Anda di halaman 1dari 248

u'

n Kern. PU
t'
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

SAMBUTAN
MENTElU PEKERJAAN UMUM

Diiringi rasa syukur ke hadirat Allah SWT, saya menyambut baik atas penerbitan buku berjudul
KOMPEND/UM ADV/5 TEKN/5 BERBAGAI JEN/5 BENDUNG. Melalui buku ini diharapkan masyarakat
Indonesia khususnya para praktisi, akademisi, dan para pengelola bendung dapat memperoleh
berbagai informasi mengenai penanganan berbagai permasalahan bendung di Indonesia.

Bendung merupakan prasarana utama dalam irigasi dan Kementerian Pekerjaan Umum yang
salah satu tugasnya melakukan pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Air, secara
berkelanjutan melakukan pengembangan bangunan bendung di Indonesia. Walaupun sejak
tahun 1970-an, sudah banyak sekali bendung dibangun dan dioperasikan di seluruh Indonesia,
permasalahan terkait bendung hingga kini masih sering terjadi. Permasalahan terjadi baik
terhadap bendung yang sudah beroperasi maupun pada saat perencanaan, desain, dan
pelaksanaan pembangunan bendung baru. Penulisan buku kor:npendium ini diharapkan dapat
membantu dan menjadi pelajaran khususnya bagi para pengelola sumber daya air dalam
menangani permasalahan yang terjadi pada bendung. Di sisi lain, dengan diter~itkannya buku
ini diharapkan kegiatan advis teknis yang selama ini telah dilakukan oleh Pusat Litbang Sumber
Daya Air dapat lebih memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia secara luas.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi seluruh stakeholder seperti para praktisi,
akademisi dan khususnya para pengelola sumber daya air.

Jakarta, April2012
Menteri Pekerjaan Umum,

~ Djoko Kirmanto
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

SAMBUTAN
KEPALA BADAN LITBANG

Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan elevasi
muka air sungai, sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi untuk berbagai
keperluan. Merancang bendung baru atau menangani bendung bermasalah memerlukan tidak
hanya keahlian tetapi juga pengalaman. Pengalaman seperti ini banyak diperoleh tenaga ahli
Pusat Litbang SDA pada saat memberikan layanan Advis Teknis kepada instansi atau institusi
yang bertanggung jawab mengelola bendung.

Advis Teknik yang dilakukan Pusat Litbang SDA sejak tahun 2003 ditujukan untuk mengurangi
resiko kegagalan, meningkatkan kualitas pekerjaan dan memberikan solusi pada permasalahan
yang terjadi di lapangan dalam pengelolaan prasarana sumber daya air seperti bendung. Advis
teknis diberikan baik pada tahap desain, pelaksanaan maupun pada pengoperasian dan
pemeliharaan bangunan bendung. "Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung" ini
disusun berdasarkan laporan-laporan advis teknik yang diberikan Pusat Litbang SDA terkait
permasalahan berbagai jenis bendung dan diterbitkan dengan tujuan agar pengalaman
berharga yang diperoleh secara langsung di lapangan dapat disebarluaskan, secara efektif ke
seluruh stakeholder terkait.

Semoga kompendium ini dapat mempermudah institusi pengelola sumber daya air dalam
mempelajari dan memahami berbagai jenis bendung di Indonesia sehingga dapat membantu
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi prasarana sumber daya air khususnya
prasarana bendung.

Jakarta, Januari 2012


Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

K2~ek::,
Dr. lr. Mohamad Hasan, Dipl. HE
NIP. 19530509 1978111001

iii
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan
Kompendium Advis Teknik Berbagai Jenis Bendung ini. Seperti diketahui bersama bahwa, salah
satu tugas Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air adalah memberikan layanan
Advis Teknis kepada instansi atau institusi yang bertanggung jawab mengelola sumber daya air,
seperti Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Balai Wilayah Sungai (BWS) dan Dinas Pengelola
Sumber Daya Air Propinsi maupun Kabupaten.

Advis Teknis ditujukan untuk membantu instansi pengelola sumber daya air untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi dalam mengelola prasarana sumber daya air yang menjadi
tanggung jawabnya, baik pada tahap perencanaan, desain, pembangunan, pengoperasian
maupun pemeliharaan dan rehabilitasi. Jenis prasarana sumber daya air yang menjadi sasaran
kegiatan Advis Teknis bermacam-macam, mulai dari pengendali morfologi sungai, bendungan,
bendung,jaringan irigasi, bangunan prasarana pantai, hingga bangunan sabo.

Dari pengalaman lapangan dapat diketahui bahwa banyak problema yang dihadapi sebenarnya
memiliki banyak kemiripan. Melihat pengalaman ini, maka perlu dilakukan kompilasi terhadap
permasalahan yang terjadi, penyebab, berbagai alternatif jalan keluar dan jalan keluar yang
diterapkan. Kompilasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengelola sumber daya air
untuk belajar dari pengalaman tersebut, sehingga terhindar dari permasalahan dan/atau dapat
secara mandiri memecahkan permasalahan yang dihadapi. Untuk keperluan ini disusun
Kompendium Advis Teknis Bidang Bendung yang didasari dari pengalaman dan laporan
pelaksanaan advis teknik yang diberikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Air pada periode tahun anggaran 2003-2010.

Kompendium Advis Teknis ini walaupun merupakan ringkasan dari laporan pelaksanaan Advis
Teknis pada periode tersebut di atas, namun cukup lengkap dan disusun dengan sistematika
tertentu. Kompendium Advis Teknis yang pertama disusun ini hanya untuk bangunan prasarana
sumber daya air bendung.

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan untuk penyusunan
kompendium Advis Teknis berbagai Jenis Bendung, khususnya Bapak
lr. Prayogo Endardjo, Dipl. HE yang telah membantu penelaahan laporan Advis Teknis
disampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya. Besar harapan kami, kompendium ini
dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka
menyediakan prasarana sumber daya air yang hand aI.
Bandung, Januari 2012

Penulis

v
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Ben dung

DAFTAR lSI

Halaman

SAMBUTAN MENTERI PEKERJAAN UMUM .........................................................................................


SAM BUTAN KEPALA BADAN LITBANG................................................................................................ iii
PRAKATA........................................................................................................................................................ v
DAFTAR lSI ................................................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................................... ix
DAFTAR FOTO .............................................................................................................................................. xi

1. PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Kompendium ....................................................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan Pembuatan Kompendium Advis Teknis ..................................
1.3. Tujuan Pembuatan Buku Kompendium Advis Teknis ................................................ 1
1.4. Buku Kompendium Advis Teknis Bendung ................................................................... 2

2. KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BERBAGAI JENIS BEN DUNG


2.1. Kompendium Advis Teknis Bendung Tetap
2.1.1. Pembangunan Bendung Batang Alai, Kalimantan Selatan ...................... 3
2.1.2. Pembangunan Bendung Pitap, Kalimantan Selatan .................................. 8
2.1.3. Pembangunan Bendung Way Geren, Maluku .............................................. 13
2.1.4. Pembangunan Bendung Way Samal, Maluku .............................................. 21
2.1.5. Perbaikan Bendung Kobe, Maluku Utara ....................................................... 27
2.1.6. Perbaikan Bendung Tutiling untuk Meningkatkan Kinerja,
Maluku Utara .......................................................................................................... 34
2.1.7. Perbaikan Bendung Daerah lrigasi Air Selagan, Bengkulu ....................... 40
2.1.8. Pembangunan dan Pengoperasian Bendung-bendung di Pulau Buru
dan Pulau Seram, Maluku .................................................................................. 44
2.1.9. Pemilihan Lokasi Penempatan Bendung Kobi di Sungai Kobi,
Maluku ..................................................................................................................... 66
2.1.1 0. Penanggulangan Kerusakan Bendung Air Pangi,
Sumatera Selatan .................................................................................................. 71
2.1.11. Rekomendasi Teknis Penanganan Kerusakan Bendung Batang
Agam, Sumatera Barat ........................................................................................ 83
2.1.12. Rehabilitasi Bendung Sausu, Sulawesi Tengah ............................................ 88
2.1.13. Review Desain Bendung Slinga,Jawa Tengah ............................................. 97
2.1.14. Pembangunan Bendung Klarikdi Daerah lrigasi Klarik,
Kepulauan Riau .................................................................................................... 107
2.1.15. Penanganan Kerusakan Bendung Konsolidasi Dam
Sungai Ciberang, Banten .................................................................................... 114
2.1.16 Penyelidikan Lapangan Bangunan Penangkap Pasir Bendung
Sei Ulak Deras Kerinci, Provinsi Jambi ............................................................ 120
2.1.17 Kajian Lapangan atas Bendung Linamnutu dan Bendung Debuklaran
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Provinsi NTT ................................. 135

vii
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.18 Kajian Lapangan atas Rencana Bendung Way Mulang, P. Buru 143
2.1.19 Rehabilitasi Bendung Kairatu II, P. Seram ...................................................... 150
2.2. Kompendium Advis Teknis Bendung Gergaji
2.2.1. Penyesuaian Desain dan Penanggulangan Kerusakan
Bendung Kalibumi, Papua .................................................................................. 156
2.2.2. Metode Perbaikan Kerusakan Bendung Kalibumi, Papua ......................... 162
2.2.3. Penyusunan Konsep Perbaikan dan Pengamanan
Bendung Kalibumi, Papua .................................................................................. 168
2.2.4. Revitalisasi Bendung Tami, Proyek lrigasi Jayapura,
Papua ....................................................................................................................... 174
2.3. Kompendium Advis Teknis Bendung Gerak
Uji Keandalan Mutu Penanggulangan Kerusakan Peredam Energi
dan Pengendali Dasar Sungai Bendung Pamarayan Baru, Banten ......................... 179
2.4. Kompendium Advis Teknis Bendung Karet
2.4.1. Uji Keandalan Mutu Tahap Pelaksanaan Rehabilitasi
Bendung Karet Jatimlerek di Sungai Brantas, Jawa Timur ........................ 186
2.4.2. Uji Keandalan Mutu Perbaikan Bendung Karet Jatimlerek di
S. Brantas, Jawa Timur ......................................................................................... 193
2.4.3. Penanganan Permasalahan Operasi Bendung Karet
Krueng Aceh, Nangroe Aceh Darussalam ...................................................... 200
2.4.4. Permasalahan Bendung Karet Jabung, Lampung ........................................ 205
2.5. Kompendium Advis Teknis Bendung Tyrol
Tanggapan SingkatTerhadap Desain Rehabilitasi
Bendung Danawarih, Jawa Tengah ................................................................................. 209

3. KESIMPULAN PERMASALAHAN DAN SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


3.1. Kesimpulan Permasalahan
3.1.1. Permasalahan Tahap Perencanaan ................................................................. 217
3.1.2. Permasalahan Tahap Pelaksanaan (lmplementasi) .................................... 224

DAFTAR PUSTAKA 227

viii
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

DAFTAR GAM BAR

1. Grafik Hubungan antara Lu dengan Berat Semen 5

2. Skematisasi Profil Geologi Sepanjang As Bendung 9

3. Rencana Grouting Test dengan Pengeboran Lubang 9

4. Pola Lubang Grouting 11

5. Denah Bendung Way Geren. 19

6. Potongan Memanjang Melalui Tubuh Bendung Way Geren 20

7. Denah Tubuh Bendung Way Samal. 25

8. Potongan Memanjang Melalui Tubuh Bendung Way Samal. 26

9. Denah Bendung Kobe. 32

10. Potongan Memanjang Bendung Kobe. 33

11. Potongan Memanjang Bendung Darurat Tutiling 39

12. Daerah lrigasi di DAS Way Apu, Pulau Buru. 45

13. Potongan Memanjang Rencana Bendung Geren Desain Perubahan Pusat Litbang SDA. so
14. Daerah lrigasi di Dataran Pasahari, Pulau Seram. 52

15. Potongan Memanjang Bendung Kobi. 70

16. Denah Bendung Sungai Pangi 78

17. Potongan Memanjang Bendung Sungai Pangi 79

18. Potongan Melintang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di Atas Saluran lnduk. 80

19. Potongan Memanjang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di Atas Saluran lnduk. 80

20. Detail Tipikal Drainase. 80

21. Konstruksi Pelindung (Revetment) Tebing Sungai dari Bronjong Kawat dan Filter Geotekstil. 81

22. Denah Potongan A-A Memanjang Bendung Sausu 94

23. Denah Potongan B-B Memanjang Bendung Sausu 95

24. Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan. 104

25. Denah Bendung Slinga. 105

26. Potongan Memanjang Bendung Slinga. 106

27. Peta Geologi Pulau Bunguuran Besar Natuna (sumber: P3G, DESDM) 109

28. Sistem Bendung Konsolidasi Dam Tahun 2006. 115

29. Sistem Bendung Konsolidasi Dam Tahun 2009 115

30. Konsep Desain Penanggulangan Darurat. 118

31. Konsep Desain Penanggulangan Permanen 119

32. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Ali ran 123

33. Kondisi End apan Sedimen pada Profil I 124

34. Kondisi Endapan Sedimen pada Profil II 124

35. Kondisi Endapan Sedimen pada Profil IV 124

ix
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

36. Sketsa Alinyemen Bangunan Silas dan Saluran Pembuang Existing 125
37. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Ali ran pada Penangkap Pasir 126
38. Keadaan Endapan Sedimen pada Profil I 127
39. Keadaan Endapan Sedimen pada Profil II 127
40. Denah Penangkap Pasir Kiri Bendung Sei Ulak Deras 134
41. Sungai Way Kuma Dikutip dari Google 144
42. Contoh Gam bar Desain Bendung Tetap dengan Peredam Energi Tipe MOO 149
43. Denah Bendung Kalibumi 161
44. Desain Perbaikan Darurat Bangunan Pengendali Dasar Sungai Bendung Pamarayan 185
45. Potongan Memanjang Pekerjaan Penanggulangan DaruratBendung KaretJatimlerek 185
46. Potongan Memanjang Konstruksi Pengamanan Permanen Bendung KaretJatimlerek 198
47. Denah Konstruksi Pengamanan Permanen Bendung KaretJatimlerek. 199

X
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

BABI

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN KOMPENDIUM

Kompendium (compendium) adalah kumpulan ringkasan yang cukup lengkap dari uraian
tentang suatu pengetahuan.
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung adalah kumpulan ringkasan yang cukup
lengkap dari setiap Laporan Advis Teknis, Pusat Litbang Sumber Daya Air terkait

penanggulangan permasalahan yang terjadi pada berbagai jenis bendung di Indonesia

1.2. TUJUAN PENYUSUNAN KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS

Tujuan penulisan/penerbitan Kompendium Advis Teknis ini adalah:


1) Membuat kumpulan ringkasan yang cukup lengkap dari laporan Advis Teknis yang disusun
dalam beberapa kelompok materi dengan sistematika tertentu;
2) Mempermudah pembaca dalam mempelajari dan memahami isi laporan Advis Teknis yang
disusun dalam bentuk buku;
3) Menjadi arahan secara garis besar dalam menyusun laporan Advis Teknis.

1.3. SISTIMATIKA PENULISAN RINGKASAN LAPORAN ADVIS TEKNIS

Kompendium Advis Teknis yang merupakan kumpulan ringkasan laporan advis teknik ditulis,
pertama kali untuk berbagai jenis dengan berbagai permasalahan prasarana sumber daya air
bendung. Masing-masing Ringkasan Laporan Advis Teknis disusun dengan sistimatika sebagai
berikut:
1) Lokasi dan Data Teknis
Berisi uraian tentang lokasi dan data teknis suatu prasarana sumber daya air bendung.
2) ldentifikasi Permasalahan
Berisi uraian tentang masalah yang dihadapi dan upaya penanggulangan yang diperlukan.
3) Analisis Faktor Penyebab[Ierkait
Berisi uraian tentang analisis faktor penyebab terkait masalah yang dihadapi berdasarkan
peninjauan lapangan dan evaluasi terhadap desain serta pelaksanaan di lapangan.
4) Saran Tindak Lanjut

Berisi uraian tentang saran untuk menangani masalah yang dihadapi dan tindakan yang
perlu dilakukan selanjutnya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

1.4. SISTIMATIKA KOMPENDIUMADVIS TEKNIS BENDUNG

Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung dibuat berdasarkan kegiatan Advis Teknis
bangunan prasarana sumber daya air bendung yang sudah dilaksanakan dari tahun anggaran
2003 sampai dengan tahun anggaran 2010. Dalam kurun waktu tersebut, setiap tahun anggaran
kecuali pada tahun anggaran 2006, rata-rata dilaksanakan lima sampai enam kegiatan Advis
Teknis untuk bangunan bendung. Dari sekitar 40 kegiatan Advis Teknis bangunan bendung
pada tahun anggaran 2003- 2010, terpilih 30 kegiatan Advis Teknis yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar penyusunan kompendium ini.

Pemilihan dilakukan berdasarkan penelaahan yang berkaitan dengan kelengkapan lapora~

Advis Teknis, jenis bangunan bendung dan permasalahan yang dihadapi. Kegiatan Advis Teknis
yang terpilih, tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan rincian sebagai berikut: Pulau
Sumatera terdapat 6 kegiatan, Kepulauan Riau satu· kegiatan, Pulau Jawa terdapat enam
kegiatan, Pulau Kalimantan dua kegiatan, Pulau Sulawesi terdapat satu kegiatan, Kepulauan
Nusa Tenggara terdapat satu kegiatan, Kepulauan Maluku terdapat delapan kegiatan, dan Papua
terdiri dari lima kegiatan Advis Teknik. Kegiatan advis teknik bendung yang disarikan dalam
bentuk kompendium ini terdiri dari berbagai macam jenis bendung seperti Bendung Tetap,
Bendung Gergaji, Bendung Gerak, Bendung Karet, dan Bendung Tyrol.

Susunan buku Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung terdiri dari tiga bab sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, menguraikan pengertian kompendium, tujuan penyusunan
Kompendium, sistimatika penulisan ringkasan laporan advis teknis dan sistimatika penulisan
kompendium.
Bab II Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung, berisi kumpulan ringkasan
laporan Advis Teknis bendung tahun anggaran 200~- 2010.
Bab Ill Kesimpulan, berisi permasalah yang dihadapi bangunan prasarana sumber daya air
bendung dan saran untuk menanganinya.

2
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

BAB II
KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BERBAGAI JENIS BENDUNG

2.1 KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BEN DUNG TETAP

2.1.1 PEMBANGUNAN BENDUNG BATANG ALAI, KALIMANTAN SELATAN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Satang Alai terletak di Sungai Satang Alai dan secara administratif berada di
Desa Labuhan, Kecamatan Satang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, berjarak 380
km dari Kota Banjarmasin dan dapat dicapai dengan mobil dalam waktu tempuh 5 jam
melalui Kota Barabai.

• Data Teknis
Pembangunan Bendung Satang Alai dimulai pada tahun anggaran 2003 dan
direncanakan selesai pada tahun anggaran 2005. Pada tahun anggaran 2003
dilaksanakan pekerjaan pembangunan Bendung Satang Alai Tahap I.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung tetap.
Bahan konstruksi bendung yaitu beton bertulang.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi


Pada dasar gal ian bendung pada elevasi + 17.5 m muncul mata air yang menimbulkan
genangan air yang menutupi sebagian besar daerah gal ian seluas 60 m x 40 m dengan
tinggi genangan lebih dari 2m.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Telah dilakukan pekerjaan grouting tirai, ,namun tidak mampu menahan ali ran rembesan
air pada daerah yang lemah secara geologi. Kemudian dicoba mengatasi genangan air
dengan pemompaan yang menggunakan 5 unit pampa, namun pekerjaan dewatering
ini pun tidak mampu mengeringkan daerah genangan karena debit mata air yang
terlalu besar. Sebagai akibat dari ketidakberhasilan upaya-upaya penanggulangan ini,
pekerjaan galian dan pekerjaan lantai kerja pada dasar bendung tidak dapat
dilaksanakan sama sekali.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan
Telah dilakukan peninjauan lapangan oleh tim advis teknis yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi geologi yang mengendalikan terjadinya mata air tersebut. Hasil

3
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

peninjauan lapangan memberikan informasi bahwa mata air dikendalikan oleh lapisan
batugamping berongga dengan data teknis sebagai berikut:

1) Posisi batugamping, 28 m dari pintu pengambilan;


2) Tebal batugamping, t =3-7m;
3) Arah jurus kemiringan lapisan, N = 225° E I 70° - 80° (searah aliran sungai atau tegak lurus
arah as mercu bendung).

• Evaluasi Terhadap Desain


Diduga kondisi aktual geologi di lapangan tersebut tidak diperkirakan sebelumnya
dalam desain pondasi bendung. Desain grouting tirai dibuat dengan anggapan sebagai
berikut:
1) Kondisi geologi pondasi bendung relatif sama,
2) Variasi harga lugeon tidak berbeda terlalu jauh,
3) Tidak ada rongga-rongga pada batuan pondasi.

TINDAKAN PENANGANAN DAN SARAN-SARAN TINDAK LANJUT

Untuk menanggulangi bocoran air tersebut harus dilakukan pekerjaan filling grouting yang
khusus diarahkan untuk mengisi atau menyumbat rongga-rongga dan celah yang terdapat
pada lapisan batugamping. Pekerjaan filling grouting ini dilakukan dalam 2 tahap, Tahap I
dalam tahun anggaran 2003, Tahap II dalam tahun anggaran 2004.

• Pelaksanaan GroutingTahap I (Tahun Anggaran 2003)

Dalam tahun anggaran 2003 telah dilaksanakan pekerjaan filling grouting untuk
menanggulangi bocoran air, dan juga evaluasi teknis terhadap kondisi geologi di
lapangan dan hasil pelaksanaan grouting.
1) Penanggulangan Bocoran Air

Dari pelaksanaan pekerjaan filling grouting pada lapisan batugamping berongga,


diperoleh data hasil pelaksanaan sebagai berikut:
a) Volume pekerjaan filling grouting yang telah dilaksanakan keseluruhannya
mencapai 650 m yang meliputi pemboran primary hole/pilot hole 200 m,
pemboran grouting 400 m dan pemboran lubang uji (check hole) 50 m.
b) Komposisi campuran air dan semen disesuaikan dengan kondisi batuan yang
akan dig rout dengan perbandingan air dan semen 4: 1, 2: 1, 1 : 1 dan 0,5 : 1,0.
c) Penggunaan tekanan injeksi semen yang diizinkan adalah 2 - 8 kg/cm 2 pada
kedalaman 5 - 20 m dengan kenaikan tekanan 2 kg/cm 2 pada setiap
penambahan kedalaman 5 m.
d) Dari data kelulusan air batuan dalam satuan lugeon unit, Lu, dan pemakaian
semen dibuat grafik hubungan antara Lu dengan berat semen yang terpakai
sebagai berikut (Gambar 1):

4
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

~ .--,----------------------~-,-----,----~--,

7000 -

5000 ----·--- - --

2000

1000

0~~~------------------------~----------~~
0 ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Lugeon UnH

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Lu dengan Berat Semen

2) Evaluasi Teknis

Kondisi geologi di lokasi tapak bendung memperlihatkan adanya beberapa lapisan


batugamping berongga yang merupakan sisipan di dalam formasi batulempung.
Teridentifikasi adanya 4 sisipan yang memotong hampir tegak lurus terhadap as
mercu bendung, di mana satu lapisan pada posisi di bawah pintu penguras dan tiga
lapisan yang lain pada posisi 28 m, 60 m dan 65 m dari pintu pengambilan, dengan
ketebalan lapisan antara 1 m sampai 7 m.

Pekerjaan filling grouting telah berhasil mengisi/menyumbat celah terbuka dan rongga-
rongga di dalam batugamping dan n:!enanggulangi rembesan/bocoran air dengan
sangat efektif, sehingga
1) Pekerjaan dewatering dengan cara pemompaan berhasil mengeringkan genangan
air.
2) Pekerjaan pengecoran beton lantai kerja dapat dilaksanakan dengan lancar.
3) Pekerjaan beton mercu bendung dan peredam energi telah dapat dilaksanakan.

• Saran Pelaksanaan Grouting Tahap II (Tahun Anggaran (2004)


Dari hasil pelaksanaan pekerjaan fisik Tahap I (TA 2003), disarankan untuk pelaksanaan
fisik tahap II (TA 2004) perlu diadakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) ldentifikasi lapisan batugamping berpotensi rembesan air dengan debit besar.
2) Rancangan grouting penanggulangan timbulnya mata air pada saat penggalian
pondasi.
3) Perkiraan volume material injeksi berdasarkan hasil pelaksanaan Tahap I.

Rancangan grouting tirai dilakukan sebagai berikut:


1) Untuk formasi batulempung tetap mengacu kepada desain yang ada.
2) Untuk pencegahan bocoran air "dilaksanakan dari puncak tanggul dengan
kedalaman minimum antara 10 m sampai 15 m dan maksimum antara 20 m sampai
25m.

5
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Rancangan grouting pengisian rongga pada batugamping didasarkan pada hasil


identifikasi terhadap sisipan batugamping berongga, desain struktur pondasi bendung,
dan hasil pelaksanaan sementasi Tahap I, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jumlah lubang grouting = 75 lubang
Volume pemboran = 3.375 meter kubik
Packer test = 600
• Perkiraan material grouting (semen PC) = 300ton

Perkiraan volume material grouting didasarkan pada asumsi harga Lugeon, Lu, rata-rata
100 dan mengacu pada grafik hubungan an tara Lu dengan berat semen.
Rancangan ini dapat berubah serta harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan pada
saat pelaksanaan pekerjaan grouting.
Metode pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan urutan sebagai berikut
1) Pekerjaan pemboran yang membutuhkan waktu paling lama dari seluruh rangkaian
pekerjaan grouting, dilakukan dengan memerhatikan jadwal yang disesuaikan
dengan pelaksanaan pembangunan fisik bendung.
2) Pekerjaan packer test harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis. Untuk kondisi
di mana terdapat rongga atau celah, harga koefisien permeabilitas dihitung
berdasarkan debit air maksimum yang diinjeksikan dan tekanan P efektif yang
terjadi, yaitu sebesar beda tinggi kolom air pada lubang grouting (diukur dari muka
air tanah setempat).
3) Pelaksanaan pekerjaan grouting harus mengacu kepada spesifikasi teknis yang ada.
Untuk grouting pengisian rongga pada batugamping disarankan mengacu kepada
hasil pelaksanaan Tahap I untuk perbandingan campuran material dan tekanan
maksimum.
Pelaksanaan pembangunan Bendung Batang Alai, jenis batuan dan tanah, dan
persiapan pekerjaan grouting, berturut-turut dapat dilihat pada Foto 1, 2, dan 3.

Foto 1. Pelaksanaan Pembangunan Bendung Satang Alai

6
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 2. Kondisi Tanah dan Batuan

Foto 3. Persiapan Pekerjaan Grouting

7
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.2 PEMBANGUNAN BENDUNG PITAP, KALIMANTAN SELATAN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Pitap terletak di Sungai Pitap, Provinsi Kalimantan Selatan.

• Data Teknis
Data pokok Bendung Pitap:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis: bendung tetap dengan lantai hulu dan peredam energi tipe long shallow
energy dissipator.
- Bahan konstruksi bendung: beton bertulang.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi

Diidentifikasi masalah-masalah yang ada pada pembangunan Bendung Pitap sebagai


berikut:
1) Masalah Grouting
Rencana grouting test yang tidak efektif.
Penentuan karakteristik batuan yang tidak tepat.
2) Masalah Desain Bendung
Pemilihan tipe peredam energi yang tidak tepat.
- Sistem pengelakan sedimen yang perlu disempurnakan.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada masa pembangunan
sekarang maupun pada masa pengoperasian yang akan datang, akan dilakukan upaya-
upaya penanggulangan dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang
Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

1) Kondisi Geologi
Pada saat peninjauan lapangan, pekerjaan galian dan pembuatan lantai kerja masih
berlangsung. Kondisi geologi tapak bendung dapat diamati pada lereng dan Iebar
galian pondasi dengan batas-batas yang sangat jelas. Pengamatan secara sekilas
terhadap singkapan batuan, memberikan hasil sebagai berikut:
a) Batuan dasar sebagai pondasi bendung adalah batulanau pasiran, berwarna abu-
abu muda, kompak, dan keras. Terdapat sisipan-sisipan batupasir kasar, kompak
dan keras.
b) Pengamatan langsung terhadap inti bor di lapangan memperlihatkan adanya 2
sisipan batupasir kasar yaitu pada kedalaman 0-2 m dan pada -17m.

8
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

c) Batulanau pasiran tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh endapan alluvial
sungai Pitap yang terdiri dari campuran pasir dengan koral, bersifat urai.

Skematisasi profil geologi sepanjang·as bendung dapat dilihat pada sketsa di bawah
ini (Gambar 2).

±3m

Gambar 2. Skematisasi Profil Geologi Sepanjang As Ben dung


2) Grouting Test
Pada saat peninjauan lapangan, pekerjaan grouting test telah menyelesaikan 2
lubang dari rencana 7 lubang test. Data teknik pengeboran lubang grouting tersebut
adalah sebagai berikut (lihat Gam bar 3 di bawah):
- jumlah lubang = 71ubang
- jumlah jalur = 1 jalur (sepanjang as mercu)
kedalaman lubang 6 x 20 m dan 1 x 25 m
pola lubang lubang tanggul
spasi lubang = 15m

Rencana grouting test (PIRA Kalimantan Selatan 2004), secara skematis, digambarkan
sebagai berikut:

" GT·7

2~m

Gambar 3. Rencana Grouting Test Dengan Pengeboran Lubang

9
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Rencana grouting test dengan pengeboran lubang seperti terlihat pada gam bar di
atas akan kurang bermanfaat, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk:
i) Mengetahui efektivitas grouting
ii) Menentukan pola dan spasi lubang grouting yang optimum.

Dalam kunjungan lapangan Tim Puslitbang SDA juga menjumpai kejanggalan pada
data koetisien permeabilitas, k, dan data lugeon, Lu, sebagai berikut:
i) Harga koefisien permeabilitas cenderung terlalu besar bila dibandingkan dengan
deskripsi visual terhadap sam pel inti bor.
ii) Perbandingan harga k dan Lu tidak konsisten.

Pemeriksaan terhadap data tersebut menunjukkan adanya kesalahan-kesalahan


perhitungan, oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan ulang. Di samping hal
tersebut, terlalu besarnya harga k dapat terjadi karena adanya kebocoran pada saat
pelaksanaan packer test.

Berdasarkan data sam pel inti bor dan pengalaman Tim Balai Bangunan Hidraulik dan
Geoteknik Keairan dalam pelaksanaan pekerjaan grouting di berbagai proyek
bendung dan bendungan yang tersebar di seluruh wilayah indonesia, dapat
diperkirakan besar harga koefisien permeabilitas, k dan Lu, di Bendung Pitap sebagai
berikut:
i) Batulanau pasiran, kompak, keras, k ~ 1 x 10 -s cm/det dan Lu ~ 2.
ii) Batupasir kasar, kompak, keras, k ~ 1 x 10 -4 cm/det dan Lu ~ 30.

Belajar dari pengalaman dan data tersebut di atas, kiranya cukup jelas bahwa
batulanau pasiran bersifat kedap air sehingga tidak perlu grouting karena tidak
dapat menyerap bubur semen. Bagian yang masih dapat menyerap bubur semen
adalah lapisan batupasir kasar.

• Evaluasi Terhadap Desain

a) Peredam energi bendung


Peredam energi yang akan dibangun pada Bendung Pitap dapat dikategorikan
sebagai long sha/ow energy dissipator. Berdasarkan pengalaman menangani
bendung-bendung yang mengalami problema di Indonesia dapat dikemukakan
bahwa jenis peredam energi ini sangat rentan terhadap degradasi dasar sungai di
hilir bendung. Pada Bendung Batang Alai, problema degradasi tidak terlalu
merisaukan karena pada ruas sungai di hilir bendung terdapat beberapa ambang-
ambang alam berupa formasi batugamping melintang di dasar sungai. Kondisi ini
tidak terjadi pada Bendung Pitap.
b) Sistem pengelakan sedimen
Sistem pengelakan sedimen perlu disempurnakan sehubungan dengan hal-hal
sebagai berikut:
i) Pembilas bendung dengan tipe pembilas bendung biasa, yang hanya
menggunakan pintu bilas, kurang efektif, karena daerah bersih endapan yang

10
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

dihasilkan terjadi hanya di sekitar pintu bilas, sehingga di depan pintu


pengambilan masih tersisa timbunan endapan sedimen.
ii) Desain penangkap pasir:
Kriteria desain penangkap, pasir yang didasarkan pada besar butir yang
diendapkan, D = 0,01 mm (Laporan Nota Desain, 2004) dinilai tidak efisien,
karena untuk mengendapkan partikel dengan ukuran tersebut kecepatan
ali ran harus cukup rendah, sehingga dimensi (plane area of sedimentation)
penangkap pasir menjadi besar.
Penangkap pasir hanya mempunyai 1 kompartemen, sehingga untuk
melakukan pembilasan, pasokan air ke jaringan irigasi harus dihentikan.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT

Untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaan grouting dan desain
bendung, telah diberikan saran-saran seperti diuraikan di bawah ini.

• Penanganan Masalah Grouting

Agar hasil grouting test dapat dimanfaatkan secara maksimal, disarankan rencana
grouting testdimodifikasi sebagai berikut:
i) Pola lubang grouting diubah dari semula 1 jalur dengan spasi lubang lebih kurang 15
m menjadi segitiga dengan spasi lubang 1 m dan 2 m dengan check hole di tengah-
tengah (lihat Gam bar 4 di bawah).
ii) Kedalaman grouting diubah dari semula 20 m dan 25 m menjadi 15 m dan 20m.

GT1 GT6

~m lm

GTI GT:! GT4 (j 15


2m Jm

Gam bar 4. Pol a Lubang Grouting

Namun demikian karena kegiatan uji grouting sedang qilaksanakan di lapangan, maka
untuk menentukan perlu tidaknya grouting tirai, disarankan sebagai berikut:
i) Menunggu hasil grouting test
ii) Mengadakan uji permeabilitas di laboratorium Pusat Litbang Sumber Daya Air
terhadap contoh inti bor yang mewakili batulanau dan batupasir sebagai data
pembanding.

11
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Penanganan Masalah Desain Bendung


Memerhatikan desain peredam energi dan sistem pengelak sedimen Bendung Pitap
dapat disampaikan saran penyempurnaan sebagai berikut:
a) Peredam energi bendung
Peredam energi yang akan dibangun pada Bendung Pitap disarankan untuk diganti
dengan jenis peredam energi yang lebih tahan terhadap degradasi dasar sungai,
misalnya tipe MOO.
b) Sistem pengelakan sedimen
Untuk meningkatkan efektivitas sistem pengelakan sedimen, disarankan langkah
penyempurnaan desain sebagai berikut:
i) Mengubah tipe pembilas bendung menjadi tipe pembilas bawah (undersluice)
untuk mendapatkan pembilasan yang lebih efektif dengan hasil daerah bebas
endapan di sekitar pintu pengambilan, sehingga masuknya angkutan sedimen
dasar ke bangunan pengambilan dapat dielakkan.
ii) Menyesuaikan desain penangkap pasir dengan kriteria: mampu mengendapkan
sedimen layang fraksi pasir yang lebih besar dari D = 0.063 mm sesuai standar
perencanaan irigasi, kriteria perencanaan bagian bangunan utama KP 02.
Bangunan penangkap pasir terdiri dari minimum 2 kompartemen agar dapat
dibilas secara bergantian tanpa menggangu pasokan air ke sistem irigasi. Sebagai
acuan, Penangkap Pasir Jenis PUSAIR memenuhi kriteria tersebut (RPT 4 -
Pedoman Teknik Perencanaan Hidraulik, Operasi ,dan Pemeliharaan Bangunan
Penangkap Pasir Tipe PUSAIR).

12
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.3 PEMBANGUNAN BENDUNG WAY GEREN, MALUKU

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Way Geren terletak di Sungai Way Geren, Pulau Buru dan secara administratif
berada di Kabupaten Pulau Buru, Provins'i Maluku.

• Data Teknis

Bendung Way Geren dibangun pada ruas Sungai Way Geren bag ian peralihan, dari ruas
dengan kemiringan yang curam ke ruas dengan kemiringan landai. Seperti pada sungai-
sungai lain di kepulauan jenis tektonik seperti Pulau Buru, maka ruas Sungai Way Geren
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Sungai mengalir di atas lapisan alluvial yang san gat tebal. Lapisan alluvial ini terdiri
atau didominasi oleh pasir kasar d.i!n kerakal. Ketebalan lapisannya diperkirakan
lebih dari 15 m dengan angka koefisien permeabilitas pad a orde, k = 1o· 3
(sangat porous)
b. Aliran sungai dapat sangat deras dan alur sungai mudah berpindah-pindah (sungai
berjalin).

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi


Bendung Way Geren sedang dalam p~)aksanaan Pembangunan Tahap II (Foto 4), di
mana dijumpai ada potensi masalah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
konstruksi maupun pada waktu bendung sudah dioperasikan, akibat kondisi dasar
sungai berupa lapisan alluvial yang sang at tebal.
Selain itu, penggunaan bahan konstruksi dari beton tidak bertulang untuk tubuh
bendung dan bagian bangunan lainnya akan menimbulkan masalah keamanan
terhadap gaya-gaya yang bekerja pada bangunan.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

Karena kondisi dasar sungai yang menjadi dasar pondasi bendung berupa lapisan
alluvial yang sangat tebal, dan didominasi oleh pasir kasar dan kerakal (Foto 5), tahap
pelaksanaan konstruksi, tahap operasi, dan tahap pemeliharaan Bendung Way Geren
menghadapi masalah-masalah berikut: "

a. Pada tahap pelaksanaan konstruksi.


Pekerjaan pengeringan lahan (dewatering) cukup rumit, karena lapisan alluvial
sangat porous sehingga volume bocoran air akan sangat tinggi. Pengeringan lahan
akan memerlukan kapasitas pompa yang besar. Namun demikian jika digunakan

13
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

pompa yang terlalu besar, maka ada kemungkinan butir-butir pasir di bawah
tanggul kerja sementara (cofferdam) akan terbawa (boiling) dan mengakibatkan
keruntuhan tanggul. (cofferdam yang telah dibangun dapat dilihat pada Foto 6)
b. Pada tahap operasi dan pemeliharaan.
Masalah erosi buluh (piping) dapat mengakibatkan keruntuhan bendung
dan/atau bangunan pelengkapnya jika pondasi bendung tidak didesain dengan
baik.
Masalah degradasi dasar sungai di hilir bendung dapat menurunkan efektivitas
peredam energi dan membentuk gerusan lokal di hilir peredam energi yang
cukup dalam yang pada gilirannya akan memperburuk masalah erosi buluh di
bawah dan sam ping bendung.
Masalah pemasukan sedimen yang berlebihan ke bangunan pengambil.

• Evaluasi Terhadap Desain


Karena pondasi bangunan diletakkan pada lapisan alluvial yang sangat tebal dan
porous, maka desain pondasi harus memperhitungkan aliran air melalui bawah pondasi
(seepage) dengan membuat panjang rayapan ali ran (creep length) yang cukup agar tidak
terjadi gejala erosi buluh (piping).
Penggunaan bahan konstruksi dari beton tanpa tulangan memerlukan pemeriksaan
pada bagian-bagian bangunan yang mungkin mengalami tegangan tarik dan
penyesuaian rancangan pada bagian sambungan bangunan (construction joint atau
siar).
Penggunaan tipe pembilas bendung biasa tidak efektif karena daerah bersih endapan
hasil pembilasan terjadi hanya di sekitar pintu bilas. Karena bangunan penangkap pasir
hanya mempunyai satu saluran pengendap sedimen, maka pasokan air ke jaringan
irigasi saat akan melakukan pembilasan harus dihentikan.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT

• Pelaksanaan Konstruksi
Berikut adalah saran-saran untuk mengatasi masalah yang timbul saat melaksanakan
konstruksi akibat kondisi tanah pondasi yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal
dan porous.

a. Membangun tanggul kerja sementara (cofferdam) yang lebih memadai dengan


kriteria:
- Tahan terhadap daya gerus aliran air.
Dapat mengurangi bocoran air pada lapisan alluvial
Struktur/komponen tanggul dapat digunakan sebagai bagian dari struktur
permanen.

