Anda di halaman 1dari 29

Makna Asmaul Husna ( Al Kariim, Al Mumin, Al Wakiil, Al Matiin, Al Jaami, Al Adl, dan Al

Aakhir )
A.

Makna Al Karim ( Yang Maha Mulia)

Orang yang masih dalam perjalanan sangat teringin


untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t. Dia terpesona
melihat keadaan orang-orang yang telah sampai.
Kadang-kadang timbul rasa tidak sabar untuk ikut
sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak
sabar akan menimbulkan harapan atau cita-cita agar
ada
seseorang
yang
dapat
menolong
mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu mungkin
terdiri daripada mereka yang telah sampai atau
mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali
ghaib dan malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya
tidak berubah, iaitu sampai kepada Allah s.w.t tetapi
dalam mencapai maksud itu sudah diselit dengan
harapan kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat
bertawakal dan berserah dirinya sudah bergoyang.
Sebelum dia terjatuh, Hikmat 47 ini menariknya
supaya berpegang kepada al-Karim. Walau kepada
siapa pun diletakkan harapan namun, harapan dan
orang berkenaan tetap mencari al- Karim. Tidak ada
harapan dan cita-cita yang dapat melepasi al-Karim.
Al-Karim adalah salah satu daripada Asma-ul-Husna.
Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah
s.w.t. Al-KariIm bermaksud:

1. Allah s.w.t Maha Pemurah.


2. Allah s.w.t memberi tanpa diminta.
3. Allah s.w.t memberi sebelum diminta.
4. Allah s.w.t memberi apabila diminta.
5. Allah s.w.t memberi bukan kerana permintaan,
tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan anganangan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan
harapan mereka.
6. Allah s.w.t memberi lebih baik daripada apa yang
diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
7.

Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam


pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak diberiNya dan kepada siapa Dia memberi.

8. Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri,


Allah s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan cara
yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling
bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.
Berikut firman Allah :



Wahai manusia, apa yang telah memperdayai kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha
Pemurah. (QS. Al-Infithaar: 6).

B.

Makna Al Mumin ( Yang Maha Terpercaya )

1. Pengertian
Sifat Allah Al Mumin artinya "Allah Maha Pemberi
Keamanan".
Keamanan
merupakan
kebutuhan
penting bagi manusia. Kehidupan akan terasa
nyaman dan berjalan semestinya karena adanya
keamanan.
Negara
yang
tidak
aman
sulit
melaksanakan pembangunan. Kehidupan masyarakat
akan terancam bila tidak ada keamanan. Kita lihat
bagaimana negara yang sedang dalam peperangan.
Keamanan dan rasa aman yang kita peroleh tidak
terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati
hanya didapat bila kita dekat denmgan Allah, rajin
membaca Al - Qur'an, rajin sholat, dan lain - lain.
Ketidak nyamanan bukan hanya akibat ulah manusia
tapi bisa juga karena binatang buas, bencana alam
seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain lain. Ada orang yang merasa tidak aman walaupun
situasinya aman dan tentram. Sebaliknya ada orang
yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi
dan keadaan genting dan kacau.
2. Contoh dan bukti sederhana
Contoh dan bikti sederhana bahwa Allah bersifat Al
Mumin dapat kita lihat dalam diri kita sendiri.

Seperti pada tubuh kita, Allah menciptakan alis di


atas mata yang berfungsi melindungi mata dari
keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dari
debu dan binatang - binatang kecil.
Bukti lain diluar tubuh kita seperti ketika Rasulullah
ingin Hijrah dari Mekkah ke kota Madinah. Pada
malam keberangkatan Nabi Muhammad, sekeliling
rumah Nabi telah di pagar betis oleh orang - orang
Quraisy yang ingin membunuh Nabi Muhammad Saw.
Akan tetapi dengan sifat Al - Mukmin Allah telah
memberi keselamatan kepada Rasulullah. Rasulullah
dengan aman dapat keluar dari rumah dan
meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah.
Orang yang beriman kepada Allah Al Mumin akan
selalu tenang dan tidak gegabah dalam menghadapi
setiap keadaan dan situasi yang genting dan kacau
sekalipun.
3. Meneladani Sifat Al Mu'min

