Psoriasis
Psoriasis
Disususn Oleh :
Fauziah Nisa Tanjung
3351121021
3351121030
Andri Setiawan
3351121032
Khrisdiany Hidayah
3351121055
Cahyati Purbasari
3351111420
Irwan Hilmy
3351111418
Mei frisda
3351111427
Kelas A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psoriasis merupakan sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Kemunculan penyakit ini terkadang
untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang. Berbeda dengan pergantian kulit
pada manusia normal yang biasanya berlangsung selama tiga sampai empat
minggu, proses pergantian kulit pada penderita psoriasis berlangsung secara cepat
yaitu sekitar 24 hari, (bahkan bisa terjadi lebih cepat) pergantian sel kulit yang
banyak dan menebal.
Psoriasis dapat dijumpai di seluruh belahan dunia dengan angka kesakitan
(insidens rate)yang berbeda. Segi umur, Psoriasis dapat mengenai semua usia,
namun biasanya lebih kerap dijumpai pada dewasa.
Di dunia, penyakit kulit ini diduga mengenai sekitar 2 sampai 3 persen
penduduk. Data nasional prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui.
Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama tahun 2000 sampai 2001,
insiden psoriasis mencapai 2,3 persen. Penyakit ini tidak mengenal usia, semua
umur dapat terkena. Tapi puncak insidensinya di usia dua puluhan dan lima
puluhan.
Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini lebih dominan
menyerang salah satu jenis kelamin. Pria maupun wanita memiliki peluang yang
sama untuk terserang penyakit ini.
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
yang nyata tentang penyakit psoriasis dan tentang pelaksanaan Askep pada klien
dengan psoriasis dengan menggunakan metode keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 definisi
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini
secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005)
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis
berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005).
2.2 Prevalensi
Psoriasis merupakan salah satu peradangan kulit yang sering terjadi dan
terdapat di seluruh dunia, prevalensi penyakit ini bervariasi pada setiap negara di
dunia, hal ini mungkin dikarenakan adanya faktor ras, geografi dan lingkungan.
Prevalensinya mulai dari 0,1% hingga 11,8%. Di literatur lain ada yang
menyebutkan 1-3% dari penduduk di negara-negara Eropa dan Amerika Utara
pernah menderita psoriasis. Dan ada lagi literatur yang melaporkan 1,5-3%
populasi di Eropa dan Amerika Utara pernah menderita psoriasis dan jarang
dijumpai pada Negara Afrika dan Jepang. Angka kejadian pada laki-laki dan
perempuan sama. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada orang yang
memiliki kulit berwarna, kasus psoriasis jarang dilaporkan pada bangsa Indian di
Amerika maupun bangsa Afrika. Karena kebanyakan penderita psoriasis memiliki
lesi-lesi yang tak hilang seumur hidupnya. Data nasional prevalensi psoriasis di
Indonesia belum diketahui. Namun di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, selama
tahun 2000 sampai 2001, insiden psoriasis mencapai 2,3 persen.
Psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang
dewasa muda. Awitan penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda
dan orang tua. Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 30
tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun. Psoriasis lebih
banyak dijumpai pada daerah dingin dan terjadi pada musim hujan.
2.3 kulit
Kulit dalah bagian tubuh paling luar. Segala kotoran, sinar matahari, asap
kendaraan yang menempel, akan berpengaruh. Kulit terdiri atas tiga bagian utama,
yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri dari stratum korneum
yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum granulosum yang kaya akan
keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari
serabut-serabut penunjang antara lain kolagen dan elastin. Sedangkan hipodermis
terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah
bening. pada kesehatan kulit.
lapisan
sel-sel
pada
lapisan
korneum.
Lapisan
Malpighi
eritematus dengan batas jelas, tertutup skwama tebal dan transparan yang lepas
pada bagian tetapi dan lekat di bagian tengah. Skwama ini selalu menunjukkan
gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya kendor.
Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula yaitu berupa
bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu sampai beberapa
sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangka waktu yang lama yang apabila
terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk klinik yang bermacammacam antara lain : bentuk anular, gyrata folikularis, gutara dan punktata.
Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe. Penyakit psoriasis dapat
disertai dengan atau tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit normal
lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis.
Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi
serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi,
psoriasis bernanah (psoriasis pustulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi
merah disertai badan menggigil (eritroderma). Selain itu psoriasis dapat
menyerang kuku dimana permukaan kuku menjadi keruh, kekuning-kuningan dan
terdapat cekungan-cekungan/pitting atau titik-titik/punctate, menebal dan terdapat
subungual hiper keratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya. Dalam hal ini
kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku kaki. Psoriasis dapat menyerang
mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil.
Vlek phernomena (phenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoriasis
dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin. Koebner phernomena :
bila pada kulit yang masih normal terkenal trauma maka akan timbul lesi baru
yang bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Sifat seperti ini juga ditemukan
pada lichen planus, lichen nitidus, veruka plana dan eksematoid dermatitis.
2.6 Etiologi
Penyebab psoriasis adalah auto imun, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti diturunkannya tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu
penyakit keturunan dan
2.
3.
5.
tenggorokan, luka kulit dan cacar air. Dan karena itu ditandai dengan kecil, airdrop-berbentuk luka, bentuk ini sering salah didiagnosis sebagai ruam reaksi
alergi atau ruam demam. psoriasis guttate ketika luka tidak hanya biasa tetapi
ditutupi oleh sisik halus yang sedikit lebih tipis dari plak yang khas.
3. Psoriasis Inversa
Inversa psoriasis ditemukan pada ketiak, pangkal paha, dibawah payudara,
dan di lipatan-lipatan kulit di sekitar kemaluan dan panggul. Tipe psoriasis ini
pertama kali tampak sebagai bercak (lesions) yang sangat merah. Bercak itu bisa
tampak licin dan bersinar. Psoriasis Inverse sangat (particularly irritating)
menganggu karena iritasi yang disebabkan gosokan/garukan dan keringat karena
lokasinya di lipatan-lipatan kulit dan daerah sensitif tender).
Psoriasis inversa, atau psoriasis lentur adalah umum pada orang gemuk
dan diperparah oleh gesekan dan keringat. Kondisi ini berkembang di lipatan kulit
yang ditandai sebagai halus, bercak mengkilap kulit merah, meradang dan lembab
dan bersisik lesi terutama di ketiak, selangkangan, di bawah payudara dan di
sekitar alat kelamin. Hampir terjadi sampai 2 - 6% dari orang yang menderita
psoriasis memiliki psoriasis inversa.
4. Psoriasis Pustulosa/ Pustular
Kasus Psoriasis Pustular (PUHS-choo-ler) terutama banyak ditemui pada
orang dewasa. Karakteristik dari penderita PUHS-choo-ler ini adalah timbulnya
Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi oleh kulit merah.
Pus ini meliputi kumpulan dari sel darah putih yang bukan merupakan suatu
infeksi dan juga tidak menular. Bentuk psioriasis yang pada umumnya tidak biasa
ini mempengaruhi lebih sedikit dari 5 % dari seluruh penderita psoriasis. Psoriasis
ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu pada tubuh, contohnya, pada tangan dan
kaki. Psoriasis Pustular juga dapat ditemukan menutupi hampir seluruh tubuh,
dengan kecenderungan membentuk suatu siklus - reddening yang diikuti oleh
pembentukan pustules dan scaling.
Psoriasis pustular berkembang terutama pada orang dewasa dan
disebabkan oleh mengambil beberapa obat seperti kortison dan lithium. Hal ini
terjadi kepada orang-orang yang telah diagnozed dengan infeksi strep throat dan
wanita hamil. Hal ini ditandai dengan benjolan diisi cairan pada kulit yang gatal
dan merah. Patch kulit, ditaburi dengan jerawat atau pustula, dapat menyebar di
seluruh tubuh atau lokal hanya untuk kuku, telapak, jari kaki tangan dan telapak
kaki.
5. Psoriasis Eritroderma
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi merah
matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga penderita mudah
terkena infeksi. Hanya 1-2% dari orang yang menderita psoriasis memiliki
psoriasis eritroderma. Jenis psoriasis dapat dihitung sebagai yang terburuk dari
semua. Hasilnya kemerahan luas, gatal parah, nyeri dan ketidaknyamanan,
dehidrasi dan demam. Ini biasanya dipicu oleh kortikosteroid, kulit terbakar parah
atau sensitivitas terhadap cahaya selama pengobatan fototerapi, atau jenis lain dari
psoriasis yang tidak terkontrol.
Jangan meremehkan psoriasis eritroderma karena infeksi yang fatal dan
mengancam nyawa juga. Hal ini dapat menutupi seluruh tubuh Anda dengan ruam
merah yang dapat mengupas gatal atau terbakar intens. Peradangan kulit yang
ekstrim dan pengelupasan kulit mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur
suhu dan melakukan fungsi lainnya penghalang normal.
6. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.
7. Psoriasis Seboroik
Psoriasis seboroik merupakan kelainan kulit berupa perdangan superfisial
dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah
seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenhar sebasea, seperti pada kulit kepala,
alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus,
selangkangan, dan glutea. Pada dermatitis seboroik kelainan kulit yang berupa
eritem, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning
kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.
Dermatitis seboroik disebabkan oleh adanya peningkatan produksi sebum
pada daerah kulit kepala dan daerah wajah yang terdapat banyak folikel sebasea.
Meskipun, demikian penyebab pasti dari dermatitis seborik belum diketahui tetapi
seringkali dihubungkan antara reaksi inflamasi pada kulit dengan Pityrosporum
oval. Beberapa faktor lain turut menjadi predisposisi sebagai pemicu dermatitis
seboroik seperti faktor genetic dan lingkungan, hormonal, kelainan imun dan
neurologik.
Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni
pada kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3
bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam decade keempat hingga
ketujuh. Dermatitis seboroik pada anak khusunya pada kelompok bayi, dapat
sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik
pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan perawatan seumur
hidup.
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis
dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak
dan agak lunak. Selain berlokasi pada tempat yang lazim, juga terdapat pada
tempat seboroik.
8. Psoriasis Lain
A. Psoriasis kuku
Salah satu subtipe adalah psoriasis kuku, yang mempengaruhi satu
setengah aktif penderita psoriasis pustular. Psoriasis kuku mengacu pada
perubahan jari dan / atau kuku kaki yang disebabkan oleh penyakit. Karena
rasa sakit, Anda tidak dapat melakukan pekerjaan tangan yang jauh atau
berjalan sendiri bahkan untuk jarak pendek. Dalam kasus yang parah, di
mana psoriasis pustular dapat merusak kuku, kuku dapat rusak atau hilang
secara permanen. Psoriasis dari jari dan kuku dapat menyerupai kondisi
lain seperti infeksi jamur kronis atau radang kuku.
B. Psoriasis Artritis
Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri,
membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini,
penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi
kropos.
BAB III
PENGOBATAN PSORIASIS
3.1 Terapi Non Farmakologi
Regimen
Efek Samping
Emolien
Folikulitis, dermatitis
atau kontak iritan
2-3 x sehari
Iritasi,
reaksi
salisilism
(nausea, muntah, tinitus atau
hiperventilasi)
Kortikosteroid
Kalsipotrien
2-4 x sehari
Atropi
jaringan
lokal,
degenerasi, dan stria; penipisan
epidermal; erupsi menyerupai
akne; infeksi bakteri atau
jamur pada kulit; efek sistemik
glukokortikoid
Anthralin
Tazarotene
Asam salisilat
perih
alergi
dan
1. Keratolik
Asam salisilat merupakan salah satu senyawa keratolitik yang paling sering
digunakan. Senyawa tersebut menyebabkan kerusakan pada kohesi antar
korneosit-korneosit yang berada pada lapisan kulit pasien psoriasis yang
keras dan abnormal. Efek keratolitik tersebut meningkatkan penetrasi dan
efikasi beberapa zat topikal lain, seperti kortikosteroid.
Obat ini tersedia dalam bentuk 2% hingga 10% gel atau losio dan digunakan
2-3 kali perhari.
Asam salisilat menghasilkan iritasi lokal. Penggunaan pada area yang luas
dan inflamasi dapat menginduksi reaksi salisilism yang ditandai oleh gejala
nausea, muntah, tinitus atau hiperventilasi.
menghaluskan
kulit,
dan
mengurangi
hiperkeratosis.
Mekanisme kerja asam salisilat, sebagai salah satu keratolitik yang biasa
digunakan, ialah mengganggu kohesi antara korneosit-korneosit pada
lapisan kulit abnormal dan pasien psoriasis. Secara khusus, asam salisilat
bermanfaat pada area dimana terdapat sisik yang tebal.