Konstruksi tanggul yang disarankan dibuat dari timbunan tanah liat yang
dipadatkan dan pada bagian hulu/muka dilindungi dengan turap baja (steel street-
pile - SSP) yang dipancang cukup dalam. Turap baja dapat dipancang dengan alat

14
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

0
Vibro-hammer". Penentuan jenis dan panjang SSP memerlukan penyelidikan
geoteknik tambahan.
Sebagai alternatif, dapat digunakan konstruksi yang lebih murah namun dengan
kestabilan yang lebih rendah dengan membuat lapisan kedap air dari tanah liat
sebagai pengganti SSP.
b. Melaksanakan konstruksi dengan sistem nblok per blok" agar dapat melakukan
penggalian terbatas sesuai denga'n kebutuhan pelaksanaan dan kemampuan
peralatan dewatering. Karena itu, untuk menanggulangi masalah erosi buluh
hendaknya rancangan disesuaikan dengan ketentuan berikut:
- Melengkapi struktur tubuh bendung, tembok pangkal, sayap udik dan hilir
dengan tulangan besi agar pengecoran dapat dilakukan "blok per blok" dan
dihubungkan dengan ndowel-bar" ukuran 020-800 dengan jarak antara 0,75 m
dan plastik penyekat air (water-stop).
- Memasang turap baja atau buis beton diisi beton cyclop di bagian bawah ujung
hilir peredam energi, di bagian awal tubuh bendung, di bawah tembok pangkal
bendung memanjang di bawah setiap blok-blok pengecoran.

Jika struktur bendung diubah menjadi struktur beton bertulang, maka rib-rib penguat
tembok sayap udik, sayap hilir dan tembok pangkal bendung akan memperpanjang
garis rayapan aliran di sisi bendung. Kondisi ini akan sangat efektif dalam mencegah
bahaya erosi buluh di sisi bendung (side piping).

• Penyesuaian Rancangan Sistem Pengelakan Sedimen


Rancangan sistem pengelakan sedimen ~isesuaikan dengan cara berikut:
Bangunan pembilas bendung diganti dengan tipe pembilas bawah (undersluice).
Bangunan penangkap pasir dibuat dengan dua kompartemen agar dapat dilakukan
pembilasan secara bergantian tanpa mengganggu pasokan air ke jaringan irigasi.
Konsep usulan bangunan pembilas bawah dan bangunan penangkap pasir akan
disusulkan.

• Pemberhentian dan Penerusan Pekerjaan Beton


Struktur utama bendung, tembok pangkal, tembok pengiring hulu dan hilir adalah
beton tanpa tulangan. Karena itu, pemberhentian dan penerusan pekerjaan beton perlu
dirancang dengan cermat dan hati-hati. Stabilitas masing-masing segmen perlu
dianalisis dengan baik.
Agar hubungan antara beton baru dan beton lama kuat, hendaknya hal-hal berikut
diperhatikan.
a). Pada setiap pemberhentian satu segmen pembetonan, pada penyambungan lebih
lanjut perlu dipasang dowel-bar besi 020-800 dengan jarak antara dowel 0,75 m.
b). Saat pembetonan akan dilanjutkan, permukaan beton lama perlu dikasarkan, di
bersihkan dan diberi zat aditif pereka.~ beton baru-lama.

15
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Lanjutan Pembangunan Tembok Pangkal Bendung


Pada saat meninjau lapangan, tembok pangkal udik bendung telah dilaksanakan hingga
elevasi lebih kurang El. + 21,65 m. Sebelum melanjutkan pekerjaan struktur tembok
pangkal disarankan mengambillangkah sebagai berikut:
a. Mengasarkan permukaan beton lama dan membersihkannya.
b. Memasang angker "rock-bolt" sebagai pengganti dowel-bar yang sudah terlanjur
tidak dipasang.
c. Melapisi permukaan beton lama dengan zat perekat beton lama-baru. lni dilakukan
pada saat pembetonan akan dilanjutkan.

• Alternatif Desain
Untuk menghindari masalah di lapangan saat melakukan pengeringan dan penahapan
pekerjaan (pembagian blok-blok pelaksanaan pekerjaan), rancangan hendaknya diubah
dengan langkah sebagai berikut:

a. Mengubah struktur beton tak bertulang menjadi struktur beton bertulang praktis
untuk tubuh bendung.
b. Menerapkan struktur beton bertulang untuk tembok sayap hulu, tembok pangkal
bendung dan tembok sayap hilir bendung. Struktur ini juga diterapkan pada pilar-
pilar pintu bilas dan pengambil.
Untuk mengurangi galian, gunakan struktur pondasi buis beton yang diisi beton
cyclop. Konsep usulan alternatif desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dan
Gam bar 6, dengan data pokok desain sebagai berikut:

- Tipe bendung Bendung tetap


- Tipe pelimpah Mereu bulat R = 1,75 m
- Tipe pembilas bendung Undersluice
- Lebar Bendung 70m
- Elevasi mercu bendung El. +22,65
- Elevasi lantai hulu El. +20,65
- Elevasi lantai hilir El. + 16,65
- Elevasi am bang akhir El. + 18,15
- Elevasi puncak tembok pengiring hulu El. + 26,85
- Elevasi puncak tembok pengiring hilir El. + 24,10
- Elevasi muka air udik banjir El. +25,65
- Elevasi muka air hilir banjir El. +22,67

• Penyelidikan Tambahan
Untuk menyempurnakan rancangan bendung dan membantu pemecahan masalah
pelaksanaan konstruksi di lapangan, disarankan untuk melakukan penyelidikan
tambahan sebagai berikut
a. Penyelidikan geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan fisik tanah
pondasi dan tanah yang diperlukan untuk tanggul banjir.
b. Uji model hidraulik fisik untuk memeriksa kesempurnaan desain hidraulik dan
operasi bendung.

16
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Di samping penyelidikan di atas, untuk memantapkan desain bendung dan


menentukan tata letak tanggul penutup disarankan untuk melakukan pengukuran
geometri sungai tambahan dengan cakupan 1 Km ke arah hulu dan 1,5 Km ke arah hilir
poros bendung.

Foto 4. Pelaksanaan Konstruksi

Foto 5. Cofferdam dari Tumpukan Pasir

17
Pusat Penefitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 6. Material Dasar Sungai yang Didominasi oleh Fraksi Kerakal dan Pasir Kasar.

18
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Ii
IP
ld

19
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

20
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.4 PEMBANGUNAN BENDUNG WAY SAMAL, MALUKU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Way Samal terletak di Sungai Way Sa mal, Pulau Seram dan secara administratif
berada di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.

• Data Teknis
Bendung Way Samal dibangun pada ru~.s Sungai Way Samal bagian peralihan, dari ruas
dengan kemiringan yang curam ke ruas dengan kemiringan landai. Seperti pada sungai-
sungai lain di kepulauan jenis tektonik seperti Pulau Seram, maka ruas Sungai Way
Samal mempunyai karakteristik yang sam a dengan Sungai Way Geren sebagai berikut:
1) Sungai mengalir di atas lapisan alluvial yang sang at tebal. Lapisan alluvial terdiri
atau didominasi oleh pasir kasar dan kerakal. Ketebalan lapisan alluvial ini
diperkirakan lebih dari 15 m dengan angka koefisien permeabilitas pad a orde, k = 1o·
3 (sang at porous)

2) Aliran sungai dapat sangat deras dan alur sungai mudah berpindah-pindah (sungai
berjalin) (Foto 7)
Bendung di bangun di bantaran yang merupakan hasil endapan sedimen di tikungan
dalam sungai. Endapan sedimen yang selalu terjadi pada tikungan dalam menyebabkan
lapisan tanah pondasi di lokasi Bendung Way Samal tidak se-porous yang terdapat di
lokasi Bendung Way Geren.
Berdasarkan data yang diambil dari gambar-gambar rancangan dapat dilihat bahwa
muka air hilir relatif sangat tinggi dan lebih tinggi daripada elevasi mercu bendung.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi

Bendung Way Samal sedang dalam pelaksanaan Pembangunan Tahap II (Foto 8), di
mana dijumpai adanya potensi masalah yang perlu diperhatikan saat melaksanakan
konstruksi maupun pada saat bendung sudah dioperasikan, karena kondisi dasar sungai
yang berupa lapisan alluvial yang sang at tebal dan elevasi muka air hilir yang tinggi.

• Upaya-upaya Penanggulangan

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, lakukan upaya-upaya penanggulangan


dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Karena kondisi tanah dasar pondasi bendung berupa lapisan alluvial yang sangat tebal,
masalah yang dihadapi oleh Bendung Way Samal pada tahap pelaksanaan konstruksi,
pada tahap operasi dan pemeliharaan dapat dikemukakan sebagai berikut:

21
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

1) Pad a tahap pelaksanaan konstruksi.


Pekerjaan pengeringan lahan (dewatering) perlu diperhatikan, karena lapisan alluvial
sangat tebal. Sekalipun tidak terlalu porous, tebalnya lapisan alluvial dapat
menyebabkan besarnya volume bocoran air sehingga memerlukan pompa yang
berkapasitas cukup besar. Namun demikian, pelaksanaan pemompaan harus
dilakukan secara berhati-hati dengan memperhitungkan kemungkinan tersedotnya
butir-butir pasir di bawah tanggul kerja sementara (cofferdam) yang dapat
mengakibatkan keruntuhan tanggul.
2) Pada tahap operasi dan pemeliharaan.
Karena muka air hilir tinggi, maka rancangan bendung perlu dikaji efektivitas sistem
pengelakan sedimen dan kapasitas pengaliran bendungnya. Selain itu, karena tanah
dasar pondasi berupa lapisan alluvial yang sangat tebal, maka kajian mengenai
kemungkinan terjadinya erosi buluh (piping) yang membahayakan keamanan
bangunan perlu pula dikaji.

• Evaluasi Terhadap Rancangan


Karena pondasi bangunan diletakkan pada lapisan alluvial yang sangat tebal dan
porous, maka rancangan pondasi harus memperhitungkan aliran air melalui bawah
pondasi (seepage) dengan membuat panjang rayapan aliran (creep length) yang eukup
agar tidak terjadi gejala erosi buluh (piping).
Selain itu, raneangan bendung dengan elevasi mereu yang sangat rendah dibandingkan
dengan elevasi muka air hilir perlu dikaji, karena kapasitas pengaliran bendung dan
kemampuan sistem pengelakan sedimen meneegah sedimen dengan ukuran butir lebih
besar dari yang diijinkan masuk ke jaringan irigasi.
Penggunaan tipe pembilas bendung biasa tidak efektif karena daerah bersih endapan
hasil pembilasan terjadi hanya di sekitar pintu bilas.
Apabila akan melakukan operasi pembilasan, hentikan pasokan air ke jaringan irigasi
karena bangunan penangkap pasir hanya mempunyai satu saluran pengendap
sedimen.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Tinggikan Mereu Bendung
Mereu bendung harus di pertinggi untuk meningkatkan efektivitas sistem pengelakan
sedimen dengan eara memperbesar daya bilas bangunan pembilas bendung dan
bangunan penangkap pasir. Mereu yang lebih tinggi juga akan meningkatkan kapasitas
pengaliran bendung karena elevasi muka air hilir tinggi. Sebelum mempertinggi mereu,
lakukan analisis untuk menentukan ukuran tinggi yang optimal.

• Pelaksanaan Konstruksi
Untuk mengatasi masalah pelaksanaan konstruksi yang disebabkan oleh kondisi tanah
pondasi yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal dan porous, disarankan agar
melaksanakan konstruksi dengan sistem "blok per blok", sehingga penggalian terbatas
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dan kemampuan peralatan
dewatering. Mengingat hal ini juga untuk kebutuhan akan penanggulangan masalah
erosi buluh maka disarankan agar menyesuaikan raneangan dengan tahapan sebagai
berikut:

22
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

1) Lengkapi struktur tubuh bendung, tembok pangkal, sayap hulu ,dan hilir dengan
tulangan besi agar pengecoran dapat dilakukan "blok per blok" dan dihubungkan
dengan "dowel-bar" ukuran 020-800 dengan jarak antara 0,75 m dan sekat penahan
air (water-stop).
2) Pasang turap baja atau buis beton diisi beton cyclop di bagian bawah ujung hilir
peredam energi, di bagian awal tubuh bendung, di bawah tembok pangkal
bendung memanjang di bawah setiap blok-blok pengecoran.

Jika struktur bendung diubah menjadi struktur beton bertulang, maka rib-rib penguat
tembok sayap udik, sayap hilir dan tembok pangkal bendung akan memperpanjang
garis rayapan aliran di sisi bendung. Kondisi ini akan sangat efektif untuk mencegah
bahaya erosi buluh di sisi ben dung (side piping).

• Penyesuaian Rancangan Sistem Pengelakan Sedimen


Rancangan sistem pengelakan sedim.~n hendaknya disesuaikan dengan langkah
berikut:
1) Bangunan pembilas bendung dig anti dengan tipe pembilas bawah (undersluice).
2) Bangunan penangkap pasir dibuat dengan dua kompartemen agar dapat
melakukan pembilasan secara bergantian tanpa mengganggu pasokan air ke
jaringan irigasi.

• Pembuatan Tembok Pengarah Aliran


Lengkapi bendung dengan tembok pengarah aliran di sebelah udik berupa tongkat
hoki (hockey stick). Tembok pengarah .. diperlukan untuk menghadapi kemungkinan
masalah:

1) Berpindah-pindahnya alur sungai di hulu bendung, dan


2) Aliran menyusur tanggul penutup yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanggul penutup.

• Usulan Perubahan Rancangan


Konsep usulan perubahan rancangan dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8, dengan data
pokok rancangan sebagai berikut:
a). Tipe bendung Bendung tetap
b). Tipe pelimpah Mereu bulat R = 1,75 m
c). Tipe pembilas bendung Undersluice
d). Lebar Bendung 85m
e). Elevasi mercu bendung El. + 50,00
f). Elevasi lantai udik El. +47,00
g). Elevasi lantai hilir El.+42,50
h). Elevasi ambang akhir El. +43,50
i). Elevasi puncak tembok pengiring udik El.+54,00
j). Elevasi puncak tembok pengiring hilir El. + 52,00
k). Elevasi muka air hulu banjir El. + 51,35

23
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Penyelidikan Tambahan
Untuk menyempurnakan rancangan bendung dan membantu memecahkan masalah
ketika melaksanakan konstruksi di lapangan, lakukan penyelidikan tambahan berikut:
1) Selidiki geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan fisik tanah pondasi
serta tanah yang diperlukan untuk tanggul banjir.
2) Uji model hidraulik fisik untuk memeriksa kesempurnaan rancangan hidraulik dan
operasi bendung.
Di samping penyelidikan di atas, untuk memantapkan rancangan bendung dan
menentukan tata letak tanggul penutup disarankan untuk melakukan pengukuran
geometri sungai tambahan dengan cakupan 1 Km ke arah hulu dan 1,5 Km ke arah hilir
poros bendung.

Foto 7. Sungai Way Samal dan Bangunan Pengambil Bebas Lama.

Foto 8. Pelaksanaan Konstruksi.

24
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

z ~
<
::r::
<
co
:::>
0:::
r.l
a..
z
j
:::>
en
:::>

41"1!• )!_

1
1
Iii
E
ltl
V1
>-
ltl
s:
Cl
c
::::1
-o
cQ)
co
..c
::::1
..0
::::1
I-
..c
ltl
cQ)
0
....:
...ftl
,g
E
ftl
\.!'

25
r' ~· sor ·~ •••l
.-~,

roo-r·ooroor·oor·jtt~JJ!ll • :.sw L - -11 = -T -3~------~--------


··~
, -0(>0-

• noo~ ~~~,~
~-z~ zzq.z11.zz.;~zz9c
::- ------- ---------
· «~~
··.· .·."r~
,- ix·,
--------- ---- . . :-:>:- .0if:>. ' 8
••• 00

•41 00

~
g_
c3.... ~60

~ L. 261.\-.J.--e.oe?____j 12 ~-
~ OIPAS.UIC RAPAT DAN DUSI 8~ CYCLOP
§
..
t!WNGAII I - I

l
l
~
t:
USULAN PERUBAHAN

Gambar 8 . Potongan Memanjang Melalui Tubuh Bendung Way Sa mal.


~
~....
"'~
Q..
10
N
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.5. PERBAIKAN BENDUNG KOBE, MALUKU UTARA

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Kobe terletak di Sungai Jira dan secara administratif berada di Provinsi Maluku
Utara.

• Data Teknis
Bendung Kobe dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku Utara - Bagian Proyek Halmahera
Tengah Selatan untuk menyediakan air yang sangat dibutuhkan oleh para petani di
Daerah Transmigrasi Kobe, terutama untuk Satuan Permukiman 1 (SP 1) dan SP 2.
Bendung Kobe direncanakan untuk mengairi daerah irigasi di sisi kanan bendung seluas
657 hektar dan daerah irigasi di sisi kiri bendung seluas 342 hektar.
Di samping Bendung Kobe, Proyek lrigasi Maluku Utara saat ini juga sedang
merencanakan Bendung Kobe Kiri yang akan di bangun pada ruas Sungai Jira pada
lokasi lebih kurang 5 Km di hulu Bendung Kobe. Bendung Kobe kiri diharapkan dapat
mengairi daerah irigasi yang terletak di SP 3 seluas 532 hektar. Daerah irigasi tersebut
berada di sisi kanan Bendung Kobe.
Data pokok Bendung Kobe:
1) Situasi bendung dan jenis bendung
a) Bendung dibangun di ruas sungai bagian hilir. Lebar sungai di lokasi rencana
bendung lebih kurang 30 m dengan tinggi tebing 1,5 sampai 2 m. Material dasar
sungai didominasi oleh fraksi kerikil dan pasir kasar. Sedangkan tebing sungai
didominasi oleh lempung pasiran yang mudah tergerus. Lokasi Bendung Kobe
terletak di ujung hilir berbatasan dengan SP 3.
b) Jenis bendung: Bendung Tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe
Vlugter.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis Mereu bulat satu jari-jari dengan R = 1,0 m
b) Elevasi mercu El. +118,39 m
c) Lebar pelimpah 28,60 m
3) Peredam energi
a) Jenis Vlugter
b) Jari-jari, R 4,50m
c) Elevasi lantai El. +113,39 m
d) Panjang lantai "" 4,00m
e) Elevasi ambang hilir El. +114,65 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas kiri
a) Lebar bangunan pengambil, 1,00 m
b) Elevasi am bang El. + 116,39 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00 m
e) Elevasi lantai pembilas El. +116,39 m
f) Lebar pilar pembilas 1,20 m

27
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

5) Bangunan pengambil dan pembilas kanan


a) Lebar bangunan pengambil 1,60 m
b) Elevasi am bang El. + 116,99 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00 m
e) Elevasi lantai pembilas El. + 116,39 m
f) Lebar pilar pembilas 1,20 m
6) Struktur bangunan
Memanfaatkan material yang mudah didapat di lapangan, maka Bendung Kobe
direncanakan menggunakan struktur utama beton siklop

Data pokok Bendung Kobe Kiri I Bendung Jira:


1) Situasi bendung dan jenis bendung
a) Bendung Kobe Kiri menurut rencana akan dibangun pada ruas sungai peralihan
antara ruas sungai bagian hulu dengan ruas sungai bagian tengah. Seperti pada
ruas-ruas sungai peralihan lainnya yang mengalir di atas ali ran alluvial, maka alur
sungai cenderung berpindah sehingga Iebar palung sungai di lokasi Bendung
Kobe Kiri relatif lebih Iebar dari pada ruas sungai di rencana Bendung Kobe. Lebar
sungai lebih kurang 45 m dengan tinggi tebing sungai 1,5 - 2 m. Material dasar
sungai didominasi oleh kerakal, kerikil dan pasir kasar.
b) Jenis bendung: Bendung Tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe
Vlugter.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis mercu Mereu bulat dengan satu jari-jari,
R;=2,00 m
b) Elevasi mercu El. +131,18 m
c) Lebar pelimpah 54,00 m
3) Peredam energi
a) Jenis Peredam energi jenis Vlugter
b) Elevasi lantai El. +125,87 m
c) Panjang lantai 5,05m
d) Elevasi am bang akhir El. +126,32 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas
a) Lebar pengambil 0,60m
b) Elevasi am bang El. + 129,48 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00m
e) Lebar pilar 2,00m
f) Elevasi lantai bilas El. + 125,98 m
5) Struktur bangunan
Memperhatikan gam bar desain yang ada, Bendung Kobe Kiri direncanakan akan
dibangun dengan menggunakan struktur utama pasangan batu kali.

28
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Lokasi Bendung Kobe terletak di ruas bag ian hilir Sungai Jira. Untuk mengarahkan ali ran
sungai menuju bendung diperlukan tanggul penutup sebelah kanan sepanjang lebih
kurang 1,5 km dan tanggul penutup sebelah kiri dengan panjang lebih kurang 800 m.
Tanggul penutup sebelah kanan akan menyusur tebing sungai dan masuk ke wilayah
SP3.
Sehubungan dengan lokasi Bendung Kobe yang terletak di sebelah hilir SP 3 dengan
tanggul penutup sebelah kanan yang panjang, maka lahan di wilayah SP 3, yang
terletak di sebelah kanan sungai, tidak dapat diairi, padahal Bendung Kobe Kiri yang
direncanakan untuk mengairi lahan di SP 3 masih dalam tahap desain. Kondisi ini
dikhawatirkan akan menimbulkan kecemburuan sosial dari warga di SP 3 terhadap
warga di SP 1 dan SP 2.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadap!,. akan dilakukan upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dasar Sungai Jira di daerah lokasi
bendung berupa lapisan alluvial yang tebal dengan material dasar yang didominasi
oleh kerakal, kerikil dan pasir kasar. Penampang palung sungai Iebar dan kedalaman
ali ran relatif dangkal, dengan alur utama ali ran sungai yang berpindah-pindah. Porositas
lapisan alluvial ini cukup tinggi dengan angka rembesan antara 1o-2 - 1o- 3 cm/s.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat tentang kondisi aliran sungai
diketahui bahwa Sungai Jira pada waktu banjir membawa angkutan sedimen yang
tinggi dan sampah padat berupa batang-batang pohon dalam jumlah yang cukup
besar.
Dengan kondisi sungai yang demikian, maka desain bendung perlu mengantisipasi
masalah-masalah yang akan dihadapi, antara lain dengan membuat tanggul penutup
untuk mengarahkan aliran sungai menuju bendung dan mencegah terjadinya gejala
ali ran buluh (piping) dengan membuat l~ntai hulu dan dinding sekat (cut off wall) untuk
memperbesar panjang rayapan aliran (creep length) melalui tanah pondasi. Selain itu
untuk pelaksanaan konstruksi perlu diantisipasi terjadinya aliran rembesan yang besar
pada waktu penggalian.

• Evaluasi Terhadap Desain


Desain bendung masih memerlukan pengkajian yang lebih mendalam berkaitan
dengan sistem pemasokan air untuk daerah irigasi di SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan
menggunakan Bendung Kobe dan Bendung Kobe Kiri. Penentuan lokasi bendung perlu
dikaji sehubungan dengan efisiensi sistern dan kondisi sungai di lokasi bendung.

29
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Untuk mengefektifkan kinerja bendung, desain bendung perlu disempurnakan dengan


pembuatan tanggul penutup untuk mengarahkan aliran sungai, konstruksi pondasi
untuk pencegahan terjadinya gejala ali ran buluh, dan peredam energi yang efektif.
Selain itu, desain bendung juga harus mengantisipasi angkutan sedimen sungai yang
tinggi dengan membuat bangunan pembilas bendung dan saluran penangkap sedimen
yang efektif, serta mengantisipasi terbawanya batang-batang pohon oleh aliran sungai
dengan membuat bangunan-bangunan pengaman yang diperlukan.
Penggunaan tipe pembilas bendung biasa tidak efektif karena daerah bersih endapan
hasil pembilasan terjadi hanya di sekitar pintu bilas.
Bangunan penangkap pasir yang hanya mempunyai satu saluran pengendap sedimen
mengharuskan penghentian pasokan air ke jaringan irigasi apabila akan dilakukan
operasi pembilasan.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT

• Sistem Pemasokan Air


Berikut adalah saran-saran untuk mengefisienkan dan mengamankan sistem
pemasokan air ke daerah irigasi di SP 1, SP 2, dan SP 3:
a) Setelah memperhatikan desain Bendung Kobe dan Bendung Kobe Kiri yang
lokasinya hanya berjarak ± 5 km, maka akan lebih efisien dan akan dapat
memecahkan masalah sosial yang mungkin timbul apabila sistem pemasokan air ke
daerah irigasi di SP 1, SP 2, dan SP 3 hanya menggunakan satu bendung.
Berdasarkan pengamatan lapangan, lokasi yang cukup baik untuk membuat
bendung baru dimaksud adalah di lokasi lebih kurang 1,0 Km di hulu Bendung Kobe
Kiri.
b) Keuntungan yang akan diperoleh dengan menggunakan satu bendung tersebut,
disamping efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi, juga efisiensi dalam operasi dan
pemeliharaan.
c) Dengan memilih lokasi yang tepat dan perencanaan yang baik, bendung yang
direncanakan diperkirakan juga dapat mengairi daerah irigasi kanan Bendung Slowe
seluas ± 208 Ha.
d) Namun demikian perlu dipertimbangkan juga bahwa konsekuensi mengubah sistem
pemasokan air, dari yang semula menggunakan dua bendung menjadi hanya
menggunakan satu bendung untuk melayani seluruh daerah irigasi adalah perlunya
dibuat rancangan bendung baru.
e) Memperhatikan kondisi morfologi Sungai Jira di sekitar lokasi bendung baru, yang
merupakan peralihan dari ruas sungai bagian hulu ke ruas sungai bagian tengah,
maka lokasi bendung yang dipilih termasuk di dalam ruas sungai bagian hulu, agar
alur ali ran utama sungai relatif stabil.

• Kriteria Desain Bendung Baru


Dalam mendesain bendung yang baru perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Bendung baru akan dibangun di atas lapisan alluvial yang diperkirakan cukup tebal.
Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan penyelidikan geoteknik yang memadai
agar mendapatkan parameter fisik dan teknik lapisan tanah pondasi. Jika bor inti

30
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

tidak dapat dilakukan maka penyelidikan geoteknik minimal yang perlu dilakukan
adalah penyelidikan geolistrik yang dikombinasikan dengan pembuatan sumur uji.
b) Rancangan pondasi bendung dapat dibuat berdasarkan parameter fisik dan teknik
tanah pondasi. Namun demikian desain pondasi ini perlu dikaji ulang pada saat
penggalian pondasi telah dilaksanakan.
c) Hasil pengamatan visual di lapang.!!n terhadap singkapan tanah dan batuan di
sekitar lokasi rencana bendung menyatakan bahwa kondisi geologi lokasi terdiri dari
tanah penutup setebal 1 - 3 m, yang meliputi jenis tanah lempung, lanau, pasir hal us
warna coklat yang diikuti dengan lapisan batupasir lempungan, bersifat padat,
koefisien rembesan berkisar pada k = 1Q-4 - 1a-s cm/s dengan ketebalan 2 - 3 m.
Perlu diwaspadai bahwa apabila bendung diletakkan di palung sungai, maka ada
kemungkinan pondasi bendung akan duduk di atas lapisan alluvial yang tebal, yang
terdiri dari koral, kerikil, dan kerakal yang mempunyai nilai koefisien rembesan 1o- 2 -
1o-3 cm/s. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesulitan pada waktu mengerjakan
konstruksi.
d) Mereu bendung dan peredam energi perlu dirancang dengan meperhatikan
kemungkinan angkutan sedimen dasar sungai yang cukup tinggi dan batang-
batang pohon yang terbawa aliran sungai. Karakteristik ini perlu diperhatikan dalam
menentukan jari-jari mercu pelimpah dan kekuatan mercu bendung.
e) Ketika membuat rancangan peredam energi perhatikanlah degradasi dasar sungai
yang diakibatkan oleh kondisi morfologi sungai maupun oleh eksploitasi material
dasar sungai saat menambang bahan galian C.
f) Agar angkutan muatan sedimen dasar tidak masuk ke bangunan pengambil,
bendung perlu dilengkapi dengan bangunan pembilas bawah.
g) Mengingat tingginya angkutan sedimen pada waktu banjir, bendung perlu
dilengkapi dengan bangunan penangkap pasir yang dirancang dengan
memperhitungkan kebutuhan tinggi tekan untuk pembilasan secara hidraulik.
h) Untuk mendapatkan rancangan peredam energi yang efektif, ujilah model hidraulik
dua dimensi di saluran kaca di laboratorium.
i} Sambil menunggu pembuatan rancangan bendung maka kontraktor disarankan
untuk mulai mempersiapkan dan "membuat saluran pengelak. Konsep desain
hidraulik Bendung Kobe yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 9 dan
Gambar 10.

31
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

r
I

I
;;
f

32
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

. ~
:::::::: ~:::~:

Q)
..c
0
~
Cl
c:
::J
"'C
c:
Q)

~
co
Cl
c:

~
j ~
~
<
"'
·c-
"'Q)
E
::2:
c:

I2 "'Clc:

---1 0
.....
0
Cl.

....
0
ftl
..Q
E
ftl
\!1

33
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.6. PERBAIKAN BENDUNG TUTILING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA, MALUKU


UTARA

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Tutiling terletak di Sungai Tutiling di Propinsi Maluku Utara.

• OataTeknis
Bendung Tutiling dibangun untuk mengairi daerah irigasi yang terletak di Permukiman
Transmigrasi. Untuk meningkatkan kinerja bendung, telah dilaksanakan pekerjaan
pelapisan tubuh bendung, yang terbuat dari susunan bronjong, dengan beton
bertulang.
Data pokok bendung:
1) Situasi bendung, jenis bendung dan debit banjir rencana
a) Bendung di bangun di sungai pada posisi ± 50 m di hilir tikungan sungai yang
cukup tajam.
b) Jenis: bendung tetap dengan lantai hulu dan peredam energi tipe lantai datar
dengan ambang akhir.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis mercu ambang Iebar
b) Elevasi mercu El. +22,357 m
c) Panjang mercu 45m
d) Lebar mercu 2,60m
3) Peredam energi
a) Peredam energi lantai datar dengan am bang akhir
b) Elevasi lantai El. + 18,357 m
c) Panjang 14,0 m
d) Elevasi am bang akhir El. + 18,857 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas kiri
a) Lebar pengambil 1,0m
b) Elevasi am bang El. +21,257 m
c) Jenis pembilas pembilas biasa dengan pintu tunggal
d) Lebar pembilas 2,0m
e) Lebar pilar 0,80m
f) Elevasi lantai pembilas El. +20,357 m
5) Bangunan pengambil dan pembilas kanan
a) Lebar pengambil 1,0 m
b) Elevasi ambang El. +21,257 m
c) Jenis pembilas pembilas biasa dengan pintu tunggal
d) Lebar pembilas 2,0 m
e) Lebar pilar 0,80 m
f) Elevasi lantai pembilas El. +20,357 m

34
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

6) Struktur bangunan
a) Bendung dan peredam energi ronjong batu dengan permukaan dilapis
dengan beton bertulang
b) Bangunan pelengkap lain : pasangan batu kali
7) Morfologi sungai
Bendung dibangun pada ruas sungai peralihan dari ruas sungai bagian hulu yang
curam ke ruas sungai bagian tengah dengan kemiringan dasar yang lebih landai.
Dasar sungai didominasi oleh fraksi kerakal, kerikil dan pasir kasar.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Untuk meningkatkan kinerja bendung, struktur bronjong pada tubuh bendung diberi
lapisan beton bertulang. Pada musim banjir yang baru lalu, tubuh bendung yang baru
direhabilitasi ini hancur. Bagian-bagi~.n bendung yang tersisa hanya bangunan-
bangunan pelengkap yang terdiri tembok pangkal, tembok sayap hulu dan hilir,
bangunan pengambil dan pembilas bendung bagian kanan dan kiri serta lantai udik
bendung. Kerusakan Bendung Tutiling telah mengakibatkan lahan persawahan subur
yang mendapat pasokan air dari bendung ini menghadapi masalah kekeringan.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah yang dihadapi akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan
Kondisi pada saat melakukan peninjauan lapangan :
1) Situasi bendung dan morfologi sungai
Bendung Tutiling dibangun pada ruas peralihan dari ruas sungai bagian hulu ke ruas
sungai bagian tengah. Di hulu bendung, palung sungai relatif sempit dengan tebing
sungai yang tegas dan tinggi. Ruas sungai bagian hilir bendung adalah tipikal ruas
sungai yang mengalir di atas endapan alluvial yang tebal. Palung sungai relatif Iebar
dengan alur sungai yang cenderung berpindah-pindah.
Dari sisi morfologi sungai, penempatan bendung dapat dikatakan sudah cukup baik,
walaupun agak terlalu dekat dengan tikungan sungai di udik bendung. Kondisi ini
mengakibatkan aliran utama selalu berada di sisi kiri bendung yang terletak di sisi
luar tikungan sungai. Pada sisi kanan di hulu bendung cenderung terjadi endapan
sedimen dan akan mengganggu pengambilan air di sisi kanan bendung. Material
dasar sungai di hilir bendung dapat dilihat pada Foto 9 yang diambil pada saat
peninjauan lapangan.
2) Kondisi Bendung Tutiling
a) Mereu pelimpah, tubuh bendung dan peredam energi telah hancur dan hanyut
terbawa aliran sungai. Kemungkinan besar hal ini terjadi akibat erosi buluh yang
sangat intensif sehingga membuat gerowongan-gerowongan yang terjadi di
bawah bendung. Selanjutnya tubuh bendung turun, retak dan patah. Pada

35
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

kondisi ini stabilitas tubuh bendung sangat rendah dan mudah hanyut. Kondisi
sisa-sisa bangunan dapat dilihat pad a Foto 10 pad a saat peninjauan lapangan.
b) Bangunan pengambil, bangunan bilas, tembok pangkal bendung, sayap hulu
dan hilir masih berdiri. Namun demikian kualitas pasangan batukali yang ada
sangat rendah. Retakan-retakan mulai terlihat pada tembok pangkal dan tembok
sayap hilir bangunan seperti ditunjukkan pada Foto-foto peninjauan lapangan
(Foto 11 dan Foto 12). Lantai pangkal bendung sisi kiri mengalami masalah
amblasan yang kemungkinan disebabkan oleh pemadatan yang kurang baik atau
erosi buluh yang terjadi di bawah struktur tembok tersebut. Bila memperhatikan
material di lokasi bendung yang didominasi oleh kerikil dan pasir kasar yang
mudah dipadatkan, maka kemungkinan terbesar penyebab amblasan adalah
erosi buluh.

3) Saluran irigasi dan persawahan


Kerusakan Bendung Tutiling telah mengakibatkan saluran induk dan saluran
sekunder menjadi tidak terpelihara. Sebagian lahan ditanami dengan tanaman
kacang-kacangan dan jagung yang tidak terlalu banyak memerlukan air. Para petani
yang dapat ditemui sangat mengharapkan agar bendung dapat segera diperbaiki
sehingga lahan-lahan persawahan dapat ditanami padi lagi dan fungsi daerah ini
sebagai lumbung padi Propinsi Maluku Utara dapat dipulihkan.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi


Hasil pengamatan terhadap kondisi bendung menunjukkan beberapa hal yang
berkaitan dengan rancangan dan pelaksanaan konstruksi bangunan bendung sebagai
berikut:
1) Posisi penempatan bendung di sungai masih agak dekat dengan tikungan di
sebelah hulu, sehingga ali ran utama sungai mengarah ke sebelah kiri palung sungai.
Akibat lebih jauh adalah di sebelah kanan terjadi endapan yang mengganggu
masuknya air ke pengambilan sebelah kanan.
2) Ambruknya bangunan tubuh bendung dan peredam energi, diperkirakan sebagai
akibat terjadinya gerowongan pada tanah fondasi di bawah tubuh bendung. Hal ini
akibat adanya aliran buluh yang cukup besar, juga mengindikasikan kurang
sempurnanya desain bangunan pengendali aliran bawah (seepage), yang antara lain
berupa lantai hulu.
3) Keretakan bagian bangunan yang masih berdiri, seperti tembok pangkal bendung
dan tembok sayap, mengindikasikan bahwa rancangan bangunan dan/atau kualitas
konstruksi pasangan batu yang digunakan tidak cukup baik.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Karena kerusakan yang dialami Bendung Tutiling sangat parah dan dampak kerusakan
terhadap produktifitas Daerah lrigasi Tutiling sangat serius, maka disarankan agar masalah
yang mencakup penanganan jangka pendek dan penanganan jangka panjang diatasi
dengan cara seperti diuraikan di bawah ini.

36
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Penanganan Jangka Pendek

a) Agar Daerah lrigasi Tutiling tidak menghadapi problema kekeringan yang terlalu
panjang, maka diperlukan rekayasa untuk membantu penyadapan air sungai ke
bangunan pengambil I saluran induk yang ada. Rekayasa darurat ini setidaknya
perlu berfungsi selama musim tanam tahun 2004 dan 2005.
b) Karena kondisi bendung yang tersisa dan bangunan pelengkap yang secara teknik
kurang memadai untuk ditingkatkan menjadi bendung permanen dan waktu yang
tersisa untuk segera mengalirkan air ke daerah irigasi tidak memadai, bagian-bagian
bendung yang saat ini masih tersisa sebagai bendung darurat I sementara dapat
dimanfaatkan agar lebih menguntungkan.
c) Aliran Sungai Tutiling yang cukup deras dan terkonsentrasi di satu sisi bendung,
memerlukan suatu struktur fleksibel I lentur namun cukup kuat untuk menahan
gaya-gaya hidrodinamik dan benturan batang-batang pohon yang terbawa aliran
sungai pada musim hujan.
d) Untuk menyesuaikan dengan karakteristik Sungai Tutiling dan waktu yang tersedia,
maka disarankan untuk menerapkan bendung darurat dengan struktur utama blok-
blok beton terkunci muka air SungaiTutiling naik. Gambar desain bendung darurat
Tutiling dapat dilihat pada Gambar 11.

• Penanganan Jangka Panjang

SID (Survei, lnvestigasi, dan Desain) yang baik diperlukan di lokasi yang dipilih dan
mudah disesuaikan dengan jejaring irigasi yang telah ada untuk mendapatkan
rancangan bendung yang handal, sesuai dengan karakteristik dan kondisi geoteknik
Sungai Tutiling,. Karena itu, secara garis besar dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
a) Untuk mengurangi kemungkinan aliran terkonsentrasi di satu sisi dan memberi
kemungkinan untuk pembuatan saluran pengelak, maka disarankan untuk
meletakkan bendung permanen ± 100 m di hilir bendung yang ada. Penempatan
bendung di lokasi ini akan memudahkan penyambungan bangunan pengambil ke
saluran induk yang ada.
b) Bendung dibangun di atas lapisan alluvial yang diperkirakan cukup tebal. Karena itu,
diperlukan penyelidikan geoteknik yang memadai untuk mendapatkan parameter
fisik dan geoteknik lapisan tanah pondasi.
c) Mereu bendung dan peredam energ!, hendaknya dirancang dengan memperhatikan
angkutan sedimen dasar sungai, batang-batang pohon yang terbawa aliran saat
banjir dan kemungkinan degradasi dasar yang diperkirakan tidak kurang dari 1,5 m.
d) Bendung hendaknya dilengkapi dengan bangunan pembilas bawah agar angkutan
muatan sedimen dasar tidak masuk ke bangunan pengambil.
e) Pada saat meninjau lapangan, debit sungai tidak terlalu besar. Pada kondisi ini
secara visual kondisi aliran sungai jernih. Namun demikian bila memperhatikan
kondisi material dasar sungai, disarankan untuk melengkapi bendung dengan
bangunan penangkap pasir (sandtrap). Karena itu, ketika menentukan elevasi mercu
bendung perhatikan kebutuhan tinggi tekan hidraulik yang diperlukan untuk
membilas endapan sedimen di penangkap pasir secara hidraulik.

37
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Untuk menunjang kegiatan SID, ujilah model hidraulik di laboratorium untuk


mendapatkan rancangan hidraulik bendung dan bangunan-bangunan pelengkap
yang baik.

Foto 9. Material Dasar Sungai di Hilir Foto 11. Amblasan di Tembok Pangkal Kanan
Bendung.

Foto 10. Kondisi Sisa Bagian Kiri Bendung Foto 12. Retakan pada Tembok Pangkal Kanan.
Tutiling

38
f Karel lebal1 ,5 em atau HOPE Geomembranes

i
/+22.61

+20.36
.~ Susunan blok bem

Rip-rap balu • > 0,4 m


I +1B.oo
-~
=tP--~ 1
:r
1: .../ /

Bui: beD! • o.4 mtiap 2 I '


_I

atau ~ ' , lantai kerja, bail kali +> 0,2 m


cerucuk L = 3 mdipasang 2 baris liap 0,5 m ~
~
~

~
)>
1:4

~
Gam bar 11. Potongan Memanjang Ben dung Darurat Tutiling. ~
e;·

~
~.
~
e;·
~
w
§
\Q
\0
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.7. PERBAIKAN BENDUNG DAERAH IRIGASI AIRSELAGAN, BENGKULU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Air Selagan (Foto 13) terletak di Sungai Air Selagan yang secara administratif
berada di Dusun Sungai. lpuh, Desa Pondok Baru, Kecamatan Teras Terunjam,
Kabupaten Mukomuko, Propinsi Bengkulu.

• Data Teknis
Data pokok bendung:
1) Umum
a. Luas areal Potensial 556 ha dan fungsional480 ha.
b. Petani Penggarap 850 KK
c. Sumber air Sungai Selagan.
2) Data teknis
d. Luas cathment area 167 km 2
e. Debit rata-rata tahunan 36,8 m 3/s
f. Debit maksimum 172,62 m 3/s
g. Debit minimum 12,6 m 3/s
h. Lebarbendung 50m
i. Intake 1 unit
j. Type mercu Bulat
k. Elevasi Mereu +253m
I. Elevasi derzeek +256m
m. Elevasi lantai muka +251m
n. Elevasi lantai olakan +247m
0. Elevasi tanggul hilir +253,3 m
p. Elevasi sawah tertinggi +252,3 m

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Peninjauan awal menunjukkan data kerusakan Bendung Air Selagan akibat banjir yang
terjadi pad a tanggal4, 5, dan 6 Januari 2004 (Foto 14 dan Foto 15) yaitu sebagai berikut:
- Debit banjir 458 m 3/s.
- Tebing sungai sebelah kiri mengalami kerusakan sepanjang 65 m.
- Timbunan tanggul penutup jebel selebar 30 m.
- Pelapis saluran putus sepanjang 25 m.
- Tanggul penutup bendung tergerus sepanjang ± 97m dengan jarak ke as
bendung ± 23 m.
- Dasar sungai sebelah kiri di hilir ruang olakan tergerus sepanjang ± 8 m.
- Dihulu mercu bendung terjadi endapan sedimen setebal ± 1,5 m.
- Areal kiri seluas 40 ha tidak mendapat air dan areal kanan seluas 516 ha kekurangan
air.

40
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Jika kerusakan tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan dampak kerusakannya akan
lebih parah, misalnya sayap bendung sebelah hulu dan hilir bagian kiri tergerus, serta
mempengaruhi kestabilan tubuh bendung.

• Upaya-upaya Penanggulangan
perbaikan tanggul sungai sepanjang 65.rn, timbunan tanggul penutup sepanjang 30m
dan pelapis saluran sepanjang 25 m dengan kebutuhan dana tanggap darurat sebesar
Rp 289.466.000,- telah direncanakan.
Dalam tahun anggaran 2004 program perbaikan bendung dan rehabilitasi jaringan
utama beserta bangunan-bangunan pelengkapnya yang diharapkan akan menjamin
pasokan air irigasi untuk areal kiri maupun kanan akan dilanjutkan sehingga
swasembada pangan akan dapat dipertahankan, mengingat Dl (Daerah lrigasi) Air
Selagan Sungai lpuh merupakan lumbung padi andalan untuk Kabupaten Mukomuko.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Data banjir maksimum rencana sebesar 172,62 m 3/s, yang diperoleh pada waktu
peninjauan lapangan yang nilainya jauh lebih kecil dibanding dengan hasil perkiraan
banjir yang terjadi sebesar 458 m3 /s, memastikan bahwa penyebab kerusakan adalah
debit banjir yang terjadi jauh melebihi debit banjir rencana yang digunakan dalam
rancangan.

• Evaluasi Terhadap Desain


Setelah memperhatikan kenyataan yang menunjukkan adanya perbedaan yang sangat
besar antara debit banjir rencana yang digunakan dalam desain dengan perkiraan debit
banjir yang terjadi pada Januari 2004, dapat dikemukakan dua kemungkinan: pertama,
penentuan debit banjir rencana dalam desain yang tidak tepat, atau kedua telah terjadi
perubahan luar biasa pada catchment area sehingga terjadi peningkatan debit banjir
yang sangat besar.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


a. Membuat tanggul darurat dari bronjong kawat untk menghindari kerusakan tubuh
bendung dalam menghadapi kejadian banjir dalam waktu dekat.
b. Saluran induk Selagan Kiri agar secepatnya diperbaiki untuk mengairi sawah seluas 40
ha.
c. Dicari kemungkinan untuk memperlebar bendung yang semula 50 m menjadi 85 m
dengan asumsi debit banjir Q = 600 m 3/s dapat tertampung melewati bendung.

41
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 14. Gerusan yang Terjadi d i Bawah Tangga Dekzerk Akibat Banjir.

42
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 15. Kondisi Sawah yang Terkikis oleh Banjir.

43
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.8. PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BENDUNG-BENDUNG Dl PULAU BURU DAN


PULAUSERAM,MALUKU

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
a) Pulau Buru
a-7 J Intake Bebas Geren
Terletak di Sungai Way Geren yang secara administratif berada di Desa Way
Geren, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
a-2) Bendung Geren
Terletak di Sungai Way Geren yang secara administratif berada di Desa Way
Geren, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
a-3) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten
Terletak di Saluran lnduk Meten yang secara administratif berada di Desa
Waekarta, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
b) Pulau Seram
b-7 J Intake Bebas Samal
Terletak di Sungai Way Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
b-2) Bendung Samal
Terletak di Sungai Way Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
b-3) Bendung Matakabo
Terletak di Sungai Way Mataka yang secara administratif berada di Desa
Matakabo, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bag ian Timur, Propinsi Maluku.
b-4) Bendung Akebobo
Terletak di Sungai Way Akebobo yang secara administratif berada di Desa
Namto, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.
b-5) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Matakabo
Terletak di Saluran lnduk Matakabo yang secara administratif berada di Desa
Matakabo, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.

b-6) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Sa mal


Terletak di Saluran lnduk Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.

• Data Teknis
a) Pulau Buru
Luas wilayah Pulau Buru mempunyai adalah 9247 km 2; penduduknya berjumlah
131.744 jiwa; iklim: musim hujan Desember-Mei; musim kemarau Juni-November;
curah hujan per tahun 1000 - 3000 mm rata-rata 1688 mm; suhu udara 26°- 30° C.
Daerah irigasi dibangun sejak tahun 1980 di DAS Way Apu dengan luas keseluruhan
5.222 ha (Gambar 12) yang mencakup:
- D I Way Bini 396 ha (1992 s.d 1994)

44
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

D IWayMeten 2.020 ha (1990 s.d 1994)


D I Way Geren 750 ha (1992 s.d 1994)
D I Way lata 931 " ha (1990 s.d 1994)
D I Way Leman 625 ha (1995 s.d 1996)
D IWayTele 90 ha (1990 s.d 1995)
200 ha (2005)
D IWaylo 300 ha

Potensi daerah irigasi:


Dl Geren 300 ha (kanan)
1360 ha (kiri)
Dl Apu Atas 2000 ha (kiri)
2000 ha. (kanan)

45
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

u
1..
j'
7

11.1< I<AYELI

Gambar 12. Daerah irigasi di DAS Way Apu, Pulau Buru.

46
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

a- 1) Intake Bebas Geren


Sungai Way Geren yang merupakan anak sungai Way Apu mengalir di atas
lapisan alluvial yang sangat tebal. yang didominasi oleh pasir kasa r sampai
kerakal dengan ketebalan lebih dari 15,0 m. AI iran sungai sangat deras dan alur
sungai mudah berpindah-pinda·h.
Maksud dibangunnya intake Bebas Geren di Sungai Way Geren (Foto 16) pada
tahun 1980-an adalah untuk menyadap aliran sungai guna mengairi lahan
seluas 750 ha. Bangunan intake ditempatkan di tikungan luar ali ran sebelah kiri
sungai, terdiri atas dua pintu dengan Iebar masing-masing pintu 1,50 m dan
pilar penempf!tan pintu selebar 0,60 m.
Karena terjadi penurunan dasar sungai maka aliran sungai tidak dapat disadap
secara gravitasi ke saluran induk, dan untuk mengatasinya, dibangun ambang
bronjong (Foto 17) dengan t inggi sekitar satu meter di palung sunga i .

Foto 16. Bangunan Intake Bebas Geren.

Foto 17. Ambang Bronjong Peninggi Muka Air Sungai.

47
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

a-2) Bendung Geren


Bendung Geren dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku - Bagian Pelaksana lrigasi
Buru dengan kontraktor PT. Atamari Jaya Perkasa, dengan penempatan pada
sudetan sungai. Pelaksanaan pembangunan sudah mencapai tiga tahap: Tahap
I Tahun Anggaran 2003, Tahap II Tahun Angaran 2004, Tahap Ill Tahun
Anggaran 2005.
Data pokok bendung:
- Luas DAS Way Geren 41 0 km 2
- Panjang sungai Way Geren 54,5 km
- Luas areal irigasi potensial 5.660 ha
- Jenis bendung bendung tetap - beton K125
- Tipe mercu mercu bulat R =1,75 m
- Tubuh bendung udik miring 3:1, hilir miring 1:1
- Lebar total bendung 70 m
- Ketinggian mercu bendung +22,65 m
- Ketinggian tembok pangkal +26,85 m
- Ketinggian tembok pengiring hilir +24,10 m
- Ketinggian muka air udik rencana +25,65 m
- Ketinggian muka air hilir rencana +22,67 m
- Ketinggian lantai udik +20,65 m
- Tipe peredam energi lantai datar dengan am bang akhir
- Ketinggian lantai peredam energi + 16,65 m
- Ketinggian am bang akhir + 18,15 m
- Ketinggian dasar sudetan hilir +20, 10 m
- Perlindungan di hilir peredam energi blok-blok beton K125 1m x 1m x 1m

Bangunan pembilas bendung:


- jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- tipe undersluice (kiri dan kanan)
- Iebar lubang bilas 2 x 1,60 m (kiri dan kanan)
- tinggi lubang bilas 0,80 m (kiri dan kanan)
- pintu bilas atas dan bawah (kiri dan kanan)
Bangunan pengambil (intake):
- jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- Iebar pintu 2 x 2,15 m (kiri dan kanan)

Catatan tentang riwayat perencanaan bendung:


Desain awal dibuat oleh PT. Bina Karya dengan bentang bendung 50 m dan
pembilas bendung tipe pembilas bawah (undersluice) 2 x 1,60 m. Desain kedua
juga dibuat oleh PT. Bina Karya dengan bentang bendung 70 m dan pembilas
bendung tipe pembilas biasa 2 x 2,50 m. Desain ketiga yang merupakan us ulan
Pusat Litbang SDA (Gambar 13) dengan bentang bendung 70 m dan pembilas
bendung tipe pembilas bawah 2 x 1,60 m yang dilaksanakan.
Pelaksanaan konstruksi Tahap II Tahun Anggaran 2004:
Lantai peredam energi, am bang akhir, dan blok-blok beton.

48
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Lantai pembilas kiri dan kanan.


Tembok pangkal kiri dan kanan pada bagian pembilas.
Tembok pangkal kiri dan kanan di udik intake sampai El. + 26,85
Lantai hulu sepanjang 25,0 m.
Sebagian pilar pembilas kiri dan kanan.
Korelasi hasil pelaksanaan konstruksi tahap II pada saat peninjauan lapangan
dapat dilihat pada Foto 18 dan Foto 19.
Rencana Pelaksanaan Konstruks'l Tahap Ill Tahun Anggaran 2005:
Perpanjangan lantai hulu sepanjang 5,0 m dari lantai yang telah dibangun.
Pembuatan cut off sedalam 6,00 m tepat di hulu lantai hulu.
Pelapisan lantai hulu setebal 0,10 m dengan beton K-225 sepanjang 31,0 m.
Pembuatan sayap hulu kiri dan tanggul banjir kiri.
Pembuatan kantong sedimen kiri bendung.
Pelapisan tubuh bendung dengan beton K-225 setebal 0,30 m.

49
V1 "0
0 s;
~
~
~
§·
I •• 1..1 •• I .. I •• I §
I ~
IC
~
g
IC
g
V1
§
!f0
~
Cl
):,.
::;·

Gambar 13. Potongan Memanjang Rencana Bendung Geren Desain Perubahan Pusat Litbang SDA.
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 18. Kondisi Hasil Pelaksanaan Konstruksi Tahap II

Foto 19. Bendung Geren Dilihat dari Hilir.

a-3) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten

Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten berupa tiga bangunan terjun
dengan tinggi terjunan berturut-turut 4 m, 1 m, dan 1 m (Foto 20, 21, dan 22)

ngunan Terjun 8M2 51 Meten:


2,80 m
0,60 m
4,00 m

Foto 20. Bangunan Terjun BM2 51 Meten

51
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Bangunan Terjun BMa2 51 Meten:


Lebarsaluran,b 1,20 m
Tinggi aliran, h 0,40 m
Tinggi terjun, z 1,00 m

Foto 21. Bangunan Terjun BMa2 51 Meten

Bangunan Terjun BMe5b Sl Meten:


Tinggi ali ran, h 0,40 m
Tinggi terjun, z 1,00 m

Foto 22. Bangunan Terjun BMeSb 51 Meten

Gambar 14. Daerah irigasi di Dataran Pasahari, Pulau 5eram.

Daerah lrigasi di Pulau Seram (Gambar 14) berada di Dataran Pasahari dengan luas
keseluruhan 9.028 ha, yang mencakup Dl Samal Kanan 2.217 ha, Dl Kobi 2.898 ha, Dl
Lofin 750 ha, Dl Matakabo kiri 1.842 ha, Dl Kairatu 1715 ha, Dl Kairatu 11545 ha, dan Dl
Kawa (mata air) 61 ha. Curah hujan per tahun 2500 - 3500 mm.

52
Ko mpendiu m Advis Tekn is Berbagai Jenis Bendung

b- 1) Intake Bebas Somal


Sungai Way Samal mengalir dari pegunungan Manusela dan bermuara di Laut
Seram. Sungai ini mengalir di atas lapisan alluvial yang sangat tebal. Lapisan
alluvial didom inasi oleh pasir kasar sampai kerakal. Ketebalan lapisan alluvial
diperkirakan lebih dari 15,0 rri'. Aliran sungai sangat deras dan alur sungai
mudah berpindah-pindah. Penyadapan aliran sungai untuk Daerah lrigasi
Samal dilakukan oleh bangunan Intake Bebas Samal (Foto 23).
Daerah irigasi Samal berada di kanan sungai seluas 2.217 ha. Intake Bebas
Samal yang dibangun sekitar tahun 1980-an telah rusak dan t idak berfungsi
lagi. Agar aliran sungai dapat disadap, lokasi penyadapan dipindahkansedikit
ke hilir bangunan intake yang rusak. Karena dasar sunga i Way Samal t urun,
maka agar ali ran sungai dapat disadap, muka air dipertinggi dengan membuat
am bang dari tumpukan batu pa,da dasar sunga i (Foto 24).

Foto 23. Bangunan Intake Bebas Samal.

Foto 24. Ambang Peninggi Muka Air Sungai.

53
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b-2) Bendung Sarna/


Bendung Samal dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku- Bagian Pelaksana lrigasi
Seram dengan kontraktor PT. Handayani Gemacitra Maluku, yang bertempat di
sudetan sungai. Pelaksanaan pembangunan sudah mencapai tiga tahap: Tahap
I Tahun Anggaran 2003, Tahap II Tahun Angaran 2004, Tahap Ill Tahun
Anggaran 2005.
Data pokok bendung:
Luas areal irigasi potensial 4.717 ha (total)
2.500 ha (kiri)
2.217 ha (kanan)
- Jenis bendung bendung tetap- beton K125
- Tipe mercu mercu bulat R = 1,75 m
- Tubuh bendung udik miring 3:1, hilir miring 1:1
Ketinggian mercu bendung +49,00 m
Ketinggian tembok pangkal udik +53,20 m
Ketinggian tembok pengiring hilir +50,45 m
Ketinggian lantai hulu +47,00 m
Ketinggian am bang intake +47,80 m
- Tipe peredam energi lantai datar dengan am bang
akhir
- Ketinggian lantai peredam energi +43,00 m
Ketinggian am bang akhir +44,00 m
Perlindungan di hilir peredam energi blok-blok beton K125
1mx1mx1m

Bangunan pembilas bendung:


- Jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- Tipe undersluice (kiri dan kanan)
Lebar lubang bilas 2 x 2,50 m (kiri dan kanan)
- Tinggi lubang bilas 1,30 m (kiri dan kanan)
Pintu bilas atas dan bawah (kiri dan kanan)

Pelaksanaan konstruksi Tahap II Tahun Anggaran 2004:


Lantai peredam energi sampai ketinggian +42,80 m.
- Am bang akhir sampai ketinggian +44,00 m.
- Tubuh bendung sampai ketinggian +44,50 m.
- Tembok pangkal kiri dan kanan sampai ketinggian +44,00 m (Kondisi
pekerjaan waktu peninjauan lapangan terendam air.)

Rencana Pelaksanaan Konstruksi Tahap Ill Tahun Anggaran 2005:


Lanjutan tembok pangkal kiri dan kanan sampai ketinggian +48,00 m.
- Tembok pangkal pembilas dan intake serta tembok pangkal udik sepanjang
10, 0 m dari ujung pilar pembilas sampai ketinggian
+47,00 m.
Lanjutan pelaksaanaan mercu bendung sampai dengan elevasi yang
ditinggikan ( peninggian mercu 0,50 m dari desain asli).

54
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

- Perpanjangan lantai udik sepanjang 10,00 m.


Lanjutan pelaksanaan pilar pembilas sampai ketinggian + 48,00 m.
Pelapisan lantai peredam energi dan tubuh bendung dengan beton K-225
setebal 0,25 m.

b-3) Bendung Matakabo


Bendung Matakabo (Foto 25) dibangun oleh Proyek lrigasi Seram, dengan
kontraktor PT. Waskita Karya, yang bertempat di sudetan sungai. Pembangunan
dilaksanakan dari tahun 1999 sampai tahun 2003.
Data pokok bendung:
- Jenis bendung bendung tetap- beton K125
Tipe mercu mercu bulat R = 1,50 m
- Tubuh bendung udik miring 2:1, hilir miring 1:1
- Lebar total bendung 85m
Ketinggian mercu bendung +24,50 m
Ketinggian tembok pangkal +29,15 m
Ketinggian tembok pengiring hilir +25,65 m
Ketinggian lantai udik +22,50 m
- Tipe peredam energi lantai datar dengan chute block,
floor block dan end sill
- Ketinggian lantai peredam energi +17,32m
Ketinggian ambang akhir +18,62 m
Ketinggian dasar sudetan hilir +20,50 m
Perlindungan di hilir peredam energi blok-blok beton K125
1mx1mx1m

Bangunan pembilas bendung (Foto 26):


- Jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- Tipe undersluice (kiri dan kanan)
Lebar pembilas 2 x 7,50 m (kiri dan kanan)
Lebar lubang bilas 2 x 2,50 m (kiri dan kanan)
- Tinggi lubang bilas 1,00 m (kiri dan kanan)
Pintu bilas atas dan bawah (kiri dan kanan)

Bangunan pengambil (intake):


Jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
Lebar pintu 3 x 1,50 m (kiri dan kanan)

Kondisi pada waktu peninjauan lapangan:


Kondisi bangunan cukup baik
Intake kanan belum dioperasikan
Di hulu bendung penuh endapan yang membentuk delta
- Sampah menumpuk di depan pintu bilas

55
Pusat Pene/itian dan Pengembarigan Sumber Daya Air

Foto 25. Bendung Matakabo Dilihat dari Tebing Kiri

Foto 26. Pembilas Kiri Dilihat dari Hi li r.

b-4) Bendung Akebobo


Bendung Akebobo dibangun oleh Proyek lrigasi Seram dengan kontraktor
CV. Aneka Warna Ambon, yang bertempat di sudetan sungai. Pembangunan
dilaksanakan pada tahun 2003, selesai 18 Oktober 2003.
Data pokok bendung:
Jenis bendung bendung tetap- beton K125
Tipe mercu ambang Iebar
Lebar total bendung 15m
- Tubuh bendung udik tegak, hilir miring
Tipe peredam energi tanpa lantai

56
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Bangunan pembilas bendung:


Jumlah 1 unit (kiri)
Tipe pembilas biasa
Lebar lubang bilas 1 x 2,00 m
Pintu bilas pintu sarong besi
Bangunan pengambil (intake):
- Jumlah 1 unit (kiri)
Kondisi pada waktu peninjauan lapangan dapat dilihat pada Foto 27:
Bendung han cur total dan tidak berfungsi

Foto 27. Kondisi Kerusakan Bendung Akebobo.

b-5) Potensi Mikrohidro di Daerah


lrigasi Matakabo berupa
bangunan teryun dengan
tinggi terjun 0,8 m
(Foto28).
Bangunan Terjun 51
Matakabo:
Lebar saluran, b 3,90 m
Tinggi terjun, z 0,80 m
Foto 28. Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi
Matakabo

57
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b-6) Potensi Mikrohidro di 51


Sarna/ berupa dua
bangunan teryun dengan
tinggi terjun 1,1 m dan 1,45
m (Foto30).

Bangunan Terjun BS1 Sl


Sa mal:
Lebar saluran, b 2,40 m
Foto 29. Bangunan Terjun B51, 51 5amal
Tinggi aliran, h 0,40 m
Tinggi terjun, z 1,10 m

Bangunan Terjun BS4a Sl Samal:


Lebar saluran, b 1,90 m
Tinggi aliran, h 0,30 m
nnggi terjun,z 1,45 m

Foto 30. Bangunan Terjun B54a, 51 5amal

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
• Masalah yang Dihadapi
a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Dasar sungai menurun sehingga aliran sungai tidak dapat disadap dengan
intake bebas secara gravitasi ke saluran induk.
Kapasitas intake hanya untuk irigasi seluas 750 ha, sedangkan kapasitas Dl Way
Geren akan ditingkatkan sampai 5.660 ha.Sebuah bendung perlu dibangun
untuk menjamin penyadapan air sungai dan pemenuhan kebutuhan pasokan
ke daerah irigasi.
a-2) Bendung Geren
Hasil peninjauan lapangan atas pembangunan Bendung Geren Tahap II
(Foto 31 dan Foto 32) menunjukkan adanya masalah-masalah berikut:
- Di tembok pangkal kiri bawah arah tembok pembilas retak sepanjang
kurang lebih 1,0 m dan air jernih keluar dari bag ian yang retak.
Pada tembok pangkal kiri atas terdapat bekas aliran air.
Pada tubuh bendung hilir di antara sambungan segmen/ pelapisan tubuh
bendung tampak bekas aliran air.
Permukaan tubuh bendung tampak retak-retak hal us.
Pekerjaan pelapisan tubuh bendung bagian hilir permukaannya tidak rata.

58
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 31. Aliran keluar dari Retakan pada Tembok Pangkal Kiri Bendung Geren.

Foto 32. Kondisi Retak dan Bocor pada Tembok Pangkal Kiri Bendung Geren.

b) Pulau Seram
b- 7) Intake Bebas Somal
Bangunan intake bebas telah rusak dan t idak berfungsi lagi; terjadi penurunan
dasar sungai Way Samal sehingga air sungai t idak dapat disadap dengan intake
bebas; perlu dibangun bendung untuk menjamin penyadapan air sungai dan
pemenuhan kebutuhan pasokan ke daerah irigasi.

b-2) Bendung Somal


Desain perlu direvisi dengan mempertinggi mercu bendung sebesar 0,50 m
agar menambah tinggi tekan" (head) pembilasan dari pembilas bendung
(undersluice) dan pembilas kantong sedimen.

59
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b-3) Bendung Matakabo


Hasil peninjauan lapangan terhadap pengoperasian Bendung Matakabo
menunjukkan adanya masalah-masalah berikut
1) Agradasi dasar sungai terjadi di hulu bendung, bahaya agradasi dasar
sungai dapat menyebabkan kesulitan pengaliran ke intake, dan
mengganggu fungsi pembilasan sedimen di bangunan bilas.
2) Batang pohon, dahan kayu, dan sampah menyangkut di tembok baya-baya
dan di hulu pilar pintu bilas, bahaya angkutan kayu dan sampah dapat
menyebabkan kesulitan pengoperasian dan kerusakan pintu-pintu bilas.
3) Saluran induk kiri terancam bahaya penggerusan tebing sungai, tanggul
sa luran induk yang ada dari tebing sungai tersisa sekitar 2,00 m.
4) Pintu-pintu bilas bendung dan pintu bilas kantong sedimen tidak
dioperasikan dengan semestinya, karena belum ada petugas khusus O&P,
ulir pintu tidak diberi stempet sehingga berkarat.
5) Sebelah kanan intake belum ada pengaliran, karena saluran induk kanan
belum dibangun.
b-4) Bendung Akebobo
Bendung hancur total, fungsi pembendungan dan penyadapan air sungai tidak
dapat dijalankan. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Namto diketahui
bahwa sejak selesai dibangun, bendung tidak mengalirkan air ke jaringan
irigasi. Hal ini diperkirakan karena elevasi bendung kurang tinggi sehingga air
tidak dapat disadap ke jaringan irigasi. Hanya dalam satu kali musim banjir
bendung sudah rusak total.

• Upaya-upaya Penanggulangan
a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Untuk mengatasi masalah penurunan dasar sungai yang mengakibatkan aliran
sungai tidak dapat disadap secara gravitasi, telah dibuat ambang bronjong
peninggi muka air setinggi satu meter pada dasar sungai.
Telah dibuat Desain Bendung Geren untuk mengairi Dl Way Geren yang akan
ditingkatkan sampai 5.660 ha telah dibuat Pembangunan bendung ini dimulai
pada Tahun Anggaran 2003 dan sudah memasuki Tahap Ill pada Tahun
Anggaran 2005.
a-2) Bendung Geren
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan
pembangunan Tahap II, akan dilakukan upaya-upaya penanggulangan dengan
mengacu kepada ad vis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

60
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

b) Pulau Seram
b- 7) Intake Be bas Somal
..
Telah dibuat desain Bendung Samal, sebagai pengganti intake bebas yang
sudah tidak berfungsi, untuk mengairi Dl Way Samal yang akan ditingkatkan
sampai 4.717 ha. Pembangunan bendung ini dimulai pada Tahun Anggaran
2003 dan sudah memasuki Tahap Ill pada Tahun Anggaran 2005.
b-2) Bendung Somal
Pusat litbang SDA telah mengusulkan untuk merevisi desain dengan
mempertinggi mercu bendung sebesar 0,50 m untuk menambah tinggi tekan
(head) pembilasan dari pembilas bendung (undersluice) dan pembilas kantong
sedimen, juga mempertinggi te'mbok pangkal dan tembok sayap udik sebagai
konsekuensi dari peninggian mercu bendung.
b-3) Bendung Matakabo
Upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi akan dilakukan dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat
Litbang Sumber Daya Air.
b-4) Bendung Akebobo
b-5) Upaya-upaya untuk mengatasi fT1.0Salah yang dihadapi akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya
Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
a) Pulau Buru
a-7) Intake Bebas Geren
Terjadinya penurunan dasar S!:Jngai merupakan faktor penyebab air sungai
tidak dapat disadap secara gravitasi, sehingga perlu dibuat ambang peninggi
muka air.
b) Pulau Seram
b-7) Intake Be bas Sa mal
Penurunan dasar sungai dan alur palung sungai yang berpindah-pindah pada
lapisan alluvial yang sangat tebal diperkirakan merupakan faktor penyebab air
sungai tidak dapat disadap secara gravitasi dan intake tidak difungsikan
sehingga mengalami kerusaka,p. Untuk mengatasi masalah ini penyadapan
dipindah ke hilir dan dibantu dengan ambang peninggi muka air dari
tumpukan batu-batu pada dasar sungai.
b-2) Bendung Somal
Kondisi sedimen sungai dan dasar sungai yang berupa lapisan alluvial yang
sangat tebal merupakan faktor yang dipertimbangkan untuk meninggikan
mercu bendung sebesar 0,50 m sehingga dapat menambah tinggi tekan (head)

61
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

pembilasan dari pembilas bendung (undersluice) dan pembilas kantong


sedimen.
b-3) Bendung Matakabo
Angkutan sedimen yang tinggi menyebabkan terjadinya agradasi dasar sungai
di hulu bendung yang relatif cepat yang dapat mengancam kelancaran
penyadapan air melalui intake. Adanya sampah berupa batang-batang pohon
di sungai juga manjadi gangguan pada pengoperasian intake dan pembilas
bendung. Karena belum ada petugas operasi dan pemeliharaan yang dapat
diandalkan pengoperasian Bendung Matakabo belum dapat dilaksanakan
dengan baik.
b-4) Bendung Akebobo
Dilihat dari kondisi kerusakannya, diperkirakan hancurnya bendung Akebobo
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
- Syarat kestabilan bangunan terhadap gaya-gaya yang bekerja tidak
dipenuhi, sehingga bangunan ambruk karena guling, am bias atau geser.
- Terjadi erosi buluh (piping) di bawah bendung, yang menyebabkan daya
dukung tanah pondasi bangunan berkurang, sehingga bangunan menjadi
tidak stabil.
- Terjadi penggerusan setempat yang dalam di hilir bendung sehingga
bendung kehilangan dukungan tekanan tanah pasif dengan demikian
syarat kestabilan dalam arah potongan memanjang tidak dipenuhi.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi


a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Diperkirakan perencanaan intake bebas belum memperhitungkan terjadinya
penurunan dasar sungai dan bel urn memperkirakan dengan baik kemungkinan
peningkatan kebutuhan pasokan air irigasi di kemudian hari.
a-2) Bendung Geren
Keretakan dinding tembok pangkal dapat disebabkan oleh:
Pondasi bangunan tidak sesuai dengan desain atau kedalamannya tidak
cukup, sehingga menimbulkan penurunan dan akibatnya terjadi keretakan.
Dinding beton tidak menggunakan tulangan struktur sehingga mudah retak
jika terjadi penurunan.
Keretakan dapat pula disebabkan oleh tidak cermatnya penghentian dan
penerusan pekerjaan pembetonan sehingga hubungan antara beton baru
dan beton lama tidak baik.
b) Pulau Seram
b-1) Intake Bebas Sarna/
Lokasi intake bebas tidak tepat. Perencanaan lokasi intake diperkirakan belum
mengantisipasi dengan baik perubahan morfologi sungai berkaitan dengan
kondisi dasar sungai yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal dengan alur

62
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung

palung sungai yang mudah berpindah-pindah dan menjauhi intake, sehingga


penyadapan sulit dilakukan.
b-2) Bendung Somal
Desain bendung perlu direvisi dengan mempertinggi mercu bendung sebesar
0,50 m untuk menambah tinggi tekan (head) pembilasan dari pembilas
bendung (undersluice) dan pem~ilas kantong sedimen.
b-3) Bendung Matakabo
Desain sistem Bendung Matakabo belum memperhitungkan dengan baik
agradasi dasar sungai di udik bendung berkaitan dengan tingginya angkutan
sedimen sungai.
b-4) Bendung Akebobo
Berdasarkan fakta bahwa hancurnya bendung terjadi pada musim banjir yang
pertama sejak mulai beroperasi, diperkirakan perencanaan bendung tidak
menggunakan debit banjir rencana yang sesuai dengan yang disyaratkan untuk
perencanaan bendung.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Bendung Geren, Pulau Buru
1. Puslitbang Sumber Daya Air telah memberikan advis teknik terhadap desain dan
pelaksanaan bendung Geren. (lihat Laporan Penyelidikan Lapangan Awal
Pembangunan Bendung Way Geren dan Way Samal Prov. Maluku, Puslitbang SDA,
Sep. 2004). Saran-saran tersebut antara lain membangun tanggul kerja sementara
yang memadai, melakukan galian bagian per bagian sesuai kebutuhan,
menyesuaikan desain sistem pengelakan pemasukan sedimen berupa bangunan
pembilas bawah, menyempurnakan sistem bangunan penangkap pasir (kantong
sedimen) yang dapat dibilas bagian per bagian tanpa mengganggu pasokan air ke
jaringan irigasi.
2. Bangunan pembilas bendung akan dirancang dengan pembilas bawah
(undersluice). Disarankan elevasi dasar/lantai intake tetap, sehingga tidak mengubah
aliran ke intake dan tidak perlu melakukan penyesuaian desain bangunan pembilas
bawah (undersluice) terhadap lantai pembilas yang telah dibangun.
3. Dinding tembok pangkal kiri yang retak dan bocor harus diperbaiki. Perbaikan dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Pertama, harus diperiksa apakah kedalaman pondasi sesuai dengan desain.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membongkar sebagian tembok lantai
pembilas di sekitar dinding tembok pangkal yang retak. Jika kedalaman pondasi
tidak sesuai desain maka yang pertama harus dilakukan adalah memperbaiki
kedalaman fondasi dan diteruskan dengan memperbaiki dinding yang retak.
- Kedua, jika pondasi cukup daiJ sesuai dengan desain atau pondasi telah
diperbaiki maka bagian dinding yang retak dibongkar dan ditutup dengan
beton dengan tulangan.

63
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Bendung Samal, Pulau Seram


1. Disarankan merevisi desain hidraulik Bendung Samal. Puslitbang Sumber Daya Air
bersedia memberikan bantuan advis teknik terhadap pelaksanaan pembangunan
bendung Samal tersebut.
- Mereu bendung dipertinggi 0,50 m dari desain asli (desain sedang direvisi
berdasarkan usulan Puslitbang Sumber Daya Air, Sep. 2004). Peninggian mercu
bendung dimaksudkan untuk mengatasi dampak negatif agradasi dasar sungai
di udik bendung terhadap pemasukan sedimen ke intake dan untuk
meningkatkan efektivitas bangunan pembilas bawah/undersluice dan bangunan
penangkap sedimen.
- Elevasi puncak tembok pangkal dinaikkan karena elevasi mercu bendung
ditinggikan.
- Elevasi am bang intake tetap (tidak dinaikan).
- Bagian dasar tembok sayap hilir lurus tidak miring ke arah luar.
- Elevasi bag ian atas tembok sayap udik sama tinggi dengan elevasi tembok
pangkal.
- Elevasi tanggul penutup kiri sama dengan elevasi tembok pangkal.
2. Disarankan untuk menyelidiki geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan
fisik tanah pondasi terutama untuk tanggul penutup sungai. Dalam rencana, saluran
induk kanan ditempatkan di atas tanggul penutup sungai.

• Bendung Matakabo, Pulau Seram


1. Untuk menanggulangi bahaya agradasi dasar sungai dapat dibangun bangunan
pengendali sedimen di sungai di hulu bendung. Lokasi dan bentuk serta ukuran
hidrauliknya disarankan berdasarkan pedoman desain bangunan pengendali
sedimen dan memerlukan penyelidikan /pengukuran geometeri sungai Matakabo
di hulu bendung dengan cakupan sekitar dua kilometer ke hulu bendung.
2. Bahaya angkutan kayu dan sampah dapat dibersihkan antara lain oleh petugas O&P
Qika ada), dan tangga ke mercu bendung. Bersihkan sampah-sampah tersebut pada
musim kering saat tidak ada air di sungai agar petugas dapat melakukannya.
3. Disarankan untuk mengendalikan daya rusak sungai antara lain dengan membuat
krib-krib di tebing sungai di sekitar saluran induk kiri yang terancam bahaya
penggerusan tebing sungai. Tentukan tata letak dan ukuran krib berdasarkan
gambar hasil pengukuran geometeri sungai di sekitar lokasi dengan jangkauan
sekitar satu kilometer ke hulu dan ke hilir lokasi.
4. Untuk memelihara bangunan dan mengoperasikan pintu-pintu, adakan Petugas
OPP bendung.

• Bendung Akebobo, Pulau Seram


Untuk menanggulangi masalah kerusakan bendung disarankan untuk melaksanakan
kegiatan Survei lnvestigasi dan Desain (SID) guna:
1. Mengumpulkan nota dan data gambar desain, serta data gambar pelaksanaan
bendung sehingga penyebab kerusakan bendung dapat dievaluasi.

64
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2. Menyelidiki keadaan topografi dari rencana daerah irigasi yang akan diairi untuk
menentukan daerah irigasi yang ak.~n diairi. Dengan demikian ketinggian elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan.
3. Menyelidiki kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk
angkutan sedimen dan angkutan sampah. Hal-hal yang diselidiki antara lain:
kedalaman dan elevasi muka air pada waktu debit banjir desain, potensi angkutan
sedimen, dan sampah.
4. Menyelidiki keadaan geotek bangunan bendung, sehingga bangunan dapat
ditempatkan di lokasi tanah fondasi yang baik.
5. Mengukur geometri sungai/palung sungai di sekitar, di udik dan di hilir bendung
yang hancur.

65
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.9 PEMILIHAN LOKASI PENEMPATAN BEN DUNG KOBI Dl SUNGAI KOBI, MALUKU

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Kobi terletak di Sungai Kobi yang secara administratif berada di Desa
Kobisonta, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. Lokasi
bendung dapat dicapai dengan transportasi laut dari Ambon menuju Masohi di Pulau
Seram dilanjutkan dengan kendaraan roda empat dari Masohi ke Kobisonta sekitar
em pat jam.

• Data Teknis
Sungai Kobi telah dimanfaatkan airnya untuk daerah pertanian dengan bangunan
pengambilan intake bebas Kobi. Jaringan irigasinya terletak di pedataran Pasahari dan
telah dikembangkan sejak tahun 1993. Pada tahun 1996 daerah irigasi potensial Kobi
mencapai 2.898 hektar. Dewasa ini bangunan pengambilan intake bebas telah rusak
berat sehingga tidak berfungsi.
Bendung Kobi direncanakan dibangun di Sungai Kobi untuk mengairi areal potensial
seluas 3800 hektar. Desain bendung telah disiapkan sejak tahun 1990-an dengan lokasi
bendung di palung sungai. Gambar desain bendung yang dibuat oleh konsultan
Euroconsult yang bermitra dengan PT. Barunadri dan PT. Soilens menunjukkan bahwa
bendung diletakkan di palung sungai.
Data pokok bendung:
- Bendung dibuat di palung sungai.
- Jenis bendung tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe cekung (solid
bucket).
- Lebar total bendung 75,50 m.
- Tinggi bendung dari lantai udik 2,00 m.
- Peredam energi tipe cekung panjang jari-jari 3,75 m.
- Intake ditempatkan pada bagian kanan dengan Iebar total 7,60 m terdiri dari tiga
bentang.
- Pembilas bendung mempunyai dua pintu dengan Iebar bentang masing-masing
2,75 m dan tebal pilar 1,00 m.
- Ketinggian mercu bendung +41 ,70.
- Ketinggian lantai udik +39,70.
- Ketinggian dasar sungai terendah di hilir +40,80.
- Ketinggian tembok pangkal bendung +45,90.
- Ketinggian tebing kiri sungai +48,00.
- Ketinggian muka air banjir rencana di udik bendung +44,63
- Bahan konstruksi bendung berupa pasangan batu kali dengan lapisan tahan aus
pada permukaan tubuh bendung.

66
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Menurut desain yang dibuat oleh konsultan, Bendung Kobi ditempatkan di palung
sungai. Namun, pada pelaksanaan pembangunan bendung Tahap I tahun 2006
ditetapkan posisi bendung dipindahkan ke sudetan di sebelah kanan palung sungai,
dan pada tahun anggaran 2006 kegiatan pembangunan sudah dimulai dengan
penggalian untuk pondasi bendung di sudetan dan saluran sudetan sebelah hilir.
Karena penempatan bendung dipindahkan dari palung sungai ke sudetan, maka perlu
dilakukan kajian dari berbagai aspek rekayasa (engineering aspects) terhadap posisi
penempatan bendung di lokasi bersangkutan.
Rencana penempatan bendung di Palung Sungai dan di sudetan Sungai dapat dilihat
pada Foto 33 dan Foto 34.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bendung akan ditempatkan di tempat yang
tepat dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan menunjukkan kondisi topografi, geologi dan sistem sungai di
daerah lokasi bendung sebagai berikut:
Topografi
Sungai Kobi mengalir di dataran alluvial dari daerah perbukitan di bagian selatan ke
arah utara menuju laut Seram. Kemirin'gan dasar sungai relatif landai. Bentuk sungai
berliku-liku (meandering) dan bercabang-cabang (braiding). Jenis material dasar sungai
dan bantaran sungai terdiri atas kerakal, kerikil, dan pasir. Palung sungai berbentuk U
Iebar. Lebar palung sungai di rencana bendung sekitar 80 m. Alur sungai berkisar antara
20m sampai dengan 50 m. Tebing kiri sungai di sekitar rencana bendung berketinggian
sekitar 10 m sedangkan tinggi tebing bag ian kanan sekitar 2,0 m. Ali ran banjir kadang-
kadang melimpah dari alur sungai ke bantaran banjir. Bentuk sungai cenderung
berubah ke arah horizontal jika terjadi banjir.
Geologi permukaan
Ditinjau dari segi geologi permukaan, Sungai Kobi di hulu intake bebas Kobi sampai
dengan hulu rencana Bendung Kobi berada di daerah lapisan alluvial yang relatif tebal
dengan jenis material pasir dan kerikil yang berdiameter antara 5 em sampai dengan
10cm.

Sistem sungai
Sungai Kobi mengalir dari daerah perbukitan dengan ketinggian sekitar 700 m di atas
permukaan laut ke pedataran Pasahari Pulau Seram bagian utara. Sungai mengalir dari
selatan ke utara ke laut Seram. Menurut data dalam Laporan Flood Control for Pasahari
Area daerah aliran sungai (DAS) luas Sungai Kobi 271,8 km persegi dengan panjang
sungai utama 50,6 km.

67
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Evaluasi Terhadap Desain


Evaluasi terhadap alternatif pemilihan lokasi penempatan Bendung Kobi di Sungai Kobi
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Alternatif pemilihan lokasi penempatan di palung sungai
Keuntungan:
- Pembangunan bendung tidak memerlukan pembuatan tanggul penutup sungai.
- penyelidikan geoteknik telah dilakukan dan data penunjang lainnya telah didapat.
- Desain bendung untuk lokasi di palung sungai sudah didapat yang perencanaannya
sudah dilakukan sejak lama.
Kerugian:
- Pelaksanaan pembangunan bendung akan terganggu oleh aliran sungai, sehingga
memerlukan pekerjaan pengelakan aliran sungai untuk pelaksanaan konstruksi.
- bangunan pengendali aliran sungai di bagian kanan sungai di hulu bendung
diperlukan agar arah aliran banjir dari udik menuju bendung menjadi merata,
sehingga tidak terjadi gangguan ali ran masuk ke intake.
Alternatif pemilihan lokasi penempatan di sudetan sungai
Keuntungan:
- Pembangunan bendung tidak memerlukan pengelakan aliran sungai.
- Arah ali ran sungai dari hulu menuju bendung dan ke hilirnya relatif akan lebih baik.
- Gambar situasi sungai di daerah lokasi sudetan dengan skala 1 : 2000 telah dibuat
berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 2004/2005.
Kerugian:
- Tanggul penutup sungai berketinggian sekitar 7,50 m harus dibuat walaupun
memerlukan biaya besar karena panjang bentang sungai yang akan ditutup sekitar
80,0m.
- Pembuatan sudetan sungai juga memerlukan biaya yang relatif besar mengingat
galian sudetan relatif panjang dan Iebar.
- Tanggul penutup sementara dan saluran pengelak khusus diperlukan saat membuat
tanggul penutup sungai.
- Tanggul banjir di bagian kanan bendung tetap diperlukan.
- Morfologi sungai di udik bendung akan berubah sehingga dikhawatirkan akan
mengganggu ali ran masuk ke intake.
- Penyelidikan geoteknik untuk perencanaan desain bendung di lokasi sudetan sungai
belum dilakukan.
- Desain bendung untuk lokasi penempatan di sudetan bendung belum ada.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Pemilihan Lokasi Penempatan Bendung
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap alternatif pemilihan lokasi penempatan Bendung
Kobi, dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi penempatan bendung di palung
sungai lebih tepat dibandingkan dengan pemilihan lokasi di sudetan sungai, karena dari

68
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

segi kesiapan, desain yang didukung data yang lengkap sudah tersedia, dan gambar
potongan memanjang bendung dapat dilihat pada Gambar 15, lagi pula dari segi biaya
dan kemudahan pelaksanaan konstruksi relatif lebih menguntungkan.

• Konsep Desain Tata Letak Bendung di Lokasi Penempatan di Palung Sungai


Berdasarkan gambar situasi sungai di lokasi bendung dan data penunjang lainnya,
disarankan agar tubuh bendung diletakkan di palung sungai karena segi hidraulik
menunjukkan hal-hal berikut (lihat Foto 33 tata letak penempatan bendung di palung
sungai):
Bendung ditempatkan melintang di palung sungai dengan arah tegak lurus arah
ali ran banjir desain.
- Tembok pangkal bendung kiri ditempatkan pada daerah tumpuan bukit yang cukup
tinggi.
Untuk memeratakan arah aliran utama menuju bentang bendung diperlukan
bangunan pengendali aliran sungai di bagian kanan sungai di hulu bendung berupa
deretan krib bronjong tegak lurus aliran sungai.
Ketinggian muka air banjir rencana memerlukan tanggul banjir yang ditempatkan di
bagian kanan sungai mulai dari tembok pangkal kanan sampai dengan daerah yang
berketinggian sama dengan puncak tanggul.
Untuk menghindarkan aliran langsung dari tanggul banjir sungai menuju bentang
bendung, tembok pengarah aliran berbentuk tongkat hockey di hulu tembok
pangkal kanan memerlukan tembok pengarah aliran berbentuk tong kat hockey.

Foto 33. Rencana Lokasi Penempatan Bendung di Palung Sungai.

69
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 34. Rencana Lokasi Penempatan Bendung di Sudetan Sungai.

Gambar 15. Potongan Memanjang Bendung Kobi.

70
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.10 PENANGGULANGAN KERUSAKAN BENDUNG AIR PANGI, SUMATERA SELATAN •

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Air Pangi terletak di Sungai Pangi yang secara administratif berada di Desa
Pandan Arang, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi bendung berjarak
± 70 km dari Kota Lahat dan ± 300 km dari Kota Palembang, yang secara geografis
terletak antara 103° OS'- 103° 15' BT dan 3° 35'- 3° 45' LS.
• Data Teknis
Sungai Air Pangi mempunyai mata air dan awal sungai di Pegunungan Bukit Barisan.
Sungai mengalir menuruni lereng barat Pegunungan Bukit Barisan yang sangat terjal
dan bermuara di Sungai Musi.
Bendung Air Pangi dibangun sebagai bagian dari Daerah lrigasi (DI) Air Pangi yang
mencakup areal persawahan seluas 1.000 Ha. Dalam proses pembangunan sejak Tahun
2005, bendung ini mengalami beberapa'kali kerusakan yaitu:
1. Pada awal tahun 2006, banjir telah merusak tembok tegak pada bagian kanan
sepanjang 10 m dan di bag ian bangunan penangkap pasir (sand trap) tertutup
material dasar sungai sepanjang 70 m .
2. Pada awal tahun 2007, banjir mengakibatkan:
- Arus sungai menggerus tebing sehingga tanggul saluran induk mengalami
longsor sepanjang 100 m.
- Tebing dan bukit di sisi saluran mengalami penggerusan dan material yang
tergerus menutup saluran irigasi yang ada.
Laporan akhir Bendung Air Pangi yang dibuat tahun 1996 oleh PT. Spektra Adhya
Prasarana menunjukkan bahwa berdasarkan lokasi, topografi, bahan hanyutan dan
ketersediaan bahan bangunan, ditetapkan Bendung Air Pangi menggunakan tubuh
bendung tipe gravity yang terbuat dari pasangan batu dengan sistem penyadapan
air irigasi yang menggunakan bangunan pengambil tipe saringan bawah atau tipe
Tyrol.

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Ada tiga masalah utama yang dihadapi Bendung Air Pangi, seperti disajikan di bawah
ini:
1) Bangunan bendung rusak.
- Lapisan permukaan pada bidang miring sebelah hilir tubuh bendung terkelupas
akibat abrasi oleh material angkutan sedimen dasar yang terdiri dari kerikil,
kerakal dan batu-batu besar (Foto 35).
- Lantai peredam energi di hilir tubuh bendung hancur (Foto 35).
- Dasar sungai di sekitar tembok sa'yap hilir sebelah kiri tergerus secara lokal (Foto
36).
2) Di hilir bendung terdapat longsoran tebing sungai.
- Lereng tebing sungai di hilir bendung rawan longsor (Foto 37).
- Sa luran induk tertutup longsoran akibat gerusan pada tebing sungai (Foto 38).

71
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

3) Di saluran penangkap pasir (sand trap) terdapat endapan material angkutan sedimen
dasar.
- Saluran penangkap pasir penuh dengan endapan material angkutan sedimen
dasar (Foto 39).
- Sistem pembilasan kantong penangkap pasir tidak efektif, butir material
angkutan sedimen dasar yang masuk melalui saringan bawah bangunan
pengambilan tipe Tyrol tidak dapat dibilas.

Foto 35. Abrasi pad a Permukaan Tubuh Ben dung dan Lantai Peredam Energi Hancur.

Foto 36. Gerusan lokal di Sekitar Tembok Sayap Hilir Sebelah Kiri.

72
Kompendium Advis Teknis Berbogai Jenis Bendung

Foto 37. Tebing Sungai di Hilir Bendung yang Rawan Longsor.

Foto 38. Saluran lnduk yang Tertutup Material Longsoran.

73
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 39. Saluran Penangkap Pasir Penuh Dengan Endapan Material Angkutan
Sedimen Dasar.

Foto 40. Material Dasar Sungai di Udik Bendung.

74
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi ketiga masalah di atas, upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBABJTERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan dan diskusi dengan pihak Dinas Pengairan Provinsi Sumatera
Selatan menunjukkan beberapa penyebab masalah yang terjadi di Bendung Air Pangi,
yaitu:
- Bagian-bagian utama bendung rusak akibat banjir dan gerusan lokal (local scouring).
Debit banjir yang melampaui debit banjir rencana mengakibatkan air banjir
melimpas di atas tembok sayap bagian udik (overtopping). Besarnya debit banjir ini
akibat dari kerusakan bagian hulu sungai yang mengalami perubahan tata guna
lahan yang semula berupa hutan berubah menjadi lahan pertanian dan
perkebunan.
- Karakter Sungai Pangi yang berkaitan dengan pemilihan bendung dengan
bangunan pengambil tipe Tyrol untuk lokasi ini perlu dikaji kembali dengan
melakukan analisis yang mengacu pada persyaratan dalam Pedoman Teknis No Pdt
01-2003 tentang tata cara desain hidraulik bangunan pengambil pada bendung
Tyrol.
- Gerusan aliran sungai mengakibatkan ongsorpada lereng dan tebing galian di
sekitar saluran induk dan tebing Sungai Pangi.
- Material dasar sungai di hulu bendung didominasi oleh lapisan perisai (armour)
dengan diameter butir rata-rata lebih besar dari 15 em (Foto 40 dan Foto 41 ). Gradasi
material di bawah lapisan perisai tidak diamati dan perlu diselidiki lebih cermat.
Sedangkan material dasar sungai di bagian hilir bendung terdiri dari material pasir
kasar dengan kemiringan dasar sungai sangat landai (Foto 42). Karakteristik Sungai
Pangi memiliki angkutan sedimen yang relatif berfraksi kasar, tetapi memiliki kadar
material yang lebih kecil dari 5 mm lebih dari 25% dari total angkutan sedimen.

Foto 41. Material Dasar Sungai pada Ruas di Udik Bendung.

75
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 42. Material Dasar Sungai pad a Ruas di Hilir Bendung.

• Evaluasi Terhadap Desain


Untuk membangun bendung tipe Tyrol yang dipilih, beberapa persyaratan teknis SNI
Pedoman No Pdt 01-2003 tentang tata cara desain hidraulik bangunan pengambil pada
bendung Tyrol berikut harus dipenuhi.:
a. Jenis ini dipilih:
a) Jika dijumpai bahaya kerusakan bangunan akibat benturan angkutan sedimen
batu guling dan benda padat lainnya;
b) Jika ditemui kesulitan saat menyadap air sungai akibat beralihnya alur air sungai
dan gejala pengendapan di sungai yang menghalangi pemasukan air ke
bangunan pengambil
c) Untuk menghindari gangguan keseimbangan morfologi sungai yang relatif besar
akibat pembendungan atau dampak negatif lainnya karena adanya
pembendungan.
b. Struktur saringan harus/ hendaknya dibuat sederhana, tahan benturan dan gesekan
angkutan sedimen dan benda padat lainnya, tahan vibrasi dan mudah dibersihkan.
c. Bangunan pengambil Tyrol hanya dibangun pada ruas sungai dengan angkutan
sedimen dominan fraksi kasar, dan prosentase muatan fraksi dengan diameter ~ 5
mm tidak lebih dari 25 persen dari jumlah angkutan sedimen total.
d. Bangunan pengambil Tyrol harus dilengkapi dengan penangkap pasir yang
memadai sehingga harus tersedia lahan, lokasi dan perbedaan tinggi (head) sebagai
fasilitas bangunan tersebut
e. Jangan memilih Bangunan pengambil Tyrol jika diperkirakan menuntut cara-cara
operasi, biaya eksploitasi, dan .pemeliharaan yang sulit dan rna hal.
Desain saluran sadap di bawah saringan bangunan pengambil tipe Tyrol dan desain
sistem pembilasan kantong sedimen memerlukan penentuan kemiringan dasar dan
dimensi saluran yang tepat untuk memperoleh kecepatan aliran yang cukup tinggi
sehingga dapat mengangkut sedimen yang masuk ke saluran sadap dan membilas
sedimen di kantong sedimen pada waktu dilakukan operasi pembilasan. Kondisi

76
Kompendium A(Jvis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

topografi di daerah lokasi Bendung Air Pangi tampaknya tidak memungkinkan untuk
mendapatkan tinggi tekan (head) yang cukup untuk menghasilkan kecepatan yang
dibutuhkan untuk pengangkutan dan pembilasan sedimen.
Pengelolaan sedimen pada bendung dengan bangunan pengambil tipe Tyrol tidak
sederhana, karena pengambilan air mengikutsertakan angkutan sedimen dasar dengan
ukuran butir cukup besar yang masuk bersama-sama ali ran air pada waktu penyadapan.
Petunjuk operasi dan pemeliharaan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
sedimen, perlu dimasukkan dalam desain.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Penanggulangan Masalah Sedimen
Setelah memperhatikan karakteristik Sungai Air Pangi, khususnya yang berkaitan
dengan morfologi dan sedimen sungai, topografi di daerah lokasi bendung, operasi dan
pemeliharaan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sedimen, disarankan agar
mengganti bendung dengan bangunan pengambil tipe Tyrol dengan bendung tetap
yang memiliki bangunan pengambil dengan menggunakan pintu pengambilan di
tembok pangkal kiri. Konsep desain hidraulik dari bendung tetap adalah sebagai berikut
(lihat gam bar usulan Pusat Litbang SDA, Gam bar 16 dan Gam bar 17).
- Tempatkan Bendung tetap di lokasi b'endung yang ada.
- Tinggikan mercu bendung, tembok pangkal dan tembok pengiring udik 1,0 m.
- Terapkan sistem bangunan pengambil dan bangunan pembilas samping (shunt-
undersluice). Keuntungan dari penggunaan pembilas samping adalah dapat
memanfaatkan secara penuh penampang aliran bendung tanpa dikurangi oleh pilar-
pilar bendung sehingga kapasitas pengaliran bendung lebih besar. Disamping itu,
sampah dan batu gelundung yang terbawa aliran dapat melewati bendung secara
bebas tanpa khawatir membentur pilar bendung. Kekurangan dari pembilas
samping adalah daerah bebas endapan di depan bangunan pengambil lebih kecil
dibandingkan dengan pembilas bawah (undersluice) karena tidak ada efek aliran
tikungan luar seperti yang terjadi pada pembilas bawah.
- Gunakan peredam energy tipe Shocklitsch.
- Perpanjang tembok sayap hilir sebelah kanan.
- Perkuat kaki tembok sayap hilir sebelah kiri dengan "bottom panels" dari terraffic soft-
rocks.

• Mengatasi Masalah Longsoran .,


Untuk mengatasi longsoran yang terjadi dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
- Tam bah struktur pelat beton untuk penutup saluran induk di sepanjang daerah yang
rawan terkena longsoran.
- Buat drainase pada lereng dengan sa luran gendong/pembuang di kaki lereng di atas
saluran induk. Drainase dibuat dengan menggali saluran pada lereng selebar 0,5 m
dan sedalam 0,4 m, setelah itu saluran diberi lapisan filter geotekstil kemudian diisi
dengan batu-batu berukuran antara 15 - 20 em (Lihat gam bar 18-21 ).

77
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Gambar 16 Denah Bendung Sungai Pangi

78
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gambar 17 Potongan Memanjang Bendung Sungai Pangi

79
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

DRAINASE PADA DINDING LERENG

MAR

Gambar 18. Potongan Melintang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di atas Saluran
lnduk.

DRAINASE PADA DINDING LERENG

SALURAN GENDONG
~---------li--------~L-------­
:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-: ~ SALURAN INDUK

DASAR SUNGAI

Gambar 19. Potongan Memanjang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di atas Saluran
lnduk.

GEOTEXTILE FILTER
BATU KERIKIL

Gambar 20. Detaillipikal Drainase

80
PUSAT LITBANG SUMBER OAYAAIR
SAW IIANG\.IIAN HIOAAUUKONI OEOI EI<HK KE.<IAAN
"'"" _ ,_ "'..._,.<*'....
t:ll-. .WBoOI..t • _,....,.,.

ADVIS TEKNIK
DESAIN HIORAULIK
BENDUNGAIR PANGI
Gamb ar 20 Denah Bendung Air Pangi
......
I
I 2 .06

I~

----~ I

---- ___U_- -~
POTONGAN A- A

9.385

1
I
---
I
I
I
I

I
I
I

(<..
I
""OODA <(
I
\ir Pangi l-----
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

- Buat bangunan penguat tebing un!uk mencegah longsor di daerah yang sudah
terjadi dan yang berpotensi terjadi longsor di sepanjang saluran induk.
- Buat konstruksi pelindung (revetment) tebing sungai yang terbuat dari bronjong
kawat dilengkapi filter geotekstil di seluruh tebing yang rawan longsor dan di antara
krib-krib yang telah dibangun. Buat bronjong kawat dengan mengacu kepada SNI
No. Pd T-08-2003 tentang perencanaan teknik dan pelaksanaan krib bronjong kawat.

TIANG PANCANG PENAHAN


0.09 M, PANJA'NG 1.8 M

BRONJONG KAWAT
I
I
SALURAN INDUK I
I
I I MAR
~
100CM

!;_:yp:~~·:://-'() DASAR SUNGAI

PONDASIITIANG
UKURAN BRONJONG KAWAT PANCANG PENAHAN
PANJANG 2 M X LEBAR 1 M X TINGGI 0.5 M 0.09 M, PANJANG 1.8 M

Gambar 21. Konstruksi Pelindung (Revetment) Tebing Sungai dari Bronjong Kawat dan Filter
Geot ekstil.

• Survei, lnvestigasi dan Desain


Setelah memperhatikan karakteristik termasuk kondisi geoteknik Sungai Pangi, maka
untuk mengoptimumkan survei, investigasi dan desain, disarankan melaksanakan
kegiatan dengan komponen utama sebagai berikut:
1. Lakukan pengukuran geometri dan pengukuran parameter morfologi sungai untuk
mengetahui situasi dan kondisi terakhir di lapangan.
2. Kumpulkan data sekunder bangunan-bangunan perkuatan dan perlindungan tebing
yang ada di lokasi bendung dan di sepanjang ruas sungai untuk digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mendesain bangunan perkuatan tebing yang stabil.
3. Lakukan penyelidikan geoteknik di daerah sekitar bendung dan saluran induk untuk
memperoleh parameter-parameter teknis dalam penganalisaan dan perencanaan
detail.
4. Untuk membantu desain rekayasa teknik penanggulangan masalah lengkapi
bantuan pemodelan hidraulik dengan model-model berikut :
Model numerik untuk memodelkan respon Sungai Pangi akibat adanya
pembuatan bendung tetap.
Model hidraulik fisik yang diperlukan untuk memverifikasi tata letak, stabilitas
dan kinerja bendung. Model hidraulik fisik yang dibuat harus mampu

81
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

mensimulasikan berbagai skenario untuk mendapatkan bentuk hidraulis yang


baik dan memperoleh sistem operasional yang efisien.
Lakukan pengukuran laju angkutan sedimen layang maupun dasar Sungai Pangi . Hal ini
diperlukan untuk menyempurnakan desain bangunan penangkap pasir sehingga dapat
dioperasikan tanpa harus mengganggu pasokan air ke sistem irigasi.

82
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.11 REKOMENDASI TEKNIS PENANGANAN KERUSAKAN BENDUNG BATANG AGAM,


SUMATERA BARAT

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Batang Agam terletak di sungai Batang Agam di bawah jembatan Ratapan lbu
(Foto 43) yang secara administratif berada di kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera
Barat. Lokasi bendung dapat dicapai dari Padang ibu kota propinsi Sumatera Barat
selama sekitar tiga jam perjalalanan.

• Data Teknis
Bendung Batang Agam yang dibangun sekitar tahun 1922-an untuk mengairi areal
pertanian tanaman padi seluas 620 hektar di bagian kiri sungai. Hingga kini bendung
Batang Agam tersebut masih berfungsi .dengan baik. Namun kondisi bendung dewasa
ini telah mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan berat. Di atas tubuh bendung
terdapat jembatan yang disebut Jembatan Ratapan lbu. Bendung dan jembatan ini
adalah aset budaya nasional karena menjadi saksi bisu sejarah pembunuhan penjuang
Rl pada zaman perjuangan tahun 1949.
Sungai Batang Agam mengalir melintasi Kota Payakumbuh dari barat ke arah timur.
Sungai ini berhulu di Kabupaten Agam, melintasi Kabupaten 50 Kota, dan selanjutnya
melintasi kota Payakumbuh. Panjang sungai Batang Agam sekitar 13,80 km.
Berdasarkan pengkajian Perencanaan Ketersediaan Airi lrigasi Kota Payakumbuh debit
minimum sungai sekitar 4,50 m 3 /s. Dengan kemungkinan ketersediaan air atau debit
andalan 80 %, kebutuhan air irigasi dapat dipenuhi sepanjang tahun. Setelah dipakai
untuk irigasi sisa debit sungai terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu sekitar 1,52 m 3/s
dan sisa aliran terkecil terjadi pada bulan Juni dengan sisa debit sebesar 0,25 m 3/s.
Di Sungai Batang Agam, jauh di udik Bendung Batang Agam, terdapat PLTA Batang
Agam dan Bendung Titih Ampera. PLTA Batang Agam mempunyai kolam tando
penampung air yang cukup luas sehingga air sungai di hilir PLTA dikontrol oleh
bangunan ini. Aliran air yang keluar dari PLTA sekitar 4400 1/s sehingga di musim
kemarau sekalipun, di Bendung Batang f\gam, aliran air selalu melimpah dengan tinggi
aliran di atas mercu bendung pada waktu banjir sekitar 1,20 m.
Data pokok ben dung:
- Lebar bentang bendung total 40,0 m.
- Bendung tidak dilengkapi dengan bangunan bilas.
- Intake bendung ditempatkan di bagian kiri sungai jauh di hulu bendung dengan
saluran muka (voorcanal) yang memiliki panjang 15 m dan Iebar pintu intake
1x1,0m.
- Saluran di hilir intake mempunyai Iebar permukaan 4,45 m dan pada jarak 200 m dari
intake terdapat bangunan bilas.
- Tubuh bendung tipe zaman Belanda dengan peredam energi tipe lantai panjang.

83
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Bt. Agam masih berfungsi dengan baik, namun bangunannya mengalami
kerusakan cukup parah disertai masalah endapan sedimen di saluran muka intake
seperti diuraikan di bawah ini.
a. Kerusakan tubuh bendung.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian kiri dekat tembok pangkal berlubang
sedalam sekitar 20 em.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian tengah di hilir pilar jembatan
berlubang sedalam sekitar 10 em.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian tengah dan bagian kanan di
beberapa tempat berlubang sedalam sekitar 20 em.
b. Kerusakan ruang olakan.
Lantai ruang olakan bagian kiri dan tengah berlubang sedalam lebih dari satu
meter.
Bagian awal lantai ruang olakan tepat di kaki hilir tubuh bendung berlubang
dengan kedalaman gerowongan sekitar satu meter.
- Ambang akhir (endsi/1) peredam energi bagian tengah patah.
- Tepat di hilir ambang akhir bagian tengah bentang terjadi penggerusan
setempat yang dalam.
c. Penggerusan pada dasar dan tebing kiri sungai.
Pada dasar sungai, tepat di hilir peredam energi, terjadi penggerusan sedalam 1,0
m sampai 2,0 m.
- Tebing kiri sungai di hilir bendung, di sekitar bangunan bilas, saluran irigasi
tergerus sepanjang sekitar 20 m yang mengancam keamanan saluran induk yang
berada di sisi tebing.
d. Endapan di saluran muka intake.
Pintu intake terletak pada saluran muka lebih kurang 15,0 m dari tepi sungai.
Sewaktu sungai banjir, angkutan sedimen layang yang terangkut bersama banjir
mengendap di mulut intake dan di saluran muka. Jumlah endapan angkutan
sedimen layang di saluran muka di hulu intake tersebut cukup besar sehingga
kapasitas saluran menjadi berkurang. Hal ini menimbulkan masalah pengerukan
endapan sedimen setiap usai banjir.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air akan
dilakukan.

84
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Setelah Memperhatikan keadaan morfologi sungai Satang Agam di sekitar bendung
dan di hilirnya diketahui bahwa:
1. Jenis sungai Satang Agam di ruas ini dapat dikategorikan sebagai sungai torensial.
2. Dasar sungai di sekitar lokasi bendung mempunyai kemiringan curam yaitu 0,4 %.
3. Jenis material dasar sungai yang dominan adalah dari fraksi pasir sampai dengan
kerikil. Pada beberapa tempat di sungai di hilir bendung tampak singkapan batuan
dasar sungai jenis lempung (Foto 44),, Jenis material tebing sungai terdiri dari lapisan
batuan lempung dan tanah.
4. Sadan sungai mengalami perubahan geometri yang cenderung ke arah vertical,
dasar sungai di hilir bendung mengalami degradasi yang diindikasikan oleh tidak
efektifnya kinerja peredam energi bendung karena penurunan muka air hilir yang
cukup besar hingga ambang akhir muncul di permukaan air; dan dasar sungai di
hilir peredam energi mengalami penggerusan (Foto 45).
5. Geometri penampang sungai: Iebar palung sungai antara 20,0 m - 30,0 m, dan
ketinggian tebing sungai sekitar 4,0 m - 6,0 m.
6. Material angkutan sedimen sungai te.rdiri dari pasir dan kerikil.
7. Penggerusan tebing sungai terjadi di tikungan luar sungai di kanan dan di kiri
sungai.
Hasil pengukuran debit saluran induk pada waktu peninjauan lapangan adalah sebagai
berikut:
- Dengan keadaan pintu intake dibuka seperempat dari tinggi bukaan penuh dan
pintu bilas ditutup, debit saluran induk mencapai 257 1/s.
- Dengan keadaan pintu intake dibuka penuh, pintu bilas dibuka penuh dan tinggi
pelskal di saluran induk 0,85 m, debit sa luran induk mencapai 1707 1/s.

• Evaluasi Terhadap Desain


Sendung Satang Agam dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Selanda dan
usianya sudah mencapai sekitar 85 tahun. Karena usianya sudah cukup tua, wajar bila
bendung mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan bangunan bendungnya
sendiri maupun dengan sungai dimana bendung ditempatkan.
Kerusakan pada tubuh bendung dan lantai ruang olakan, berupa terkelupasnya lapisan
permukaan, dapat disebabkan oleh terjadinya abrasi akibat material angkutan sedimen
dan/atau gejala kavitasi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. bahan bangunan
yang digunakan, khususnya bahan untuk membuat adukan pengecoran, saat bendung
direncanakan, masih terbatas pada bahan-bahan yang tersedia pada waktu itu. Dalam
jangka waktu lama dapat mengalami penurunan kualitas, sehingga menyebabkan
kurangnya ketahanan bangunan terhadap gejala-gejala hidraulik yang merusak.
Penggerusan pada dasar dan tebing kiri sungai di hilir bendung adalah akibat dari
degradasi dasar sungai yang berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga
peredaman energi tidak efektif karena muka air hilir ikut turun. Disamping itu,

85
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

bangunan tembok pasangan batu perlindungan tebing kanan mengubah arah aliran di
hilir bendung.
Endapan sedimen di saluran muka intake terjadi akibat adanya pusaran aliran di saluran
muka sebab kondisi aliran masuk ke saluran muka yang tidak merata karena langsung
membelok tegak lurus aliran sungai.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Upaya Penanggulangan Jangka Pendek
Lakukan upaya penanggulangan jangka pendek dengan memperbaiki kerusakan pada
tubuh bendung dan ruang olakan, dan mengamankannya dari penggerusan dasar
sungai di hilir bendung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perbaiki kerusakan tubuh bendung dengan memberi lapisan beton pada seluruh
bentang tubuh bendung. Lakukan pelapisan dengan cara membongkar/
mengurangi ketebalan lapisan tubuh bendung yang ada. Pasang lapisan beton yang
baru pada bagian tersebut. Perkuat sambungan antara lapisan yang baru dengan
yang lama dengan angker.
2. Perbaiki kerusakan lantai ruang olakan bendung dengan melapisi seluruh lantai
ruang olakan dengan beton bertulang. Tutup lubang-lubang yang ada pada lantai
dengan lapisan beton tanpa tulangan.
3. Perbaiki kerusakan dasar sungai tepat di hilir bendung dengan cara memberi
lapisan blok-blok beton terkunci mulai dari ambang akhir ruang olakan ke hilir
sepanjang 10,0 m.

• Upaya Penanggulangan Jangka Panjang


Sebagai upaya penanggulangan jangka panjang, lakukan pekerjaan pengamanan
pasokan air ke daerah irigasi sebagai berikut:
1. Pindahkan mulut intake ke tepi sungai agar tidak terjadi pengendapan di mulut
intake. Hal ini dapat memelihara kapasitas debit ke intake dan meringankan beban
biaya pemeliharaan penggalian endapan di mulut intake (Foto 46).
2. Buat tembok pasangan pada tebing sungai kiri bagian hilir ruang olakan agar dapat
mencegah bahaya longsornya saluran induk.

86
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 43. Bendung Bt. Agam dan Sa luran lnduk lrigasi Dilihat Dari Hi lir.

Foto 44. Kondisi Sungai Satang Agam di Hilir Foto 45. Ambang Akhir Ruang Olakan Muncul
Bendung. di Atas Permukaan Air.

Foto 46.1ntake irigasi dengan Sa luran Muka di Udik Bendung.

87
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.12 REHABILITASI BEN DUNG SAUSU, SULAWESI TENGAH

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Sausu terletak di Sungai Sausu yang secara administratif berada di Desa Sausu
Taliabo, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah.

• DataTeknis
Bendung Sausu dibangun pada tahun 1989. Bendung ini berfungsi sebagai sarana
pengambilan air irigasi untuk mengairi lahan pertanian seluas kurang lebih 10.000
hektar. Sejak berfungsinya bendung pada tahun 1991, pemberian air irigasi tidak dapat
berjalan optimal karena kondisi saluran irigasi kurang memadai akibat sedimentasi pada
saluran dan kondisi pintu-pintu air yang kurang terpelihara.
Pada bulan Mei 1996, bendung Sausu mengalami banjir yang cukup besar (diperkirakan
debitnya 480 m3/s) yang mengakibatkan ambruknya tembok tanggul kiri bendung dan
tertumpuknya sampah padat (debris) berupa batang-batang pohon di hulu bendung
(Foto 47) karena tersangkut pada pilar jembatan Bendung Sausu. Tumpukan batang-
batang pohon ini menyebabkan aliran banjir melalui mercu bendung terhalangnya,
Akibatnya, muka air banjir tinggi dan sedimen masuk ke saluran induk kiri melalui intake
kiri bendung. Karena itu, saluran induk penuh dengan endapan sedimen.
Pada tahun 2003, dalam kerangka sub proyek DISIMP (Decentrallied Irrigation System
Improvement Project) untuk rehabilitasi dan upgrading Dl Sausu, Konsultan Nippon Koei
telah membuat desain rehabilitasi Bendung Sausu dengan membuat peredam energi
kedua untuk mengatasi masalah penggerusan akibat degradasi dasar sungai di hilir
bendung. Dalam desain ini disiapkan juga saluran pengelak (diversion channel) di
sebelah kiri bendung untuk melaksanakan konstruksi.
Pada tanggal 25 April 2008 jam 00.00 - 02.00 WITA terjadi banjir di Bendung Sausu
dengan tinggi air di atas mercu mencapai 1,50 m atau pada elevasi +54,91 m. lni berarti
mendekati muka air banjir rencana pada elevasi +54,97 m dengan debit banjir rencana
628 m3/s. Akibat banjir ini Bendung Sausu mengalami kerusakan-kerusakan berikut:
a) Tubuh bendung
Lapisan beton tahan aus pada mercu dan bidang miring sebelah hilir terkelupas
atau mengalami abrasi sehingga besi tulangan tersingkap (Foto 48).
b) Kolam olak bendung
Lantai kolam olak:
• Lapisan beton tahan aus terkelupas atau mengalami abrasi sehingga
konstruksi pasangan batu di bawahnya tersingkap,
• Beberapa bagian lantai runtuh atau berlubang hingga mencapai tanah
dasar(Foto 49),
• Ali ran air dari hulu ke hilir dijumpai di bawah lantai bag ian tengah ..
- Am bang akhir:
• Bagian kanan am bang akhir roboh/terguling sepanjang ±50 m(Foto 50),
• Bag ian kiri am bang akhir yang masih utuh menggantung dan retak-retak.

88
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

c) Tembok pemisah sebelah hilir bangunan penguras bendung


- Tembok pemisah penguras kiri berlubang dan menggantung.
- Tembok pemisah penguras kanan retak-retak.
d) Jembatan penyeberangan .
Pilar jembatan No. 1, No.2 dan No.3 bergeser ke arah hilir ±3 em.
e) Saluran pembilas kantong sedimen
Outlet saluran kanan dan saluran kiri hancur.

Pada tanggal 20 September 2008, 18 hari setelah aliran sungai dialihkan ke saluran
pengelak, terjadi banjir dengan perkira<i'n debit 300 m 3/s yang mengakibatkan tembok
penahan (retaining wam pada tanggul kiri jebol dan beberapa tiang besi saringan batu
(boulders screen) pada intake kiri roboh.
Pada tanggal 26 Oktober 2008 terjadi lagi banjir dengan perkiraan debit 260 m3/s, yang
mengakibatkan tanggul kiri saluran pengelak rusak dan sudetan (short cut), untuk
pengaliran sementara air sungai ke saluran induk selama pelaksanaan konstruksi,
hilang/hanyut tergerus aliran banjir Sungai Sausu.
Data pokok bendung:
a) Bendung Sausu ( lama )
Lebar total bendung (termasuk pembilas) 130m
Pelimpah bendung
• Tipe mercu Ogee
• Lebar total 109m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 11 x9 m = 99 m
• Lebar pilar keseluruhan 10x1 m=10m
• Tinggi bendung 3.10 m
• Elevasi mercu El. +52,41 m
• Elevasi lantai udik El.+49,31 m
• Elevasi tembok pangkal (dekzerk) El.+56,44m
• Elevasi lantai peredam energi El.+45,65 m
Pembilas bendung kiri
• Tipe bangunan . pembilas bawah (undersluice)
• Lebar total 13m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 4x2,5 m =10m
• Lebar pilar keseluruhan 3x1 m=3m
• Elevasi lantai pembilas El. +48,66 m
• Elevasi plat pembilas El. +50,61 m
Pembilas bendung kanan
• Tipe bangunan pembilas bawah (undersluice)
• Lebar total 6m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 2x2,5 m=5 m
• Lebar pilar keseluruhan 1x1m=1m
• Elevasi lantai pembilas El. +48,66 m
• Elevasi plat pembilas El. +50,61 m

89
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Intake kiri
• Lebar total 19m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 8x 1,5 m =12m
• Lebar pilar keseluruhan 7x1 m=7m
Intake kanan
• Lebar total 4m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 2x1,5m=3m
• Lebar pilar keseluruhan 1x1m=1m
Peredam energi
• Tipe bangunan lantai datar dengan am bang
akhir
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 27,80 m
• Elevasi lantai di hilir pelimpah El. +45,65 m
• Elevasi lantai di hilir pembilas E1. +44,37 m

b) Bendung Sausu (baru)


Perubahan desain dari bendung lama hanya pada desain peredam energi dimana
digunakan sistem peredaman energi dua tahap dengan kolam olak atas dan kolam
olakbawah.
Kolam olak atas
• Tipe bangunan lantai datar dengan mercu
kedua
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 17m
• Elevasi lantai di hilir pelimpah El. +45,65 m
• Elevasi lantai di hilir pembilas E1. +44,37 m
• Elevasi mercu kedua di hilir pelimpah El. +47,57 m
• Elevasi mercu kedua di hilir pembilas El. +45,19 m
Kolam olak bawah
• Tipe bangunan lantai datar dengan am bang
akhir
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 17m
• Elevasi lantai di hilir mercu kedua El. +41,06 m
• Elevasi ambang akhir El. +42,10 m
• Elevasi dasar sungai di hilir bendung El.+42,54m
Debit banjir rencana
• Debit desain periode ulang 100 th, 01oo 628 m 3/s
Elevasi muka air rencana
• Elevasi muka air banjir hulu El. +53,97 m
• Elevasi muka air banjir kolam olak atas El. +49,02 m
• Elevasi muka air banjir hilir El. +44,31 m
• Elevasi muka air normal hulu El. +52,41 m

90
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Sausu sering mengalami banjir di sungai Sausu, yang di samping membawa
angkutan sedimen dari material pasir, kerikil dan batu juga membawa material sampah
padat (debris) berupa kayu-kayu besar hasil reruntuhan pada daerah aliran sungai. Banjir
yang berulang kali menimpa Bendung Sausu ini telah mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada bangunan dan tidak berfungsinya Bendung Sausu secara optimal.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Dengan adanya kerusakan-kerusakan ini, pihak Balai Wilayah Sungai Sulawesi II sebagai
pengelola prasarana dan sarana sumber daya air di Propinsi Sulawesi Tengah telah
melakukan upaya-upaya penanggulangan dan perbaikan. Pembuatan desain konstruksi
dan bangunan untuk perbaikan bendung termasuk rencana pengelolaan alur sungai
telah dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, namun sebelum pekerjaan fisik
penanggulangan tersebut dilakukan Pusat Litbang Sumber Daya Air perlu mengadakan
tinjauan teknis agar desain-desain konstruksi/bangunan tersebut memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Kejadian-kejadian banjir besar di Sungai Sausu pada bulan Mei tahun 1996 dan pada
bulan-bulan April, September, dan Oktober tahun 2008 mengakibatkan kerusakan besar
pada Bendung Sausu. Hasil peninjauan lapangan menunjukkan kerusakan-kerusakan
tersebut yang secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Di hulu bendung terjadi endapan sedimen yang tinggi dan tumpukan sampah
berupa batang-batang kayu dalam jumlah besar yang datang pada waktu banjir,
sehingga mengurangi kapasitas pengaliran melalui bendung dan menghalangi
aIiran air masuk ke intake (Foto 47).
2. Permukaan tubuh bendung, termasuk mercu dan bidang miring sebelah hilir,
terkikis dan terkelupas (Foto 48).
3. Lantai peredam energi bagian te~ga,h termasuk ambang akhir hancur, dan terdapat
lubang di tengah-tengah lantai (Foto 49).
4. Dasar sungai di hilir ambang akhir peredam energi mengalami pergeseran yang
dalam (Foto SO).
5. Tembok penahan pada tanggul dan saringan batu (boulder rack) sebelah kiri rusak
(Foto 51).