merasa takut

Menenangkan teman yang sedang


Tidak mengganggu teman


Menjaga diri sendiri dari ancaman dan
gangguan orang atau makhluk lain

kepada Allah

Tidak takut kepada apapun, kecuali

4. Kesimpulan
Sifat Allah Al Mu'min ini menerangkan bahwa Allah
memberi rasa aman dan tenteram dalam hati
hamba-Nya. Polisi, tentara, dan satpam mencoba
meneladani sifat Al Mu'min ini dengan menjaga
keamanan lingkungan.Jadi jika kita ingin selalu aman
dan tentram, kita harus selalu ingat kepada Allah
Swt. karena Allah memberi rasa aman dan
ketentraman dalam hati hambah-Nya.
C.
Makna Al Wakiil ( Yang Maha Mewakili /
Pemelihara)
Al Wakiil artinya Dzat yang maha memelihara, yaitu
Dia yang memelihara dan mengurusi segala
kebutuhan makhlukNya, baik itu dalam urusan dunia
maupun urusan akhirat.
Allah memerintahkan agar kita bersifat :
1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT

2. Mempelajari dan memahami Al-Quran/Hadist


3. Memegang amanah dengan sebaik-baiknya
4.
Menjadikan Allah SWT sebagai satusatunya
pelindung
5.
Hanya menyembah dan meminta pertolongan
kepada Allah SWT
Berikut firman Allah :

1. QS. 'Ali `Imran [3] : 173




Artinya : (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah
dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,
karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan
itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami
dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".
2. QS. Al-An'am (Al-An'am) [6] : ayat 102


Artinya : (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu
ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia;
Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan
Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
3. QS. Az-Zumar [39] : ayat 62



Artinya : Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia
memelihara segala sesuatu.
D.

Makna Al Matiin ( Yang Mahakokoh )

Al Matiin Artinya Dzat yang sangat kokoh, yaitu Dia


sangat kokoh dan berkekuatan yang tidak pernah
luntur. Kokoh diatas segala-galanya diseluruh
kekuasaanNya.
Kekukuhan Allah yang memiliki rahmat dan azab
terbukti ketika Allah memberika rahmat-Nya kepada
hamba-hamba-Nya tidak ada apapun yang dapat
menghalangi rahmat ini untuk tiba kepada
sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang
dapat mencegah pembalasan NYA. Kemurkaan dan

azab NYA akan mengenai sasaran tanpa meleset


sedikitpun atau sekali pun.
Melalui sifat ini, Allah memerintahkan agar manusia
memiliki sifat seperti :
1.
kokoh
2.

Hanya menyembah Allah SWT yang maha


Selalu berprasangka baik kepada Allah SWT

3.
sendiri

Tidak enggan beribadah untuk kepentingan

4.

Memohon rezeki hanya kepada Allah SWT

5.

Menjaga diri sendiri dengan baik dan benar

Firman Allah SWT :


1. Al-Araf ayat 183

Artinya : Dan Aku memberi tangguh kepada mereka.
Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.
2. Az-Zariyat ayat 58


Artinya : Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.
E.

