Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Latar belakang pembuatan makalah ini adalah sebagai persyaratan tugas
mata kuliah Kimia Fisika yang membahas mengenai studi Kimia Permukaan dan
Sifat Koloid

1.2. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini meliputi :
1. Mampu mendefinisikan dan menjelaskan arti penting Kimia Koloid, baik dalam
ilmu kimia maupun aplikasinya dalam dunia industri yang memanfaatkan
fungsinya.
2. Mengetahu berbagai fungsi Kimia Permukaan dan Sifat Koloid.
3. Sebagai syarat tugas mata kuliah Kimia Fisika mengenai studi Kimia
Permukaan dan Sifat Koloid.

1.3. RUANG LINGKUP MATERI


Ruang lingkup materi yang disajikan pada makalah ini meliputi :
1. Defenisi Kimia Permukaan dan Sifat Koloid
2. Bagian-bagian dalam Kimia Permukaan dan Sifat Koloid
3. Fungsi bagian-bagian dalam Kimia Permukaan dan Sifat Koloid
4. Aplikasi penerapan Kimia Permukaan dan Sifat Koloid

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Kimia Permukaan


Ilmu permukaan (surface science), termasuk di dalamnya kimia permukaan
(surface chemistry) dan fisika permukaan (surface physics), adalah ilmu yang
mempelajari fenomena fisika dan kimia yang terjadi pada antarmuka dua fase zat,
termasuk antarmuka padatan-cairan, padatan-gas, padatan-ruang hampa, dan cairangas. Irving Langmuir adalah salah satu perintis di bidang ini. Namanya diabadikan
sebagai nama jurnal ilmiah Langmuir yang berfokus pada ilmu permukaan.
Sifat adalah

karakteristik yang terdapat pada suatu benda. Sedangkan

permukaan adalah batas yang memisahkan suatu benda dengan sekelilingnya. Jadi,
sifat permukaan adalah karakteristik yang terdapat pada suatu batas yang
memisahkan

suatu

benda

dengan

sekelilingnya.

Banyak

hal

yang

perlu

dinyatakandengan jelas tentang karakteristik permukaan, misalnya dalam kaitannya


dengan gesekan, keausan, pelumasan, tahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih
komponen-komponen mesin dan sebagainya. Salah satu karakteristik permukaan
yang penting adalah kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan sangat penting pula
bila dihubungkan dengan fungsi komponen. Pembuatan komponen tidak semata-mata
harus semuanya dengan nilai kekasaran yang kecil atau halus, tetapi harus benar
sesuai fungsi. Sifat permukaan benda juga mempengaruhi penyerapan dan
pemantulan panas. Permukaan yang rata dan mengkilap putih memantulkan hampir
seluruh pancaran panas, sedangkan permukaan yang kasar dan hitam akan menyerap
sebagian besar panas yang dipancarkan. Selain itu benda yang sedikit menyerap
panas, juga sedikit memancarkan panas, dan benda yang banyak memancarkan panas

juga akan banyak menyerap panas. Sifat permukaan berkaitan erat dengan kondisi
permukaan.

Kondisi permukaan meliputi sifat-sifat dari batas zona permukaan

berupa sifat kimia, sifat mekanik, dan sifat geometrik.


Bidang kimia permukaan dimulai dengan katalisis heterogen yang dipelopori
oleh Paul Sabatier dengan hidrogenasi dan Fritz Haber dengan proses Haber. Irving
Langmuir merupakan pendiri bidang ini, dan jurnal ilmiah dalam bidang ini, yaitu
Langmuir, menggunakan namanya. Persamaan adsorpsi Langmuir digunakan untuk
memodelkan

adsorpsi lapis-tunggal dimana seluruh titik adsorpsi permukaan

memiliki afinitas yang sama terhadap spesi yang diadsorpsi. Kimia permukaan dapat
didefinisikan secara umum sebagai kajian reaksi kimia di permukaan. Hal ini
berkaitan erat dengan fungsionalisasi permukaan yang bertujuan mengubah susunan
kimia permukaan dengan menambahkan unsur tertentu atau gugus fungsi yang
menghasilkan berbagai dampak yang diinginkan atau peningkatan sifat-sifat
permukaan atau antarmuka. Kimia permukaan juga bertumpang tindih dengan
elektrokimia. Ilmu permukaan secara khusus penting untuk bidang katalisis
heterogen.
Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang
dapat disebabkan oleh adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik. Kedua hal ini juga tercakup
dalam kimia permukaan. Fisika permukaan secara umum dapat didefinisikan sebagai
kajian perubahan fisika yang terjadi di permukaan. Bidang ini bertumpang-tindih
dengan kimia permukaan. Beberapa hal yang diselidiki oleh fisika permukaan
mencakup difusi permukaan, rekonstruksi permukaan, fonon dan plasmon
permukaan, epitaksi dan hamburan Raman yang diperkuat permukaan, pancaran dan
terobosan elektron, spintronika, dan pengaturan-diri struktur-nano di permukaan.

2.2. Koloid
Sistem koloid (koloid) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen
ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid

mudah

serta awan merupakan

dijumpai

di

contoh-contoh

mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo,


koloid

yang

dapat

dijumpai

sehari-

hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
1. Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
2. Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Tabel 2.1.
Pembagian Koloid Berdasarkan Fasenya
Fase Terdispersi

Pendispersi

Nama Koloid

Contoh

Gas

Gas

Bukan Koloid

Gas

Cair

Busa

Buih, Sabun, Ombak,


Krim Kocok

Gas

Padat

Busa Padat

Batu

Apung,

Kasur

Busa
Cair

Gas

Aerosol Cair

Obat Semprot, Kabut,


Hair Spray di Udara

Cair

Cair

Emulsi

Air Santan, Air Susu,

Mayones
Cair

Padat

Gel

Mentega, Agar-agar

Padat

Gas

Aerosol Padat

Debu,

Gas

Knalpot,

Asap
Padat

Cair

Sol

Cat, Tinta

Padat

Padat

Sol Padat

Tanah, Kaca, Lumpur

2.2.1. Sifat-sifat Koloid


Berikut merupakan macam-macam sifat koloid, yaitu :
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid,
peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel
koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga
langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari, debu dalam
ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi
secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi
dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel
koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan
koloid. Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1) Pemutihan gula tebu.
2.) Norit.
3) Penjernihan air.

Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap
kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi
bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolakmenolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga
akan bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3
tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak
dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui
elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda
negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan
koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan
listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang
muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
1) Perubahan suhu.

2) Pengadukan.
3) Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
4) Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1) Mekanik, cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau
pengadukan cepat.
2) Kimia, dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam > menggumpal
lumpur + tawas > menggumpal
3) Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang
berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika
dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga
terbentuk selubung di sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar
muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan
cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid
stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat
penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai
emulsifier.

h. Kestabilan Koloid
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat
yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi
Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang
akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan
tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir,
maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana
dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di
dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal
termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal,
orang tersebut harus menjalani cuci darah dengan mesin dialisator di rumah
sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.

2.2.2. Pembuatan Koloid


Dalam proses terjadinya, koloid mampu dibuat baik secara manual
maupun alami yang terdiri dari berbagai macam cara, seperti :
a. Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan
cara penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl > AgCl(s) + NaNO3
2) Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid
dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O > Al(OH)3(s) + HCl
3) Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH > Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
4)

Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke
dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3

5)

Reaksi Pergantian Pelarut


Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan
alkohol 96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.

b. Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan
memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid,
pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1) Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat
padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam
medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan
membentuk koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid
kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula
(1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan
larut dan belerang menjadi sol.
2) Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid
dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan
dipecah.
Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3) Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam

air, sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa


debu di dalam air.
4) Cara Ultrasonik

merupakan penghancuran butiran besar dengan

ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)


Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.
Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air
2.2.3. Komponen Penyusun Koloid
1. Fase kontinyu

: medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.

2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.


2.2.4. Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
2.2.5. Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.

2.2.6. Bentuk Koloid


Bentuk koloid terdiri dari :
a. Aerosol
Merupakan sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam
gas.
Contoh: aerosol padat : debu, asap.
aerosol cair

: kabut, awan.

Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro


Fluoro Karbon (CFC).
b.

Emulsi
Merupakan sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat
cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air:
santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega,
minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu
zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.
kasein sebagai emulgator pada susu.

c.

Sol
Merupakan suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat
cair.

No.

Hidrofob

Hidrofil

a.

Tidak menarik

Menarik molekul air hingga menyelubungi

molekul air tetapi

partikel terdispersi

mengadsorbsi ion
b.

Tidak reversible,

Reversibel, bila mengalami koagulasi akan

apabila mengalami

dapat membentuk sol lagi jika ditambah

koagulasi sukar

lagi medium pendispersinya

menjadi sol lagi


c.

Biasanya terdiri atas

Biasanya terdiri atas zat organik

zat anorganik
d.

Kekentalannya rendah

Kekentalannya tinggi

e.

Gerak Brown terlihat

Gerak Brown tidak jelas

jelas
f.

Mudah

Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit

dikoagulasikan oleh
elektrolit
g.

Umumnya dibuat

Umumnya dibuat dengan cara dispersi

dengan cara
kondensasi
h.

Efek Tyndall jelas

Efek Tyndall kurang jelas

i.

Contoh: sol logam,

Contoh: sol kanji, sol protein, sol sabun,

sol belerang, sol

sol gelatin

Fe(OH)3, sol As2S3,


sol sulfida

d. Gel/Jel
Merupakan koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
e. Buih
Merupakan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil alkohol.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Kimia Permukaan merupakan ilmu yang mempelajari fenomena kimia yang
terjadi pada antarmuka dua fase zat, termasuk antarmuka padatan-cairan,
padatan-gas, padatan-ruang hampa, dan cairan-gas.
2. Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang
dapat disebabkan oleh adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik.
3. Sistem koloid (koloid) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar.
4. Sistem koloid terbagi atas dua jenis zat yang berupa zat terdispersi dan zat
pendispersi.
5. Sifat-sifat Koloid terbagi atas beberapa macam yang berupa :
a. Efek Tyndall
b. Gerak Brown
c. Adsorbsi Koloid
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
e. Koagulasi Koloid
f.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob

g. Emulasi
h. Kestabilan Koloid
i.

Pemurnian Koloid

6. Pembuatan koloid dapat terjadi karena 2 hal, yaitu :


a. Kondensasi yang terdiri dari :

1) Reaksi Pengendapan
2) Reaksi Hidrolisis
3) Reaksi Redoks
4) Reaksi Pergeseran
5) Reaksi Pergantian Pelarut
b. Dispersi yang terdiri dari :
1) Mekanik
2) Peptitasi
3) Busur Bredia/Bredig
4) Ultrasonik
7. Bentuk-bentuk koloid terbagi atas beberapa macam, yaitu :
a. Aerosol
b. Emulsi
c. Sol
d. Jel/Gel
e. Buih/Busa

DAFTAR ISI

Daftar Isi
Daftar Tabel
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Ruang Lingkup Materi
Bab II. Dasar Teori
2.1. Kimia Permukaan
2.2. Sistem Koloid
2.2.1. Sifat-sifat Koloid
2.2.2. Pembuatan Koloid
2.2.3. Bentuk Koloid
Bab III. Penutup
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai