda gejala syok.
d. Diasability
Yang perlu di kaji perawat adalah tingkat kesadaran.
Mengkaji tingkat kesadaran digunakan GCS. Selain itu reaksi
pupil dan juga reflek cahaya juga harus diperiksa.
e. Eksposure
yang diulakukan perawat adalah membuka seluruh pakaian
pasien dan melakukan pengkajian dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Perawat mengkaji adanya etiologi lainyang
mungkin menyebabkan pencernaan
2. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit dahulu: hepatitis, penyakit hati menahun,
alkohlisme,

penyakit

lambung,

pemakaian

obat-obat

ulserogenik dan penyakit darah seperti leuikemia,dan juga


riwayat taruma.
b. Status nutrisi
Yang perlu dikaji pada status nutrisi adalah menggunakan
prinsip A, B, C, D, yaitu :
Anthopometri
Yang bisa dikaji dari anthopometri adalah antara lain:

BB dan TB pasien sebelum sakit


Biochemical
Pengkajian
dengan
memepertimbangkan
laboratorium,

di

antaranya

niali

Hb,

nilai

Albumiin,

Globulin, Protein Total, Ht, dan juga darah lengkap .


Clinical
16

Perawat harus mempertimbangkan tanda tanda


klinis pada pasien, misalnya tanda amenis, lema, rasa

mual dan muntah , turgor , kelembaban mukosa.


Diit
Pada diit , perawat bisa berkolaborasi dengan hali gizi
untuk menentukan kebutuhan kalori pada pasien
selain itu, komposisi nutrisi pada pasien juga harus di
perhatian

pemberina

nutrisi

entral

dini

lebih

menguntungkan pada penderita perdaraha salurana


cerna karena pemberina nutrisi eltreal dini dapat
memperkecil

permibialitas

intestinal

translokasi

bakteri dan juga dapat mencegah multi organ failure.


Selain itu pemberian nutrisi enternal pada pasien
dengan

perdarahan

meningkut

aliran

saluran

darah

pada

cerna
kolon.

juga

dapat

Selain

itu,

pemberian nutrisi enteral dan renitidin juga dapat


menurunkan aliran darah mesenterika 70 %, lemak
dapat meningkatkan aliran darah mesentrika 40 %.
c. Eliminasi
Yang harus dikaji pada status eliminasi pada pasien
perddarahan saluran cerna, antara lain warna feses,
konsintensi serta bau dari feses. Selain itu perlu juga di
kaji adanya rasa nyeri BAB. Bising usus juga harus di
monitor terus untuk menentukan status pristaltik.
3. Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan darah
akut
b. Kerusakan pertukaran gas, yang berhubungan dengan
penurunan kapasitas angkat oksigen dan dengan faktorfaktor risiko aspirasi
c. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan
aliran intravena.
4. Intervensi

17

a. Diagnosa

Defisit

volume

cairan

yang

berhubungan dengan darah akut


: Kerusakan
gas, yang
: Pasien
akan stabilpertukaran
secara hemodinamik
berhubungan : dengan
angkat
Intervensi
1. Pasienpenurunan
tanda-tanda kapasitas
vital setiap jam

b. Kriteria
Diagnosa
hasil

oksigennilai-nilai
dan dengan
faktor-faktor
risikoSAP,
aspirasi
2. Pantau
hemodinamik
(misal
DAP, TDKP , IJ ,
3.
4.
5.
2.
3.
4.
6.
5.
6.
7.
7.
8.
c.
8.
9.