Makna Al Jami ( Yang Maha Mengumpulkan)

Jami berasal dari kata jamaah yang artinya


kumpulan, lebih dari satu, banyak. Allah bersifat alJami
artinya
Allah
maha
mengumpulkan/mempersatukan.
Selain Allah akan mengumpulkan kita nanti pada hari
kiamat, Allah al-jami juga dapat kita buktikan dalam
kehidupan ini.
Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma
Allah al-Jami.
Pertama Allah akan mengumpulkan kita nanti pada
hari Akhir.
Kedua, sebagai khalifah, wakil yang dipercaya Allah
untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita
harus membumikan al-Jami dalam kehidupan. Kita
harus menjadi katalisator untuk terbentuknya
persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah
sehingga menjadi satu kesatuan sIstem kehidupan
yang harmonis dan saling membutuhkan. Jagalah
persatuan
dan
kesatuan
sistem
kehidupan,

bertanggungjawablah pada tugas dan fungsi masingmasing. Jangan merasa diri yang paling baik dan
paling benar. Karena hanya Allah yang bisa
memutuskan mana yang benar dan mana yang
salah. Jangan sok tahu dengan menghakimi orang
lain salah, dan kemudian kita menarik diri dari tugas
dan fungsi kita dalam system kehidupan.
Berikut firman Allah :
1. QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 9
"Ya
Tuhan
kami,
sesungguhnya
Engkau
mengumpulkan
manusia
untuk
(menerima
pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan
padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
2. QS. An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 140
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan
kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila
kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka
janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga
mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena
sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian),

tentulah
kamu
serupa
dengan
mereka.
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua
orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
Jahanam,
F.

Makna Al Adl ( Yang Maha Adil )

Kata ini adalah kata dasar, di mana Allah


menyifatkan diri-Nya sebagai sifat mubalaghah,
yakni bersifat adil yang sempurna. Dia bersih dari
sifat aniaya, baik dalam hukum-Nya maupun dalam
perbuatan-Nya. Di antara hukum-Nya mengenai hak
hamba-hamba-Nya adalah, bahwasanya tidak ada
bagi manusia itu kecuali apa yang dia usahakan, dan
bahwa hasil dari segala usahanya itu akan dilihatnya.
Sesungguhnya orang-orang yang saleh berada di
dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, dan
bahwa orang-orang durhaka akan dimasukkan ke
dalam api neraka jahanam.
Berikut adalah firman Allah tentang berlaku adil :
1.
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan ... (an-Nahl: 90)
2.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. (al-Maidah: 8)
Kata adl adalah bentuk mashdar dari kata kerja
adala yadilu adlan wa udlan wa adlatan


) . Kata kerja ini berakar
( -
) ,
pada huruf-huruf ain (), dl (), dan lm ((,
yang makna pokoknya adalah al-istiw (
=
keadaan lurus) dan al-iwijj (
= keadaan
menyimpang). Jadi rangkaian huruf-huruf tersebut
mengandung makna yang bertolak belakang, yakni
lurus atau sama dan bengkok atau berbeda.
Dari makna pertama, kata adl berarti menetapkan
hukum dengan benar. Jadi, seorang yang adl adalah
berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan
ukuran
yang
sama,
bukan
ukuran
ganda.
Persamaan itulah yang merupakan makna asal kata
adl, yang menjadikan pelakunya tidak berpihak
kepada salah seorang yang berselisih, dan pada
dasarnya pula seorang yang adl berpihak kepada
yang benar karena baik yang benar maupun yang
salah sama-sama harus mem peroleh haknya.
Dengan demikian, ia melakukan sesuatu yang patut
dan tidak sewenang-wenang.
Al-Ashfahani menyatakan bahwa kata adl berarti
memberi pembagian yang sama. Se mentara itu,
pakar lain men definisikan kataadl
dengan
penempatan
sesuatu
pada
tempat
yang
semestinya. Ada juga yang menyatakan bahwa adl
adalah memberikan hak kepada pemilik nya melalui
jalan yang terdekat. Hal ini sejalan dengan pendapat
Al-Maraghi yang memberikan makna kata adl

dengan menyampaikan
secara efektif.

hak

kepada

pemiliknya

Kata adl ( )di dalam berbagai bentuk nya terulang


sebanyak 28 kali di dalam Al-Quran. Kata adl sendiri
disebut kan 13 kali, yakni pada QS. Al-Baqarah [2]:
48, 123, dan 282 (dua kali), QS. An-Nis [4]: 58, QS.
Al-Midah [5]: 95 (dua kali) dan 106, QS. Al-Anm
[6]: 70, QS. An-Nahl [16]: 76 dan 90, QS. Al-Hujurt
[49]: 9, serta QS. Ath-Thalq [65]: 2.
Kata adl di dalam Al-Quran memiliki aspek dan
objek yang beragam, begitu pula pelakunya.
Keragaman tersebut mengakibatkan keragaman
makna adl (keadilan). Menurut penelitian M. Quraish
Shihab bahwa paling tidak ada empat makna
keadilan.
Pertama, adl di dalam arti sama. Pengertian ini
yang paling banyak terdapat di dalam Al-Quran,
antara lain pada QS. An-Nis [4]: 3, 58, dan 129, QS.
Asy-Syr [42]: 15, QS. Al-Midah [5]: 8, QS. An-Nahl
[16]: 76, 90, dan QS. Al-Hujurt [49]: 9. Kata
adldengan arti sama (persamaan) pada ayat-ayat
tersebut yang dimaksud adalah persamaan di dalam
hak. Di dalam QS. An-Nis [4]: 58, misalnya ditegas
kan, Wa iz hakamtum bain an-nsi an tahkum bi
al-adl ( = Apabila [kamu]
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil). Kata adl di dalam ayat ini

diartikan sama, yang mencakup sikap dan


perlakuan hakim pada saat proses pengambilan
keputusan.
Yakni,
menuntun
hakim
untuk
menetapkan pihak-pihak yang bersengketa di dalam
posisi yang sama, misalnya tempat duduk,
penyebutan nama (dengan atau tanpa embel-embel
penghormatan), keceriaan wajah, ke sungguhan
mendengarkan, memikirkan ucapan mereka, dan
sebagainya, yang termasuk di dalam proses
pengambilan keputusan. Menurut Al-Baidhawi bahwa
kata adl bermakna berada di pertengahan dan
mempersamakan. Pendapat seperti ini dikemukakan
pula oleh Rasyid Ridha bahwa keadilan yang
diperintahkan di sini dikenal oleh pakar bahasa Arab;
dan bukan berarti menetapkan hukum (memutuskan
perkara) berdasarkan apa yang telah pasti di dalam
agama. Sejalan dengan pendapat ini, Sayyid Quthub
menyatakan bahwa dasar persamaan itu adalah sifat
kemanusiaan yang dimiliki setiap manusia. Ini
berimplikasi bahwa manusia memunyai hak yang
sama oleh karena mereka sama-sama manusia.
Dengan begitu, keadilan adalah hak setiap manusia
dengan sebab sifatnya sebagai manusia dan sifat ini
menjadi dasar keadilan di dalam ajaran-ajaran
ketuhanan.
Kedua, adl di dalam arti seimbang. Pengertian ini
ditemukan di dalam QS. Al-Midah [5]: 95 dan QS.
Al-Infithr [82]: 7. Pada ayat yang disebutkan

terakhir, misalnya dinyatakan, Alladz khalaqaka fasawwka fa-adalaka ([ = Allah] Yang


telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan men jadi kan [susunan tubuh]mu
seimbang). M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa
keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang
di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju
satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar
tertentu terpenuhi oleh setiap bagian. Dengan
terhimpunnya syarat yang ditetapkan, kelompok itu
dapat bertahan dan berjalan memenuhi tujuan ke
hadiran nya. Jadi, seandainya ada salah satu anggota
tubuh manusia berlebih atau berkurang dari kadar
atau syarat yang seharusnya maka pasti tidak akan
terjadi keseimbangan (keadilan). Keadilan di dalam
pengertian
keseimbangan
ini
menimbulkan
keyakinan bahwa Allah Yang Mahabijaksana dan
Maha Mengetahui mencipta kan serta mengelola
segala sesuatu dengan ukuran, kadar, dan waktu
tertentu guna men capai tujuan. Keyakinan ini
nantinya
meng
antarkan
kepada
pengertian
Keadilan Ilahi.
Ketiga, adl di dalam arti perhatian ter hadap hakhak individu dan memberi kan hak-hak itu kepada
setiap
pemiliknya.
Pengertian
inilah
yang
didefinisikan dengan menempatkan sesuatu pada
tempatnya atau memberi pihak lain haknya melalui
jalan yang terdekat. Lawannya adalah kezaliman,

yakni pelanggar an terhadap hak-hak pihak lain.


Pengertian ini disebutkan di dalam QS. Al-Anm [6]:
152, Wa Idz qultum fadil wa-lau kna dz qurb (
= Dan apabila kamu berkata maka
hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah
kerabat[mu]). Pengertian adl seperti ini melahirkan
keadilan sosial.
Keempat, adl di dalam arti yang dinisbah kan
kepada Allah. Adl di sini berarti memelihara
kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak
mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan
rahmat sewaktu terdapat banyak ke mungkin an
untuk itu. Jadi, keadilan Allah pada dasarnya
merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilan Allah
mengan dung konsekuensi bahwa rahmat Allah swt.
tidak tertahan untuk diperoleh sejauh makhluk itu
dapat meraihnya. Allah memiliki hak atas semua
yang ada, sedangkan semua yang ada tidak memiliki
sesuatu di sisi-Nya. Di dalam pengertian inilah harus
dipahami kandungan QS. li Imrn [3]: 18, yang
menunjukkan Allah swt. sebagai Qiman bi al-qisth (
= Yang menegakkan ke adilan).
Di samping itu, kata adl digunakan juga di dalam
berbagai arti, yakni (1) kebenaran, seperti di dalam
QS. Al-Baqarah [2]: 282; (2) menyandar kan
perbuatan
kepada
selain
Allah
dan,
atau
menyimpang dari kebenaran, seperti di dalam QS.
An-Nis [4]: 135; (3) membuat sekutu bagi Allah

atau mempersekutukan Allah (musyrik), seperti di


dalam QS. Al-Anm [6]: 1 dan 150; (4) menebus,
seperti di dalam QS. Al-Baqarah [2]: 48, 123 dan QS.
Al-Anm [6]: 70.
Adl/Al-Adl ( )merupakan salah satu al-asm alhusn, yang menunjuk kepada Allah sebagai pelaku.
Di dalam kaidah bahasa Arab, apabila kata jadian
(mashdar) digunakan untuk menunjuk kepada
pelaku, maka hal tersebut mengan dung arti
kesempurnaan. Demikian halnya jika dinyatakan,
Allah adalah Al-Adl ( = keadilan), maka ini berarti
bahwa Dia adalah pelaku keadilan yang sempurna.
Dalam pada itu, M. Quraish Shihab menegaskan
bahwa manusia yang bermaksud meneladani sifat
Allah yang adl ( )inisetelah meyakini keadilan
Allahdituntut untuk me negak kan ke adilan walau
terhadap keluarga, ibu bapak, dan dirinya, bahkan
terhadap musuhnya sekalipun. Keadilan pertama
yang dituntut adalah dari dirinya dan terhadap
dirinya sendiri, yakni dengan jalan meletakkan
syahwat dan amarahnya sebagai tawanan yang
harus mengikuti perintah akal dan agama; bukan
menjadikannya tuan yang mengarahkan akal dan
tuntunan agama. Karena jika demikian, ia justru tidak
berlaku adl, yakni menempatkan sesuatu pada
tempatnya yang wajar.
Perbuatan Allah Yang Tergolong Asmaul Husnah :

1.

Menciptakan alam semesta beserta isinya

2.

Dapat menkukr Dosa manusia

3.

Selalu menjadi hakim yang adil

Contoh perbuatan yang mencerminkan Aladl :


1.

Tidak membedakan-bedakan sesuatu

2.