Hasil pengamatan terhadap kondisi aliran di kolam olak dan di hilirnya, yang dilakukan
pada bulan Maret 2008 sebelum terjadinya banjir pada bulan April 2008 yang
menghancurkan lantai dan ambang ak~.ir kolam olak, menunjukkan bahwa kolam olak
sudah tidak dapat berfungsi sebagai peredam energi karena muka air hilir sudah turun
sampai di bawah mercu am bang akhir sebagai akibat dari degradasi dasar sungai di hilir
bendung.

91
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 47. Material Sedimen Dari Reruntuhan Pohon, Endapan Sedimen dan Tumpukan Sampah
Batang Pohon di Udik Bendung.

Foto 48. Tubuh Bendung Terkikis dan Terkelupas Foto 49. Lantai Peredam Energi Hancur.

Foto 50. Ambang Akhir Hancur, Dasar Sungai Foto 51. Sa ringan Sedimen (Boulder Rack) di
di Hilirnya Tergerus Dalam. Depan Intake dan Pembilas Kiri
Rusak.

92
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaks•,naan Konstruksi


Kerusakan yang terjadi pada Bendung Sausu diakibatkan oleh banjir yang terjadi
beberapa kali, dengan debit terbesar mendekati debit banjir rencana yang besarnya 628
m3/s, terjadi pada tanggal 25 April 2008. Banjir-banjir tersebut mempunyai daya rusak
yang besar karena kecepatan alirannya tinggi dan kondisi dasar sungai di hilir bendung
sudah mengalami degradasi.
Kenyataan tersebut mengemukakan bahwa desain bendung belum memperhitungkan
secara tepat kemiringan ruas Sungai Sausu di lokasi bendung yang cukup besar dan
mengantisipasi dengan baik degradasi dasar sungai di hilir bendung.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


Dalam rangka menanggulangi masalah yang dihadapi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi pada Bendung Sausu, berikut adalah saran-saran tindak lanjut yang dikemukakan:
a) Tanggulangi masalah gerusan lokal akibat degradasi dasar sungai di hilir bendung,
dengan membuat peredam energi kedua.
b) Perkuat pondasi peredam energi kedua dengan membuat/memasang fondasi sumuran
di bawah bangunan baru di hilir tubuh bendung lama.
c) Pasang sheet pile di ujung lantai hulu Lihtuk mengatasi aliran buluh (piping) di bawah
tubuh bendung dengan memperpanjang rayapan aliran bawah (seepage).

Perhatikan hal-hal berikut yang berkaitan dengan penerapan sistem bendung bertangga
dengan pembuatan peredam energi kedua:
Uii model hidraulik fisik
Untuk memperoleh kondisi pengaliran hidraulik yang memenuhi kriteria pemecahan
energi yang optimum, uji model hidraulik fisik di laboratorium dengan model dua
dimensi terhadap desain bendung. Dari ~asil pengujian diperoleh ukuran panjang lantai
peredam energi pertama dan kedua yang optimum dan lapisan pelindung dasar sungai
di hilir peredam energi kedua berupa rip-rap dari batu atau blok-blok beton.
- Morfologi sungai
kemiringan sungai yang besar memerlukan pengendalian kecepatan aliran dengan
membuat ambang pada dasar sungai (groundsill) secara berseri. Untuk menentukan
tinggi am bang dari dasar sungai, jarak antara am bang, dan posisi am bang di hulu dan di
hilir terhadap bendung, lakukan analisis hidraulik dengan bantuan uji model hidraulik
numerik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Iebar bendung yang terlalu besar dibandingkan
dengan Iebar ruas sungai di lokasi bendung. Perlu dikaji kemungkinan untuk
mengurangi Iebar penampang peredam energi kedua agar aliran yang keluar dari
peredam energi tidak mengalami kontraksi yang besar sehingga tidak perlu dibuat
bangunan transisi yang panjang. Untuk memperoleh Iebar peredam energi kedua yang
optimum, lakukan anal isis dengan bantuan uji model hidraulik fisik dengan model tiga
dimensi di laboratorium.

93
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

GAMBAR22

94
/

Gambar 22 Denah Potongan A-A Memanjang Bendung Sausu

1
r,......,.. ,. . 5~33

ICEMEHTEI.IAH PIICE .. IAAH UMUM


Gambar 23 Denah Potongan B-B Memanjang Bendung Sausu IADAN PENELITIAN DAN PEHOEMIANGAN
I'USATPINBJTAH DAM I'INGIMioiHCAH- Do\YAAII
A.kll. .... ,..,.lfJ ......... -.:P2aiMIOU · --- ·l:IOt.»> • 2.liiODIII'o '-' llilt.ll*"~
110 .......... - - - .. . .... ,~

BENDUNG SAUSU

POTONGAN MEMANJANG
0 4 8 12 16 20cm
SKALA :
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

GAMBAR23

95
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

- Stabilitas bendung
Karena terjadi gradien hidraulik yang besar antara muka air di hulu dan di hilir bendung,
periksa besarnya gaya angkat (uplift) yang bekerja pada bendung dan lakukan kembali
analisis stabilitas bendung. Apabila pembuatan peredam energi kedua menyebabkan
bendung menjadi tidak stabil, maka untuk mengurangi uplift pertimbangkan untuk
menerapkan lantai hilir yang lui us air (permeable stilling basin).
Sambungan bangunan lama dan bangunan baru
Dengan adanya penambahan peredam energi kedua pada bendung yang ada, maka
akan terdapat sambungan antara konstruksi lama dan konstruksi baru. Sambungan
konstruksi harus diperhitungkan, baik kualitas maupun kekuatan masing-masing.
Apabila konstruksi lama ternyata sudah tidak layak, usahakan penanggulangan
maksimal sehingga ke dua bagian konstruksi tersebut stabil.

96
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.13 REVIEW DESAIN BENDUNG SLJNGA, JAWA TENGAH

LOKASJ DAN DATATEKNIS


• Lokasi
Lokasi rencana Bendung Slinga terletak di Sungai Klawing yang secara administratif
berada di Desa Slinga, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa
Tengah. Secara kedinasan, lokasi rencana bendung termasuk dalam wilayah kerja Sub
Dinas Pengairan Kabupaten Purbalingga, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu- Opak, dan
secara geografis terletak pada 7° 21' 45" lS sampai dengan 7° 25' 24" LS dan 1ago 23' 11"
BT sampai dengan 1ago 25' 53" BT.

• Data Teknis
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan dibangun pada tahun 1ga3 oleh
Pemerintah Belanda. Pengambilan air untuk Jaringan lrigasi Slinga dilakukan melalui
Bangunan Pengambil Bebas Slinga di Sungai Klawing (Foto 52) dan untuk Jaringan
lrigasi Larangan dilakukan melalui Bendung Larangan I di Sungai Gemuruh dan
Bendung Larangan II di Sungai Gringsing. Setelah berfungsi sekitar 75 tahun, rehabilitasi
dilakukan pada tahun 1g7711g7s dengan maksud untuk mengembalikan tingkat
pelayanan jaringan irigasi seperti semula atau lebih baik dari sebelumnya.
Akibat perubahan morfologi Sungai Klawing, khususnya degradasi dasar sungai, posisi
ambang Bangunan Pengambil Bebas Slinga terhadap dasar sungai menjadi terlalu
tinggi, sehingga air tidak dapat diambil secara gravitasi ke jaringan irigasi. Untuk
mengatasi hal ini pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir yang terletak di hulu
Bangunan Pengambil Bebas Slinga dan air yang diambil dimasukkan ke Saluran lnduk
Slinga melalui bangunan inlet drain (Foto 55). Kekurangan pasokan air dari Sungai
Cungkir, khususnya pada musim kemarau, diatasi dengan cara memompa air Sungai
Klawing ke Saluran lnduk Slinga. Pemompaan ini memerlukan biaya operasi dan
pemeliharaan yang cukup besar sedangkan hasilnya tidak optimal.
Untuk mengatasi masalah pengambilan air ini, desain Bendung Slinga di Sungai
Klawing telah dibuat. Sebagai persiapan untuk melaksanakan konstruksi, pada tahun
anggaran 2aa4, CV. Putra Pertiwi Semarang telah ditunjuk oleh Proyek lrigasi Andalan
Jawa Tengah, Bagian Proyek Pembinaan dan Perencanaan lrigasi Jawa Tengah untuk
melaksanakan "Review Desain Bendung Slinga, Paket D-3".
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan direncanakan menjadi satu sistem
jaringan interkoneksi, dimana pasokan air utama akan dipenuhi dari Bendung Slinga
yang akan dibangun yang mengambil air dari Sungai Kalwing di hulu Bangunan
Pengambil Bebas Slinga, sedangkan Bendung Larangan I dan Bendung Larangan II akan
berfungsi sebagai suplesi yang peranannya relatif kecil. Pengambilan air dari Bendung
Larangan I, selain sebagai suplesi, juga dimanfaatkan untuk menggelontor air drainase
kota yang dimasukkan ke Jari'ngan lrigasi Larangan I di bagian hulu. Untuk membuat
sistem jaringan interkoneksi ini, selain Bendung Slinga, perlu dibangun juga saluran
penghubung dari bangunan pengamb!.l bendung ke Saluran lnduk Slinga yang ada,
saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga ke Jaringan lrigasi Larangan, dan

97
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

bangunan silang/perlintasan di Sungai Klawing untuk membawa air irigasi melintasi


sungai ke Jaringan lrigasi Larangan yang berada di sebelah kanan sungai.

Rencana Bendung Slinga


Bendung Slinga rencananya ditempatkan ± 450 m di hulu bangunan pengambil bebas
lama dengan data pokok bendung sebagai berikut:
Tipe bendung Bendung tetap
- Tipe peredam energi : Tipe bak tenggelam (submerged bucket)
Bahan konstruksi Pasangan batu kali dilapis beton bertulang
- Debit banjir rencana 010o : 1.869 m3/s
Lebar mercu 101,00 m
Tinggi mercu bendung 1,90 m
Lebar pintu bilas 3x2,00 m
Lebar pilar pembilas 3x1,00m
Lebar pintu pengambil 2x 1,50 m
Lebar pilar pengambil 1,00m
- Panjang kantong lumpur: 195,00 m
Lebar kantong lumpur 3,00m
Lebar pintu penguras 2x 1,50 m
Alat ukur ambang Iebar
Lebar ambang alat ukur 2,00m

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi adalah kurangnya kehandalan pasokan air ke Daerah lrigasi
Slinga karena kondisi sistem pengambilan air yang tidak optimal. Bangunan Pengambil
Bebas Slinga yang dibangun tahun 1903 sudah tidak dapat digunakan untuk
mengambil air secara gravitasi karena Sungai Klawing mengalami degradasi dasar
sungai yang cukup besar yang menyebabkan dasar sungai turun sampai jauh di bawah
ambang bangunan pengambil (Foto 53). Upaya mengatasi masalah dengan
memindahkan pengambilan ke Sungai Cungkir dan menambah pasokan dengan
pemompaan dari Sungai Klawing bukan pemecahan masalah yang tepat, karena
memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang cukup besar sedangkan hasilnya
tidak memadai.
Untuk memecahkan masalah secara lebih baik, direncanakan membuat bendung di
Sungai Klawing di hulu bangunan pengambil bebas lama. Desain bendung yang sudah
dibuat kemudian dikaji ulang (direview) oleh Konsultan CV. Putra Pertiwi Semarang
sebagai persiapan untuk melaksanakan konstruksi. Untuk memeriksa kelayakan review
desain yang dibuat oleh konsultan ini, Pusat Litbang Sumber Daya Air telah dimintai
advis teknis.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah pasokan air ke Daerah lrigasi Slinga upaya-upaya perbaikan
sistem pengambilan air berikut telah dilakukan.
- Pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir.

98
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

- pasokan ditambah dengan pemompaan dari Sungai Klawing.


- Desain Bendung Slinga dibuat untuk mengambil air dari Sungai Klawing.
- Review design Bendung Slinga dibuat untuk persiapan pelaksanaan konstruksi.
- Advis teknis dari Pusat Litbang Su~ber Daya Air telah diminta untuk memeriksa
kelayakan review design.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Bangunan Pengambil Bebas Slinga
Bangunan Pengambil Bebas Slinga sudah tidak berfungsi karena degradasi dasar Sungai
Klawing dan pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir di hulu bangunan
pengambil bebas yang ada.

Foto 52. Banggunan Pengambil Bebas Slinga Foto 53. Muka Air Sungai Berada di Bawah
di Tebing Kiri Tikungan Luar Sungai. Ambang Bangunan Pengambil.

Foto 54. Outlet Bangunan Pengambil di Foto 55. Inlet Drain Dari Sungai Cungkir.
Saluran lnduk Slinga.

99
Pusat Penefitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Lokasi rencana Bendung Slinga


Lokasi rencana Bendung Slinga yang terletak ± 450 m di hulu Bangunan Pengambil
Bebas Slinga (Foto 56) dinilai cukup baik karena terletak di bagian sungai yang relatif
lurus sehingga aliran menuju bendung akan cukup merata. Disamping itu, penampang
sungai di bagian ini lebih sempit dibandingkan dengan di bagian lain sehingga tidak
memerlukan Iebar bendung yang besar.

Foto 56. Lokasi Rencana Bendung Slinga. Foto 57. Pengambilan Material Golongan C.
Dasar perencanaan bendung memerlukan gambar mutakhir situasi sungai di sekitar
lokasi bendung. Untuk itu pengukuran ulang situasi sungai perlu dilakukan mengingat
pengukuran terakhir dilakukan pada tahun 2002. Dalam kurun waktu tujuh tahun dapat
terjadi perubahan morfologi sungai yang signifikan.
Di sekitar lokasi bendung, material golongan C di sungai diambil secara cukup intensif
(Foto 57). Hal ini perlu dipertimbangkan dalam merencanakan bendung.

Pertemuan Sungai Klawing dan Sungai Gintung


Pertemuan Sungai Klawing dan Sungai Gintung (Foto 58) berada ± 1,0 km di hulu lokasi
rencana Bendung Slinga. Pada bag ian Sungai Klawing di daerah pertemuan ini terdapat
jembatan gantung (Foto 59) yang perlu diperhitungkan terhadap peninggian muka air
sungai sebagai akibat dari dibangunnya bendung. Tembok pangkal kiri jembatan ini
mengalami kerusakan akibat banjir. Secara umum aliran Sungai Klawing lebih dominan
dari pada Sungai Gintung.

Foto 58. Pertemuan Sungai Klawing dan Foto 59. Jembatan Gantung di Sungai
Sungai Gintung. Klawing.

100
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Lokasi rencana bangunan silang/perlinta"san di Sungai Klawing (Foto 60)


menyalurkan Penyaluran air irigasi dari Jaringan lrigasi Slinga di sebelah kiri ke Jaringan
lrigasi Larangan di sebelah kanan Sungai Klawing memerlukan bangunan
silang/perlintasan. Bangunan silang/perlintasan ini dapat berupa talang atau sifon dan
untuk menentukan mana yang akan digunakan, perlu pertimbangkan morfologi sungai
(debit banjir, material dasar sungai, angkutan sedimen sungai, agradasi, dan degradasi
dasar sungai, perubahan alur (planform) sungai), kegiatan pengambilan material
golongan C (Foto 61 ), dan tinggi tekan (head) yang tersedia an tara inlet dan outlet
bangunan silang/perlintasan di saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga ke
Jaringan lrigasi Larangan.

Foto 60. Lokasi Rencana Bangunan Silang I Foto 61. Kegiatan Pengambilan Material
Perlintasan. Golongan C.

Jaringan irigasi yang ada


Karena ada rencana membuat sistem jaringan interkoneksi yang mencakup Jaringan
lrigasi Slinga (Foto 62) dan Jaringan lrigasi Larangan (Foto 63), dan rencana perluasan
daerah layanan, dengan pasokan utama dari Bendung Slinga, sesuaikan saluran-saluran
dan bangunan-bangunan yang ada. Saluran lnduk Slinga perlu ditingkatkan kapasitas
dan tinggi tekannya agar dapat mencakup pasokan ke Jaringan lrigasi Larangan. Saluran
lnduk Larangan juga memerlukan penyesuaian pada saluran dan bangunan yang
berkaitan dengan perubahan arah aliran dan peningkatan kapasitas.

Foto 62. Saluran di Jaringan lrigasi Slinga. Foto 63. Saluran di Jaringan lrigasi Larangan.

101
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Evaluasi Terhadap Desain


Setelah memperhatikan masalah yang dihadapi pada bangunan Pengambil Bebas
Slinga yang sudah tidak dapat difungsikan lagi, maka rencana rehabilitasi dengan
pembangunan Bendung Slinga merupakan gagasan yang baik.
Dari evaluasi terhadap desain yang kerjakan oleh Konsultan PT Putra Pertiwi Semarang,
seperti yang disajikan dalam laporan "Review Detail Desain Bendung Slinga", diketahui
ada beberapa hal yang memerlukan analisis yang lebih lengkap dan lebih tajam, yaitu:
a) Analisis hidrologi mengenai debit banjir rencana.
b) Analisis hidraulik mengenai:
(1) Penentuan elevasi mercu yang optimal.
Hal ini sangat penting karena di satu sisi berdasarkan data yang ada pada ruas
tersebut sering terjadi banjir, sedangkan di sisi lain diperlukan tinggi tekan
yang memadai untuk mengalirkan air dan membilas sedimen. Dari desain
muka air hulu dan hilir diketahui bahwa pada saat debit desain 010o tahun, akan
terjadi aliran "tidak sempurna". Masalah ini perlu dianalisis dengan lebih rind.

(2) Peredam energi bendung.


Dasar Sungai Klawing di lokasi bendung didominasi oleh pasir kasar - kerikil
dengan respon sungai yang sangat aktif. Karena itu, tipe peredam energi
cekung masif dan sa rang laba-laba diperkirakan tidak memadai.

(3) Bangunan pembilas bendung dan bangunan pengambil.


Desain bangunan pembilas bendung menggunakan tipe pembilas biasa
dengan lantai miring. Agar pembilasan lebih efektif gunakan tipe pembilas
bawah (undersluice) dan sesuaikan dengan bangunan pengambil.

(4) Bangunan penangkap sedimen.


Karena tinggi tekan yang sangat terbatas dan untuk mengoptimumkan efisiensi
pengendapan dan efektivitas pembilasan, disarankan untuk menerapkan
penangkap sedimen/pasir dengan minimum 2 kompartemen.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Desain Bendung Slinga
Untuk menghasilkan desain Bendung Slinga yang optimal dan mempunyai keandalan
kinerja yang tinggi (Gambar 25 dan Gambar 26), disarankan untuk memeriksa hal-hal
sebagai berikut:
1. Tentukan debit baniir rencana
Lakukan analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rencana Q,oo yang
menurut review design besarnya 1.869 m3/s.

2. Tentukan elevasi mercu dan Iebar pelimpah bendung secara optimal


Elevasi mercu pelimpah ditentukan dengan memperhitungkan tinggi tekan yang
diperlukan untuk penyaluran debit pasokan secara gravitasi ke seluruh bagian
jaringan irigasi dan pembilasan secara hidraulik endapan sedimen di depan
bangunan pengambil dan di saluran penangkap sedimen. Lebar pelimpah

102
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

ditentukan dengan menghitung debit banjir rencana, elevasi muka air hilir dan
tinggi aliran di atas mercu yang terjadi dengan mempertimbangkan tanggul banjir
yang diperlukan dan jembatan di hulu bendung yang harus aman terhadap
peninggian muka air (backwater) akil?,at pembendungan.

3. Tentukan desain peredam energi bendung yang efektif


Dalam menentukan desain peredam energi bendung, pertimbangkan kondisi aliran
melalui bendung, agradasi/degradasi dasar sungai, dan material dasar sungai yang
didominasi pasir kasar dan kerikil. Perhatikan kondisi ali ran melalui bendung dimana
pada debit desain aliran masuk ke peredam energi tenggelam di bawah muka air
hilir, penggunaan peredam energi tipe lantai datar lebih sesuai dibandingkan
dengan tipe cekung masif.

4. Tentukan desain bangunan pembilas·bendung


Agar pembilasan lebih efektif, disarankan untuk menggunakan bangunan pembilas
tipe pembilas bawah (undersluice) sebagai pengganti bangunan pembilas biasa.
Dengan menggunakan bangunan pembilas bawah, sesuaikan desain bangunan
pengambil. Keuntungan dari penggunaan bangunan pembilas bawah adalah
operasi pembilasan dapat dilakukan tanpa menurunkan muka air di hulu bendung.

5. Tentukan desain bangunan penangkap sedimen


Karena tinggi tekan yang dapat disediakan terbatas, lakukan pembilasan yang efektif
atas bangunan penangkap sedimen dengan membuat sekurang-kurangnya dua
kompartemen, agar pembilasan dapat dilakukan bergantian dengan menggunakan
debit pembilasan penuh pada setiap kompartemen. Keuntungan lain dari
penggunaan dua kompartemen atau lebih adalah operasi pembilasan dapat
dilakukan bersama-sama dengan operasi pemasokan air irigasi.

Persiapkan desain dengan mengacu pada standar-standar dan kriteria perencanaan


yang ada, antara lain:
a) Tata Cara Perencanaan Umum, Analisis Hidrologi dan Hidraulik untuk Desain
Bangunan di Sungai (SNI No. 03-1724~ 1989).
b) Tata Cara Perencanaan Umum Bendung (SNI no. 03- 2402- 1991 ).
c) Standar Perencanaan lrigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02.

• Perencanaan Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan


Untuk menghasilkan Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan yang optimal
(Gambar 24) dan mempunyai keandalan kinerja yang tinggi, disarankan untuk
memeriksa hal-hal sebagai berikut:
1. Kapasitas bangunan pengambil Bendung Slinga
Periksa kapasitas bangunan pengambil agar dapat memenuhi kebutuhan pasokan
untuk Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan termasuk areal
per Iuasannya.

103
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2. Kapasitas saluran penghubung


Periksa kapasitas saluran penghubung dari bangunan pengambil Bendung Slinga ke
Saluran lnduk Slinga yang ada dan saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga
ke Jaringan lrigasi Larangan agar dapat memenuhi kebutuhan pasokan untuk areal
layanan masing-masing termasuk perluasannya.
3. Penyesuaian saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang ada
Sesuaikan desain saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang ada di Jaringan
lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan dengan perubahan kapasitas dan/atau
arah alirannya.

BEPriOVNO SliNGA
(SARU)

' · / · - --- SALUAAN

r PENGHVOUNG 1
(BARV)

(Rf.£ INTAKE SLINCiA \lAMA)

• - •'

.L 1
· ( . SLINGA
-- SALURAN INDUK

SALURAN
SOLURAN
SEKUNOE:R

Sr. -·-·-·n·-·-·-·-·+
SEt<UNDER fCEM8AAANWETAN
I<All ..........

IIL.-t Y'""'

~~ t
r ... LURAN INDUK
SLINGA
I
• " - - SALVfVoN
SEKUNOE'R 8RECEK

. Ql.k-4

BI!NCUNCI
LARANOANI •

·-·-. -· -0;7.".·- . ...,.\- ·- ·-.-. -· ~


I -- ~;~~oriR
\.,ARANGANI

.--i --

SAlURAN PENG,tUOUNG 3

- S.ALUAAN
I

_(_ SEKUND£R
L.ARANGANII

.L IL•II tllll
1---1'1-t=" • - . - . L •-. . -.-.-.-.-.- ·>
II!NDUNG
LARANGANII

Gambar 24. Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan.

104
Kompendtum
. Advis Teknis Berbagm·Jenis Bendung

ro
0'1
.!:
Vi
0'1
c
::l
-c
cQ)
co
..t::.

"'c
Q)
0

-...! -- •. . . •.
·~
-------.."'"------
··;;;.· / . :. . --............_,
-~- ---......_ 'n'""~-· - ~ ~
-··~,
. • "!.;'
•...\:/-· ·-. ·- ··- ··- -
-·....

105
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

''' s;

IP
t'ii1
HI
Illtl
l.I

:v

"t
Ill

...!OJ
~

~
~
g
::I
u:a

::I
~ ..
3
a.
u:a
co

u:a


::I

til
::I
c..
c
::I

!!!
'
I

:r l•. !
u:a 'i ~
~

106
Kompendium Advis Teknis Berbagai l enis Ben dung

2.1.14 PEMBANGUNAN BENDUNG KLARIK Dl DAERAH IRIGASI KLARIK, KEPULAUAN RIAU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Klarik terletak di Sungai Klarik yang secara administratif berada di Pulau
Bunguran Besar, Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau.

• Data Teknis
Penempatan bendung
Bendung Klarik dibangun di sudetan atau "coupure" sungai Klarik, yang lokasinya
terletak pada bukit yang melandai ke hulu dan ke hilir. Dasar sungai di hulu "coupure"
terletak pada +3,00 m dpl dan di hilir "coupure" lebih kurang pada + 1,50 m dpl yang
kadang kala pada pasang tinggi bisa" terpengaruh oleh ali ran pasang. Penggalian
disepanjang "coupure" mulai dari hilir ke hulu mempunyai kedalaman berkisar antara 1
m - 7 m. Foto 64 memperlihatkan pelaksanaa konstruksi bangunan bendung klarik
pada saat peninjauan lapangan tahun 2009.
Pondasi bendung diletakan diatas batuan beku dengan cara menggali lapisan-lapisan
tanah dan batuan yang ada diatasnya setebal lebih kurang 7 - 8 m. Batuan pondasi
berupa batuan beku andesit, berwarna abu-abu kehijauan, keras dan kuat untuk
mendukung bangunan bendung.

Foto 64. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bendung.

Tanggul penutup utama


Menurut gambar perencanaan, untuk mencapai elevasi tanggul penutup utama pada +
17,00 m dan panjang tanggul dari tengah-tengah sungai ke lereng bukit di sebelah kiri
dan sebelah kanan tanggul, tinggikan masing-masing lebih kurang 300 m. Elevasi tanah
di sekitar tanggul berkisar antara + 13 m hingga + 14 m dpl.
Tanah pondasi pada lokasi rencana bentlung (Foto 65) berupa tanah humus tebal ± 60
em dan lapisan dibawahnya berupa lapisan pasir kwarsa berwarna putih setebal ± 1 m.
Saluran induk
Saluran induk ditempatkan berdampingan dengan tanggul penutup dan trase saluran
melalui lapisan tanah humus dan lapisan batu pasir putih yang mudah hancur. Lapisan
tanah humus dan batu pasir putih ini tersebar merata diseluruh pulau bagian utara
Kepulauan Natuna ini.

107
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Tanggul penutup sementara


Tanggul penutup sementara untuk mengamankan pelaksanaan konstruksi tanggul
penutup utama ditempatkan di sebelah hulu bendung berdampingan dengan awal
galian "coupure".
Dasar sungai di lokasi ini berkisar +3,00 m di atas muka laut, tetapi saat banjir besar,
pada lokasi rencana tanggul penutup di sungai, air banjir bisa mencapai + 15,5 m dpl.
· Dasar sungai di bagian ini terdiri dari batuan sedimen yang cukup padat dan keras
sehingga diperkirakan pondasi tanggul penutup sementara tidak akan bermasalah.

Foto 65. Tanah Pondasi Rencana Tanggul Foto 66. Daerah Rencana Genangan Di Udik
Penutup Utama. Bendung .

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


I

Pembangunan Bendung Klarik mengalami kendala karena dijumpainya lapisan pasir


dan batupasir yang ada diatas batuan pondasi bendung dan rencana tanggul penutup
yang diperkirakan lui us air dan mempunyai ketebalan 5 - 7 m.
Batuan pondasi bendung terdiri dari batuan sedimen yang berupa lapisan batupasir
yang berlapis dan belum mengalami proses pembatuan yang baik atau tersementasi
kurang baik dan bersifat mudah hancur. Hal ini terlihat dari mudahnya batuan sedimen
tersebut digali dengan menggunakan alat-alat berat yang ada. Masalah timbul karena
batuan yang digali mudah/cepat rontok, apalagi pada galian tegak, sehingga galian
melebar ke kiri dan ke kanan. Dengan kondisi galian seperti ini, volume timbunan di
lokasi ini akan meningkat, karena puncak bangunan akan terletak pada elevasi + 17,00
m di atas permukaan laut.
Ada perbedaan volume yang besar pad a tanggul penutup antara desain dan kenyataan
.hasil pengukuran MC - 0 saat pelaksanaan akibat dari perbedaan panjang tanggul dari
tengah-tengah sungai ke lereng bukit di kiri dan kanan sungai yang dalam desain
masing-masing 300 m sedangkan hasil pengukuran topografi MC - 0 700 m ke kiri dan
800 m ke kanan.

Saluran induk yang ditempatkan berdampingan dengan tanggul penutup utama berdiri
di atas tanah yang mudah tererosi dan dapat menjadi pasir urai yang akan
membahayakan keamanan bangunan saluran di waktu yang akan datang.

108
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV
telah meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk memberikan advis teknis dengan
meninjau lapangan dan penelitian atas pekerjaan pembangunan Bendung Klarik yang
sedang dilaksanakan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Geologi regional daerah studi
Lokasi studi berada di wilayah utama di Kep. Natuna, tepatnya di Pulau Bunguran Besar
dimana struktur geologi yang berkembang adalah sesar dan lipatan. Hasil analisis
struktur di Pulau Natuna dan sekitarnya menunjukkan bahwa sesar geser jurus adalah
struktur yang paling menonjol di daerah ini. Menurut sejarah geologi, di daerah Natuna
pada jaman akhir Jura tunjaman terjadi di salah satu daerah di sebelah timur yang
membentuk batuan alas pra-Tersier yang terdiri dari batuan ultramafik, mafik, batuan
malihan, dan sedimen pelages. Perubahan arah gerakan lempeng di daerah itu
membentuk sesar memilin dan membentuk cekungan tersier yang di awali oleh
pengendapan Batupasir Pengadah. Keratan dalam batuan itu berasal dari kikisan dari
kawasan Paparan Sunda termasuk Pulau Kalimantan di selatan.

PETAGBlLOGI PULAU BUNGURAN BESAR


NATUNA· KEPULAUAN RIAU
KETERANOANS.aJUN< PETA:

~ ALUVll'l : K•kl p.ulc, Lin..~ din ~mbut

~ :~o':.n~~Pl~=r:::;~~
ptj.I L un-...y.t two-~A:•n cUin tMnrpwtJc.1 n:
plraksln, olrriney•ut d.anspin&

~ rMI'ICJAncllng
~~=~=~~~\~Liu't:,.•k~
bM'Iy• ku.ru d.lnndlcl
h-s~men ~tu... gel.-nbur gelomNng.

