Anda di halaman 1dari 2

Dalam ayat tersebut, Allah Taala melarang kita untuk

Pengertian Tajassus mencari-cari kesalahan orang lain. Entah itu dengan


kita menyelidikinya secara langsung atau dengan
Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan
bertanya kepada temannya. Tajassus biasanya
memata-matai (spionase) atau mengorek-orek berita.
merupakan kelanjutan dari prasangka buruk
Sehingga dalam lingkungan pesantren kata itu sering
sebagaimana yang Allah Taala larang dalam
kali digunakan dan menyebutnya sebagai jaasuus
beberapa kalimat sebelum pelarangan sikap tajassus.
atau mata-mata.

Larangan dari hadis


Namun dalam kamus literatur bahasa Arab, misalnya
kamus Lisan al-Arab karangan Imam Ibnu Manzhur,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
tajassus berarti bahatsa anhu wa fahasha yaitu
mencari berita atau menyelidikinya.[1]








Sementara dalam kamus karangan orang Indonesia,
misalnya dalam kamus Al-Bishri, tajassus berasal dari
Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka
kata jassa-yajussu-jassan kemudian berimbuhan
buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta
huruf ta di awal kalimat dan di-tasydid huruf sin-nya
ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita
maka menjadi kata tajassasa-yatajassasu-
kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling
tajassusan yang berarti menyelidiki atau memata-
mendengki, saling membelakangi, dan saling
matai.[2]
membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara.[3]
Dari pengertian tersebut, maka bisa kita tarik
kesimpulan bahwa tajassus adalah mencari-cari
Perkataan Ulama Salaf tentang Tajassus
kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau
memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu
yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.
anhu berkata,

Larangan Bersikap Tajassus ((


))
Larangan dari Alquran
Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan
Allah Taala berfirman, yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali
dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya


engkau selalu membawa perkataannya itu kepada

prasangka-prasangka yang baik.[4]

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah Syekh Abu Bakar bin Jabir al-
kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya Jazairi rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat
sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan ke 12 dari surat Al-Hujurat, haram mencari
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain kesalahan dan menyelidiki aib-aib kaum muslimin dan
(Al-Hujurat : 12) menyebarkannya serta menelitinya[5].
Syekh As-Sadi rahimahullah berkata, janganlah Cukuplah buat kita sebuah untaian perkataan seorang
kalian meneliti aurat (aib) kaum muslimin dan imam yaitu Imam Abu Hatim bin Hibban Al-Busthi
janganlah kalian menyelidikinya.[6] berkata dalam sebuah kitabnya yang dikutip oleh
Syekh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr
Murid dari Syaikh as-Sadi yaitu Syaikh Muhammad dalam tulisannya sebagai berikut, Orang yang
bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah juga berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya
berkata, tajassus yaitu mencari aib-aib orang lain dengan meninggalkan perbuatan tajassus dan
atau menyelidiki kejelekan saudaranya[7]. senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya
sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin
kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan
Ishaq Alu Syaikh juga menuturkan ketika menafsirkan
orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan
ayat di atas sebagai berikut, maksudnya adalah atas
merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang
sebagian kalian. Kata tajassus lebih sering
ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala
digunakan untuk suatu kejahatan. Sedangkan kata
melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya.
tahassus seringkali digunakan untuk hal yang baik.
Sementara orang yang senantiasa sibuk
Sebagaimana yang difirmankan Allah Taala, yang
memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan
menceritakan tentang nabi Yaqub alaihissalam, di
kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta,
mana Dia berfirman dalam surat Yusuf ayat 87.
badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya


meninggalkan kejelekan dirinya.[10]

(Yaqub berkata) Wahai anak-anakku, pergilah Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allah dalam

kalian, carilah berita tentang Yusuf dan berakhlak karimah dan menjauhi sifat-sifat buruk dan

saudaranya (QS. Yusuf: 87) sikap yang merugikan diri kita sendiri. Amiin.

Namun terkadang kedua kata tersebut digunakan


untuk menunjukkan hal yang buruk, sebagaimana Sumber: https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-

ditegaskan dalam hadis sahih di atas.[8] mencari-cari-kesalahan-orang-lain.html

Imam Abu Hatim al-


Busti rahimahullah berkata, tajassus adalah cabang
dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka
yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang
yang berakal akan berprasangka baik kepada
saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan
berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu
berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak
segan-segan berbuat jahat dan membuatnya
menderita.[9]

Nasihat Bagi Yang Suka Mencari Kesalahan Orang


Lain

Anda mungkin juga menyukai