Memberi tugas dengan adil

3.
Dalam menghadapi masalah harus diselesaikan
dengan melihat yang salah dan benar
4.

Dalam membagi sesuatu harus adil

Cara kita untuk mewujudkanya adalah dengan


melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin dan
selalu ingat Allah swt serta jangan mementinkan
kelompok tertentu saja tanpa memikirkan mana yang
harusnya dilakukan.
G.

Makna Al Akhir ( Yang Maha Akhir )

Asma Allah Al-Akhir berarti Dzat Yang Maha Akhir.


Maha Akhir disini dapat diartikan bahwa Allah SWT
adalah Dzat yang paling kekal. Tidak ada sesuatu

pun setelah-Nya. Tatkala semua makhluk, bumi


seisinya hancur lebur, Allah SWT tetap ada dan
kekal. Pemahaman tentang Allah SWT sebagai Dzat
Yang Maha Akhir ini tidak bisa disamakan dengan
pengertian bahwa Allah adalah akhir dari segalagalanya. Inilah yang membedakan antara Allah SWT
sebagai Sang Khalik (Sang Pencipta) dengan
makhluk (yang diciptakan). Makhluk mempunyai
awal yang berupa penciptaannya dan mempunyai
akhir pada saat dia sudah hancur atau mati. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. ArRahman (55): 26-27 sebagai berikut. Artinya:
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap
kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan. (Q.S. Ar-Rahman (55): 26-27)
Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah SWT akan tetap
abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah SWT
tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya
tempat bergantung atas segala urusan kita, baik
urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan
kita bawa sampai ke akhirat kelak. Sungguh sangat
merugi orang-orang yang menggantungkan hidupnya
pada selain Allah. Karena sesungguhnya setiap yang
ada di langit dan bumi ini akan hancur. Akan tetapi
jika kita bersandar penuh pada Sang Maha Kekal,
pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus
dalam kesesatan. Karena sandaran kita tidak akan
pernah hancur dan Maha Mengatur segala hal yang

terjadi pada hidup kita. Dialah tujuan dan tempat


bergantung yang paling utama atas segala urusan
makhluk-Nya, baik berupa ibadah, harapan, rasa
takut, harapan, keinginan, dan lain-lain. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Al-Hadid (57) ayat 3: Artinya:
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan
yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu. (Q.S. Al-Hadid (57) : 3)
Orang yang mengakui bahwa Allah adalah Al-Akhir
akan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan
hidup yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tidak ada
permintaan
kepada
selain-Nya,
dan
segala
kesudahan tertuju hanya kepada-Nya. Oleh karena
itu, jadikanlah akhir kesudahan kita hanya kepada
Allah SWT. Karena sesungguhnya akhir kesudahan
hanya kepada Rabb kita, seluruh sebab dan tujuan
jalan akan berujung kepada Allah semata.

Contoh sederhana Al Akhiir :


Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah SWT akan tetap
abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah SWT
tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya
tempat bergantung atas segala urusan kita, baik
urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan

kita bawa sampai ke akhirat kelak. Aplikasi dari Asma


Al-Aakhir dalam pebelajaran adalah berdoa sebelum
dan
setelah
pembelajaran
di
kelas.
Siswa
menunjukkan penyerahan diri kepada Allah SWT
bahwa mereka akan belajar dengan sungguhsungguh dan mengharapkan sebuah kemudahan
dalam menyerap pengetahuan dari pembelajaran
kepada Allah SWT. Selalu mengu-capkan basmallah
juga
menunjukkan
bahwa
siswa-siswa
menggantungkan doa agar aktivitas mereka selalu
berada dalam lindungan Allah SWT dan berharap
agar mendapatkan safaat dan manfaat dari
aktivitasnya.
Asmaul Husna
Asmaul Husna adalah nama-nama yang baik milik
Allah SWT. Secara harfiyah, pengertian Asmaul
Husna adalah "nama-nama yang baik". Asmaul
Husna merujuk kepada nama-nama, gelar, sebutan,
sekaligus sifat-sifat Allah SWT yang indah lagi baik.
Istilah Asmaul Husna juga dikemukakan oleh Allah
SWT dalam firman-Nya:

"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak


disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai asmaa'ul
husna (nama-nama yang baik)" (Q.S. Thaha:8).
Umat Islam dianjurkan berdoa kepada Allah sambil
menyebut Asmaul Husna. Misalnya, saat seorang
Muslim memohon ampunan-Nya, maka ia berdoa
mohon ampun sambil menyebut "Al-Ghoffaar" (Yang
Maha Pengampun) dan seterusnya.
"Katakanlah (olehmu Muhammad): Serulah Allah
atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna
(nama-nama yang terbaik)..." (Q.S Al-Israa': 110)
"Allah memiliki Asmaul Husna, maka memohonlah
kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang
baik itu..." (QS. Al-A'raaf : 180).
Jumlah Asmaul Husna adalah
99 nama,
sebagaimana
disebutkan
dalam
hadits
yang
diriwayatkan Tirmidzi, diperkuat dengan hadits
riwayat Bukhari.

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata Nabi Muhammad


Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt mempunyai
99 nama, yaitu seratus kurang satu, barangsiapa
menghitungnya (menghafal seluruhnya) masuklah ia
kedalam surga" (HR. Bukhari).
Daftar dan Makna Asmaul Husna
Ke-99 Asmaul Husna atau Nama-Nama yang Baik itu
adalah sebagai berikut:
No. Nama
Allah

Arab

Indonesia

Allah

Ar Rahman

Yang Maha Pengasih

Ar Rahiim

Yang Maha Penyayang

Al Malik Yang Maha Merajai/Memerintah

Al Quddus

Yang Maha Suci

5 As Salaam (, Yang
Kesejahteraan
6 Al Mu`min
Keamanan

Maha

Yang

Maha

Memberi
Memberi

Al Muhaimin

Al `Aziiz

Al Jabbar

Yang Memiliki Mutlak Kegagahan

Yang Maha Pemelihara

Yang Maha Perkasa

10 Al Mutakabbir
Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq

Yang Maha Megah, Yang

Yang Maha Pencipta

12 Al Baari`

Yang
Maha
Melepaskan
(Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir
Rupa (makhluk-Nya)

Yang Maha Membentuk

14 Al Ghaffaar Yang Maha Pengampun


15 Al Qahhaar Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab

Yang Maha Pemberi Karunia

17 Ar Razzaaq

Yang Maha Pemberi Rezeki

18 Al Fattaah Yang Maha Pembuka Rahmat


19 Al `Aliim
Ilmu)

Yang Maha Mengetahui (Memiliki

20 Al Qaabidh
(makhluk-Nya)

Yang

21 Al Baasith
(makhluk-Nya)

Yang

Maha

Melapangkan

22 Al Khaafidh
(makhluk-Nya)

Yang

Maha

Merendahkan

23 Ar Raafi`
Yang
(makhluk-Nya)

Maha

Maha

Menyempitkan

Meninggikan

24 Al Mu`izz Yang
(makhluk-Nya)
25 Al Mudzil
Yang
(makhluk-Nya)

Maha
Maha

Memuliakan
Menghinakan

26 Al Samii`

Yang Maha Mendengar

27 Al Bashiir

Yang Maha Melihat

28 Al Hakam

Yang Maha Menetapkan

29 Al `Adl Yang Maha Adil


30 Al Lathiif

Yang Maha Lembut

31 Al Khabiir

Yang Maha Mengenal

32 Al Haliim

Yang Maha Penyantun

33 Al `Azhiim Yang Maha Agung


34 Al Ghafuur Yang Maha Pengampun
35 As Syakuur
(Menghargai)

Yang Maha Pembalas Budi

36 Al `Aliy Yang Maha Tinggi


37 Al Kabiir

Yang Maha Besar

38 Al Hafizh

Yang Maha Memelihara

39 Al Muqiit
Kecukupan

Yang

40 Al Hasiib
Perhitungan

Yang

Maha
Maha

Pemberi
Membuat

41 Al Jaliil Yang Maha Mulia


42 Al Kariim

Yang Maha Mulia

43 Ar Raqiib

Yang Maha Mengawasi

44 Al Mujiib

Yang Maha Mengabulkan

45 Al Waasi`

Yang Maha Luas

46 Al Hakiim

Yang Maha Maka Bijaksana

47 Al Waduud Yang Maha Mengasihi


48 Al Majiid

Yang Maha Mulia

49 Al Baa`its

Yang Maha Membangkitkan

50 As Syahiid Yang Maha Menyaksikan


51 Al Haqq Yang Maha Benar
52 Al Wakiil

Yang Maha Memelihara

53 Al Qawiyyu Yang Maha Kuat


54 Al Matiin

Yang Maha Kokoh

55 Al Waliyy

Yang Maha Melindungi

56 Al Hamiid

Yang Maha Terpuji

57 Al Muhshii

Yang Maha Mengkalkulasi

58 Al Mubdi`

Yang Maha Memulai

59 Al Mu`iid
Kehidupan

Yang

60 Al Muhyii

Maha

Mengembalikan

Yang Maha Menghidupkan

61 Al Mumiitu
62 Al Hayyu

Yang Maha Mematikan

Yang Maha Hidup

63 Al Qayyuum

(, Yang Maha Mandiri

64 Al Waajid

Yang Maha Penemu

65 Al Maajid

Yang Maha Mulia

66 Al Wahiid

Yang Maha Tunggal

67 Al Ahad Yang Maha Esa


68 As Shamad Yang Maha Dibutuhkan, Tempat
Meminta
69 Al Qaadir Yang Maha Menentukan, Maha
Menyeimbangkan
70 Al Muqtadir

Yang Maha Berkuasa

71 Al Muqaddim

(, Yang Maha Mendahulukan

72 Al Mu`akkhir

Yang Maha Mengakhirkan

73 Al Awwal

Yang Maha Awal

74 Al Aakhir

Yang Maha Akhir

75 Az Zhaahir

Yang Maha Nyata

76 Al Baathin Yang Maha Ghaib


77 Al Waali Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii

Yang Maha Tinggi

79 Al Barri Yang Maha Penderma

80 At Tawwaab
81 Al Muntaqim

Yang Maha Penerima Tobat

Yang Maha Pemberi Balasan

82 Al Afuww

Yang Maha Pemaaf

83 Ar Ra`uuf

Yang Maha Pengasuh

84 Malikul Mulk
Yang
Kerajaan (Semesta)

Maha

85 Dzul Jalaali Wal Ikraam (,


Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan

Penguasa
Yang

86 Al Muqsith

Yang Maha Pemberi Keadilan

87 Al Jamii`

Yang Maha Mengumpulkan

88 Al Ghaniyy Yang Maha Kaya


89 Al Mughnii
90 Al Maani

Yang Maha Pemberi Kekayaan

Yang Maha Mencegah

91 Ad Dhaar Yang
Kemudharatan
92 An Nafii`

Maha

Penimpa

Yang Maha Memberi Manfaat

93 An Nuur
Yang
Maha
(Menerangi, Memberi Cahaya)
94 Al Haadii

95 Al Baadii
Banding

Yang

96 Al Baaqii

Yang Maha Kekal

Bercahaya

Yang Maha Pemberi Petunjuk


Indah

Tidak

Mempunyai

97 Al Waarits

Yang Maha Pewaris

98 Ar Rasyiid

Yang Maha Pandai

99 As Shabuur

Yang Maha Sabar

Ada kepercayaan di sebagian kalangan tentang


keutamaan (fadhilah) satu per satu nama-nama
tersebut. Itu hanya karangan, tidak ada dalilnya,
bahkan cenderung menjadi hal bid'ah (mengadaada).

Anda mungkin juga menyukai