~ FORMA.SI PEHOADAH :konglom.r.lt. bll.lp.u ir


d.ln bo1hi~u. konglorner.lt, pl.tit*olot, k11.1s
.~n•• blhan , •nd,....p•il. te~pi&lh bun•.
kompoMn lcu.~!u, ri.ljng. bau l.mp~-nam.~lih
d.lnj.lrugb.ltulnb*u. O.tu!)Dk".p..til
k .cokla•nk.Ubu,k•r• t•pi&lhud.Mg blk.
k•boNin. ntemp.t kMbOtloll'l, g•rrCur
gelomb.ang.

- ~~~Sid.l~;~~~~=~~~~=:.c~:::n
hing;o~kemw.lh-., k••
U n bersifipMI 6efiO'n
b.atup• irun.~thillus .

- GRAHITRAHAI :grM'II, pld'lkotcu,k•••· fo:'*Uc


holokrii:Uin. ku•sa. ortctcl• . pLI.;oka.,bicU d.-.

"'""'""'

Gambar 27. Peta Geologi Pulau Bunguran Besar Natuna (sumber: P3G, DESDM; - 1: lokasi
studi)

Secara stratigrafi daerah studi berada pada satuan; Alluvial (Qa): kerikil, pasir, lanau dan
gambut, dengan pondasi Formasi Raharjapura (Tpr) yang terdiri dari selang-seling
antara batupasir dan batulanau. Batupasir mempunyai ciri berwarna putih kekuningan,

109
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

terpilah baik, mengandung banyak kuarsa dan sedikit fraqmen batuan. Peta geologi
Pulau Bunguran Besar, Natuna dapat dilihat pada Gam bar 27.
Satuan geologi yang lain di sekitar lokasi adalah; Formasi Pengadah (Tomp) terdiri dari
konglomerat, batupasir, dan batulanau. Konglomerat mempunyai ciri berwarna putih
kotor, keras, terpilah buruk, komponen kuarsa, rijang, batulempung mali han, dan jarang
batuan beku. Batupasir: putih kecoklatan kelabu, keras terpilah sedang-baik, karbonan,
setempat karbonan, gelembur-gelombang, silang-siur, jejak beban. Batulanau: kelabu
muda, agak keras, pelapisan sejajar umumnya sebagai sisipan. Secara umum batupasir
dan lanau menempati bagian atas. Satuan ini merupakan endapan fluviatil dan tebal
seluruh satuan diperkirakan 300 m. Granit Ranai (granit, putih, kasar, forfiritik,
holokristalin, kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan muskovit) dan Formasi Bunguran
(Jkp) terdiri dari perselingan batulanau, tuf dan rijang. Batulanau, putih kekuningan
hingga kemerahan, keras, dan bersisipan dengan batupasir sangat halus. Tuf putih
kelabu setempat kemerahan, umumnya keras.

Geologi teknik daerah studi


Hasil pengeboran dengan alat bor mesin dan uji permeabilitas pada tiitk bor BH 1 dan
BH 2 (Laporan PT. lndra Karya, 2004) menunjukkan hal-hal berikut:

Profil dan Deskripsi Hasil Pengeboran BH 1


No Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi tanah
Pasir halus berlanau kepasiran warna
1 0,00-2,90 2,90 cokelat, plastisitas rendah, kepadatan
sedang, dan kadar air rendah.
Pasir berkerikil abu-abu kecoklatan,
2 2,90-5,20 2,30 kepadatan sedang kepadat, non
plastisitas dan kadar air rendah
Batuan kerikil dan pasir warna coklat,
3 5,20-20,00 14,80 kepadatan padat ke sangat padat, non
plastisitas dan kadar air rendah

Profil dan Deskripsi Hasil Pengeboran BH 2


No Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi tanah
Pasir halus berlanau kepasiran warna
1 0,00-2,30 2,30 cokelat, plastisitas rendah, kepadatan
sedang, dan kadar air rendah.
Pasir berkerikil abu-abu kecoklatan,
2 2,30-4,90 2,60 kepadatan sedang kepadat, non
plastisitas dan kadar air rendah
Batuan kerikil dan pasir warna coklat,
3 4,80-20,00 15,10 kepadatan padat ke sangat padat, non
plastisitas dan kadar air rendah

110
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Profil Hasil Uji Permeabilitas (cm/s)


Kedalaman (m) BH 1 BH2
2,50 9,69 E-04 9,90 E-04
4,50 1,2'9 E-02 1,18 E-02
6,50 1,04 E-01 1,34 E-01
8,50 1,25 E-01 1,70E-01

• Evaluasi Terhadap Desain


Analisis potensi rembesan (seepage) profil bendung
Analisis potensi rembesan dilakukan pada profil bendung yang berada pada pondasi
satuan batu pasir untuk kondisi desain dan kondisi perbaikan dengan blanket/GCL,
dengan simulasi model menggunakan software SWEEP/W.

Kondisi desain
Hasil analisis menunjukkan
- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0,2 = 5,2 > 4 aman
Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 6,129 1o·6 x 15 m = 9,1935 1o·s m 3/s
- Uplift pressure di lantai hilir, u = 40 Kpa, dengan asumsi tebal beton 2 m, maka telah
memenuhi (apa?)

Kondisi perbaikan dengan blanket/GCL


Perbaikan dengan blanket/GCL bertujua'n untuk memperpanjang lintasan aliran bawah
(creep length) dengan cara memberikan tambahan panjang lapisan kedap air pada
permukaan tanah di depan lantai muka. Lapisan kedap air ini menggunalan GCL
(Geosynthetic Clay Liner) yang di bag ian atasnya dilindungi oleh timbunan pasir dan rip-
rap. Tebal selimut GCL yang digunakan adalah 30 em dengan nilai permeabilitas k = 1o· 6
m/s.

Hasil analisa menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan; FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 6,127 1o·6 x 15 m = 9,1905 1o-s m 3/s.
- Uplift pressure di lantai hilir, u = 38 Kpa, dengan asumsi tebal beton 2 m, maka telah
memenuhi persyaratan.

Anal isis potensi rembesan (seepage) tanggul penutup


Kondisi desain
Simulasi perhitungan dilakukan pada profill desain tanggul penutup yang berada di
bag ian depan tapak bendung. Perhitungan potensi rembesan dilakukan dengan asumsi
profil stratigrafi di pondasi bagian tanggul sama dengan di daerah pondasi bendung.
Perhitungan meliputi exit gradient dan"' debit rembesan yang terjadi untuk muka air
banjir pada elevasi. +15,5 m.
Hasil analisis menunjukkan:
- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.8 = 1,3 < 4 tidak
aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 1,675 10-4 m3/s perm panjang.

111
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Kondisi perbaikan dengan metode "cutoff'


Metode "cut off' ini digunakan untuk membentuk dinding penghalang rembesan yang
melalui bawah tanggul. "Cut off' juga diharapkan mengurangi potensi kehilangan air
pada genangan tanggul penutup. Analisis dilakukan untuk muka air banjir + 15,5 m.

Hasil analisis menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi,Qr= 7,53310-6 m 3/s perm panjang.
Kondisi perbaikan dengan metode "blanket" tanah
Anal isis ini dilakukan sebagai alternatif untuk mengurangi exit gradient dan kehilangan
air dari genangan pada bagian pondasi tanggul dengan blanklet di dasar genangan.
Metode "blanket" tanah digunakan untuk membentuk lapisan kedap air pada dasar
genangan yang akan mengurangi rembesan melalui dasar genangan. Tanah
lempungan lanauan yang banyak terdapat di lokasi dengan kualitas yang baik
digunakan untuk blanket tanah. Selain itu pada bagian hilir tanggul dibuat toe drain
untuk mengurangi tekanan air pori.

Hasil analisis menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 3,3638 10-6 m 3/s perm panjang.

Kondisi perbaikan dengan metode "blanket" GCL


Analisis ini dilakukan sebagai alternatif untuk mengurangi exit gradient dan kehilangan
air dari genangan pada bagian pondasi tanggul dengan geotextile tipe GCL
(geosynthentic clay liner) sebagai lapisan kedap air di tanggul dan dasar genangan. GCL
digunakan sebagai alternatif karena pelaksanaannya relatif lebih mudah. GCL yang
dipasang pada lereng tanggul dilindungi dengan pasangan batu. Selain itu pada bagian
hilir tanggul dibuat, toe drain untuk mengurangi tekanan air pori.

Hasil analisis menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 1,336610-4 m 3/s perm panjang.

Analisis stabilitas lereng


Hasil analisis terhadap desain tanggul menunjukkan bahwa untuk kondisi muka air
banjir + 15,5 m dengan metode keseimbangan menggunakan software SLOPE/W
didapatkan FK = 1,452 aman.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Pelaksanaan Konstruksi
Untuk melaksanakan pekerjaan di daerah ali ran air perhatikan pola hujan yang rata-rata
terjadi pada musim hujan dan perhatikan besarnya banjir yang mungkin terjadi dengan
berpatokan pada debit banjir rencana untuk melaksanakan konstruksi.
Persiapkan area pekerjaan dengan baik hingga tersedia ruang yang cukup leluasa untuk
kelancaran pelaksanaan konstruksi.

112
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Ketika melakukan galian perhatikan kondisi tanah/batuan untuk menghindari longsor


yang mungkin terjadi.
Lakukan penimbunan di bagian yang berdampingan dengan bangunan secara hati-hati
untuk menghindarkan gangguan terhadap bangunan yang sudah berdiri. Untuk
mendapatkan hubungan/kontak yang baik antara timbunan dengan bidang permukaan
bangunan, gunakan bah an contact clay (sejenis tanah lempungan dengan OMC + 4-5%).

• Galian Coupure
Karena kondisi tanah/batuan yang mudah runtuh, buatlah lereng tebing galian coupure
cukup landai, dan bila perlu perkuat dengan bangunan perkuatan berupa
lining/revetment.

• Tanggul Penutup
Karena perbedaan volume tanggul penutup cukup besar antara desain dan kenyataan
hasil pengukuran MC - 0 di lapangan, tinjau kembali cadangan borrow area yang ada
mengingat perubahan volume tanggul menjadi ± 900.000 m3 •
Pada dasar galian pondasi tanggul penutup buat "kunci" dengan membuat alur dengan
Iebar 1,0 m dan kedalaman dari permukaan dasar pondasi 1,0 m - 1,5 m di tengah-
tengah dasar gal ian pondasi sepanjang tanggul. Sebelum menimbun tanggul penutup,
bersihkan dasar galian pondasi.
Untuk mencegah rembesan air melalui bawah pondasi, di bagian depan tanggul
penutup buatlah "blanket" dari tanah yang di padatkan dengan ukuran-ukuran yang di
tentukan berdasarkan gradien hidrolik yang terjadi.

• Saluran lnduk
Posisi bagian awal saluran induk yang panjangnya mencapai sekitar 9 km
berdampingan dengan tanggul penutup dan seluruh penampangnya berada di tanah
timbunan, sedangkan pada bagian yang lebih ke hilir saluran induk terletak di atas
tanah/batu pasir yang mudah tererosi. Karena ada perbedaan volume tanggul penutup
yang cukup besar antara desain dan kenyataan hasil pengukuran MC - 0 di lapangan,
perlu ditinjau kembali cadangan borrow area yang ada mengingat perubahan volume
tanggul menjadi ± 900.000 m 3•

113
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.15 PENANGANAN KERUSAKAN BENDUNG KONSOLIDASI DAM SUNGAI CIBERANG,


BANTEN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang terletak di Sungai Ciberang yang secara
administratif berada di Desa Kadu Peucang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak,
Propinsi Banten.

• Data Teknis
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang, merupakan bangunan pengendali dasar
sungai. Konstruksi ini dibangun untuk menjaga/mengendalikan penurunan dasar
sungai yang diperkirakan akan membahayakan stabilitas jembatan yang ada di bagian
hulunya. Pembangunan bendung konsolidasi ini dimulai tahun 1995, diperbaiki tahun
2006, dan disempurnakan pada kegiatan tahun 2008- 2009.
Perbaikan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah membuat bangunan pengendali
dasar Cek Dam 2 di hilir bangunan pengendali dasar Cek Dam 1 yang dibangun pada
tahun 1995. Sistem Bendung Konsolidasi dari hasil perbaikan tahun 2006 dapat dilihat
pada Gam bar 28.
Pada tahun 2007 terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya sistem bendung
konsolidasi, berupa kerusakan pada mercu bag ian kiri Cek Dam 1, dan kehancuran ± 2/3
bagian bangunan Cek Dam 2. Kerusakan bangunan akibat banjir tahun 2007 ini
diperbaiki pada tahun anggaran 2008.
Tidak lama setelah selesai perbaikan bangunan Cek Dam 1 dan Cek Dam 2, kembali
terjadi banjir sehingga bangunan Cek Dam 2 kembali rusak. Sebagian besar bangunan
Cek Dam 2 di bag ian kiri hancur.
Untuk menyelamatkan/mengamankan bangunan-bangunan yang ada, pada awal tahun
2009 dibangun Cek Dam 3 yang terletak di hilir bangunan Cek Dam 2 (Gambar 29).
Sesaat setelah bangunan Cek Dam 3 selesai dibangun, terjadi banjir yang
mengakibatkan kerusakan hampir seluruh bangunan Cek Dam 3.

114
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gambar 28. Sistem Bendung Konsolidasi Dam Tahun 2006.

Gambar 29. Sistem Bendung Konsolidasi Dam Tahun 2009

115
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 67. Perkuatan Bangunan Cek Dam 1.

Foto 68. Perbaikan Bangunan Cek Dam 2. Foto 69. Pembangunan Cek Dam 3.

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang dibangun tahun 1995 untuk mengamankan
jembatan di sebelah hulunya yang beberapa kali mengalami kerusakan akibat banjir.
Upaya-upaya perbaikan dan perkuatan dengan membuat bangunan pengendali dasar
sungai tambahan, yaitu Cek Dam 2 dan Cek Dam 3, pada sistem bendung konsolidasi
dam masih belum dapat menanggulangi daya rusak aliran akibat banjir sungai
Ciberang. Masalah utama yang dihadapi bendung konsolidasi dam ini tampaknya
adalah pada konstruksi bangunan cek dam yang tidak mampu mengatasi gejala-gejala
dan gaya-gaya aliran akibat banjir. Perkuatan bangunan Cek Dam 1 dapat dilihat pada
Foto 67 sedangkan perbaikan bangunan Cek Dam 2 dan Cek Dam 3 berturut-turut
dapat dilihat pada Foto 68 dan Foto 69.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah melakukan upaya-upaya
penanggulangan dengan memperbaiki dan membuat cek dam tambahan mulai tahun
2006 sampai dengan tahun 2009. Namun sejauh ini upaya-upaya tersebut belum
berhasil mengatasi masalah karena Cek Dam 3 yang dibangun tahun 2009 rusak akibat
banjir tidak lama setelah cek dam dioperasikan.
Untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dapat diandalkan, Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk

116
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

melakukan observasi terhadap masalah Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang dan
memberikan advis teknik yang diperlukan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBABfTERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi umum
bangunan Cek Dam 1 masih utuh, sedangkan bangunan Cek Dam 2 dan Cek Dam 3
telah mengalami kerusakan (Foto 70 dan 71 ). Walaupun masih utuh, secara visual
terlihat adanya retakan melintang pada tubuh bangunan Cek Dam 1. Selain itu
kerusakan-kerusakan juga terjadi pada tembok sayap hulu dan hilir baik sebelah kanan
maupun sebelah kiri.

Foto 70. Kondisi umum bangunan Cek Dam 1, Foto 71. Kerusakan pada tembok sayap hilir
Cek Dam 2 dan Cek Dam 3. sebelah kanan

• Evaluasi Terhadap Desain


Dalam rangka mengatasi masalah kerusakan Bendung Konsolidasi Dam Sungai
Ciberang, evaluasi terhadap desain bangunan cek dam, khususnya dalam hal kestabilan
bangunan terhadap gaya-gaya yang bekerja telah dilakukan. Hasil analisis kestabilan
bangunan dengan menggunakan data hasil penyelidikan geoteknik di tebing kiri dan
tebing kanan sungai menunjukkan bahwa bangunan Cek Dam 1 tidak stabil terhadap
geser.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Sebagai pemecahan masalah, disarankan untuk menyesuaikan desain cek dam dengan
menambah peredam energi di hilir bangunan cek dam. Berikut ini disajikan usulan konsep
desain bangunan cek dam yang mencakup desain hidraulik dan desain struktur untuk
penanggulangan darurat dan penanggulangan permanen.

117
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Desain Hidraulik Bangunan Cek Dam

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk desain hidraulik bangunan eek dam
meliputi:
1) Lebar efektifbangunan, b =51 m,lebar sungai rata-rata di hilir bangunan,
B=60m.
2) Tinggi muka air di atas mereu pada debit desain, hu = 2,12 m, dan berdasarkan
evaluasi dari bangunan yang ada debit yang mengalir, Q = 299,11 m3/ s
(q = 5,86 m3/s).
3) Tipe bangunan peredam energi pilih yang sesuai dengan material dasar sungai
(pasir sampai batu diameter 20 em), adalah tipe MOS.
4) Elevasi mereu rencana El. +41,00 (eksisting +40,80 ditambah selimut beton baru 20
em).
5) Elevasi dasar sungai di hilir +38,50. Dengan memperhitungkan adanya degradasi 1
m, untuk perhitungan desain elevasi dasar sungai di hilir diambil +37,50.
Dari perhitungan peredam energi tipe MDS diperoleh dimensi dasar peredam energi
sebagai berikut:
Kedalaman ali ran di hilir, D2 = 2,05 m,
Elevasi muka air hilir +39,55,
Elevasi muka air udik +43,12,
- Tinggi terjun, Z = 3,57 m,
Kedalaman ali ran di peredam energi, Ds = 4,80 m,
Panjang lantai peredam energi, L = 8,00 m,
Penurunan lantai peredam energi, a= 0,50 m,
Tinggi am bang akhir, s = 1,00 m.

• Desain Struktur untuk Penanggulangan Darurat


Konsep desain penanggulangan darurat (Gambar 30) adalah memperkuat bangunan
yang ada untuk meningkatkan nilai stabilitas struktur secara keseluruhan.

Tembok Sayap Hitir

I f'f
oe;
~
11001 IIXJI

Gambar 30. Konsep Desain Penanggulangan Darurat.

118
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Berikut adalah hasil perhitungan nilai stabilitas struktur:


SFGuling =6,67 > 1,20 (OK)
SFGeser = 1,39 > 1,20 (OK)

• Desain Struktur untuk Penanggulangan Permanen


Konsep desain penanggulangan permanen (Gambar 31) merupakan penyempurnaan
dari konsep desain penanggulangan darurat untuk mendapatkan struktur permanen
yang lebih stabil.

Gam bar 31. Konsep desain penanggulangan permanen.

Berikut adalah hasil perhitungan nilai stabilitas struktur:


SFGuling = 2,40 > 1,50 (OK)
SFGeser = 1,86 > 1,50 (OK)
SFPiping = 4,49 > 2,00 (OK)

• Studi Morfologi Sungai


Studi morfologi sungai secara keseluruhan diperlukan untuk mengetahui respon Sungai
Ciberang dalam jangka panjang terhadap keberadaan sistem Bendung Konsolidasi Dam
Sungai Ciberang.

119
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.16 PENYELIDIKAN LAPANGAN BANGUNAN PENANGKAP PASIR BENDUNG SEI ULAK


DERAS KERINCI, PROVINSI JAMBI

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Sei Ulak Deras berlokasi di Sungai Ulak Deras, Desa Lubuk Nan Gadang,
Kecamatan Sei Ulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

• Data Teknis
Areal yang diairi Bendung Sei Ulak Deras berada di bagian kiri dan kanan bendung. Luas
areal irigasi bagian kiri adalah 2671 hektar dan kanan 3148 hektar Keadaan bendung
pada saat peninjauan dapat dilihat pada Foto 72. Bendung ditempatkan di palung
sungai dengan Iebar bentang 28,0 meter. Bendung dilengkapi dengan bangunan
pengambilan di kedua sisi bendung, bangunan bilas bendung, dan bangunan
penangkap pasir di bagian kiri dan kanan bendung.
Bangunan penangkap pasir kanan ditempatkan kurang lebih 120 meter di hilir pintu
pengambilan kanan, sedangkan bangunan penangkap pasir kiri ditempatkan kurang
lebih 100 meter di hilir pintu pengambilan kiri. Antara pintu pengambilan dan
bangunan penangkap pasir dihubungkan oleh saluran terowongan.
Dewasa ini kedua bangunan penangkap pasir dan bangunan bilas bendung tidak dapat
dioperasikan dan tidak berfungsi sebagai mana mestinya.

Foto 72. Keadaan Ben dung Sei Ulak Deras saat Peninjauan

IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah utama yang dijumpai pada kedua bangunan penangkap pasir itu adalah:
1) Pengendapan sedimen yang besar di bilik pengendapan kiri pada kedua bangunan
penangkap pasir.
2) Pada bilik pengendapan kiri, di kedua bangunan penangkap pasir (kiri dan kanan
bendung) terjadi pengendapan sedimen dengan volume yang besar dibandingkan
dengan pengendapan sedimen di bilik kanan. Volume endapan sedimen telah
memenuhi bilik pengendapan.
3) Bangunan bilas penangkap pasir tidak berfungsi untuk membilas sedimen di kantong .
sedimen.

120
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Ben dung

Masalah utama yang dijumpai pada bangunan bilas bendung yaitu:


1) Semua pintu bilas bendung dalam keadaan rusak dan tidak dapat dioperasikan.
2) Penempatan pintu bilas atas undersluice tidak tepat (terletak diatas pelat), sehingga
pintu bilas atas tidak dapat diturunkan. (Lihat Foto 73)
3) Bangunan saringan sampah di hulu bangunan bilas dalam kondisi rusak berat. (Lihat
Foto 74)

Foto 73. Keadaan Pint u Si las Bendu ng Sei Ulak Tampak dari Hilir

121
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 74. Keadaan Saringan Sampah di Hulu Bangunan Bilas Bendung

(a)

Foto 75. Keadaan Bangunan Penangkap Pasir di Kiri (a) dan Kanan Bendung (b)

ANALISIS

• Peninjauan Lapangan
Bangunan penangkap pasir bag ian kiri bendung

Hasil pengamatan dan penyelidikan lapangan atas bangunan penangkap pasir bagian
kiri bendung (Foto 75a) menunjukkan hal-hal berikut.
1) Terjadi pengendapan sedimen dengan volume yang besar pada bilik kiri
dibandingkan dengan pengendapan sedimen pada bilik kanan. Kecepatan aliran
pada bilik kiri jauh lebih rendah dibandingkan dengan bilik kanan. Untuk
mengetahui volume pengendapan sedimen dan kecepatan aliran pada masing-
masing bilik maka dilakukan pengukuran. Lokasi pengukuran kecepatan aliran pada
bangunan penangkap pasir kiri bendung seperti tampak pada Gam bar 32.

122
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

i - - - - - - - 5 0 M - - - - - - - f - - 2 5 M--t----20.7 M ----j

I I I

I I I
II Ill N

1----------95.7 M----------1

Gambar 32. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Ali ran

2) Arah dan kecepatan aliran pada bilik-bilik pengendapan tidak merata. Hasil
pengukuran pada empat penampang melintang di bilik pengendapan dapat dilihat
pada Tabel1. Data hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa:
(1) Pada bilik kanan titik 3 profill dan bilik kiri titik 3 &4 profill & II kecepatan ali ran
tak dapat diukur karena penuh endapan sedimen.
(2) Kecepatan ali ran terendah pada bilik kanan terjadi pada titik 3 profiiiV sebesar
0,168 m/s.
(3) Kecepatan aliran terendah pada bilik kiri terjadi pada titik 1 profil I sebesar
0,144 m/s.
(4) Kecepatan aliran tertinggi pada bilik kanan terjadi pada titik 1 profil I sebesar
0,332 m/s.
(5) Kecepatan aliran tertinggi pada bilik kiri terjadi pada titik 1 profil II sebesar
0,254 m/s.

Tabel1. Kecepatan ali ran pada bangunan penangkap pasir kiri bendung

Bilik Kanan (m/s) Bilik Kiri (m/s)


Profil
Ttk 1 Ttk2 Ttk3 Ttk 1 Ttk2 Ttk3
I 0.332 0.204 - 0.144 - -
II 0.263 0.213 0.223 0.254 0.220 -
Ill 0.169 0.155 0.193 0.193 0.184 0.155
IV 0.178 0.170 0.168 0.181 0.186 0.152

123
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

3) Keadaan endapan sedimen pada bilik pengendapan penangkap pasir dapat dilihat
pada Gam bar 33 sampai dengan Gam bar 35 dan Foto 76.

1--------------10.40---------------1
1 - - - - - - - - - - - 7 . 4 0 _ _ _ _ _ _ _ _...,

-l f-0.37

_[0.18

t
1.23 l_ t 1.05
l_ 0.56 _l_
T Kunun Kiri
Gambar 33. Keadaan Endapan Sedimen Pad a Profil I

+---------------10.40--------------i
1 - - - - - - - - - - - 7.40 _ _ _ _ _ _ _ __,

-l l-0.37
~
0.72

T
1.40
._·:,;_
1
Ko.no.n Kiri
Gambar34. Keadaani Endapan Sedimen Pada Profil II

t--------------10.40 ----------------1
t-----------7.40 -----------+

-l l-0.37

--r·l
-+ 1
1.20

1.00
2.20

_l_.
Kiri

Gambar 35. Kondisi Endapan Sedimen Pad a Profil IV

124
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

4) Pintu-pintu bangunan bilas penangkap pasir rusak sehingga tidak dapat


dioperasikan.
Sketsa aliyemen bangunan bilas dan saluran pembuang existing dapat dilihat pada
Gambar36.
So.l~,.o~ro.n
Per'lbYong
So.lvran
Indul<

~~----~70~M~------~
'-----------~~~:~:---.----~
II
II
'"'-" II
II
II

~ n
________ ll ______ -
~ )
Gambar 36. Sketsa Alinyemen Bangunan Bilas dan Saluran Pembuang Existing

Foto 76. Keadaan Bangunan Bilas dan Sa luran Pembuang Bangunan Penangkap Pasir (Kiri)

5) Pengamatan terhadap arah aliran dan endapan sedimen pada bangunan


penangkap pasir saat peninjauan ditemukan hal-hal berikut:
(1) Arah ali ran yang keluar dari terowongan/saluran pengantar hulu menuju ke
bilik-bilik bidang pengendapan penangkap pasir tidak merata. Arah aliran
utama berada di bilik kanan.
(2) Endapan sedimen terbanyak berada di bilik kiri.
(3) Karena pintu-pintu bilas tidak dapat dioperasikan, pembilasan sedimen tidak
dapat dilakukan.
(4) Fisik bilik-bilik bidang pengendapan bangunan penangkap pasir masih cukup
baik.
(5) Saluran pembuang sepanjang 70 meter di beberapa tempat retak vertikal.

125
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

(6) Menurut petugas bendung, sebelum pintu-pintu rusak, operasi pembilasan


sedimen dilakukan tiga bulan sekali. Tinggi pengendapan sekitar 70 em. Setelah
pembilasan, endapan sedimen dapat dibilas dengan baik.

Bangunan penangkap pasir bag ian kanan bendung


Pengamatan dan hasil penyelidikan lapangan atas bangunan penangkap pasir kanan
bendung ( Foto 75b) menunjukkan hal-hal berikut.
1) Volume pengendapan sedimen pada bilik kiri lebih besar dibandingkan dengan
pengendapan sedimen pada bilik kanan karena kecepatan ali ran pada bilik kiri jauh
lebih rendah dibandingkan dengan bilik kanan. Untuk mengetahui pengendapan
sedimen dan kecepatan aliran pada masing-masing bilik dilakukan pengukuran.
Gambar 37 menunjukkan lokasi pengukuran kecepatan aliran pada bangunan
penangkap pasir kiri bendung.
r--------75.00--f----50.001

Kiri

~ Konon 2~~

1 - - - - - - - - - 1 & 0 . & ~---------1

Gambar37. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Aliran pada Penangkap Pasir

2) Kecepatan aliran hasil pengukuran pada dua penampang melintang di bilik kanan
dapat dilihat pada label 2.
3) Kecepatan aliran pada bilik kiri tidak dapat diukur karena dipenuhi endapan
sedimen.
4) Data tersebut menunJukkan bahwa bilik kanan pada titik 2 profil II memiliki
kecepatan ali ran tertinggi, yaitu sebesar 0.284 m/s.

Tabel 2. Kecepatan ali ran rata-rata pad a bilik kanan

Bilik Kanan
Profil
Ttk 1 Ttk2 Ttk3
I 0.160 0.200 0.208
II 0.177 0.284 0.218

5) Gambar 38 dan Gambar 39 menunjukkan keadaan endapan sedimen pada


kantong endapan sedimen, bangunan penangkap pasir. Kondisi bangunan
penangkap pasir kanan bendung pada saat peninjauan dapat dilihat pada Foto 77.

126
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

f---- - - - - - - - - 1 0 . 2 - ------------<-1

f--- -- 4. 90 ---:J- - 1 l--- 0.3 7

fa~
....· ~· .. ~,' . ' .
. ··<_:_._· .··...
1.3 I f,-.-.,.....--,. ._.-.._--~--:---1 > · ~ .. ' ·.
· .. ··: :.
"=' ..

l T ".'- -'~----'-'-'--··._ _ .·:__···_·-_·._. , ·'' : ,·.

Ko.no.n Kiri

Gambar 38. Keada~m Endapan Sedimen pad a Profil I

f--------------10. 2--------------<~

1• - - 4.90
f-- --j--; l--- 0.37

..
.. . .:· : ~ ... ~- .: :

·: . •,

. ·•·
.. ,
·.,.:
. .. . . :-_·. :·-.

Ko.no.n Kiri
Gambar 39. Keadaan Endapan Sedimen pad a Profil II

Foto 77. Keadaan Bangunan Penangkap Pasir Kanan Bendung

127
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Pembahasan Hasil Penyelidikan


Bangunan penangkap pasir bagian kiri bendung

1) Panjang dan Iebar kantong endapan sedimen


Panjang dan Iebar kantong endapan sedimen bangunan penangkap pasir mengacu
kepada Pedoman Perencanaan Hidraulik, Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
Penangkap Pasir Tipe Pusair, Pd T-15-2004-A yaitu L/B > 8.
Setelah melakukan pengukuran lapangan maka diketahui bahwa:
- Panjang kantong endapan sedimen = L = 95,7 meter.
- Lebar kantong endapan sedimen = B = 7,40 meter.
Jadi; L/B = 95,70 I 7,40 = 12,93.
Berdasarkan hitungan di atas perbandingan panjang dan Iebar kantong endapan
sedimen penangkap pasir yaitu 12,93.
Dengan demikian persyaratan bidang pengendapan terpenuhi. ( 12,93 > 8).
2) Luas kantong endapan sedimen
Agar butir sedimen dapat mengendap di kantong endapan sedimen maka perkiraan
kebutuhan luas kantong endapan sedimen ditentukan dengan hubungan antara:
L.B = Qdesain /W
Keterangan:
- Odesain = 2217 1/s; data dari Laporan Puslitbang Pengairan No. P.1129-HAU
- W = kecepatan endap butir sedimen= 4,04. 10-3 m/s (asumsi)
Berdasarkan keadaan di atas dapat dihitung:
L.B = Odesain /W
L.B = 2217/4,04. 10-3 = 554,2 m 2
Dengan demikian diketahui bahwa:
L x B yang ada= 95,7 x 7,40 m = 708,18 m2 > 554,2 m 2 (memenuhi syarat)
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa luas kantong endapan
sedimen yang diperlukan menurut data debit desain intake Puslitbang Pengairan
mencukupi.
3) Kemiringan lantai dasar bidang pengendap pasir
Dengan mengacu pada persyaratan kemiringan lantai dasar bidang pengendap
pasir Pedoman Perencanaan Hidraulik, Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
Penangkap Pasir Tipe Pusair, Pd T-15-2004-A ditentukan:
(1) Kemiringan dasar lantai endapan sedimen ik1 = 0,08
(2) Kemiringan lantai saluran pembuang isp = 0,05

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan diketahui bahwa:


(1) Kemiringan dasar lantai endapan sedimen ik1 = 0,005 < 0,08 (sepanjang 95,7 m)
(2) Kemiringan lantai saluran pembuang isp = 0,106 >0,05 (sepanjang 70,0 m)

Berdasarkan data dan hasil pengukuran lapangan di atas disimpulkan bahwa:


(1) Kemiringan dasar lantai endapan sedimen bangunan penangkap pasir kurang
memadai.
(2) Kemiringan lantai saluran pembuang cukup memadai.

128
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

4) Efektivitas pengendapan sedimen


Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa volume pengendapan
sedimen yang terjadi pada bilik kiri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bilik
kanan. Kecepatan aliran pada bilik kanan lebih tinggi dibandingkan dengan
kecepatan aliran pada bilik kiri. Efektivitas pengendapan sedimen tidak merata. Hal
ini disebabkan oleh saluran pengantar hulu/ saluran yang ke luar dari terowongan
tidak menciptakan aliran yang menunjang proses pengendapan sedimen yang
merata.
5) Tata letak sa luran pembuang
Berdasarkan pengamatan di lapangan tata letak saluran pembuang adalah sebagai
berikut:
(1) Arah atau poros memanjang saluran pembuang tegak lurus terhadap poros
memanjang kantong endapan sedimen bangunan penangkap pasir.
(2) Bangunan bilas tidak dilengkapi dengan lorong bilas (sand ejector).
(3) Pintu bilas terdiri dari dua pintu dengan Iebar masing-masing pintu 1,50 meter,
dan pilar selebar 1,0 m.
(4) Dinding pemisah bilik pengendapan yang ada menerus sampai pilar bangunan
bilas dengan bentuk berkotak-kotak.

Foto 78. Keadaan End apan Sedimen Pad a Bangunan Penangkap Pasir Kiri Ben dung

6) Ringkasan pembahasan bangunan penangkap pasir kiri bendung


(1) Panjang dan Iebar bidang pengendapan
Berdasarkan analisis di atas disimpulkan bahwa perbandingan panjang dan
Iebar bidang pengendap pasir yaitu 12,93 > 8, dengan demikian memenuhi
syarat bidang pengendapan.
(2) Luas bidang pengendapan
Disimpulkan bahwa luas bidang pengendapan yang diperlukan menurut data
debit desain intake mencukupi.
(3) Kemiringan lantai dasar
Berdasarkan data dan hasil pengukuran lapangan, kemiringan lantai bidang
pengendap pasir kurang memadai tapi kemiringan lantai saluran pembuang
cukup memadai.

129
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

(4) Efektivitas pengendapan sedimen


Pengendapan sedimen tidak merata diantara kedua bilik pengedapan. Volume
endapan sedimen di bilik kiri jauh lebih besar dibandingkan dengan di bilik
kanan. Hal ini akibat saluran pengantar hululsaluran yang ke luar dari
terowongan tidak menciptakan kondisi aliran yang menunjang proses
pengendapan sedimen yang merata.
(5) Tata letak saluran pembuang
Tata letak saluran pembuang yang ada tidak efektif membilas sedimen. Oleh
karena itu tata letak poros saluran pembuang harus diperbaiki dan lorong bilas
harus dibuat. Keadaaan endapan sedimen pada bangunan penangkap pasir kiri
bendung dapat dilihat pada Foto 78.

Bangunan penangkap pasir kanan bendung

1) Panjang dan Iebar bidang pengendapan


Panjang dan Iebar bidang pengendapan penangkap pasir mengacu kepada
Pedoman Perencanaan Hidraulik, Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Penangkap
Pasir Tipe Pusair, Pd T-15-2004-A yaitu LIB > 8.
Hasil pengukuran lapangan menunjukkan bahwa:
- Panjang bidang pengendapan pasir, = L = 160 meter.
- Lebar bidang pengendapan pasir, = B = 10,0 meter.
Jadi: LIB= 160 I 10,0 = 16,0.
Berdasarkan hitungan di atas, perbandingan panjang dan Iebar penangkap pasir
adalah 16 > 8.
Dengan demikian bangunan ini memenuhi syarat bidang pengendapan.

2) Luas bidang pengendapan


Agar butir sedimen dapat mengendap di penangkap pasir maka perkiraan
kebutuhan luas bidang pengendap ditentukan dengan hubungan antara:
L.B = Odesain I W
Keterangan:
- Qdesain = 5075 lis; data dari konsultan
- W = kecepatan endap butir sedimen= 4,04 . 10 -3 mls (asumsi)

Dengan dasar keadaan di atas dapat dihitung:


L.B = Odesain /W
L.B = 507514,04. 10-3 = 1256 m 2
L x B yang ada = 160 x 10 m = 1600 m 2
Dengan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa:
Luas bidang pengendapan = L.B = 1600 m 2 > 1256 m 2
Kesimpulannya, luas bidang pengendapan yang diperlukan memenuhi syarat.

3) Kemiringan lantai dasar


Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa kemiringan lantai endapan
sedimen, ik1 = 0,0107.

130
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

4) Efektifitas pengendapan sedimen


Pengendapan sedimen tidak merata diantara kedua bilik pengedapan. Volume
endapan sedimen pada bilik kiri jauh lebih besar dibandingkan dengan bilik kanan.
Hal ini akibat saluran pengantar hulu/saluran yang ke luar dari terowongan tidak
menciptakan kondisi aliran yang menunjang proses pengendapan sedimen yang
merata.
5) Ringkasan bahasan penangkap pasir kanan
(1) Panjang dan Iebar bidang pengendapan
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perbandingan panjang dan Iebar
penangkap pasir adalah 16 > 8. Dengan demikian syarat bidang pengendapan
terpenuhi.
(2) Luas bidang pengendapan
Disimpulkan bahwa luas bidang pengendapan yang diperlukan menurut data
debit desain intake mencukupi.
(3) Efektivitas pengendapan sedimen
Tata letak saluran pengantar hulu/saluran yang ke luar dari terowongan tidak
menciptakan kondisi aliran yang menunjang proses pengendapan sedimen
yang merata. Kesimpulan, tata letak saluran pengantar hulu harus diperbaiki.
SARAN
1) Saran Teknis untuk Penangkap Pasir Kiri
Berdasarkan hasil kajian lapangan dan analisis di atas, berikut adalah saran-saran yang
diajukan:
(1) Bidang pengendap pasir
Panjang dan Iebar bidang pengendapan bangunan penangkap pasir yang ada
masih memenuhi persyaratan, sehingga tetap dapat difungsikan, tidak perlu
dibongkar dan direhabilitasi.
(2) Saluran pengantar hulu
Saluran pengantar hulu yang terletak tepat di hilir saluran terowongan disarankan
agar diubah dari arah miring menjadi lurus. Sumbu saluran pengantar hulu
hendaknya seporos dengan sumbu penangkap pasir.
(3) Saluran transisi
Bangun Saluran transisi sepanjang 21,0 m di hilir saluran pengantar. Dasar saluran
transisi naik dari arah hulu ke hilir. Lengkapi bagian hilirnya dengan ambang agar
pembilasan sedimen dapat dilakukan bergantian di setiap bilik.
(4) Dinding pemisah;
Bangun dinding pemisah terus ke hulu mulai dari dinding pemisah yang ada
sampai masuk ke terowongan. Dinding pemisah yang kini berbentuk berkotak-
kotak ubah menjadi menerus/tanpa kotak-kotak.
(5) Bangunan bilas
agar pembilasan sedimen dapat dilakukan dengan efektif maka disarankan:
a) Rehabilitasi bangunan bilas penangkap pasir yang ada.

131
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b) Bilas sedimen secara bergantian di setiap bilik.


c) Bangunan bilas penangkap pasir yang direkomendasikan adalah:
- Tempatkan bangunan bilas bagian akhir kantong endapan sedimen.
- Lengkapi bangunan bilas dengan em pat bilik Iorang bilas, pilar dan pintu-
pintu bilas,jembatan pelayan dan dinding pemisah aliran.
- Tempatkan Iorang bilas di hilir pintu bilas sampai ke saluran pembuang
yang ada.,
- Hindari kebocoran dengan melengkapi daun pintu bilas dengan karet
penyekat pada sisi-sisi yang bersinggungan dengan pelat beton Iorang
bilas.
(6) Saluran pembuang
a) Perbaiki saluran pembuang yang ada dan tetap fungsikan.
b) Perbaiki dinding dan lantai saluran pembuang yang retak.
(7) Denah bangunan penangkap pasir kiri Bendung Sei Ulak Deras yang disarankan
dapat dilihat pada Gam bar 40.

2) Rekomendasi Teknis untuk Penangkap Pasir Kanan


Berdasarkan hasil kajian lapangan dan anal isis di atas, berikut adalah hal-hal yang
direkomendasikan:
(1) Bidang pengendap pasir
Panjang dan Iebar bidang pengendapan bangunan penangkap pasir yang ada
masih memenuhi persyaratan sehingga tetap dapat difungsikan tidak perlu
dibongkar dan direhabilitasi.
(2) Saluran pengantar udik
Ubah saluran pengantar hulu dari arah miring menjadi lurus sepanjang 4,0 m,
terletak tepat di hilir saluran terowongan. Sumbu saluran pengantar hendaknya
seporos dengan sumbu penangkap pasir.
(3) Saluran transisi
Bangun saluran transisi sepanjang 20,0 m di hilir saluran pengatar hulu. Dasar
saluran transisi naik dari arah hulu ke hilir. Lengkapi bagian hilirnya dengan
ambang selebar 2,0 m agar pembilasan sedimen dapat dilakukan bergantian di
setiap bilik.
(4) Dinding pemisah
Bangun dinding pemisah menerus ke hulu mulai dari dinding pemisah yang ada
sampai masuk ke terowongan. Dinding pemisah yangkini berbentuk berkotak-
kotak diu bah menjadi menerus/tanpa kotak-kotak.
(5) Bangunan bilas
Agar pembilasan sedimen dapat dilakukan dengan efektif maka disarankan agar:
a) Rehabilitasi bangunan bilas penangkap pasir yang ada .
b) Lakukan pembilasan sedimen secara bergantian di setiap bilik.
c) Bangunan bilas penangkap pasir yang direkomendasikan adalah:

132
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

- Tempatkan bangunan bilas di bagian akhir kantong endapan sedimen.


- Lengkapi bangunan bilas dengan empat bilik lorong bilas, pilar dan pintu-
pintu bilas, jembatan pelayan dan dinding pemisah aliran. Tempatkan
lorong bilas di hilir pintu bilas sampai ke saluran pembuang yang ada.
- Hindari kebocoran dengan melengkapi, daun pintu bilas dengan karet
penyekat pada sisi-sisi yang bersinggungan dengan pelat beton lorong
bilas.
(6) Saluran pembuang
a) Perbaiki saluran pembuang yang ada dan tetap fungsikan.
b) Perbaiki dinding dan lantai saluran pembuang yang retak.
c) Bongkar pilar dan pintu bilas yang ada di saluran pembuang.

3) Rekomendasi Teknis untuk Bangunan Bilas Bendung


Untuk mengatasi masalah kerusakan pintu-pintu bilas bendung dan masalah
sampah di hulu bangunan bilas bendung disarankan agar:
(1) Pintu bilas bendung dan saringan sampah diganti.
(2) Dinding banjir di hilir pintu bilas bendung dilubangi/ iberi ruang kosong
sehingga sampah dan kayu-kayu yang f!lengambang di udik pintu dapat
dibuang.

133
"0
~ Si
~
~
~
::s
~
::s
~
l
Clii~Mil.DUI ...... DlMttMnn"ASI: I
§
§"'
0'
~
0
c
'C)>i
::;·

Tltnlh MMV•raot

REKOMENDASI TEKNIS =pomi>U•"'It·--- r-··~


----, , ,--- ; ...,- .J -IT, -
,. ... _.
---r r
1 . S.IW'an pen~ Mit dlfd10 p«niNh d terowonaan
•~• SE! UU\K DERAS -
2. Slilu-an penawQr lun& Pl~nQ 10.0 m dan dindklg pemiSah

3. Oinclnt peMisatt ~kotltk. rnerQMi tanpa tauk· lratek __ w - - - 1 • L_ Ill lil --


4. ~ pc'GWidap PMir yang Mill dipwtafwtNn d~.n .,.rtNikan blgiatl y..-.g nrAk
$ . Pfntu bfa.s 2 bUilt\, lranal"' dan tkt

6. NerbltM

~
KEIIIE.NTEJMIII PEKERJAAN UMUIII
7. LMono bhoa """""' MDA.~AifQUI~......,AN

a. Dlnclnt petaiNh allran


w - - : - - - - - : ; ,.. PU8UTBANO &UMBER DAYA AIR
SJ. Dtnclng U '""'" ~ rotak d~
~ · 1 :*
LAMPIRANA1

PENANGKAP PASIR KlRI


BENOUNG SEI UU\K OERAS

Gambar 40. Denah Penangkap Pasir Kiri Bendung Sei Ulak Deras
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.17 KAJIAN LAPANGAN ATAS BENDUNG LINAMNUTU DAN BENDUNG DEBUKLARAN


BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II, PROVINSI NTT

LOKASI DAN DATA TEKNIS


• Lokasi
Bendung Linamnutu berlokasi di Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan
Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS), Provinsi NIT.
Bendung Debuklaran berlokasi di Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur Atambua,
Kabupaten Belu, Provinsi NIT.

• DataTeknis
Bendung Linamnutu
1) Keadaan Ben dung
Bendung Linamnutu dibangun tahun 2002 di daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Provinsi NIT, untuk mengairi lahan pertanian Daerah lrigasi Bena seluas
3.515 hektar.
Bendung terbuat dari tumpukan blok-blok beton bertangga dengan Iebar ambang
5,00 m, tinggi 3,00 m dan Iebar bentang bendung 250 m.
Peredam energi bendung dari hamparan blok-blok beton berukuran panjang 18,80
m dan tebal 1,0 m. Ukuran ambang akhir (endsill) tumpukan blok beton adalah
tinggi 1,0 m dan Iebar 2,50 m yang terdiri dari tiga susunan blok beton. Keadaan
lantai peredam energi bendung Linamnutu, lihat Foto 79 dan Foto 80.
Air irigasi diambil dengan bangunan intake yang terletak di kiri bendung. Bendung
ini dilengkapi dengan bangunan pembilas dua lubang.
Masalah utama bendung ini adalah kerusakan pada bangunan peredam energi
bendung di lantai ruang olakan dan endsil/ serta tubuh bendung mengalami
keausan.

2) Keadaan Banjir
(1) Banjir besar telah terjadi beberapa kali. Pada tanggal 21 Juni 2008, tinggi muka
air banjir mencapai 4,50 meter di atas mercu bendung.
(2) Tinggi banjir di atas mercu bendung, pada tahun 2004 mencapai 3,60 meter dan
pada tahun 2007 mencapai 2,50 meter.
(3) Debit banjir desain bendung adalah sebesar Qd =1550 m3/det.

3) Keadaan Sungai di Sekitar Bendung


(1) Sungai berada di dataran aluvial dengan palung Iebar berbentuk huruf U dan
cenderung berpindah-pindah. Keadaan dasar sungai terdiri dari material
angkutan sedimen batu gelundung fraksi kerakal, kerikil, dan pasir.
(2) Penggerusan setempat terjadi di hilir ambang akhir yang kedalamannya
bervariasi antara 1,0 - 4,0 m.

135
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Bendung Debuklaran
1) Keadaan Ben dung
Bendung Debuklaran dibangun untuk mengairi lahan pertanian seluas 450 hektar
dan mulai beroperasi pada tahun 2006. Bendung yang dibangun di Sungai Wemerak
Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu, Provinsi NIT ini terbuat dari
pasangan batu dengan Iebar bentang bendung 100 m, Iebar am bang 2,50 m,
kemiringan bidang hilir tubuh bendung 1 : 2,5. Peredam energi bendungnya bertipe
lantai datar yang dilengkapi dengan am bang akhir setinggi 1,0 dan Iebar 1,0 m.
Lantai peredam energi bendung tidak dilengkapi dengan koperan dan air irigasi
diambil dengan menggunakan bangunan intake yang terletak di kiri bendung.
Bendung ini dilengkapi dengan bangunan pembilas dua lubang. Keadaan lantai
peredam energy Bendung Debuklaran, lihat Foto 81.

2) Keadaan Sungai di Sekitar Bendung


(1) Sungai bersifat sungai aIuvial dengan gejala meandering.
(2) Penampang sungai bentuk huruf U Iebar dengan kemiringan dasar sedang.
(3) Dasar sungai terdiri dari material angkutan sedimen batu gelundung fraksi
kerakal, kerikil, dan pasir.
(4) Penggerusan setempat yang terjadi di hilir bendung berkisar antara 3,0- 4,0 m
dari lantai.
(5) Gejala degradasi dasar sungai di hilir bendung masih tampak

IDENTIFIKASI MASALAH
Bendung Linamnutu
Masalah yang dijumpai pada Bendung Linamnutu adalah
1) Lantai bangunan peredam energi bagian kanan amblas sepanjang kurang lebih 210m.
2) Endsi/1 bangunan peredam energi bagian kanan sepanjang 210 meter terguling dan
patah.
3) Tembok pangkal kanan retak vertikal.
4) Tubuh bendung blok-blok beton mengalami abrasi (aus).
5) Permukaan lantai bangunan peredam energi kiri yang tidak amblas sepanjang 43,0
meter mengalami keausan.

136
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung

Foto 79. Keadaan Kerusakan Lantai Olakan dan Foto 80. Keadaan Penurunan Lantai Olakan
Endsill Bagian Kanan Bagian Tengah

Bendung Debuklaran
Masalah yang dijumpai pada Bendung Debuklaran adalah
1) Lantai peredam energi bendung patah dan jatuh sepanjang kurang lebih dua pertiga
bentang bendung.
2) Endsi/1 bendung bag ian kiri patah dan jatuh.
3) Di bawah lantai peredam energi yang tersisa terjadi rongga-rongga sedalam 3,50 m.
4) Tubuh bendung mengalami keausan karena tergerus oleh angkutan sedimen

Foto 81. Kerusakan Lantai Peredam Energi

• Perkiraan Penyebab Kerusakan


Bendung Linamnutu
Kerusakan lantai peredam energi bendung diperkirakan akibat dari:
1) Desain struktur bangunan blok-blok beton tidak kaku dan tidak kuat menahan
tekanan aliran banjir.

137
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2) Bahaya aliran banjir yang menyebabkan loncatan aliran ke hilir dari bangunan
peredam energi dan menimbulkan penggerusan setempat yang dalam. Hal ini
menjadikan bangunan ends ill tidak stabil dan akhirnya terguling.
3) Diperkirakan terjadi bahaya seepage di bawah tubuh bendung dan lantai peredam
energi yang diperparah oleh bahaya penggerusan setempat sehingga terjadi
rongga-rongga di bawah lantai. Karena lantai olakan hanya terbuat dari susunan
blok-blok beton, blok-blok beton tersebutjatuh dan amblas

Bendung Debuklaran
Kerusakan lantai peredam energi bendung diperkirakan akibat dari:
1) Desain bangunan peredam energi yang tidak sesuai dengan kondisi sungai karena
ketinggian lantai berada di atas dasar sungai. Di samping itu, bangunan peredam
energi tidak dilengkapi dengan koperan.
2) Ketinggian air aliran banjir di atas mercu 1,0 m sehingga terjadi loncatan aliran dari
ruang olakan ke hilir. Akibat sifat aliran ini, di hilir ambang terjadi penggerusan
setempat yang dalam. Keadaan penggerusan setempat ini menyebabkan endsi/1
terguling dan lantai peredam energi patah dan jatuh.
3) Karena bendung tidak dilengkapi lantai hulu dan koperan di hilir bendung,
diperkirakan akan terjadi bahaya seepage di bawah tubuh bendung dan lantai. Hal
ini akan mengurangi kestabilan tubuh bendung.

• Evaluasi terhadap Desain

Bendung Linamnutu
1) Bentuk dan ukuran desain
Untuk memperbaiki kerusakan lantai peredam energi bendung maka telah disiapkan
desain dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a) Di hilir lantai peredam energi pertama dirancang peredam energi kedua dengan
bentuk tubuh bendung hilir miring dengan perbandingan 1:1.
b) Kedalaman lantai peredam energi kedua ini ditempatkan pada kedalaman 5,50 m
di bawah lantai pertama.
c) Pada ujung lantai pertama dibuat ambang dengan ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar
1,0 m. Kemiringan bag ian hulu am bang 1:1.
d) Peredam energi kedua dengan ukuran panjang 8,35 m dilengkapi dengan
ambang akhir ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar 1,0 m. Kemiringan bentuk bagian
hulu am bang 1:1.
2) Komentar terhadap desain
Desain yang disiapkan konsultan beberapa tahun yang lalu ini sudah tidak sesuai
dengan kondisi sungai saat ini. Ketidak sesuaian desain ini karena:
a) Kondisi geometri sungai tepat di hilir bendung sudah berubah.
b) Tepat di bawah lantai, sudah terjadi gerowongan yang mencapai panjang
setengah lantai.

138
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

c) Kondisi lantai peredam energi bendung yang tersisa tidak cocok dengan kondisi
desain yang disiapkan.

Bendung Debuklaran
1) Bentuk dan ukuran desain
Untuk memperbaiki kerusakan lantai peredam energi bendung maka telah disiapkan
desain dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a) Di hilir lantai peredam energi pertama dirancang peredam energi kedua dengan
bentuk tubuh bendung hilir dengan perbandingan kemiringan 1:1.
b) Kedalaman lantai peredam energi kedua ini ditempatkan pada kedalaman 5,50 m
di bawah lantai pertama.
c) Pada ujung lantai pertama dibuat am bang dengan ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar
1,0 m, dan kemiringan bag ian udik am bang 1:1.
d) Peredam energi kedua dengan ukuran panjang 8,35 m dilengkapi dengan
ambang akhir ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar 1,0 m dan kemiringan bagian udik
ambang 1:1.

2) Komentar terhadap desain


Desain yang disiapkan konsultan beberapa tahun yang lalu ini sudah tidak sesuai
dengan kondisi sungai saat ini. Ketidak sesuaian desain ini karena:
a) Kondisi geometri sungai tepat di hilir bendung sudah berubah.
b) Tepat di bawah lantai sudah terjadi gerowongan yang mencapai panjang
setengah lantai.
c) Kondisi lantai peredam energi bendung yang tersisa tidak cocok dengan kondisi
desain yang disiapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Kesimpulan hasil pengkajian lapangan, analisis hidraulik dan diskusi teknis dalam rangka ,
memperbaiki kerusakan Bendung Linamnutu dan Bendung Debuklaran adalah saran-saran
berikut:

• KESIMPULAN
1) Lantai peredam energi Bendung Linamnutu rusak, dan endsillnya am bias dan patah
sepanjang kurang lebih 210m. Lebar bentang lantai 250m.
2) Lantai peredam energi Bendung Debuklaran rusak dan endsilnyal patah dan
terguling sepanjang kurang lebih 80 m. Lebar bentang lantai 100 m.

• SARAN
1) Mengingat dana yang tersedia pada Tahun Anggaran 2010 dan dengan
mempertimbangkan aspek teknis, dan aspek waktu pelaksanaan, maka perbaikan
kerusakan harus dilakukan secara bertahap yakni tahap I dikerjakan pada tahun 2010
dan tahap II pada tahun berikutnya (2011).
2) Perbaikan kerusakan Bendung:

139
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Bendung Linamnutu

i. Perbaikan kerusakan Bendung Tahap I disarankan agar:


a) Blok-blok lantai peredam energi yang rusak pada bentang bendung 210 m
diperbaiki.
(1) Blok-blok lantai yang rusak sepanjang bentang 210 m ditata kembali
dengan Iebar 6,00 m dan elevasi atas lantai pada + 63,90.
(2) Di hilir blok lantai ini dibuat lantai tambahan sepanjang 4,0 m sehingga
panjang lantai menjadi 10,0 m. Bahan lantai tambahan adalah dari
pasangan batukali. Hubungan antara blok lantai dengan lantai pasangan
batukali harus diperkuat dengan angker.
(3) Di bagian akhir lantai dibuat koperan sedalam 4,50 m dengan bahan
pasangan batu kali.
(4) Koperan dan lantai dilengkapi dengan fondasi sumuran dengan
diameter 0,80 m.
(5) Rongga-rongga di bawah lantai ditimbun dengan bahan kerikil dan
batu.
(6) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, di bawah lantai hendaknya
dipasang geosintetik filter.
(7) Di atas blok-blok lantai yang telah ditata dan di atas lantai tambahan
(1 0,0 m) dilapisi beton K. 225 sebagai lapisan tahan aus setebal 0,40 m.
(8) Untuk mengakukan antara lapisan tahan aus/lapisan beton dengan blok-
blok lantai harus dipasang angker.

b) Perbaiki blok-blok lantai peredam energi yang tidak rusak pada bentang
bendung 43,0 meter (yang tidak hancur).
(1) Tata kembali blok-blok lantai yang kerusakannya tidak parah sepanjang
bentang 43,0 meter, eEievasi atas lantai pada + 63,90.
(2) Lapisi bagian atas blok-blok lantai yang telah ditata dengan beton K. 225
sebagai lapisan tahan aus setebal 0,40 m.
(3) Pasang angker untuk mengakukan antara lapisan tahan aus/lapisan
beton dengan blok-blok lantai.
(4) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, pasang geosintetik filter di
bawah lantai.
(5) Bongkar endsill yang ada sampai elevasi + 63,90.

ii. Saran untuk memperbaiki kerusakan Bendung Linamnutu Tahap II adalah:


Dengan mempertibangkan aspek-aspek di atas, perbaikan Bendung Linamnutu
dan peredam energi bendung Tahap II yang dipilih yaitu:
a) Lapisi tubuh bendung blok-blok beton dengan lapisan tahan aus bahan
beton K 225, bag ian hilir tubuh bendung memiliki kemiringan 1:1, dan Bag ian
hulu bendung berbentuk tegak dan dilengkapi dengan lantai hulu.
b) Lantai hilir I masif, dengan bentuk datar, panjang 10 meter, elevasi lantai
+ 63,90. (kondisi yang telah diperbaiki pada tahap 1).

140
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

c) Lantai hilir II masif dengan bentuk datar, panjang 20 meter, elevasi lantai
+ 60,80.
d) Lengkapi bagian hilir lantai II dengan endsill ukuran tinggi 1,50 m, Iebar 1,50
m, dan koperan sedalam 2,30 m.
e) Lengkapi bagian bawah lantai dan koperan dengan fondasi sumuran sedalam
4,0 m dengan diamter 0,80 m.
f) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, pasang geosintetik filter di bawah
lantai.
g) Untuk mengurangi bahaya penggerusan setempat, pasang rip-rap batu
dengan diameter> 0,30 m di hilir lantai.

Bendung Debuklaran
i. Saran bagi perbaikan kerusakan Bendung Debuklaran Tahap I adalah:
a) Rancang bendung dan lantai peredam energi dengan tipe berganda. Bidang
hilir tubuh bendung I dengan kemiringan yang ada, sedangkan bidang hilir
tubuh bendung II agak tegakdengan kemiringan 1:6.
b) Pilih peredam energi II dengan tipe lantai datar dan lengkapi dengan endsill
dan rip-rap.
c) Ketinggian lantai peredam energi I (yang ada) hendaknya pada elevasi +87,78
dan panjang 3,50 m.
d) Ketinggian lantai peredam energi II hendaknya ditempatkan pada kedalaman
4,5 m di bawah lantai I atau pada elevasi + 83,28, dan panjang lantai II, 5,0 m.
Dasar sungai yang ada saat peninjauan berada pada kedalaman 3,5 m di
bawah lantai atau pada + 84,28.
e) Lengkapi ruang olakan dengan ends ill berukuran panjang 1,0 m dan tinggi
1,0 m.
f) Buat koperan di bawah endsill sedalam 2,50 m dan lengkapi dengan fundasi
sumuran sedalam 2,0 m. Bangunan ini diperlukan untuk menstabilkan dan
mengantisipasi bahaya penggerusan setempat.
g) Lengkapi hilir lantai peredam energi II dengan rip-rap batu kali dan bongkah
dengan diameter> 0,30 m.
h) Agar tubuh bendung I stabil, pasang fundasi sumuran dengan dimater 0,80 m
setiap panjang 5,0 m di bawah lantai Ike arah bentang bendung.
i) Lapisi permukaan tubuh bendung dan lantai olakan dengan lapisan tahan aus
dari beton K 225.
j) Bongkar lantai olakan dan end sill yang tersisa pada bag ian kanan.
k) Sesuaikan ukuran dan bentuk tembok sayap hilir bagian kanan dan kiri pada
desain lantai yang baru dengan keadaan peredam energi desain ini.

ii. Perbaikan Bendung Debuklaran Tahap II yang akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya adalah:
a) Bangun lantai hulu sepanjang 3,50 m dan dinding tirai sedalam 2,0 m di hulu
bendung.

141
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b) Lapisi mercu bendung dan tubuh bendung I dengan lapisan tahan aus dari
beton K.225.
c) Jika diperkirakan di kemudian hari panjang lantai olakan II kurang efektif
menanggulangi bahaya penggerusan setempat, perpanjang lantai olakan
sehingga endsill yang ada menjadi floor block.
3) Detail desain.
Untuk memantapkan pekerjaan rehabilitasi yang dilaksanakan pada tahun anggaran
2010, lakukan kegiatan detail desain untuk pekerjaan tahap II. Untuk memantapkan
dan menyempurnakan detail desain tersebut, uji model fisik.

4) Lain-lain
Sehubungan dengan pengkajian lapangan ini dan konsep gambar rekomendasi
teknis yang telah disiapkan, diskusi teknis antara pihak-pihak terkait untuk
menetapkan dan menyempurnakan konsep gambar rekomendasi teknis kedua
bendung yang akan direhabilitasi.

142
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.18 KAJIAN LAPANGAN ATAS RENCANA BENDUNG WAY MULANG, P. BURU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Rencana pembangunan bagi Bendung Way Mulang yang berada di Sungai Way Kuma
bagian utara Way Mulang, terletak di Pulau Buru bagian Selatan, Provinsi Maluku. Posisi
bendung terletak pada S334.233 dan E126 13.241.

• Data Teknis
Desain bendung oleh konsultan
Rencanaan SID bendung dan jaringan irigasi Way Mulang dikerjakan oleh Konsultan PT.
Citra Utama Karsa Ambon pada September 2008. Nota desain dituangkan dalam
Laporan Sistim Planning, Pekerjaan SID Bendung dan Jaringan lrigasi Dl Way Mulang. Di
samping itu, ada gambar rencana pekerjaan pembangunan bendung dan jaringan
irigasi Dl Way Mulang Mei 2008 oleh konsultan yang sama. Nota desain dan gambar-
gambar desain tersebut mengemukakan hal-hal berikut:
(1) Lokasi dan tipe bendung
Berdasarkan Laporan Sistim Planning, Pekerjaan SID Bendung dan Jaringan lrigasi Dl
Way Mulang pada bagian 5-1 dan berdasarkan gambar-gambar rencana dapat
diinformasikan hal-hal berikut:
a) Lokasi bendung: bertempat di palung sungai, di antara dua alur sungai, di daerah
bantaran/pulau antara dua alur sungai.
b) Tipe bendung: bangunan Tyroll di bagian sisi kanan dan kiri masing-masing
sepanjang 17,00 m, dan bendung tetap di bagian tengah sepanjang 61,00 m.
Lebar bentang bendung total 95,0 m, tinggi mercu bendung ke dasar sungai
bagian hulu 0,50 m. Bangunan peredam energi bendung: tipe lantai datar
sepanjang 3,0 m dan ambang setinggi 0,50 m. Di bagian hulu bendung dibuat
jembatan penyeberang selebar 1,50 m.
(2) Bangunan intake bendung
Bangunan intake bendung ditempatkan di bagian kanan dan kiri bendung dengan
Iebar intake bagian kiri 1,20 m dan bagian kanan 1,00 m.

(3) Bangunan perlengkapan bendung


Bendung dilengkapi dengan bangunan perlengkapan seperti tembok sayap hulu,
tembok sayap hilir, tembok pengarah aliran di bagian kanan - kiri tipe tongkat
hockey, dsb.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang dihadapi


Masalah yang dihadapi adalah desain bendung tidak sesuai dengan pedoman desain
bendung dan standar perencanaan irigasi KP 02.

143
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dilakukan upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS

• Peninjauan Lapangan Sungai Way Kuma


Penempatan lokasi bendung di sungai Way Kuma yang dipilih oleh konsultan dapat
dilihat pad a Gam bar 41. Jenis material dasar sungai dan bantaran sungai terdiri dari
kerikil dan pasir. Angkutan sedimen dominan yakni pasir kasar dan pasir halus. Palung
sungai berbentuk U Iebar. Lebar palung sungai di rencana bendung sekitar 80 meter.
Bentuk sungai cenderung berubah ke arah horizontal jika terjadi banjir.
Endapan alluvial menutupi seluruh badan sungai, yang diperkirakan lapisannya cukup
tebal. Kondisi alluvial pada daerah ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki tingkat
angkutan sedimen yang cukup tinggi. Diameter ukuran butir alluvial di sungai ini terdiri
atas lempung sampai boulder, yaitu seukuran 1/256 mm sampai 400 mm.
Alluvial di sungai ini merupakan alluvial yang menjadi angkutan sedimen aktif, yaitu
alluvial yang berada pada badan sungai sebagai gosong pasir yang selalu berganti
apabila terjadi banjir.

Lokasi bendung
yang dipilih
oleh Konsultan

Gambar41. Sungai Way Kuma Dikutip dari Google

• Evaluasi Terhadap Desain


Menurut kajian hasil peninjauan lapangan dan hasil evaluasi terhadap tipe bendung,
dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi bendung dan tipe bendung tidak tepat
karena:

(1) Lokasi bendung tidak tepat karena di tempat ini palung sungai sangat Iebar dengan
dua alur sungai berada di sisi kanan dan kiri palung sungai.
(2) Tipe bendung yang direncanakan merupakan gabungan bendung tyrol dan
bendung tetap, sementara tipe tyrol tidak sesuai dengan kondisi sungai dengan
angkutan sedimen pasir dan kerikil.

144
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

(3) Sungai berada di daerah alluvial dengan angkutan material pasir dan kerikil serta
memiliki gejala berpindah-pindah.

SARAN

• Lokasi bendung
1) Alternatif lokasi bendung
Hasil kajian lapangan memberi beberapa alternatif lokasi bendung yaitu pada profil
PS dan pada profil P7. Geometri sungai Way Kuma pada Patek PS dapat dilihat pada
Foto82.
Titik pada patok profil PS terletak di hilir celah tebing palung sungai. Kondisi sungai
pada profil ini merupakan kondisi yang kurang menguntungkan karena berada di
tengah-tengah dataran banjir yang terisi alluvial dan sebagian besar merupakan
gosong pasir. Dari sudut pandang konstruksi, titik ini memerlukan konstruksi dengan
biaya yang cukup besar, karena harus membuat tanggul penutup sungai ke arah
tebing kanan dan ke arah tebing kiri sungai. Bangunan intake berada di daerah
timbunan.
Titik pada patok profil P7 merupakan titik ideal untuk membangun bendung. Titik P7
ini merupakan celah di antara dua tebing yang merupakan batuan dasar. Lokasi titik
P7 berada sekitar 70 meter ke arah hulu dari titik PS. Dinding tebing sungai kiri perlu
dikupas untuk membuat bangunan intake. Lebar palung sungai di lokasi ini tidak
selebar pada profil PS. Daerah ini hanya memerlukan tanggul penutup sungai ke
arah tebing kanan, sedangkan ke arah kiri tidak memerlukan tanggul penutup
sungai.

Foto 82. Geometri Sungai pada Profil Sungai Patok PS

145
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2) Rekomendasi lokasi bendung


Alternatif lokasi dan tipe bendung harus mengacu kepada SNI 03-2401-1991 tentang
Tata Cara Perencanaan Umum Bendung.
Lokasi bendung dipilih berdasarkan pertimbangan beberapa aspek yaitu keadaan
topografi dari rencana daerah irigasi, topografi ketinggian bendung, trace saluran,
penempatan lokasi intake, kondisi hidraulik dan morfologi sungai dan kondisi tanah
fondasi. Di samping itu harus pula dipertimbangkan biaya pelaksanaan dan lain-lain.
Lokasi bendung bisa dipilih di palung sungai atau di sudetan sungai.
Untuk mendapatkan perencanaan bangunan yang efektif dan efisien pelajari beberapa
alternatif lokasi dan tipe bendung yang mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu
aspek teknis, lingkungan, sosial, dan ekonomi dan sebagainya.
Berdasarkan persyaratan di atas, hasil kajian lapangan, hasil kajian geoteknik
permukaan sungai, dan tinjauan dari segi hidraulik, maka dipilihlah lokasi bendung
pada profil sungai titik P7. Lokasi pada profil sungai ini merupakan titik ideal untuk
pembangunan bendung karena merupakan celah di antara dua tebing sungai yang
terdiri dari batuan dasar yang cukup baik. Pengupasan dinding tebing pada bagian kiri
sungai perlu dilakukan di lokasi ini untuk membuat bangunan intake. Lebar palung
sungai di lokasi ini sekitar 50,00 meter.
Selanjutnya saran hidraulik lokasi bendung dapat dilihat pada gam bar situasi sungai di
Foto 83.

Foto 83. Gambaran Rencana Lokasi Bendung pad a Profil Sungai P7

• Rekomendasi tipe dan bentuk bendung


Pembuatan desain bendung tetap harus mengacu kepada SNI 03-2401-1991 dan Tata
Cara Perencanaan Umum bendung. Berdasarkan tinjauan di atas dan SNI tersebut maka ·
untuk Bendung Way Mulang harus dipilih tipe bendung tetap. Geometri sungai Way
Kuma pada Patek PS dapat dilihat pad a Gambar 41.
Sumbu bendung/tubuh bendung ditempatkan tegak lurus terhadap arah aliran sungai
saat banjir desain dan banjir sedang. Hal ini dimaksudkan agar arah aliran utama
menuju bendung dan yang keluar dari bendung terbagi merata sehingga tidak
menimbulkan pusaran-pusaran aliran di hulu bendung dan pembilas serta intake.
Pusaran-pusaran aliran akan menimbulkan gangguan pada penyadapan aliran. Aliran

146
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

yang tidak merata ke luar dari bendung akan menimbulkan penggerusan setempat
sehingga membahayakan bendung.
Bangunan intake dan bangunan bilas ditempatkan berdampingan dan menjadi satu
kesatuan. Intake ditempatkan dengan sudut pengambilan arah tegak lurus terhadap
sumbu bangunan bilas sedangkan bangunan bilas ditempatkan di sisi bentang sungai
dan bagian luar tembok pangkal bendung. Bangunan bilas dan intake menjadi satu
kesatuan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat membentuk suatu
tikungan luar ali ran. Hal ini dapat melemparkan angkutan sedimen ke arah luar intake
menuju arah tubuh bendung, sehingga akan mengurangi jumlah angkutan sedimen
dasar masuk ke intake.
Pengarah aliran bentuk tongkat hockey dibangun di hulu kanan tembok pangkal yang
dimaksudkan untuk meratakan ali ran menuju bendung dan menghindarkan aIiran deras
sepanjang tanggul penutup dan tanggul banjir.
Bentuk bendung bagian hulu dibuat miring dan bagian hilir tubuh bendung dibuat
dengan kemiringan 1 : 1. Bentuk pelimpah ambang mercu bulat, dibuat dengan bentuk
lurus melintang sungai dan tegak lurus antara tembok pangkal dan bangunan pembilas.
Elevasi mercu bendung ditentukan dengan pertimbangan elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi, tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di pembilas,
kehilangan tekanan dan pengaruh respon morfologi sungai di bagian hulu dan hilir
bendung, dan sebagainya.
Panjang mercu bendung atau Iebar bentang bendung yaitu jarak antara dua tembok
pangkal bendung termasuk tembok Iebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya.
Panjang mercu bendung ditentukan dengan pertimbangan kemampuan melewatkan
debit banjir desain dengan tinggi jagaan yang cukup dan batasan tinggi muka air banjir
genangan maksimum yang diizinkan pada debit banjir desain. Panjang mercu bendung
diambil sebesar 1,2 Iebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil. Lebar palung
sungai rata-rata 60 meter.
Tipe konvensional dipilih untuk bangunan bilas dengan Iebar total diambil sekitar 1/6
s.d 1/10 dari Iebar bentang bendung untuk sungai - sungai yang Iebar bentangnya
kurang dari 100 m. Pembilas bendung juga dirancang di bag ian kanan dan kiri
bendung.
Bangunan peredam energi bendung adalah struktur bangunan di hilir tubuh bendung
yang terdiri dari berbagai tipe yang di kanan-kirinya dibatasi oleh tembok pangkal
bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. Fungsi
bangunan ini adalah untuk meredam energi air akibat pembendungan agar air di hilir
bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan bangunan.
Pemilihan bangunan peredam energi bendung sangat bergantung kepada berbagai
faktor antara lain jenis dan sifat sungai di lokasi bendung, tinggi pembendungan,
keadaan geoteknik tanah dasar, jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai,
dan sebagainya.
Jenis Sungai Way Kuma di ruas lokasi bendung adalah sungai meandering yang
angkutan sedimen dominannya dari jenis kerikil dan pasir. Karena hal tersebut di atas,
tipe bangunan peredam energi bendungnya dipilih tipe lantai dengan ambang akhir
(tipe MDO) dilengkapi dengan rip-rap (lihat Gambar 42). Tembok pangkalnya adalah
tembok yang berada di kiri dan kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang

147
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

menghalangi luapan aliran pada debit desain ke arah samping kiri dan kanan. Tembok
pangkal disamping berfungsi sebagai pengarah aliran agar arah ali ran sungai langsung
menuju sumbu bendung juga berfungsi sebagai penahan tanah, serta pencegah ali ran
samping. Bentuk tembok pangkal ditentukan vertikal dengan ukuran panjang ke hulu
dan ke hilirnya sesuai dengan fungsinya. Tinggi tembok pangkal setinggi muka air banjir
desain ditambah dengan jagaan setinggi satu meter.
Tembok sayap hilir bendung adalah tembok sayap yang terletak di bagian kanan dan di
kiri peredam energi bendung yang menerus mulai dari tembok pangkal bendung.
Bentuk sayap hilir bendung didesain dengan bentuk miring dengan kemiringan 1 : 1
sebagai kelanjutan tembok pangkal bendung. Bagian awal tembok sayap hilir yang
miring dan akhir tembok pangkal dimulai dari tengah-tengah lantai peredam energi.
Bagian ujung hilir tembok sayap dibulatkan dan membalik ke arah hulu.
Tembok pengarah aliran di hulu tembok pangkal dibangun tembok pengarah aliran
sisi kanan. Tembok pengarah aliran di hulu tembok pangkal dimaksudkan sebagai
pengarah aliran dari hulu sungai menuju bentang bendung agar arah aliran merata.
Selain itu agar tidak menimbulkan kecepatan aliran yang deras di sepanjang tanggul
penutup dan tanggul banjir, serta menghindarkan aliran langsung dari arah tanggul
penutup dan tanggul banjir. Bentuk bagian ujung tembok pengarah ali ran melengkung
seperti tongkat hockey.
Bangunan bilas dirancang dengan maksud untuk menghindarkan angkutan muatan
sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen yang masuk ke intake.
Bangunan bilas ini dirancang dengan tipe bangunan bilas konvensional. Tata letak
bangunan bilas diatur seperti berikut:
- Merupakan satu kesatuan dengan intake.
- Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung.
- Bangunan ditempatkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya
tegak lurus sumbu bendung.

Komponen bangunan bilas terdiri dari :


- Pintu bilas tunggal dari bahan besi.
- Pilar-pilar penempatan pintu, bagian hulu pilar bulat dan bagian hilir runcing.
- Tembok baya-baya (guide wall).
- Jembatan pelayan pintu.
- Bangunan bilas tanpa dinding banjir.
- Sponeng pintu dan sponeng cadangan, tangga dan sebagainya.

Bangunan intake dirancang untuk menyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air
dan sedimen, serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake.
Tipe intake yang dipilih yaitu yang berlubang dua, dilengkapi dengan pintu-pintu dan
dinding banjir dan perlengkapan lainnya. Tata letak bangunan intake diatur sedemikian
sehingga memenuhi fungsinya.

148
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gambar 42. Contoh Gambar Desain Bendung Tetap Dengan Peredam Energi Tipe MDO

149
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.19 REHABILITASI BENDUNG KAIRATU II, P. SERAM

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Kairatu II di P. Seram, terletak di Sungai Wae Nala, Desa Lohiyatu, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Lokasi ini dapat dicapai dari Ambon
menggunakan jalan darat menuju Pelabuhan fery Liang, menyeberang ke Pulau Seram
di Pelabuhan fery Wae Pirit, dilanjutkan melalui jalan darat kurang lebih 10 km, sampai
di lokasi bendung.

• Data Teknis
Bendung Kairatu II
Type Bendung : Bendung Bronjong
Dibangun :Tahun 2009
Lebar bendung :36,70m
Intake : Pada bagian tengah tembok pangkal kiri
Lebar intake :1,25 m
Tinggi intake :1,00 m
Panjang tembok pangkal kiri :32,60 m
Tinggi tembok pangkal kiri :6,30m

IDENTIFIKASI MASALAH
• Kronologis Masalah
Bendung Kairatu II dan jaringan irigasinya dibangun pertama kali pada tahun 1975
untuk mengairi lahan potensial seluas 750 hektar. Pada tahun 2003, karena terjadi banjir
yang cukup besar, diperparah oleh pengambilan material sungai secara besar-besaran
di hilir bendung untuk dikirim ke daerah Papua, bendung ini hancur. Pada tahun 2004
bendung dibangun kembali dan diganti dengan arah mulut intake frontal terhadap arah
aliran sungai. Karena pembangunan bendung tidak memperhatikan keadaan morfologi
sungai yang sudah berubah, bendung ini kembali hancur pada tahun 2008. Pada tahun
2009 bendung dibangun kembali dengan bendung bronjong.
Di samping pembangungan bendung bronjong, dibangun pula tembok pangkal kiri.
Arah tembok pangkal kiri ke hulu agak ke luar dari arah tebing sungai kiri. Bendung ini
dapat beroperasi beberapa waktu. Banjir yang cukup besar dan penempatan bendung
bronjong yang tidak pada tempatnya mengakibatkan bendung bronjong bagian kiri
hancur. Akibatnya air tidakdapat lagi masuk ke intake.
Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi ke jaringan irigasi Kairatu untuk menyediakan air
bagi irigasi ahan pertanian, pada tahun anggaran 2011 direncanakan membangun
kembali Bendung Kairatu II.

• Upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dilakukanlah upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

150
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

ANALISIS

• Peninjauan Lapangan
Akibat banjir besar pada tahun 2009, Bendung Bronjong Kairatu II pada bagian kiri
sungai terguling (Foto 84). kerusakan yang dialami bendung dan bangunan lainnya
adalah:
1) Bendung bronjong bagian kiri sepanjang kurang lebih sepuluh meter terguling
sehingga tidak dapat berfungsi untuk meninggikan muka air sungai sehingga air
tidak dapat masuk ke intake. Bendung bronjong ditempatkan di ujung tembok
pangkal atau sekitar 10 meter di hilir pintu intake.
2) Saluran irigasi putus sepanjang kurang lebih 25 m. Bagian saluran irigasi yang rusak
yaitu 17,0 m di hilir intake. Saluran irigasi tepat di hilir intake dan di hilir bagian yung
rusak masih bail<.
3) Di tebing kiri, tepat di hilir tembok pangkal kiri, terjadi gerowongan selebar 17,0 m
sepanjang 22,0 meter.
4) Tembok pangkal kanan di hulu bendung terguling.
5) Pintu intake tidak dapat difungsikan sejak awal pembangunan.

Perkiraan Penyebab Kerusakan Bendung

Tembok pangkal bendung yang dibangun di bagian kiri tubuh bendung dan berbentuk
tegak dibangun sebagai pembatas aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga tidak
melimpas ke luar dari bentang bendung.
Bendung ditempatkan di bagian akhir/ujung tembok pangkal kiri, sehingga bagian kiri
tubuh bendung terletak pada tebing sungai. Akibat limpasan aliran sungai dan akibat
peningkatan energi aliran dan turbelensi aliran maka terjadi gerowongan tebing sungai
kiri. Akibat penggerusan setempat dan gerowongan tebing sungai, sebagian tubuh
bendung bronjong bagian kiri terguling.
Karena tubuh bendung bagian kiri terguling, saluran irigasi yang terletak 18,0 m dari
tebing sungai ikut runtuh.

Foto 84. Kerusakan Tubuh Bendung Bronjong dan Saluran lnduk Di Kiri Bendung.

151
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Keadaan Sungai Sekitar Bendung Kairatu II

Sungai Nala adalah tempat Bendung Kairatu II dibangun. Sungai Nala di ruas Bendung
Kairatu II bersifat berjalin. Lapisan dasar sungai terdiri dari batuan kerakal, kerikil, dan
pasir dengan ketebalan Ia pi san diperkirakan setebal 2,0- 3,0 m.
Lebar palung sungai di hulu bendung berkisar antara 40,0- 70,0 m. Lebar alur sungai di
hilir bendung berkisar 40 m sedangkan Iebar palungnya berkisar antara 40,0 - 50,0 m.
Tinggi palung sungai di hulu bendung bagian kanan berkisar antara 5,0- 6,0 m dengan
kemiringan dasar sungai rata-rata di hilir bendung 0,007.
Perubahan morfologi sungai di hulu bendung cenderung mendatar dan perubahan
morfologi sungai di hilir bendung cendrung vertikal dimana proses degradasi dasar
sungai sangat aktif. Sungai Way Nala mempunyai DAS sempit dan memanjang sehingga
hydrograph banjir yang terjadi adalah cepat naik dan cepat turun, dengan material
dasar sungai terdiri dari pasir dan kerikil dengan ketebalan lapisan diperkirakan
mencapai 3,0 m. Debit sesaat yang didapat dari hasil pengukuran pada pertengahan
bulan Maret adalah 2.040 m 3/det sampai 2.185 m3/det.

SARAN
1) Rehabilitasi awal
(1) Lokasi ben dung
Setelah mengadakan kajian lapangan dan mempelajari keadaan bangunan yang
ada maka lokasi bendung dipilih di sekitar intake yang ada pad a bangunan tembok
pangkal kiri. Agar bendung dapat berfungsi kembali maka bendung diperbaiki
secara bertahap. Pentahapan pembangunan bendung dilakukan karena dana yang
tersedia pada tahun anggaran 2011 terbatas.
Tahapan perbaikan bendung adalah sebagai berikut:
a) Rehabilitasi awal untuk tahun anggaran 2011. Tujuan pembangunan
rehabilitasi awal yaitu agar air sungai dapat disadap ke intake untuk irigasi.
Dalam upaya rehabilitisi awal, konsep bangunan disesuikan dengan kondisi
keuangan yang tersedia, dan kondisi bangunan yang aman secara hidraulik dan
struktural.
b) Rehabilitasi permanen dilakukan pada tahap berikutnya.

Beberapa pertimbangan desain bendung tahap rehabilitasi awal adalah:


a) Kondisi areal persawahan, jaringan irigasi semi teknis, kelompok petani sudah
ada yang sekarang tidak berfungsi karena tidak ada air irigasi.
b) Tembok pangkal kiri, bangunan intake, dan saluran irigasi di hilir intake yang
ada yang masih dapat dimanfaatkan.
c) Bangunan bendung bronjong yang tersisa dan tidak terguling yang dapat
dijadikan bangunan bottom controller. Lokasi bendung bronjong yang ada
terletak 20,0 m di hilir bangunan intake.
d) Lokasi bendung pada posisi bangunan intake yang ada bisa dipilih untuk lokasi
bendung baru/rehabilitasi.

152
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

(2) Konsep desain rehabilitasi awal


a) Memanfaatkan bangunan tembok pangkal kiri dan bangunan intake yang ada.
Mengingat upaya rehabilitasi awal, keterbatasan anggaran pada tahun 2011,
dan keadaan sosial masyarakat setempat maka tembok pangkal kiri dan intake
yang ada yang masih baik secara struktural dapat dimanfaatkan selama
penambahan pondasi tembok arah vertikal sampai dengan tanah keras
terutama dari intake ke hilir dilakukan.
b) Alternatif bendung yang dipilih adalah bendung tetap berlokasi di dekat intake.
Sumbu bendung direncanakan terletak 30 em di hilir dinding intake sebelah
hilir. Elevasi mercu bendung ditempatkan 0,5 m di atas elevasi lantai intake.
c) Bendung dilengkapi dengan bangunan bilas disertai perlengkapannya.
Bangunan bilas dirancang dengan maksud menghindarkan angkutan muatan
sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke
intake.

Tata letak bangunan bilas diatur seperti berikut:

- Bangunan bilas merupakan satu kesatuan dengan intake.


- Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung.
- Bangunan bilas ditempatkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok
pangkal, arahnya tegak lurus sumbu bendung.

Komponen bangunan bilas terdiri dari :


- Pintu bilas tunggal dari bahan besi.
- Pilar-pilar penempatan pintu; bagian hulu pilar bulat dan bagian hilir
runcing, berbahan beton bertulang.
- Tembok baya-baya (guide wall) 0,50 m di atas mercu bendung.
- Jembatan pelayan pintu.
- Bangunan bilas tanpa dinding banjir.
- Sponeng pintu dan sponeng cadangan, tangga dan sebagainya.
d) Bangunan peredam energi bendung.
Bangunan peredam energi bendung yang dipilih yaitu bangunan peredam
energi tipe lantai datar, ambang akhir dan olakan (tipe MDS). Bangunan
peredam energi bendung yaitu struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung
yang terdiri dari berbagai tipe dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok
pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk
tertentu. Fungsi bangunan adalah untuk meredam energi air akibat
pembendungan agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan
setempat yang membahayakan bangunan.
Pemilihan bangunan peredam energi bendung sangat bergantung kepada
berbagai faktor, antara lain jenis dan sifat sungai di lokasi bendung, tinggi
pembendungan, keadaan geoteknik tanah dasar, jenis angkutan sedimen yang