Ketika diaplikasikan pada area inflamasi yang luas, asam salisilat dapat
menginduksi reaksi salisilism. Pada reaksi tersebut, terjadi nausea, muntah,
tinitus, dan hiperventilasi. Keracunan salisilat pada anak kecil berpotensi
jauh lebih serius dibandingkan apabila terjadi pada orang yang lebih tua
sebab anak kecil beresiko lebih besar mengalami metabolik asidosis. Kasus
fatal mengenai keracunan salisilat secara perkutan telah dilaporkan terjadi
baik pada anak maupun dewasa.
Efek keratolitik dari asam salisilat dapat meningkatkan penetrasi dan efikasi
beberapa agen topikal, seperti kortikosteroid. Asam salisilat, baik dalam
bentuk gel ataupun losio, biasanya digunakan 2 sampai 3 kali sehari dalam
konsentrasi 2-10%.
Produk yang berpotensi sangat tinggi dapat digunakan untuk lesi psoriasis
yang tebal dan kronis, tetapi hanya untuk waktu yang singkat dan pada area
permukaan yang kecil.
Krim merupakan sediaan yang paling disukai oleh beberapa pasien sebab
produk tersebut dapat digunakan pada area yang bersentuhan meskipun
kandungan minyak yang rendah membuat krim lebih kering daripada salep.
Efek samping meliputi atropi jaringan lokal, degenerasi kulit serta striae.
Jika dideteksi secara dini, efek samping tersebut dapat reversibel dan hilang.
Penipisan epidermis dapat menyebabkan kapiler tampak menggelembung
(telangiectasias) serta purpura. Telah dilaporkan adanya erupsi akneiform
dan gejala menyerupai infeksi kulit akibat bakteri atau jamur. Efek sistemik
meliputi supresi dari hipotalamus-pituitari-adrenal aksis, hiperglikemi dan
2. Kortikosteroid topikal
Indikasi :
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan
disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies. Kortikosteroid
menekan berbagai komponen reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama
sekali tidak menyembuhkan dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula
mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan
gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara lain seperti pemberian
emolien tidak efektif.
Kortikosteroid topikal tidak berguna dalam pengobatan urtikaria dan
dikontraindikasikan untuk rosasea dan kondisi ulseratif karena kortikosteroid
memperburuk keadaan. Kortikosteroid tidak boleh digunakan untuk sembarang
gatal dan tidak direkomendasikan untuk akne vulgaris.
Cara pakai:
Kortikosteroid sistemik atau topikal yang kuat sebaiknya dihindari atau
diberikan pada psoriasis hanya di bawah pengawasan dokter spesialis karena
walaupun obat ini dapat menekan psoriasis dalam jangka pendek, bisa timbul
kekambuhan karena penghentian obat, bahkan kadang memicu psoriasis postula
yang hebat. Pemakaian kortikosteroid topikal yang kuat pada psoriasis yang luas
dapat menimbulkan efek samping sistemik dan lokal. Cukup meresepkan
kortikosteroid yang lebih lemah untuk jangka singkat (2-4 minggu) untuk
psoriasis fleksural dan wajah (catatan: pada wajah jangan digunakan yang lebih
kuat dari hidrokortison 1%). Pada kasus psoriasis kulit kepala boleh menggunakan
kortikosteroid yang lebih kuat, seperti betametason atau fluosinonid.
Secara umum kortikosteroid topikal yang paling kuat hanya dicadangkan
untuk dermatosis yang sukar diatasi, seperti diskoid kronik lupus eritematosus,
lichen simplex chronicus, hypertrophic lichen planus, dan palmoplantar
pustulosis. Kortikostreoid yang kuat tidak boleh digunakan pada wajah dan
fleksur kulit, tetapi kadang-kadang pada keadaan tertentu, dokter spesialis
berikut:
a. Gigitan dan sengata serangga kortikosteroid dengan potensi ringan,
seperti krim hidrokortison 1%.
b. Ruam kulit yang disertai inflamasi berat akibat penggunaan popok pada
bayi di atas 1 bulan kortikosteroid dengan potensi ringan, seperti
hidrokortison 0,5 atau 1% selama 5-7 hari (dikombinasikan dengan
antimikroba jika terjadi infeksi).
