Anda di halaman 1dari 3

Sudah tahu kan apa itu amanat?

Amanat adalah merupakan salah satu unsur


intrinsik yang merupakan pesan pengarang kepada pembaca. Jangan salah, definisi
apa itu amanat tidak ada dalam soal. Pahami betul indikator soal, dan model
soalnya adalah sebagai berikut:
SOAL 1:
Yulia meloncat turun dari dalam angkot. O ... o ...! Tinggal delapan menit lagi untuk
bisa tiba dengan selamat di kelas. Tak ada waktu untuk berlambat-lambat. Yulia
bergegas menyeberang jalan dan berlari terbirit-birit menuju pintu gerbang sekolah.
Sebenarnya, kalaupun terlambat, Yulia masih bisa masuk. Paling-paling hanya
mendapat tugas tambahan. Tetapi bagi Yulia, terbayang-bayang wajah ayah ibunya
hingga membuatnya enggan bermalas-malas. Bagaimana mungkin ia tega
bersantai-santai, sementara kedua orang tuanya sibuk membanting tulang?
Amanat dalam kutipan cerita tersebut adalah selalu . . . .
a. berhati-hati bila menyeberang jalan.
b. mempertimbangkan ntung ruginya.
c. berjalan cepat dan tidak boleh bersantai-santai.
d. ingat jerih-payah dan pengorbanan orangtua.
Soal 2:
Kamu kenapa, Du? tanya nenek dengan sedih. Maafkan Badu, Nek, tadi Badu
makan mangga yang kecil-kecil dan akhirnya Badu sakit perut, kata Badu sambil
terisak. Sudahlah, Du, lain kali tunggulah sampai mangga itu ranum, baru Badu
boleh memetiknya.
Amanat penggalan cerpen di atas adalah . . . .
a. jangan melawan kepada orangtua
b. kita harus menuruti nasihat orangtua
c. janganlah makan mangga yang masih kecil
d. janganlah memetik mangga sembarangan
Soal 3:
Perhatikan kutipan cerpen berikut!
Yulia meloncat turun dari dalam angkot. O... O...! Tinggal delapan menit lagi untuk
tiba dengan selamat di kelas. Tak ada waktu untuk berlambat-lambat. Yulia
bergegas menyeberang jalan dan berlari terbirit-birit menuju pintu gerbang
sekolahnya. Sebenarnya, kalaupun terlambat, Yulia masih bisa masuk. Paling-paling
hanya mendapat tugas tambahan. Tetapi bagi Yulia itu sudah merupakan aib. Di
mata Yulia terbayang-bayang wajah ayah ibunya hingga membuatnya enggan
bermalas-malasan. Bagaimana mungkin ia tega bersantai-santai sementara kedua
orangtuanya sibuk membanting tulang?
Amanat dalam kutipan cerpen tersebut adalah . . . .
a. berhati-hatilah bila menyeberang jalan raya
b. berjalanlah dengan cepat dan jangan bersantai-santai
c. pertimbangkan untung dan ruginya

d. ingatlah jerih payah dan pengorbanan orangtua


Soal 4:
Kalau kupikir-pikir bapak memang sedikit berbeda dengan para tetangga yang
umumnya petani. Bapak hobi membaca, mungkin bapak adalah petani dengan
jumlah buku terbanya di desa kami. Beberapa buku tersebut berbahasa asing. Tapi
anehnya rasa penasaranku tak kunjung sirna. kenapa bapak itu tidak menjadi
pegawai? Kali ini bapak tertawa, Sekolah itu bukan mendidik siswa menjadi
pegawai, kalau semua menjadi pegawai lantas siapa yang harus menjadi petani?
Justru karena bapak seorang petani dan ibu di rumah, kami mudah
membimbingmu.
Pesan yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah..................
a.kita harus bersyukur memiliki orang tua petani
b.pendidikan merupakan gerbang menuju sukses
c.hargailah jasa petani di samping pegawai
d.menjadi petani bukan halangan meraih sukses
Soal 5:
Gulungan ombak yang datang dari tengah lautan, setelah sampai di tepi pantai
bergulung kembali di tengah lautan. Takjubnya aku tak dapat dielakkan karena
permainan ombak itu merupakan suatu permainan masa. Bukankah begitu
perjalanan zaman tersebut?
Pesan penggalan novel tersebut adalah
a. Gulungan ombak datang dari tengah lautan.
b. Kehidupan itu setiap saat harus berubah sesuai zamannya.
c. Ombak bergulung-gulung ke tengah lautan dielakkan.
d. Takjubnya aku tidak dapat dielakkan oleh ombak.
Soal 6:
Perkataan itu terdengar oleh sekalian isi kantor. Semua pesuruh berdiri dari bangku
kedudukannya, memandang Kosim tenang-tenang. Warna muka orang muda
itumerah padam, matanya bersinar-sinar. Bukan main marahnya karena ia
dihinakan. Ia pun berkata dengan gagap, Saya bubukan bujang, juragan.
Aku kepalamu, tuanmu, tahu? Kepadaku engkau minta izin jika hendak ke manamana dari kantor ini.
Keras kepala, bin engkau! Ini manteri kabupaten, Manteri Surya, mengerti?
Awas
Kosim gemetar, kedua bibirnya bertaut dan matanya terbelalak berapi-api. Ia
melangkah menuju meja manteri dan membulatkan tinjunya.
Seketika itu juga tangannya dipegang oleh Suminta cepat-cepat lalu ia ditariknya
keluar.
Sudah Juragan Kosim, katanya perlahan-lahan. Pergilah, ahmana gelas itu
Juragan Manteri? Saya cuci, saya beli kopi sekali?
Surya terdiam diri, dagunya gemelutuk karena berang. Sejurus antaranya ia pun

memegang pena seakan-akan hendak bekerja. Akan tetapi, tak dapat, hatinya
masih berang.
Amanat kutipan novel tersebut adalah
a. Sewajarnya bawahan menentang perintah atasannya.
b. Tidak seharusnya atasan menyuruh bawahan.
c. Jadilah pemuda yang berani menentang orang tua.
d. Jadilah orang yang bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai