PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini meliputi :
1. Mampu mendefinisikan dan menjelaskan arti penting Kimia Koloid, baik dalam
ilmu kimia maupun aplikasinya dalam dunia industri yang memanfaatkan
fungsinya.
2. Mengetahu berbagai fungsi Kimia Permukaan dan Sifat Koloid.
3. Sebagai syarat tugas mata kuliah Kimia Fisika mengenai studi Kimia
Permukaan dan Sifat Koloid.
BAB II
DASAR TEORI
permukaan adalah batas yang memisahkan suatu benda dengan sekelilingnya. Jadi,
sifat permukaan adalah karakteristik yang terdapat pada suatu batas yang
memisahkan
suatu
benda
dengan
sekelilingnya.
Banyak
hal
yang
perlu
juga akan banyak menyerap panas. Sifat permukaan berkaitan erat dengan kondisi
permukaan.
memiliki afinitas yang sama terhadap spesi yang diadsorpsi. Kimia permukaan dapat
didefinisikan secara umum sebagai kajian reaksi kimia di permukaan. Hal ini
berkaitan erat dengan fungsionalisasi permukaan yang bertujuan mengubah susunan
kimia permukaan dengan menambahkan unsur tertentu atau gugus fungsi yang
menghasilkan berbagai dampak yang diinginkan atau peningkatan sifat-sifat
permukaan atau antarmuka. Kimia permukaan juga bertumpang tindih dengan
elektrokimia. Ilmu permukaan secara khusus penting untuk bidang katalisis
heterogen.
Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang
dapat disebabkan oleh adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik. Kedua hal ini juga tercakup
dalam kimia permukaan. Fisika permukaan secara umum dapat didefinisikan sebagai
kajian perubahan fisika yang terjadi di permukaan. Bidang ini bertumpang-tindih
dengan kimia permukaan. Beberapa hal yang diselidiki oleh fisika permukaan
mencakup difusi permukaan, rekonstruksi permukaan, fonon dan plasmon
permukaan, epitaksi dan hamburan Raman yang diperkuat permukaan, pancaran dan
terobosan elektron, spintronika, dan pengaturan-diri struktur-nano di permukaan.
2.2. Koloid
Sistem koloid (koloid) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen
ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid
mudah
dijumpai
di
contoh-contoh
yang
dapat
dijumpai
sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
1. Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
2. Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Tabel 2.1.
Pembagian Koloid Berdasarkan Fasenya
Fase Terdispersi
Pendispersi
Nama Koloid
Contoh
Gas
Gas
Bukan Koloid
Gas
Cair
Busa
Gas
Padat
Busa Padat
Batu
Apung,
Kasur
Busa
Cair
Gas
Aerosol Cair
Cair
Cair
Emulsi
Mayones
Cair
Padat
Gel
Mentega, Agar-agar
Padat
Gas
Aerosol Padat
Debu,
Gas
Knalpot,
Asap
Padat
Cair
Sol
Cat, Tinta
Padat
Padat
Sol Padat
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap
kuman penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi
bermuatan +. Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolakmenolak sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling
menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga
akan bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3
tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak
dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui
elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda
negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan
koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan
listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang
muatannya berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
1) Perubahan suhu.
2) Pengadukan.
3) Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
4) Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1) Mekanik, cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau
pengadukan cepat.
2) Kimia, dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam > menggumpal
lumpur + tawas > menggumpal
3) Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang
berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika
dicampur As2S3 yang bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga
terbentuk selubung di sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar
muatan koloid stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan
cara dialisis, yakni pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid
stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat
penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai
emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat
yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi
Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang
mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang
akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan
tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir,
maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana
dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di
dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal
termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal,
orang tersebut harus menjalani cuci darah dengan mesin dialisator di rumah
sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke
dalam laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3
5)
b. Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan
memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid,
pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.
1) Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat
padat, dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam
medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan
membentuk koloid dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid
kemudian didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula
(1:1) pada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan
larut dan belerang menjadi sol.
2) Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid
dengan menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan
dipecah.
Contoh: sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3) Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam
: kabut, awan.
Emulsi
Merupakan sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat
cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air:
santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega,
minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu
zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.
kasein sebagai emulgator pada susu.
c.
Sol
Merupakan suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat
cair.
No.
Hidrofob
Hidrofil
a.
Tidak menarik
partikel terdispersi
mengadsorbsi ion
b.
Tidak reversible,
apabila mengalami
koagulasi sukar
zat anorganik
d.
Kekentalannya rendah
Kekentalannya tinggi
e.
jelas
f.
Mudah
dikoagulasikan oleh
elektrolit
g.
Umumnya dibuat
dengan cara
kondensasi
h.
i.
sol gelatin
d. Gel/Jel
Merupakan koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
e. Buih
Merupakan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil alkohol.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kimia Permukaan merupakan ilmu yang mempelajari fenomena kimia yang
terjadi pada antarmuka dua fase zat, termasuk antarmuka padatan-cairan,
padatan-gas, padatan-ruang hampa, dan cairan-gas.
2. Adesi molekul gas atau cairan ke permukaan dikenal sebagai adsorpsi, yang
dapat disebabkan oleh adsorpsi kimia atau adsorpsi fisik.
3. Sistem koloid (koloid) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar.
4. Sistem koloid terbagi atas dua jenis zat yang berupa zat terdispersi dan zat
pendispersi.
5. Sifat-sifat Koloid terbagi atas beberapa macam yang berupa :
a. Efek Tyndall
b. Gerak Brown
c. Adsorbsi Koloid
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
e. Koagulasi Koloid
f.
g. Emulasi
h. Kestabilan Koloid
i.
Pemurnian Koloid
1) Reaksi Pengendapan
2) Reaksi Hidrolisis
3) Reaksi Redoks
4) Reaksi Pergeseran
5) Reaksi Pergantian Pelarut
b. Dispersi yang terdiri dari :
1) Mekanik
2) Peptitasi
3) Busur Bredia/Bredig
4) Ultrasonik
7. Bentuk-bentuk koloid terbagi atas beberapa macam, yaitu :
a. Aerosol
b. Emulsi
c. Sol
d. Jel/Gel
e. Buih/Busa
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Daftar Tabel
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Ruang Lingkup Materi
Bab II. Dasar Teori
2.1. Kimia Permukaan
2.2. Sistem Koloid
2.2.1. Sifat-sifat Koloid
2.2.2. Pembuatan Koloid
2.2.3. Bentuk Koloid
Bab III. Penutup
Daftar Pustaka