c. Eksim ringan hingga sedang, fleksural, dan eksim wajah atau psoriasis
kortikosteroid ringan, seperti hidrokortison 1%.
d. Eksim berat di sekitar badan dan lengan pada anak usia di atas 1 tahun
kortikosteroid dengan potensi kuat atau kuat-sedang selama hanya 1-2
minggu, segera ganti ke sediaan dengan potensi lebih ringan pada saat
kondisi membaik.
e. Eksim di sekitar area kulit yang mengeras, misal telapak kaki, kortikosteroid topikal dengan potensi kuat dalam kombinasi dengan urea
atau asam salisilat untuk meningkatkan penetrasi kortikosteroid.
Pilihan formulasi :
Yang biasa digunakan adalah krim larut air untuk lesi yang lembab atau
eksudatif dan salep umumnya dipilih untuk lesi yang kering, bersisik, atau bila
efek oklusif diperlukan. Losio mungkin berguna bila aplikasi minimal dibutuhkan
untuk daerah yang luas atau untuk pengobatan luka eksudatif. Perban oklusif
polythene meningkatkan absorpsi, tetapi juga meningkatkan efek samping; karena
itu, dipakai hanya di bawah pengawasan dalam jangka waktu pendek untuk daerah
kulit yang sangat tebal, seperti telapak tangan dan kaki.
Penambahan urea atau asam salisilat meningkatkan penetrasi dari
kortikosteroid. Sediaan yang mengandung kortikosteroid paling ringan dengan
dosis efektif terendah merupakan salah satu pilihan; sedapat mungkin
pengenceran harus dihindari.
Peringatan :
Hindari penggunaan jangka panjang kortikosteroid topikal pada wajah
karena dapat meninggalkan bekas luka dan hindarkan dari mata. Pada anak-anak
hindari penggunaan jangka panjang dan penggunaan kortikosteroid kuat atau
sangat kuat; apabila digunakan, harus di bawah pengawasan dokter spesialis.
Peringatan keras juga ditujukan pada dermatosis pada bayi, termasuk ruam popok,
pengobatan sebaiknya dibatasi 5-7 hari. Pada psoriasis penggunaan kortikosteroid
kuat dan sangat kuat pada psoriasis dapat menyebabkan penyakit muncul lagi,
timbulnya psoriasis pustular yang merata dan toksisitas lokal dan sistemik.
Kontraindikasi :
Lesi kulit akibat bakteri, jamur atau virus yang tidak diobati; jerawat
rosasea dan perioral dermatitis; kortikosteroid kuat dikontraindikasikan untuk plak
psoriasis dengan sebaran yang luas.
Efek Samping :
Kelompok kortikosteroid sedang dan lemah jarang menyebabkan efek
samping. Semakin kuat sediaannya, semakin perlu untuk berhati-hati karena
absorbsi dari kulit dapat menyebabkan penekanan adrenal dan Cushing syndrome
tergantung dari daerah tubuh yang diobati dan lamanya pengobatan. Perlu diingat
bahwa absorbsi terbanyak terjadi dari kulit yang tipis, permukaan kasar, serta
daerah lipatan kulit dan absorpsi ditingkatkan oleh adanya oklusi.
secara tipis pada kulit. Panjang/ banyaknya salep/ krim yang dikeluarkan dari tube
dapat digunakan untuk menentukan banyaknya obat yang dioleskan pada kulit.
Mencampur sediaan topikal pada kulit sedapat mungkin dihindari;
sekurang-kurangnya sebaiknya berselang 30 menit antara pemakaian sediaan yang
berbeda. Penggunaan emolien sesaat sebelum pemakaian kortikosteroid adalah
tidak tepat.
Indikasi
Sediaan Beredar
Aklometason
Dipropionat
Aloderm, Armoclom,
Cloderm, Perderm
Beklametason
Dipropionat
Bernocort, Cleniderm,
Propaderm
Betametason
Dipropionat
Beprosone, Diprosone
OV, Mesonta, Oviskin,
Scanderma
Desoksimetason
Denomix, Esperson,
Dercarson, Topcort
Diflukortolon
valerat
Nerilon, Nerisona,
Valeron, Travacort
Ester betametason
Bethametason,
Allphacort, Betason,
Fucicort, Nisagon
Fluokortolon
Ultralan, Utrapoct N
Flusinolon asetonid
Bravoderm, Cinolon,
Dermasolon
Kelainan
radang
seperti
dermatitis dan eksim yang
Flutikason propionat tidak menunjukkan respon
pada kortikosteroid yang
kurang kuat; psoriasis
Hidrokortison
Hydrocortisone,
Berlicort, Kemicort,
Omnicort
Klobetasol
propionat
Clobetasol, Kloderma,
Primaderm
Triamsinolon
asetonid
Kelainan
radang
seperti
eksim
yang
tidak
menunjukkan respon pada
kortikosteroid yang kurang
kuat; psoriasis
Bufacomb, Kenacort,
Neolone, New
Kenacomb
3. Analog vitamin D
menyebabkan hiperkalsemia.
Kalsipotrien (Dovonex) merupakan analog vitamin D sintetik yang digunakan
untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang. Perbaikan biasanya nampak
dalam 2 minggu setelah terapi dan kurang lebih 70% pasien menunjukkan
perbaikan yang signifikan setelah 8 minggu. Efek samping terjadi pada
kurang lebih 10% pasien dan meliputi lesi dan sensasi terbakar serta pedih di
sekeliling lesi. Kalsipotrien 0,005% baik dalam krim, salep atau larutan
digunakan 1-2 kali sehari, tetapi tidak lebih dari 100 gram/minggu.
Calcitriol dan Tacalcitol merupakan derivat vitamin D yang lain.
Kalsipotriol, Kalsitriol dan Takalsitol biasa digunakan untuk pengobatan plak
psoriasis. Penggunaannya sebaiknya dihindari pada pasien dengan kelainan
metabolisme kalsium dan digunakan dengan hati-hati pada psoriasis
eksfoliatik eritrodermik atau pustular yang tergeneralisasi (peningkatan resiko
hiperkalsemia). Reaksi kulit lokal (gatal, eritema, rasa terbakar, parestesia dan
dermatitis) biasa terjadi. Tangan sebaiknya dicuci dengan bersih setelah
penggunaan untuk menghindari perpindahan ke lokasi tubuh yang lain.
4. Tazaroten
Tazaroten (Tazorac) ialah retinoid sintetik yang dihidrolisis menjadi metabolit
aktif, yakni asam tazarotenat, yang kemudian memodulasi proliferasi dan
diferensiasi keratinosit.
Tersedia sebagai gel dan krim 0,05% atau 0,1% dan digunakan sekali sehari
(biasanya di sore hari) untuk plak psoriasis yang ringan hingga sedang. Gel
0,1% sedikit lebih efektif, tetapi gel 0,05% lebih sedikit menyebabkan iritasi.
Efek samping yang terjadi bergantung pada dosis dan frekuensi; meliputi
pruritis, rasa terbakar, pedihm dan eritema dengan tingkat keparahan yang
ekstensif.
Tazaroten sering digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal untuk
menurunkan efek samping lokal serta meningkatkan efikasi.
2. Antralin
semalaman.
Sebagai alternatif, terapi antralin kontak singkat (SCAT = short-contact
antralin therapy) dengan durasi penggunaan selama 10-20 menit pada
konsentrasi yang lebih tinggi (1-5%) dalam pembawa yang larut air
merupakan pilihan yang efektif dengan efek samping lokal yang lebih kecil.
Produk antralin harus diaplikasikan hanya pada area yang terinfeksi sebab
kontak dengan bagian kulit yang tidak sakit dapat berdampak pada iritasi dan
pewarnaan yang berlebihan yang biasanya dapat hilang dalam 1 hingga 2
minggu setelah penghentian terapi. Pewarnaan plak, pada dasarnya,
Indikasi
Psoriasis kronik
Dosis administrasi
Mekanisme kerja
Kontraindikasi
Peringatan
Hati-hati
Interaksi obat
Kortikosteroid topikal
rebound psoriasis.
Efek samping
Sediaan Beredar
Anthramed
kortikosteroid
menyebabkan
penanganan psoriasis.
Acitretin telah menunjukkan hasil yang baik ketika dikombinasikan dengan
Regimen Dosis
Efek Samping
Acitretin
Hipervitaminosis
A
(bibir
kering/seilitis, mulut kering,
mata kering/konjungtivitis, kulit
kering, pruritis, mengelupas,
rambut rontok), hepatotoksik,
perubahan
skelet,
hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia.
Psoriasis
Dosis administrasi
Mekanisme kerja
Kontra indikasi
kronik,
atau
penggunaan
tetrasiklin,
Peringatan
Hati-hati
Efek samping
Hipervitaminosis A
hepatotoksik, perubahan skelet, hiperkolesterolemia,
hipertrigliseridemia
Regimen Dosis
Efek Samping
Siklosporin
2,5-4
mg/kg/hari
dalam 2 dosis terbagi;
dapat
ditingkatkan
hingga 5 mg/kg/hari
dalam 1 bulan jika
tidak ada perubahan
Nefrotoksisitas,
keganasan,
hipertensi, hipomagnesemia,
hiperkalemia, perubahan pada
fungsi liver, peningkatan kadar
serum lipid, intoleransi GIT
2. Metotreksat
Diindikasikan untuk psoriasis yang sedang hingga parah begitu juga dengan
psoriasis arthritis.
Merupakan analog sintetik asam folat yang bertindak sebagai inhibitor
kompetitif dari enzim dihidrofolat reduktase yang bertanggungjawab dalam
konversi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat merupakan
kofaktor penting dalam sintetis nukleotida timidilat dan purin yang
epidermal.
Sebaiknya dihindari bagi pasien infeksi aktif sebab adanya aktivitas
imunosupresif dari metroteksat.
Tabel 3.7 Monografi Metotreksat
Indikasi
Dosis
Adminitrasi
Mekanisme
Kontra indikasi
Peringatan
Efek Samping
Obat
Ethanol
Pyrimethamine
Trimethoprim-sulfamethoxazole
Menurunkan eliminasi metroteksat Aminoglycoside
pada ginjal
Cephalotin
Colchicines
NSAID (naproxen, ibuprofen)
Penicillins
Phenylbutazone
Probenecid
Salicylates
Sulfonamides
Pemindahan metroteksat dari ikatan Barbiturates
protein
Phenytoin
Probenecid
Retinoids
Salicylates
Sulfonamides
Sulfonylureas
Tetracycline
Hepatotoksisitas
Ethanol
Retinoids
Akumulasi intraselular metroteksat
Dipyridamole
3. Takrolimus
Table 3.9
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Takrolimus
Nefrotoksisitas, imunosupresi,
gangguan GIT, diare, nausea,
parestesia, hipertensi, tremor,
insomnia.
Mekanisme
Kerja
Kontra Indikasi
Efek Samping
4. Mikofenolat Mofetil
Tabel 3.11
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Mikofenolat
mofetil
Peringatan
Efek
Samping
5. Sulfasalazin
Table 3.14
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Sulfasalazin
Dosis
Mekanisme
Kerja
Kontra Indikasi
Peringatan
Efek Samping
Metroteksat
Sulfonilurea
Tiopurin
Warfarin
6. 6-Tioguanin
Tabel 3.17
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
6-Tioguanin
7. Hidroksiurea
Table 3.18
Senyawa Aktif
Regimen Dosis
Efek Samping
Hidroksiurea
1
gram/hari
dapat Toksisitas sumsum
ditingkatkan menjadi 2 yang
ditandai
gram/hari
leukopenia
tulang,
dengan
atau
terapi
biologis,
agen
imunomodulator
dirancang
untuk
Regimen Dosis
Infliksimab
Etanercept
Alefacept
15
mg
Efek Samping
secara Faringitis,
gejala
menyerupai
1. Infliksimab (remicade)
TNF-.
Memiliki afinitas yang tinggi dalam bentuk yang larut dan transmembran
TNF-, dengan demikian dapat menginhibisi ikatan antara TNF- dengan
reseptornya.
Keuntungan dibanding terapi lain adalah infliksimab tidak secara negatif
berpengaruh terhadap jumlah darah, tingkat enzim liver atau fungsi ginjal.
2. Etenercept
Etanercept (Enbrel) adalah bloker TNF- yang lain berupa protein fusi yang
mengikat TNF- secara kompetitif sehingga mengganggu interaksinya
manusia.
Etanercept diperoleh dari manusia sehingga meminimalkan imunogenisitas.
Baik dikombinasikan dengan metotreksat pada pasien yang tidak merespon
3. Alfacept
Segmen LFA-3 alfacept mengikat CD2 pada sel T secara spesifik sehingga
menginhibisi aktivasi dan proliferasi sel T pada jaringan kutan, juga
menginduksi apoptosis selektif dari sel T memori-efektor sehingga
psoriasis artritis.
Respon signifikan biasanya diperoleh setelah 3 bulan terapi.
4. Efalizumab
3.4 Fotokemoterapi
dibuktikan dari berbagai studi klinik pada pasien dengan psoriasis tipe plak.
Fototerapi UVB juga memberikan hasil yang lebih efektif ketika
Acitretin + UV-B
Acitretin + fotokemoterapi menggunakan sinar UV-A (PUVA)
Metotreksat + UV-B
PUVA + UV-B
Metotreksat + siklosporin
Rotasi terapi melibatkan penggunaan regimen biologi untuk periode
tertentu, lalu berganti pada regimen nonbiologi, dan terus demikian. Salah satu
tujuan pendekatan ini adalah untuk meminimalkan toksisitas obat yang
terakumulasi.
Urutan terapi meliputi menghilangkan lesi psoriasis secara cepat dengan
terapi agresif seperti siklosporin, kemudian diikuti oleh periode transisi dengan
menggunakan obat-obat yang lebih aman, seperti acitretin, yang dimulai dengan
dosis maksimal. Selanjutnya, terapi masuk dalam periode pemeliiharaan dengan
menggunakan acitretin pada dosis rendah atau kombinasi dengan UV-B dan UVA.
BAB IV
STUDI KASUS
4.1 Studi Kasus
Pasien ini berusia perempuan 41 tahun,sudah menikah berasal dari kalimantan dan
sengaja datang ke Surabaya untuk mengobati sakit kulitnya yang tidak kunjung
sembuh. Keluhan utamanya adalah timbul bercak kemerahan yang awalnya hanya
di daerah lengan kedua tangan disertai nanah yang muncul beberapa hari
kemudian sejak 3 bulan yang lalu. Dalam perjalanannya bercak meluas hingga ke
seluruh tubuh juga disertai nanah. Selain itu pasien juga mengeluhkan panas
badan, meriang, mual dan kondisi badan yang lemah. Sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit yang serupa. dari keluarga juga tidak pernah sakit seperti ini.
Pada pemeriksaan fisik secara umum kondisinya lemah namun kesadaran masih
baik (GCS 456), didapatkan suhu yang afebris. selain itu vital sign dalam batas
normal.
Status dermatologis :
Regio seluruh tubuh, makula eritematus batas tidak tegas dengan ukuran dan
bentuk yang bervariasi tepi tidak meninggi, diatasnya terdapat pustule yang
sebagian sudah pecah menjadi krusta, pus (+), sebagian makula juga tertutup
skuama.
Pemeriksaan Penunjang:
- Diusulkan pemeriksaan DL,UL,LFT,RFT, dan Albumin.
- Pemeriksaan Gram Staining, dan juga biopsi
Diagnosa :
-Psoriasis Pustulosa
Terapi :
- Paracetamol 3 x 500 mg karena pasien mengeluh panas.
- Mebhidrolin napadisilat 3x50 mg,p.o sebagai anti histamin karena pasien
mengeluh gatal.
- Methotrexate(MTX) 5 mg/12 jam selama 3 kali dalam seminggu karena
lesinya udah luas
- Terapi lain mungkin diberikan : infus albumin
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit psoriasis
merupakan salah satu penyakit/gangguan sistem integumen dimana kulit
mengalami
peradangan
kronis
(sering
kambuh)
Psikik, Infeksi
fokal,
yang
Faktor
disebabkan
Endokrin,
B. Saran
Kepada mahasiswa atau pembaca disarankan agar dapat mengambil
pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
psoriasis dalam masyarakat maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar
penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Jual. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : ECG
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC
Effendy, B. 2005. Kualitas dan harapan hidup penderita psoriasis dapat
ditingkatkandengan terapi dini dan tepat.
Siregar, R. 2005. Saripati penyakit kulit edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: ISFI Penerbitan.
LAMPIRAN
1. Psoriasis Vulgaris
2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa
4. Psoriasis Eritroderma
5. Psoriasis Pustulosa
6. Psoriasis Seboroik
7. Psoriasis Kuku
8. Psoriasis Artritis