Kriteria hasil : Pasien akan mempertahankan oksigen


TVS )
dan
pertukaran
Ukur haluaran urin
setiap
1 jam gas yang ade kuat
Intervensi
: 1. Pantau SaO2 dengan menggunakan
Ukur masukan dan haluaran dan kaji kesimbangan
oksimetri atau ABGs
Berikan cairan pengganti dan produk darah sesuai
Pantau bunyi nafas dengan gejala-gejala pulmonal
intruksi, pantau adanya reaksi-reaksi yang merugikan
Gunakan supplemental O2 sesuai intruksi
terhadap,
komponen
Pantau suhu
tubuh terapi (misal reaksi tranfusi)
Tirah baring total, baringkan pasien pada posisi terlentang
Pantau adanya distensi abdomen
dengan kaki di tinggikan untuk meningkatkan preload
Baringkan pasien pada bangun kepala tempat tidur di
pasien jika pasien mengalami hipotensif. Jika terjadi
tinggikan jika segalanya memuungkinkan
normotensif,
tempatkan
tinggi bagian
tempat
pada
Pertahankan fungsi
dan patensi
kateterkepala
nasogatrik
dengan
45
derajat untuk mencegah aspirasi lambung.
tepat
Perkecil
jumlah
Atasi segera
mual darah yang diambil untuk analisa
laboratorium
Diagnosa :
Resiko tinggi terhadap infeksi yang
Pantau hemoglobin dan hemoktroit
berhubungan dengan aliran intravena.
Pantau
elektrolit
yang tidak
mungkin
bersama
cairan
Kriteria hasil
: Pasien
akanhilang
mengalami
infeksi

atau berubah karena


kahilangan atau perpindahan cairan
nosokomial
10. Periksa
feses terhadap
darah untuk 72
jam setelahselang
masa
Intervensi
: 1. Pertahankan
kestabilan
akut

intravena. Amankan aplians intravena


berikut selangnya

2. Ukur suhu tubuh setiap 4 jam


3. Pantau system intravena terhadap patensi, infiltrasi, dan

tanda-tanda infeksi ( nyeri setempat, inflamasi, demam,


sepsis
4. Ganti larutan intravena sedikitnya setiap 24 jam
5. Pantau letak intravena 48-72 jam dan prn.
6. Pantau letak insersi setiap penggantian tugas
7. Dokumentasikan tentang selang, penggantian balutan

dan keadaan letak insersi


8. Gunakan teknik aseptic saat mengganti balutan dan

selang. Pertahankan balutan yang bersih, transparan, dan


steril.
9. Ukur SDP terhadap kenaikan
18
10. Lepaskan dan lakukan pemeriksaan kultur bila terjadi

tanda-tanda dan gejala-gejala infeks

4. Evaluasi

19

DAFTAR PUSTAKA
Balentine, J.R, 2012, Gastritis overview, Diakses tanggal 24
September 2012.
Caesar, R, 2010, Sindroma Mallory-Weiss, Diakses tanggal
24 september 2012.
Cagir,B,2012,Lower

Gastrointestinal

Bleeding,

Diakses

tanggal 24 September 2012.


Cappell,M.S, Friedel, D, 2008, Initial Managemen of Aucute
Upper Gastrointestinal Bleeding: From Initial Evaluation up
to Gastrointestinal Endoscopy,Med Clin N Am,vol. 92, pp.
491-509, Diakses tanggal 22 september 2012.
Dubey, S, 2008, Perdarahan Gastrointestinal Atas, Dalam
Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg, vol. 1, pp.
275, Jakarta: Erlangga.
Edelman, D. A, Sugawa, C, 2007, Lower Gastrointestinal
Bleeding: a review, surg endosc, vol. 21, pp. 514-520,
Diakses tanggal 22 september 2012.
Goddard, A. F, et al, 2010, The managemen of gastris
polyp, Gut, vol. 59, pp. 1270-1276, Diakses tanggal 24
september 2012.
Hadzibulic, E, and Govedarica, S, 2007, Significance of
Forrest

Classification,

Rockalls

and

Blatchfords

Risk

Scoring System in Prediction of Rebleeding in Peptic Ulcer


Disease, Acta Medica Mediane, Vol. 46, pp 38-43
Hudak, C.M. 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan
Holistik. Alih Bahasa : Ester, M, dkk. Edisi 6. Jakarta : EGC
Muttaqin , A dan Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal :
Aplikasi

20

Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakrta : Salemba


Medika

21

Anda mungkin juga menyukai