Anda di halaman 1dari 79

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................................... 1
BAB I

PENGANTAR ................................................................................................. 2
1.1
Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ........................... 2
1.2
Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................. 2
1.3
Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3
1.4
Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4

BAB II

STANDAR KOMPETENSI............................................................................... 6
2.1
Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6
2.2
Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6
2.3
Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12


3.1
Strategi Pelatihan ................................................................................. 12
3.2
Metode Pelatihan ................................................................................. 13
3.3
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13
BAB IV PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI .............................. 27
4.1
Umum .................................................................................................. 27
4.2
Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi ................................... 27
4.3
Perancangan bangunan irigasi .............................................................. 33
4.4
Perancangan Bangunan Pelengkap ...................................................... 40
4.5
Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang .......................... 67
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI ................................................................................................ 77
5.1
Sumber Daya Manusia ......................................................................... 77
5.2
Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 77
5.3
Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 79

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 1 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

BAB I
PENGANTAR

1.1

Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)


1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang
menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar
kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.
1.1.2 Kompeten ditempat kerja.
Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang
bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja
yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.

1.2

Penjelasan Materi Pelatihan


1.2.1

Desain materi pelatihan


Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan
Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.
1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang
instruktur.
2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh
peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang
diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan


1)

Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun
peserta pelatihan.

2)

Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat
setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal
maupun Pelatihan Individual / mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi.
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor
pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan
dalam melaksanakan praktek kerja.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 2 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

3)

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban
dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan.
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian
keterampilan peserta pelatihan.
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk
mencapai keterampilan.
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku
Kerja.
e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Penerapan materi pelatihan

1.3

1)

Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:


a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta
pelatihan sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /
tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku
Kerja.

2)

Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan


adalah:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

Pengakuan Kompetensi Terkini


1.3.1

Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current CompetencyRCC)


Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang
berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2. Persyaratan
Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus
sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh
melalui:
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 3 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

1)
2)
3)

1.4

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,


keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang
sama atau
Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sama.

Pengertian-pengertian / Istilah
1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,
pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh
dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau
penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu
pekerjaan/jabatan.
1.4.2 Standarisasi
Standardisasi adalah proses merumuskan,
menerapkan suatu standar tertentu.
1.4.3

menetapkan

serta

Penilaian / Uji Kompetensi


Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan
membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang
dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas
pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian
unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja
yang ditetapkan.
1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 4 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

1.4.7

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus
dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang
didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan
unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)


SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1.4.9 Sertifikat Kompetensi
Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu
kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi.
1.4.10 Sertifikasi Kompetensi
Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada
standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 5 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

2.1

Peta Paket Pelatihan


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli
Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi
Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi - Kode Unit F45 AMPI 02 004 01,
sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan
kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:
Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi
Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi
Perencanaan Layout Daerah Irigasi
Perencanaan Bangunan Utama (Bendung)
Parameter Standar Penggambaran Irigasi
Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi
Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

2.2

Pengertian Unit Standar Kompetensi


2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan
yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit
komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu
jabatan kerja tertentu.
2.2.2

Unit kompetensi yang akan dipelajari


Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini
adalah Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi.

2.2.3

Durasi / waktu pelatihan


Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada
pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang
berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi
kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4

Kesempatan untuk menjadi kompeten


Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan
pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih
yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali
kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level
yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga)
kali.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 6 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

2.3

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Unit Kompetensi yang Dipelajari


Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi
peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :
mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja
telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1

Judul Unit
Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

2.3.2

Kode Unit
F45 AMPI 02 004 01

2.3.3

Deskripsi Unit
Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
yang diperlukan untuk merencanakan saluran dan bangunan irigasi.

2.3.4 Kemampuan Awal


Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan Menerapkan
Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L).
Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air
Mengumpulkan data perencanaan irigasi
Merencanakan Layout Daerah Irigasi.
2.3.5

Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi
1. Menetapkan bentuk dan
dimensi saluran irigasi

Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )


1.1 Bentuk penampang, bahan, dan struktur saluran
irigasi dirancang dengan cermat berdasarkan
kondisi tanah dan kriteria perencanaan.
1.2 Kapasitas setiap saluran dihitung dengan teliti
berdasarkan luasan daerah yang akan diairi.
1.3 Dimensi saluran dihitung dengan cermat
berdasarkan kriteria perencanaan yang telah
ditetapkan.
1.4 Elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan
dihitung dengan cermat.
1.5 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi
saluran dikonsultasikan kepada pihak terkait.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 7 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Elemen Kompetensi
2.

Menetapkan bentuk,
bahan, dan dimensi
bangunan irigasi
(bangunan bagi, bangunan
sadap, bangunan pengatur,
dan bangunan ukur)

3. Menetapkan bentuk, bahan,


dan dimensi bangunan
pelengkap (gorong-gorong,
talang, sipon, bangunan
terjun, dsbnya)

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )


2.1

Bentuk , bahan, dan struktur bangunan


dirancang dengan cermat sesuai dengan
fungsinya dan memenuhi criteria perencanaan.

2.2

Dimensi bangunan irigasi dihitung dengan


cermat berdasarkan kondisi tanah serta
mengacu pada criteria perencanaan.

2.3

Hasil penetapan bentuk dan perhitungan


dimensi bangunan irigasi dikonsultasikan
kepada pihak terkait.

3.1 Rencana letak, jenis, dan tipe bangunan


pelengkap pada layout jaringan irigasi diperiksa
kembali dengan teliti.
3.2 Bentuk, bahan, dan struktur bangunan
pelengkap dirancang dengan cermat sesuai
dengan fungsi, dan kriteria perencanaan.
3.3 Dimensi bangunan pelengkap dihitung dengan
cermat berdasarkan kondisi tanah serta
mengacu pada kriteria perencanaan.
3.4 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan
dimensi bangunan pelengkap dikonsultasikan
kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan.

4. Menetapkan bentuk dan


dimensi saluran pembuang

2.3.6

4.1

Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran


irigasi dirancang dengan cermat berdasarkan
kondisi tanah.

4.2

Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung


dengan teliti sesuai dengan kriteria perencanaan
yang telah ditetapkan.

4.3

Dimensi saluran pembuang dihitung dengan


cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang
telah ditetapkan.

4.4

Hasil penetapan dan perhitungan dimensi


saluran pembuang dikonsultasikan kepada pihak
terkait agar diperoleh persetujuan.

Batasan Variabel
1)

Kontek Variabel
a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan
atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi
utamanya pada perencanaan irigasi.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 8 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

b.
c.

2)

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Unit kompetensi ini berllaku dalam merencanakan saluran dan


bangunan irigasi
Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan
tugas perencanaan irigasi, meliputi:
(1) Identifikasi dalam perencanaan saluran dan bangunan irigasi.
(2) Pemahaman pemilihan kriteria bangunan irigasi
(3) Pemahaman langkah-langkah dalam perencanaan

Perlengkapan dan Peralatan


a.

Peralatan: Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas


individual dan kelompok

b.

Bahan: studi kasus untuk tugas individu/kelompok Peta topografi,


Data survei, informasi dan hasil invertigasi lapangan

c.

Fasilitas: Ruangan dan lokasi studi lapangan

3) Tugas-tugas yang harus dilakukan :


a. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi
b. Menetapkan bentuk, bahan dan dimensi bangunan irigasi
(bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan pengatur dan
bangunan ukur)
c. Menetapkan bentuk, bahan dan dimensi bangunan pelengkap
(gorong-gorong, talang, sipon, bangunan terjun, dsbnya)
d. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang.
4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan :
a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran
dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02
b. SNI terkait.
2.3.7

Panduan Penilaian
1) Kondisi Pengujian
a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh
elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang
sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi
dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan
kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan
(wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode
lain yang relevan;
2)

Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai


sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi
ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.
a.

Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi:

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 9 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

(1)

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

F45 AMPI 01 001 01

Menerapkan

Peraturan

dan

perundang-undangan yang terkait


Jasa

Konstruksi,

Manajemen

dan

Sistem

Keselamatan

&

Kesehatan Kerja dan Lingkungan


(SMK3L).
(2)

F45 AMPI 02 001 01

Menerapkan

Prinsip-Prinsip

Pengelolaan Sumber Daya Air


(3)

F45 AMPI 02 002 01

Mengumpulkan data perencanaan


irigasi

(4)

F45 AMPI 02 003 01

Merencanakan

Layout

Daerah

Bangunan

Utama

Irigasi

b.

Unit kompetensi yang terkait, meliputi:


(1)

F45 AMPI 02 005 01

Merencanakan
(Bendung)

(2)

F45 AMPI 02 006 01

Menerapkan

parameter

perencanaan,

dan

standar

penggambaran Irigasi
(3)

F45 AMPI 02 007 01

Menyusun Panduan Operasi dan


Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan
Kriteria Perencanaan

(4)

F45 AMPI 02 008 01

Melakukan

Aplikasi

Model

Matematis jaringan irigasi

3) Pengetahuan yang dibutuhkan :


a. Perencanaan saluran irigasi
b. Bangunan irigasi (bangunan bagi, sadap, box tersier, box kwarter,
dsbnya)
c. Mekanika tanah
d. Hidrolika
e. Teknologi Bahan.
4) Keterampilan yang dibutuhkan :
a. Merencanakan saluran irigasi berdasarkan kriteria perencanaan
(KP-01, KP-03, dan KP-05)
b. Merencanakan bentuk dan dimensi bangunan irigasi sesuai
ketentuan dalam kriteria perencanaan irigasi
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 10 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

5)

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Aspek Kritis
Aspek kritis yang harus diperhatikan :
a. Ketelitian dalam menghitung dimensi saluran dan bangunan
irigasi berdasarkan criteria perencanaan
b. Ketelitian dalam menghitung tinggi muka air di bangunan
c. Kecermatan dalam merencanakan bentuk dan dimensi saluran
pembuang
d. Kecermatan dalam merencanakan Merencanakan bentuk, bahan,
dan dimensi bangunan pelengkap

2.3.8 Kompetensi kunci


No
1.

Kompetensi Kunci

Tingkat

Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan


informasi

2.

Mengomunikasikan informasi dan ide-ide

3.

Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan

4.

Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok

5.

Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis

6.

Memecahkan masalah

7.

Menggunakan teknologi

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 11 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1

Strategi Pelatihan
Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan
pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta
pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya
bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan
Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana
yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan / perencanaan
1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap
belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi
proses belajar yang harus diikuti.
2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki.
4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.
3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran
1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang
terdapat pada tahap belajar.
2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan yang telah dimiliki.
3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek
1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh
instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.
2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang
ditemukan selama pengamatan.
3.1.4 Implementasi
1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan
praktek.
3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.
3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta
pelatihan

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 12 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

3.2

3.3

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode Pelatihan
Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa
kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.
3.2.1

Belajar secara mandiri


Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar
secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan
disarankan
untuk
menemui
instruktur
setiap
saat
untuk
mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2

Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang
bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi
antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3

Belajar terstruktur
Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang
dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya
mencakup topik tertentu.

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan


Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil
analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan
memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh
instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session
plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu
para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya
sebagai instruktur.
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:

Unit Kompetensi

Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 1

Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi

No
1.1

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
Bentuk
penampang,
bahan dan
struktur saluran
irigasi dirancang
dengan cermat
berdasarkan
kondisi tanah
dan kriteria
perencanaan
1) Dapat
menjelaskan
kriteria yang

Metode
Sumber/
Tahapan
Pelatihan yang
Referensi yang
Pembelajaran
Disarankan
Disarankan
Pada akhir
1. Ceramah
1. Menjelaskan a. Pedoman
pembelajaran 2. Diskusi
tentang kriteria
atau
sesi ini, peseryang
peraturan
ta dapat
digunakan
tentang
merancang
dalam
criteria
bentuk
merencanakan
perencanaan
penampang,
saluran irigasi
saluran dan
bahan dan
2. Menjelaskan
bangunan
struktur
tentang bentuk
irigasi (KP-01
saluran irigasi
penampang
s.d KP-05) &
dengan cermat
yang umum
B 01-02
berdasarkan
digunakan
b. SNI terkait
kondisi tanah
dalam
c. Peraturan
Tujuan
Pembelajaran

Jam
Pelajaran
Indikatif
10 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 13 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

1.2

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
digunakan dalam
merencanakan
saluran irigasi
2) Dapat
menjelaskan
bentuk
penampang yang
umum digunakan
dalam
perencanaan
irigasi
3) Mampu
mengidentifikasi
jenis saluran
berdasarkan
layout jaringan
irigasi
4) Mampu
menetapkan
perlunya
penguatan pada
saluran yang
rawan terkena
gerusan
5) Mampu
merancang
bentuk
penampang,
bahan dan
struktur saluran
irigasi
berdasarkan
kondisi tanah
6) Harus mampu
bersikap taat dan
konsisten
terhadap kriteria
perencanaan
dalam
merencanakan
saluran
7) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
merencanakan
saluran irigasi
Kapasitas setiap
saluran dihitung
dengan teliti
berdasarkan
luasan daerah
yang akan diairi
1) Dapat
menjelaskan
cara menghitung
kapasitas
saluran irigasi
berdasarkan
kriteria
perencanaan
2) Mampu
menghitung

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan
Pemerintah
tentang Irigasi

dan kriteria
perencanaan

perencanaan
irigasi
3. Menjelaskan
tata cara
mengidentifika
si jenis saluran
berdasarkan
layout jaringan
irigasi
4. Menjelaskan
tata cara
menetapkan
perlunya
penguatan
pada saluran
yang rawan
terkena
gerusan
5. Menjelaskan
tata cara
merancang
bentuk
penampang,
bahan dan
struktur
saluran irigasi
berdasarkan
kondisi tanah
6. Menjelaskan
tata cara
merencanakan
saluran irigasi
secara cermat
dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menghitung
kapasitas
setiap saluran
dengan teliti
berdasarkan
luasan daerah
yang akan
diairi

1.Menjelasakan a. Pedoman
tentang cara
atau
menghitung
peraturan
kapasitas
tentang
saluran irigasi
criteria
berdasarkan
perencanaan
kriteria
saluran dan
perencanaan
bangunan
2. Menjelaskan
irigasi (KP-01
cara
s.d KP-05) &
menghitung
B 01-02
kapasitas
b. SNI terkait
saluran primer, c. Peraturan
sekunder, dan
Pemerintah
primer
tentang Irigasi
berdasarkan

Jam
Pelajaran
Indikatif

75 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 14 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

1.3

1.4

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
kapasitas
saluran primer,
sekunder, dan
primer
berdasarkan
luasan daerah
yang akan diairi
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menghitung
kapasitas setiap
jenis saluran
irigasi
Dimensi saluran
dihitung dengan
cermat
berdasarkan
kriteria
perencanaan
yang telah
ditetapkan
1) Dapat
menyebutkan
kriteria
perencanaan
untuk dimensi
saluran
2) Dapat
menyebutkan
data yang
dibutuhkan untuk
menghitung
dimensi saluran
3) Dapat
menjelaskan
rumus yang
digunakan dalam
mendimensi
saluran irigasi
4) Mampu
menghitung
dimensi saluran
irigasi
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan taat dalam
menerapkan
kriteria
perencanaan
pada
perhitungan
dimensi saluran
Elevasi muka air
di setiap saluran
dan bangunan
dihitung dengan
cermat
1) Dapat
menjelaskan
cara menentukan
elevasi muka air

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

luasan daerah
yang akan
diairi
3. Menjelaskan
tentang tata
cara
menghitung
kapasitas
setiap jenis
saluran irigasi
dengan cermat
dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menghitung
dimensi
saluran
dengan cermat
berdasarkan
kriteria
perencanaan
yang telah
ditetapkan

1. Menjelaskan a. Pedoman
tentang kriteria
atau
perencanaan
peraturan
untuk dimensi
tentang
saluran
criteria
2.Menjelaskan
perencanaan
tentang data
saluran dan
yang
bangunan
dibutuhkan
irigasi (KP-01
untuk
s.d KP-05) &
menghitung
B 01-02
dimensi
b. SNI terkait
saluran
c. Peraturan
3.Menjelaskan
Pemerintah
tentang rumus
tentang Irigasi
yang
digunakan
dalam
mendimensi
saluran irigasi
4.Menjelaskan
tentang cara
menghitung
dimensi
saluran
dengan cermat
dan teliti

75 menit

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menghitung
elevasi muka
air di setiap
saluran dan
bangunan

1. Menjelaskan
tentang cara
menentukan
elevasi muka
air di setiap
saluran dan
bangunan
2.Menjelaskan
tata cara

60 menit

a. Pedoman
atau
peraturan
tentang
criteria
perencanaan
saluran dan
bangunan
irigasi (KP-01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 15 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

1.5

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja
di setiap saluran
dan bangunan
2) Mampu
menghitung
elevasi muka di
setiap saluran
3) Mampu
menghitung
elevasi muka air
di setiap
bangunan
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menghitung
elavsi muka air di
setiap saluran
dan bangunan
Hasil penetapan
dan perhitungan
dimensi saluran
dikonsultasikan
kepada pihak
terkait
1) Dapat
menjelaskan
hasil penetapan
dan perhitungan
dimensi saluran
secara lengkap
2) Mampu
memeriksa
kembali hasil
perancangan
saluran irigasi
3) Mampu
membuat
rangkuman hasil
perancangan
saluran irigasi
4) Mampu
mengonsultasika
n hasil
perancangan
saluran irigasi
kepada pihak
terkait
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menjelaskan
hasil penetapan
dan perhitungan
dimensi saluran
kepada pihak
terkait

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan yang
Disarankan

dengan cermat

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
mengkonsulta
sikan hasil
penetapan
dan
perhitungan
dimensi
saluran
kepada pihak
terkait

Sumber/
Referensi yang
Disarankan
menghitung
s.d KP-05) &
elevasi muka
B 01-02
di setiap
b. SNI terkait
saluran
c. Peraturan
dengan cermat
Pemerintah
dan teliti
tentang Irigasi
3.Menjelaskan
tata cara
menghitung
elevasi muka
air di setiap
bangunan
dengan cermat
dan teliti

Jam
Pelajaran
Indikatif

1. Menjelaskan a. Pedoman
tentang hasil
atau
penetapan
peraturan
dan
tentang
perhitungan
criteria
dimensi
perencanaan
saluran secara
saluran dan
lengkap
bangunan
2.Menjelaskan
irigasi (KP-01
cara
s.d KP-05) &
memeriksa
B 01-02
kembali hasil b. SNI terkait
perancangan c. Peraturan
saluran irigasi
Pemerintah
3.Menjelaskan
tentang Irigasi
cara membuat
rangkuman
hasil
perancangan
saluran irigasi
4.Menjelaskan
cara
mengonsultasi
kan hasil
perancangan
saluran irigasi
kepada pihak
terkait
5.Memebrikan
contoh cara
menjelaskan
hasil
penetapan
dan
perhitungan
dimensi
saluran
kepada pihak
terkait degan
cermat dan
teliti

10 menit

Tahapan
Pembelajaran

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 16 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Unit Kompetensi

Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 2

Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi bangunan irigasi (bangunan bagi,


bangunan sadap, bangunan pengatur, dan bangunan ukur)

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

2.1 Bentuk , bahan


dan struktur
bangunan
dirancang dengan
cermat sesuai
dengan fungsinya
dan memenuhi
kriteria
perencanaan
1) Dapat
menjelaskan jenis
dari masingmasing bangunan
irigasi
2) Dapat
menjelaskan
fungsi dari
masing-masing
bangunan irigasi
3) Mampu
merancang bentuk
bangunan bagi
dan bangunan
sadap
4) Mampu
merancang bahan
yang digunakan
untuk membangun
bangunan irigasi
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
merancang
bangunan irigasi
6) Harus mampu
bersikat taat dan
konsisten
terhadap
penerapan kriteria
perencanaan
dalam merancang
bangunan irigasi
2.2 Dimensi bangunan
irigasi dihitung
dengan cermat
berdasarkan
kondisi tanah serta
mengacu pada
kriteria
perencanaan
1) Dapat
menjelaskan
kriteria
perencanaan
bangunan irigasi

Tujuan
Pembelajaran
Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta dapat
merancang
bentuk, bahan
dan struktur
bangunan
dengan cermat
sesuai dengan
fungsinya dan
memenuhi
kriteria
perencanaan

Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta dapat
menghitung
dimensi
bangunan
irigasi dengan
cermat
berdasarkan
kondisi tanah
serta mengacu
pada kriteria

Metode
Sumber/
Pelatihan
Tahapan
Referensi yang
yang
Pembelajaran
Disarankan
Disarankan
1. Ceramah 1.Menjelaskan
a. Pedoman
2. Diskusi
tentang jenis
atau
dari masingperaturan
masing
tentang
bangunan
criteria
irigasi
perencanaan
2. Menjelaskan
saluran dan
tentang fungsi
bangunan
dari masingirigasi (KP-01
masing
s.d KP-05) &
bangunan
B 01-02
irigasi
b. SNI terkait
3. Menjelaskan
c. Peraturan
cara
Pemerintah
merancang
tentang Irigasi
bentuk
bangunan bagi
dan bangunan
sadap
4. Menjelaskan
cara
merancang
bahan yang
digunakan
untuk
membangun
bangunan
irigasi
5. Menjelaskan
cara
merancang
bangunan
irigasi dengan
cermat dan teliti

1. Ceramah 1.Menjelaskan
2. Diskusi
tentang kriteria
perencanaan
bangunan
irigasi
2. Menjelaskan
cara
merancang
bangunan bagi
yang terdapat
pada jaringan
irigasi
berdasarkan

a. Pedoman
atau
peraturan
tentang
criteria
perencanaan
saluran dan
bangunan
irigasi (KP-01
s.d KP-05) &
B 01-02
b. SNI terkait
c. Peraturan

Jam
Pelajaran
Indikatif
15 menit

60 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 17 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

2) Mampu
merancang
bangunan bagi
yang terdapat
pada jaringan
irigasi
berdasarkan
kriteria
perencanaan
3) Mampu
merancang
bangunan sadap
yang terdapat
pada jaringan
irigasi
berdasarkan
kriteria
perencanaan
4) Mampu
merancang
bangunan ukur
yang terdapat
pada jaringan
irigasi
berdasarkan
kriteria
perencanaan
5) Mampu
membuat gambar
sket hasil
perancangan
bangunan irigasi
6) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menghitung
dimensi bangunan
irigasi
7) Harus mampu
bersikat taat dan
konsisten
terhadap
penerapan kriteria
perencanaan
dalam menghitung
dimensi bangunan
irigasi
2.3 Hasil penetapan
bentuk dan
perhitungan
dimensi bangunan
irigasi
dikonsultasikan
kepada pihak
terkait
1) Mampu
memeriksa
kembali hasil
perhitungan
dimensi bangunan
irigasi

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

perencanaan

Tahapan
Pembelajaran
kriteria
perencanaan
3. Menjelaskan
tentang tata
cara
merancang
bangunan
sadap yang
terdapat pada
jaringan irigasi
berdasarkan
kriteria
perencanaan
4. Menjelaskan
tentang tata
cara
merancang
bangunan ukur
yang terdapat
pada jaringan
irigasi
berdasarkan
kriteria
perencanaan
5. Menjelaskan
cara membuat
gambar sket
hasil
perancangan
bangunan
irigasi
6. Menjelaskan
cara
menghitung
dimensi
bangunan
irigasi dengan
cermat dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah 1.Menjelaskan
pembelajaran
2. Diskusi
tata cara
sesi ini, pesermemeriksa
ta dapat
kembali hasil
mengkonsultasi
perhitungan
kan hasil
dimensi
penetapan
bangunan
bentuk dan
irigasi
perhitungan
2. Menjelaskan
dimensi
cara membuat
bangunan
rangkuman
irigasi kepada
hasil
pihak terkait
perancangan
bangunan

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

Pemerintah
tentang Irigasi

a. Pedoman
atau
peraturan
tentang
criteria
perencanaan
saluran dan
bangunan
irigasi (KP-01
s.d KP-05) &
B 01-02
b. SNI terkait
c. Peraturan
Pemerintah

10 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 18 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

2) Mampu
membuat
rangkuman hasil
perancangan
bangunan irigasi
3) Dapat
menjelaskan hasil
perhitungan
bangunan irigasi
kepada pihak
terkait
4) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
mengonsultasikan
hasil penetapan
bentuk dan
perhitungan
dimensi bangunan
irigasi kepada
pihak terkait

Tahapan
Pembelajaran
irigasi
3. Memberikan
contoh cara
menjelaskan
hasil
perhitungan
bangunan
irigasi kepada
pihak terkait
4. Menjelaskan
cara
mengonsultasik
an hasil
penetapan
bentuk dan
perhitungan
dimensi
bangunan
irigasi kepada
pihak terkait
dengan cermat
dan teliti

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

tentang Irigasi

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi

Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 3

Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi bangunan pelengkap (gorong-gorong,


talang, sipon, bangunan terjun, dsbnya)
Metode
Sumber/
Jam
Tujuan
Pelatihan
Tahapan
Referensi yang
Pelajaran
Pembelajaran
yang
Pembelajaran
Disarankan
Indikatif
Disarankan
Pada akhir
1. Ceramah
1.Menjelaskan
a. Pedoman atau 15 menit
pembelajaran 2. Diskusi
tentang jenis
peraturan
sesi ini, peserbangunan
tentang criteria
ta mampu
pelengkap
perencanaan
memeriksa
pada jaringan
saluran dan
kembali
irigasi
bangunan
rencana letak,
2. Menjelaskan
irigasi (KP-01
jenis dan tipe
tentang tata
s.d KP-05) & B
bangunan
letak setiap
01-02
pelengkap
jenis bangunan b. SNI terkait
pada layout
pelengkap
c. Peraturan
jaringan irigasi
pada jaringan
Pemerintah
dengan teliti
irigasi
tentang Irigasi
3. Menjelaskan
tentang fungsi
setiap jenis
bangunan
pelengkap
4. Menjelaskan
cara
menetapkan
jenis bangunan

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

3.1 Rencana letak,


jenis dan tipe
bangunan
pelengkap pada
layout jaringan
irigasi diperiksa
kembali dengan
teliti
1) Dapat
menjelaskan
jenis bangunan
pelengkap pada
jaringan irigasi
2) Dapat
menjelaskan tata
letak setiap jenis
bangunan
pelengkap pada
jaringan irigasi
3) Dapat
menjelaskan
fungsi setiap

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 19 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

jenis bangunan
pelengkap
4) Mampu
menetapkan
jenis bangunan
pelengkap sesuai
kondisi topografi
5) Mampu
memeriksa ulang
rencana letak,
jenis dan tipe
bangunan
pelengkap pada
layout jaringan
irigasi
6) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dakam
memeriksa
rencana letak,
jenis dan tipe
bangunan
pelengkap pada
layout jaringan
irigasi
3.2 Bentuk, bahan,
dan struktur
bangunan
pelengkap
dirancang
dengan cermat
sesuai dengan
fungsi dan
kriteria
perencanaan
1) Dapat
menjelaskan
kriteria yang
digunakan dalam
perencanaan
bangunan
pelengkap
2) Dapat
menjelaskan
bentuk setiap
jenis bangunan
pelengkap
3) Dapat
menjelaskan
bahan yang
digunakan dalam
perencanaan
bangunan
pelengkap
4) Mampu
merancang
bentuk bahan,
dan struktur
bangunan
pelengkap sesuai
dengan fungsi

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

pelengkap
sesuai kondisi
topografi
5. Menjelaskan
cara
memeriksa
ulang rencana
letak, jenis dan
tipe bangunan
pelengkap
pada layout
jaringan irigasi
dengan cermat
dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
merancang
bentuk,
bahan, dan
struktur
bangunan
pelengkap
dengan
cermat sesuai
dengan fungsi
dan kriteria
perencanaan

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang kriteria
peraturan
yang digunakan
tentang criteria
dalam
perencanaan
perencanaan
saluran dan
bangunan
bangunan
pelengkap
irigasi (KP-01
2. Menjelaskan
s.d KP-05) & B
tentang bentuk
01-02
setiap jenis
b. SNI terkait
bangunan
c. Peraturan
pelengkap
Pemerintah
3. Menjelaskan
tentang Irigasi
tentang bahan
yang digunakan
dalam
perencanaan
bangunan
pelengkap
4. Menjelaskan
cara
merancang
bentuk bahan,
dan struktur
bangunan
pelengkap
sesuai dengan
fungsi dan
kriteria
perencanaan
5. Menjelaskan
cara
merancang
bentuk bahan,
dan struktur
bangunan

30 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 20 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

dan kriteria
perencanaan
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
merancang
bentuk bahan,
dan struktur
bangunan
pelengkap sesuai
dengan fungsi
6) Harus mampu
bersikap taat dan
konsisten
terhadap
penerapan
criteria
perencanaan
dalam
merencanakan
bentuk bahan,
dan struktur
bangunan
pelengkap
3.3 Dimensi
bangunan
pelengkap
dihitung dengan
cermat
berdasarkan
kondisi tanah
serta mengacu
pada kriteria
perencanaan
1) Dapat
menjelaskan
cara menghitung
dimensi
bangunan
pelengkap
2) Mampu
menghitung
dimensi goronggorong yang
dibutuhkan
berdasarkan
kriteria
perencanaan
3) Mampu
merancang
bangunan terjun
berdasarkan
kriteria
perencanaan
4) Mampu
merancang
bangunan sipon
berdasarkan
kriteria
perencanaan
5) Mampu

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

pelengkap
sesuai dengan
fungsi dengan
cermat dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menghitung
dimensi
bangunan
pelengkap
dengan
cermat
berdasarkan
kondisi tanah
serta
mengacu
pada kriteria
perencanaan

1.Menjelaskan
tentang cara
menghitung
dimensi
bangunan
pelengkap
2. Menjelaskan
tata cara
menghitung
dimensi
gorong-gorong
yang
dibutuhkan
berdasarkan
kriteria
perencanaan
3.Menjelaskan
cara
merancang
bangunan
terjun
berdasarkan
kriteria
perencanaan
4. Menjelaskan
tata cara
merancang
bangunan
sipon
berdasarkan
kriteria
perencanaan
5.Menjelaskan
cara
merancang
merancang
bangunan

a. Pedoman atau
peraturan
tentang criteria
perencanaan
saluran dan
bangunan
irigasi (KP-01
s.d KP-05) & B
01-02
b. SNI terkait
c. Peraturan
Pemerintah
tentang Irigasi

60 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 21 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

merancang
bangunan talang
berdasarkan
kriteria
perencanaan
6) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menghitung
dimensi
bangunan
pelengkap sesuai
dengan fungsi
7) Harus mampu
bersikap taat dan
konsisten
terhadap
penerapan
criteria
perencanaan
dalam
menghitung
dimensi
bangunan
pelengkap
3.4 Hasil penetapan
bentuk dan
perhitungan
dimensi
bangunan
pelengkap
dikonsultasikan
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan
1) Dapat
menjelaskan
hasil penetapan
bentuk dan
perhitunan
dimensi
bangunan
pelengkap
2) Mampu
membuat
rangkuman hasil
perencanaan
bangunan
pelengkap irigasi
3) Mampu
membuat
gambar sket
hasil perhitungan
dimensi
bangunan
pelengkap
jaringan irigasi
4) Dapat
menjelaskan
bentuk dan

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

talang
berdasarkan
kriteria
perencanaan
6. Menjelaskan
tata cara
menghitung
dimensi
bangunan
pelengkap
sesuai dengan
fungsi dengan
cermat dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
mengkonsultasikan hasil
penetapan
bentuk dan
perhitungan
dimensi
bangunan
pelengkap
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang hasil
peraturan
penetapan
tentang criteria
bentuk dan
perencanaan
perhitunan
saluran dan
dimensi
bangunan
bangunan
irigasi (KP-01
pelengkap
s.d KP-05) & B
2. Menjelaskan
01-02
cara membuat b. SNI terkait
rangkuman
c. Peraturan
hasil
Pemerintah
perencanaan
tentang Irigasi
bangunan
pelengkap
irigasi
3.Menjelaskan
cara membuat
gambar sket
hasil
perhitungan
dimensi
bangunan
pelengkap
jaringan irigasi
4. Menjelaskan
tentang bentuk
dan rancangan
bengunan
pelengkap
irigasi kepada
pihak terkait
5. Memberikan
contoh cara
menjelaskan
hasil penetapan

10 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 22 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

rancangan
bengunan
pelengkap irigasi
kepada pihak
terkait
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menjelaskan
hasil penetapan
bentuk dan
perhitungan
dimensi
bangunan
pelengkap
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

bentuk dan
perhitungan
dimensi
bangunan
pelengkap
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan
dengan cermat
dan teliti

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi

Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 4

Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

4.1 Bentuk
penampang,
bahan dan
struktur saluran
pembuang
dirancang
dengan cermat
berdasarkan
kondisi tanah
1) Dapat
menjelaskan
fungsi saluran
pembuang pada
jaringan irigasi
2) Dapat
menjelaskan
kriteria
perencanaan
saluran
pembuang
3) Mampu
merancang
bentuk
penampang
saluran
pembuang

Tujuan
Pembelajaran
Pada akhir
pembelajaran
sesi ini, peserta mampu
merancang
bentuk
penampang,
bahan dan
struktur
saluran
pembuang
dengan
cermat
berdasarkan
kondisi tanah

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan
1. Ceramah
2. Diskusi

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang fungsi
peraturan
saluran
tentang criteria
pembuang
perencanaan
pada jaringan
saluran dan
irigasi
bangunan
2. Menjelaskan
irigasi (KP-01
tentang kriteria
s.d KP-05) & B
perencanaan
01-02
saluran
b. SNI terkait
pembuang
c. Peraturan
3. Menjelaskan
Pemerintah
cara
tentang Irigasi
merancang
bentuk
penampang
saluran
pembuang
4. Menjelaskan
cara
merancang
bahan dan
struktur saluran
pembuang
3. Menjelaskan
cara

Jam
Pelajaran
Indikatif
10 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 23 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

4) Mampu
merancang
bahan dan
struktur saluran
pembuang
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti
merancang
bentuk
penampang,
bahan dan
struktur saluran
pembuang
berdasarkan
kondisi tanah
4.2 Kapasitas setiap
saluran
pembuang
dihitung dengan
teliti sesuai
dengan kriteria
perencanaan
1) Dapat
menjelaskan
cara menghitung
kapasitas saluran
pembuang
berdasarkan
kriteria
perencanaan
2) Mampu
menghitung
kapasitas setiap
saluran
pembuang pada
jaringan irigasi
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menghitung
kapasitas saluran
pembuang
4) Harus mampu
bersikat taat dan
konsisten
terhadap
penerapan
kriteria
perencanaan
perhitungan
kapasitas saluran
pembuang
4.3 Dimensi saluran
pembuang
dihitung dengan
cermat
berdasarkan
kriteria
perencanaan
yang telah

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

merancang
bentuk
penampang,
bahan dan
struktur saluran
pembuang
berdasarkan
kondisi tanah
dengan cermat
dan teliti

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menghitung
kapasitas
setiap saluran
pembuang
dengan teliti
sesuai dengan
kriteria
perencanaan

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang cara
peraturan
menghitung
tentang criteria
kapasitas
perencanaan
saluran
saluran dan
pembuang
bangunan
berdasarkan
irigasi (KP-01
kriteria
s.d KP-05) & B
perencanaan
01-02
2. Menjelaskan
b. SNI terkait
cara
c. Peraturan
menghitung
Pemerintah
kapasitas
tentang Irigasi
setiap saluran
pembuang
pada jaringan
irigasi
3. Menjelaskan
cara
menghitung
kapasitas
saluran
pembuang
dengan cermat
dan teliti

45 menit

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
menghitung
dimensi
saluran
pembuang

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang cara
peraturan
menghitung
tentang criteria
dimensi saluran
perencanaan
pembuang
saluran dan
berdasarkan
bangunan
kriteria
irigasi (KP-01
perencanaan
s.d KP-05) & B

45 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 24 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

ditetapkan
1) Dapat
menjelaskan
cara menghitung
dimensi saluran
pembuang
berdasarkan
kriteria
perencanaan
2) Mampu
menghitung
dimensi saluran
pembuang
sesuai dengan
kapasitasnya
3) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menghitung
dimensi saluran
pembuang
4) Harus mampu
bersikat taat dan
konsisten
terhadap
penerapan
kriteria
perencanaan
perhitungan
dimensi saluran
pembuang
4.4 Hasil penetapan
dan perhitungan
dimensi saluran
pembuang
dikonsultasikan
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan
1) Dapat
menjelaskan
hasil penetapan
bentuk dan
perhitunan
dimensi saluran
pembuang
2) Mampu
memeriksa
kembali hasil
perancangan
saluran
pembuang irigasi
3) Mampu
membuat
rangkuman hasil
perancangan
saluran
pembuang yang
terdapat pada
jaringan irigasi

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

dengan
cermat
berdasarkan
kriteria
perencanaan
yang telah
ditetapkan

2. Menjelaskan
01-02
cara
b. SNI terkait
menghitung
c. Peraturan
dimensi saluran
Pemerintah
pembuang
tentang Irigasi
sesuai dengan
kapasitasnya
dengan cermat
dan teliti
3. Menjelaskan
cara
menghitung
dimensi saluran
pembuang
sesuai dengan
kapasitasnya
4. Menjelaskan
perlunya
penerapan
kriteria
perencanaan
dalam
perhitungan
dimensi saluran
pembuang
secara
konsisten

Pada akhir
1. Ceramah
pembelajaran 2. Diskusi
sesi ini, peserta mampu
mengkonsultasikan hasil
penetapan
dan
perhitungan
dimensi
saluran
pembuang
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan

1.Menjelaskan
a. Pedoman atau
tentang hasil
peraturan
penetapan
tentang criteria
bentuk dan
perencanaan
perhitunan
saluran dan
dimensi saluran
bangunan
pembuang
irigasi (KP-01
2. Menjelaskan
s.d KP-05) & B
tata cara
01-02
memeriksa
b. SNI terkait
kembali hasil
c. Peraturan
perancangan
Pemerintah
saluran
tentang Irigasi
pembuang
irigasi
3. Menjelaskan
cara membuat
rangkuman
hasil
perancangan
saluran
pembuang
yang terdapat
pada jaringan
irigasi
4. Memberikan
contoh cara
menjelaskan
bentuk dan
rancangan

Jam
Pelajaran
Indikatif

10 menit

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 25 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

No

Kriteria Unjuk
Kerja/Indikator
Unjuk Kerja

Tujuan
Pembelajaran

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Metode
Pelatihan
yang
Disarankan

4) Dapat
menjelaskan
bentuk dan
rancangan
saluran
pembuang irigasi
kepada pihak
terkait
5) Harus mampu
bersikap cermat
dan teliti dalam
menjelaskan
hasil penetapan
dan perhitungan
dimensi saluran
pembuang
kepada pihak
terkait agar
diperoleh
persetujuan

Tahapan
Pembelajaran

Sumber/
Referensi yang
Disarankan

Jam
Pelajaran
Indikatif

saluran
pembuang
irigasi kepada
pihak terkait
dengan cermat
dan teliti

Diskusi:
Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 26 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

BAB IV
PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI

4.1

Umum
Bab ini berisi uraian mengenai penetapan bentuk dan dimensi saluran irigasi,
merancang bangunan irigasi, merancang bangunan pelengkap, serta uraian
mengenai cara merencanakan bentuk dan dimensi saluran pembuang.

4.2

Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi


Sistem irigasi di Indonesia secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa
pasangan sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan. Pada ruas tertentu
jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran pasangan.
4.2.1 Perencanaan Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi
Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan
cermat berdasarkan kondisi tanah dan kriteria perencanaan. Kriteria
perencanaan yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi adalah
KP-03.
Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa
pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan
ekonomis. Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya
pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi
di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang
tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap.
Jenis saluran berdasarkan layout jaringan irigasi secara umum dapat
dibedakan menjadi;
a. Jaringan irigasi utama
1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan
ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir, lihat juga Gambar 4.1.
2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
4) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran
ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 27 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

b. Jaringan saluran irigasi tersier


1) Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan
utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung
saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.
2) Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah
3) Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter
sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan
persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di
lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke
sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling
ujung.
4) Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar
petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan
pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani
setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili wilayah P3A
atau GP3A setempat.
c. Garis Sempadan Saluran
Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu ditetapkan
garis sempadan saluran dan bangunan irigasi yang jauhnya ditentukan
dalam peraturan perundangan sempadan saluran.

Gambar 4.1. Saluran-saluran primer dan sekunder


Saluran yang airnya bisa disadap langsung oleh sawah, adalah saluran
kwarter. Di beberapa ruas tertentu, perlu adanya penguatan pada saluran
yang rawan terkena gerusan. Alasan dilakukannya penguatan terhadap
saluran pada lokasi tersebut adalah untuk menahan gerusan yang dapat
menyebabkan erosi dan longsoran pada dinding saluran.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 28 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,


potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang
terbaik.
Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan
saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan
potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada saluran
dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt saja yang potongan
melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran dengan
debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan
perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih.
Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab
jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum
yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar mempunyai
variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, dan ini
mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, efek erosi atau
pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas
debit. Dan karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut dapat
diperoleh tanpa memerlukan bahu (berm) tambahan.
Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan
pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan demikian
biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.
Salah satu metode untuk mendimensi penampang saluran adalah
menggunakan metode kecepatan ijin. Dalam perencanaan saluran
dibedakan langkah-langkah berikut:
1) Untuk tiap ruas saluran tentukan debit rencana dan kemiringan yang
terbaik berdasarkan kemiringan medan yang ada dan ketinggian
bangunan sadap tersier yang diperlukan
2) Untuk masing-masing saluran berikutnya, mulai dari bangunan utama
hingga ujung saluran sekunder, plotlah data Q-I setiap ruas saluran
(dari Gambar 4.2)
3) Untuk tiap ruas saluran tentukan besarnya kecepatan yang diizinkan
sesuai dengan kondisi tanah
4) Cek apakah garis IR makin besar dengan berkurangnya Qd (ke arah
hilir)
5) Cek apakah kecepatan rencana tidak melebihi kecepatan yang
diizinkan
6) Jika pada langkah 4 dan 5 tidak ditemui kesulitan, maka perencanaan
saluran akan diselesaikan dengan kemiringan yang dipilih dari langkah
1.
7) Kemiringan saluran dapat dimodifikasi sebagai berikut:
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 29 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

a) Bila kecepatan rencana melebihi kecepatan yang diizinkan, maka


besarnya kemiringan saluran akan dipilih dan mungkin akan
diperlukan bangunan terjun
b) Bila kemiringan saluran pada langkah 1 untuk suatu ruas tertentu
akan lebih landai daripada yang diperlukan untuk garis IR, maka
kemiringan tersebut akan ditambah dan akan dibuat dalam galian
Selanjutnya lihat bagian KP 03 Saluran.

Gambar 4.2. Bagan perencanaan saluran


Perlunya ketaatan dan konsistensi terhadap kriteria perencanaan dalam
merencanakan saluran, serta kecermatan dan ketelitian dalam
merencanakan saluran irigasi.
4.2.2 Menghitung Kapasitas saluran
Kapasitas setiap saluran irigasi dihitung dengan teliti berdasarkan luasan
daerah yang akan diairi. Berdasarkan kriteria perencanaan, rumus di
bawah ini dapat digunakan untuk menghitung kapasitas saluran:

C . NFR . A
e

dimana;
Q
: Debit rencana, l/dt
c
: Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan, (lihat
pasal 2.2.4 KP-03)
NFR : Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/ha
A
: Luas daerah yang diairi, ha
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 30 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

: Efisiensi irigasi secara keseluruhan

Sebagai contoh perhitungan, jika luas daerah yang akan diairi 100 ha, nilai
kebutuhan air disawah 1,2 lt/det/ha dan koefisien golongan adalah 1, maka
kapasitas saluran tersebut adalah 166.67 l/det jika efisiensi irigasinya
diasumsikan 0,72.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung kapasitas setiap
jenis saluran irigasi.
4.2.3

Menghitung Dimensi Saluran


Dimensi saluran dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan
yang telah ditetapkan. Yang termasuk kriteria perencanaan saluran irigasi,
adalah koefisien Strikler (K) tergantung pada debit yang dialirkan. Data
penting yang dibutuhkan untuk mendimensi saluran adalah debit air (Q,
m3/det).
Untuk perencanaan potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai
aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (lihat juga pasal 3.2.1.
KP-03) untuk menghitung kecepatan aliran, dengan rumus sebagai berikut:

dimana :
v : kecepatan aliran, m/dt
k : koefisien kekasaran strickler, m1/3/dt
R : jari-jari hidrolis, m
I
: kemiringan energi
Untuk menghitung dimensi saluran irigasi, maka data penting yang
diperlukan adalah debit yang dialirkan (Q, m3/det) serta kecepatan aliran
(v, m.det) yang akan dirancang dengan tetap mengacu pada kecepatan
minimum dan maksimum yang diijinkan. Dari kedua data tersebut, bisa
dihitung luas penampang desain saluran (A = Q/v), yang kemudian dengan
mengasumsikan bentuk penampang adalah trapezium, dan perhitungan
iterasi/ trial dengan menetapkan salah satu parameter (kedalaman aliran
(h) atau kah lebar dasar saluran (b)) awal yang tetap.
Perlunya kecermatan dan ketaatan dalam
perencanaan pada perhitungan dimensi saluran
4.2.4

menerapkan

kriteria

Menghitung Elevasi Muka Air di Saluran dan Bangunan


Elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan dihitung dengan cermat
sesuai dengan kriteria perencanaan.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 31 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Salah satu faktor penting dalam menentukan elevasi muka air di saluran
atau bangunan adalah tinggi tekanan hilang (head loss). Secara umum,
untuk menghitung elevasi muka air di saluran dapat didekati
denganpersamaan; Elevasi muka air di saluran hulu = tinggi muka air di
hilir saluran + kehilangan tinggi tekanan (head loss) sepanjang saluran.
Secara rinci perhitungan elevasi muka air di setiap bangunan, melalui
tahapan berikut:
1) hitung tinggi muka air dibangunan sadap tersier.
2) Hitung kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta bangunan,
dijumlahkan menjadi tinggi muka disawah yang diperlukan dalam
petak tersier.
3) Tentukan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier dan
persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama.
Rumusnya :
P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z
di mana:
P : muka air di saluran primer atau sekunder
A : elevasi di sawah
a : lapisan air di sawah, 10 cm
b : kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah 5 cm
c : kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter 5 cm/boks
d : kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi =
kemiringan kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar
4.1)
e : kehilangan tinggi energi di boks bagi, 5 cm/boks
f
: kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, 5 cm per bangunan
g : kehilangan tinggi eriergi di bangunan sadap
h : variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)
Z : kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain
(misal jembatan).
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung elavsi muka air di
setiap saluran dan bangunan
4.2.5

Konsultasi Hasil Penetapan dan Perhitungan Dimensi Saluran


Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada
pihak terkait.
Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran harus memuat detail
komponen dimensi yang lengkap. Komponen dimensi saluran dikatakan
lengkap, jika terdiri dari komponen: lebar (b), kedalaman aliran (h),
kemiringan talud (1/m), tinggi jagaan (h) dan kemiringan dasar saluran (S).

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 32 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Dalam konsultasi dengan pihak terkait, perlu diperiksa kembali hasil


perancangan saluran irigasi apakah sudah sesuai dengan kriteria yang
berlaku atau tidak. Indikasi hasil perancangan saluran irigasi yang telah
sesuai standar pedoman, diantaranya:
1) Kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan izin
2) Bentuk dan dimensi saluran memenuhi kriteria perencanaan saluran
Selanjutnya, komponen dimensi saluran yang didesain hasil perhitungan
dapat dirangkum dalam suatu table disertai gambar potongan melintang
penampang yang ditinjau untuk sepanjang saluran, dengan memuat
besaran dari masing-masing parameter berikut:
1) Lebar saluran
2) Kedalam saluran
3) Kemiringan talud
4) Kemiringan dasar saluran
5) Tinggi jagaan
6) Kecepatan aliran
7) Panjang saluran
Hasil perhitungan dan rangkuman perancangan saluran irigasi di atas
selanjutnya dikonsultasikan kepada pihak terkait. Adapun tujuan
mengonsultasikan hasil perancangan saluran irigasi tersebut adalah untuk
mendapat persetujuan terhadap rancangan yang dilakukan dan pada
akhirnya dapat menjadi rancangan definitif.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil penetapan
dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait.

4.3

Perancangan bangunan irigasi


Berdasarkan kriteria perencanaan KP-04, maka yang dimaksud dengan bangunan
irigasi meliputi seluruh bangunan yang melengkapi saluran-saluran irigasi dan
pembuang, termasuk bangunan-bangunan yang diperlukan untuk keperluan
komunikasi, angkutan, eksploitasi dan pemeliharaan.
4.3.1

Perencanaan bentuk, bahan dan struktur bangunan Irigasi


Bentuk, bahan dan struktur bangunan dirancang dengan cermat sesuai
dengan fungsinya dan memenuhi kriteria perencanaan.
a. Bangunan Utama
Bangunan utama (bendung) dapat didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air. Fungsi
utamanya adalah untuk menaikkan muka air, sehingga dapat dialirkan ke
dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 33 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan,


serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari
bendung dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama pintu
bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir
pekerjaan sungai dan bangunanbangunan pelengkap.
b. Saluran irigasi
Pada jaringan irigasi utama, saluran irigasi dapat digolongkan menjadi
empat bagian, sebagai berikut:
1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan
ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah
pada bangunan bagi yang terakhir.
2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
4) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran
ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
c. Bangunan bagi dan Sadap
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan
alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah
dan pada waktu tertentu.
Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam
operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan system proporsional.
Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama
2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.
3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.
Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam
irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem
golongan.
Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan
alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.
1) Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran
atau lebih.
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 34 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

2) Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau


sekunder ke saluran tersier penerima.
3) Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian
bangunan.
4) Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran
atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)
Fungsi bangunan sadap pada saluran sekunder, adalah untuk mengalirkan
air ke saluran tersier yang langsung dapat dimanfaatkan oleh sawah.
Bentuk bangunan bagi ataupun sadap umumnya berupa segiempat,
dengan alasan agar efisien dalam penggunaan material.
d. Bangunanbangunan pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur
dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow)
dan bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan
pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur
aliran air.
Tabel 4.1. Alat-alat ukur

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 35 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

e. Bangunan Pembawa
Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir
saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
Bangunan pembawa dapat berupa: bangunan terjun, got miring, goronggorong, talang, siphon, terowongan.
f. Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.
Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air
buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang
berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar
saluran.
Bangunan lindung dapat berupa; bangunan pembuang silang, pelimpah,
bangunan penggelontor sedimen, bangunan penguras, saluran pembuang
samping, dan saluran gendong.
g. Jalan dan Jembatan
Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka
tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.
Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan
dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang
saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi
dengan jalan umum.
h. Bangunan Pelengkap
Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir
yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada
umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung
atau di sepanjang saluran primer. Bangunan-bangunan pelengkap yang
dibuat di dan sepanjang saluran meliputi:
1) Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman
sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat;
2) Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk
memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak
lereng;
3) Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon
dan gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;
4) Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.
5) Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara
petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian
permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 36 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta


letaknya di setiap bangunan sadap/offtake.
Bahan/material yang digunakan untuk membangun bangunan irigasi pada
umumnya adalah pasangan batu kali.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam merancang bangunan irigasi,
serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria perencanaan
dalam merancang bangunan irigasi.
4.3.2 Menghitung Dimensi Bangunan Irigasi
Dimensi bangunan irigasi dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi
tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan.
Kriteria perencanaan bangunan irigasi didasarkan pada:
1) Kesesuaian dengan fungsi yang dibebankan kepada bangunan,
2) Mudahnya perencanaan dan pelaksanaan
3) Mudahnya operasional dan pemeliharaan
4) Biaya konstruksi dan pemeliharaan
5) Terbiasanya petugas operasi dengan tipe bangunan tersebut
Menurut kriteria perencanaan, ketentuan untuk merancang bangunan bagi
yang terdapat pada jaringan irigasi, adalah sebagai berikut:
1) Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan
mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintupintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,
sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.
2) Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar
dan dipasang alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan
sadap yang lebih kecil
3) Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi
dibuat sudut aliran antara 0o sampai 90o. (lihat KP-04)
4) Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap
kecil: 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran primer
lebar.
5) Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah
penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan
pengatur sampai kurang lebih 1,5 m/dt.
6) Lebar pintu didesain sedemikian sehingga pada waktu pintu dibuka
penuh, mercu samping belum mempunyai pengaruh terhadap
pembendungan positif pada debit air sebesar 85% kali debit rencana
maksimum (Q85%).
7) Untuk lebih lengkap dapat dilhat buku kriteria perencanaan irigasi
tentang bangunan, KP-04
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 37 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Berdasarkan kriteria perencanaan, cara untuk merancang bangunan


sadap sekunder yang terdapat pada jaringan irigasi, adalah sebagi berikut:
1) Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan
oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas
bangunan-bangunan sadap ini secara umum lebih besar daripada
0,250 m3/dt
2) Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap
sekunder, yakni :
a) Alat ukur Romijn Bangunan Bagi dan Sadap 81 Kriteria
Perencanaan - Bangunan
b) Alat ukur Crump-de Gruyter
c) Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar
d) Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume
3) Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga
debit sebesar 2 m3/dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn
dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus
dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah,
yakni alat ukur ambang lebar.
Berdasarkan kriteria perencanaan, cara merancang bangunan ukur yang
terdapat pada jaringan irigasi adalah dengan menggunakan ambang lebar.
Bangunan ukur ambang lebar merupakan bangunan yang kokoh dan
mudah dibuat, juga karena mempunyai berbagai bentuk mercu dan
bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja.
Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol
segi empat adalah:

dimana :
Q : debit m3/dt
Cd : koefisien debit
Cd = 0,93 + 0,10 h1/L, for 0,1 < h1/L < 1,0
h1 : tinggi energi hulu, m
L : panjang mercu, m
Cv : Koefisien kecepatan datang
g : percepatan gravitasi, m/dt2 ( 9,8)
bc : lebar mercu, m
h1 : kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m
Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 4.3, yang
memberikan harga harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 38 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.3. Cv sebagai fungsi perbandingan CdA*/A1

Karakteristik alat ukur ambang lebar :


a. Asal saja kehilangan tinggi energi alat ukur cukup untuk menciptakan
aliran kritis, tabel debit dihitung dengan kesalahan kurang dari 2 %
b. Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler lebih
rendah, jika dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi bangunan
lain.
c. Sudah ada teori hidrolika untuk menghitung kehilangan energi yang
diperlukan.
d. Karena peralihan penyempitan bertahap, alat ukur ini mempunyai
masalah sedikit saja dengan benda-benda hanyut.
e. Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga
diberi satuan debit.
f. Alat ukur ini mengangkut sedimen, bahkan disaluran dengan aliran
subkritis.
g. Bangunan kuat tidak mudah rusak.
h. Dibawah kondisi hidrolis dan batas yang serupa, adalah yang paling
ekonomis dari semua jenis bangunan ukur lain.
Ketentuan/ cara membuat gambar sket hasil perancangan bangunan
irigasi, adalah sebagai berikut:
a. Sket gambar harus dibuat cukup jelas untuk memudahkan dalam
menstransformasikan kedalam gambar perencanaan.
b. Jenis gambar yang harus dibuat berupa: gambar denah, potongan
memanjang, potongan melintang dan detil, jika diperlukan gambar tiga
dimensi.
c. Ukuran dimensi, skala dan symbol harus jelas
d. Dsbnya.
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 39 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi bangunan


irigasi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria
perencanaan dalam menghitung dimensi bangunan irigasi.
4.3.3 Konsultasi Hasil Penetapan Bentuk dan Perhitungan Dimensi
Bangunan Irigasi
Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi
dikonsultasikan kepada pihak terkait.
Setelah penetapan bentuk dan perhitungan dimensi selesai dilakukan, ,ala
hasil perhitungan dimensi bangunan irigasi perlu diperiksa kembali.
Indikasi hasil rancangan bangunan irigasi sudah sesuai dengan pedoman/
standar, terlihat dari:
a. tata letak bangunan sudah memenuhi kriteria
b. Jenis, tipe, bentuk dan dimensi bangunan sudah ditentukan yang
dihitung berdasarkan kriteria perencanaan bangunan irigasi
c. Pintu ukur pada setiap bangunan sudah ditentukan
d. Sket gambar untuk semua bangunan irigasi telah dibuat sesuai
dengan ketentuan
Selanjutnya, perlu dibuat rangkuman hasil perancangan bangunan irigasi
yang telah dilakukan. Komponen yang terdapat dalam rangkuman
perancangan bangunan irigasi, antara lain:
a. Jenis bangunan
b. Dimensi bangunan
c. Lokasi bangunan
Hasil penetapan bentuk dan perhitungan bangunan irigasi kemudian
disampaikan kepada pihak terkait. Tujuan pennyampaian hasil rancangan
bangunan irigasi kepada pihak terkait adalah untuk memberikan
penjelasan tentang hasil rancangan bangunan irigasi, apakah rancangan
tersebut sudah sesuai dengan kriteria perencanaan baik dari bentuk
maupun cara melakukan perhitungan dimensinya.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengonsultasikan hasil
penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi kepada pihak
terkait.

4.4

Perancangan Bangunan Pelengkap


Berdasarkan kriteria perencanaan KP-05, terdapat beberapa jenis bangunan
pelengkap yang terdapat pada jaringan irigasi diantaranya:
a. Bangunan pembawa
b. Gorong-gorong

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 40 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Sipon
Talang dan flum
Bangunan terjun
Got miring
Jalan inspeksi
Bangunan akhir

4.4.1 Memeriksa Ulang Rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap
pada layout jaringan irigasi
Rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan
irigasi diperiksa kembali dengan teliti.
Bangunan pembawa adalah bangunan yang diperlukan untuk membawa
aliran air di tempat-tempat di mana tidak mungkin dibuat potongan saluran
biasa tanpa pasangan. Bangunan pembawa mungkin diperlukan karena:
1) persilangan dengan jalan, yang diperlukan: gorong-gorong, jembatan
2) keadaan topografi yang berakibat terbatasnya lebar saluran atau
perubahan kemiringan secara tiba-tiba, atau di tempat-tempat di mana
kemiringan medan melebihi kemiringan saluran; yang diperlukan:
talang, flum, bangunan terjun atau saluran pasangan,
3) persilangan dengan saluran atau sungai; yang diperlukan: sipon atau
gorong-gorong,
4) menjaga agar muka air tetap setinggi yang diperlukan di daerahdaerah rendah; yang dibutuhkan: talang, flum atau saluran pasangan,
5) perlu membuang kelebihan air dengan bangunan pembuang; yang
dibutuhkan: bangunan pembuang.
a. Gorong-gorong
a.1. Umum
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya
(biasanya saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong
berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian masuk dan keluar.
Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti kemiringan saluran.
Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka selama bangunan tidak
tenggelam.
Gorong-gorong (lihat Gambar 4.4) mempunyai potongan melintang yang
lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari
potongan melintang mungkin berada diatas muka air. Dalam hal ini
gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 41 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.4. Standar peralihan saluran


a.2. Kecepatan aliran
Kecepatan yang dipakai di dalam perencanaan gorong-gorong bergantung
pada jumlah kehilangan energi yang ada dan geometri lubang masuk dan
keluar. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kecepatan diambil: 1,5 m/dt
untuk gorong-gorong di saluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong-gorong di
saluran pembuang.
a.3. Ukuran-ukuran Standar
Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga praktis.
Diameter minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60 m.
Gambar 4.5. menyajikan dimensi-dimensi dan detail khusus untuk pipa
beton standar.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 42 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.5. Standar pipa beton


a.4. Penutup Minimum
Penutup di atas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul yang
menahan berat kendaraaan harus paling tidak sama dengan diameternya,
dengan minimum 0,60 m. Gorong-gorong pembuang yang dipasang di
bawah saluran irigasi harus memakai penyambung yang kedap air, yaitu
dengan ring penyekat dari karet. Seandainya sekat penyambung ini tidak
ada, maka semua gorong-gorong di bawah saluran harus disambung
dengan beton tumbuk atau pasangan.
a.5. Gorong gorong Segi Empat
Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan
batu dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong tipe
pertama terutama digunakan untuk debit yang besar atau bila yang
dipentingkan adalah gorong-gorong yang kedap air.
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 43 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gorong-gorong dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sangat


kuat dan pembuatannya mudah. Khususnya untuk tempat-tempat
terpencil, gorong gorong ini sangat ideal. Gambar 4.6 menyajikan contoh
tipe gorong-gorong yang telah dijelaskan diatas.

Gambar 4.6. Gorong-gorong segi empat


a.6. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh
Untuk gorong-gorong pendek (L<20m) seperti yang biasa direncana dalam
jaringan irigasi, harga-harga seperti yang diberikan pada Tabel 4.2.
dapat dianggap sebagai mendekati benar atau untuk rumus :

dimana :
Q : debit, m3/dt
: koefisien debit (lihat Tabel 4.2)
A : luas pipa, m3
g : percepatan gravitasi, m/dt ( 9,8)
z : kehilangan tinggi energi pada gorong gorong, m
Tabel 4.2. Harga-harga dalam gorong-gorong pendek

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 44 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

a.7. Standar Ukuran dan Penulangan Gorong-Gorong Segi Empat


a.7.1 Analisis Pembebanan
Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak yang umumnya
disebut highly compressible, dengan mengambil hasil pembebanan
terbesar/maksimum dari kombinasi pembebanan sebagai berikut :
1) berat sendiri gorong-gorong persegi beton bertulang
2) beban roda atau muatan rencana untuk middle tire sebesar 5 ton
3) beban kendaraan di atas konstruksi gorong-gorong persegi ini
diperhitungkan setara dengan muatan tanah setinggi 100 cm
4) tekanan tanah aktif
5) tekanan air dari luar
6) tekanan hidrostatik (qa)
7) asumsi kedalaman lapisan penutup tanah adalah sebesar 1,0 m
a.7.2 Desain Parameter
Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan struktur goronggorong ini disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3. Parameter desain gorong-gorong persegi empat (box culvert)

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 45 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

a.7.3 Penulangan
Penulangan gorong-gorong beton bertulang ini dirancang sedemikian rupa
sehingga :
1) diameter tulangan yang digunakan 16 mm dan 12 mm
2) bentuk/ukuran segmen penulangan sederhana, praktis dan dapat
dipakai pada beberapa segmen gorong-gorong serta beratnya pun
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga mudah dirakit/dipasang dan
diikat
3) pembengkokan dan penempatan tulangan direncanakan sedemikian
rupa sehingga tidak membahayakan pemakai jalan bila penutup beton
pecah karena benturan keras atau aus (ujung tulangan tidak akan
menonjol ke permukaan lantai kendaraan)
a.7.4 Dasar-dasar Pelaksanaan
Konstruksi gorong-gorong persegi beton bertulang ini dirancang dengan
cara pengecoran di tempat, menggunakan perancah sementara dan
bekisting yang harus dibongkar segera setelah kekuatan beton tercapai
yaitu umur beton kurang lebih 28 hari.
Panjang gorong-gorong persegi, merupakan lebar jalan ditambah dua kali
lebar bahu jalan dan dua kali tebal dinding sayap. Konstruksi goronggorong persegi beton bertulang ini direncanakan dapat menampung
berbagai variasi lebar perkerasan jalan, sehingga pada prinsipnya panjang
gorong-gorong persegi adalah bebas, tetapi pada perhitungan volume dan
berat besi tulangan diambil terbatas dengan lebar perkerasan jalan yang
umum yaitu 3,5 ; 4,5 ; 6 dan 7 m.
Fungsi dari bangunan terjun pada saluran irigasi adalah untuk mengatasi
perbedaan ketinggian yang terlalu besar antara kemiringan saluran
dengan kemiringan medan. Dengan kata lain, bangunan terjun berfungsi
sebagai pengatur tinggi mukai air.
b. Sipon
b.1. Umum
Sipon (Gambar 4.7) adalah bangunan yang membawa air melewati bawah
saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir
karena tekanan.
Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran,
kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan
pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar.
Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan
pembersihan dan inspeksi. Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas
dalam mengangkut lebih banyak air daripada yang direncana, bangunan
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 46 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

ini tidak akan dipakai dalam pembuang. Walaupun debit tidak diatur, ada
kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda
hanyut.

Gambar 4.7. Contoh bangunan sipon


Agar pipa sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang
masuk secara kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi
penyaring (trashrack).
Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu
agar air tidak meluap di atas tanggul saluran hulu. Di saluran-saluran yang
lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap (double barrels) guna
menghindari kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan itu
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 47 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga


menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya
pelaksanaan bangunan.
Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang
periksa (manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan,
khususnya untuk jembatan sipon. Pemasangan sipon (yang panjangnya
lebih dari 100 m) memerlukan seorang ahli mekanik dan hidrolik.
b.2. Kecepatan aliran
Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi.
Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan
tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi
dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan
aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal aliran
dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih disukai lagi kalau
tidak kurang dari 1,5 m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi
3 m/dt.
b.3. Perapat pada lubang masuk pipa
Bagian atas lubang pipa berada sedikit di bawah permukaaan air normal
ini akan mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon akibat
masuknya udara ke dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas
lubang sipon disebut air perapat (water seal). Tinggi air perapat
bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon, pada umumnya: 1,1hv
< air perapat < 1,5hv (sekitar 0,45 m, minimum 0,15 m) di mana hv =
beda tinggi kecepatan pada pemasukan.
b.4. Kehilangan tinggi energi
Kehilangan tinggi energi pada sipon terdiri dari :
1) Kehilangan masuk
2) kehilangan akibat gesekan
3) kehilangan pada siku
4) kehilangan keluar
b.5. Kisi-kisi penyaring
Kisi-kisi penyaring (lihat Gambar 4.8) harus dipasang pada bukaan/ lubang
masuk bangunan di mana benda-benda yang menyumbat menimbulkan
akibat-akibat yang serius, misalnya pada sipon dan gorong-gorong yang
panjang. Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup
seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan
penggaruk (rake).

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 48 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.8 Kisi-kisi penyaring


b.6. Pelimpah
Biasanya sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di hulu bangunan itu
(lihat Gambar 4.7). Dalam kondisi penempatan bangunan pengeluaran
sedimen direncanakan pada ruas ini, serta ketersediaan lahan/ruang
mencukupi, maka disarankan dilakukan penggabungan bangunan
pelimpah dengan bangunan pengeluar sedimen(sediment excluder).
Pelimpah samping adalah tipe paling murah dan sangat cocok untuk
pengaman terhadap kondisi kelebihan air akibat bertambahnya air dari luar
saluran. Debit rencana pelimpah sebaiknya diambil 60% atau 120% dari
Qrencana (lihat Bab 7 KP-04).
Penggabungan peluap dan bangunan pengeluar sedimen (sediment
excluder) dalam satu kompleks perlu mempertimbangkan debit dan
keleluasaan ruang yang ada.
b.7. Sipon Jembatan
Kadang-kadang akan sangat menguntungkan untuk membuat apa yang
disebut jembatan sipon. Bangunan ini membentang di atas lembah yang
lebar dan dalam. Mungkin juga (dan ekonomi) untuk membuat talang
bertekanan.
c. Talang dan Flum
Talang (Gambar 4.9) adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan
beton bertulang, kayu atau baja maupun beton ferrocement, didalamnya
air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas lembah dengan
panjang tertentu (umumnya di bawah 100 m), saluran pembuang, sungai,
jalan atau rel kereta api, dan sebagainya. Saluran talang, minimum
ditopang oleh 2 (dua) pilar atau lebih dari konstruksi pasangan batu untuk
tinggi kurang 3 meter (beton bertulang pertimbangan biaya) dan konstruksi
pilar dengan beton bertulang untuk tinggi lebih 3 meter.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 49 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.9. Contoh bangunan talang


Sedangkan flum adalah saluran-saluran buatan yang dibuat dari
pasangan, beton baik yang bertulang maupun tidak bertulang, baja atau
kayu maupun beton ferrocement. Didalamnya air mengalir dengan
permukaan bebas, dibuat melintas lembah yang cukup panjang > 60 meter
atau disepanjang lereng bukit dan sebagainya. Dan dasar saluran flum
tersebut terletak diatas muka tanah bervarasi tinggi dari 0 meter dan
maksimum 3 meter. Untuk menopang perbedaan tinggi antara muka tanah
dan dasar saluran flum dapat dilaksanakan dengan tanah timbunan atau
pilar pasangan batu atau beton bertulang.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 50 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

c.1. Talang
c.1.1 Potongan Melintang
Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai banding b/h,
dimana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai
banding berkisar antara 1 sampai 3 yang menghasilkan potongan
melintang hidrolis yang lebih ekonomis.
c.1.2 Kemiringan dan Kecepatan
Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi daripada kecepatan dipotongan
saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian rupa
sehingga tidak akan terjadikecepatan superkritis atau mendekati kritis,
karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Untuk nilai banding potongan
melintang pada pasal c.1, ini memberikan kemiringan maksimum I = 0,002.
c.1.3 Peralihan
Peralihan masuk dan keluar dapat diperkirakan dengan Gambar 4.10 dan
menghitung kehilangan tinggi energi. Untuk menentukan panjang peralihan
di hulu maupun dihilir dihitung dengan rumus:

dimana;
B : lebar permukaan air di saluran
b : lebar permukaan air di bagian talang
L : panjang peralihan atau transisi antara talang dengan saluran
: sudut antara garis as talang dengan garis pertemuan permukaan air

Gambar 4.10. Panjang peralihan talang


c.1.4 Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum didasarkan
pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-harga tinggi jagaan
dapat diambil dari KP 03 Saluran, pasal 4.3.6 Saluran Pasangan.
Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang, harus dipakai hargaharga ruang bebas berikut
1) pembuang intern Q5 + 0,50 m
2) pembuang ekstern Q25 + 1,00 m

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 51 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

3) sungai: Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan perencana,


tapi tidak kurang dari 1,50 m. Perencana akan mendasarkan
pilihannya pada karakteristik sungai yang akan dilintasi, seperti
kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi atau degradasi.
c.1.5 Bahan
Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah
dipasang dan sangat kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih ekonomis
daripada tipe-tipe bangunan atau bahan lainnya. Tetapi baja memiliki satu
ciri khas yang harus mendapat perhatian khusus baja mengembang
(ekspansi) jika kena panas. Ekspansi baja lebih besar dari bahan-bahan
lainnya.
Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi. Sambungan ekspansi
hanya dapat dibuat di satu sisi saja atau di tengah pipa, bergantung
kepada bentang dan jumlah titik dukung (bearing point). Pipa-pipa
terpendam tidak begitu memerlukan sarana-sarana semacam ini karena
variasi temperatur lebih kecil dibanding untuk pipa-pipa di udara terbuka.
Flum dibuat dari kayu, baja atau beton. Untuk menyeberangkan air lewat
saluran pembuang atau irigasi yang lain, petani sering menggunakan flum
kayu. Flum baja atau beton dipakai sebagai talang. Untuk debit-debit yang
besar, lebih disukai flum beton. Kedua tipe bangunan tersebut dapat
berfungsi ganda jika dipakai sebagai jembatan orang (baja) atau
kendaraan (beton). Flum merupakan saluran tertutup jika dipakai sebagai
jembatan jalan.
c.1.6 Standar Ukuran dan Penulangan Talang
a). Analisis Pembebanan
Pembebanan talang (aquaduct) irigasi selain beban air irigasi
diperhitungkan juga beban lalu lalang sesuai fungsi jembatan sebagai
jembatan inspeksi. Pembebanan akibat berat air sesuai volume air yang
melalui talang yaitu debit x panjang bentang talang. Sedang pembebanan
jembatan telah diuraikan dalam KP-06 parameter bangunan. Bangunan
talang dilengkapi jembatan terdiri dari dua bagian yaitu : bangunan atas
dan bangunan bawah (hitungan selengkapnya lihat KP-04).
c.2 Bangunan Elevated Flume
Elevated flume merupakan saluran air melalui celah sempit yang
ditinggikan dari permukaan tanah. Kemiringan memanjang saluran flume
dibuat curam daripada saluran dihulu atau dibagian hilirnya.
Kecepatan maksimum yang diijinkan 4 m/det, kecepatan normal 0,7
sampai 3 m/dt. Bila tingginya cukup maka kemiringan saluran flume dapat
dibuat lebih besar daripada 1/250 atau 1/400 (0,00285 atau 0,00250).
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 52 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Secara umum aliran dielevated flume ini dihitung sebagai aliran merata di
hilir dan hulu saluran. Standar panjang saluran transisi sebagai berikut :

Gambar 4.11 Standar Saluran Transisi


Konstruksi flume umumnya menggunakan beton dengan potongan
melintang segi empat dan secara normal setiap 8 m diberi waterstop
seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.12 Saluran tiap 6 atau 8 m diberi water stop

c.2.1 Penentuan dimensi


Penentuan dimensi potongan flume segi empat dapat dilakukan dengan 2
(dua) cara yaitu:
a) Menggunakan Grafik
Konstruksi flume biasanya menggunakan beton, dimensinya diketahui
melalui grafik yang tertera pada Gambar 4.13 di bawah ini. Dimensi
dapat ditentukan jika diketahui debit (Q) dan slope atau kemiringan
memanjang saluran serta koefisien kekasaran (n).

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 53 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.13. Grafik untuk menentukan dimensi Flume berdasarkan b


dan d flume
dimana :
b : lebar saluran
d : tinggi aliran dalam saluran
n : koefisien kekasaran
I : kemiringan (slope) potongan memanjang
b) Dengan perhitungan
Perhitungan yang digunakan sama dengan rumus untuk perhitungan
saluran terbuka.
Tinggi jagaan (freeboard) dihitung dengan :
1. minimum tinggi jagaan sekitar 0,10 sampai 1,50 kali lining saluran
dihulu dan dihilir.
2. Fb = 0,07 d + hv + (0,05 0,15)

Gambar 4.14. Potongan memanjang flume

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 54 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Persamaan untuk perhitungan gesekan karena kemiringan I di elevated


flume dan perhitungan kehilangan tinggi (jenis peralihan punggung patah)
dapat dilihat pada KP-04. Sedangkan Harga-harga koefisien kehilangan
tinggi energi masuk (inlet) dan keluar (outlet) dapat dilihat pada Tabel 5.3
pada Kriteria Perencanaan Saluran (KP-03).
Di Indonesia pada umumnya saluran flume diletakkan diatas timbunan
(kurang dari 3 m). Elevated flume diletakkan diatas pilar dengan
pertimbangan antara lain :
1) Bila timbunan lebih dari 3 m
2) Harga biaya timbunan tanah lebih mahal daripada biayapilar yang
disebabkan antara lain sumber tanah timbunan lokasinya jauh dari
proyek.
3) Terkait masalah pembebasan tanah
c.2.2 Daftar Dimensi Elevated Flume
Untuk memudahkan menentukan dimensi saluran Elevated Flume, maka
dibuat daftar yang terkait dimensi, debit, kecepatan dan kemiringan
memanjang saluran seperti yang terlihat pada Tabel 5.10 KP-04.
Desain parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan struktur
elevated flume dan kriteria penulangan talang beton bertulang ini
dirancang sedemikian dapat dilihat pada KP-04.
d. Bangunan Terjun
d.1 Umum
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan
tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan.
Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masingmasing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas (lihat Gambar 4.15).
1) Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi
superkritis
2) bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
3) bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 4.15, yaitu
tempat di mana energi diredam
4) bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah
erosi
d.2 Bagian Pengontrol
Pada bagian pertama dari bangunan ini, aliran di atas ambang dikontrol.
Hubungan tinggi energi yang memakai ambang sebagai acuan (h1) dengan
debit (Q) pada pengontrol ini bergantung pada ketinggian ambang (p1),
potongan memanjang mercu bangunan, kedalaman bagian pengontrol
yang tegak lurus terhadap aliran, dan lebar bagian pengontrol ini.
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 55 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Bangunan-bangunan pengontrol yang mungkin adalah alat ukur ambang


lebar atau flum leher panjang, bangunan pengatur mercu bulat dan
bangunan celah pengontrol trapesium (Lihat KP-04).

Gambar 4.15 Bangunan terjun dan peredam energy


Pada waktu menentukan bagian pengontrol, kurve Q-h1 dapat diplot pada
grafik. Pada grafik yang sarna harus diberikan plot debit versus kedalaman
air saluran hulu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.16. Dengan cara
menganekaragamkan harga-harga pengontrol, kedua kurve dapat dibuat
untuk bisa digabung dengan harga-antara umum aliran di saluran tersebut.
Keuntungan dari penggabungan semacam ini adalah bahwa bangunan
pengontrol tidak menyebabkan kurve pengempangan (dan sedimentasi)
atau menurunnya muka air (dan erosi) di saluran hulu.

Gambar 4.16 Penggabungan kurve Q y1 dan Q h1 sebuah bangunan

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 56 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

d.3 Bangunan Terjun Tegak


Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya
ditambah. Juga kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di
tempat jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi perubahan debit.
Bangunan terjun sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi,
diatas bangunan melebihi 1,50 m.
Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan mengenai
lantai kolam dan bergerak ke hilir pada potongan U (lihat Gambar 4.15).
Akibat luapan dan turbulensi (pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai
luapan, sebagian dari energi direndam di depan potongan U. Energi
selebihnya akan diredam di belakang potongan U. Sisa tinggi energi hilir
yang memakai dasar kolam sebagai bidang persamaan, Hd, tidak berbeda
jauh dari perbandingan Z/H1, dan kurang lebih sama dengan 1,67H1 (lihat
Persamaan 5.13 KP-04). Harga Hd ini dapat dipakai untuk menentukan Z
sebuah bangunan terjun tegak.
Bangunan terjun dengan bidang tegak sering dipakai pada saluran induk
dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar.
Menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi (1980) tinggi terjun tegak
dibatasi sebagai berikut :
(1) Tinggi terjun maksimum 1,50 meter untuk Q < 2,50 m3 / dt.
(2) Tinggi terjun maksimum 0,75 meter untuk Q > 2,50 m3 / dt
Perencanaan hidrolis bangunan terjun dipengaruhi oleh besaran-besaran
berikut :
H1 = tinggi energi di muka ambang, m
H = perubahan tinggi energi pada bangunan, m
Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak, m
q = debit per satuan lebar ambang, m2/dt
g = percepatan gravitas, m/dt2 ( 9,8)
n = tinggi ambang pada ujung kolam olak, m
Besaran-besaran ini dapat digabungkan untuk membuat perkiraan awal
tinggi bangunan terjun :
Z = (H + Hd) H1
Untuk perikiraan awal Hd, boleh diandaikan, bahwa
Hd 1,67 H1
Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan

dan selanjutnya,
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 57 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

yu = q/vu
Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan
bilangan Froude tak berimensi :

Geometri bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang yd/ z dan


Lp/z kini dapat dihitung dari Gambar 4.17. Pada Gambar 4.17. ditunjukkan
yd dan Lp

Gambar 4.17. Grafik tak berdimensi dari geometri bangunan terjun tegak
Kriteria bangunan terjun tegak, antara lain:
1) Jika dibuat dari pasangan batu, kehilangan ketinggian permukaan air
kurang dari 1 m (Z < 1 m)
2) Jika dibuat dari pasangan beton, maka Z > 1 meter
3) Terjunan tegak umumnya ditempatkan pada saluran tersier
Analisis hidrolisnya, lihat KP-05
d.4 Bangunan Terjun Miring
Permukaan miring, yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah
praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi energi jatuh
melebihi 1,5 m. Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang
dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing
dipakai di antara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir),
disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1:2
(lihat Gambar 4.18).

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 58 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.18. Bangunan terjun miring


Alasannya adalah untuk mencegah pemisahan aliran pada sudut miring.
Jika diperlukan kemiringan yang lebih curam, sudut runcing harus diganti
dengan kurve peralihan dengan jari-jari r 0,5 Hlmaks. Harga-harga yu dan
Hd, yang dapat digunakan untuk perencanaan kolam di belakang potongan
U, mungkin dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel A2.6 (Lampiran
2 KP-04) Tinggi energi Hu pada luapan yang masuk kolam pada potongan
U mempunyai harga yang jauh lebih tinggi jika digunakan permukaan hilir
yang miring, dibandingkan apabila luapan jatuh bebas seperti pada
bangunan terjun tegak.
Sebabnya ialah bahwa dengan bangunan terjun tegak, energi diredam
karena terjadinya benturan luapan dengan lantai kolam dan karena
pusaran turbulensi air di dalam kolam di bawah tirai luapan. Dengan
bangunan terjun miring, peredaman energi menjadi jauh berkurang akibat
gesekan dan aliran turbulensi di atas permukaan yang miring.
e. Got Miring
Bila saluran mengikuti kemiringan lapangan yang panjang dan curam ,
maka sebaiknya dibuat got miring. Aliran dalam got miring (lihat Gambar
4.19) adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan berangsur
agar tidak terjadi gelombang. Gelombang ini bisa menimbulkan masalah di
dalam potongan got miring dan kolam olak karena gelombang sulit
diredam.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 59 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.19 Tipe-tipe got mirin segiempat


e.1 Peralihan
USBR (1978) mengajurkan agar aturan-aturan berikut diikuti dalam
perencanaan geometris bagian peralihan (masuk dan keluar) :
1) Kotangen sudut lentur permukaan air () tidak boleh kurang dari 3,375
kali bilangan Froude aliran (Bila kriteria ini tidak berhasil mengontrol
pelenturan, maka pelenturan maksimum sebaiknya 30o pada peralihan
masuk dan 25o pada peralihan keluar)
2) Peralihan masuk nonsimetris dan perubahan-perubahan pada trase
tepat didepan bangunan harus dihindari karena hal-hal tersebut bisa
mengakibatkan terjadinya gelombang-gelombang silang di dalam got
miring dan arus deras di dalam kolam olak.
3) Kecepatan saluran di got miring tidak melebihi 2 m/dt untuk saluran
pasangan batu dan 3 m/dt untuk saluran dari pasangan beton.
Kriteria dan persamaan untuk perhitungan lantai peralihan dapat dilihat
dalam KP-04.
e.2. Bangunan Pembawa
Persamaan Bernoullis dipakai untuk menghitung perubahan aliran di
dasar got miring.
Persamaan tersebut harus dicoba dulu :
d1 + hv1 + Z1 = d2 + hv2 + hf + Z2
dimana :
d1 : kedalaman diujung hulu kolam, m
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 60 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

hv1 : tinggi kecepatan di ujung hulu, m


d2 : kedalaman di ujung hilir kolam, m
hv2 : tinggi kecepatan di ujung hilir, m
hf : kehilangan energi akibat gesekan pada ruas, m
Z1 : jarak bidang referensi, m
Z2 : jarak bidang referensi, m
Kehilangan energi karena gesekan hf sama dengan sudut gesekan ratarata Sa pada ruas kali panjangnya L. Dengan rumus Manning/ Strickler,
sudut gesekan tersebut adalah :

dimana :
v : kecepatan, m/dt
k : koefisien kekasaran, m1/3/dt
R : jari-jari hidrolis, m
Kehilangan energi akibat gesekan, hf boleh diabaikan untuk got miring
yang panjangnya kurang dari 10 m.
Potongan biasa untuk bagian miring bangunan ini adalah segi empat.
Tetapi, andaikata ada bahaya terjadinya aliran yang tidak stabil dan
timbulnya gelombang, maka potongan dengan dasar berbentuk segi tiga
dan dinding vertikal dapat dipilih.
Tinggi dinding got miring yang dianjurkan sama dengan kedalaman
maksimum ditambah dengan tinggi jagaan (lihat Tabel 4.4) atau 0,4 kali
kedalaman kritis di dalam potongan got miring ditambah dengan tinggi
jagaan, yang mana saja yang lebih besar.
Tabel 4.4. Tinggi minimum untuk got miring (dari USBR, 1973)

Bila kecepatan di dalam got miring lebih dari 9 m/dt, maka kemungkinan
volume air tersebut bertambah akibat penghisapan udara oleh air.
Peninggian dinding dalam situasi ini termasuk persyaratan yang harus
dipenuhi, di samping persyaratan bahwa kedalaman air tidak boleh kurang
dari 0,4 kali kedalaman kritis.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 61 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

f. Jalan inspeksi
Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan jalan
petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di dalam petak
tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke
boks bagi yang terletak paling ujung/hilir. Karena kendaraan yang di pakai
oeh ulu-ulu dan para pembantunya adalah sepeda atau sepeda motor,
maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5 - 2,0 m.
Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan
kerikil setebal 0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan
jalan adalah bahan aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir
di daerah proyek. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun
dengan lapisan dasar dari sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B
setebal 0.20 m supaya kuat. Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau
kerikil bergradasi jelek hendaknya dihindari. Di daerah-daerah datar atau
rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil 0,3 - 0,5 m di atas tanah di
sekelilingnya.

Gambar 4.20. Jembatan pada jalan petani dan jalan inspeksi

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 62 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

g. Bangunan akhir
Bangunan akhir harus dibuat di ujung saluran pembawa kuarter untuk
membuang kelebihan air. Bangunan akhir berupa pelimpah yang
disesuaikan dengan muka air rencana. Untuk membilas endapan,
bangunan itu dilengkapi dengan skot balok.

Gambar 4.21. Bangunan akhir di saluran kwarter


Penentuan jenis bangunan pelengkap yang diperlukan juga dipengaruhi
oleh lokasi dan kondisi topografi setempat. Sebagai contoh, jenis
bangunan pelengkap yang dapat digunakan pada saluran yang melintasi
lembah/sungai yang cukup dalam adalah talang air.
Tujuan pemeriksaan ulang terhadap rencana letak, jenis dan tipe
bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi adalah untuk memastikan
bahwa rancangan yang dibuat sudah sesuai tata aturan yang telah
ditetapkan berdasarkan pedoman krietria dan kondisi lapangan
sebenarnya.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 63 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa rencana letak, jenis


dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi
4.4.2

Perencanaan Bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap


Bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dirancang dengan
cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria perencanaan.
Dalam merencanakan dan merancang jenis bangunan pembawa berupa
sipon yang relative pendek dengan aliran penuh, maka kecepatan aliran
yang diijinkan adalah kurang dari 2 m/det.
Yang termasuk dalam bangunan pengatur, antara lain adalah:
a. Pintu Skot balok
b. Pintu sorong
c. kontrol celah trapezium
Bahan/material yang umum digunakan dalam merancang bangunan
pelengkap berupa terjunan di saluran tersier adalah pasangan batu kali.
Sedangkan untuk bangunan talang/flum yang terdapat pada saluran
pembawa dapat menggunakan bahan dari kayu.
Cara merancang bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dapat
dilihat pada sub bab sebelumnya, sedangkan detail pedoman dan lampiran
dapat dilihat pada kriteria perencanaan KP-04.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam merancang bentuk bahan, dan
struktur bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi, serta ketaatan dan
konsistensi
terhadap
penerapan
kriteria
perencanaan
dalam
merencanakan bentuk bahan, dan struktur bangunan pelengkap.

4.4.3

Perhitungan Dimensi bangunan pelengkap


Dimensi bangunan pelengkap dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi
tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan. Perhitungan dimensi
bangunan pelengkap disajikan pada sub bab 4.4.1. Berikut ini diberikan
beberapa contoh perhitungan ketentuan untuk masing-masing bangunan
pelengkap.
Kehilangan energi yang terjadi pada sipon terkait dengan rancangan sipon
adalah:
1)
Kehilangan masuk
2)
kehilangan akibat gesekan
3)
kehilangan pada siku
4)
kehilangan keluar

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 64 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Salah satu rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dimensi


gorong-gorong yang dibutuhkan berdasarkan kriteria perencanaan adalah:
Q=.A(2.g.z)
dimana :
Q : debit, m3/dt
: koefisien debit
A : luas pipa, m3
g : percepatan gravitasi, m/dt ( 9,8)
z : kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong, m
Kriteria rancangan untuk bangunan terjunan tegak berdasarkan KP-04,
Panjang kolam olakan:

L C1.

Z .dc 0,25

lebar bukaan:
Q = B1,71H3/2
Ketinggian energi disebelah hulu:

V12
H h1
2.g
lebar total :
Bt = B + 0,2h1
Kriteria rancangan untuk bangunan sipon berdasarkan kriteria
perencanaan, antara lain: kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali dari
kecepatan di saluran, berkisar 1,5 < V sipon < 3,0 m/det. Dan termasuk
aliran tertutup. yang harus diperhatikan, adalah terjadi beberapa
kehilangan energi, diantaranya:
1) Kehilangan akibat adanya kisi-kisi
2) Kehilangan pada saat masuk
3) Kehilangan akibat gesekan
4) Kehilangan akibat adanya tikungan
5) Kehilangan pada saat keluar
Kriteria rancangan untuk bangunan talang berdasarkan
perencanaan, harus memperhatikan;
Ketinggian air didalam talang ditentukan dengan persamaan :

kriteria

Q .b.h2 . 2.g.( H1 h2 )
Tinggi energi di hulu talang

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 65 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

H1 h1

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

V12
2.g

Kehilangan energi yang diperhitungkan, diantaranya:


Kehilangan energi pada saat masuk
Kehilangan energi akibat gesekan
Kehilangan energi pada saat keluar
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi bangunan
pelengkap sesuai dengan fungsi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap
penerapan criteria perencanaan dalam menghitung dimensi bangunan
pelengkap.
4.4.4

Mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi


bangunan pelengkap
Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap
dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. Indikasi
bahwa rancangan bangunan pelengkap telah disetujui dan ditetapkan,
terlihat dari semua rancangan bangunan pelengkap telah mendapatkan
persetujuan dari pemberi tugas atau pihak terkait yang berwenang untuk
menetapkan.
Rangkuman hasil perencanaan bangunan pelengkap irigasi juga harus
dibuat untuk memudahkan dalam pemeriksaan dan analisis berikutnya.
Hal penting yang harus ada dalam rangkuman atas hasil perancangan
bangunan pelengkap irigasi, diantaranya adalah:
1) Jenis bangunan,
2) Dimensi bangunan
3) material yang digunakan,
4) elevasi muka air dihulu dan dihilir bangunan,
5) lokasi bangunan
6) Jumlah bangunan
Selain rangkuman hasil perancangan, gambar sket hasil perhitungan
dimensi bangunan pelengkap jaringan irigasi juga harus dibuat. Tujuan
pembuatan sket gambar hasil perhitungan dimensi bangunan pelengkap
jaringan irigasi adalah sebagai landasan bagi juru gambar untuk
mentransfer menjadi gambar perencanaan berdasarkan pedoman KP-07.
Rancangan bangunan pelengkap irigasi yang telah selesai dibuat
berdasarkan kriteria perencanaan harus dijelaskan kepada pihak terkait.
Tujuan memberikan penjelasan hasil rancangan banguna pelengkap
kepada pihak terkait, adalah untuk diketahui dan dicek apakah sudah

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 66 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

sesuai dengan standar dan pedoman, untuk kemudian disetujui dan


ditetapkan.
Untuk itu perlu kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil
penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap kepada
pihak terkait agar diperoleh persetujuan.

4.5

Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang


Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pertimbangan biaya
pelaksanaan dan pemeliharaan yang terendah. Ruas-ruas harus stabil terhadap
erosi dan sedimentasi minimal pada setiap potongan melintang dan seimbang.
Dengan adanya saluran pembuang, air dari persawahan menjadi lebih bersih dari
sedimen. Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria yang menentukan.
Kecepatan rencana hendaknya tidak melebihi kecepatan maksimum yang
diizinkan. Kecepatan maksimum yang diizinkan bergantung kepada bahan tanah
serta kondisinya.
Saluran pembuang direncana di tempat-tempat terendah dan melalui daerahdaerah depresi. Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini menentukan
kemiringan memanjang saluran pembuang tersebut. Apabila kemiringan dasar
terlalu curam dan kecepatan maksimum yang diizinkan akan terlampaui, maka
harus dibuat bangunan pengatur (terjun).
Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan
maksimum yang diizinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering
terjadi, debit dan kecepatan aliran pembuang akan lebih rendah di bawah kondisi
eksploitasi rata-rata.
Khususnya dengan debit pembuang yang rendah, aliran akan cenderung
berkelok-kelok (meander) bila dasar saluran dibuat lebar. Oleh karena itu,
biasanya saluran pembuang direncana relatif sempit dan dalam. Variasi tinggi air
dengan debit yang berubah-ubah biasanya tidak mempunyai arti penting.
Potongan-potongan yang dalam akan memberikan pemecahan yang lebih
ekonomis.
Kemiringan dasar saluran pembuang biasanya mengecil di sebelah hilir
sedangkan debit rencana bertambah besar. Parameter angkutan sedimen relatif
IR dalam prakteknya akan menurun di sebelah hilir akibat akar R kuadrat.
Sejauh berkenaan dengan air buangan yang relatif bersih dari sawah, hai ini tidak
akan merupakan masalah yang berarti. Keadaan ini harus dihindari apabila air
buangan yang bersedimen harus dialirkan.
Bila saluran air alamiah digunakan sebagai saluran pembuang, maka umumnya
akan lebih baik untuk tidak mengubah trasenya karena saluran alamiah ini sudah
menyesuaikan potongan melintang dan kemiringannya dengan alirannya sendiri.
Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap kikisan jika
dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun dengan kemiringan
talut yang sama.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 67 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Pemantapan saluran air dan sungai alamiah untuk menambah kapasitas


pembuang sering terbatas pada konstruksi tanggul banjir dan sodetan dari
lengkung meander.
Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air tanah
atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu perencana
harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna memperkecil
dampak yang mungkin timbul.
4.5.1 Perencanaan Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran
pembuang
Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dirancang
dengan cermat berdasarkan kondisi tanah. Fungsi saluran pembuang
pada jaringan irigasi adalah untuk mengalirkan air yang sudah tidak
terpakai dan membuang kelebihan air akibat curah hujan yang tinggi.
a. Kriteria Saluran Pembuang
a.1 Geometri
Potongan melintang saluran pembuang direncana relatif lebih dalam
daripada saluran irigasi dengan alasan sebagai berikut :
1) Untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah
2) Variasi tingggi muka air lebih besar, perubahan-perubahan pada debit
pembuangan dapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan
3) Saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang lebih stabil
pada debit-debit rendah, sedangkan saluran pembuang yang lebih
besar akan menunjukkan aliran yang berbelok-belok.
Perbandingan kedalam lebar dasar air (n = b/h) untuk saluran pembuang
sekunder diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran pembuang yang lebih
besar, nilai banding ini harus paling tidak 3. Tipe-tipe potongan melintang
disajikan pada gambar 4.22 Untuk saluran pembuang skunder dan primer,
lebar dasar minimum diambil 0,60 m.
a.2 Kemiringan Talut Saluran Pembuang
Pertimbangan-pertimbangan untuk kemiringan talut sebuah saluran
pembuang buatan mirip dengan pertimbangan untuk saluran irigasi.
Harga-harga kemiringan minimum talut untuk saluran pembuang pada
berbagai bahan tanah diambildari Tabel 4.5 dan Gambar 4.22.
Tabel 4.5 Kemiringan talut minimum untuk saluran pembuang

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 68 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.22. Tipe-tipe potongan melintang saluran pembuang

a.3 Lengkung saluran pembuang


Jari-jari minimum lengkung sebagai yang diukur dalam as untuk saluran
pembuang buatan adalah sebagai berikut:

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 69 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Tabel 4.6 jari-jari lengkung untuk saluran pembuang tanah

Jika diperlukan jari-jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut boleh dikurangi
sampai 3xlebar dasar dengan cara memberi pasangan bagian luar
lengkungan saluran.
a.4 Tinggi jagaan
Karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang ratarata 5 tahun, maka tinggi muka air rencana maksimum diambil sama
dengan tinggi muka tanah. Galian tambahan tidak lagi diperlukan.
Apabila jaringan pembuang utama juga mengalirkan air hujan buangan
dari daerah-daerah bukan sawah dan harus memberikan perlindungan
penuh terhadap banjir, maka tinggi jagaan akan diambil 0,4 - 0,1 m (lihat
gambar 4.22 dan 4.23).

Gambar 4.23 Tinggi jagaan untuk saluran pembuang (dari USBR)


Untuk keperluan drainase, tinggi tanggul dihilir bendung didesain
menggunakan Q20 atau Q25 th. Jika ternyata resiko jika terjadi banjir di hilir
juga tinggi maka dapat dipertimbangkan debit banjir yang sama dengan
debit banjir rencana untuk bendungnya.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 70 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Bentuk saluran pembuang umumnya menggunakan bentukn trapezium.


Sedangkan bahan dan struktur saluran pembuang antara lain berupa:
a) Untuk saluran pembuang yang lurus dan tanah yang tahan erosi
b) Pada daeran tikungan atau tanah yang labil, saluran diperkuat dengan
menggunakan pasangan
Perlunya kecermatan dan ketelitian merancang bentuk penampang, bahan
dan struktur saluran pembuang berdasarkan kondisi tanah.
4.5.2 Menghitung Kapasitas Saluran Pembuang
Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan
kriteria perencanaan.
Saluran pembuang merupakan gabungan dari buang dari sawah dan
kelebihan air hujan:
Q buangan = Qd (sawah) + Qd (tempat lain)
Menurut kriteria perencanaan, perhitungan kapasitas saluran pembuang,
dipengaruhi oleh:
Air buang dari sawah; Qd = 1,62 Dm A0,92
Air buangan dari tempat-tempat lain di luar sawah; Qd = 0,116 R (1)5
A0,92
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung kapasitas saluran
pembuang, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria
perencanaan perhitungan kapasitas saluran pembuang

4.5.3 Menghitung Dimensi Saluran Pembuang


Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria
perencanaan yang telah ditetapkan.
a. Rumus dan Kriteria Hidrolis
a.1. Rumus Aliran
Untuk perencanaan potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai
aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (atau dengan metode
Manning).

dimana :
v : kecepatan aliran, m/dt
k : koefisien kekasaran strickler, m1/3/dt
R : jari-jari hidrolis, m
I
: kemiringan energi
Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 71 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

a.2. Koefisien Kekasaran Strickler


Koefisien Strickler k bergantung kepada sejumlah faktor, yakni:
- Kekasaran dasar dan talut saluran
- Lebatnya vegetasi
- Panjang batang vegetasi
- Ketidak teratruan dan trase, dan
- Jari-jari hidrolis dan dalamnya saluran.
Karena saluran pembuang tidak selalu terisi air, vegetasi akan mudah
sekali tumbuh disitu dan banyak mengurangi harga k. Penyiangan yang
teratur akan memperkecil harga pengurangan ini. Harga-harga k pada
Tabel 4.7. dapat dipakai untuk merencanakan saluran pembuang, dengan
mengandaikan bahwa vegetasi dipotong secara teratur.
Tabel 4.7. Koefisien kekasaran Strickler untuk saluran pembuang

Untuk saluran-saluran alamiah tidak ada harga umum k yang dapat


diberikan. Cara terbaik untuk memperkirakan harga itu ialah
membandingkan saluran-saluran alamiah tersebut dengan harga-harga k
dijelaskan di dalam keputusan yang relevan (sebagai contoh, lihat Ven Te
Chow ,1985).
a.3. Kecepatan maksimum yang di izinkan
Penentuan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang
dengan bahan kohesif mirip dengan yang diambil untuk saluran irigasi;
Vmaks = vbx A x B x C x D
Faktor D ditambahkan apabila dipakai banjir rencana dengan priode ulang
yang tinggi.Dianggap bahwa kelangkaan terjadinya banjir dengan priode
ulang diatas 10 tahun menyebabkan terjadinya sedikit kerusakan akibat
erosi. Ini dinyatakan dengan menerima vmaks yang lebih tinggi untuk
keadaan semacam ini; lihat Gambar 4.24 untuk harga-harga D. Nilai D
sama dengan 1 untuk priode ulang dibawah 10 tahun.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 72 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Gambar 4.24. Koefesien koreksi untuk berbagai priode ulang D


Untuk jaringan pembuangan intern, air akan dihitung sebagai bebas
sedimen. Untuk aliran pembuang silang, asal air harus diperiksa. Jika air
itu berasal dari daerah-daerah yang berpembuang alamiah, maka
konsentrasi sedimen dapat diambil 3.000 ppm. Air dihitung sebagai bebas
sedimen, apabila air pembuang silang berasal dari daerah persawahan.
Untuk konstruksi pada tanah-tanah nonkohesif, kecepatan dasar yang di
izinkan adalah 0,6 m/dt.
Apabila dikehendaki saluran pembuang juga direncanakan mempunyai
fungsi untuk menunjang pemeliharaan lingkungan dan cadangan air tanah
maka kecepatan saluran pembuang pada daerah yang memerlukan
konservasi lingkungan tersebut dapat dikurangi. Hal ini dimaksudkan untuk
memperbesar waktu dan tekanan infiltrasi dan sehingga akan menambah
kapasitas peresapan air kedalam tanah, namun perlu dipertimbangkan
adanya perubahan demensi saluran yang lebih besar akibat pengurangan
kecepatan ini.
7.2.4 Tinggi muka air
Tinggi muka air saluran pembuang di jaringan intern bergantung kepada
fungsi saluran. Di jaringan tersier, saluran tanah membuang airnya
langsung kesaluran pembuangan (kuarter dan tersier) dan tinggi muka air
pembuang rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan air tanah.
Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak-petak tersier
dilokasi yang tepat. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan
dengan muka air yang diperlukan di ujung saluran pembuang tersier.
Tinggi muka air di jaringan pembuang primer yang berfungsi untuk
pembuang air dari sawah dan mungkin daerah-daerah bukan sawah
dihitung sebagai berikut:

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 73 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

1) untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air mungkin naik sampai
sama dengan tinggi permukaan tanah.
2) Untuk pengaliran debit puncak, pembuang air dari sawah dianggap nol;
harga-harga tinggi muka air yang diambil ditunjukan pada Gambar 4.22.
Konsep dasar perencanaan saluran pembawa tidak menghendaki adanya
pengendapan di saluran sedangkan pada perencanaan saluran pembuang
diusahakan agar air cepat dapat dibuang sehingga tidak menyebabkan
penggenangan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman /padi.
Sejalan dengan menguatnya aspek lingkungan maka saluran pembuang
dapat direncanakan dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi dengan
tujuan agar terjadi infiltrasi yang besar sebelum mengalir kembali ke
sungai. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kwalitas lingkungan yang
lebih hijau, memperbesar cadangan air tanah dan mengurangi debit air di
saluran pembuang.
Batas atas kecepatan atas yang diizinkan adalah kecepatan yang tidak
menyebabkan erosi untuk jenis tanah tertentu pada saluran dan dapat
dihitung berdasar gaya seret. Batas atas kecepatan yang diizinkan atau
yang tidak menyebabkan erosi, untuk saluran lurus dengan kemiringan
kecil serta kedalaman aliran lebih kecil dari 0,90 m menurut U.S Bereau of
Reclamation (Fortier dan Scobey 1925) sebagai berikut :
Tabel 4.8. Kecepatan Maksimum yang diizinkan (oleh Portier dan Scobey)

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 74 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Batas bawah kecepatan air dalam saluran pembuang disesuaikan dengan


data kandungan sedimen, sedemikian sehingga tidak terjadi akumulasi
pengendapan yang dapat menyebabkan pendangkalan dan menghalangi
aliran yang memungkinkan terjadinya efek pembendungan. Batas
kecepatan bawah 0,3 m/det dapat menghindari pengendapan.
Beberapa faktor yang dapat dipertimbangan adalah:
1) Keliling basah yang lebih besar akan memperbesar infiltrasi
2) Makin besar lebar penampang saluran akan memperbesar
pembebasan tanah, tetapi dapat mengurangi perubahan kedalaman
air
3) Makin lambat kecepatan air dalam saluran tanpa terjadi pengendapan
akan memperbesar kapasitas peresapan / infiltrasi
4) Hubungan antara data sedimen dan kecepatan rencana dapat didekati
dengan cara perencanaan saluran kantong lumpur / sand trap.
Metode penghitungan ini hanya boleh diterapkan untuk debit-debit sampai
30 m3/dt saja. Bila diperkirakan akan terjadi debit lebih besar, maka debit
puncak dari daerah-daerah nonsawah dan debit pembuang sawah yang
terjadi secara bersamaan harus dipelajari secara bersama-sama dengan
kemungkinan pengurangan debit puncak dan pengaruh banjir sementara
yang mungkin juga terjadi.
Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang
sebaiknya diambil sebagai berikut:
1) Evaluasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan priode ulang 5
kali per tahun untuk sungai,
2) Muka air rencana untuk saluran pembuangan intern yang tingkatnya
lebih tinggi lagi,
3) Mean muka air laut (MSL) untuk laut.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi saluran
pembuang, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria
perencanaan perhitungan dimensi saluran pembuang.
4.5.4 Mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi
Saluran Pembuang
Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. Berdasarkan kriteria
perencanaan, maka dalam perancangan dimensi saluran pembuang dapat
digunakan rumus kecepatan dari Strickler, maupun Manning.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 75 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Hasil perancangan saluran pembuang irigasi perlu diperiksa kembali


apakah desain yang dilakukan sudah sesuai standar atau pedoman. Salah
satu indikasi yang bisa dipakai untuk memeriksa kembali saluran
pembuang, adalah pada bagian hilir (semakin ke hilir) akan terlihat lebar
saluran yang semakin membesar.
Rangkuman hasil perancangan saluran pembuang yang terdapat pada
jaringan irigasi juga perlu dibuat untuk lebih memudahkan dalam
pemeriksaan. Sebagai contoh, komponen yang setidaknya terdapat dalam
rangkuman perancangan saluran pembuang, antara lain:
a.
Panjang saluran
b.
Kemiringan saluran
c.
Lebar saluran
Selanjutnya rangkuman hasil perancangan yang mencakup bentuk dan
rancangan saluran pembuang irigasi harus disampaikan kepada pihak
terkait. Tujuan penyampaian hasil rancangan saluran pembuang irigasi
kepada pihak terkait adalah untuk memberiksan penjelasan tentang hasil
rancangan saluran pembuang irigasi, yang mana bila rancangan tersebut
sudah sesuai dengan kriteria perencanaan baik dari bentuk maupun cara
melakukan perhitungan dimensinya maka bisa disetujui dan ditetapkan.
Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil penetapan
dan perhitungan dimensi saluran pembuang kepada pihak terkait agar
diperoleh persetujuan

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 76 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN
KOMPETENSI
5.1

Sumber Daya Manusia


5.1.1

Instruktur
Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah
untuk :
1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan
dalam tahap belajar.
3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan
untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber
tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.
5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika
diperlukan.

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di
tempat kerja. Penilai akan :
1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan
merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan
peserta.
2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk
diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan
peserta.
3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan
Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber
dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses
belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang
berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2

Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )


5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan
Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung
proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan
materi pelatihan ini.

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 77 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :


Buku referensi (text book)/ buku manual servis
Lembar kerja
Diagram-diagram, gambar
Contoh tugas kerja
Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk
membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada
suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong
kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam
suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk
menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika
ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar
ini tidak tersedia/tidak ada.
5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:
Judul
Pengarang
Penerbit
Tahun terbit

:
:
:
:

Pedoman Kriteria Perencanaan 01-07 dan B01-02


2006

Judul
Pengarang/Penghimpun
Penerbit
Tahun terbit

: Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


:-

Judul
Pengarang
Penerbit
Tahun terbit

:
:
:
:

Judul
Pengarang
Penerbit
Tahun terbit

: Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Irigasi


:
:
:

::Undang-undang tentang Pengelolaan SDA


-

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 78 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi


Ahli Muda Perencana Irigasi

5.3

Kode Modul
F45 AMPI 02 004 01

Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan


5.3.1

Peralatan yang digunakan:


1) Naskah Undang-undang tentang SDA;
2) Naskah PP dan Perda tentang Irigasi
3) Naskah irigasi air tanah

5.3.2

Bahan yang dibutuhkan:


1) Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02;
2) Undang-undang tentang Pengelolaan SDA
3) Peraturan Pemerintah tentang Irigasi

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi

Halaman: 79 dari 79
Buku Informasi

Edisi: 1-2012

Anda mungkin juga menyukai