Anda di halaman 1dari 4

III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Analisis Abu
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan total mineral pada bahan tersebut. Abu terdiri dari mineral yang larut
dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen (Cherney,2000).
Jumlah sampel yang akan diabukan bergantung pada keadaan bahannya.
Dalam hal ini, kandungan abunya dan kadar air bahan. Bahan-bahan yang kering
biasanya 2-5 gram, seperti biji-bijian dan pakan ternak. Untuk bahan yang kandungan
airnya tinggi, jumlah bahan yang diabukan adalah cukup tinggi sekitar 10-50 gram
karena saat dipanaskan maka air dalam bahan akan menguap dan bahan menjadi
mengalami susut berat sehingga apabila sampel yang dianalisis terlalu sedikit,
kemungkinan sisa zat tertinggal yang akan ditimbang tidak ada sehingga analisis bisa
terganggu.
Bahan yang mengandung kadar air tinggi perlu dioven terlebih dahulu
sebelum diabukan agar proses pengabuan tidak berlangsung terlalu lama. Bahan yang
berlemak banyak dan mudah menguap harus diabukan menggunakan suhu mula-mula
selama beberapa saat lalu baru dinaikkan ke suhu pengabuan agar komponen volatil
bahan tidak cepat menguap dan lemak tidak rusak karena teroksidasi. Sedangkan
untuk bahan yang dapat membuih perlu dikeringkan dalam oven terlebih dahulu dan
ditambahkan zat antibuih, seperti olive atau parafin lalu bisa mulai diabukan. Hal ini
dilakukan karena timbulnya banyak buih dapat menimbulkan potensi ledakan yang
cukup membahayakan (Apriantono, 1989).

Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990).
Kelemahan dari analisis abu adalah tidak seluruhnya unsur utama pembentuk
senyawa dapat terbakar dan berubah menjadi gas. Oksigen ada yang masih tinggal
dalam abu sebagai oksida misalnya; karbon sebagai karbonat. Juga ada sebagian
mineral tertentu berubah menjadi gas, seperti; sulfut sebagai H2S, SO2, SO3.

3.2 Metode Analisis Abu


Dalam proses pengabuan suatu bahan, ada dua macam metode yang dapat
dilakukan, yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah).
Kandungan abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar bahan pakan
dalam tanur, pada suhu 400-600oC sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan
suhu tinggi ini bahan organik yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya
merupakan abu (berwarna dari putih sampai abu-abu) yang dianggap mewakili bagian
inorganik makanan. Namun, abu juga mengandung bahan organik seperti sulfur dan
fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang mudah terbang seperti natrium, klorida,
kalium, fosfor dan sulfur akan hilang selama pembakaran. Kandungan abu dengan
demikian tidaklah sepenuhnya mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif (Anggorodi, 1994).

Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis abu adalah:


Abu (%)=

Berat abu (gram)


Berat awal bahan sebelum dibakar

x 100

3.3 Kandung Abu Pada Onggok


Menurut Sudarmadji (1996) kandungan mineral dalam onggok sebesar 1,21%.
Terjadi rentan nilai yang relatif kecil berdasarkan hasil perhitungan dan literatur.
Adanya perbedaan ini dapat terjadi di karenakan tidak seluruhnya asam organik yang
ikut terbakar dalam analisis ubu dan tidak berubah menjadi gas. Ada oksigen yang
masih tinggal dalam abu sebagai oksida (misal CaO) dan karbon sebagai karbonat (
Co 3
, sehingga nilai kadar abu kurang dari kadar abu sesungguhnya. Hasil fraksi
dari analisis abu salah satunya adalah mineral, misalnya Natrium (Na), Klor (Cl),
Belerang (S), Posphor (P). Bisa saja sebagian mineral tertentu ikut menguap menjadi
H2 S
SO 2
SO 3
gas (Mis: Sulfur sebagai
,
,
. Sehingga kadar abunya bernilai
lebih tinggi dari kadar sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. R. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, Sedamawati, dan S. Budiyanto.1989.


Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Press. Bogor.

Cherney, D. J. R. 2000. Characterization of Forage by Chemical Analysis. Dalam


Given, D. I., I. Owen., R. F. E. Axford., H. M. Omed. Forage Evaluation in
Ruminant Nutrition. Wollingford: CABI Publishing.

Soejono, M. 1990. Pengenalan dan Pengawasan Kualitas Bahan Baku dan


Pakan. Dirjen Peternakan.Bina Produksi. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai