n Kern. PU
t'
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
SAMBUTAN
MENTElU PEKERJAAN UMUM
Diiringi rasa syukur ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik atas penerbitan buku berjudul
KOMPEND/UM ADV/5 TEKN/5 BERBAGAI JEN/5 BENDUNG. Melalui buku ini diharapkan masyarakat
Indonesia khususnya para praktisi, akademisi, dan para pengelola bendung dapat memperoleh
berbagai informasi mengenai penanganan berbagai permasalahan bendung di Indonesia.
Bendung merupakan prasarana utama dalam irigasi dan Kementerian Pekerjaan Umum yang
salah satu tugasnya melakukan pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Air, secara
berkelanjutan melakukan pengembangan bangunan bendung di Indonesia. Walaupun sejak
tahun 1970-an, sudah banyak sekali bendung dibangun dan dioperasikan di seluruh Indonesia,
permasalahan terkait bendung hingga kini masih sering terjadi. Permasalahan terjadi baik
terhadap bendung yang sudah beroperasi maupun pada saat perencanaan, desain, dan
pelaksanaan pembangunan bendung baru. Penulisan buku kor:npendium ini diharapkan dapat
membantu dan menjadi pelajaran khususnya bagi para pengelola sumber daya air dalam
menangani permasalahan yang terjadi pada bendung. Di sisi lain, dengan diter~itkannya buku
ini diharapkan kegiatan advis teknis yang selama ini telah dilakukan oleh Pusat Litbang Sumber
Daya Air dapat lebih memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia secara luas.
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholder seperti para praktisi,
akademisi dan khususnya para pengelola sumber daya air.
Jakarta, April2012
Menteri Pekerjaan Umum,
~ Djoko Kirmanto
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
SAMBUTAN
KEPALA BADAN LITBANG
Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan elevasi
muka air sungai, sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi untuk berbagai
keperluan. Merancang bendung baru atau menangani bendung bermasalah memerlukan tidak
hanya keahlian tetapi juga pengalaman. Pengalaman seperti ini banyak diperoleh tenaga ahli
Pusat Litbang SDA pada saat memberikan layanan Advis Teknis kepada instansi atau institusi
yang bertanggung jawab mengelola bendung.
Advis Teknik yang dilakukan Pusat Litbang SDA sejak tahun 2003 ditujukan untuk mengurangi
resiko kegagalan, meningkatkan kualitas pekerjaan dan memberikan solusi pada permasalahan
yang terjadi di lapangan dalam pengelolaan prasarana sumber daya air seperti bendung. Advis
teknis diberikan baik pada tahap desain, pelaksanaan maupun pada pengoperasian dan
pemeliharaan bangunan bendung. "Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung" ini
disusun berdasarkan laporan-laporan advis teknik yang diberikan Pusat Litbang SDA terkait
permasalahan berbagai jenis bendung dan diterbitkan dengan tujuan agar pengalaman
berharga yang diperoleh secara langsung di lapangan dapat disebarluaskan, secara efektif ke
seluruh stakeholder terkait.
Semoga kompendium ini dapat mempermudah institusi pengelola sumber daya air dalam
mempelajari dan memahami berbagai jenis bendung di Indonesia sehingga dapat membantu
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi prasarana sumber daya air khususnya
prasarana bendung.
K2~ek::,
Dr. lr. Mohamad Hasan, Dipl. HE
NIP. 19530509 1978111001
iii
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan
Kompendium Advis Teknik Berbagai Jenis Bendung ini. Seperti diketahui bersama bahwa, salah
satu tugas Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air adalah memberikan layanan
Advis Teknis kepada instansi atau institusi yang bertanggung jawab mengelola sumber daya air,
seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Balai Wilayah Sungai (BWS) dan Dinas Pengelola
Sumber Daya Air Propinsi maupun Kabupaten.
Advis Teknis ditujukan untuk membantu instansi pengelola sumber daya air untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam mengelola prasarana sumber daya air yang menjadi
tanggung jawabnya, baik pada tahap perencanaan, desain, pembangunan, pengoperasian
maupun pemeliharaan dan rehabilitasi. Jenis prasarana sumber daya air yang menjadi sasaran
kegiatan Advis Teknis bermacam-macam, mulai dari pengendali morfologi sungai, bendungan,
bendung,jaringan irigasi, bangunan prasarana pantai, hingga bangunan sabo.
Dari pengalaman lapangan dapat diketahui bahwa banyak problema yang dihadapi sebenarnya
memiliki banyak kemiripan. Melihat pengalaman ini, maka perlu dilakukan kompilasi terhadap
permasalahan yang terjadi, penyebab, berbagai alternatif jalan keluar dan jalan keluar yang
diterapkan. Kompilasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengelola sumber daya air
untuk belajar dari pengalaman tersebut, sehingga terhindar dari permasalahan dan/atau dapat
secara mandiri memecahkan permasalahan yang dihadapi. Untuk keperluan ini disusun
Kompendium Advis Teknis Bidang Bendung yang didasari dari pengalaman dan laporan
pelaksanaan advis teknik yang diberikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Air pada periode tahun anggaran 2003-2010.
Kompendium Advis Teknis ini walaupun merupakan ringkasan dari laporan pelaksanaan Advis
Teknis pada periode tersebut di atas, namun cukup lengkap dan disusun dengan sistematika
tertentu. Kompendium Advis Teknis yang pertama disusun ini hanya untuk bangunan prasarana
sumber daya air bendung.
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan untuk penyusunan
kompendium Advis Teknis berbagai Jenis Bendung, khususnya Bapak
lr. Prayogo Endardjo, Dipl. HE yang telah membantu penelaahan laporan Advis Teknis
disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Besar harapan kami, kompendium ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka
menyediakan prasarana sumber daya air yang hand aI.
Bandung, Januari 2012
Penulis
v
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Ben dung
DAFTAR lSI
Halaman
1. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Kompendium ....................................................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan Pembuatan Kompendium Advis Teknis ..................................
1.3. Tujuan Pembuatan Buku Kompendium Advis Teknis ................................................ 1
1.4. Buku Kompendium Advis Teknis Bendung ................................................................... 2
vii
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
2.1.18 Kajian Lapangan atas Rencana Bendung Way Mulang, P. Buru 143
2.1.19 Rehabilitasi Bendung Kairatu II, P. Seram ...................................................... 150
2.2. Kompendium Advis Teknis Bendung Gergaji
2.2.1. Penyesuaian Desain dan Penanggulangan Kerusakan
Bendung Kalibumi, Papua .................................................................................. 156
2.2.2. Metode Perbaikan Kerusakan Bendung Kalibumi, Papua ......................... 162
2.2.3. Penyusunan Konsep Perbaikan dan Pengamanan
Bendung Kalibumi, Papua .................................................................................. 168
2.2.4. Revitalisasi Bendung Tami, Proyek lrigasi Jayapura,
Papua ....................................................................................................................... 174
2.3. Kompendium Advis Teknis Bendung Gerak
Uji Keandalan Mutu Penanggulangan Kerusakan Peredam Energi
dan Pengendali Dasar Sungai Bendung Pamarayan Baru, Banten ......................... 179
2.4. Kompendium Advis Teknis Bendung Karet
2.4.1. Uji Keandalan Mutu Tahap Pelaksanaan Rehabilitasi
Bendung Karet Jatimlerek di Sungai Brantas, Jawa Timur ........................ 186
2.4.2. Uji Keandalan Mutu Perbaikan Bendung Karet Jatimlerek di
S. Brantas, Jawa Timur ......................................................................................... 193
2.4.3. Penanganan Permasalahan Operasi Bendung Karet
Krueng Aceh, Nangroe Aceh Darussalam ...................................................... 200
2.4.4. Permasalahan Bendung Karet Jabung, Lampung ........................................ 205
2.5. Kompendium Advis Teknis Bendung Tyrol
Tanggapan SingkatTerhadap Desain Rehabilitasi
Bendung Danawarih, Jawa Tengah ................................................................................. 209
viii
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
13. Potongan Memanjang Rencana Bendung Geren Desain Perubahan Pusat Litbang SDA. so
14. Daerah lrigasi di Dataran Pasahari, Pulau Seram. 52
18. Potongan Melintang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di Atas Saluran lnduk. 80
19. Potongan Memanjang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di Atas Saluran lnduk. 80
21. Konstruksi Pelindung (Revetment) Tebing Sungai dari Bronjong Kawat dan Filter Geotekstil. 81
27. Peta Geologi Pulau Bunguuran Besar Natuna (sumber: P3G, DESDM) 109
ix
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
36. Sketsa Alinyemen Bangunan Silas dan Saluran Pembuang Existing 125
37. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Ali ran pada Penangkap Pasir 126
38. Keadaan Endapan Sedimen pada Profil I 127
39. Keadaan Endapan Sedimen pada Profil II 127
40. Denah Penangkap Pasir Kiri Bendung Sei Ulak Deras 134
41. Sungai Way Kuma Dikutip dari Google 144
42. Contoh Gam bar Desain Bendung Tetap dengan Peredam Energi Tipe MOO 149
43. Denah Bendung Kalibumi 161
44. Desain Perbaikan Darurat Bangunan Pengendali Dasar Sungai Bendung Pamarayan 185
45. Potongan Memanjang Pekerjaan Penanggulangan DaruratBendung KaretJatimlerek 185
46. Potongan Memanjang Konstruksi Pengamanan Permanen Bendung KaretJatimlerek 198
47. Denah Konstruksi Pengamanan Permanen Bendung KaretJatimlerek. 199
X
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
BABI
PENDAHULUAN
Kompendium (compendium) adalah kumpulan ringkasan yang cukup lengkap dari uraian
tentang suatu pengetahuan.
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung adalah kumpulan ringkasan yang cukup
lengkap dari setiap Laporan Advis Teknis, Pusat Litbang Sumber Daya Air terkait
Kompendium Advis Teknis yang merupakan kumpulan ringkasan laporan advis teknik ditulis,
pertama kali untuk berbagai jenis dengan berbagai permasalahan prasarana sumber daya air
bendung. Masing-masing Ringkasan Laporan Advis Teknis disusun dengan sistimatika sebagai
berikut:
1) Lokasi dan Data Teknis
Berisi uraian tentang lokasi dan data teknis suatu prasarana sumber daya air bendung.
2) ldentifikasi Permasalahan
Berisi uraian tentang masalah yang dihadapi dan upaya penanggulangan yang diperlukan.
3) Analisis Faktor Penyebab[Ierkait
Berisi uraian tentang analisis faktor penyebab terkait masalah yang dihadapi berdasarkan
peninjauan lapangan dan evaluasi terhadap desain serta pelaksanaan di lapangan.
4) Saran Tindak Lanjut
Berisi uraian tentang saran untuk menangani masalah yang dihadapi dan tindakan yang
perlu dilakukan selanjutnya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung dibuat berdasarkan kegiatan Advis Teknis
bangunan prasarana sumber daya air bendung yang sudah dilaksanakan dari tahun anggaran
2003 sampai dengan tahun anggaran 2010. Dalam kurun waktu tersebut, setiap tahun anggaran
kecuali pada tahun anggaran 2006, rata-rata dilaksanakan lima sampai enam kegiatan Advis
Teknis untuk bangunan bendung. Dari sekitar 40 kegiatan Advis Teknis bangunan bendung
pada tahun anggaran 2003- 2010, terpilih 30 kegiatan Advis Teknis yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar penyusunan kompendium ini.
Advis Teknis, jenis bangunan bendung dan permasalahan yang dihadapi. Kegiatan Advis Teknis
yang terpilih, tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan rincian sebagai berikut: Pulau
Sumatera terdapat 6 kegiatan, Kepulauan Riau satu· kegiatan, Pulau Jawa terdapat enam
kegiatan, Pulau Kalimantan dua kegiatan, Pulau Sulawesi terdapat satu kegiatan, Kepulauan
Nusa Tenggara terdapat satu kegiatan, Kepulauan Maluku terdapat delapan kegiatan, dan Papua
terdiri dari lima kegiatan Advis Teknik. Kegiatan advis teknik bendung yang disarikan dalam
bentuk kompendium ini terdiri dari berbagai macam jenis bendung seperti Bendung Tetap,
Bendung Gergaji, Bendung Gerak, Bendung Karet, dan Bendung Tyrol.
Susunan buku Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung terdiri dari tiga bab sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan pengertian kompendium, tujuan penyusunan
Kompendium, sistimatika penulisan ringkasan laporan advis teknis dan sistimatika penulisan
kompendium.
Bab II Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung, berisi kumpulan ringkasan
laporan Advis Teknis bendung tahun anggaran 200~- 2010.
Bab Ill Kesimpulan, berisi permasalah yang dihadapi bangunan prasarana sumber daya air
bendung dan saran untuk menanganinya.
2
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
BAB II
KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BERBAGAI JENIS BENDUNG
• Lokasi
Bendung Satang Alai terletak di Sungai Satang Alai dan secara administratif berada di
Desa Labuhan, Kecamatan Satang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, berjarak 380
km dari Kota Banjarmasin dan dapat dicapai dengan mobil dalam waktu tempuh 5 jam
melalui Kota Barabai.
• Data Teknis
Pembangunan Bendung Satang Alai dimulai pada tahun anggaran 2003 dan
direncanakan selesai pada tahun anggaran 2005. Pada tahun anggaran 2003
dilaksanakan pekerjaan pembangunan Bendung Satang Alai Tahap I.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung tetap.
Bahan konstruksi bendung yaitu beton bertulang.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
• Upaya-upaya Penanggulangan
Telah dilakukan pekerjaan grouting tirai, ,namun tidak mampu menahan ali ran rembesan
air pada daerah yang lemah secara geologi. Kemudian dicoba mengatasi genangan air
dengan pemompaan yang menggunakan 5 unit pampa, namun pekerjaan dewatering
ini pun tidak mampu mengeringkan daerah genangan karena debit mata air yang
terlalu besar. Sebagai akibat dari ketidakberhasilan upaya-upaya penanggulangan ini,
pekerjaan galian dan pekerjaan lantai kerja pada dasar bendung tidak dapat
dilaksanakan sama sekali.
• Peninjauan Lapangan
Telah dilakukan peninjauan lapangan oleh tim advis teknis yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi geologi yang mengendalikan terjadinya mata air tersebut. Hasil
3
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
peninjauan lapangan memberikan informasi bahwa mata air dikendalikan oleh lapisan
batugamping berongga dengan data teknis sebagai berikut:
Untuk menanggulangi bocoran air tersebut harus dilakukan pekerjaan filling grouting yang
khusus diarahkan untuk mengisi atau menyumbat rongga-rongga dan celah yang terdapat
pada lapisan batugamping. Pekerjaan filling grouting ini dilakukan dalam 2 tahap, Tahap I
dalam tahun anggaran 2003, Tahap II dalam tahun anggaran 2004.
Dalam tahun anggaran 2003 telah dilaksanakan pekerjaan filling grouting untuk
menanggulangi bocoran air, dan juga evaluasi teknis terhadap kondisi geologi di
lapangan dan hasil pelaksanaan grouting.
1) Penanggulangan Bocoran Air
4
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
~ .--,----------------------~-,-----,----~--,
7000 -
5000 ----·--- - --
2000
1000
0~~~------------------------~----------~~
0 ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Lugeon UnH
2) Evaluasi Teknis
Pekerjaan filling grouting telah berhasil mengisi/menyumbat celah terbuka dan rongga-
rongga di dalam batugamping dan n:!enanggulangi rembesan/bocoran air dengan
sangat efektif, sehingga
1) Pekerjaan dewatering dengan cara pemompaan berhasil mengeringkan genangan
air.
2) Pekerjaan pengecoran beton lantai kerja dapat dilaksanakan dengan lancar.
3) Pekerjaan beton mercu bendung dan peredam energi telah dapat dilaksanakan.
5
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Perkiraan volume material grouting didasarkan pada asumsi harga Lugeon, Lu, rata-rata
100 dan mengacu pada grafik hubungan an tara Lu dengan berat semen.
Rancangan ini dapat berubah serta harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan pada
saat pelaksanaan pekerjaan grouting.
Metode pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan urutan sebagai berikut
1) Pekerjaan pemboran yang membutuhkan waktu paling lama dari seluruh rangkaian
pekerjaan grouting, dilakukan dengan memerhatikan jadwal yang disesuaikan
dengan pelaksanaan pembangunan fisik bendung.
2) Pekerjaan packer test harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis. Untuk kondisi
di mana terdapat rongga atau celah, harga koefisien permeabilitas dihitung
berdasarkan debit air maksimum yang diinjeksikan dan tekanan P efektif yang
terjadi, yaitu sebesar beda tinggi kolom air pada lubang grouting (diukur dari muka
air tanah setempat).
3) Pelaksanaan pekerjaan grouting harus mengacu kepada spesifikasi teknis yang ada.
Untuk grouting pengisian rongga pada batugamping disarankan mengacu kepada
hasil pelaksanaan Tahap I untuk perbandingan campuran material dan tekanan
maksimum.
Pelaksanaan pembangunan Bendung Batang Alai, jenis batuan dan tanah, dan
persiapan pekerjaan grouting, berturut-turut dapat dilihat pada Foto 1, 2, dan 3.
6
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
7
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Pitap terletak di Sungai Pitap, Provinsi Kalimantan Selatan.
• Data Teknis
Data pokok Bendung Pitap:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis: bendung tetap dengan lantai hulu dan peredam energi tipe long shallow
energy dissipator.
- Bahan konstruksi bendung: beton bertulang.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada masa pembangunan
sekarang maupun pada masa pengoperasian yang akan datang, akan dilakukan upaya-
upaya penanggulangan dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang
Sumber Daya Air.
• Peninjauan Lapangan
1) Kondisi Geologi
Pada saat peninjauan lapangan, pekerjaan galian dan pembuatan lantai kerja masih
berlangsung. Kondisi geologi tapak bendung dapat diamati pada lereng dan Iebar
galian pondasi dengan batas-batas yang sangat jelas. Pengamatan secara sekilas
terhadap singkapan batuan, memberikan hasil sebagai berikut:
a) Batuan dasar sebagai pondasi bendung adalah batulanau pasiran, berwarna abu-
abu muda, kompak, dan keras. Terdapat sisipan-sisipan batupasir kasar, kompak
dan keras.
b) Pengamatan langsung terhadap inti bor di lapangan memperlihatkan adanya 2
sisipan batupasir kasar yaitu pada kedalaman 0-2 m dan pada -17m.
8
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
c) Batulanau pasiran tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh endapan alluvial
sungai Pitap yang terdiri dari campuran pasir dengan koral, bersifat urai.
Skematisasi profil geologi sepanjang·as bendung dapat dilihat pada sketsa di bawah
ini (Gambar 2).
±3m
Rencana grouting test (PIRA Kalimantan Selatan 2004), secara skematis, digambarkan
sebagai berikut:
" GT·7
2~m
9
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Rencana grouting test dengan pengeboran lubang seperti terlihat pada gam bar di
atas akan kurang bermanfaat, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk:
i) Mengetahui efektivitas grouting
ii) Menentukan pola dan spasi lubang grouting yang optimum.
Dalam kunjungan lapangan Tim Puslitbang SDA juga menjumpai kejanggalan pada
data koetisien permeabilitas, k, dan data lugeon, Lu, sebagai berikut:
i) Harga koefisien permeabilitas cenderung terlalu besar bila dibandingkan dengan
deskripsi visual terhadap sam pel inti bor.
ii) Perbandingan harga k dan Lu tidak konsisten.
Berdasarkan data sam pel inti bor dan pengalaman Tim Balai Bangunan Hidraulik dan
Geoteknik Keairan dalam pelaksanaan pekerjaan grouting di berbagai proyek
bendung dan bendungan yang tersebar di seluruh wilayah indonesia, dapat
diperkirakan besar harga koefisien permeabilitas, k dan Lu, di Bendung Pitap sebagai
berikut:
i) Batulanau pasiran, kompak, keras, k ~ 1 x 10 -s cm/det dan Lu ~ 2.
ii) Batupasir kasar, kompak, keras, k ~ 1 x 10 -4 cm/det dan Lu ~ 30.
Belajar dari pengalaman dan data tersebut di atas, kiranya cukup jelas bahwa
batulanau pasiran bersifat kedap air sehingga tidak perlu grouting karena tidak
dapat menyerap bubur semen. Bagian yang masih dapat menyerap bubur semen
adalah lapisan batupasir kasar.
10
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaan grouting dan desain
bendung, telah diberikan saran-saran seperti diuraikan di bawah ini.
Agar hasil grouting test dapat dimanfaatkan secara maksimal, disarankan rencana
grouting testdimodifikasi sebagai berikut:
i) Pola lubang grouting diubah dari semula 1 jalur dengan spasi lubang lebih kurang 15
m menjadi segitiga dengan spasi lubang 1 m dan 2 m dengan check hole di tengah-
tengah (lihat Gam bar 4 di bawah).
ii) Kedalaman grouting diubah dari semula 20 m dan 25 m menjadi 15 m dan 20m.
GT1 GT6
~m lm
Namun demikian karena kegiatan uji grouting sedang qilaksanakan di lapangan, maka
untuk menentukan perlu tidaknya grouting tirai, disarankan sebagai berikut:
i) Menunggu hasil grouting test
ii) Mengadakan uji permeabilitas di laboratorium Pusat Litbang Sumber Daya Air
terhadap contoh inti bor yang mewakili batulanau dan batupasir sebagai data
pembanding.
11
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
12
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Lokasi
Bendung Way Geren terletak di Sungai Way Geren, Pulau Buru dan secara administratif
berada di Kabupaten Pulau Buru, Provins'i Maluku.
• Data Teknis
Bendung Way Geren dibangun pada ruas Sungai Way Geren bag ian peralihan, dari ruas
dengan kemiringan yang curam ke ruas dengan kemiringan landai. Seperti pada sungai-
sungai lain di kepulauan jenis tektonik seperti Pulau Buru, maka ruas Sungai Way Geren
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Sungai mengalir di atas lapisan alluvial yang san gat tebal. Lapisan alluvial ini terdiri
atau didominasi oleh pasir kasar d.i!n kerakal. Ketebalan lapisannya diperkirakan
lebih dari 15 m dengan angka koefisien permeabilitas pad a orde, k = 1o· 3
(sangat porous)
b. Aliran sungai dapat sangat deras dan alur sungai mudah berpindah-pindah (sungai
berjalin).
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
• Upaya-upaya Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
• Peninjauan Lapangan
Karena kondisi dasar sungai yang menjadi dasar pondasi bendung berupa lapisan
alluvial yang sangat tebal, dan didominasi oleh pasir kasar dan kerakal (Foto 5), tahap
pelaksanaan konstruksi, tahap operasi, dan tahap pemeliharaan Bendung Way Geren
menghadapi masalah-masalah berikut: "
13
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
pompa yang terlalu besar, maka ada kemungkinan butir-butir pasir di bawah
tanggul kerja sementara (cofferdam) akan terbawa (boiling) dan mengakibatkan
keruntuhan tanggul. (cofferdam yang telah dibangun dapat dilihat pada Foto 6)
b. Pada tahap operasi dan pemeliharaan.
Masalah erosi buluh (piping) dapat mengakibatkan keruntuhan bendung
dan/atau bangunan pelengkapnya jika pondasi bendung tidak didesain dengan
baik.
Masalah degradasi dasar sungai di hilir bendung dapat menurunkan efektivitas
peredam energi dan membentuk gerusan lokal di hilir peredam energi yang
cukup dalam yang pada gilirannya akan memperburuk masalah erosi buluh di
bawah dan sam ping bendung.
Masalah pemasukan sedimen yang berlebihan ke bangunan pengambil.
• Pelaksanaan Konstruksi
Berikut adalah saran-saran untuk mengatasi masalah yang timbul saat melaksanakan
konstruksi akibat kondisi tanah pondasi yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal
dan porous.
Konstruksi tanggul yang disarankan dibuat dari timbunan tanah liat yang
dipadatkan dan pada bagian hulu/muka dilindungi dengan turap baja (steel street-
pile - SSP) yang dipancang cukup dalam. Turap baja dapat dipancang dengan alat
14
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
0
Vibro-hammer". Penentuan jenis dan panjang SSP memerlukan penyelidikan
geoteknik tambahan.
Sebagai alternatif, dapat digunakan konstruksi yang lebih murah namun dengan
kestabilan yang lebih rendah dengan membuat lapisan kedap air dari tanah liat
sebagai pengganti SSP.
b. Melaksanakan konstruksi dengan sistem nblok per blok" agar dapat melakukan
penggalian terbatas sesuai denga'n kebutuhan pelaksanaan dan kemampuan
peralatan dewatering. Karena itu, untuk menanggulangi masalah erosi buluh
hendaknya rancangan disesuaikan dengan ketentuan berikut:
- Melengkapi struktur tubuh bendung, tembok pangkal, sayap udik dan hilir
dengan tulangan besi agar pengecoran dapat dilakukan "blok per blok" dan
dihubungkan dengan ndowel-bar" ukuran 020-800 dengan jarak antara 0,75 m
dan plastik penyekat air (water-stop).
- Memasang turap baja atau buis beton diisi beton cyclop di bagian bawah ujung
hilir peredam energi, di bagian awal tubuh bendung, di bawah tembok pangkal
bendung memanjang di bawah setiap blok-blok pengecoran.
Jika struktur bendung diubah menjadi struktur beton bertulang, maka rib-rib penguat
tembok sayap udik, sayap hilir dan tembok pangkal bendung akan memperpanjang
garis rayapan aliran di sisi bendung. Kondisi ini akan sangat efektif dalam mencegah
bahaya erosi buluh di sisi bendung (side piping).
15
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Alternatif Desain
Untuk menghindari masalah di lapangan saat melakukan pengeringan dan penahapan
pekerjaan (pembagian blok-blok pelaksanaan pekerjaan), rancangan hendaknya diubah
dengan langkah sebagai berikut:
a. Mengubah struktur beton tak bertulang menjadi struktur beton bertulang praktis
untuk tubuh bendung.
b. Menerapkan struktur beton bertulang untuk tembok sayap hulu, tembok pangkal
bendung dan tembok sayap hilir bendung. Struktur ini juga diterapkan pada pilar-
pilar pintu bilas dan pengambil.
Untuk mengurangi galian, gunakan struktur pondasi buis beton yang diisi beton
cyclop. Konsep usulan alternatif desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dan
Gam bar 6, dengan data pokok desain sebagai berikut:
• Penyelidikan Tambahan
Untuk menyempurnakan rancangan bendung dan membantu pemecahan masalah
pelaksanaan konstruksi di lapangan, disarankan untuk melakukan penyelidikan
tambahan sebagai berikut
a. Penyelidikan geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan fisik tanah
pondasi dan tanah yang diperlukan untuk tanggul banjir.
b. Uji model hidraulik fisik untuk memeriksa kesempurnaan desain hidraulik dan
operasi bendung.
16
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
17
Pusat Penefitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 6. Material Dasar Sungai yang Didominasi oleh Fraksi Kerakal dan Pasir Kasar.
18
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Ii
IP
ld
19
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
20
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Lokasi
Bendung Way Samal terletak di Sungai Way Sa mal, Pulau Seram dan secara administratif
berada di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
• Data Teknis
Bendung Way Samal dibangun pada ru~.s Sungai Way Samal bagian peralihan, dari ruas
dengan kemiringan yang curam ke ruas dengan kemiringan landai. Seperti pada sungai-
sungai lain di kepulauan jenis tektonik seperti Pulau Seram, maka ruas Sungai Way
Samal mempunyai karakteristik yang sam a dengan Sungai Way Geren sebagai berikut:
1) Sungai mengalir di atas lapisan alluvial yang sang at tebal. Lapisan alluvial terdiri
atau didominasi oleh pasir kasar dan kerakal. Ketebalan lapisan alluvial ini
diperkirakan lebih dari 15 m dengan angka koefisien permeabilitas pad a orde, k = 1o·
3 (sang at porous)
2) Aliran sungai dapat sangat deras dan alur sungai mudah berpindah-pindah (sungai
berjalin) (Foto 7)
Bendung di bangun di bantaran yang merupakan hasil endapan sedimen di tikungan
dalam sungai. Endapan sedimen yang selalu terjadi pada tikungan dalam menyebabkan
lapisan tanah pondasi di lokasi Bendung Way Samal tidak se-porous yang terdapat di
lokasi Bendung Way Geren.
Berdasarkan data yang diambil dari gambar-gambar rancangan dapat dilihat bahwa
muka air hilir relatif sangat tinggi dan lebih tinggi daripada elevasi mercu bendung.
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Bendung Way Samal sedang dalam pelaksanaan Pembangunan Tahap II (Foto 8), di
mana dijumpai adanya potensi masalah yang perlu diperhatikan saat melaksanakan
konstruksi maupun pada saat bendung sudah dioperasikan, karena kondisi dasar sungai
yang berupa lapisan alluvial yang sang at tebal dan elevasi muka air hilir yang tinggi.
• Upaya-upaya Penanggulangan
21
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Pelaksanaan Konstruksi
Untuk mengatasi masalah pelaksanaan konstruksi yang disebabkan oleh kondisi tanah
pondasi yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal dan porous, disarankan agar
melaksanakan konstruksi dengan sistem "blok per blok", sehingga penggalian terbatas
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dan kemampuan peralatan
dewatering. Mengingat hal ini juga untuk kebutuhan akan penanggulangan masalah
erosi buluh maka disarankan agar menyesuaikan raneangan dengan tahapan sebagai
berikut:
22
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
1) Lengkapi struktur tubuh bendung, tembok pangkal, sayap hulu ,dan hilir dengan
tulangan besi agar pengecoran dapat dilakukan "blok per blok" dan dihubungkan
dengan "dowel-bar" ukuran 020-800 dengan jarak antara 0,75 m dan sekat penahan
air (water-stop).
2) Pasang turap baja atau buis beton diisi beton cyclop di bagian bawah ujung hilir
peredam energi, di bagian awal tubuh bendung, di bawah tembok pangkal
bendung memanjang di bawah setiap blok-blok pengecoran.
Jika struktur bendung diubah menjadi struktur beton bertulang, maka rib-rib penguat
tembok sayap udik, sayap hilir dan tembok pangkal bendung akan memperpanjang
garis rayapan aliran di sisi bendung. Kondisi ini akan sangat efektif untuk mencegah
bahaya erosi buluh di sisi ben dung (side piping).
23
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Penyelidikan Tambahan
Untuk menyempurnakan rancangan bendung dan membantu memecahkan masalah
ketika melaksanakan konstruksi di lapangan, lakukan penyelidikan tambahan berikut:
1) Selidiki geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan fisik tanah pondasi
serta tanah yang diperlukan untuk tanggul banjir.
2) Uji model hidraulik fisik untuk memeriksa kesempurnaan rancangan hidraulik dan
operasi bendung.
Di samping penyelidikan di atas, untuk memantapkan rancangan bendung dan
menentukan tata letak tanggul penutup disarankan untuk melakukan pengukuran
geometri sungai tambahan dengan cakupan 1 Km ke arah hulu dan 1,5 Km ke arah hilir
poros bendung.
24
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
z ~
<
::r::
<
co
:::>
0:::
r.l
a..
z
j
:::>
en
:::>
41"1!• )!_
1
1
Iii
E
ltl
V1
>-
ltl
s:
Cl
c
::::1
-o
cQ)
co
..c
::::1
..0
::::1
I-
..c
ltl
cQ)
0
....:
...ftl
,g
E
ftl
\.!'
25
r' ~· sor ·~ •••l
.-~,
• noo~ ~~~,~
~-z~ zzq.z11.zz.;~zz9c
::- ------- ---------
· «~~
··.· .·."r~
,- ix·,
--------- ---- . . :-:>:- .0if:>. ' 8
••• 00
•41 00
~
g_
c3.... ~60
~ L. 261.\-.J.--e.oe?____j 12 ~-
~ OIPAS.UIC RAPAT DAN DUSI 8~ CYCLOP
§
..
t!WNGAII I - I
l
l
~
t:
USULAN PERUBAHAN
• Lokasi
Bendung Kobe terletak di Sungai Jira dan secara administratif berada di Provinsi Maluku
Utara.
• Data Teknis
Bendung Kobe dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku Utara - Bagian Proyek Halmahera
Tengah Selatan untuk menyediakan air yang sangat dibutuhkan oleh para petani di
Daerah Transmigrasi Kobe, terutama untuk Satuan Permukiman 1 (SP 1) dan SP 2.
Bendung Kobe direncanakan untuk mengairi daerah irigasi di sisi kanan bendung seluas
657 hektar dan daerah irigasi di sisi kiri bendung seluas 342 hektar.
Di samping Bendung Kobe, Proyek lrigasi Maluku Utara saat ini juga sedang
merencanakan Bendung Kobe Kiri yang akan di bangun pada ruas Sungai Jira pada
lokasi lebih kurang 5 Km di hulu Bendung Kobe. Bendung Kobe kiri diharapkan dapat
mengairi daerah irigasi yang terletak di SP 3 seluas 532 hektar. Daerah irigasi tersebut
berada di sisi kanan Bendung Kobe.
Data pokok Bendung Kobe:
1) Situasi bendung dan jenis bendung
a) Bendung dibangun di ruas sungai bagian hilir. Lebar sungai di lokasi rencana
bendung lebih kurang 30 m dengan tinggi tebing 1,5 sampai 2 m. Material dasar
sungai didominasi oleh fraksi kerikil dan pasir kasar. Sedangkan tebing sungai
didominasi oleh lempung pasiran yang mudah tergerus. Lokasi Bendung Kobe
terletak di ujung hilir berbatasan dengan SP 3.
b) Jenis bendung: Bendung Tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe
Vlugter.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis Mereu bulat satu jari-jari dengan R = 1,0 m
b) Elevasi mercu El. +118,39 m
c) Lebar pelimpah 28,60 m
3) Peredam energi
a) Jenis Vlugter
b) Jari-jari, R 4,50m
c) Elevasi lantai El. +113,39 m
d) Panjang lantai "" 4,00m
e) Elevasi ambang hilir El. +114,65 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas kiri
a) Lebar bangunan pengambil, 1,00 m
b) Elevasi am bang El. + 116,39 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00 m
e) Elevasi lantai pembilas El. +116,39 m
f) Lebar pilar pembilas 1,20 m
27
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
28
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
IDENTIFIKASI MASALAH
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadap!,. akan dilakukan upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
29
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
30
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
tidak dapat dilakukan maka penyelidikan geoteknik minimal yang perlu dilakukan
adalah penyelidikan geolistrik yang dikombinasikan dengan pembuatan sumur uji.
b) Rancangan pondasi bendung dapat dibuat berdasarkan parameter fisik dan teknik
tanah pondasi. Namun demikian desain pondasi ini perlu dikaji ulang pada saat
penggalian pondasi telah dilaksanakan.
c) Hasil pengamatan visual di lapang.!!n terhadap singkapan tanah dan batuan di
sekitar lokasi rencana bendung menyatakan bahwa kondisi geologi lokasi terdiri dari
tanah penutup setebal 1 - 3 m, yang meliputi jenis tanah lempung, lanau, pasir hal us
warna coklat yang diikuti dengan lapisan batupasir lempungan, bersifat padat,
koefisien rembesan berkisar pada k = 1Q-4 - 1a-s cm/s dengan ketebalan 2 - 3 m.
Perlu diwaspadai bahwa apabila bendung diletakkan di palung sungai, maka ada
kemungkinan pondasi bendung akan duduk di atas lapisan alluvial yang tebal, yang
terdiri dari koral, kerikil, dan kerakal yang mempunyai nilai koefisien rembesan 1o- 2 -
1o-3 cm/s. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesulitan pada waktu mengerjakan
konstruksi.
d) Mereu bendung dan peredam energi perlu dirancang dengan meperhatikan
kemungkinan angkutan sedimen dasar sungai yang cukup tinggi dan batang-
batang pohon yang terbawa aliran sungai. Karakteristik ini perlu diperhatikan dalam
menentukan jari-jari mercu pelimpah dan kekuatan mercu bendung.
e) Ketika membuat rancangan peredam energi perhatikanlah degradasi dasar sungai
yang diakibatkan oleh kondisi morfologi sungai maupun oleh eksploitasi material
dasar sungai saat menambang bahan galian C.
f) Agar angkutan muatan sedimen dasar tidak masuk ke bangunan pengambil,
bendung perlu dilengkapi dengan bangunan pembilas bawah.
g) Mengingat tingginya angkutan sedimen pada waktu banjir, bendung perlu
dilengkapi dengan bangunan penangkap pasir yang dirancang dengan
memperhitungkan kebutuhan tinggi tekan untuk pembilasan secara hidraulik.
h) Untuk mendapatkan rancangan peredam energi yang efektif, ujilah model hidraulik
dua dimensi di saluran kaca di laboratorium.
i} Sambil menunggu pembuatan rancangan bendung maka kontraktor disarankan
untuk mulai mempersiapkan dan "membuat saluran pengelak. Konsep desain
hidraulik Bendung Kobe yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 9 dan
Gambar 10.
31
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
r
I
I
;;
f
32
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
. ~
:::::::: ~:::~:
Q)
..c
0
~
Cl
c:
::J
"'C
c:
Q)
~
co
Cl
c:
~
j ~
~
<
"'
·c-
"'Q)
E
::2:
c:
I2 "'Clc:
---1 0
.....
0
Cl.
....
0
ftl
..Q
E
ftl
\!1
33
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Tutiling terletak di Sungai Tutiling di Propinsi Maluku Utara.
• OataTeknis
Bendung Tutiling dibangun untuk mengairi daerah irigasi yang terletak di Permukiman
Transmigrasi. Untuk meningkatkan kinerja bendung, telah dilaksanakan pekerjaan
pelapisan tubuh bendung, yang terbuat dari susunan bronjong, dengan beton
bertulang.
Data pokok bendung:
1) Situasi bendung, jenis bendung dan debit banjir rencana
a) Bendung di bangun di sungai pada posisi ± 50 m di hilir tikungan sungai yang
cukup tajam.
b) Jenis: bendung tetap dengan lantai hulu dan peredam energi tipe lantai datar
dengan ambang akhir.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis mercu ambang Iebar
b) Elevasi mercu El. +22,357 m
c) Panjang mercu 45m
d) Lebar mercu 2,60m
3) Peredam energi
a) Peredam energi lantai datar dengan am bang akhir
b) Elevasi lantai El. + 18,357 m
c) Panjang 14,0 m
d) Elevasi am bang akhir El. + 18,857 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas kiri
a) Lebar pengambil 1,0m
b) Elevasi am bang El. +21,257 m
c) Jenis pembilas pembilas biasa dengan pintu tunggal
d) Lebar pembilas 2,0m
e) Lebar pilar 0,80m
f) Elevasi lantai pembilas El. +20,357 m
5) Bangunan pengambil dan pembilas kanan
a) Lebar pengambil 1,0 m
b) Elevasi ambang El. +21,257 m
c) Jenis pembilas pembilas biasa dengan pintu tunggal
d) Lebar pembilas 2,0 m
e) Lebar pilar 0,80 m
f) Elevasi lantai pembilas El. +20,357 m
34
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
6) Struktur bangunan
a) Bendung dan peredam energi ronjong batu dengan permukaan dilapis
dengan beton bertulang
b) Bangunan pelengkap lain : pasangan batu kali
7) Morfologi sungai
Bendung dibangun pada ruas sungai peralihan dari ruas sungai bagian hulu yang
curam ke ruas sungai bagian tengah dengan kemiringan dasar yang lebih landai.
Dasar sungai didominasi oleh fraksi kerakal, kerikil dan pasir kasar.
IDENTIFIKASI MASALAH
• Upaya-upaya Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah yang dihadapi akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
• Peninjauan Lapangan
Kondisi pada saat melakukan peninjauan lapangan :
1) Situasi bendung dan morfologi sungai
Bendung Tutiling dibangun pada ruas peralihan dari ruas sungai bagian hulu ke ruas
sungai bagian tengah. Di hulu bendung, palung sungai relatif sempit dengan tebing
sungai yang tegas dan tinggi. Ruas sungai bagian hilir bendung adalah tipikal ruas
sungai yang mengalir di atas endapan alluvial yang tebal. Palung sungai relatif Iebar
dengan alur sungai yang cenderung berpindah-pindah.
Dari sisi morfologi sungai, penempatan bendung dapat dikatakan sudah cukup baik,
walaupun agak terlalu dekat dengan tikungan sungai di udik bendung. Kondisi ini
mengakibatkan aliran utama selalu berada di sisi kiri bendung yang terletak di sisi
luar tikungan sungai. Pada sisi kanan di hulu bendung cenderung terjadi endapan
sedimen dan akan mengganggu pengambilan air di sisi kanan bendung. Material
dasar sungai di hilir bendung dapat dilihat pada Foto 9 yang diambil pada saat
peninjauan lapangan.
2) Kondisi Bendung Tutiling
a) Mereu pelimpah, tubuh bendung dan peredam energi telah hancur dan hanyut
terbawa aliran sungai. Kemungkinan besar hal ini terjadi akibat erosi buluh yang
sangat intensif sehingga membuat gerowongan-gerowongan yang terjadi di
bawah bendung. Selanjutnya tubuh bendung turun, retak dan patah. Pada
35
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
kondisi ini stabilitas tubuh bendung sangat rendah dan mudah hanyut. Kondisi
sisa-sisa bangunan dapat dilihat pad a Foto 10 pad a saat peninjauan lapangan.
b) Bangunan pengambil, bangunan bilas, tembok pangkal bendung, sayap hulu
dan hilir masih berdiri. Namun demikian kualitas pasangan batukali yang ada
sangat rendah. Retakan-retakan mulai terlihat pada tembok pangkal dan tembok
sayap hilir bangunan seperti ditunjukkan pada Foto-foto peninjauan lapangan
(Foto 11 dan Foto 12). Lantai pangkal bendung sisi kiri mengalami masalah
amblasan yang kemungkinan disebabkan oleh pemadatan yang kurang baik atau
erosi buluh yang terjadi di bawah struktur tembok tersebut. Bila memperhatikan
material di lokasi bendung yang didominasi oleh kerikil dan pasir kasar yang
mudah dipadatkan, maka kemungkinan terbesar penyebab amblasan adalah
erosi buluh.
36
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
a) Agar Daerah lrigasi Tutiling tidak menghadapi problema kekeringan yang terlalu
panjang, maka diperlukan rekayasa untuk membantu penyadapan air sungai ke
bangunan pengambil I saluran induk yang ada. Rekayasa darurat ini setidaknya
perlu berfungsi selama musim tanam tahun 2004 dan 2005.
b) Karena kondisi bendung yang tersisa dan bangunan pelengkap yang secara teknik
kurang memadai untuk ditingkatkan menjadi bendung permanen dan waktu yang
tersisa untuk segera mengalirkan air ke daerah irigasi tidak memadai, bagian-bagian
bendung yang saat ini masih tersisa sebagai bendung darurat I sementara dapat
dimanfaatkan agar lebih menguntungkan.
c) Aliran Sungai Tutiling yang cukup deras dan terkonsentrasi di satu sisi bendung,
memerlukan suatu struktur fleksibel I lentur namun cukup kuat untuk menahan
gaya-gaya hidrodinamik dan benturan batang-batang pohon yang terbawa aliran
sungai pada musim hujan.
d) Untuk menyesuaikan dengan karakteristik Sungai Tutiling dan waktu yang tersedia,
maka disarankan untuk menerapkan bendung darurat dengan struktur utama blok-
blok beton terkunci muka air SungaiTutiling naik. Gambar desain bendung darurat
Tutiling dapat dilihat pada Gambar 11.
SID (Survei, lnvestigasi, dan Desain) yang baik diperlukan di lokasi yang dipilih dan
mudah disesuaikan dengan jejaring irigasi yang telah ada untuk mendapatkan
rancangan bendung yang handal, sesuai dengan karakteristik dan kondisi geoteknik
Sungai Tutiling,. Karena itu, secara garis besar dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
a) Untuk mengurangi kemungkinan aliran terkonsentrasi di satu sisi dan memberi
kemungkinan untuk pembuatan saluran pengelak, maka disarankan untuk
meletakkan bendung permanen ± 100 m di hilir bendung yang ada. Penempatan
bendung di lokasi ini akan memudahkan penyambungan bangunan pengambil ke
saluran induk yang ada.
b) Bendung dibangun di atas lapisan alluvial yang diperkirakan cukup tebal. Karena itu,
diperlukan penyelidikan geoteknik yang memadai untuk mendapatkan parameter
fisik dan geoteknik lapisan tanah pondasi.
c) Mereu bendung dan peredam energ!, hendaknya dirancang dengan memperhatikan
angkutan sedimen dasar sungai, batang-batang pohon yang terbawa aliran saat
banjir dan kemungkinan degradasi dasar yang diperkirakan tidak kurang dari 1,5 m.
d) Bendung hendaknya dilengkapi dengan bangunan pembilas bawah agar angkutan
muatan sedimen dasar tidak masuk ke bangunan pengambil.
e) Pada saat meninjau lapangan, debit sungai tidak terlalu besar. Pada kondisi ini
secara visual kondisi aliran sungai jernih. Namun demikian bila memperhatikan
kondisi material dasar sungai, disarankan untuk melengkapi bendung dengan
bangunan penangkap pasir (sandtrap). Karena itu, ketika menentukan elevasi mercu
bendung perhatikan kebutuhan tinggi tekan hidraulik yang diperlukan untuk
membilas endapan sedimen di penangkap pasir secara hidraulik.
37
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 9. Material Dasar Sungai di Hilir Foto 11. Amblasan di Tembok Pangkal Kanan
Bendung.
Foto 10. Kondisi Sisa Bagian Kiri Bendung Foto 12. Retakan pada Tembok Pangkal Kanan.
Tutiling
38
f Karel lebal1 ,5 em atau HOPE Geomembranes
i
/+22.61
+20.36
.~ Susunan blok bem
~
)>
1:4
~·
~
Gam bar 11. Potongan Memanjang Ben dung Darurat Tutiling. ~
e;·
~
~.
~
e;·
~
w
§
\Q
\0
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Air Selagan (Foto 13) terletak di Sungai Air Selagan yang secara administratif
berada di Dusun Sungai. lpuh, Desa Pondok Baru, Kecamatan Teras Terunjam,
Kabupaten Mukomuko, Propinsi Bengkulu.
• Data Teknis
Data pokok bendung:
1) Umum
a. Luas areal Potensial 556 ha dan fungsional480 ha.
b. Petani Penggarap 850 KK
c. Sumber air Sungai Selagan.
2) Data teknis
d. Luas cathment area 167 km 2
e. Debit rata-rata tahunan 36,8 m 3/s
f. Debit maksimum 172,62 m 3/s
g. Debit minimum 12,6 m 3/s
h. Lebarbendung 50m
i. Intake 1 unit
j. Type mercu Bulat
k. Elevasi Mereu +253m
I. Elevasi derzeek +256m
m. Elevasi lantai muka +251m
n. Elevasi lantai olakan +247m
0. Elevasi tanggul hilir +253,3 m
p. Elevasi sawah tertinggi +252,3 m
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Peninjauan awal menunjukkan data kerusakan Bendung Air Selagan akibat banjir yang
terjadi pad a tanggal4, 5, dan 6 Januari 2004 (Foto 14 dan Foto 15) yaitu sebagai berikut:
- Debit banjir 458 m 3/s.
- Tebing sungai sebelah kiri mengalami kerusakan sepanjang 65 m.
- Timbunan tanggul penutup jebel selebar 30 m.
- Pelapis saluran putus sepanjang 25 m.
- Tanggul penutup bendung tergerus sepanjang ± 97m dengan jarak ke as
bendung ± 23 m.
- Dasar sungai sebelah kiri di hilir ruang olakan tergerus sepanjang ± 8 m.
- Dihulu mercu bendung terjadi endapan sedimen setebal ± 1,5 m.
- Areal kiri seluas 40 ha tidak mendapat air dan areal kanan seluas 516 ha kekurangan
air.
40
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Jika kerusakan tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan dampak kerusakannya akan
lebih parah, misalnya sayap bendung sebelah hulu dan hilir bagian kiri tergerus, serta
mempengaruhi kestabilan tubuh bendung.
• Upaya-upaya Penanggulangan
perbaikan tanggul sungai sepanjang 65.rn, timbunan tanggul penutup sepanjang 30m
dan pelapis saluran sepanjang 25 m dengan kebutuhan dana tanggap darurat sebesar
Rp 289.466.000,- telah direncanakan.
Dalam tahun anggaran 2004 program perbaikan bendung dan rehabilitasi jaringan
utama beserta bangunan-bangunan pelengkapnya yang diharapkan akan menjamin
pasokan air irigasi untuk areal kiri maupun kanan akan dilanjutkan sehingga
swasembada pangan akan dapat dipertahankan, mengingat Dl (Daerah lrigasi) Air
Selagan Sungai lpuh merupakan lumbung padi andalan untuk Kabupaten Mukomuko.
41
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 14. Gerusan yang Terjadi d i Bawah Tangga Dekzerk Akibat Banjir.
42
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
43
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
a) Pulau Buru
a-7 J Intake Bebas Geren
Terletak di Sungai Way Geren yang secara administratif berada di Desa Way
Geren, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
a-2) Bendung Geren
Terletak di Sungai Way Geren yang secara administratif berada di Desa Way
Geren, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
a-3) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten
Terletak di Saluran lnduk Meten yang secara administratif berada di Desa
Waekarta, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
b) Pulau Seram
b-7 J Intake Bebas Samal
Terletak di Sungai Way Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
b-2) Bendung Samal
Terletak di Sungai Way Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
b-3) Bendung Matakabo
Terletak di Sungai Way Mataka yang secara administratif berada di Desa
Matakabo, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bag ian Timur, Propinsi Maluku.
b-4) Bendung Akebobo
Terletak di Sungai Way Akebobo yang secara administratif berada di Desa
Namto, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.
b-5) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Matakabo
Terletak di Saluran lnduk Matakabo yang secara administratif berada di Desa
Matakabo, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.
• Data Teknis
a) Pulau Buru
Luas wilayah Pulau Buru mempunyai adalah 9247 km 2; penduduknya berjumlah
131.744 jiwa; iklim: musim hujan Desember-Mei; musim kemarau Juni-November;
curah hujan per tahun 1000 - 3000 mm rata-rata 1688 mm; suhu udara 26°- 30° C.
Daerah irigasi dibangun sejak tahun 1980 di DAS Way Apu dengan luas keseluruhan
5.222 ha (Gambar 12) yang mencakup:
- D I Way Bini 396 ha (1992 s.d 1994)
44
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
45
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
u
1..
j'
7
11.1< I<AYELI
46
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
47
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
48
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
49
V1 "0
0 s;
~
~
~
§·
I •• 1..1 •• I .. I •• I §
I ~
IC
~
g
IC
g
V1
§
!f0
~
Cl
):,.
::;·
Gambar 13. Potongan Memanjang Rencana Bendung Geren Desain Perubahan Pusat Litbang SDA.
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten berupa tiga bangunan terjun
dengan tinggi terjunan berturut-turut 4 m, 1 m, dan 1 m (Foto 20, 21, dan 22)
51
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Daerah lrigasi di Pulau Seram (Gambar 14) berada di Dataran Pasahari dengan luas
keseluruhan 9.028 ha, yang mencakup Dl Samal Kanan 2.217 ha, Dl Kobi 2.898 ha, Dl
Lofin 750 ha, Dl Matakabo kiri 1.842 ha, Dl Kairatu 1715 ha, Dl Kairatu 11545 ha, dan Dl
Kawa (mata air) 61 ha. Curah hujan per tahun 2500 - 3500 mm.
52
Ko mpendiu m Advis Tekn is Berbagai Jenis Bendung
53
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
54
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
55
Pusat Pene/itian dan Pengembarigan Sumber Daya Air
56
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
57
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
• Masalah yang Dihadapi
a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Dasar sungai menurun sehingga aliran sungai tidak dapat disadap dengan
intake bebas secara gravitasi ke saluran induk.
Kapasitas intake hanya untuk irigasi seluas 750 ha, sedangkan kapasitas Dl Way
Geren akan ditingkatkan sampai 5.660 ha.Sebuah bendung perlu dibangun
untuk menjamin penyadapan air sungai dan pemenuhan kebutuhan pasokan
ke daerah irigasi.
a-2) Bendung Geren
Hasil peninjauan lapangan atas pembangunan Bendung Geren Tahap II
(Foto 31 dan Foto 32) menunjukkan adanya masalah-masalah berikut:
- Di tembok pangkal kiri bawah arah tembok pembilas retak sepanjang
kurang lebih 1,0 m dan air jernih keluar dari bag ian yang retak.
Pada tembok pangkal kiri atas terdapat bekas aliran air.
Pada tubuh bendung hilir di antara sambungan segmen/ pelapisan tubuh
bendung tampak bekas aliran air.
Permukaan tubuh bendung tampak retak-retak hal us.
Pekerjaan pelapisan tubuh bendung bagian hilir permukaannya tidak rata.
58
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Foto 31. Aliran keluar dari Retakan pada Tembok Pangkal Kiri Bendung Geren.
Foto 32. Kondisi Retak dan Bocor pada Tembok Pangkal Kiri Bendung Geren.
b) Pulau Seram
b- 7) Intake Bebas Somal
Bangunan intake bebas telah rusak dan t idak berfungsi lagi; terjadi penurunan
dasar sungai Way Samal sehingga air sungai t idak dapat disadap dengan intake
bebas; perlu dibangun bendung untuk menjamin penyadapan air sungai dan
pemenuhan kebutuhan pasokan ke daerah irigasi.
59
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Upaya-upaya Penanggulangan
a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Untuk mengatasi masalah penurunan dasar sungai yang mengakibatkan aliran
sungai tidak dapat disadap secara gravitasi, telah dibuat ambang bronjong
peninggi muka air setinggi satu meter pada dasar sungai.
Telah dibuat Desain Bendung Geren untuk mengairi Dl Way Geren yang akan
ditingkatkan sampai 5.660 ha telah dibuat Pembangunan bendung ini dimulai
pada Tahun Anggaran 2003 dan sudah memasuki Tahap Ill pada Tahun
Anggaran 2005.
a-2) Bendung Geren
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan
pembangunan Tahap II, akan dilakukan upaya-upaya penanggulangan dengan
mengacu kepada ad vis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
60
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
b) Pulau Seram
b- 7) Intake Be bas Somal
..
Telah dibuat desain Bendung Samal, sebagai pengganti intake bebas yang
sudah tidak berfungsi, untuk mengairi Dl Way Samal yang akan ditingkatkan
sampai 4.717 ha. Pembangunan bendung ini dimulai pada Tahun Anggaran
2003 dan sudah memasuki Tahap Ill pada Tahun Anggaran 2005.
b-2) Bendung Somal
Pusat litbang SDA telah mengusulkan untuk merevisi desain dengan
mempertinggi mercu bendung sebesar 0,50 m untuk menambah tinggi tekan
(head) pembilasan dari pembilas bendung (undersluice) dan pembilas kantong
sedimen, juga mempertinggi te'mbok pangkal dan tembok sayap udik sebagai
konsekuensi dari peninggian mercu bendung.
b-3) Bendung Matakabo
Upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi akan dilakukan dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat
Litbang Sumber Daya Air.
b-4) Bendung Akebobo
b-5) Upaya-upaya untuk mengatasi fT1.0Salah yang dihadapi akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya
Air.
61
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
62
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung
63
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
64
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
2. Menyelidiki keadaan topografi dari rencana daerah irigasi yang akan diairi untuk
menentukan daerah irigasi yang ak.~n diairi. Dengan demikian ketinggian elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan.
3. Menyelidiki kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk
angkutan sedimen dan angkutan sampah. Hal-hal yang diselidiki antara lain:
kedalaman dan elevasi muka air pada waktu debit banjir desain, potensi angkutan
sedimen, dan sampah.
4. Menyelidiki keadaan geotek bangunan bendung, sehingga bangunan dapat
ditempatkan di lokasi tanah fondasi yang baik.
5. Mengukur geometri sungai/palung sungai di sekitar, di udik dan di hilir bendung
yang hancur.
65
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
2.1.9 PEMILIHAN LOKASI PENEMPATAN BEN DUNG KOBI Dl SUNGAI KOBI, MALUKU
• Lokasi
Bendung Kobi terletak di Sungai Kobi yang secara administratif berada di Desa
Kobisonta, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. Lokasi
bendung dapat dicapai dengan transportasi laut dari Ambon menuju Masohi di Pulau
Seram dilanjutkan dengan kendaraan roda empat dari Masohi ke Kobisonta sekitar
em pat jam.
• Data Teknis
Sungai Kobi telah dimanfaatkan airnya untuk daerah pertanian dengan bangunan
pengambilan intake bebas Kobi. Jaringan irigasinya terletak di pedataran Pasahari dan
telah dikembangkan sejak tahun 1993. Pada tahun 1996 daerah irigasi potensial Kobi
mencapai 2.898 hektar. Dewasa ini bangunan pengambilan intake bebas telah rusak
berat sehingga tidak berfungsi.
Bendung Kobi direncanakan dibangun di Sungai Kobi untuk mengairi areal potensial
seluas 3800 hektar. Desain bendung telah disiapkan sejak tahun 1990-an dengan lokasi
bendung di palung sungai. Gambar desain bendung yang dibuat oleh konsultan
Euroconsult yang bermitra dengan PT. Barunadri dan PT. Soilens menunjukkan bahwa
bendung diletakkan di palung sungai.
Data pokok bendung:
- Bendung dibuat di palung sungai.
- Jenis bendung tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe cekung (solid
bucket).
- Lebar total bendung 75,50 m.
- Tinggi bendung dari lantai udik 2,00 m.
- Peredam energi tipe cekung panjang jari-jari 3,75 m.
- Intake ditempatkan pada bagian kanan dengan Iebar total 7,60 m terdiri dari tiga
bentang.
- Pembilas bendung mempunyai dua pintu dengan Iebar bentang masing-masing
2,75 m dan tebal pilar 1,00 m.
- Ketinggian mercu bendung +41 ,70.
- Ketinggian lantai udik +39,70.
- Ketinggian dasar sungai terendah di hilir +40,80.
- Ketinggian tembok pangkal bendung +45,90.
- Ketinggian tebing kiri sungai +48,00.
- Ketinggian muka air banjir rencana di udik bendung +44,63
- Bahan konstruksi bendung berupa pasangan batu kali dengan lapisan tahan aus
pada permukaan tubuh bendung.
66
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Menurut desain yang dibuat oleh konsultan, Bendung Kobi ditempatkan di palung
sungai. Namun, pada pelaksanaan pembangunan bendung Tahap I tahun 2006
ditetapkan posisi bendung dipindahkan ke sudetan di sebelah kanan palung sungai,
dan pada tahun anggaran 2006 kegiatan pembangunan sudah dimulai dengan
penggalian untuk pondasi bendung di sudetan dan saluran sudetan sebelah hilir.
Karena penempatan bendung dipindahkan dari palung sungai ke sudetan, maka perlu
dilakukan kajian dari berbagai aspek rekayasa (engineering aspects) terhadap posisi
penempatan bendung di lokasi bersangkutan.
Rencana penempatan bendung di Palung Sungai dan di sudetan Sungai dapat dilihat
pada Foto 33 dan Foto 34.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bendung akan ditempatkan di tempat yang
tepat dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
Sistem sungai
Sungai Kobi mengalir dari daerah perbukitan dengan ketinggian sekitar 700 m di atas
permukaan laut ke pedataran Pasahari Pulau Seram bagian utara. Sungai mengalir dari
selatan ke utara ke laut Seram. Menurut data dalam Laporan Flood Control for Pasahari
Area daerah aliran sungai (DAS) luas Sungai Kobi 271,8 km persegi dengan panjang
sungai utama 50,6 km.
67
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
68
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
segi kesiapan, desain yang didukung data yang lengkap sudah tersedia, dan gambar
potongan memanjang bendung dapat dilihat pada Gambar 15, lagi pula dari segi biaya
dan kemudahan pelaksanaan konstruksi relatif lebih menguntungkan.
69
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
70
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Lokasi
Bendung Air Pangi terletak di Sungai Pangi yang secara administratif berada di Desa
Pandan Arang, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi bendung berjarak
± 70 km dari Kota Lahat dan ± 300 km dari Kota Palembang, yang secara geografis
terletak antara 103° OS'- 103° 15' BT dan 3° 35'- 3° 45' LS.
• Data Teknis
Sungai Air Pangi mempunyai mata air dan awal sungai di Pegunungan Bukit Barisan.
Sungai mengalir menuruni lereng barat Pegunungan Bukit Barisan yang sangat terjal
dan bermuara di Sungai Musi.
Bendung Air Pangi dibangun sebagai bagian dari Daerah lrigasi (DI) Air Pangi yang
mencakup areal persawahan seluas 1.000 Ha. Dalam proses pembangunan sejak Tahun
2005, bendung ini mengalami beberapa'kali kerusakan yaitu:
1. Pada awal tahun 2006, banjir telah merusak tembok tegak pada bagian kanan
sepanjang 10 m dan di bag ian bangunan penangkap pasir (sand trap) tertutup
material dasar sungai sepanjang 70 m .
2. Pada awal tahun 2007, banjir mengakibatkan:
- Arus sungai menggerus tebing sehingga tanggul saluran induk mengalami
longsor sepanjang 100 m.
- Tebing dan bukit di sisi saluran mengalami penggerusan dan material yang
tergerus menutup saluran irigasi yang ada.
Laporan akhir Bendung Air Pangi yang dibuat tahun 1996 oleh PT. Spektra Adhya
Prasarana menunjukkan bahwa berdasarkan lokasi, topografi, bahan hanyutan dan
ketersediaan bahan bangunan, ditetapkan Bendung Air Pangi menggunakan tubuh
bendung tipe gravity yang terbuat dari pasangan batu dengan sistem penyadapan
air irigasi yang menggunakan bangunan pengambil tipe saringan bawah atau tipe
Tyrol.
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Ada tiga masalah utama yang dihadapi Bendung Air Pangi, seperti disajikan di bawah
ini:
1) Bangunan bendung rusak.
- Lapisan permukaan pada bidang miring sebelah hilir tubuh bendung terkelupas
akibat abrasi oleh material angkutan sedimen dasar yang terdiri dari kerikil,
kerakal dan batu-batu besar (Foto 35).
- Lantai peredam energi di hilir tubuh bendung hancur (Foto 35).
- Dasar sungai di sekitar tembok sa'yap hilir sebelah kiri tergerus secara lokal (Foto
36).
2) Di hilir bendung terdapat longsoran tebing sungai.
- Lereng tebing sungai di hilir bendung rawan longsor (Foto 37).
- Sa luran induk tertutup longsoran akibat gerusan pada tebing sungai (Foto 38).
71
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
3) Di saluran penangkap pasir (sand trap) terdapat endapan material angkutan sedimen
dasar.
- Saluran penangkap pasir penuh dengan endapan material angkutan sedimen
dasar (Foto 39).
- Sistem pembilasan kantong penangkap pasir tidak efektif, butir material
angkutan sedimen dasar yang masuk melalui saringan bawah bangunan
pengambilan tipe Tyrol tidak dapat dibilas.
Foto 35. Abrasi pad a Permukaan Tubuh Ben dung dan Lantai Peredam Energi Hancur.
Foto 36. Gerusan lokal di Sekitar Tembok Sayap Hilir Sebelah Kiri.
72
Kompendium Advis Teknis Berbogai Jenis Bendung
73
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 39. Saluran Penangkap Pasir Penuh Dengan Endapan Material Angkutan
Sedimen Dasar.
74
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi ketiga masalah di atas, upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
75
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
76
Kompendium A(Jvis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
topografi di daerah lokasi Bendung Air Pangi tampaknya tidak memungkinkan untuk
mendapatkan tinggi tekan (head) yang cukup untuk menghasilkan kecepatan yang
dibutuhkan untuk pengangkutan dan pembilasan sedimen.
Pengelolaan sedimen pada bendung dengan bangunan pengambil tipe Tyrol tidak
sederhana, karena pengambilan air mengikutsertakan angkutan sedimen dasar dengan
ukuran butir cukup besar yang masuk bersama-sama ali ran air pada waktu penyadapan.
Petunjuk operasi dan pemeliharaan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
sedimen, perlu dimasukkan dalam desain.
77
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
78
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
79
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
MAR
Gambar 18. Potongan Melintang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di atas Saluran
lnduk.
SALURAN GENDONG
~---------li--------~L-------
:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-: ~ SALURAN INDUK
DASAR SUNGAI
Gambar 19. Potongan Memanjang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di atas Saluran
lnduk.
GEOTEXTILE FILTER
BATU KERIKIL
80
PUSAT LITBANG SUMBER OAYAAIR
SAW IIANG\.IIAN HIOAAUUKONI OEOI EI<HK KE.<IAAN
"'"" _ ,_ "'..._,.<*'....
t:ll-. .WBoOI..t • _,....,.,.
ADVIS TEKNIK
DESAIN HIORAULIK
BENDUNGAIR PANGI
Gamb ar 20 Denah Bendung Air Pangi
......
I
I 2 .06
I~
----~ I
---- ___U_- -~
POTONGAN A- A
9.385
1
I
---
I
I
I
I
I
I
I
(<..
I
""OODA <(
I
\ir Pangi l-----
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
- Buat bangunan penguat tebing un!uk mencegah longsor di daerah yang sudah
terjadi dan yang berpotensi terjadi longsor di sepanjang saluran induk.
- Buat konstruksi pelindung (revetment) tebing sungai yang terbuat dari bronjong
kawat dilengkapi filter geotekstil di seluruh tebing yang rawan longsor dan di antara
krib-krib yang telah dibangun. Buat bronjong kawat dengan mengacu kepada SNI
No. Pd T-08-2003 tentang perencanaan teknik dan pelaksanaan krib bronjong kawat.
BRONJONG KAWAT
I
I
SALURAN INDUK I
I
I I MAR
~
100CM
PONDASIITIANG
UKURAN BRONJONG KAWAT PANCANG PENAHAN
PANJANG 2 M X LEBAR 1 M X TINGGI 0.5 M 0.09 M, PANJANG 1.8 M
Gambar 21. Konstruksi Pelindung (Revetment) Tebing Sungai dari Bronjong Kawat dan Filter
Geot ekstil.
81
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
82
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Lokasi
Bendung Batang Agam terletak di sungai Batang Agam di bawah jembatan Ratapan lbu
(Foto 43) yang secara administratif berada di kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera
Barat. Lokasi bendung dapat dicapai dari Padang ibu kota propinsi Sumatera Barat
selama sekitar tiga jam perjalalanan.
• Data Teknis
Bendung Batang Agam yang dibangun sekitar tahun 1922-an untuk mengairi areal
pertanian tanaman padi seluas 620 hektar di bagian kiri sungai. Hingga kini bendung
Batang Agam tersebut masih berfungsi .dengan baik. Namun kondisi bendung dewasa
ini telah mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan berat. Di atas tubuh bendung
terdapat jembatan yang disebut Jembatan Ratapan lbu. Bendung dan jembatan ini
adalah aset budaya nasional karena menjadi saksi bisu sejarah pembunuhan penjuang
Rl pada zaman perjuangan tahun 1949.
Sungai Batang Agam mengalir melintasi Kota Payakumbuh dari barat ke arah timur.
Sungai ini berhulu di Kabupaten Agam, melintasi Kabupaten 50 Kota, dan selanjutnya
melintasi kota Payakumbuh. Panjang sungai Batang Agam sekitar 13,80 km.
Berdasarkan pengkajian Perencanaan Ketersediaan Airi lrigasi Kota Payakumbuh debit
minimum sungai sekitar 4,50 m 3 /s. Dengan kemungkinan ketersediaan air atau debit
andalan 80 %, kebutuhan air irigasi dapat dipenuhi sepanjang tahun. Setelah dipakai
untuk irigasi sisa debit sungai terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu sekitar 1,52 m 3/s
dan sisa aliran terkecil terjadi pada bulan Juni dengan sisa debit sebesar 0,25 m 3/s.
Di Sungai Batang Agam, jauh di udik Bendung Batang Agam, terdapat PLTA Batang
Agam dan Bendung Titih Ampera. PLTA Batang Agam mempunyai kolam tando
penampung air yang cukup luas sehingga air sungai di hilir PLTA dikontrol oleh
bangunan ini. Aliran air yang keluar dari PLTA sekitar 4400 1/s sehingga di musim
kemarau sekalipun, di Bendung Batang f\gam, aliran air selalu melimpah dengan tinggi
aliran di atas mercu bendung pada waktu banjir sekitar 1,20 m.
Data pokok ben dung:
- Lebar bentang bendung total 40,0 m.
- Bendung tidak dilengkapi dengan bangunan bilas.
- Intake bendung ditempatkan di bagian kiri sungai jauh di hulu bendung dengan
saluran muka (voorcanal) yang memiliki panjang 15 m dan Iebar pintu intake
1x1,0m.
- Saluran di hilir intake mempunyai Iebar permukaan 4,45 m dan pada jarak 200 m dari
intake terdapat bangunan bilas.
- Tubuh bendung tipe zaman Belanda dengan peredam energi tipe lantai panjang.
83
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Bt. Agam masih berfungsi dengan baik, namun bangunannya mengalami
kerusakan cukup parah disertai masalah endapan sedimen di saluran muka intake
seperti diuraikan di bawah ini.
a. Kerusakan tubuh bendung.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian kiri dekat tembok pangkal berlubang
sedalam sekitar 20 em.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian tengah di hilir pilar jembatan
berlubang sedalam sekitar 10 em.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian tengah dan bagian kanan di
beberapa tempat berlubang sedalam sekitar 20 em.
b. Kerusakan ruang olakan.
Lantai ruang olakan bagian kiri dan tengah berlubang sedalam lebih dari satu
meter.
Bagian awal lantai ruang olakan tepat di kaki hilir tubuh bendung berlubang
dengan kedalaman gerowongan sekitar satu meter.
- Ambang akhir (endsi/1) peredam energi bagian tengah patah.
- Tepat di hilir ambang akhir bagian tengah bentang terjadi penggerusan
setempat yang dalam.
c. Penggerusan pada dasar dan tebing kiri sungai.
Pada dasar sungai, tepat di hilir peredam energi, terjadi penggerusan sedalam 1,0
m sampai 2,0 m.
- Tebing kiri sungai di hilir bendung, di sekitar bangunan bilas, saluran irigasi
tergerus sepanjang sekitar 20 m yang mengancam keamanan saluran induk yang
berada di sisi tebing.
d. Endapan di saluran muka intake.
Pintu intake terletak pada saluran muka lebih kurang 15,0 m dari tepi sungai.
Sewaktu sungai banjir, angkutan sedimen layang yang terangkut bersama banjir
mengendap di mulut intake dan di saluran muka. Jumlah endapan angkutan
sedimen layang di saluran muka di hulu intake tersebut cukup besar sehingga
kapasitas saluran menjadi berkurang. Hal ini menimbulkan masalah pengerukan
endapan sedimen setiap usai banjir.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air akan
dilakukan.
84
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
85
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
bangunan tembok pasangan batu perlindungan tebing kanan mengubah arah aliran di
hilir bendung.
Endapan sedimen di saluran muka intake terjadi akibat adanya pusaran aliran di saluran
muka sebab kondisi aliran masuk ke saluran muka yang tidak merata karena langsung
membelok tegak lurus aliran sungai.
86
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Foto 43. Bendung Bt. Agam dan Sa luran lnduk lrigasi Dilihat Dari Hi lir.
Foto 44. Kondisi Sungai Satang Agam di Hilir Foto 45. Ambang Akhir Ruang Olakan Muncul
Bendung. di Atas Permukaan Air.
87
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Sausu terletak di Sungai Sausu yang secara administratif berada di Desa Sausu
Taliabo, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah.
• DataTeknis
Bendung Sausu dibangun pada tahun 1989. Bendung ini berfungsi sebagai sarana
pengambilan air irigasi untuk mengairi lahan pertanian seluas kurang lebih 10.000
hektar. Sejak berfungsinya bendung pada tahun 1991, pemberian air irigasi tidak dapat
berjalan optimal karena kondisi saluran irigasi kurang memadai akibat sedimentasi pada
saluran dan kondisi pintu-pintu air yang kurang terpelihara.
Pada bulan Mei 1996, bendung Sausu mengalami banjir yang cukup besar (diperkirakan
debitnya 480 m3/s) yang mengakibatkan ambruknya tembok tanggul kiri bendung dan
tertumpuknya sampah padat (debris) berupa batang-batang pohon di hulu bendung
(Foto 47) karena tersangkut pada pilar jembatan Bendung Sausu. Tumpukan batang-
batang pohon ini menyebabkan aliran banjir melalui mercu bendung terhalangnya,
Akibatnya, muka air banjir tinggi dan sedimen masuk ke saluran induk kiri melalui intake
kiri bendung. Karena itu, saluran induk penuh dengan endapan sedimen.
Pada tahun 2003, dalam kerangka sub proyek DISIMP (Decentrallied Irrigation System
Improvement Project) untuk rehabilitasi dan upgrading Dl Sausu, Konsultan Nippon Koei
telah membuat desain rehabilitasi Bendung Sausu dengan membuat peredam energi
kedua untuk mengatasi masalah penggerusan akibat degradasi dasar sungai di hilir
bendung. Dalam desain ini disiapkan juga saluran pengelak (diversion channel) di
sebelah kiri bendung untuk melaksanakan konstruksi.
Pada tanggal 25 April 2008 jam 00.00 - 02.00 WITA terjadi banjir di Bendung Sausu
dengan tinggi air di atas mercu mencapai 1,50 m atau pada elevasi +54,91 m. lni berarti
mendekati muka air banjir rencana pada elevasi +54,97 m dengan debit banjir rencana
628 m3/s. Akibat banjir ini Bendung Sausu mengalami kerusakan-kerusakan berikut:
a) Tubuh bendung
Lapisan beton tahan aus pada mercu dan bidang miring sebelah hilir terkelupas
atau mengalami abrasi sehingga besi tulangan tersingkap (Foto 48).
b) Kolam olak bendung
Lantai kolam olak:
• Lapisan beton tahan aus terkelupas atau mengalami abrasi sehingga
konstruksi pasangan batu di bawahnya tersingkap,
• Beberapa bagian lantai runtuh atau berlubang hingga mencapai tanah
dasar(Foto 49),
• Ali ran air dari hulu ke hilir dijumpai di bawah lantai bag ian tengah ..
- Am bang akhir:
• Bagian kanan am bang akhir roboh/terguling sepanjang ±50 m(Foto 50),
• Bag ian kiri am bang akhir yang masih utuh menggantung dan retak-retak.
88
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Pada tanggal 20 September 2008, 18 hari setelah aliran sungai dialihkan ke saluran
pengelak, terjadi banjir dengan perkira<i'n debit 300 m 3/s yang mengakibatkan tembok
penahan (retaining wam pada tanggul kiri jebol dan beberapa tiang besi saringan batu
(boulders screen) pada intake kiri roboh.
Pada tanggal 26 Oktober 2008 terjadi lagi banjir dengan perkiraan debit 260 m3/s, yang
mengakibatkan tanggul kiri saluran pengelak rusak dan sudetan (short cut), untuk
pengaliran sementara air sungai ke saluran induk selama pelaksanaan konstruksi,
hilang/hanyut tergerus aliran banjir Sungai Sausu.
Data pokok bendung:
a) Bendung Sausu ( lama )
Lebar total bendung (termasuk pembilas) 130m
Pelimpah bendung
• Tipe mercu Ogee
• Lebar total 109m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 11 x9 m = 99 m
• Lebar pilar keseluruhan 10x1 m=10m
• Tinggi bendung 3.10 m
• Elevasi mercu El. +52,41 m
• Elevasi lantai udik El.+49,31 m
• Elevasi tembok pangkal (dekzerk) El.+56,44m
• Elevasi lantai peredam energi El.+45,65 m
Pembilas bendung kiri
• Tipe bangunan . pembilas bawah (undersluice)
• Lebar total 13m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 4x2,5 m =10m
• Lebar pilar keseluruhan 3x1 m=3m
• Elevasi lantai pembilas El. +48,66 m
• Elevasi plat pembilas El. +50,61 m
Pembilas bendung kanan
• Tipe bangunan pembilas bawah (undersluice)
• Lebar total 6m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 2x2,5 m=5 m
• Lebar pilar keseluruhan 1x1m=1m
• Elevasi lantai pembilas El. +48,66 m
• Elevasi plat pembilas El. +50,61 m
89
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Intake kiri
• Lebar total 19m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 8x 1,5 m =12m
• Lebar pilar keseluruhan 7x1 m=7m
Intake kanan
• Lebar total 4m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 2x1,5m=3m
• Lebar pilar keseluruhan 1x1m=1m
Peredam energi
• Tipe bangunan lantai datar dengan am bang
akhir
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 27,80 m
• Elevasi lantai di hilir pelimpah El. +45,65 m
• Elevasi lantai di hilir pembilas E1. +44,37 m
90
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Sausu sering mengalami banjir di sungai Sausu, yang di samping membawa
angkutan sedimen dari material pasir, kerikil dan batu juga membawa material sampah
padat (debris) berupa kayu-kayu besar hasil reruntuhan pada daerah aliran sungai. Banjir
yang berulang kali menimpa Bendung Sausu ini telah mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada bangunan dan tidak berfungsinya Bendung Sausu secara optimal.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Dengan adanya kerusakan-kerusakan ini, pihak Balai Wilayah Sungai Sulawesi II sebagai
pengelola prasarana dan sarana sumber daya air di Propinsi Sulawesi Tengah telah
melakukan upaya-upaya penanggulangan dan perbaikan. Pembuatan desain konstruksi
dan bangunan untuk perbaikan bendung termasuk rencana pengelolaan alur sungai
telah dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, namun sebelum pekerjaan fisik
penanggulangan tersebut dilakukan Pusat Litbang Sumber Daya Air perlu mengadakan
tinjauan teknis agar desain-desain konstruksi/bangunan tersebut memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan.
Hasil pengamatan terhadap kondisi aliran di kolam olak dan di hilirnya, yang dilakukan
pada bulan Maret 2008 sebelum terjadinya banjir pada bulan April 2008 yang
menghancurkan lantai dan ambang ak~.ir kolam olak, menunjukkan bahwa kolam olak
sudah tidak dapat berfungsi sebagai peredam energi karena muka air hilir sudah turun
sampai di bawah mercu am bang akhir sebagai akibat dari degradasi dasar sungai di hilir
bendung.
91
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 47. Material Sedimen Dari Reruntuhan Pohon, Endapan Sedimen dan Tumpukan Sampah
Batang Pohon di Udik Bendung.
Foto 48. Tubuh Bendung Terkikis dan Terkelupas Foto 49. Lantai Peredam Energi Hancur.
Foto 50. Ambang Akhir Hancur, Dasar Sungai Foto 51. Sa ringan Sedimen (Boulder Rack) di
di Hilirnya Tergerus Dalam. Depan Intake dan Pembilas Kiri
Rusak.
92
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Perhatikan hal-hal berikut yang berkaitan dengan penerapan sistem bendung bertangga
dengan pembuatan peredam energi kedua:
Uii model hidraulik fisik
Untuk memperoleh kondisi pengaliran hidraulik yang memenuhi kriteria pemecahan
energi yang optimum, uji model hidraulik fisik di laboratorium dengan model dua
dimensi terhadap desain bendung. Dari ~asil pengujian diperoleh ukuran panjang lantai
peredam energi pertama dan kedua yang optimum dan lapisan pelindung dasar sungai
di hilir peredam energi kedua berupa rip-rap dari batu atau blok-blok beton.
- Morfologi sungai
kemiringan sungai yang besar memerlukan pengendalian kecepatan aliran dengan
membuat ambang pada dasar sungai (groundsill) secara berseri. Untuk menentukan
tinggi am bang dari dasar sungai, jarak antara am bang, dan posisi am bang di hulu dan di
hilir terhadap bendung, lakukan analisis hidraulik dengan bantuan uji model hidraulik
numerik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Iebar bendung yang terlalu besar dibandingkan
dengan Iebar ruas sungai di lokasi bendung. Perlu dikaji kemungkinan untuk
mengurangi Iebar penampang peredam energi kedua agar aliran yang keluar dari
peredam energi tidak mengalami kontraksi yang besar sehingga tidak perlu dibuat
bangunan transisi yang panjang. Untuk memperoleh Iebar peredam energi kedua yang
optimum, lakukan anal isis dengan bantuan uji model hidraulik fisik dengan model tiga
dimensi di laboratorium.
93
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
GAMBAR22
94
/
1
r,......,.. ,. . 5~33
BENDUNG SAUSU
POTONGAN MEMANJANG
0 4 8 12 16 20cm
SKALA :
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
GAMBAR23
95
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
- Stabilitas bendung
Karena terjadi gradien hidraulik yang besar antara muka air di hulu dan di hilir bendung,
periksa besarnya gaya angkat (uplift) yang bekerja pada bendung dan lakukan kembali
analisis stabilitas bendung. Apabila pembuatan peredam energi kedua menyebabkan
bendung menjadi tidak stabil, maka untuk mengurangi uplift pertimbangkan untuk
menerapkan lantai hilir yang lui us air (permeable stilling basin).
Sambungan bangunan lama dan bangunan baru
Dengan adanya penambahan peredam energi kedua pada bendung yang ada, maka
akan terdapat sambungan antara konstruksi lama dan konstruksi baru. Sambungan
konstruksi harus diperhitungkan, baik kualitas maupun kekuatan masing-masing.
Apabila konstruksi lama ternyata sudah tidak layak, usahakan penanggulangan
maksimal sehingga ke dua bagian konstruksi tersebut stabil.
96
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Data Teknis
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan dibangun pada tahun 1ga3 oleh
Pemerintah Belanda. Pengambilan air untuk Jaringan lrigasi Slinga dilakukan melalui
Bangunan Pengambil Bebas Slinga di Sungai Klawing (Foto 52) dan untuk Jaringan
lrigasi Larangan dilakukan melalui Bendung Larangan I di Sungai Gemuruh dan
Bendung Larangan II di Sungai Gringsing. Setelah berfungsi sekitar 75 tahun, rehabilitasi
dilakukan pada tahun 1g7711g7s dengan maksud untuk mengembalikan tingkat
pelayanan jaringan irigasi seperti semula atau lebih baik dari sebelumnya.
Akibat perubahan morfologi Sungai Klawing, khususnya degradasi dasar sungai, posisi
ambang Bangunan Pengambil Bebas Slinga terhadap dasar sungai menjadi terlalu
tinggi, sehingga air tidak dapat diambil secara gravitasi ke jaringan irigasi. Untuk
mengatasi hal ini pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir yang terletak di hulu
Bangunan Pengambil Bebas Slinga dan air yang diambil dimasukkan ke Saluran lnduk
Slinga melalui bangunan inlet drain (Foto 55). Kekurangan pasokan air dari Sungai
Cungkir, khususnya pada musim kemarau, diatasi dengan cara memompa air Sungai
Klawing ke Saluran lnduk Slinga. Pemompaan ini memerlukan biaya operasi dan
pemeliharaan yang cukup besar sedangkan hasilnya tidak optimal.
Untuk mengatasi masalah pengambilan air ini, desain Bendung Slinga di Sungai
Klawing telah dibuat. Sebagai persiapan untuk melaksanakan konstruksi, pada tahun
anggaran 2aa4, CV. Putra Pertiwi Semarang telah ditunjuk oleh Proyek lrigasi Andalan
Jawa Tengah, Bagian Proyek Pembinaan dan Perencanaan lrigasi Jawa Tengah untuk
melaksanakan "Review Desain Bendung Slinga, Paket D-3".
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan direncanakan menjadi satu sistem
jaringan interkoneksi, dimana pasokan air utama akan dipenuhi dari Bendung Slinga
yang akan dibangun yang mengambil air dari Sungai Kalwing di hulu Bangunan
Pengambil Bebas Slinga, sedangkan Bendung Larangan I dan Bendung Larangan II akan
berfungsi sebagai suplesi yang peranannya relatif kecil. Pengambilan air dari Bendung
Larangan I, selain sebagai suplesi, juga dimanfaatkan untuk menggelontor air drainase
kota yang dimasukkan ke Jari'ngan lrigasi Larangan I di bagian hulu. Untuk membuat
sistem jaringan interkoneksi ini, selain Bendung Slinga, perlu dibangun juga saluran
penghubung dari bangunan pengamb!.l bendung ke Saluran lnduk Slinga yang ada,
saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga ke Jaringan lrigasi Larangan, dan
97
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi adalah kurangnya kehandalan pasokan air ke Daerah lrigasi
Slinga karena kondisi sistem pengambilan air yang tidak optimal. Bangunan Pengambil
Bebas Slinga yang dibangun tahun 1903 sudah tidak dapat digunakan untuk
mengambil air secara gravitasi karena Sungai Klawing mengalami degradasi dasar
sungai yang cukup besar yang menyebabkan dasar sungai turun sampai jauh di bawah
ambang bangunan pengambil (Foto 53). Upaya mengatasi masalah dengan
memindahkan pengambilan ke Sungai Cungkir dan menambah pasokan dengan
pemompaan dari Sungai Klawing bukan pemecahan masalah yang tepat, karena
memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang cukup besar sedangkan hasilnya
tidak memadai.
Untuk memecahkan masalah secara lebih baik, direncanakan membuat bendung di
Sungai Klawing di hulu bangunan pengambil bebas lama. Desain bendung yang sudah
dibuat kemudian dikaji ulang (direview) oleh Konsultan CV. Putra Pertiwi Semarang
sebagai persiapan untuk melaksanakan konstruksi. Untuk memeriksa kelayakan review
desain yang dibuat oleh konsultan ini, Pusat Litbang Sumber Daya Air telah dimintai
advis teknis.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah pasokan air ke Daerah lrigasi Slinga upaya-upaya perbaikan
sistem pengambilan air berikut telah dilakukan.
- Pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir.
98
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Foto 52. Banggunan Pengambil Bebas Slinga Foto 53. Muka Air Sungai Berada di Bawah
di Tebing Kiri Tikungan Luar Sungai. Ambang Bangunan Pengambil.
Foto 54. Outlet Bangunan Pengambil di Foto 55. Inlet Drain Dari Sungai Cungkir.
Saluran lnduk Slinga.
99
Pusat Penefitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 56. Lokasi Rencana Bendung Slinga. Foto 57. Pengambilan Material Golongan C.
Dasar perencanaan bendung memerlukan gambar mutakhir situasi sungai di sekitar
lokasi bendung. Untuk itu pengukuran ulang situasi sungai perlu dilakukan mengingat
pengukuran terakhir dilakukan pada tahun 2002. Dalam kurun waktu tujuh tahun dapat
terjadi perubahan morfologi sungai yang signifikan.
Di sekitar lokasi bendung, material golongan C di sungai diambil secara cukup intensif
(Foto 57). Hal ini perlu dipertimbangkan dalam merencanakan bendung.
Foto 58. Pertemuan Sungai Klawing dan Foto 59. Jembatan Gantung di Sungai
Sungai Gintung. Klawing.
100
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
Foto 60. Lokasi Rencana Bangunan Silang I Foto 61. Kegiatan Pengambilan Material
Perlintasan. Golongan C.
Foto 62. Saluran di Jaringan lrigasi Slinga. Foto 63. Saluran di Jaringan lrigasi Larangan.
101
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
102
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
ditentukan dengan menghitung debit banjir rencana, elevasi muka air hilir dan
tinggi aliran di atas mercu yang terjadi dengan mempertimbangkan tanggul banjir
yang diperlukan dan jembatan di hulu bendung yang harus aman terhadap
peninggian muka air (backwater) akil?,at pembendungan.
103
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
BEPriOVNO SliNGA
(SARU)
r PENGHVOUNG 1
(BARV)
• - •'
.L 1
· ( . SLINGA
-- SALURAN INDUK
SALURAN
SOLURAN
SEKUNOE:R
Sr. -·-·-·n·-·-·-·-·+
SEt<UNDER fCEM8AAANWETAN
I<All ..........
IIL.-t Y'""'
~~ t
r ... LURAN INDUK
SLINGA
I
• " - - SALVfVoN
SEKUNOE'R 8RECEK
. Ql.k-4
BI!NCUNCI
LARANOANI •
.--i --
•
SAlURAN PENG,tUOUNG 3
- S.ALUAAN
I
•
_(_ SEKUND£R
L.ARANGANII
.L IL•II tllll
1---1'1-t=" • - . - . L •-. . -.-.-.-.-.- ·>
II!NDUNG
LARANGANII
104
Kompendtum
. Advis Teknis Berbagm·Jenis Bendung
ro
0'1
.!:
Vi
0'1
c
::l
-c
cQ)
co
..t::.
"'c
Q)
0
-...! -- •. . . •.
·~
-------.."'"------
··;;;.· / . :. . --............_,
-~- ---......_ 'n'""~-· - ~ ~
-··~,
. • "!.;'
•...\:/-· ·-. ·- ··- ··- -
-·....
105
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
''' s;
IP
t'ii1
HI
Illtl
l.I
:v
"t
Ill
...!OJ
~
~
~
g
::I
u:a
I»
::I
~ ..
3
a.
u:a
co
u:a
I»
I»
::I
til
::I
c..
c
::I
!!!
'
I
:r l•. !
u:a 'i ~
~
106
Kompendium Advis Teknis Berbagai l enis Ben dung
• Lokasi
Bendung Klarik terletak di Sungai Klarik yang secara administratif berada di Pulau
Bunguran Besar, Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau.
• Data Teknis
Penempatan bendung
Bendung Klarik dibangun di sudetan atau "coupure" sungai Klarik, yang lokasinya
terletak pada bukit yang melandai ke hulu dan ke hilir. Dasar sungai di hulu "coupure"
terletak pada +3,00 m dpl dan di hilir "coupure" lebih kurang pada + 1,50 m dpl yang
kadang kala pada pasang tinggi bisa" terpengaruh oleh ali ran pasang. Penggalian
disepanjang "coupure" mulai dari hilir ke hulu mempunyai kedalaman berkisar antara 1
m - 7 m. Foto 64 memperlihatkan pelaksanaa konstruksi bangunan bendung klarik
pada saat peninjauan lapangan tahun 2009.
Pondasi bendung diletakan diatas batuan beku dengan cara menggali lapisan-lapisan
tanah dan batuan yang ada diatasnya setebal lebih kurang 7 - 8 m. Batuan pondasi
berupa batuan beku andesit, berwarna abu-abu kehijauan, keras dan kuat untuk
mendukung bangunan bendung.
107
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 65. Tanah Pondasi Rencana Tanggul Foto 66. Daerah Rencana Genangan Di Udik
Penutup Utama. Bendung .
IDENTIFIKASI MASALAH
Saluran induk yang ditempatkan berdampingan dengan tanggul penutup utama berdiri
di atas tanah yang mudah tererosi dan dapat menjadi pasir urai yang akan
membahayakan keamanan bangunan saluran di waktu yang akan datang.
108
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV
telah meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk memberikan advis teknis dengan
meninjau lapangan dan penelitian atas pekerjaan pembangunan Bendung Klarik yang
sedang dilaksanakan.
~ :~o':.n~~Pl~=r:::;~~
ptj.I L un-...y.t two-~A:•n cUin tMnrpwtJc.1 n:
plraksln, olrriney•ut d.anspin&
~ rMI'ICJAncllng
~~=~=~~~\~Liu't:,.•k~
bM'Iy• ku.ru d.lnndlcl
h-s~men ~tu... gel.-nbur gelomNng.
- ~~~Sid.l~;~~~~=~~~~=:.c~:::n
hing;o~kemw.lh-., k••
U n bersifipMI 6efiO'n
b.atup• irun.~thillus .
"'""'""'
Gambar 27. Peta Geologi Pulau Bunguran Besar Natuna (sumber: P3G, DESDM; - 1: lokasi
studi)
Secara stratigrafi daerah studi berada pada satuan; Alluvial (Qa): kerikil, pasir, lanau dan
gambut, dengan pondasi Formasi Raharjapura (Tpr) yang terdiri dari selang-seling
antara batupasir dan batulanau. Batupasir mempunyai ciri berwarna putih kekuningan,
109
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
terpilah baik, mengandung banyak kuarsa dan sedikit fraqmen batuan. Peta geologi
Pulau Bunguran Besar, Natuna dapat dilihat pada Gam bar 27.
Satuan geologi yang lain di sekitar lokasi adalah; Formasi Pengadah (Tomp) terdiri dari
konglomerat, batupasir, dan batulanau. Konglomerat mempunyai ciri berwarna putih
kotor, keras, terpilah buruk, komponen kuarsa, rijang, batulempung mali han, dan jarang
batuan beku. Batupasir: putih kecoklatan kelabu, keras terpilah sedang-baik, karbonan,
setempat karbonan, gelembur-gelombang, silang-siur, jejak beban. Batulanau: kelabu
muda, agak keras, pelapisan sejajar umumnya sebagai sisipan. Secara umum batupasir
dan lanau menempati bagian atas. Satuan ini merupakan endapan fluviatil dan tebal
seluruh satuan diperkirakan 300 m. Granit Ranai (granit, putih, kasar, forfiritik,
holokristalin, kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan muskovit) dan Formasi Bunguran
(Jkp) terdiri dari perselingan batulanau, tuf dan rijang. Batulanau, putih kekuningan
hingga kemerahan, keras, dan bersisipan dengan batupasir sangat halus. Tuf putih
kelabu setempat kemerahan, umumnya keras.
110
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
Kondisi desain
Hasil analisis menunjukkan
- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0,2 = 5,2 > 4 aman
Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 6,129 1o·6 x 15 m = 9,1935 1o·s m 3/s
- Uplift pressure di lantai hilir, u = 40 Kpa, dengan asumsi tebal beton 2 m, maka telah
memenuhi (apa?)
111
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
112
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Galian Coupure
Karena kondisi tanah/batuan yang mudah runtuh, buatlah lereng tebing galian coupure
cukup landai, dan bila perlu perkuat dengan bangunan perkuatan berupa
lining/revetment.
• Tanggul Penutup
Karena perbedaan volume tanggul penutup cukup besar antara desain dan kenyataan
hasil pengukuran MC - 0 di lapangan, tinjau kembali cadangan borrow area yang ada
mengingat perubahan volume tanggul menjadi ± 900.000 m3 •
Pada dasar galian pondasi tanggul penutup buat "kunci" dengan membuat alur dengan
Iebar 1,0 m dan kedalaman dari permukaan dasar pondasi 1,0 m - 1,5 m di tengah-
tengah dasar gal ian pondasi sepanjang tanggul. Sebelum menimbun tanggul penutup,
bersihkan dasar galian pondasi.
Untuk mencegah rembesan air melalui bawah pondasi, di bagian depan tanggul
penutup buatlah "blanket" dari tanah yang di padatkan dengan ukuran-ukuran yang di
tentukan berdasarkan gradien hidrolik yang terjadi.
• Saluran lnduk
Posisi bagian awal saluran induk yang panjangnya mencapai sekitar 9 km
berdampingan dengan tanggul penutup dan seluruh penampangnya berada di tanah
timbunan, sedangkan pada bagian yang lebih ke hilir saluran induk terletak di atas
tanah/batu pasir yang mudah tererosi. Karena ada perbedaan volume tanggul penutup
yang cukup besar antara desain dan kenyataan hasil pengukuran MC - 0 di lapangan,
perlu ditinjau kembali cadangan borrow area yang ada mengingat perubahan volume
tanggul menjadi ± 900.000 m 3•
113
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang terletak di Sungai Ciberang yang secara
administratif berada di Desa Kadu Peucang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak,
Propinsi Banten.
•
• Data Teknis
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang, merupakan bangunan pengendali dasar
sungai. Konstruksi ini dibangun untuk menjaga/mengendalikan penurunan dasar
sungai yang diperkirakan akan membahayakan stabilitas jembatan yang ada di bagian
hulunya. Pembangunan bendung konsolidasi ini dimulai tahun 1995, diperbaiki tahun
2006, dan disempurnakan pada kegiatan tahun 2008- 2009.
Perbaikan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah membuat bangunan pengendali
dasar Cek Dam 2 di hilir bangunan pengendali dasar Cek Dam 1 yang dibangun pada
tahun 1995. Sistem Bendung Konsolidasi dari hasil perbaikan tahun 2006 dapat dilihat
pada Gam bar 28.
Pada tahun 2007 terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya sistem bendung
konsolidasi, berupa kerusakan pada mercu bag ian kiri Cek Dam 1, dan kehancuran ± 2/3
bagian bangunan Cek Dam 2. Kerusakan bangunan akibat banjir tahun 2007 ini
diperbaiki pada tahun anggaran 2008.
Tidak lama setelah selesai perbaikan bangunan Cek Dam 1 dan Cek Dam 2, kembali
terjadi banjir sehingga bangunan Cek Dam 2 kembali rusak. Sebagian besar bangunan
Cek Dam 2 di bag ian kiri hancur.
Untuk menyelamatkan/mengamankan bangunan-bangunan yang ada, pada awal tahun
2009 dibangun Cek Dam 3 yang terletak di hilir bangunan Cek Dam 2 (Gambar 29).
Sesaat setelah bangunan Cek Dam 3 selesai dibangun, terjadi banjir yang
mengakibatkan kerusakan hampir seluruh bangunan Cek Dam 3.
114
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
115
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 68. Perbaikan Bangunan Cek Dam 2. Foto 69. Pembangunan Cek Dam 3.
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang dibangun tahun 1995 untuk mengamankan
jembatan di sebelah hulunya yang beberapa kali mengalami kerusakan akibat banjir.
Upaya-upaya perbaikan dan perkuatan dengan membuat bangunan pengendali dasar
sungai tambahan, yaitu Cek Dam 2 dan Cek Dam 3, pada sistem bendung konsolidasi
dam masih belum dapat menanggulangi daya rusak aliran akibat banjir sungai
Ciberang. Masalah utama yang dihadapi bendung konsolidasi dam ini tampaknya
adalah pada konstruksi bangunan cek dam yang tidak mampu mengatasi gejala-gejala
dan gaya-gaya aliran akibat banjir. Perkuatan bangunan Cek Dam 1 dapat dilihat pada
Foto 67 sedangkan perbaikan bangunan Cek Dam 2 dan Cek Dam 3 berturut-turut
dapat dilihat pada Foto 68 dan Foto 69.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah melakukan upaya-upaya
penanggulangan dengan memperbaiki dan membuat cek dam tambahan mulai tahun
2006 sampai dengan tahun 2009. Namun sejauh ini upaya-upaya tersebut belum
berhasil mengatasi masalah karena Cek Dam 3 yang dibangun tahun 2009 rusak akibat
banjir tidak lama setelah cek dam dioperasikan.
Untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dapat diandalkan, Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk
116
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
melakukan observasi terhadap masalah Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang dan
memberikan advis teknik yang diperlukan.
Foto 70. Kondisi umum bangunan Cek Dam 1, Foto 71. Kerusakan pada tembok sayap hilir
Cek Dam 2 dan Cek Dam 3. sebelah kanan
117
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk desain hidraulik bangunan eek dam
meliputi:
1) Lebar efektifbangunan, b =51 m,lebar sungai rata-rata di hilir bangunan,
B=60m.
2) Tinggi muka air di atas mereu pada debit desain, hu = 2,12 m, dan berdasarkan
evaluasi dari bangunan yang ada debit yang mengalir, Q = 299,11 m3/ s
(q = 5,86 m3/s).
3) Tipe bangunan peredam energi pilih yang sesuai dengan material dasar sungai
(pasir sampai batu diameter 20 em), adalah tipe MOS.
4) Elevasi mereu rencana El. +41,00 (eksisting +40,80 ditambah selimut beton baru 20
em).
5) Elevasi dasar sungai di hilir +38,50. Dengan memperhitungkan adanya degradasi 1
m, untuk perhitungan desain elevasi dasar sungai di hilir diambil +37,50.
Dari perhitungan peredam energi tipe MDS diperoleh dimensi dasar peredam energi
sebagai berikut:
Kedalaman ali ran di hilir, D2 = 2,05 m,
Elevasi muka air hilir +39,55,
Elevasi muka air udik +43,12,
- Tinggi terjun, Z = 3,57 m,
Kedalaman ali ran di peredam energi, Ds = 4,80 m,
Panjang lantai peredam energi, L = 8,00 m,
Penurunan lantai peredam energi, a= 0,50 m,
Tinggi am bang akhir, s = 1,00 m.
I f'f
oe;
~
11001 IIXJI
118
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
119
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Sei Ulak Deras berlokasi di Sungai Ulak Deras, Desa Lubuk Nan Gadang,
Kecamatan Sei Ulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
• Data Teknis
Areal yang diairi Bendung Sei Ulak Deras berada di bagian kiri dan kanan bendung. Luas
areal irigasi bagian kiri adalah 2671 hektar dan kanan 3148 hektar Keadaan bendung
pada saat peninjauan dapat dilihat pada Foto 72. Bendung ditempatkan di palung
sungai dengan Iebar bentang 28,0 meter. Bendung dilengkapi dengan bangunan
pengambilan di kedua sisi bendung, bangunan bilas bendung, dan bangunan
penangkap pasir di bagian kiri dan kanan bendung.
Bangunan penangkap pasir kanan ditempatkan kurang lebih 120 meter di hilir pintu
pengambilan kanan, sedangkan bangunan penangkap pasir kiri ditempatkan kurang
lebih 100 meter di hilir pintu pengambilan kiri. Antara pintu pengambilan dan
bangunan penangkap pasir dihubungkan oleh saluran terowongan.
Dewasa ini kedua bangunan penangkap pasir dan bangunan bilas bendung tidak dapat
dioperasikan dan tidak berfungsi sebagai mana mestinya.
Foto 72. Keadaan Ben dung Sei Ulak Deras saat Peninjauan
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah utama yang dijumpai pada kedua bangunan penangkap pasir itu adalah:
1) Pengendapan sedimen yang besar di bilik pengendapan kiri pada kedua bangunan
penangkap pasir.
2) Pada bilik pengendapan kiri, di kedua bangunan penangkap pasir (kiri dan kanan
bendung) terjadi pengendapan sedimen dengan volume yang besar dibandingkan
dengan pengendapan sedimen di bilik kanan. Volume endapan sedimen telah
memenuhi bilik pengendapan.
3) Bangunan bilas penangkap pasir tidak berfungsi untuk membilas sedimen di kantong .
sedimen.
120
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Ben dung
Foto 73. Keadaan Pint u Si las Bendu ng Sei Ulak Tampak dari Hilir
121
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
(a)
Foto 75. Keadaan Bangunan Penangkap Pasir di Kiri (a) dan Kanan Bendung (b)
ANALISIS
• Peninjauan Lapangan
Bangunan penangkap pasir bag ian kiri bendung
Hasil pengamatan dan penyelidikan lapangan atas bangunan penangkap pasir bagian
kiri bendung (Foto 75a) menunjukkan hal-hal berikut.
1) Terjadi pengendapan sedimen dengan volume yang besar pada bilik kiri
dibandingkan dengan pengendapan sedimen pada bilik kanan. Kecepatan aliran
pada bilik kiri jauh lebih rendah dibandingkan dengan bilik kanan. Untuk
mengetahui volume pengendapan sedimen dan kecepatan aliran pada masing-
masing bilik maka dilakukan pengukuran. Lokasi pengukuran kecepatan aliran pada
bangunan penangkap pasir kiri bendung seperti tampak pada Gam bar 32.
122
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
i - - - - - - - 5 0 M - - - - - - - f - - 2 5 M--t----20.7 M ----j
I I I
I I I
II Ill N
1----------95.7 M----------1
2) Arah dan kecepatan aliran pada bilik-bilik pengendapan tidak merata. Hasil
pengukuran pada empat penampang melintang di bilik pengendapan dapat dilihat
pada Tabel1. Data hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa:
(1) Pada bilik kanan titik 3 profill dan bilik kiri titik 3 &4 profill & II kecepatan ali ran
tak dapat diukur karena penuh endapan sedimen.
(2) Kecepatan ali ran terendah pada bilik kanan terjadi pada titik 3 profiiiV sebesar
0,168 m/s.
(3) Kecepatan aliran terendah pada bilik kiri terjadi pada titik 1 profil I sebesar
0,144 m/s.
(4) Kecepatan aliran tertinggi pada bilik kanan terjadi pada titik 1 profil I sebesar
0,332 m/s.
(5) Kecepatan aliran tertinggi pada bilik kiri terjadi pada titik 1 profil II sebesar
0,254 m/s.
Tabel1. Kecepatan ali ran pada bangunan penangkap pasir kiri bendung
123
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
3) Keadaan endapan sedimen pada bilik pengendapan penangkap pasir dapat dilihat
pada Gam bar 33 sampai dengan Gam bar 35 dan Foto 76.
1--------------10.40---------------1
1 - - - - - - - - - - - 7 . 4 0 _ _ _ _ _ _ _ _...,
-l f-0.37
_[0.18
t
1.23 l_ t 1.05
l_ 0.56 _l_
T Kunun Kiri
Gambar 33. Keadaan Endapan Sedimen Pad a Profil I
+---------------10.40--------------i
1 - - - - - - - - - - - 7.40 _ _ _ _ _ _ _ __,
-l l-0.37
~
0.72
T
1.40
._·:,;_
1
Ko.no.n Kiri
Gambar34. Keadaani Endapan Sedimen Pada Profil II
t--------------10.40 ----------------1
t-----------7.40 -----------+
-l l-0.37
--r·l
-+ 1
1.20
1.00
2.20
_l_.
Kiri
124
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
~~----~70~M~------~
'-----------~~~:~:---.----~
II
II
'"'-" II
II
II
~ n
________ ll ______ -
~ )
Gambar 36. Sketsa Alinyemen Bangunan Bilas dan Saluran Pembuang Existing
Foto 76. Keadaan Bangunan Bilas dan Sa luran Pembuang Bangunan Penangkap Pasir (Kiri)
125
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Kiri
~ Konon 2~~
2) Kecepatan aliran hasil pengukuran pada dua penampang melintang di bilik kanan
dapat dilihat pada label 2.
3) Kecepatan aliran pada bilik kiri tidak dapat diukur karena dipenuhi endapan
sedimen.
4) Data tersebut menunJukkan bahwa bilik kanan pada titik 2 profil II memiliki
kecepatan ali ran tertinggi, yaitu sebesar 0.284 m/s.
Bilik Kanan
Profil
Ttk 1 Ttk2 Ttk3
I 0.160 0.200 0.208
II 0.177 0.284 0.218
126
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
f---- - - - - - - - - 1 0 . 2 - ------------<-1
fa~
....· ~· .. ~,' . ' .
. ··<_:_._· .··...
1.3 I f,-.-.,.....--,. ._.-.._--~--:---1 > · ~ .. ' ·.
· .. ··: :.
"=' ..
Ko.no.n Kiri
f--------------10. 2--------------<~
1• - - 4.90
f-- --j--; l--- 0.37
..
.. . .:· : ~ ... ~- .: :
·: . •,
. ·•·
.. ,
·.,.:
. .. . . :-_·. :·-.
Ko.no.n Kiri
Gambar 39. Keadaan Endapan Sedimen pad a Profil II
127
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
128
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Foto 78. Keadaan End apan Sedimen Pad a Bangunan Penangkap Pasir Kiri Ben dung
129
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
130
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
131
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
132
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
133
"0
~ Si
~
~
~
::s
~
::s
~
l
Clii~Mil.DUI ...... DlMttMnn"ASI: I
§
§"'
0'
~
0
c
'C)>i
::;·
Tltnlh MMV•raot
6. NerbltM
~
KEIIIE.NTEJMIII PEKERJAAN UMUIII
7. LMono bhoa """""' MDA.~AifQUI~......,AN
Gambar 40. Denah Penangkap Pasir Kiri Bendung Sei Ulak Deras
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• DataTeknis
Bendung Linamnutu
1) Keadaan Ben dung
Bendung Linamnutu dibangun tahun 2002 di daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Provinsi NIT, untuk mengairi lahan pertanian Daerah lrigasi Bena seluas
3.515 hektar.
Bendung terbuat dari tumpukan blok-blok beton bertangga dengan Iebar ambang
5,00 m, tinggi 3,00 m dan Iebar bentang bendung 250 m.
Peredam energi bendung dari hamparan blok-blok beton berukuran panjang 18,80
m dan tebal 1,0 m. Ukuran ambang akhir (endsill) tumpukan blok beton adalah
tinggi 1,0 m dan Iebar 2,50 m yang terdiri dari tiga susunan blok beton. Keadaan
lantai peredam energi bendung Linamnutu, lihat Foto 79 dan Foto 80.
Air irigasi diambil dengan bangunan intake yang terletak di kiri bendung. Bendung
ini dilengkapi dengan bangunan pembilas dua lubang.
Masalah utama bendung ini adalah kerusakan pada bangunan peredam energi
bendung di lantai ruang olakan dan endsil/ serta tubuh bendung mengalami
keausan.
2) Keadaan Banjir
(1) Banjir besar telah terjadi beberapa kali. Pada tanggal 21 Juni 2008, tinggi muka
air banjir mencapai 4,50 meter di atas mercu bendung.
(2) Tinggi banjir di atas mercu bendung, pada tahun 2004 mencapai 3,60 meter dan
pada tahun 2007 mencapai 2,50 meter.
(3) Debit banjir desain bendung adalah sebesar Qd =1550 m3/det.
135
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Bendung Debuklaran
1) Keadaan Ben dung
Bendung Debuklaran dibangun untuk mengairi lahan pertanian seluas 450 hektar
dan mulai beroperasi pada tahun 2006. Bendung yang dibangun di Sungai Wemerak
Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu, Provinsi NIT ini terbuat dari
pasangan batu dengan Iebar bentang bendung 100 m, Iebar am bang 2,50 m,
kemiringan bidang hilir tubuh bendung 1 : 2,5. Peredam energi bendungnya bertipe
lantai datar yang dilengkapi dengan am bang akhir setinggi 1,0 dan Iebar 1,0 m.
Lantai peredam energi bendung tidak dilengkapi dengan koperan dan air irigasi
diambil dengan menggunakan bangunan intake yang terletak di kiri bendung.
Bendung ini dilengkapi dengan bangunan pembilas dua lubang. Keadaan lantai
peredam energy Bendung Debuklaran, lihat Foto 81.
IDENTIFIKASI MASALAH
Bendung Linamnutu
Masalah yang dijumpai pada Bendung Linamnutu adalah
1) Lantai bangunan peredam energi bagian kanan amblas sepanjang kurang lebih 210m.
2) Endsi/1 bangunan peredam energi bagian kanan sepanjang 210 meter terguling dan
patah.
3) Tembok pangkal kanan retak vertikal.
4) Tubuh bendung blok-blok beton mengalami abrasi (aus).
5) Permukaan lantai bangunan peredam energi kiri yang tidak amblas sepanjang 43,0
meter mengalami keausan.
136
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung
Foto 79. Keadaan Kerusakan Lantai Olakan dan Foto 80. Keadaan Penurunan Lantai Olakan
Endsill Bagian Kanan Bagian Tengah
Bendung Debuklaran
Masalah yang dijumpai pada Bendung Debuklaran adalah
1) Lantai peredam energi bendung patah dan jatuh sepanjang kurang lebih dua pertiga
bentang bendung.
2) Endsi/1 bendung bag ian kiri patah dan jatuh.
3) Di bawah lantai peredam energi yang tersisa terjadi rongga-rongga sedalam 3,50 m.
4) Tubuh bendung mengalami keausan karena tergerus oleh angkutan sedimen
137
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
2) Bahaya aliran banjir yang menyebabkan loncatan aliran ke hilir dari bangunan
peredam energi dan menimbulkan penggerusan setempat yang dalam. Hal ini
menjadikan bangunan ends ill tidak stabil dan akhirnya terguling.
3) Diperkirakan terjadi bahaya seepage di bawah tubuh bendung dan lantai peredam
energi yang diperparah oleh bahaya penggerusan setempat sehingga terjadi
rongga-rongga di bawah lantai. Karena lantai olakan hanya terbuat dari susunan
blok-blok beton, blok-blok beton tersebutjatuh dan amblas
Bendung Debuklaran
Kerusakan lantai peredam energi bendung diperkirakan akibat dari:
1) Desain bangunan peredam energi yang tidak sesuai dengan kondisi sungai karena
ketinggian lantai berada di atas dasar sungai. Di samping itu, bangunan peredam
energi tidak dilengkapi dengan koperan.
2) Ketinggian air aliran banjir di atas mercu 1,0 m sehingga terjadi loncatan aliran dari
ruang olakan ke hilir. Akibat sifat aliran ini, di hilir ambang terjadi penggerusan
setempat yang dalam. Keadaan penggerusan setempat ini menyebabkan endsi/1
terguling dan lantai peredam energi patah dan jatuh.
3) Karena bendung tidak dilengkapi lantai hulu dan koperan di hilir bendung,
diperkirakan akan terjadi bahaya seepage di bawah tubuh bendung dan lantai. Hal
ini akan mengurangi kestabilan tubuh bendung.
Bendung Linamnutu
1) Bentuk dan ukuran desain
Untuk memperbaiki kerusakan lantai peredam energi bendung maka telah disiapkan
desain dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a) Di hilir lantai peredam energi pertama dirancang peredam energi kedua dengan
bentuk tubuh bendung hilir miring dengan perbandingan 1:1.
b) Kedalaman lantai peredam energi kedua ini ditempatkan pada kedalaman 5,50 m
di bawah lantai pertama.
c) Pada ujung lantai pertama dibuat ambang dengan ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar
1,0 m. Kemiringan bag ian hulu am bang 1:1.
d) Peredam energi kedua dengan ukuran panjang 8,35 m dilengkapi dengan
ambang akhir ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar 1,0 m. Kemiringan bentuk bagian
hulu am bang 1:1.
2) Komentar terhadap desain
Desain yang disiapkan konsultan beberapa tahun yang lalu ini sudah tidak sesuai
dengan kondisi sungai saat ini. Ketidak sesuaian desain ini karena:
a) Kondisi geometri sungai tepat di hilir bendung sudah berubah.
b) Tepat di bawah lantai, sudah terjadi gerowongan yang mencapai panjang
setengah lantai.
138
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
c) Kondisi lantai peredam energi bendung yang tersisa tidak cocok dengan kondisi
desain yang disiapkan.
Bendung Debuklaran
1) Bentuk dan ukuran desain
Untuk memperbaiki kerusakan lantai peredam energi bendung maka telah disiapkan
desain dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a) Di hilir lantai peredam energi pertama dirancang peredam energi kedua dengan
bentuk tubuh bendung hilir dengan perbandingan kemiringan 1:1.
b) Kedalaman lantai peredam energi kedua ini ditempatkan pada kedalaman 5,50 m
di bawah lantai pertama.
c) Pada ujung lantai pertama dibuat am bang dengan ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar
1,0 m, dan kemiringan bag ian udik am bang 1:1.
d) Peredam energi kedua dengan ukuran panjang 8,35 m dilengkapi dengan
ambang akhir ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar 1,0 m dan kemiringan bagian udik
ambang 1:1.
• KESIMPULAN
1) Lantai peredam energi Bendung Linamnutu rusak, dan endsillnya am bias dan patah
sepanjang kurang lebih 210m. Lebar bentang lantai 250m.
2) Lantai peredam energi Bendung Debuklaran rusak dan endsilnyal patah dan
terguling sepanjang kurang lebih 80 m. Lebar bentang lantai 100 m.
• SARAN
1) Mengingat dana yang tersedia pada Tahun Anggaran 2010 dan dengan
mempertimbangkan aspek teknis, dan aspek waktu pelaksanaan, maka perbaikan
kerusakan harus dilakukan secara bertahap yakni tahap I dikerjakan pada tahun 2010
dan tahap II pada tahun berikutnya (2011).
2) Perbaikan kerusakan Bendung:
139
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Bendung Linamnutu
b) Perbaiki blok-blok lantai peredam energi yang tidak rusak pada bentang
bendung 43,0 meter (yang tidak hancur).
(1) Tata kembali blok-blok lantai yang kerusakannya tidak parah sepanjang
bentang 43,0 meter, eEievasi atas lantai pada + 63,90.
(2) Lapisi bagian atas blok-blok lantai yang telah ditata dengan beton K. 225
sebagai lapisan tahan aus setebal 0,40 m.
(3) Pasang angker untuk mengakukan antara lapisan tahan aus/lapisan
beton dengan blok-blok lantai.
(4) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, pasang geosintetik filter di
bawah lantai.
(5) Bongkar endsill yang ada sampai elevasi + 63,90.
140
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
c) Lantai hilir II masif dengan bentuk datar, panjang 20 meter, elevasi lantai
+ 60,80.
d) Lengkapi bagian hilir lantai II dengan endsill ukuran tinggi 1,50 m, Iebar 1,50
m, dan koperan sedalam 2,30 m.
e) Lengkapi bagian bawah lantai dan koperan dengan fondasi sumuran sedalam
4,0 m dengan diamter 0,80 m.
f) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, pasang geosintetik filter di bawah
lantai.
g) Untuk mengurangi bahaya penggerusan setempat, pasang rip-rap batu
dengan diameter> 0,30 m di hilir lantai.
Bendung Debuklaran
i. Saran bagi perbaikan kerusakan Bendung Debuklaran Tahap I adalah:
a) Rancang bendung dan lantai peredam energi dengan tipe berganda. Bidang
hilir tubuh bendung I dengan kemiringan yang ada, sedangkan bidang hilir
tubuh bendung II agak tegakdengan kemiringan 1:6.
b) Pilih peredam energi II dengan tipe lantai datar dan lengkapi dengan endsill
dan rip-rap.
c) Ketinggian lantai peredam energi I (yang ada) hendaknya pada elevasi +87,78
dan panjang 3,50 m.
d) Ketinggian lantai peredam energi II hendaknya ditempatkan pada kedalaman
4,5 m di bawah lantai I atau pada elevasi + 83,28, dan panjang lantai II, 5,0 m.
Dasar sungai yang ada saat peninjauan berada pada kedalaman 3,5 m di
bawah lantai atau pada + 84,28.
e) Lengkapi ruang olakan dengan ends ill berukuran panjang 1,0 m dan tinggi
1,0 m.
f) Buat koperan di bawah endsill sedalam 2,50 m dan lengkapi dengan fundasi
sumuran sedalam 2,0 m. Bangunan ini diperlukan untuk menstabilkan dan
mengantisipasi bahaya penggerusan setempat.
g) Lengkapi hilir lantai peredam energi II dengan rip-rap batu kali dan bongkah
dengan diameter> 0,30 m.
h) Agar tubuh bendung I stabil, pasang fundasi sumuran dengan dimater 0,80 m
setiap panjang 5,0 m di bawah lantai Ike arah bentang bendung.
i) Lapisi permukaan tubuh bendung dan lantai olakan dengan lapisan tahan aus
dari beton K 225.
j) Bongkar lantai olakan dan end sill yang tersisa pada bag ian kanan.
k) Sesuaikan ukuran dan bentuk tembok sayap hilir bagian kanan dan kiri pada
desain lantai yang baru dengan keadaan peredam energi desain ini.
ii. Perbaikan Bendung Debuklaran Tahap II yang akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya adalah:
a) Bangun lantai hulu sepanjang 3,50 m dan dinding tirai sedalam 2,0 m di hulu
bendung.
141
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
b) Lapisi mercu bendung dan tubuh bendung I dengan lapisan tahan aus dari
beton K.225.
c) Jika diperkirakan di kemudian hari panjang lantai olakan II kurang efektif
menanggulangi bahaya penggerusan setempat, perpanjang lantai olakan
sehingga endsill yang ada menjadi floor block.
3) Detail desain.
Untuk memantapkan pekerjaan rehabilitasi yang dilaksanakan pada tahun anggaran
2010, lakukan kegiatan detail desain untuk pekerjaan tahap II. Untuk memantapkan
dan menyempurnakan detail desain tersebut, uji model fisik.
4) Lain-lain
Sehubungan dengan pengkajian lapangan ini dan konsep gambar rekomendasi
teknis yang telah disiapkan, diskusi teknis antara pihak-pihak terkait untuk
menetapkan dan menyempurnakan konsep gambar rekomendasi teknis kedua
bendung yang akan direhabilitasi.
142
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Lokasi
Rencana pembangunan bagi Bendung Way Mulang yang berada di Sungai Way Kuma
bagian utara Way Mulang, terletak di Pulau Buru bagian Selatan, Provinsi Maluku. Posisi
bendung terletak pada S334.233 dan E126 13.241.
• Data Teknis
Desain bendung oleh konsultan
Rencanaan SID bendung dan jaringan irigasi Way Mulang dikerjakan oleh Konsultan PT.
Citra Utama Karsa Ambon pada September 2008. Nota desain dituangkan dalam
Laporan Sistim Planning, Pekerjaan SID Bendung dan Jaringan lrigasi Dl Way Mulang. Di
samping itu, ada gambar rencana pekerjaan pembangunan bendung dan jaringan
irigasi Dl Way Mulang Mei 2008 oleh konsultan yang sama. Nota desain dan gambar-
gambar desain tersebut mengemukakan hal-hal berikut:
(1) Lokasi dan tipe bendung
Berdasarkan Laporan Sistim Planning, Pekerjaan SID Bendung dan Jaringan lrigasi Dl
Way Mulang pada bagian 5-1 dan berdasarkan gambar-gambar rencana dapat
diinformasikan hal-hal berikut:
a) Lokasi bendung: bertempat di palung sungai, di antara dua alur sungai, di daerah
bantaran/pulau antara dua alur sungai.
b) Tipe bendung: bangunan Tyroll di bagian sisi kanan dan kiri masing-masing
sepanjang 17,00 m, dan bendung tetap di bagian tengah sepanjang 61,00 m.
Lebar bentang bendung total 95,0 m, tinggi mercu bendung ke dasar sungai
bagian hulu 0,50 m. Bangunan peredam energi bendung: tipe lantai datar
sepanjang 3,0 m dan ambang setinggi 0,50 m. Di bagian hulu bendung dibuat
jembatan penyeberang selebar 1,50 m.
(2) Bangunan intake bendung
Bangunan intake bendung ditempatkan di bagian kanan dan kiri bendung dengan
Iebar intake bagian kiri 1,20 m dan bagian kanan 1,00 m.
IDENTIFIKASI MASALAH
143
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dilakukan upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
ANALISIS
Lokasi bendung
yang dipilih
oleh Konsultan
(1) Lokasi bendung tidak tepat karena di tempat ini palung sungai sangat Iebar dengan
dua alur sungai berada di sisi kanan dan kiri palung sungai.
(2) Tipe bendung yang direncanakan merupakan gabungan bendung tyrol dan
bendung tetap, sementara tipe tyrol tidak sesuai dengan kondisi sungai dengan
angkutan sedimen pasir dan kerikil.
144
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
(3) Sungai berada di daerah alluvial dengan angkutan material pasir dan kerikil serta
memiliki gejala berpindah-pindah.
SARAN
• Lokasi bendung
1) Alternatif lokasi bendung
Hasil kajian lapangan memberi beberapa alternatif lokasi bendung yaitu pada profil
PS dan pada profil P7. Geometri sungai Way Kuma pada Patek PS dapat dilihat pada
Foto82.
Titik pada patok profil PS terletak di hilir celah tebing palung sungai. Kondisi sungai
pada profil ini merupakan kondisi yang kurang menguntungkan karena berada di
tengah-tengah dataran banjir yang terisi alluvial dan sebagian besar merupakan
gosong pasir. Dari sudut pandang konstruksi, titik ini memerlukan konstruksi dengan
biaya yang cukup besar, karena harus membuat tanggul penutup sungai ke arah
tebing kanan dan ke arah tebing kiri sungai. Bangunan intake berada di daerah
timbunan.
Titik pada patok profil P7 merupakan titik ideal untuk membangun bendung. Titik P7
ini merupakan celah di antara dua tebing yang merupakan batuan dasar. Lokasi titik
P7 berada sekitar 70 meter ke arah hulu dari titik PS. Dinding tebing sungai kiri perlu
dikupas untuk membuat bangunan intake. Lebar palung sungai di lokasi ini tidak
selebar pada profil PS. Daerah ini hanya memerlukan tanggul penutup sungai ke
arah tebing kanan, sedangkan ke arah kiri tidak memerlukan tanggul penutup
sungai.
145
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
146
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
yang tidak merata ke luar dari bendung akan menimbulkan penggerusan setempat
sehingga membahayakan bendung.
Bangunan intake dan bangunan bilas ditempatkan berdampingan dan menjadi satu
kesatuan. Intake ditempatkan dengan sudut pengambilan arah tegak lurus terhadap
sumbu bangunan bilas sedangkan bangunan bilas ditempatkan di sisi bentang sungai
dan bagian luar tembok pangkal bendung. Bangunan bilas dan intake menjadi satu
kesatuan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat membentuk suatu
tikungan luar ali ran. Hal ini dapat melemparkan angkutan sedimen ke arah luar intake
menuju arah tubuh bendung, sehingga akan mengurangi jumlah angkutan sedimen
dasar masuk ke intake.
Pengarah aliran bentuk tongkat hockey dibangun di hulu kanan tembok pangkal yang
dimaksudkan untuk meratakan ali ran menuju bendung dan menghindarkan aIiran deras
sepanjang tanggul penutup dan tanggul banjir.
Bentuk bendung bagian hulu dibuat miring dan bagian hilir tubuh bendung dibuat
dengan kemiringan 1 : 1. Bentuk pelimpah ambang mercu bulat, dibuat dengan bentuk
lurus melintang sungai dan tegak lurus antara tembok pangkal dan bangunan pembilas.
Elevasi mercu bendung ditentukan dengan pertimbangan elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi, tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di pembilas,
kehilangan tekanan dan pengaruh respon morfologi sungai di bagian hulu dan hilir
bendung, dan sebagainya.
Panjang mercu bendung atau Iebar bentang bendung yaitu jarak antara dua tembok
pangkal bendung termasuk tembok Iebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya.
Panjang mercu bendung ditentukan dengan pertimbangan kemampuan melewatkan
debit banjir desain dengan tinggi jagaan yang cukup dan batasan tinggi muka air banjir
genangan maksimum yang diizinkan pada debit banjir desain. Panjang mercu bendung
diambil sebesar 1,2 Iebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil. Lebar palung
sungai rata-rata 60 meter.
Tipe konvensional dipilih untuk bangunan bilas dengan Iebar total diambil sekitar 1/6
s.d 1/10 dari Iebar bentang bendung untuk sungai - sungai yang Iebar bentangnya
kurang dari 100 m. Pembilas bendung juga dirancang di bag ian kanan dan kiri
bendung.
Bangunan peredam energi bendung adalah struktur bangunan di hilir tubuh bendung
yang terdiri dari berbagai tipe yang di kanan-kirinya dibatasi oleh tembok pangkal
bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. Fungsi
bangunan ini adalah untuk meredam energi air akibat pembendungan agar air di hilir
bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan bangunan.
Pemilihan bangunan peredam energi bendung sangat bergantung kepada berbagai
faktor antara lain jenis dan sifat sungai di lokasi bendung, tinggi pembendungan,
keadaan geoteknik tanah dasar, jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai,
dan sebagainya.
Jenis Sungai Way Kuma di ruas lokasi bendung adalah sungai meandering yang
angkutan sedimen dominannya dari jenis kerikil dan pasir. Karena hal tersebut di atas,
tipe bangunan peredam energi bendungnya dipilih tipe lantai dengan ambang akhir
(tipe MDO) dilengkapi dengan rip-rap (lihat Gambar 42). Tembok pangkalnya adalah
tembok yang berada di kiri dan kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang
147
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
menghalangi luapan aliran pada debit desain ke arah samping kiri dan kanan. Tembok
pangkal disamping berfungsi sebagai pengarah aliran agar arah ali ran sungai langsung
menuju sumbu bendung juga berfungsi sebagai penahan tanah, serta pencegah ali ran
samping. Bentuk tembok pangkal ditentukan vertikal dengan ukuran panjang ke hulu
dan ke hilirnya sesuai dengan fungsinya. Tinggi tembok pangkal setinggi muka air banjir
desain ditambah dengan jagaan setinggi satu meter.
Tembok sayap hilir bendung adalah tembok sayap yang terletak di bagian kanan dan di
kiri peredam energi bendung yang menerus mulai dari tembok pangkal bendung.
Bentuk sayap hilir bendung didesain dengan bentuk miring dengan kemiringan 1 : 1
sebagai kelanjutan tembok pangkal bendung. Bagian awal tembok sayap hilir yang
miring dan akhir tembok pangkal dimulai dari tengah-tengah lantai peredam energi.
Bagian ujung hilir tembok sayap dibulatkan dan membalik ke arah hulu.
Tembok pengarah aliran di hulu tembok pangkal dibangun tembok pengarah aliran
sisi kanan. Tembok pengarah aliran di hulu tembok pangkal dimaksudkan sebagai
pengarah aliran dari hulu sungai menuju bentang bendung agar arah aliran merata.
Selain itu agar tidak menimbulkan kecepatan aliran yang deras di sepanjang tanggul
penutup dan tanggul banjir, serta menghindarkan aliran langsung dari arah tanggul
penutup dan tanggul banjir. Bentuk bagian ujung tembok pengarah ali ran melengkung
seperti tongkat hockey.
Bangunan bilas dirancang dengan maksud untuk menghindarkan angkutan muatan
sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen yang masuk ke intake.
Bangunan bilas ini dirancang dengan tipe bangunan bilas konvensional. Tata letak
bangunan bilas diatur seperti berikut:
- Merupakan satu kesatuan dengan intake.
- Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung.
- Bangunan ditempatkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya
tegak lurus sumbu bendung.
Bangunan intake dirancang untuk menyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air
dan sedimen, serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake.
Tipe intake yang dipilih yaitu yang berlubang dua, dilengkapi dengan pintu-pintu dan
dinding banjir dan perlengkapan lainnya. Tata letak bangunan intake diatur sedemikian
sehingga memenuhi fungsinya.
148
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Gambar 42. Contoh Gambar Desain Bendung Tetap Dengan Peredam Energi Tipe MDO
149
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Kairatu II di P. Seram, terletak di Sungai Wae Nala, Desa Lohiyatu, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Lokasi ini dapat dicapai dari Ambon
menggunakan jalan darat menuju Pelabuhan fery Liang, menyeberang ke Pulau Seram
di Pelabuhan fery Wae Pirit, dilanjutkan melalui jalan darat kurang lebih 10 km, sampai
di lokasi bendung.
• Data Teknis
Bendung Kairatu II
Type Bendung : Bendung Bronjong
Dibangun :Tahun 2009
Lebar bendung :36,70m
Intake : Pada bagian tengah tembok pangkal kiri
Lebar intake :1,25 m
Tinggi intake :1,00 m
Panjang tembok pangkal kiri :32,60 m
Tinggi tembok pangkal kiri :6,30m
IDENTIFIKASI MASALAH
• Kronologis Masalah
Bendung Kairatu II dan jaringan irigasinya dibangun pertama kali pada tahun 1975
untuk mengairi lahan potensial seluas 750 hektar. Pada tahun 2003, karena terjadi banjir
yang cukup besar, diperparah oleh pengambilan material sungai secara besar-besaran
di hilir bendung untuk dikirim ke daerah Papua, bendung ini hancur. Pada tahun 2004
bendung dibangun kembali dan diganti dengan arah mulut intake frontal terhadap arah
aliran sungai. Karena pembangunan bendung tidak memperhatikan keadaan morfologi
sungai yang sudah berubah, bendung ini kembali hancur pada tahun 2008. Pada tahun
2009 bendung dibangun kembali dengan bendung bronjong.
Di samping pembangungan bendung bronjong, dibangun pula tembok pangkal kiri.
Arah tembok pangkal kiri ke hulu agak ke luar dari arah tebing sungai kiri. Bendung ini
dapat beroperasi beberapa waktu. Banjir yang cukup besar dan penempatan bendung
bronjong yang tidak pada tempatnya mengakibatkan bendung bronjong bagian kiri
hancur. Akibatnya air tidakdapat lagi masuk ke intake.
Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi ke jaringan irigasi Kairatu untuk menyediakan air
bagi irigasi ahan pertanian, pada tahun anggaran 2011 direncanakan membangun
kembali Bendung Kairatu II.
• Upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dilakukanlah upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
150
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
ANALISIS
• Peninjauan Lapangan
Akibat banjir besar pada tahun 2009, Bendung Bronjong Kairatu II pada bagian kiri
sungai terguling (Foto 84). kerusakan yang dialami bendung dan bangunan lainnya
adalah:
1) Bendung bronjong bagian kiri sepanjang kurang lebih sepuluh meter terguling
sehingga tidak dapat berfungsi untuk meninggikan muka air sungai sehingga air
tidak dapat masuk ke intake. Bendung bronjong ditempatkan di ujung tembok
pangkal atau sekitar 10 meter di hilir pintu intake.
2) Saluran irigasi putus sepanjang kurang lebih 25 m. Bagian saluran irigasi yang rusak
yaitu 17,0 m di hilir intake. Saluran irigasi tepat di hilir intake dan di hilir bagian yung
rusak masih bail<.
3) Di tebing kiri, tepat di hilir tembok pangkal kiri, terjadi gerowongan selebar 17,0 m
sepanjang 22,0 meter.
4) Tembok pangkal kanan di hulu bendung terguling.
5) Pintu intake tidak dapat difungsikan sejak awal pembangunan.
Tembok pangkal bendung yang dibangun di bagian kiri tubuh bendung dan berbentuk
tegak dibangun sebagai pembatas aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga tidak
melimpas ke luar dari bentang bendung.
Bendung ditempatkan di bagian akhir/ujung tembok pangkal kiri, sehingga bagian kiri
tubuh bendung terletak pada tebing sungai. Akibat limpasan aliran sungai dan akibat
peningkatan energi aliran dan turbelensi aliran maka terjadi gerowongan tebing sungai
kiri. Akibat penggerusan setempat dan gerowongan tebing sungai, sebagian tubuh
bendung bronjong bagian kiri terguling.
Karena tubuh bendung bagian kiri terguling, saluran irigasi yang terletak 18,0 m dari
tebing sungai ikut runtuh.
Foto 84. Kerusakan Tubuh Bendung Bronjong dan Saluran lnduk Di Kiri Bendung.
151
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Sungai Nala adalah tempat Bendung Kairatu II dibangun. Sungai Nala di ruas Bendung
Kairatu II bersifat berjalin. Lapisan dasar sungai terdiri dari batuan kerakal, kerikil, dan
pasir dengan ketebalan Ia pi san diperkirakan setebal 2,0- 3,0 m.
Lebar palung sungai di hulu bendung berkisar antara 40,0- 70,0 m. Lebar alur sungai di
hilir bendung berkisar 40 m sedangkan Iebar palungnya berkisar antara 40,0 - 50,0 m.
Tinggi palung sungai di hulu bendung bagian kanan berkisar antara 5,0- 6,0 m dengan
kemiringan dasar sungai rata-rata di hilir bendung 0,007.
Perubahan morfologi sungai di hulu bendung cenderung mendatar dan perubahan
morfologi sungai di hilir bendung cendrung vertikal dimana proses degradasi dasar
sungai sangat aktif. Sungai Way Nala mempunyai DAS sempit dan memanjang sehingga
hydrograph banjir yang terjadi adalah cepat naik dan cepat turun, dengan material
dasar sungai terdiri dari pasir dan kerikil dengan ketebalan lapisan diperkirakan
mencapai 3,0 m. Debit sesaat yang didapat dari hasil pengukuran pada pertengahan
bulan Maret adalah 2.040 m 3/det sampai 2.185 m3/det.
SARAN
1) Rehabilitasi awal
(1) Lokasi ben dung
Setelah mengadakan kajian lapangan dan mempelajari keadaan bangunan yang
ada maka lokasi bendung dipilih di sekitar intake yang ada pad a bangunan tembok
pangkal kiri. Agar bendung dapat berfungsi kembali maka bendung diperbaiki
secara bertahap. Pentahapan pembangunan bendung dilakukan karena dana yang
tersedia pada tahun anggaran 2011 terbatas.
Tahapan perbaikan bendung adalah sebagai berikut:
a) Rehabilitasi awal untuk tahun anggaran 2011. Tujuan pembangunan
rehabilitasi awal yaitu agar air sungai dapat disadap ke intake untuk irigasi.
Dalam upaya rehabilitisi awal, konsep bangunan disesuikan dengan kondisi
keuangan yang tersedia, dan kondisi bangunan yang aman secara hidraulik dan
struktural.
b) Rehabilitasi permanen dilakukan pada tahap berikutnya.
152
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
153
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Di hilir ambang peredam energi bendung atau tepat di hilir dinding tembok
pangkal kiri yaitu pada bekas bendung bronjong yang tersisa difungsikan
sebagai bangunan bottom controller.
e) Fondasi dan bangunan pencegah seepage
Di bawah tubuh bendung dilengkapi dengan fondasi sumuran (menggunakan
buis beton 0 80 em yang diisi beton bertulang minimum berdiameter 12 mm,
dengan campuran 1 : 2 : 3). Fondasi sumuran dipasang di bagian hulu, tengah,
dan hilir di bawah tubuh bendung.
f) Tembok pangkal
Tembok pangkal adalah tembok yang berada di kiri dan kanan pangkal
bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada debit
desain ke arah samping kiri dan kanan. Tembok pangkal berfungsi sebagai
pengarah aliran agar arah aliran sungai frontal menuju sumbu bendung,
sebagai penahan tanah, dan pencegah ali ran sam ping.
Tembok pangkal kiri menggunakan tembok pangkal yang ada. Tembok
pangkal kanan dibuat dengan bentuk dinding tegak dengan panjang 22 m.
Tembok pangkal dirancang sesuai dengan ketinggian tembok yang ada, yaitu
setinggi 5,50 m dari dasar sungai.
2) Rehabilitasi permanen
154
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
155
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
• Data Teknis
Perencanaan Bendung Kalibumi dimulai pada tahun 1991. Semula bendung ini didesain
dengan tipe bendung tetap yang mempunyai Iebar bersih, B = 54,5 m dan tinggi
pembendungan, p = 7 m. Untuk debit banjir rencana, Qd = 1000 m3/s diperlukan tinggi
tanggul yang mencapai 15,5 m dihitung dari pondasi terdalam. Agar tinggi tanggul
dapat diturunkan, sehingga Bendung Kalibumi tidak termasuk dalam kategori
bangunan besar yang harus menggunakan debit banjir rencana QPMF, tipe bendung
diganti dengan tipe gergaji dengan Iebar, B = 60 m. Selanjutnya, untuk memberikan
keamanan yang cukup, diputuskan untuk menaikkan debit banjir rencana menjadi Qd =
1500 m3/s. Dengan debit banjir rencana yang baru ini, tipe bendung gergaji dengan
Iebar 60 m tidak memadai, sehingga pada akhirnya dibuat pelimpah tambahan tipe
gergaji dengan Iebar 31 m di sebelah kiri pelimpah utama.
IDENTIFIKASI MASALAH
156
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
Pasca gempa 6 Pebruari 2004, Proyek lrigasi Nabire telah melaksanakan perbaikan-
perbaikan pada Bendung Kalibumi. Namun demikian, karena perbaikan ini masih
kurang memadai, pada kejadian gempa 26 Nopember 2004 kembali terjadi kerusakan
yang hampir sama.
• Upaya-upaya Penanggulangan
• Peninjauan Lapangan
Foto 85. Retakan Pada Cofferdam Bag ian Udik. Foto 86. Retakan Memanjang Pad a Tembok
Sayap Hilir.
157
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
u
p
a
y
a
u
p
a
y Foto87. Retakan Pada Tembok Pangkal Kiri. Foto 88. Retakan Vertikal Pada Bangunan
a Penangkap Pasir.
perbaikan darurat yang direncanakan dan sedang dilakukan adalah memperbaiki
cofferdam yang retak, menyambung tulangan yang putus dan menutup retakan beton
pada tembok pangkal, menutup retakan memanjang pada tembok sayap hilir, dan
menutup retakan vertikal pada bangunan penangkap pasir.
Peninjauan lapangan bulan Desember 2004 menunjukkan sebagian tanggul penutup
telah ditimbl;Jn hingga elevasi +17 m dari yang direncanakan hingga mercu tanggul
pada elevasi + 23,85 m. Disamping itu, perbaikan-perbaikan kecil pada dinding guide
wall yang mengalami keretakan telah dilakukan. Bagian-bagian bangunan yang
mengalami kerusakan akibat gempa dapat dikemukakan sebagai berikut
a) Material timbunan di bawah tembok pengarah antara pelimpah utama dan
pelimpah tambahan turun yang mengakibatkan retak-retak pada plat beton
penutup talud tembok pengarah, serta penurunan sebagian tanggul penutup (Foto
89 dan Foto 90).
b) Retakan pada tembok pangkal sebelah kiri pada tempat yang sama terjadinya
kerusakan pada gempa sebelumnya dan retakan baru pada tembok pangkal sebelah
kanan pelimpah tambahan sudah diperbaiki secara darurat (Foto 91 dan Foto 92).
c) Dinding pelat guide wall dan pada dinding dan lantai bangunan penangkap pasir
retak-retak seperti pada gempa sebelumnya.
d) Joint diantara blok-blok lantai dan saluran induk terpisah.
e) Kolom penyangga rumah pintu di bangunan pengambil patah.
Foto 89. Penurunan Material Timbunan pada Foto 90. Retak-Retak pada Tembok Pengarah
Tembok Pengarah Arus. Arus Akibat Penurunan Material
Timbunan.
158
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung
Foto 91. Retakan Kembali pada Perbaikan Foto 92. Retakan Baru pada Tembok Pangkal
Tembok Pangkal Sebelah Kiri Sebelah Kanan Pelimpah Tambahan.
Pelimpah Tambahan.
159
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
160
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
+1.00
161
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Kalibumi terletak di Sungai Kalibumi yang secara administratif berada di
Kabupaten Nabire, Propinsi Papua.
• Data Teknis
Perencanaan Bendung Kalibumi dimulai pada tahun 1991. Semula bendung didesain
dengan tipe bendung tetap. Bendung ini mempunyai Iebar bersih, B = 54,5 m dan tinggi
pembendungan, p = 7 m. Untuk debit banjir rencana, Qd = 1000 m3/s diperlukan tinggi
tanggul yang mencapai 15,5 m dihitung dari pondasi terdalam. Agar tinggi tanggul
dapat diturunkan, sehingga Bendung Kalibumi tidak termasuk dalam kategori
bangunan besar yang harus menggunakan debit banjir rencana 0PMF, tipe bendung
diganti dengan tipe gergaji dengan Iebar, B = 60 m. Selanjutnya, untuk memberikan
keamanan yang cukup, diputuskan untuk menaikkan debit banjir rencana menjadi Qd =
1500 m3/s. Dengan debit banjir rencana yang baru ini, tipe bendung gergaji dengan
Iebar 60 m tidak memadai, sehingga akhirnya dibuat pelimpah tambahan tipe gergaji
dengan Iebar 31 m di sebelah kiri pelimpah utama.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung gergaji dengan lantai udik dan peredam energi tipe kolam olak.
Debit banjir rencana 1500 m 3/s
- Lebar bendung total= 91 m, pelimpah utama = 60 m,
pelimpah tambahan = 31 m.
- Tingggi bendung 7 m.
- Bahan konstruksi bendung beton bertulang.
- Luas areal irigasi 6000 Ha.
IDENTIFIKASI MASALAH
162
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
7,2 Skala Richter dengan episentrum 17 km sebelah selatan kota Nabire, tepatnya pada
koordinat 3,634° LS dan 132,01° BT.
Pasca gempa 6 Pebruari 2004, Proyek lrigasi Nabire telah melakukan beberapa
perbaikan di Bendung Kalibumi,Namun demikian, karena perbaikan ini masih kurang
memadai, pada kejadian gempa 26 Nopember 2004 terjadi kerusakan yang hampir
sama seperti diuraikan berikut ini:
a) Material timbunan di bawah tembok pengarah antara pelimpah utama dan
pelimpah tambahan turun hingga mengakibatkan retak-retak pada plat beton
penutup talud tembok pengarah Selain itu sebagian tanggul penutup turun.
b) Retakan kembali terjadi pada tembok pangkal sebelah kiri di tempat yang sama
dengan kerusakan pada gempa sebelumnya. Perbaikan darurat sudah dilakukan
atas retakan lama dan retakan baru pada tembok pangkal sebelah kanan pelimpah
tambahan.
c) Dinding pelat guide wall dan pada dinding dan lantai bangunan penangkap pasir
retak-retak seperti pada gempa sebelumnya.
d) Joint di antara blok-blok lantai dan saluran induk terpisah.
e) Kolom penyangga rumah pintu di bangunan pengambil patah.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Proyek lrigasi Nabire telah melakukan perbaikan darurat terhadap kerusakan-kerusakan
Bendung Kalibumi akibat banjir dan gempa. Namun hasil peninjauan lapangan pasca
gempa Pebruari 2004 dan Nopember 2004 menunjukkan bahwa sifat perbaikan ini
masih sangat darurat sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kekuatan
struktur bangunan, terutama apabila bangunan telah difungsikan.
• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi, selain akibat
gaya gempa yang tidak mampu dipikul oleh struktur bangunan, juga akibat gejala
likuefaksi (liquefaction) pada tanah pondasi. Gejala likuefaksi adalah hilangnya kekuatan
geser dari tanah berpasir yang jenuh air akibat goncangan gempa yang meningkatkan
tekanan air menjadi lebih tinggi dari tegangan yang bekerja antara butir-butir tanah
yang menjaga kontak antar butir, sehingga tanah berperilaku seperti cairan (liquid). Hal
ini terlihat pada badan timbunan tembok pengarah antara pelimpah utama dan
pelimpah tambahan dan badan timbunan tanggul penutup yang mengalami
penurunan.
163
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
164
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
Evaluasi Desain
Konsekuensi Alternatif 1:
1) Jika elevasi muka air di hulu bendung telah mencapai maksimum + 23,00, periksa
bocoran di hilir tanggul secara visual.
2) Bahaya piping mungkin terjadi di hilir tanggul karena lapisan fondasi dibawahnya
berupa lapisan pasir yang lolos air (k = 1o-2 cm/s dan k = 10-4
cm/s)
3) Pekerjaan grouting dalam kondisi sudah terjadi genangan sangat sulit
dilaksanakan.
Alternatif II, Penutupan stop log dilaksanakan setelah treatment pondasi (grouting):
1) Selidiki geoteknik di sekitar tanggul dan di tubuh bendung.
2) Lakukan Analisis dan evaluasi untuk menentukan parameter teknis pondasi dan
bahan timbunan serta metoda grouting.
3) Laksanakan grouting dan pasang instrumen pisometer di tanggul penutup
(konsolidasi dan tirai).
4) Tutup stop log sampai setinggi 3,20 m di udik dan hilir.
5) Cor sekat di antara stop log udik dan hilir dengan beton pengisi.
6) Tutup stop log berikutnya sama dengan prosedur (1) dan (2) sampai mencapai
elevasi + 21,00 m dengan tinggi maksimum setiap tahap adalah 3,20 m.
165
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
166
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
3) Anal isis kondisi pondasi sekarang menunjukkan grouting perlu segera dilakukan:
Bangunan FS Piping FS Uplift
Pelimpah Utama 2,73 < 4 (tidak aman) 0,93 < 1.2 (a man)
Pelimpah Tambahan 7,14 > 4 (a man) 1,03 < 1.2 (tidak aman)
Tanggul Penutup Permanen 6,93 > 4 (aman)
Foto 95. Pelimpah Tambahan Dilihat dari Foto 96. Pelimpah Utama dan Pembilas
Hulu. Dilihat dari Hilir.
167
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Kalibumi terletak di Sungai Kalibumi yang secara administratif berada di
Kabupaten Nabire, Propinsi Papua.
• Data Teknis
Perencanaan Bendung Kalibumi dimulai pada tahun 1991. Semula bendung didesain
dengan tipe bendung tetap yang mempunyai Iebar bersih, B = 54,5 m dan tinggi
pembendungan, p = 7 m. Debit banjir rencana, Qd = 1000 m3/s memerlukan tinggi
tanggul 15,5 m dihitung dari pondasi terdalam. Agar tinggi tanggul dapat diturunkan,
sehingga Bendung Kalibumi tidak termasuk dalam kategori bangunan besar yang harus
menggunakan debit banjir rencana QPMF, tipe bendung diganti dengan tipe gergajr
dengan Iebar, B = 60 m. Selanjutnya, untuk memberikan keamanan yang cukup,
diputuskan untuk menaikkan debit banjir rencana menjadi Qd = 1500 m3/s. Tipe
bendung gergaji dengan Iebar 60 m tidak mampu menampung debit banjir rencana
yang baru ini, sehingga pada akhirnya dibuat pelimpah tambahan tipe gergaji dengan
Iebar 31 m di sebelah kiri pelimpah utama.
Dalam masa pelaksanaan konstruksi, Bendung Kalibumi telah mengalami dua kali banjir
besar, yaitu pada bulan Desember 2002 dan bulan Agustus 2003. Akibatnya, tanggul
penutup sementara (cofferdam) hancur. Disamping itu Bendung ini mengalami dua kali
gempa besar, yaitu pada tanggal 6 Pebruari 2004 dengan kekuatan 6,5 Skala Richter dan
tanggal 26 Nopember 2004 dengan kekuatan 7,2 Skala Richter. Akibatnya, bangunan
tanggul penutup sementara, bangunan bendung serta bangunan-bangunan
kelengkapannya, bangunan saluran penangkap sedimen dan bangunan tanggul
penutup rusak. Perbaikan atas kerusakan akibat gempa sudah dilakukan namun sifatnya
masih perbaikan sementara.
Data pokok desain bendung:
- Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung gergaji dengan lantai udik dan peredam energi tipe kolam olak.
- Debit banjir rencana 1500 m3/s
- Lebar bendung total= 91 m, pelimpah utama = 60 m, pelimpah tambahan = 31 m.
- Tingggi bendung 7 m.
- Bahan konstruksi bendung beton bertulang.
- Luas areal irigasi 6000 Ha.
IDENTIFIKASI MASALAH
Gempa yang terjadi pada tanggal 6 Pebruari 2004 dan 26 Nopember 2004 telah
merusak struktur Bendung Kalibumi dan tanggul penutupnya. Diperkirakan ini akibat
168
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
dari ketidakmampuan struktur menahan gaya - gaya inersia yang dipicu oleh gempa,
walaupun struktur tersebut belum mendapat beban penuh.
Guna menghindari masalah serupa di masa yang akan datang analisis dan evaluasi
kondisi struktur bendung, termasuk kemungkinan terjadinya gejala likuefaksi
(liquefaction), sehingga dapat direncanakan penyusunan desain permanen yang dapat
diandalkan.
Karena rencana perbaikan permanen dan penyelesaian pelaksanaan konstruksi, yang
mencakup penutupan stop log pelimpah tambahan untuk memenuhi permintaan
masyarakat yaitu bendung dapat dioperasikan secepatnya, kaji masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Kerusakan dan perubahan-perubahan struktur bangunan bendung akibat gempa
yang dapat menyebabkan penurunan tingkat keamanan bangunan. Hal ini perlu
ditangani secara tepat dengan melakukan penyelidikan untuk mengetahui tingkat
keamanan yang ada, serta merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan
pengamanan, perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan.
2. Penutupan bendung idealnya dilakukan setelah pekerjaan pengamanan bendung
selesai, mengingat kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi saat melaksanakan
pekerjaan pengamanan, khususnya saat melaksanakan pekerjaan grouting ketika
muka air di hulu bendung sudah tinggi. Apabila penutupan bendung tidak
dilakukan pada kesempatan musim kering tahun 2005, bila terjadi banjir agak besar,
aliran melalui dua bukaan pelimpah tambahan yang belum ditutup akan
mengakibatkan aliran keluar dari lubang bukaan yang deras dan terkonsentrasi di
sebelah kiri. Kondisi ali ran seperti ini akan mengakibatkan pengerusan yang dalam di
sekitar tembok sayap hilir sebelah dan membahayakan bangunan bendung. Selain
itu, apabila lubang bukaan tersumbat batang-batang kayu, limpasan aliran akan
tidak terkendali.
3. Perbaikan di bagian hulu harus dilaksanakan secepatnya dan diikuti dengan
pekerjaan pengamanan. Setelah pekerjaan perbaikan bagian hulu selesai, tutup
bendung dengan menggunakan metode pelaksanaan yang sesuai. Pekerjaan
pengamanan terus dilanjutkan sampai selesai dengan memperhatikan masalah-
masalah yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kenaikan muka air hulu.
Sementara itu lakukan juga perbaikan-perbaikan yang diperlukan pada bag ian hilir.
• Upaya-upaya Penanggulangan
169
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
4. Advis teknis dari Pusat Litbang SDA Juni 2005 mencakup saran-saran tindak lanjut
berikut:
Pertimbangkan untuk menutup stop log pelimpah tambahan.
Lakukan kaji ulang hasil perbaikan jangka pendek ditinjau dari ketahanan
bangunan dalam jangka panjang.
Lakukan perbaikan untuk jangka panjang yang meliputi penyelidikan geoteknik,
evaluasi desain, metode penutupan stop log, penanganan abutment jembata~
yang miring.
Untuk pengamanan, lakukan perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan
yang meliputi perlunya penyelesaian pelaksanaan konstruksi secepatnya, jenis
pekerjaan yang diperlukan untuk perbaikan dan pengamanan bangunan, hasil
analisis kondisi pondasi.
• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan pada bulan Juli 2005 menunjukkan hal-hal berikut:
1. Kondisi bangunan di bagian hulu.
Tanggul penutup dengan konstruksi perkuatan pada bagian hulu sudah selesai
dikerjakan. Gam bar pelaksanaan (as built drawing) Tahap ke-11, menunjukkan
bahwa tanggul penutup menggunakan inti (core) yang diperkuat dengan
geotekstil dengan sheetpile pada tanah dasar sampai kedalaman +3,50 m,
perkuatan bagian hulu menggunakan bolster, blok beton 1.0 m x1,0 m x1,0 m,
blanket dan lining beton. Data lapangan menunjukkan (settlement) pada bagian
tanggul penutup yang terletak di palung sungai lama turun. Diduga hal ini akibat
dari terjadinya gejala likuefaksi pada tanah dasar tanggul pada waktu gempa.
(Gejala likuefaksi (liquefaction) adalah terjadinya kehilangan kekuatan geser dari
tanah berpasir yang jenuh air akibat goncangan gempa yang meningkatkan
tekanan air menjadi lebih tinggi dari tegangan yang bekerja antara butir-butir
tanah yang menjaga kontak antar butir, sehingga tanah berperilaku seperti
cairan (liquid)).
- Tembok sayap kiri di bagian pelimpah tambahan tidak terlihat adanya kerusakan
akibat gempa. Lapis perkuatan (lining) pada bagian ini dibuat dari beton
bertulang struktural seperti ditunjukkan gambar pelaksanaan (as built drawing).
Kerusakan berupa retak yang terjadi pada tembok pangkal sebelah kiri pada
lokasi di dekat sambungan dengan tembok sayap kiri di bagian pelimpah
tambahan sudah ditutup.
Berdasarkan informasi yang diterima dari pelaksana konstruksi, diperkirakan
lantai muka pelimpah tambahan pecah dan membentuk bukaan yang cukup
besar. Kondisi lantai muka ini tidak nampak karena tertutup air, sehingga harus
diperiksa dengan baik dan diperbaiki.
Bagian sambungan antara bidang miring dan bidang tegak kaki tembok sayap
kiri dan kaki tembok sayap kanan pada bagian pelimpah tambahan yang
mengalami problema retak-retak telah diperkuat dengan lapis beton.
170
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Retak-retak pada tembok sayap kiri di bagian pelimpah utama sudah ditutup
dengan mortar beton. Dari pola retakan yang menyebar dengan arah diagonal
bidang, diperkirakan plat lining tidak menggunakan beton dengan tulangan
struktural.
- Tanah timbunan di bawah lining tembok sayap pada bagian pemisah pelimpah
utama dan pelimpah tambahan yang pada saat gempa turun, saat ini sudah
dilakukan pengisian kembali.
Bangunan perletakan jembatan pada bagian pemisah pelimpah utama dan
pelimpah tambahan yang pada saat gempa menjadi miring, masih belum
diperbaiki.
Sambungan (expansion joint) antara lantai muka dengan plat fondasi pelimpah
yang pada saat gempa mengalami kerusakan dilatasi, menurut informasi dari
proyek, sudah diperbaiki.
Foto 97. Ali ran Menuju Pelimpah Tambahan Foto 98. Ali ran Masuk ke Lubang Bukaan
Pelimpah Tambahan.
171
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 99. Aliran Keluar dari Bukaan Pelimpah Foto 100. Perbaikan Tembok Sayap Antara
Tambahan dan Penurunan Tanggul Pelimpah Utama dan Pelimpah
Penutup. Tambahan.
172
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
173
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Tami terletak di Sungai Tami yang secara administratif berada di daerah
transmigrasi Koya, Kabupaten Jayapura, Propinsi Papua.
• Data Teknis
Maksud Pembangunan Bendung Tami adalah untuk meningkatkan manfaat jaringan
irigasi yang sudah ada dan mengembangkan jaringan irigasi baru. Bendung Tami
dibangun pada ruas sungai Tami bagian hilir. Palung sungai relatif dangkal dan Iebar
dengan material dasar sungai didominasi oleh fraksi pasir hal us. Laju angkutan sedimen
sangat tinggi. Setelah memperhatikan beberapa keterbatasan yang dihadapi pada
dekade 1990, dipilihlah bendung tetap dengan pelimpah tipe gergaji.
174
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
IDENTIFIKASI MASALAH
• Upaya-upaya Penanggulangan
175
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Peninjauan Lapangan
Pengamatan visual dan informasi yang dapat dikumpulkan pada waktu peninjauan
lapangan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Situasi bendung dan morfologi sungai
Bendung Tami terletak di ruas Sungai Tami bagian hilir yang merupakan daerah
pengendapan sedimen. Keberadaan bendung ini telah mengakibatkan terjadinya
agradasi dasar sungai di hulu bendung yang semakin dipercepat dengan kenaikan
muka air sebagai akibat dari adanya batang-batang kayu yang tersangkut di
bendung. Daerah aliran Sungai Tami telah mengalami kerusakan yang cukup parah.
Hal ini terlihat dari jumlah sampah padat berupa batang-batang pohon hasil
tebangan, dan jumlah angkutan sedimen yang cukup besar.
2) Sistem pengelakan sedimen
Bendung Tami dilengkapi dengan penangkap pasir tipe PUSAIR yang terdiri dari dua
kompartemen pengendap pasir yang harus dibilas secara bergantian tanpa harus
mengganggu pasokan air ke jaringan irigasi. Di sam ping kemampuan tersebut, pada
bagian akhir penangkap pasir juga telah disediakan pelimpah ukur untuk
mengetahui besar debit yang mengalir ke jaringan irigasi dengan hanya membaca
kedalaman aliran di atas mercu pelimpah. Pada saat peninjauan lapangan diketahui
bahwa petugas pengoperasian bendung kurang memahami sistem kerja dan
karakteristik teknik penangkap pasir ini. Akibatnya, efisiensi penangkap pasir
menjadi sangat rendah karena jarang sekali dibilas.
176
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
Laju penumpukan batang pohon terlalu tinggi untuk ditanggulangi secara manual.
Operasi pembersihan sampah memerlukan alat angkut mekanik (crane) dengan
panjang lengan dan daya angkut yang memadai. Setelah memperhatikan tata letak dan
data teknik bendung Tami, berikut adalah konsep desain crane yang diusulkan:
1) Spesifikasi Teknik:
Panjang lengan minimum, Lm;n =90 m
Daya angkut minimum, Pmin = 10 ton
2) Letakkan crane pada lahan di sisi tembok pangkal kanan. Untuk keperluan ini,
tembok pengiring hulu bagian kanan yang saat ini rusak perlu diperbaiki terlebih
dahulu.
3) Agar gaya-gaya akibat crane tidak merusak struktur, letakkan crane pada bantaran
yang didukung dengan pondasi yang dirancang dengan baik.
Crane yang dipasang juga dapat difungsikan untuk membersihkan delta endapan
sedimen di hulu pelimpah bendung.
177
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 101. Penumpukan Batang-Batang Pohon Yang Tersangkut pada Mereu Pelimpah
Foto 102. Endapan Sedimen AkibatTersumbatnya Mereu Pelimpah oleh Batang-Batang Pohon
178
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Lokasi
Bendung Pamarayan Baru terletak di Sungai Ciujung yang secara administratif berada di
Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Propinsi Banten.
• Data Teknis
Untuk memanfaatkan potensi Sungai Ciujung bagi keperluan irigasi, pada tahun 1911 di
ruas Sungai Ciujung bagian hilir dibangun Bendung Pamarayan (Lama) di lokasi sudetan
sungai (coupure). Bendung ini telah mengalami kerusakan yang membahayakan
keamanan bangunan, sehingga dibangunlah Bendung Pamarayan Baru di lokasi bekas
sungai lama di sebelah Bendung Pamarayan Lama. Ketika konstruksi sedang
dilaksanakan, pada tahun 1996 terjadi banjir di Sungai Ciujung yang melampaui
kapasitas pengaliran Bendung Pamarayan Lama, karena itu sebagian debit banjir
dialirkan melalui Bendung Pamarayan Baru yang kondisinya pada waktu itu belum siap
untuk menerima debit banjir yang cukup besar. Pada tahun 1997 Bendung Pamarayan
Baru mulai dioperasikan menggantikan Bendung Pamarayan Lama, dan untuk
mengatasi penggerusan di hilir bendung dibuat bangunan pengendali dasar sungai
pada lokasi 360m di sebelah hilir Bendung Pamarayan Baru.
I. Bangunan bendung
a. Bendung dibangun di bekas alur sungai lama.
b. Jenis: bendung gerak tipe pintu geser (slide gates)
c. Peredam energi: tipe lantai panjang dengan blok-blok lantai dan ambang akhir.
d. Lebar total bendung 137,50 m
e. Ukuran pintu 5 m x 15m
f. Jumlah pintu 8 buah
g. Ketinggian lantai peredam energi El. +3,80 m
h. Ketinggian puncak am bang akhir El. +5,80 m
i. Ketinggian dasar sudetan di hilir bendung El. +4,00 m
j. Ketinggian dasar sungai di hilir sudetan EI.+S,OO m
k. Debit banjir rencana Oo 2000 m3/s
I. Bahan konstruksi struktur bendung beton bertulang
m. Bahan konstruksi pintu gerak rangka dan plat baja
II. Bangunan pengendali dasar sungai
Tujuan membangun pengendali dasar sungai adalah untuk menjaga ketinggian
muka air di hilir bendung (tailwater) agar sesuai dengan ketinggian rencana dan
untuk menahan perambatan degradasi dasar sungai agar tidak mencapai bangunan
bendung.
a. Lokasibangunan 360 m di hilir peredam energi
bendung
179
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Pada tahun 1996, saat konstruksi berlangsung, Bendung Pamarayan Baru mengalami
aliran banjir yang cukup besar sebagai limpahan kelebihan aliran banjir dari Bendung
Pamarayan lama yang mengakibatkan terjadinya gerusan setempat pada dasar sungai
·dan kerusakan pada lapisan blok-blok beton pelindung dasar sungai di hilir peredam
energi bendung (Foto 103 dan Foto 104).
Pada tahun 2001, bangunan pengendali dasar sungai, yang dibangun pada tahun 1997
untuk mengamankan Bendung Pamarayan Baru, rusak akibat gerusan setempat pada
dasar sungai di hilir bangunan. Hal ini dipicu oleh degradasi dasar sungai yang
prosesnya dipercepat oleh adanya penambangan bahan gal ian C pada dasar sungai.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Pada akhir tahun anggaran 2002 upaya-upaya perbaikan mulai dilakukan. Pada tahun
anggaran 2003 peredam energi bendung diperbaiki oleh Proyek lrigasi Banten
sedangkan bangunan pengendali dasar sungai diperbaiki secara darurat oleh Proyek
PBPP Ciujung-Ciliman.
Pada tahun anggaran 2003-2004, Pusat Litbang Sumber Daya Air melakukan advis
teknis terhadap desain pengamanan bendung dengan bantuan uji model hidraulik fisik.
Di samping itu, kehandalan mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan perbaikan peredam
energi bendung dan bangunan pengendali dasar sungai diuji dengan menekankan
pada hal-hal berikut:
1) Metode dan mutu pemasangan turap baja di hilir peredam energi sebagai bag ian
dari penanggulangan darurat bendung gerak.
2) Metode, mutu dan stabilitas rip-rap penopang turap baja dan pelindung darurat
gerusan lokal.
3) Metode dan mutu pemasangan turap baja sub dam sebagai bagian dari
penanggulangan darurat bangunan pengendali dasar sungai.
4) Metode, mutu dan stabilitas bongkah batu dan blok beton kaki empat (tetrapod)
penopang turap baja "main dam dan sub dam" pelindung dasar sungai, serta
pelindung darurat gerusan lokal.
180
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
181
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
182
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
5) Mutu beton dan baja beton yang digunakan untuk membuat blok-blok beton,
berdasarkan hasil pengujian oleh Proyek PBPP Ciujung-Ciliman, memenuhi syarat
yang ditentukan.
6) Pemasangan blok-blok beton berkaki enam di lokasi pemasangan terpaksa
dilakukan pada umur beton belum mencapai 28 hari agar dapat mengejar waktu
penyelesaian pelaksanaan konstruksi.
7) Pemasangan blok-blok beton berkaki enam di daerah antara main dam dan sub dam
dimodifikasi dari rencana semula sampai ketinggian El. + 1,00 m menjadi sampai
ketinggian El. + 4,00 m.
8) Karena terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan pekerjaan, perhatikan hal-
hal sebagai berikut:
Karena pemasangan turap baja pada bangunan pengendali dasar sungai belum
selesai, ketinggian muka air di hilir peredam energi bendung belum dapat
mencapai ketinggian yang direncanakan untuk meredam energi secara efektif.
Selain itu, bagian turap baja yang belum terpasang mengakibatkan ali ran melalui
bangunan pengendali dasar sungai menjadi tidak merata sehingga dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi aliran yang membahayakan tebing di hilir
bangunan.
Karena pembuatan dan pemasangan blok-blok beton berkaki enam
dikhawatirkan menghasilkan terpasangnya blok-blok beton yang kurang
memenuhi syarat kekuatan, pantau blok-blok beton yang terpasang, terutama
setelah banjir, untuk memastikan blok-blok beton tersebut masih utuh dan dapat
bertahan sampai saat pelaksanaan konstruksi pengamanan permanen dapat
dimulai.
Modifikasi ketinggian pemasangan blok-blok beton di daerah antara main dam
dan sub dam menjadi El. + 4,00 m menghilangkan fungsi kolam olak antara main
dam dan sub dam sebagai salah satu kolam olak dari sistem peredaman energi
dengan kolam olak berganda (double/cascade stilling basin).
183
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
184
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
....
Gambar44. Desain Perbaikan Darurat Bangunan Pengendali Dasar Sungai Bendung Pamarayan.
185
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Karet Jatimlerek terletak di Sungai Brantas di sebelah hilir Bendung Gerak
Mrican dan di sebelah hulu Bendung Karet Menturus yang secara administratif berada di
Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur.
• DataTeknis
Bendung Karet Jatimlerek dibangun pada tahun 1992 di Sungai. Brantas guna mengairi
sawah seluas 1582 Ha. Posisi Bendung Karet Jatimlerek terhadap Bendung Karet
Menturus di sebelah hilirnya berjarak sekitar 17,7 km. Tipe bendung ini adalah bendung
karet dengan penggelembungan bertekanan udara.
186
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Hamparan batu
Panjang 25,00 m
- Elevasi permukaan +22,00 m
- Diameter batu 500mm
• Lapisan geo-textile
- Tebal 5mm
- Jumlah lapisan 2
• Perlindungan hexapod
Panjang 25,00 + 15,00 m
- Elevasi dasar : + 22,00 m
- Kaki hexapod : 500mm
Berat hexapod 2 ton
Jumlah lapisan
187
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
247,1 5: Osungai < 325,6 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4 dibuka)
325,6 5: Osungai < 402,6 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4,5 dibuka)
402,6 5: Osungai < 496,0 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (semua bentang dibuka)
496,0 5: Osungai < 1500 m3/s : ~ + 32,79 m (semua bentang dibuka)
Elevasi muka air hilir
Osungai =Omax = 1500 m3/s: + 32,166 m
Osungai =060% = 900 m3/s: + 30,824 m
Osungai =030% =450 m3/s :+ 29,543 m
Osungai =060% = 150 m3/s :+ 28,337 m
6) Elevasi dasar sungai
Elevasi dasar sungai hulu El. 30,39 m
Elevasi dasar sungai hilir El. 18,00 m (sampai 100 m ke hilir)
El. 18,00-25,90 m (100- 1100 m ke hilir)
El. 25,90 - 24,90 m (11 00- 2000 m ke hilir)
IDENTIFIKASI MASALAH
Sejak mulai beroperasi, dasar sungai di hilir bendung mengalami degradasi sebagai
akibat dari penambangan pasir di ruas sungai di hilir bendung tidak terkendali.
Degradasi ini mengakibatkan dasar sungai di hilir bendung turun dari elevasi + 30,39 m
menjadi elevasi + 21,00 m pada tahun 2002 dan+ 18,00 pada tahun 2003. Akibat dari
penurunan dasar sungai ini, bendung mengalami kerusakan cukup parah yang
berkembang dari tahun 1999 sampai tahun 2003, yaitu:
- Perkuatan tebing sebelah kiri rusak,
- Sebagian tembok pangkal sebelah kanan runtuh,
- Perlindungan dasar sungai di hilir bendung runtuh,
- Turap baja di ujung lantai hilir menggantung dan beberapa di antaranya lepas,
- Tanah pengisi di bawah lantai hilir hanyut dan menimbulkan rongga cukup besar.
Kerusakan yang cukup parah ini menyebabkan keamanan bendung sangat
mengkhawatirkan dan bangunan bendung secara keseluruhan terancam runtuh bila
dalam waktu dekat tidak ditanggulangi dengan tepat.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, lakukan upaya penanggulangan darurat
untuk mengamankan bangunan bendung terhadap banjir pada musim hujan
2003/2004, dan upaya penanggulangan permanen untuk membuat bangunan
pengaman permanen yang akan dilaksanakan setelah musim hujan 2004.
Uji keandalan mutu ini perlu dilakukan untuk memeriksa mutu pekerjaan
penanggulangan darurat pada umumnya dan mutu pelaksanaan konstruksi dan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan pada khususnya. Kondisi Bendung Karet Jatimlerek
dapat dilihat pada Foto 106 dan Foto 107.
188
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk memperbaiki kerusakan dan mengamankan bangunan Bendung Karet
Jatimlerek, berikut upaya-upaya yang sudah dilakukan:
1) Membuat pereneanaan detail pekerjaan rehabilitasi Bendung Karet Jatimlerek oleh
konsultan Nippon Koei Co. Ltd. dengan bantuan uji model fisik hidraulik dari Balai
Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air. Reneana
detail ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pekerjaan penanggulangan darurat
dan tahap pekerjaan penanggulangan permanen.
Tujuan penanggulangan darurat adalah untuk mengamankan banjir dalam musim
hujan tahun 2003/2004, yang meliputi:
Pemasangan turap baja tambahan di sebelah hilir turap baja yang ada,
Pengisian rongga di bawah lantai,
Pembuatan konstruksi perlindungan di hilir bendung yang terdiri dari hamparan
batu 0 50 em dan lapisan blok-blok beton kaki enam (hexapod) berat 2 ton di
atas hamparan batu-batu, dengan lapisan geo-textile yang disisipkan di antara
hamparan batu-batu dan lapisan blok-blok beton.
189
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
1) Pemeriksaan pemasangan turap baja tambahan di hilir turap baja yang ada, dengan
penekanan pada pemeriksaan terhadap desain konstruksi serta metode dan mutu
pelaksanaannya.
2) Pemeriksaan pengisian rongga di bawah lantai, dengan menekankan pada
pemeriksaan terhadap metode dan mutu pelaksanaannya.
• Peninjauan Lapangan
Uji keandalan mutu dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi hampir selesai. Bagian-
bagian penting dari proses pelaksanaan konstruksi, yaitu pengecoran beton untuk
hexapod, pemancangan turap baja tambahan untuk penahan bangunan, pengisian
rongga di bawah lantai dan pemasangan boulder, geo-textile dan hexapod untuk
konstruksi perlindungan dan perkuatan di hilir bendung, tidak dapat diikuti sehingga uji
banding mutu bahan bangunan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan konstruksi di
lapangan tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
Hasil pelaksanaan konstruksi di lapangan diperiksa secara visual pada bagian-
bagian yang tampak di atas permukaan air. Pengamatan dan pengukuran terhadap hasil
pemasangan konstruksi perlindungan dan perkuatan yang berada di bawah permukaan
air tidak dilakukan karena memerlukan pemeruman membutuhkan waktu cukup lama.
190
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Persyaratan Dokumen
Persyaratan kelengkapan, kesesuaian dan kecukupan dokumen yang diperlukan dapat
dipenuhi oleh Proyek dengan catatan masih ada dua dokumen yang harus dibuat bila
saatnya sudah tiba, yaitu Berita Acara FHO dan Berita Acara Serah Terima Pengelolaan
Hasil Proyek
• Mutu Produk
- Mutu pelaksanaan konstruksi di lapangan cukup memenuhi kekuatan yang
diperlukan untuk pengamanan darurat bangunan bendung yang ada, sekalipun
hasil pekerjaannya tampak kurang rapih. Namun hal ini dapat dipahami karena
masih ada tahap pengamanan permanen yang akan dilaksanakan kemudian.
- Mutu kuat tekan beton untuk hexapod memenuhi syarat spesifikasi teknik.
- Mutu kuat tarik besi beton untuk hexapod memenuhi syarat spesifikasi teknik.
- Mutu kuat tarik gee-textile untuk pengujian grab tinsile strength memenuhi syarat
spesifikasi teknik, namun untuk pengujian tensile strength tidak memenuhi syarat
spesifikasi teknik.
191
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Petunjuk Teknis Keppres 18/2000, Bab V, huruf C, angka 1.b. tentang Penggunaan
Program Mutu.
• Kepmen PU No. 67/1998 tentang Petunjuk Praktis Pengendalian Pelaksanaan
Proyek di Bidang Pekerjaan Umum untuk para Pemimpin Proyek I Bag ian Proyek,
khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan mutu konstruksi.
Foto 106. Bendung Karet Jatimlerek Dilihat dari Tebing Kanan Sungai Sebelah Hilir.
Foto 107. Ali ran Melalui Bendung Dilihat dari Tembok Pangkal Hilir.
0!3~im!¥'n.Jrn.'cllhlgll>letllllmaln
0.WtrnOtlf~lfll1'1'8g111.01olhOfMI::{CO
..-ttd<l'ltyh~
=-!helbwaerret•iin'lgl(ls~te cl hrtrialce:lc::crzn~~~
s&N l!'llW'IndltnrotOt)J'Cor$011"f\liN n'liQ'IIIddh
O)nwnelctct_,ldcr'ltJfhneGI()Odiin'lh~
~dU.:!IMimest
Gambar 45. Potongan Memanjang Pekerjaan Penanggulangan Darurat Bendung Karet Jatimlerek.
192
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Lokasi
Bendung Karet Jatimlerek terletak di Sungai Brantas di sebelah hilir Bendung Gerak
Mrican dan di sebelah hulu Bendung Karet Menturus yang secara administratif berada di
Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur.
• Data Teknis
Bendung Karet Jatimlerek dibangun pada tahun 1992 di S. Brantasuntuk mengairi
sawah seluas 1582 Ha. Bendung Karet Jatimlerek terletak di hulu Bendung Karet
Menturus dengan jarak sekitar 17,7 km. Tipe bendung ini adalah bendung karet dengan
penggelembungan bertekanan udara.
193
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
194
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung
325,6 ~ Osungai < 402,6 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4,5 dibuka)
402,6 ~ Osungai < 496,0 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (semua bentang dibuka)
496,0 ~ Osungai < 1500 m 3/s : L + 32,79 m (semua bentang dibuka)
IDENTIFIKASI MASALAH
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk menanggulangi kerusakan dan pengamanan bangunan Bendung Karet
Jatimlerek, sudah dilakukan upaya-upaya berikut:
195
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
196
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Peninjauan Lapangan
Hasil pengamatan di lapangan dan tinjauan terhadap desain menunjukkan adanya
perbedaan antara desain konsultan dengan usulan Balai BHGK Pusair berupa
penambahan lantai hulu sepanjang 12 m, penggantian blok beton hexapod dengan
bronjong kawat, dan penambahan panjang bronjong kawat pada pekerjaan groundsi/1.
Pekerjaan penambahan panjang lantai hulu dapat dilihat pada Foto 108.
197
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Persyaratan Dokumen
Syarat kelengkapan, kesesuaian dan kecukupan dokumen belum dapat dipenuhi oleh
Pelaksana Konstruksi.
SARAN-SARAN PENANGANAN
1) Semua dokumen yang diperlukan untuk pengendalian mutu pada setiap tahap
pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Penyelenggaran sistem manajemen mutu perlu ditingkatkan dengan meningkatkan
sumber daya man usia agar memenuhi syarat kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan.
3) Untuk menjamin mutu pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknik dan
NSPM yang berlaku, adakan manajemen mutu yang baik dengan mengacu kepada SNI
19-9001-2001 (ISO 9000-2000) tentang Persyaratan Sistem Manajemen Mutu, Petunjuk
Teknis Keppres 18/2000, Bab V, huruf C, angka 1.b tentang Penggunaan Program Mutu,
dan Kepmen PU No. 67/ 1998 tentang Petunjuk Praktis Pengendalian Pelaksanaan
Proyek di Bidang Pekerjaan Umum untuk para Pemimpin Proyek I Bagian Proyek,
khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan mutu konstruksi.
4) Perubahan desain pelaksanaan konstruksi dari desain usulan Balai BHGK Pusair,
khususnya penggantian blok-blok beton hexapod dengan bronjong kawat dengan
.alasan penghematan biaya, sebaiknya tidak dilakukan karena akan mengurangi
keandalan konstruksi.
198
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
-)----
·:::::-:-....::::-.'"'.:----...-
·-------
N
)(
---
--=-~-:.'::=--=:=-
199
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Lokasi
Bendung Karet Krueng Aceh terletak di Sungai Krueng Aceh, di sisi jalan raya Banda
Aceh - lndrapuri yang, secara administratif berada di Propinsi Nang roe Aceh Darusalam.
• Data Teknis
Bendung Karet Krueng Aceh (Foto 109) dibangun pada ruas sungai Krueng Aceh bag ian
hilir untuk menahan intrusi air laut dan menaikkan muka air sungai, terutama pada saat
debit aliran Sungai Krueng Aceh rendah, sehingga pampa PDAM yang terletak lebih
kurang 0,5 Km di hulu bendung mendapat debit yang cukup guna memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat Kotamadya Banda Aceh pada khususnya.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di palung sungai.
Jenis bendung karet dengan tekanan udara.
Lebar bersih bendung 20 m, 40 m dan 20 m.
Bahan konstruksi bendung beton bertulang untuk lantai dan pilar bendung dan
tabung karet yang dapat digembungkan dan dikempiskan untuk tubuh bendung.
IDENTIFIKASI MASALAH
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, upaya-upaya penanggulangan dengan
mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air akan dilakukan.
• Peninjauan Lapangan
Terjadinya endapan di bentang kanan bendung disebabkan oleh distribusi kecepatan
aliran melalui bendung yang tidak merata akibat pola aliran sungai di hulu dan di hilir
bendung dipengaruhi morfologi ruas sungai di sekitar bendung.
Tembok sayap hilir sebelah kiri yang miring ke arah sungai dapat disebabkan oleh
penggerusan pada dasar sungai di sekitar kaki tembok sayap sehingga daya dukung
tanah pondasi di bawah tembok menu run.
200
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Gejala tanah ambles pada bantaran sebelah kiri mungkin akibat terjadinya gejala aliran
buluh (piping) pada aliran rembesan samping (side seepage) di belakang tembok
pangkal dan tembok sayap kiri yang menimbulkan rongga di dalam tanah di bawah
bantaran sebelah kiri.
lnformasi dan temuan yang diperoleh dari peninjauan lapangan, menunjukkan hal-hal
yang berkaitan dengan desain bendung sebagai berikut:
1) Efektifitas kinerja desain peredam energi yang hanya berupa lantai panjang tanpa
dilengkapi blok-blok lantai dan ambang akhir perlu diperiksa dengan menyelidiki
penggerusan yang terjadi di hilir bendung. Periksa juga apakah pada dasar sungai di
hilir peredam energi sudah dipasang pelindung dasar sungai yang memadai seperti
rip-rap dari batu atau blok-blok beton.
2) Desain ketinggian tembok pangkal bendung yang disesuaikan dengan ketinggian
bantaran sungai, sehingga apabila terjadi banjir besar akan terlimpasi, menyebabkan
terjadinya aliran pada bantaran di kiri dan kanan bendung yang dapat menggerus
dasar bantaran di belakang tembok pangkal. Selain itu apabila muka air di hilir
bandung lebih rendah, akan terjadi terjunan aliran dari bantaran masuk ke palung
sungai di hilir bendung yang dapat menggerus tebing dan dasar sungai di sekitar
tembok sayap hilir.
201
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
3. Bantaran Baniir
- Seperti pada bendung-bendung karet lainnya di Indonesia, limpasan aliran di atas
tembok pangkal bendung diijinkan terjadi pada bendung Karet Krueng Aceh. Pada
debit yang sangat besar, aliran diijinkan melimpah melewati bantaran banjir di sisi
kiri dan kanan bendung karet. Namun dampak aliran yang melimpas melalui
bantaran di sisi kiri dan kanan terhadap stabilitas bendung secara keseluruhan perlu
dipelajari dengan lebih seksama. Kerusakan biasanya terjadi mulai dari bagian di hilir
terjunan antara bantaran banjir ke palung sungai di hilir bendung karet. Gerusan
lokal di lokasi ini dapat terus merayap ke hulu.
- Lindungi dasar bantaran di sekitar bendung dengan lapisan pelindung terhadap
gerusan ali ran berupa susunan bronjong kawat atau rip-rap batu.
- Periksa aliran rembesan samping melalui bawah bantaran, apakah terjadi gejala
aliran buluh pada saat muka air tinggi di sebelah hulu dan muka air minimum di
sebelah hilir. Bila ada, lakukan upaya-upaya penanggulangan untuk
memperpanjang lintasan aliran rembesan.
202
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Foto 109. Bendung Karet Krueng Aceh dilihat Foto 110. Retakan dan gejala pergerakan
dari Tebing Kiri. pada tembok sayap hilir bagian
kiri.
203
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 111. Kondisi Bantaran Banjir Sisi Kiri Foto 112. Sistem Katup Pengaman Tekanan
Bendung. Bendung Karet Yang Sangat
Sederhana
204
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Lokasi
Bendung Karet Jabung terletak di Sungai Way Sekampung yang secara administratif
berada di Desa Margabatin, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi
Lampung.
• Data Teknis
Bendung Karet Jabung (Foto 113) dibangun untuk mensuplai daerah irigasi pasang-
surut Rawa Sragi melalui saluran suplesi sepanjang 16 km dari bendung. Pembangunan
Bendung Karet Jabung dilaksanakan pada tahun anggaran 1999 - 2000 tetapi sampai
saat ini belum dimanfaatkan karena saluran suplesi ke daerah irigasi Rawa Sragi belum
dibangun. Bendung ditempatkan pada ruas sungai yang mempunyai kemiringan dasar
cukup besar, yaitu 0,003, namun dasar sungai tidak mengalami degradasi karena lapisan
material dasar sungai terdiri dari batuan sedimen dan batuan beku. Kondisi bendung
dan bangunan pelengkapnya saat ini relatif baik walaupun ada beberapa bagian yang
harus direhabilitasi. Pada tahun 2003 tubuh bendung yang terbuat dari karet bocor
tertusuk batang-batang pohon, tapi telah diperbaiki pada saat itu juga. Jenis bendung
karet dipilih karena saat aliran sungai saat banjir meluap ke lahan perkebunan di kiri-
kanan sungai dan pada musim kemarau aliran sangat kurang. Dengan menggunakan
bendung karet aliran banjir dapat dilewatkan dengan mengempiskan tubuh bendung
dan pada saat ali ran kecil muka air sungai dapat dinaikkan dengan menggembungkan
tubuh bendung sehingga dapat disadap melalui intake.
Data pokok bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung karet dengan 2 bentang tubuh bendung.
Bahan konstruksi bendung tabung karet untuk tubuh bendung dan beton bertulang
untuk lantai, pilar, tembok pangkal dan bagian-bagian lain.
Luas areal yang diairi daerah irigasi Rawa Sragi 4.280 ha.
IDENTIFIKASI MASALAH
205
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
3) Pengoperasian bendung karet tidak seimbang. Dari dua bentang yang ada, yang
dioperasikan hanya bentang sebelah kiri. Hal ini menyebabkan kondisi aliran melalui
bendung terus menerus mengikuti satu pola pengoperasian menggunakan bentang
sebelah kiri, demikian juga kondisi aliran di hulu dan di hilir bendung. Kondisi ali ran
yang mengikuti satu pola terus menerus dalam waktu yang lama ini dapat berakibat
pada terjadinya perubahan morfologi sungai yang berupa sedimentasi dan
penggerusan yang merugikan kinerja bendung.
4) Di hulu bendung terjadi sedimentasi yang membentuk "gosong-gosong pasir" dan
terjadi longsoran tebing pada bagian-bagian yang belum diberi perkuatan
(Foto 114).
5) Pada bangunan intake (Foto 115) terdapat kekurangan-kekurangan, yaitu stang
pintu yang bengkok dan alur kiri dan alur kanan stop log yang tidak segaris. Bila tidak
diperbaiki akan menyulitkan pengoperasian intake.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Dalam rangka membangun saluran suplesi, PT Citra Lahan Utama telah membuat
perencanaan yang mencakup penyelidikan geoteknik di sepanjang trace saluran,
berupa sondir dan pemboran.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan pengoperasian
bendung dan pembangunan saluran suplesi, upaya-upaya penanggulangan akan
dilakukan dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.
Menurut hasil pengamatan dan penyelidikan, secara geologi daerah ini dapat
dikelompokkan menjadi:
- Alluvial
Terdiri dari lempung-lempung lanauan bercampur gambut dan lempung-lempung
pas iran.
- Tufa
Terdiri dari tufaan berukuran halus hingga pasir, kadang-kadang dijumpai fragmen
basalt, andes it, berukuran antara 5 em - 150 em.
Formasi alluvial dan tufa tersebut termasuk formasi yang lemah (urai), lunak, dan mudah
tergerus, sehingga perlu ditangani dengan tepat, baik sebagai pondasi maupun sebagai
tanggul. Kondisi tanah lunak di lokasi saluran suplesi dapat dilihat pada Foto 116.
Hasil penyelidikan geoteknik di sepanjang trace saluran suplesi dalam kerangka desain
menunjukan bahwa tanah pondasi di lokasi saluran termasuk kategori tanah sangat
lunak seperti dinyatakan dengan nilai daya dukung hasil uji sondir dan SPT yang sangat
rendah, yaitu qc < 5 kg/cm 2• Tanah yang sangat lunak ini perlu mendapat perhatian
khusus saat membuat rencana pondasi.
206
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
Desain elevasi tanggul di hulu bendung terhadap aliran balik (backwater) yang terjadi
sebagai akibat dari operasi penggembungan bendung karet belum diperhitungkan
dengan seksama sehingga limpasan (overtoping) melalui puncak tanggul masih terjadi.
Pengoperasian bendung karet yang tidak seimbang diperkirakan karena desain
bendung belum mencakup petunjuk operasi dan pemeliharaan.
Mutu pelaksanaan konstruksi yang kurang baik mengakibatkan stang pintu bangunan
intake bengkok dan alur stop log tidak segaris.
a. Bangun segera saluran suplesi agar Dl Rawa Sragi dapat diairi secara teknis sehingga
tidak tergantung pada pasang surut air sungai Way Sekampung.
c. Perkuat tebing sungai (revetment) di sebelah kiri hingga tanggul penutup mengingat
tebing sungai mudah longsor.
d. Perbaiki desain tanggul penutup sungai sebelah kiri agar aliran air tidak masuk ke
sungai lama.
e. Naikkan elevasi puncak tanggul di hulu bendung dengan memperhitungkan aliran balik
(back water) yang terjadi akibat penggembungan bendung karet dengan tinggi jagaan
(freeboard) yang cukup.
Foto 113. Bendung Karet Jabung Dilihat dari Foto 114. Gosong Pasir di Udik Bendung.
Tebing Kanan.
207
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Foto 115. Bangunan Intake Dilihat dari Saluran Foto 116. Kondisi Tanah Lunak Di Lokasi
Suplesi. Saluran Suplesi.
208
Kompendi um Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
• Lokasi
Bendung Danawarih terletak di Kali Gung yang secara administratif berada di
Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah.
• Data Teknis
Bendung Danawarih merupakan salah satu bangunan utama yang terdapat di Kali Gung
untuk mengairi areal irigasi seluas 12.678 Ha di Kabupaten Tegal - Jawa Tengah.
Bendung ini dibangun pada tahun 1911 pada jaman pemerintahan kolonial Belanda,
dengan menggunakan jenis bendung tetap tipe mercu bulat tanpa bangunan peredam
energi. Bahan yang digunakan untuk membuat bendung pada waktu itu adalah
pasangan batu kali dengan lapisan batu candi. Saat itu bendung dibangun untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi perkebunan tebu yang memasok bahan baku pabrik-
pabrik gula. Pada perencanaan awal, debit rencana pengambilan besarnya 12 m3/s.
Karena sering mengalami kerusakan akibat banjir, pada tahun 1919 pemerintah Belanda
membangun kembali bendung dengan mengubah konstruksinya secara total. Namun,
karena kondisi alam tidak mendukung, derasnya aliran sungai tetap mengancam
stabilitas bendung.
Pada awal tahun 1970-an, terjadi banjir besar yang menyebabkan bendung rusak berat.
Tubuh bendung sebelah kiri patah dan hancur terbawa aliran air. Karena bendung
tersebut masih sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat dan
untuk irigasi sebagian daerah di Kabupaten Tegal, Pemerintah berupaya membangun
kembali bendung tetap yang hancur dengan bendung baru tipe tyroll. Bendung tyroll
ini dimantapkan oleh pengujian model fisik tiga dimensi yang dilakukan di
Laboratorium LPMA Bandung. Selanjutnya bendung tipe tyroll ini mulai dibangun pada
tanggal 29 Juni 1972 dan selesai pada tanggal 7 Februari 1973. Pada rehabilitasi
tersebut, jenis bendung tetap tipe drop weir diubah menjadi bendung tetap tipe tyroll
dengan saringan horizontal (horizontal rack) pada mercu bendung.
Sejak saat itu bendung tyroll Danawarih telah mengalami perubahan penempatan
konstruksi saringan (rack) sampai 3 kali. Selain itu perbaikan-perbaikan rutin juga
dilakukan sejak tahun 1980. Pada tahun 1992 saringan diperbaiki karena sebagian besar
batang rack sudah lepas Kemudian tahun 1998/1999 mercu bendung dinaikkan dari
elevasi + 251,00 m menjadi + 253,27 m. Pada tahun yang sama racknya diperbaiki
menjadi miring 60°. Tipe ini diperkenalkan oleh Prof. Yamamoto, tenaga ahli JICA,
sebagai tipe tyroll arus balik.
209
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Oaya Air
IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Meskipun telah mengalami beberapa kali rehabilitasi dan studi seperti dikemukakan
dalam data teknis, Bendung Danawarih saat ini mengalami beberapa masalah, yaitu:
a) Pada musim hujan, konsentrasi angkutan bahan sedimen sangat tinggi hingga
masuk ke saluran pengambilan.
b) Lubang-lubang di antara kisi-kisi (rack) sering tersumbat kerikil-kerikil hingga air
yang masuk ke saluran pengumpul berkurang (debit yang masuk ke intake kurang).
c) Bagian mercu bendung dan bagian hilir rack (yaitu lapisan beton) mengelupas
hingga besi-besi tulangannya nampak!exposed akibat bertumbukan dengan batu-
batu bongkah.
d) Di hilir bangunan terjadi gerusan yang cukup dalam.
e) Pembilasan bahan sedimen yang masuk ke saluran pembawa sulit dilakukan karena
tingginya endapan/sedimen.
• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, pada tahun anggaran 2008,
PT. lndra Karya (Persero) Cabang II Semarang telah ditunjuk oleh Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali - Juana untuk melaksanakan "Studi dan Detail Desain Rehabilitasi
Bendung Danawarih". Selanjutnya melalui surat no. PR.03.07 - Ao.1/418 tanggal
17 Desember 2008 Pusat Litbang Sumber Daya Air juga telah diminta oleh Balai Besar
Wilayah Sungai Pemali - Juana untuk memberikan pendapat dan saran/rekomendasi
teknis terhadap rencana rehabilitasi Bendung Danawarih.
• Peninjauan Lapangan
Advis teknis ini dilakukan dalam bentuk tanggapan tertulis terhadap hasil pekerjaan
"Studi dan Detail Desain Rehabilitasi Bendung Danawarih" yang laksanakan PT. lndra
Karya (Persero) Cabang II Semarang, yang tidak melakukan tinjauan lapangan untuk
mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan.
210
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
Rehabilitasi
Jika kita berbicara mengenai rehabilitasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan evaluasi kondisi bendung saat ini yang sedang menghadapi masalah,
morfologi sungai, serta debit andalan yang terjadi dan terukur di bendung
Danawarih. Secara singkat dapat diuraikan bahwa bendung Danawarih adalah
bendung jenis pengambilan bawah melalui tubuh bendung atau yang dikenal
sebagai bottom intake. Setelah memperhatikan tipe bendung ini, analisis sebaiknya
dilakukan dengan mengacu kepada SNI no. RSNI Pd.T-01-2003 tentang Tata Cara
Desain Hidraulik Bangunan Pengambil pada Bendung Tyrell atau Standar
Perencanaan lrigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP- 02.
SNI mengemukakan bahwa prinsip dasar untuk diterapkannya bendung dengan
bangunan pengambil pada tubuh bendung adalah sebagai berikut:
a) Tipe bendung ini hanya sesuai diterapkan pada ruas sungai dengan angkutan
sedimen dominan adalah bongkah batu, sehingga bangunan pengambil, pilar,
dan struktur lain terancam oleh benturan batu.
b) Aliran sungai berpindah-pindah, sehingga sulit untuk menentukan di sisi mana
bangunan pengambil dapat dibangun secara optimum.
c) Fraksi pasir yang diangkut oleh sungai terkait tidak lebih dari 30% dari total
angkutan sedimen yang terjadi. Jika fraksi pasir lebih besar dari jumlah tersebut
akan menghadapi masalah pengelakan fraksi pasir yang masuk ke bangunan
pengambil.
d) Lengkapi dengan bangunan penangkap pasir yang memadai.
Dengan mengacu pada prinsip dasar tersebut, maka dapat dilakukan analisis apakah
penerapan tipe bendung dengan bangunan pengambil pada tubuh bendung di
bendung Danawarih merupakan suatu pili han yang cukup baik atau tidak.
Akibat kemiringan dasar sungai yang cukup terjal, I = 0,03, angkutan sedimen fraksi
bongkah dilaporkan sering terjadi dengan daya bentur tinggi. Walaupun demikian,
jumlah fraksi pasir yang diangkut ini belum dianalisis dan dilaporkan oleh konsultan.
Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab kurang atau tidak memadainya
debit ali ran sungai yang dapat disadap:
a) Debit andalan yang mengalir di sungai tidak memadai. Sebenarnya hal ini bisa
diketahui dengan mudah dari hasil analisis debit andalan. Namun analisis ini
belum terlihat dalam laporan.
b) Tipe ataupun desain bangunan pengambil yang diterapkan (dalam hal ini
pengambil tipe Yamamoto) mungkin kurang memadai. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa laporan yang mengatakan bahwa pada debit yang relatif besar
trajectory aliran air jatuh di hilir am bang hilir, sehingga arus aliran balik menuju
pengambil tidak terjadi dengan sempurna dan debit air yang tersadap relatif
kecil.
c) Lantai datar dan ambang hilir pada bangunan pengambil tipe Yamamoto
dimaksudkan untuk menghasilkan arus aliran balik guna meningkatkan debit
penyadapan. Namun pada kasus Bendung Danawarih ternyata memberikan
211
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
dampak negatif dari segi benturan batu. Lantai datar dan ambang akhir tersebut
sering terkena benturan batu sehingga beberapa bagian mengalami kerusakan.
Kerusakan ini mengakibatkan kedalaman aliran menjadi rendah, sehingga debit
yang dapat disadap dengan menerapkan arus aliran balik menjadi jauh
berkurang.
d) Morfologi ruas sungai Gung di sekitar Bendung Danawarih dapait dianalisis
berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan pengamatan terhadap catatan
perpindahan-perpindahan alur aliran utama (Mawardi, 2006). Kemiringan dasar
sungai Gung relatif tinggi Ia = 0,03 angkutan bongkahan batu sering terjadi
terutama pada debit besar.
Setelah debit sungai mengecil endapan sedimen bisa terjadi di beberapa bagian
ruas sungai dengan lokasi yang sangat sulit untuk ditentukan. Arus aliran utama
yang mengalir setelah banjir cenderung berpindah-pindah tergantung di mana
lokasi endapan sedimen terjadi dan menghalangi arus aliran utama. Arus aliran air
utama berpindah menyusuri daerah yang tidak terhalang oleh endapan sedimen.
Konsentrasi aliran pada salah satu sisi dapat mengakibatkan kecepatan aliran
meningkat dan mempengaruhi trajectory loncatan air. Pada gilirannya juga akan
mempengaruhi debit penyadapan.
Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam upaya rehabilitasi, pemantapan maupun
peningkatan fungsi bendung. Jika upaya rehabilitasi yang akan diterapkan, maka
minimum analisis tersebut harus dilakukan sehingga rehabilitasi yang diterapkan
dapat mencapai sasaran, kerusakan pada bendung tidak terjadi lagi, dan besar debit
penyadapan dapat dioptimumkan.
212
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
menjadi bendung tetap dengan bangunan pengambil yang diletakkan di salah satu
sisi bendung, acuan yang harus diterapkan secara konsekuen adalah SNI No. 03-
1724-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Umum dan Analisis Hidrologi dan
Hidraulik untuk Desain Bangunan di Sungai, SNI no. 03 - 2402 - 1991 tentang Tata
Cara Perencanaan Umum Bendung, serta Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
Utama KP02.
Secara garis besar hal-hal yang harus diterapkan dalam analisis tersebut adalah:
Anal isis Hidrologi, analisis Geoteknik, anal isis Morfologi Sungai,
Desain mercu yang mencakup penentuan elevasi dan tipe mercu,
Desain peredam energi, desain bangunan pengambil dan bangunan pembilas
yang aman terhadap benturan batu,
Desain tembok pengiring hulu dan pengiring hilir yang dapat memastikan
bahwa aliran berada pada berbagai kondisi debit dapat dialirkan secara aman
menuju dan meninggalkan bendung serta memastikan bahwa arus aliran utama
selalu berada di sisi di mana bangunan pengambil diletakkan, serta
Desain bangunan penangkap pasir.
Karena itu, dapat dikemukakan bahwa anal isis debit desain bendung tidak dilakukan
dengan mengacu pada SNI dan KP yang disebutkan terdahulu. Penentuan tipe
mercu maupun elevasi mercu tidak dilakukan dengan memperhatikan angkutan
sedimen yang terjadi serta memastikan bahwa arus merata menuju bendung serta
arus aliran utama akan tetap berada di sisi tempat bangunan pengambil diletakkan.
Walaupun desain jenis pembilas bendung sudah sesuai, yaitu tipe pembilas samping
guna menghindari benturan batu terhadap pilar pintu pembilas, tipe ataupun desain
bangunan bilas yang diterapkan kurang memadai hingga dikhawatirkan efek
pembilasan kurang memadai.
Mereu bendung yang diterapkan kurang tinggi hingga arus aliran utama yang kini
berada di sisi kanan akan susah dikendalikan untuk berpindah ke sisi kiri tempat
bangunan pengambil berada.
Tembok pengiring hulu maupun tembok pengiring hilir perlu didesain dengan lebih
baik agar tidak terancam oleh gerusan lokal akibat konsentrasi aliran. Lengkapi pula
dengan pengarah arus agar dapat dipastikan arus aliran utama pada berbagai
kondisi debit aliran rendah dapat diarahkan sehingga selalu berada di sisi tempat
bangunan pengambil diterapkan.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria dasar ini dapat dipenuhi, uji model
hidraulik fisik sangat diperlukan.
2. Pengendalian ali ran dan pergerakan bongkah batu besar
Seperti telah diuraikan terdahulu, ide pembuatan check dam di hulu bendung
adalah untuk mengendalikan laju ali ran bongkah batu besar yang selanjutnya dapat
juga mengendalikan arus ali ran utama merupakan suatu ide yang baik. Namun perlu
diperhatikan bahwa struktur semi permanen dari tumpukan batu besar tidak
memadai untuk diterapkan pada Kali Gung.
213
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Analisis stabilitas butir batu menyusun check dam sukar diterima. Asumsi yang
diterapkan adalah aliran akan merata di seluruh permukaan tumpukan batu. Hal ini
tidak sesuai untuk Kali Gung di mana konsentrasi aliran pada satu sisi sangat
mungkin terjadi sehingga tractive force, turbulensi, dan gangguan stabilitas lainnya
sangat mudah terjadi, dan kerusakan pada satu segmen tumpukan batu secara
bertahap akan menghancurkan seluruh tumpukan batu tersebut.
Untuk menghindari kegagalan struktur, struktur rigid untuk check dam sangat
dianjurkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah respon morfologi sungai di hulu
dan di hilir bendung akibat pembuatan check dam di hulu bendung Danawarih.
Check dam dapat mengurangi laju angkutan sedimen terutama untuk butir-butir
bongkah batu besar yang diperoleh dari pengurangan kemiringan sungai Gung.
Namun degradasi dasar sungai akan terjadi di hilir bendung Danawarih. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan baik dengan analisis yang memadai antara lain dengan
menggunakan model numerik.
214
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung
215
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
216
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
BAB Ill
KESIMPULAN PERMASALAHAN DAN SARAN-SARAN
TINDAK LANJUT
• Aspek Hidrologi
Perbedaan yang cukup besar antara besar debit banjir rencana dan besar debit banjir
terjadi akibat hal-hal berikut:
1) Kualitas dan/atau kuantitas data parameter hidrologi, antara lain curah hujan,
karakteristik DAS dan debit aliran yang digunakan untuk menentukan debit banjir
rencana kurang memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
Data yang memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas tidak tersedia.
Kegiatan survei dan investigasi untuk mengatasi ketidaktersediaan data yang
memadai tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kondisi DAS sudah berubah dari kondisi pada waktu perencanaan.
- Terjadi perubahan iklim.
2) Upaya untuk mendapatkan besar debit banjir rencana yang lebih mendekati
kenyataan dengan menggunakan rumus-rumus empirik yang didukung oleh hasil
survei dan investigasi, seperti rumus hubungan antara debit banjir rencana dan
debit penuh alur (bankfull discharge); yang berlaku untuk daerah aliran sungai yang
mempunyai kondisi yang serupa dengan daerah aliran sungai yang ditinjau tidak
dilakukan.
3) Upaya untuk mendapatkan besar debit banjir rencana dengan menggunakan hujan
rencana dan model numerik hidrologi yang terkalibrasi dan tervalidasi tidak
dilakukan.
• Aspek Hidraulik
Masalah sedimen dan sampah padat (debris) berupa batang-batang pohon besar adalah
sebagai berikut:
1) Data yang berkaitan· dengan sedimen dan sampah sebagaimana mestinya pada
tahap perencanaan tidak digunakan. Data ini diperlukan antara lain untuk
penentuan jenis bendung, tipe mercu bendung, tipe peredam energi, bahan yang
digunakan untuk lapisan permukaan tubuh bendung dan peredam energi, sistem
pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi, sistem pengelakan, dan
perlindungan terhadap sampah.
2) Kegiatan survei dan investigasi untuk mengatasi ketidaktersediaan data sedimen
dan sampah yang memadai tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
217
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Aspek Geoteknik
Terjadi beberapa masalah geoteknik pada bangunan prasarana sumber daya air
bendung, baik pada masa pelaksanaan konstruksi maupun pada masa operasi dan
pemeliharaan, misalnya bocoran pada galian pondasi dan tanggul sementara
(cofferdam), gejala erosi buluh (piping) melalui bawah bendung dan belakang tembok
pangkal, ketidakberhasilan pelaksanaan pekerjaan grouting tirai, pada umumnya
disebabkan oleh tidak dilakukannya penyelidikan geoteknik sebagaimana mestinya
pada tahap perencanaan.
DESAIN
Beberapa masalah desain dari aspek hidrologi, hidraulik, geoteknik, struktur, dan gempa
seperti diuraikan di bawah ini teridentifikasi pada tahap desain.
• Aspek Hidrologi
Penentuan debit banjir rencana Odesain mempunyai perbedaan cukup besar
dibandingkan dengan debit banjir yang terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh
penggunaan data yang tidak memenuhi ketentuan kuantitas maupun kualitas data,
penggunaan metode perhitungan yang tidak tepat dan belum diterapkannya berbagai
metode seperti:
./ Menggunakan hujan rencana dan simulasi model hidologi, hubungan hujan dan
debit yang terkalibrasi dan tervalidasi
./ Perhitungan empirik, misalnya perhitungan dengan menggunakan debit penuh
alur, untuk memperoleh besar debit banjir rencana yang mendekati kenyataan.
• Aspek Hidraulik
Desain hidraulik bangunan prasarana sumber daya air bendung yang tidak tepat
meliputi hal-hal berikut:
1) Desain peredam energi belum memperhitungkan dengan saksama terjadinya
degradasi dasar sungai di hilir bendung. Hal ini terlihat dari tipe peredam energi
yang digunakan serta penentuan elevasi lantai peredam energi dan elevasi puncak
am bang akhir yang berada di sekitar elevasi dasar sungai di hilir.
2) Desain sistem pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi belum dikerjakan
dengan baik seperti diuraikan di bawah ini:
Perencanaan tidak menggunakan data sedimen (laju angkutan sedimen dan
karakteristik material sedimen) sebagaimana mestinya, sehingga desain sistem
pengelakan sedimen tidak mampu mengatasi masalah sedimen yang dihadapi.
Bangunan pembilas bendung menggunakan tipe bangunan pembilas biasa yang
hanya efektif untuk membilas dengan menggunakan aliran bebas dengan pintu
bilas dibuka penuh, sedangkan apabila menggunakan aliran lewat bawah pintu,
pembilasan hanya efektif di daerah sekitar pintu bilas dan tidak mencapai daerah
di depan intake. Untuk sungai dengan laju angkutan sedimen tinggi, di mana
operasi pembilasan bendung harus sering dilakukan, tipe bangunan pembilas
bendung yang cocok adalah tipe pembilas bawah (undersluice) yang dapat
menghasilkan daerah bersih endapan di depan intake bukan tipe pembilas biasa.
218
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Aspek Geoteknik
Terjadinya ketidaktepatan desain pondasi dan tanggul bangunan prasarana sumber
daya air bendung akibat tidak dilakukannya penyelidikan geoteknik atau tidak
digunakannya data geoteknik yang tepat, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Desain panjang rayapan (creep length) ali ran bawah (seepage) pondasi bangunan
tidak cukup panjang sehingga terjadi gejala erosi buluh (piping) pada tanah pondasi.
Akibatnya, daya dukung tanah pondasi menurun, bahkan menyebabkan terjadinya
rongga di bawah bangunan sehingga bangunan dapat mengalami keruntuhan. Hal
ini perlu mendapat perhatian, terutama untuk bangunan bendung yang didirikan di
atas lapisan tanah aluvial yang tebal.
2) Desain pekerjaan sementara untuk melaksanakan konstruksi berupa galian dan
tanggul sementara (cofferdam) tidak mampu mendukung pelaksanaan pengeringan
(dewatering) karena terjadi kebocoran yang cukup besar. Kejadian ini tidak
diantisipasi sebelumnya dengan menyiapkan upaya-upaya penanggulangan yang
tepat karena tidak didukung oleh data-data geoteknik yang yang dibutuhkan.
• Aspek Struktur
Ketidaktepatan desain struktur bangunan prasarana sumber daya air bendung meliputi
hal-hal berikut:
1) Desain struktur bangunan beton tidak menggunakan siar pemendekan (contraction
joint) sehingga bila terjadi beban lebih, misalnya akibat gempa atau penurunan
tanah pondasi, pada tempat tertentu dari struktur beton yang menerus dapat
mengakibatkan beban momen yang tidak mampu dipikul oleh penampang struktur
setempat sehingga terjadi retaklpatah pada tempat tersebut.
2) Desain tubuh bendung dan bagian-bagian bendung lainnya yang menggunakan
bahan konstruksi beton tidak bertulang menimbulkan masalah keamanan terhadap
beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan. Apalagi bila desain struktur
219
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
tidak menggunakan siar pemendekan dan plat beton penutup permukaan tanggul
(concrete lining) tidak menggunakan rib-rib pengkaku.
3) Desain struktur belum memperhitungkan beban gempa secara tepat.
• Aspek Gempa
Terjadinya kerusakan pada struktur bangunan akibat gempa dapat disebabkan oleh
ketidaktepatan perhitungan gempa pada desain struktur, khususnya dalam penentuan
percepatan gempa rencana.
• Aspek Hidrologi
Banjir yang terjadi pada waktu pelaksanaan konstruksi melebihi kapasitas pengaliran
saluran pengelak, berarti debit banjir rencana yang ditentukan untuk melaksanakan
konstruksi sudah terlampaui oleh debit banjir yang terjadi. Contoh kasus semacam ini
terjadi tahun 1996 saat pelaksanaan konstruksi Bendung Pamarayaan Baru dengan
pengelakan aliran melalui Bendung Pamarayan (lama) yang pada waktu itu masih
beroperasi. Tetapi karena kondisi keamanan Bendung Pamarayan (lama) sudah
mengkhawatirkan, sebagian debit banjir dialirkan melalui Bendung Pamarayan Baru
yang belum siap dioperasikan sehingga peredam energi bendung mengalami
kerusakan.
Kejadian serupa, tahun 2002 dan 2003 terjadi pada Bendung Kalibumi, Papua. Pada saat
itu dilaksanakan konstruksi tanggul penutup permanen dan pelimpah tambahan
dengan pengelakan aliran melalui pelimpah utama bendung yang sudah dioperasikan.
Pada saat pelaksanaan sering kali terjadi banjir besar yang selalu menghancurkan
tanggul pengelak sementara (cofferdam) Bendung Kalibumi.
• Aspek Hidraulik
Limpasan dan gerusan pada tanggul pengelak sementara, merusak bahkan
menghancurkan tanggul karena banjir yang terjadi lebih besar dari banjir rencana yang
diperkirakan untuk periode pelaksanaan konstruksi.
• Aspek Geoteknik
Masalah yang terjadi pada saat pengeringan (dewatering) adalah kebocoran yang
dialami area kerja yang sulit ditanggulangi dengan grouting akibat tidak tersedianya
data geoteknik yang memadai. Semua ini terjadi akibat penyelidikan geoteknik tidak
dilakukan atau penyelidikan geoteknik yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam spesifikasi teknik.
220
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Aspek Struktur
Material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi teknik saat melaksanakan
konstruksi tanggul (embankment) dan pelaksanaan pemadatan yang dapat disebabkan
oleh kurangnya pengawasan.
• Aspek Struktur
Material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi teknik saat melaksanakan
konstruksi tanggul (embankment) dan pelaksanaan pemadatan, yang dapat disebabkan
oleh kurangnya pengawasan.
• Aspek Gempa
Kerusakan akibat gempa pada bangunan yang masih dalam pelaksanaan konstruksi
menyebabkan waktu pelaksanaan konstruksi menjadi lebih lama. Contoh kasus
semacam ini terjadi pada pelaksanaan konstruksi Bendung Kalibumi di Kabupaten
Nabire, Papua yang kegempaannya mempunyai intensitas dan frekuensi kejadian yang
tinggi. Akibatnya sampai tahap ke-1 0 pelaksanaan konstruksi masih belum selesai. Hal
ini dapat terjadi karena beban gempa yang mungkin terjadi pada waktu melaksanakan
konstruksi belum dapat diperkirakan dengan tepat.
• Aspek Pendanaan
Pencairan dana yang terlambat untuk melaksanakan konstruksi mengakibatkan sisa
waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan menjadi sangat terbatas,
karenanya konstruksi tidak dapat diselesaikan secara sempurna.
• Aspek Hidrologi
Debit banjir yang terjadi melebihi debit banjir rencana pada pengoperasian bendung
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan.
• Aspek Hidraulik
Berikut adalah masalah-masalah yang terjadi berkaitan dengan kondisi sedimen dan
sampah:
1) Bangunan pembilas bendung tipe pembilas bawah tidak dioperasikan karena
khawatir lubang pembilas tersumbat oleh sampah padat yang berupa batang-
batang pohon besar. Akibatnya di hulu bendung terjadi endapan sedimen yang
menghalangi ali ran masuk ke intake.
2) Tumpukan sampah padat berupa batang-batang pohon besar di hulu bendung
mengganggu pengoperasian bendung karena menyebabkan berkurangnya
221
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Tindak lanjut untuk mengatasi masalah pada tahap perencanaan disarankan agar
melakukan kegiatan-kegiatan survei dan investigasi hidrologi, hidraulik, dan geoteknik
dengan mengacu kepada NSPM yang relevan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti
diuraikan di bawah ini.
• Aspek Hidrologi
1) Kumpulkan data parameter hidrologi, antara lain curah hujan, karakteristik DAS dan
debit aliran yang memadai, baik secara kualitas maupun secara kuantitas, untuk
digunakan dalam analisis penentuan debit banjir rencana sehingga hasilnya dapat
diandalkan.
2) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan lapangan yang sesuai dengan keperluan untuk analisis penentuan
debit banjir rencana dengan berbagai metode yang berlaku, seperti menggunakan
hujan rencana dan model simulasi hubungan curah hujan dan debit yang
terkalibrasi dan tervalidasi termasuk metode dengan menggunakan perhitungan
debit penuh alur (bankfull discharge) sebagai upaya untuk mendapatkan debit banjir
rencana yang mendekati kenyataan.
• Aspek Hidraulik
1) Kumpulkan data sedimen, seperti jenis dan gradasi butir material sedimen, laju
angkutan sedimen dasar dan konsentrasi angkutan sedimen layang yang memadai
baik secara kualitas maupun secara kuantitas untuk digunakan dalam analisis
estimasi kuantitas muatan sedimen sungai, penentuan dimensi bangunan pembilas
bendung, dan penentuan dimensi saluran penangkap sedimen dari bangunan
prasarana sumber daya air bendung.
2) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan lapangan untuk mendapatkan data sedimen yang diperlukan.
3) Kumpulkan data sampah, antara lain kondisi Uenis, ukuran dan jumlah) sampah
padat di sungai dan potensi produksi sampah padat daerah aliran sungai yang
memadai baik secara kualitas maupun secara kuantitas, untuk menganalisis estimasi
kuantitas muatan sampah di sungai, menentukan desain konstruksi pengelak dan
222
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
• Aspek Geoteknik
1) Kumpulkan data geoteknik, antara lain karakteristik geoteknik lapisan tanah dan
batuan pondasi, dan kedalaman air tanah, yang memadai baik secara kualitas
maupun secara kuantitas untuk menganalisa daya dukung pondasi, menentukan
desain panjang rayapan (creep length) aliran bawah (seepage) pondasi, dan
menentukan desain grouting.
2) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan penyelidikan geoteknik lapangan
dan laboratorium untuk mendapatkan data geoteknik yang diperlukan.
DESAIN
Tindak lanjut untuk mengatasi masalah pada tahap perencanaan disarankan agar
menerapkan desain yang mempertimbangkan aspek hidrologi, hidraulik, geoteknik,
struktur dan gempa dengan mengacu kepada norma, standar, pedoman dan manual
(NSPM) yang relevan dari Standar Nasionallndonesia (SNI) seperti diuraikan di bawah ini.
• Aspek Hidrologi
Untuk menentukan debit banjir rencana (Qdesainl gunakan data parameter hidrologi yang
sesuai dan memadai serta metode perhitungan yang tepat. Jika diperlukan gunakan
perhitungan debit banjir rencana melalui hujan rencana dan model simulasi hidrologi
hubungan curah hujan dan debit yang terkalibrasi dan tervalidasi. Selain itu dapat juga
menggunakan berbagai metode perhitungan empirik seperti perhitungan dengan
menggunakan debit penuh alur untuk memperoleh besaran debit banjir rencana yang
mendekati kenyataan.
• Aspek Hidraulik
Terapkan kriteria desain hidraulik bangunan prasarana sumber daya air bendung
dengan tepat seperti uraian berikut.
1) Perhitungkan desain peredam energi terhadap kemungkinan terjadinya degradasi
dasar sungai di hilir bendung dengan menurunkan elevasi lantai peredam energi
sekurang-kurangnya 2,0 m dari elevasi hasil perhitungan sebelum degradasi.
2) Buat desain sistem pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi seperti diuraikan
di bawah ini:
Buat desain sistem pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi berdasarkan
data sedimen yang benar dan akurat.
Gunakan tipe bangunan pembilas bawah (undersluice) yang efektif agar
menghasilkan daerah bersih endapan di depan intake dan cocok untuk sungai
dengan laju angkutan sedimen tinggikarena operasi pembilasan bendung harus
sering dilakukan.
223
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Aspek Geoteknik
Buatlah desain pondasi dan tanggul bangunan prasarana sumber daya air bendung
berdasarkan data geoteknik yang benar dan akurat berdasarkan hasil penyelidikan
geoteknik lapangan dan laboratorium.
• Aspek Struktur
Desain struktur bangunan prasarana sumber daya air bendung, terutama yang
menggunakan bahan konstruksi beton bertulang harus dibagi menjadi blok-blok
dengan menggunakan siar pemendekan (contraction joint). Tujuan utamanya adalah
untuk membatasi daerah kerusakan bila terjadi kegagalan struktur, menghindari
momen lebih yang terjadi pada struktur menerus, menghasilkan dimensi struktur yang
lebih efisien, dan memudahkan pelaksanaan konstruksi.
• Aspek Gempa
Desain struktur bangunan harus memperhitungkan gempa dengan menggunakan
percepatan gempa rencana yang tepat.
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Sebagai tindak lanjut untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul pada
tahap pelaksanaan (implementasi) disarankan untuk menyiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan konstruksi dari aspek hidrologi, hidraulik, geoteknik, struktur, gempa,
manajemen mutu, dan pendanaan dengan mengacu kepada norma, standar, pedoman,
dan manual (NSPM) yang relevan dari Standar Nasionallndonesia (SNI), seperti diuraikan di
bawah ini.
224
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung
2) Membuat pelimpah darurat pada tanggul (fuse plug), yang akan terbuka apabila
banjir mencapai ketinggian tertentu.
• Aspek Geoteknik
Mengadakan penyelidikan geoteknik yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
sementara, seperti pembuatan tanggul sementara dan pengeringan area kerja, dengan
mempertimbangkan kondisi geologi setempat, desain bangunan, serta skala pekerjaan
dan lama waktu pelaksanaan konstruksi.
• Aspek Struktur
Perlunya peningkatan pengawasan pelaksanaan konstruksi dengan menempatkan
petugas-petugas yang kompeten di bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Berkaitan dengan hal ini perlu dilakukan pelatihan yang relevan untuk tenaga-tenaga
pengawas pelaksanaan konstruksi.
• Aspek Gempa
Untuk pelaksanaan konstruksi di daerah rawan gempa dengan tingkat kekuatan dan
frekuensi gempa yang tinggi perlu disiapkan langkah-langkah antisipasi terhadap
gempa yang mungkin terjadi dalam masa pelaksanaan konstruksi, sebagai berikut:
• Aspek Pendanaan
Merencanakan pencairan (disbursement) dana yang dialokasikan dengan baik sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan konstruksi mulai dari tahap persiapan sampai
penyerahan akhir pekerjaan (final hand over). Selain itu perlu dihindari/ditanggulangi
masalah-masalah yang dapat mengganggu kelancaran pencairan dana pelaksanaan
konstruksi.
Sebagai tindak lanjut untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul pada
tahap pelaksanaan (implementasi) disarankan untuk menyiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dari aspek hidrologi dan hidraulik, dengan
mengacu kepada norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM) yang relevan dari Standar
Nasionallndonesia (SNI), seperti diuraikan di bawah ini.
225
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
• Aspek Hidrologi
1) Membuat manual operasi dan pemeliharaan untuk keadaan darurat kejadian banjir
yang lebih besar dari banjir rencana, yang mencakup peringatan dini, pengoperasian
bangunan prasarana, penyelamatan manusia dan harta benda, serta
penanggulangan kerusakan yang terjadi.
2) Mengadakan pelatihan petugas pelaksana operasi dan pemeliharaan untuk
menghadapi keadaan darurat kejadian banjir yang lebih besar dari banjir rencana.
• Aspek Hidraulik
Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan untuk mencapai
kinerja bangunan prasarana yang optimal sebagai berikut:
1) Membuat manual operasi dan pemeliharaan untuk bendung tetap, bendung gerak,
dan bendung karet, khususnya dalam hal pengelolaan sedimen dan sampah padat
(debris) yang mencakup operasi dan pemeliharaan bangunan pembilas bendung,
bangunan pengambil (intake), dan saluran penangkap sedimen.
2) Mengadakan pelatihan petugas pelaksana operasi dan pemeliharaan untuk
bendung tetap, bendung gerak, dan bendung karet, khususnya dalam hal
pengelolaan sedimen dan sampah padat (debris).
226
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2003:
"Penanggulangan Kerusakan Peredam Energi dan Bangunan Pengendali Dasar Sungai
Bendung Gerak Pamarayan, Propinsi Banten".
2. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2003:
"Tahap Pelaksanaan Rehabilitasi Bendung Karet Jatimlerek di S. Brantas, Propinsi Jawa
Timur".
3. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Batang Alai, Propinsi Kalimantan Selatan".
4. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Pitap, Propinsi Kalimantan Selatan".
5. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Way Geren Tahap II, Propinsi Maluku".
6. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Way Samal Tahap II, Propinsi Maluku".
7. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Penyesuaian Desain dan Penanggulangan Kerusakan Bendung Kalibumi Pasca Gempa
2004, Propinsi Papua".
8. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Perbaikan Bendung Karet Jatimlerek, Propinsi Jawa Timur".
9. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Perbaikan Bendung Kobe, Propinsi Maluku Utara".
10. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2004: "
Perbaikan Bendung Tutiling, Propinsi Maluku Utara".
11. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2004:"
Revitalisasi Sistem Bendung Tami Proyek lrigasi Jayapura, Propinsi Papua".
12. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004: "
Bendung Karet Krueng Aceh, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam".
13. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2004: "
Perbaikan Bendung Daerah lrigasi Air Selagan, Propinsi Bengkulu".
14. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005:"
Metode Perbaikan Kerusakan Bendung Kalibumi, Kabupaten Nabire, Propinsi Papua".
15. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005: "
Pembangunan dan Pengoperasian Bendung-bendung di Propinsi Maluku".
16. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005:"
Penyusunan Konsep Perbaikan dan Pengamanan Bendung Kalibumi, Propinsi Papua".
17. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005: "
Bendung Karet Jabung, Propinsi Lampung".
18. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2007:
"Pemilihan Lokasi Bendung Kobi di Sungai Kobi, Pulau Seram, Propinsi Maluku".
19. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2007:
"Penanggulangan Kerusakan Bendung Air Pangi, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera
Selatan".
20. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2007:
"Rekomendasi Teknis Penanganan Bendung Bt. Agam Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera
Barat".
21. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2008:
"Rehabilitasi Bendung Sausu di Propinsi Sulawesi Tengah".
22. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2009:
''Tanggapan Singkat Desain RehabilitasiiPemantapan danlatau Peningkatan Bendung
Danawarih di Kabupaten legal, Propinsi Jawa Tengah".
23. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2009:
"Review Desain Bendung Slinga di Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah".
24. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2009:
"Pembangunan Bendung Klarik, di Daerah lrigasi Klarik, Kabupaten Natuna, Propinsi
Kepulauan Riau".
25. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2009:
"Konsolidasi Dam Sungai Ciberang, Propinsi Banten".