terbawa aliran sungai, dan sebagainya. Sungai Way Nala di ruas lokasi bendung
berjenis sungai meandering dengan angkutan sedimen dominan jenis kerikil
dan pasir.

153
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Di hilir ambang peredam energi bendung atau tepat di hilir dinding tembok
pangkal kiri yaitu pada bekas bendung bronjong yang tersisa difungsikan
sebagai bangunan bottom controller.
e) Fondasi dan bangunan pencegah seepage
Di bawah tubuh bendung dilengkapi dengan fondasi sumuran (menggunakan
buis beton 0 80 em yang diisi beton bertulang minimum berdiameter 12 mm,
dengan campuran 1 : 2 : 3). Fondasi sumuran dipasang di bagian hulu, tengah,
dan hilir di bawah tubuh bendung.
f) Tembok pangkal
Tembok pangkal adalah tembok yang berada di kiri dan kanan pangkal
bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada debit
desain ke arah samping kiri dan kanan. Tembok pangkal berfungsi sebagai
pengarah aliran agar arah aliran sungai frontal menuju sumbu bendung,
sebagai penahan tanah, dan pencegah ali ran sam ping.
Tembok pangkal kiri menggunakan tembok pangkal yang ada. Tembok
pangkal kanan dibuat dengan bentuk dinding tegak dengan panjang 22 m.
Tembok pangkal dirancang sesuai dengan ketinggian tembok yang ada, yaitu
setinggi 5,50 m dari dasar sungai.

2) Rehabilitasi permanen

(1) Pemilihan tipe ben dung


Desain hidraulik bendung tetap mengacu kepada SNI 03-2401-1991, tentang Tata
Cara Perencanaan Umum Bendung. Berdasarkan kajian dan SNI di atas, maka untuk
rehabilitasi permanen Bendung Kairatu II dipilih tipe bendung berganda.
Bendung tipe berganda dipilih karena telah terjadi degradasi dasar sungai yang
cukup besar. Dasar sungai 200 m di hulu bendung berada pada elevasi +23,18
sedangkan dasar sungai sekitar 900 m di hilir bendung berada pada elevasi +
13,64. Jadi perbedaan ketinggian dasar sungai antara hulu dan hilir yaitu 9,54 m.

(2) Tata letak bendung


Tubuh bendung pertama menggunakan tubuh bendung yang ada yang telah
dibangun pada rehabilitasi awal. Bangunan intake menggunakan bangunan intake
yang ada.
Bangunan bilas menggunakan bangunan bilas yang ada yaitu tipe konvensional.
Pembilas bendung berda di bagian kiri bendung. Lebar bangunan bilas adalah 1 x
1,50 m. Letak bangunan bilas yang ada berdampingan dan menjadi satu kesatuan
dengan bangunan intake.

(3) Bentuk bendung


Bentuk bendung adalah tipe berganda. Bentuk bendung pertama bagian hulunya
dengan kemiringan. Bentuk bendung kedua bagian hulunya tegak agar
memperoleh aliran balik berlawanan dengan arah putaran jarum jam dengan
demikian aliran yang ke luar dari bendung tidak meloncat dan stabil.

154
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

(4) Mereu bendung


Mereu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung di mana aliran dari hulu
dapat melimpah ke hilir. Mereu bendung pertama berada pada elevasi +
22,00. Dasar sungai jauh di hilir (berjarak 1000 m) berada pada elevasi 12,00,
sehingga perbedaan ketinggian antara mereu bendung pertama dan dasar sungai
di hilir adalah 10,00 m. Mereu bendung kedua ditempatkan pada setengah bagian
ketinggian yaitu pada elevasi + 17.00. Kemiringan tubuh bendung diraneang
dengan perbandingan kemiringan 1:2.

(5) Panjang mercu bendung


Panjang mereu bendung atau Iebar bentang bendung yaitu jarak antara dua
tembok pangkal bendung termasuk tembok Iebar bangunan pembilas dan pilar-
pilarnya. Panjang mereu bendung ditentukan dengan mempertimbangkan
kemampuan melewatkan debit banjir desain dengan tinggi jagaan yang eukup
dan batasan tinggi muka air banjir genangan maksimum yang diizinkan pada debit
banjir desain. Panjang mereu bendung yang ada pada desain rehabilitasi awal
adalah 45,00 m.

155
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.2 KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BENDUNG GERGAJI

2.2.1 PENYESUAIAN DESAIN DAN PENANGGULANGAN KERUSAKAN BENDUNG


KALIBUMI, PAPUA

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi

Bendung Kalibumi terletak di Sungai Kalibumi yang secara administratif berada di


Kabupaten Nabire, Propinsi Papua.

• Data Teknis
Perencanaan Bendung Kalibumi dimulai pada tahun 1991. Semula bendung ini didesain
dengan tipe bendung tetap yang mempunyai Iebar bersih, B = 54,5 m dan tinggi
pembendungan, p = 7 m. Untuk debit banjir rencana, Qd = 1000 m3/s diperlukan tinggi
tanggul yang mencapai 15,5 m dihitung dari pondasi terdalam. Agar tinggi tanggul
dapat diturunkan, sehingga Bendung Kalibumi tidak termasuk dalam kategori
bangunan besar yang harus menggunakan debit banjir rencana QPMF, tipe bendung
diganti dengan tipe gergaji dengan Iebar, B = 60 m. Selanjutnya, untuk memberikan
keamanan yang cukup, diputuskan untuk menaikkan debit banjir rencana menjadi Qd =
1500 m3/s. Dengan debit banjir rencana yang baru ini, tipe bendung gergaji dengan
Iebar 60 m tidak memadai, sehingga pada akhirnya dibuat pelimpah tambahan tipe
gergaji dengan Iebar 31 m di sebelah kiri pelimpah utama.

Data pokok desain bendung:


- Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis: bendung gergaji dengan lantai udik dan peredam energi tipe kolam olak.
- Debit banjir rencana: 1500 m 3/s
- Lebar bendung: total= 91 m, pelimpah utama = 60 m, pelimpah tambahan = 31 m.
- Tingggi bendung 7 m.
- Bahan konstruksi bendung: beton bertulang.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Pembangunan Bendung Kalibumi lengkap dengan pelimpah tambahan telah memasuki
tahap ke-10 dan belum dapat diselesaikan hingga sekarang. Kendala yang dihadapi
dalam pembangunan bendung terutama adalah seringnya terjadi banjir dan gempa
yang melanda daerah tersebut.
Tercatat banjir pada akhir Desember 2002 dan Agustus 2003 telah mengakibatkan
hancurnya tanggul penutup sementara (cofferdam) yang dibangun untuk menunjang
pembangunan tanggul penutup utama permanen dan pelimpah tambahan.
Daerah Nabire merupakan daerah yang dikenal mempunyai intensitas gempa yang
cukup tinggi. Pada kejadian gempa tanggal 6 Pebruari 2004, tercatat kekuatan gempa
6,9 Skala Richter dengan episentrum 7 km dari kota Nabire, tepatnya pada koordinat
3,36° LS dan 135,56° BT pada kedalaman 80 km.

156
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Pasca gempa 6 Pebruari 2004, Proyek lrigasi Nabire telah melaksanakan perbaikan-
perbaikan pada Bendung Kalibumi. Namun demikian, karena perbaikan ini masih
kurang memadai, pada kejadian gempa 26 Nopember 2004 kembali terjadi kerusakan
yang hampir sama.

• Upaya-upaya Penanggulangan

Proyek lrigasi Nabire telah melakukan perbaikan darurat terhadap kerusakan-kerusakan


pada Bendung Kalibumi yang diakibatkan oleh bencana banjir dan bencana gempa,
namun demikian hasil peninjauan lapangan pasca gempa Pebruari 2004 dan Nopember
2004 menunjukkan bahwa sifat perbaikan ini masih sangat darurat sehingga
dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kekuatan struktur bangunan, terutama
apabila bangunan telah difungsikan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

Peninjauan Lapangan Pasca Gempa Pebruari 2004


Peninjauan lapangan bulan April 2004 menunjukkan bahwa penimbunan kembali
tanggul penutup sementara sudah dilakukan meski belum mencapai elevasi yang
direncanakan. Di samping itu, tembok sayap hilir bagian kiri pelimpah tambahan yang
rusak akibat banjir 2003 juga telah dapat diperbaiki. Bagian-bagian bangunan yang
mengalami kerusakan akibat bencana gempa dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Cofferdam di hulu dan hilir bendung untuk menunjang pembuatan tanggul penutup
dan pelimpah tambahan retak-retak (Foto 85).
2) Tembok sayap hulu dan hilir pelimpah tambahan retak memanjang dengan Iebar 2
sampai 5 em (Foto 86).
3) Tembok pangkal pelimpah tambahan bagian kiri miring ke kanan dan menyebabkan
beton retak dan tulangan struktur dinding tembok penahan tersebut putus (Foto
87).
4) Kantong endapan dari bangunan penangkap pasir retak vertikal yang disebabkan
oleh pergerakan tanah (Foto 88).

Foto 85. Retakan Pada Cofferdam Bag ian Udik. Foto 86. Retakan Memanjang Pad a Tembok
Sayap Hilir.

157
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

u
p
a
y
a

u
p
a
y Foto87. Retakan Pada Tembok Pangkal Kiri. Foto 88. Retakan Vertikal Pada Bangunan
a Penangkap Pasir.
perbaikan darurat yang direncanakan dan sedang dilakukan adalah memperbaiki
cofferdam yang retak, menyambung tulangan yang putus dan menutup retakan beton
pada tembok pangkal, menutup retakan memanjang pada tembok sayap hilir, dan
menutup retakan vertikal pada bangunan penangkap pasir.
Peninjauan lapangan bulan Desember 2004 menunjukkan sebagian tanggul penutup
telah ditimbl;Jn hingga elevasi +17 m dari yang direncanakan hingga mercu tanggul
pada elevasi + 23,85 m. Disamping itu, perbaikan-perbaikan kecil pada dinding guide
wall yang mengalami keretakan telah dilakukan. Bagian-bagian bangunan yang
mengalami kerusakan akibat gempa dapat dikemukakan sebagai berikut
a) Material timbunan di bawah tembok pengarah antara pelimpah utama dan
pelimpah tambahan turun yang mengakibatkan retak-retak pada plat beton
penutup talud tembok pengarah, serta penurunan sebagian tanggul penutup (Foto
89 dan Foto 90).
b) Retakan pada tembok pangkal sebelah kiri pada tempat yang sama terjadinya
kerusakan pada gempa sebelumnya dan retakan baru pada tembok pangkal sebelah
kanan pelimpah tambahan sudah diperbaiki secara darurat (Foto 91 dan Foto 92).
c) Dinding pelat guide wall dan pada dinding dan lantai bangunan penangkap pasir
retak-retak seperti pada gempa sebelumnya.
d) Joint diantara blok-blok lantai dan saluran induk terpisah.
e) Kolom penyangga rumah pintu di bangunan pengambil patah.

Foto 89. Penurunan Material Timbunan pada Foto 90. Retak-Retak pada Tembok Pengarah
Tembok Pengarah Arus. Arus Akibat Penurunan Material
Timbunan.

158
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung

Foto 91. Retakan Kembali pada Perbaikan Foto 92. Retakan Baru pada Tembok Pangkal
Tembok Pangkal Sebelah Kiri Sebelah Kanan Pelimpah Tambahan.
Pelimpah Tambahan.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi

Hasil kajian terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi menunjukkan ada kekurangan


pada desain dan pelaksanaan konstruksi Bendung Kalibumi sebagai berikut:
1) Ada kerusakan-kerusakan akibat gempa yang terjadi pada bangunan yang terbuat
dari beton, seperti dinding tembok pangkal pelimpah tambahan dan dinding
saluran bangunan penangkap pasir, akibat desain struktur bangunan yang menerus
tanpa dibagi menjadi blok-blok yang dihubungkan satu sama lain dengan siar
dilatasi (contraction joint) menggunakan besi penghubung (dowel) dan sekat
penahan air (water stop).
2) Material timbunan pada tembok pengarah dan tanggul penutup turun akibat
penggunaan material timbunan yang kurang baik dan pemadatan timbunan tidak
dilakukan dengan baik sesuai dengan standar.
3) Tanggul penutup tidak menggunakan material timbunan dari borrow area yang
homogen dan mengandung gumpalan-gumpalan kapur. Setelah desain tanggul
penutup diperiksa dengan pemodelan komputer, diketahui bahwa desain tanggul
tidak stabil dan perlu diperbaiki dengan membuat lereng tanggul sebelah hulu
menjadi lebih landai.
4) Retak-retak yang terjadi pada plat beton penutup permukaan tembok pengarah
disebabkan oleh struktur plat yang dibuat dari beton tanpa tulangan struktur
dengan sistem plat menerus, tanpa dibagi menjadi blok-blok yang dihubungkan
dengan siar dilatasi dan tidak dilengkapi dengan rib-rib pengkaku. Ketika tanah
timbunan di bawahnya turun, struktur plat kehilangan pendukung di bawahnya dan
tidak mampu memikul beban berat sendiri yang terlalu besar untuk struktur beton
tanpa tulangan dan tanpa rib pengkaku. Akibatnya, terjadi retak karena beton tidak
mampu menahan tegangan tarik yang lebih besar dari yang diijinkan.

159
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan melanjutkan pembangunan
Bendung Kalibumi, berikut adalah saran-saran yang disampaikan:
1) Karena kondisi kegempaan di lokasi Bendung Kalibumi mempunyai kekuatan dan
frekuensi kejadian yang tinggi, seharusnya penanganan Bendung Kalibumi dimasukkan
kedalam kategori penanganan bangunan besar.
2) Perbaiki retakan pada tembok pangkal dengan membongkar kembali beton penutup
dan memperlebar retakan yang ada, memasang besi tulangan penyambung pada besi
tulangan yang putus dengan sambungan lewatan dan mengecor kembali celah retakan
dengan campuran beton dan aditive untuk memperkuat hubungan antara beton lama
dan beton baru.
3) Perkuat fondasi tembok pangkal dengan memasang tiang fondasi cor di tempat (bored
pile) di bawah plat fondasi yang ada.
4) Perbaiki konstruksi tembok pengarah dengan membongkar plat beton penutup tanpa
tulangan struktural, tambah material timbunan yang turun dengan material yang baik
dan dipadatkan, buat plat penutup yang baru dari beton dengan tulangan struktural
dalam sistem plat yang dibagi menjadi blok-blok dengan siar dilatasi, dan dilengkapi
dengan rib-rib pengkaku.
5) Perbaiki retakan pada bangunan penangkap pasir dengan cara yang serupa dengan
yang dilakukan pada tembok pangkal, namun tanpa pekerjaan penyambungan besi
tulangan karena tidak diperlukan.
6) Perbaiki desain dan pelaksanaan konstruksi tanggul penutup dengan mengubah
kemiringan lereng tanggul sebelah hulu menjadi 1 : 2; gunakan material timbunan yang
lebih baik pada sisa bagian timbunan yang belum dilaksanakan dengan memadatkan
lapis per lapis dan ganti lapisan penutup lereng sebelah hulu plat beton dengan
geosynthetic-bentonite sebagai lapisan kedap air, dan hamparan rip-rap dari kubus-
kubus beton di atasnya sebagai lapisan pelindung terhadap daya rusak aliran air dan
benturan batang-batang pohon yang hanyut. Denah Bendung Kalibumi dapat dilihat
pada Gam bar 43.

160
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

+1.00

BENDUNG KAUBUMI KIRI & KANAN

Gam bar 43. Denah Bendung Kalibumi

Kerusakan pada Bendung Kalibumi Pasca Gempa Pebruari 2004:


a. Cofferdam di bag ian udik dan hilir bendung mengalami retak-retak;
b. Tembok tegak pada pangkal pelimpah tambahan bagian hilir pada sisi kiri
miring;
c. Tembok sayap udik dan hilir pelimpah tambahan mengalami keretakan
memanjang;
d. Pad a kantong sedimen dari bangunan penangkap pasir terjadi rekahan.

161
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.2.2 METODE PERBAIKAN KERUSAKAN BEN DUNG KALIBUMI, PAPUA

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Kalibumi terletak di Sungai Kalibumi yang secara administratif berada di
Kabupaten Nabire, Propinsi Papua.

• Data Teknis
Perencanaan Bendung Kalibumi dimulai pada tahun 1991. Semula bendung didesain
dengan tipe bendung tetap. Bendung ini mempunyai Iebar bersih, B = 54,5 m dan tinggi
pembendungan, p = 7 m. Untuk debit banjir rencana, Qd = 1000 m3/s diperlukan tinggi
tanggul yang mencapai 15,5 m dihitung dari pondasi terdalam. Agar tinggi tanggul
dapat diturunkan, sehingga Bendung Kalibumi tidak termasuk dalam kategori
bangunan besar yang harus menggunakan debit banjir rencana 0PMF, tipe bendung
diganti dengan tipe gergaji dengan Iebar, B = 60 m. Selanjutnya, untuk memberikan
keamanan yang cukup, diputuskan untuk menaikkan debit banjir rencana menjadi Qd =
1500 m3/s. Dengan debit banjir rencana yang baru ini, tipe bendung gergaji dengan
Iebar 60 m tidak memadai, sehingga akhirnya dibuat pelimpah tambahan tipe gergaji
dengan Iebar 31 m di sebelah kiri pelimpah utama.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung gergaji dengan lantai udik dan peredam energi tipe kolam olak.
Debit banjir rencana 1500 m 3/s
- Lebar bendung total= 91 m, pelimpah utama = 60 m,
pelimpah tambahan = 31 m.
- Tingggi bendung 7 m.
- Bahan konstruksi bendung beton bertulang.
- Luas areal irigasi 6000 Ha.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi

Pembangunan Bendung Kalibumi lengkap dengan pelimpah tambahan telah memasuki


tahap ke-10 dan belum dapat diselesaikan hingga sekarang. Kendala yang dihadapi
dalam pembangunan bendung terutama karena sering terjadi banjir dan gempa yang
melanda daerah tersebut.
Tercatat banjir pada akhir Desember 2002 dan Agustus 2003 telah mengakibatkan
hancurnya tanggul penutup sementara (cofferdam) yang dibangun untuk menunjang
pembangunan tanggul penutup utama permanen dan pelimpah tambahan.
Daerah Nabire merupakan daerah yang dikenal mempunyai intensitas gempa yang
cukup tinggi. Pada kejadian gempa tanggal 6 Pebruari 2004, tercatat kekuatan gempa
6,5 Skala Richter dengan episentrum 7 km dari kota Nabire, tepatnya pada koordinat
3,36° LS dan 135,56° BT pada kedalaman 80 km. Tanggal 26 Nopember 2004, hari Jum'at
jam 11.25 waktu setempat kembali terjadi gempa., Kali ini tercatat gempa berkekuatan

162
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

7,2 Skala Richter dengan episentrum 17 km sebelah selatan kota Nabire, tepatnya pada
koordinat 3,634° LS dan 132,01° BT.
Pasca gempa 6 Pebruari 2004, Proyek lrigasi Nabire telah melakukan beberapa
perbaikan di Bendung Kalibumi,Namun demikian, karena perbaikan ini masih kurang
memadai, pada kejadian gempa 26 Nopember 2004 terjadi kerusakan yang hampir
sama seperti diuraikan berikut ini:
a) Material timbunan di bawah tembok pengarah antara pelimpah utama dan
pelimpah tambahan turun hingga mengakibatkan retak-retak pada plat beton
penutup talud tembok pengarah Selain itu sebagian tanggul penutup turun.
b) Retakan kembali terjadi pada tembok pangkal sebelah kiri di tempat yang sama
dengan kerusakan pada gempa sebelumnya. Perbaikan darurat sudah dilakukan
atas retakan lama dan retakan baru pada tembok pangkal sebelah kanan pelimpah
tambahan.
c) Dinding pelat guide wall dan pada dinding dan lantai bangunan penangkap pasir
retak-retak seperti pada gempa sebelumnya.
d) Joint di antara blok-blok lantai dan saluran induk terpisah.
e) Kolom penyangga rumah pintu di bangunan pengambil patah.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Proyek lrigasi Nabire telah melakukan perbaikan darurat terhadap kerusakan-kerusakan
Bendung Kalibumi akibat banjir dan gempa. Namun hasil peninjauan lapangan pasca
gempa Pebruari 2004 dan Nopember 2004 menunjukkan bahwa sifat perbaikan ini
masih sangat darurat sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kekuatan
struktur bangunan, terutama apabila bangunan telah difungsikan.

Peninjauan lapangan bulan Juni 2005 menunjukkan sebagian bangunan telah


diperbaiki namun belum maksimal karena dana belum cukup memenuhi kebutuhan
perbaikan secara menyeluruh. Walaupun bekas-bekas kerusakan sebagian besar sudah
tidak terlihat, mutu konstruksinya diragukan akan kuat menahan gempa berikutnya
yang mungkin terjadi. Perbaikan masih diperlukan karena pada bagian abutment
jembatan kiri dan kanan tampak masih miring akibat terpisah dari dinding tembok
pengarah sejauh ± 10 em.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

Hasil peninjauan lapangan menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi, selain akibat
gaya gempa yang tidak mampu dipikul oleh struktur bangunan, juga akibat gejala
likuefaksi (liquefaction) pada tanah pondasi. Gejala likuefaksi adalah hilangnya kekuatan
geser dari tanah berpasir yang jenuh air akibat goncangan gempa yang meningkatkan
tekanan air menjadi lebih tinggi dari tegangan yang bekerja antara butir-butir tanah
yang menjaga kontak antar butir, sehingga tanah berperilaku seperti cairan (liquid). Hal
ini terlihat pada badan timbunan tembok pengarah antara pelimpah utama dan
pelimpah tambahan dan badan timbunan tanggul penutup yang mengalami
penurunan.

163
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi


Pada tahun 2005 direncanakan akan melakukan penutupan stop log pelimpah
tambahan untuk memungsikan bendung untuk keperluan irigasi atas permintaan
masyarakat. Hal yang harus dipertimbangkan adalah seberapa jauh pengaruh
penutupan stop log terhadap keamanan bangunan, baik tanggul penutup maupun
konstruksi bendungnya sendiri. Masih perlu dikaji apakah dengan debit desain sebesar
1500 m3/s bendung mampu melimpahkan banjir secara aman, tanpa menimbulkan
pengaruh sam ping terhadap struktur bangunan yang ada.
Sementara ini, pada tahun anggaran 2005 direncanakan akan menyelidiki dan
memperbaiki pondasi dengan injeksi semen. Masalahnya adalah apakah aman jika
penutupan stop log dilakukan sebelum pekerjaan treatment pondasi. Persia pan grouting,
sam pel tanah untuk penyelidikan Geoteknik dapat dilihat pada Foto 93 dan Foto 94.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT

• Penutupan Stop Log


Rencana penutupan stop log harus menjadi prioritas utama karena desakan masyarakat
setempat yang menghendaki bendung Kalibumi segera berfungsi untuk keperluan
irigasi yang jaringannya dibangun tahun 1997. Tujuannya agar tidak menimbulkan
kesan bahwa Proyek yang menjadi andalan Kabupaten Nabire ini seolah-olah hanya
merupakan lambang kemegahan saja padahal belum memberi hasil kepada rakyat
banyak. Penutupan stop log ini harus disetujui oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
di Jakarta, sedangkan Pusat Litbang Sumber Daya Air akan membantu mengatasi
masalah teknis terutama mengatasi perbaikan bangunan dengan melakukan
investigasi, mengevaluasi kondisi yang ada, dan memperbaiki desainnya.

• Kaji Ulang Hasil Perbaikan Jangka Pendek


Perbaikan-perbaikan pasca gempa tahun 2004 yang telah dilakukan oleh pihak
kontraktor merupakan perbaikan-perbaikan jangka pendek. Mengingat bendung
Kalibumi terletak di daerah berzona gempa dengan kekuatan dan frekuensi tinggi, maka
kaji ulang terhadap ketahanan bangunan dalam jangka panjang perlu dilakukan.

• Perbaikan Jangka Panjang


Penyelidikan Geoteknik

Penyelidikan Geoteknik dilakukan untuk mengetahui perlapisan pondasi di bawah


bendung dan tanggul penutup secara rind, serta untuk mendapatkan parameter
pondasi dan bahan urugan lebih akurat Rinciannya adalah sebagai berikut:
Pemboran Mesin dengan kedalaman maksimum 30 m.
- Melakukan Standard Penetration Test (SPn interval 3,00 m.
- Menguji Rembesan Lapangan interval kedalaman 5,00 m atau pada setiap jenis
lapisan tanah.
- Mengambil contoh tanah asli (undisturbed sample).
- Menguji contoh tanah di laboratorium dengan uji sifat fisik dan sifat teknik.

164
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Evaluasi Desain

Parameter geoteknik yang memadai dari hasil penyelidikan geoteknik tersebut


diperlukan untuk mengatasi masalah pondasi baik secara statis maupun dinamis
(gempa bumi) seperti:
1) Stabilitas longsoran di bendung penutup
2) Analisis rembesan di bendung penutup bangunan bendung .
3) Analisis stabilitas potongan melintang bendung dan potongan melintang dinding
pengarah
4) Analisis struktur pelat bangunan pengarah
5) Analisis struktur kolom bangunan operasi
6) Analisis struktur stop log dan metode pelaksanaannya
7) Analisis hidrolik pada saat penutupan stop log dan atau pembukaan pintu
penguras.
8) Penggambaran bangunan-bangunan yang mengalami perubahan
9) Perhitungan anggaran biaya perbaikan (BOQ)
10) Pembuatan spesifikasi teknis dan metoda pelaksanaan bangunan.

Metoda Penutupan Stop Log

Alternatif I - Penutupan stop log dilaksanakan sebelum treatment pondasi (grouting):


1) Tutup stop log setiap tahap tingginya maksimum 3,20 m atau 8 buah stop log
(ukuran 30 x 40 em sebanyak 2 baris).
2) Cor sekat diantara stop log hilir dan udik dengan beton pengisi
3) Tutup stop log tahap berikutnya sama dengan prosedur (1) dan (2) sampai
mencapai elevasi + 21,00 dengan tinggi maksimum setiap tahap adalah 3,20 m
4) Buka penuh pembilas dibuka.

Konsekuensi Alternatif 1:
1) Jika elevasi muka air di hulu bendung telah mencapai maksimum + 23,00, periksa
bocoran di hilir tanggul secara visual.
2) Bahaya piping mungkin terjadi di hilir tanggul karena lapisan fondasi dibawahnya
berupa lapisan pasir yang lolos air (k = 1o-2 cm/s dan k = 10-4
cm/s)
3) Pekerjaan grouting dalam kondisi sudah terjadi genangan sangat sulit
dilaksanakan.
Alternatif II, Penutupan stop log dilaksanakan setelah treatment pondasi (grouting):
1) Selidiki geoteknik di sekitar tanggul dan di tubuh bendung.
2) Lakukan Analisis dan evaluasi untuk menentukan parameter teknis pondasi dan
bahan timbunan serta metoda grouting.
3) Laksanakan grouting dan pasang instrumen pisometer di tanggul penutup
(konsolidasi dan tirai).
4) Tutup stop log sampai setinggi 3,20 m di udik dan hilir.
5) Cor sekat di antara stop log udik dan hilir dengan beton pengisi.
6) Tutup stop log berikutnya sama dengan prosedur (1) dan (2) sampai mencapai
elevasi + 21,00 m dengan tinggi maksimum setiap tahap adalah 3,20 m.

165
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

7) Buka penuh pintu pembilas.


Konsekuensi Alternatif II:
1) Jika muka air di hulu bendung telah mencapai + 23,00 m, bocoran di hilir dapat
diprediksi dengan mengamati pisometer yang dipasang di tanggul penutup.
2) Bahaya piping dan bocoran di fondasi berkurang karena pondasi telah di grouting
(diinjeksi dengan semen) sehingga koefisien kelulusan air di pondasi sangat kecil.
Rekomendasi:
Untuk metode penutupan stop log disarankan menggunakan Alternatif II karena lebih
aman dan pelaksanaan pekerjaan treatment pondasi lebih mudah.

Penanganan Abutment Jembatan yang Miring


Abutment jembatan yang miring karena bergeser sepanjang ± 10 em akibat gempa,
sehingga terpisah dari dinding pengarah bendung, tangani dengan cara berikut:
Kurangi tekanan aktif akibat gempadengan memasang bantalan geotekstil di
sam ping abutment kiri dan kanan sebagai tambahan daya dukung pondasi terhadap
gaya gempa yang diberikan oleh cerucuk yang telah dipasang di bawah abutment.
Padatkan dasar galian tanah sebelum bantalan geotekstil dipasang.
- Tidak perlu meluruskan kembali abutment yang miring, cukup ratakan bagian atas
dengan permukaan jalan.

• Tindakan Pengamanan, Perbaikan dan Penyempurnaan yang Diperlukan


1) Selesaikan konstruksi Bendung Kalibumi secepatnya agar bendung dapat segera
berfungsi untuk mengairi Ia han persawahan yang telah disiapkan.
2) Yang perlu dilakukan untuk perbaikan dan pengamanan:
Perbaiki kerusakan pada bagian pemisah pelimpah utama dan pelimpah
tambahan, yang mencakup perbaikan tembok sayap hulu sisi pelimpah utama,
Buat jembatan sementara pada jalan masuk (access road) ke tebing kiri di hilir
pelimpah utama,
Pasang gorong-gorong dan sambung kembali jalan masuk ke tebingkiri di hilir
pelimpah tambahan,
Buat cofferdam+ 22,00 m di mulut saluran penghantar pelimpah tambahan,
Perbaiki lantai udik pelimpah utama dan tambahan,
- Tutup bukaan No. 1 dan No.2 pelimpah tambahan,
Lakukan grouting tirai di lantai muka bangunan pelimpah utama,
Lakukan grouting tirai di lantai muka bangunan pelimpah tambahan,
Lakukan grouting konsolidasi pondasi tembok sayap hulu,
Lakukan grouting konsolidasi pondasi jembatan,
Lakukan grouting konsolidasi pondasi tanggul penutup permanen.
Kondisi pelimpah utama, pelimpah tambahan dan pembilas dapat dilihat pada
Foto 95 dan Foto 96.

166
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

3) Anal isis kondisi pondasi sekarang menunjukkan grouting perlu segera dilakukan:
Bangunan FS Piping FS Uplift
Pelimpah Utama 2,73 < 4 (tidak aman) 0,93 < 1.2 (a man)
Pelimpah Tambahan 7,14 > 4 (a man) 1,03 < 1.2 (tidak aman)
Tanggul Penutup Permanen 6,93 > 4 (aman)

Foto 95. Pelimpah Tambahan Dilihat dari Foto 96. Pelimpah Utama dan Pembilas
Hulu. Dilihat dari Hilir.

167
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.2.3 PENYUSUNAN KONSEP PERBAIKAN DAN PENGAMANAN BENDUNG KALIBUMI,


PAPUA

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Kalibumi terletak di Sungai Kalibumi yang secara administratif berada di
Kabupaten Nabire, Propinsi Papua.

• Data Teknis
Perencanaan Bendung Kalibumi dimulai pada tahun 1991. Semula bendung didesain
dengan tipe bendung tetap yang mempunyai Iebar bersih, B = 54,5 m dan tinggi
pembendungan, p = 7 m. Debit banjir rencana, Qd = 1000 m3/s memerlukan tinggi
tanggul 15,5 m dihitung dari pondasi terdalam. Agar tinggi tanggul dapat diturunkan,
sehingga Bendung Kalibumi tidak termasuk dalam kategori bangunan besar yang harus
menggunakan debit banjir rencana QPMF, tipe bendung diganti dengan tipe gergajr
dengan Iebar, B = 60 m. Selanjutnya, untuk memberikan keamanan yang cukup,
diputuskan untuk menaikkan debit banjir rencana menjadi Qd = 1500 m3/s. Tipe
bendung gergaji dengan Iebar 60 m tidak mampu menampung debit banjir rencana
yang baru ini, sehingga pada akhirnya dibuat pelimpah tambahan tipe gergaji dengan
Iebar 31 m di sebelah kiri pelimpah utama.
Dalam masa pelaksanaan konstruksi, Bendung Kalibumi telah mengalami dua kali banjir
besar, yaitu pada bulan Desember 2002 dan bulan Agustus 2003. Akibatnya, tanggul
penutup sementara (cofferdam) hancur. Disamping itu Bendung ini mengalami dua kali
gempa besar, yaitu pada tanggal 6 Pebruari 2004 dengan kekuatan 6,5 Skala Richter dan
tanggal 26 Nopember 2004 dengan kekuatan 7,2 Skala Richter. Akibatnya, bangunan
tanggul penutup sementara, bangunan bendung serta bangunan-bangunan
kelengkapannya, bangunan saluran penangkap sedimen dan bangunan tanggul
penutup rusak. Perbaikan atas kerusakan akibat gempa sudah dilakukan namun sifatnya
masih perbaikan sementara.
Data pokok desain bendung:
- Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung gergaji dengan lantai udik dan peredam energi tipe kolam olak.
- Debit banjir rencana 1500 m3/s
- Lebar bendung total= 91 m, pelimpah utama = 60 m, pelimpah tambahan = 31 m.
- Tingggi bendung 7 m.
- Bahan konstruksi bendung beton bertulang.
- Luas areal irigasi 6000 Ha.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi

Gempa yang terjadi pada tanggal 6 Pebruari 2004 dan 26 Nopember 2004 telah
merusak struktur Bendung Kalibumi dan tanggul penutupnya. Diperkirakan ini akibat

168
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

dari ketidakmampuan struktur menahan gaya - gaya inersia yang dipicu oleh gempa,
walaupun struktur tersebut belum mendapat beban penuh.
Guna menghindari masalah serupa di masa yang akan datang analisis dan evaluasi
kondisi struktur bendung, termasuk kemungkinan terjadinya gejala likuefaksi
(liquefaction), sehingga dapat direncanakan penyusunan desain permanen yang dapat
diandalkan.
Karena rencana perbaikan permanen dan penyelesaian pelaksanaan konstruksi, yang
mencakup penutupan stop log pelimpah tambahan untuk memenuhi permintaan
masyarakat yaitu bendung dapat dioperasikan secepatnya, kaji masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Kerusakan dan perubahan-perubahan struktur bangunan bendung akibat gempa
yang dapat menyebabkan penurunan tingkat keamanan bangunan. Hal ini perlu
ditangani secara tepat dengan melakukan penyelidikan untuk mengetahui tingkat
keamanan yang ada, serta merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan
pengamanan, perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan.
2. Penutupan bendung idealnya dilakukan setelah pekerjaan pengamanan bendung
selesai, mengingat kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi saat melaksanakan
pekerjaan pengamanan, khususnya saat melaksanakan pekerjaan grouting ketika
muka air di hulu bendung sudah tinggi. Apabila penutupan bendung tidak
dilakukan pada kesempatan musim kering tahun 2005, bila terjadi banjir agak besar,
aliran melalui dua bukaan pelimpah tambahan yang belum ditutup akan
mengakibatkan aliran keluar dari lubang bukaan yang deras dan terkonsentrasi di
sebelah kiri. Kondisi ali ran seperti ini akan mengakibatkan pengerusan yang dalam di
sekitar tembok sayap hilir sebelah dan membahayakan bangunan bendung. Selain
itu, apabila lubang bukaan tersumbat batang-batang kayu, limpasan aliran akan
tidak terkendali.
3. Perbaikan di bagian hulu harus dilaksanakan secepatnya dan diikuti dengan
pekerjaan pengamanan. Setelah pekerjaan perbaikan bagian hulu selesai, tutup
bendung dengan menggunakan metode pelaksanaan yang sesuai. Pekerjaan
pengamanan terus dilanjutkan sampai selesai dengan memperhatikan masalah-
masalah yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kenaikan muka air hulu.
Sementara itu lakukan juga perbaikan-perbaikan yang diperlukan pada bag ian hilir.

• Upaya-upaya Penanggulangan

Dalam kerangka memperbaiki kerusakan dan menyelesaikan konstruksi Bendung


Kalibumi upaya-upaya berikut telah dilakukan.:
1. Memperbaiki kerusakan tanggul penutup sementara akibat banjir pada bulan
Desember 2002 dan bulan Agustus 2003.
2. Memperbaiki kerusakan pada bangunan tanggul penutup sementara, bangunan
bendung serta bangunan-bangunan kelengkapannya, bangunan saluran penangkap
sedimen dan bangunan tanggul penutup utama permanen akibat gempa pada
tanggal 6 Pebruari 2004 dan 26 Nopember 2004.
3. Memberi advis teknis dari Pusat Litbang SDA Desember 2004 dengan saran-saran
tindak lanjut untuk perbaikan kerusakan akibat gempa.

169
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

4. Advis teknis dari Pusat Litbang SDA Juni 2005 mencakup saran-saran tindak lanjut
berikut:
Pertimbangkan untuk menutup stop log pelimpah tambahan.
Lakukan kaji ulang hasil perbaikan jangka pendek ditinjau dari ketahanan
bangunan dalam jangka panjang.
Lakukan perbaikan untuk jangka panjang yang meliputi penyelidikan geoteknik,
evaluasi desain, metode penutupan stop log, penanganan abutment jembata~
yang miring.
Untuk pengamanan, lakukan perbaikan dan penyempurnaan yang diperlukan
yang meliputi perlunya penyelesaian pelaksanaan konstruksi secepatnya, jenis
pekerjaan yang diperlukan untuk perbaikan dan pengamanan bangunan, hasil
analisis kondisi pondasi.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT

• Peninjauan Lapangan

Hasil peninjauan lapangan pada bulan Juli 2005 menunjukkan hal-hal berikut:
1. Kondisi bangunan di bagian hulu.
Tanggul penutup dengan konstruksi perkuatan pada bagian hulu sudah selesai
dikerjakan. Gam bar pelaksanaan (as built drawing) Tahap ke-11, menunjukkan
bahwa tanggul penutup menggunakan inti (core) yang diperkuat dengan
geotekstil dengan sheetpile pada tanah dasar sampai kedalaman +3,50 m,
perkuatan bagian hulu menggunakan bolster, blok beton 1.0 m x1,0 m x1,0 m,
blanket dan lining beton. Data lapangan menunjukkan (settlement) pada bagian
tanggul penutup yang terletak di palung sungai lama turun. Diduga hal ini akibat
dari terjadinya gejala likuefaksi pada tanah dasar tanggul pada waktu gempa.
(Gejala likuefaksi (liquefaction) adalah terjadinya kehilangan kekuatan geser dari
tanah berpasir yang jenuh air akibat goncangan gempa yang meningkatkan
tekanan air menjadi lebih tinggi dari tegangan yang bekerja antara butir-butir
tanah yang menjaga kontak antar butir, sehingga tanah berperilaku seperti
cairan (liquid)).
- Tembok sayap kiri di bagian pelimpah tambahan tidak terlihat adanya kerusakan
akibat gempa. Lapis perkuatan (lining) pada bagian ini dibuat dari beton
bertulang struktural seperti ditunjukkan gambar pelaksanaan (as built drawing).
Kerusakan berupa retak yang terjadi pada tembok pangkal sebelah kiri pada
lokasi di dekat sambungan dengan tembok sayap kiri di bagian pelimpah
tambahan sudah ditutup.
Berdasarkan informasi yang diterima dari pelaksana konstruksi, diperkirakan
lantai muka pelimpah tambahan pecah dan membentuk bukaan yang cukup
besar. Kondisi lantai muka ini tidak nampak karena tertutup air, sehingga harus
diperiksa dengan baik dan diperbaiki.
Bagian sambungan antara bidang miring dan bidang tegak kaki tembok sayap
kiri dan kaki tembok sayap kanan pada bagian pelimpah tambahan yang
mengalami problema retak-retak telah diperkuat dengan lapis beton.

170
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Retak-retak pada tembok sayap kiri di bagian pelimpah utama sudah ditutup
dengan mortar beton. Dari pola retakan yang menyebar dengan arah diagonal
bidang, diperkirakan plat lining tidak menggunakan beton dengan tulangan
struktural.
- Tanah timbunan di bawah lining tembok sayap pada bagian pemisah pelimpah
utama dan pelimpah tambahan yang pada saat gempa turun, saat ini sudah
dilakukan pengisian kembali.
Bangunan perletakan jembatan pada bagian pemisah pelimpah utama dan
pelimpah tambahan yang pada saat gempa menjadi miring, masih belum
diperbaiki.
Sambungan (expansion joint) antara lantai muka dengan plat fondasi pelimpah
yang pada saat gempa mengalami kerusakan dilatasi, menurut informasi dari
proyek, sudah diperbaiki.

2. Kondisi aliran sungai.


- Aliran sungai seluruhnya mengalir melalui bukaan pelimpah tambahan No. 1 dan
No.2 yang belum ditutup. Bukaan pelimpah tambahan No.3 sedang dikerjakan
untuk penutupan.
Kondisi aliran melalui saluran penghantar di sebelah hulu pelimpah tambahan
(Foto 97) termasuk kategori aliran sub kritis yang relatif agak deras, dengan
kedalaman ali ran sekitar 3,00 m dan debit aliran diperkirakan sekitar 100 m3 /det.
- Ali ran melalui bukaan pelimpah tambahan No.1 (Foto 98 dan 99) mengalir deras,
dengan kondisi aliran kritis ke super kritis. Di hilir bukaan pelimpah, aliran air
mengalir deras dengan kecepatan tinggi menyusur kaki tembok sayap. Kondisi
ali ran ini dapat menimbulkan gerusan di sekitar kaki tembok sayap hilir.
- Aliran melalui bukaan pelimpah tambahan No. 2 tertahan oleh batang-batang
kayu yang tersangkut pada mulut lubang bukaan sebelah hilir. Aliran air tidak
terlalu deras, dengan kondisi ali ran sub kritis ke kritis.
- Jembatan/gorong-gorong sementara pada jalan masuk (access road) ke tebing
kiri di hilir pelimpah tambahan hanyut terbawa aliran, sehingga aliran ke sungai
hilir lancar.

Foto 97. Ali ran Menuju Pelimpah Tambahan Foto 98. Ali ran Masuk ke Lubang Bukaan
Pelimpah Tambahan.

171
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 99. Aliran Keluar dari Bukaan Pelimpah Foto 100. Perbaikan Tembok Sayap Antara
Tambahan dan Penurunan Tanggul Pelimpah Utama dan Pelimpah
Penutup. Tambahan.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi


Gambar pelaksanaan menunjukkan bahwa perbaikan pada desain tanggul penutup
telah dilakukan dengan menggunakan inti (core) yang diperkuat dengan geotekstil
dengan sheetpile pada tanah dasar sampai kedalaman + 3,50 m, perkuatan bagian hulu
menggunakan bolster, blok beton 1,0 m x 1,0 m x 1,0 m, blanket dan lining beton.
Perbaikan lining tembok sayap hulu antara pelimpah utama dan pelimpah tambahan
(Foto 100) tidak sesuai dengan saran advis teknis yang menyarankan untuk
membongkar lining yang rusak dan membuat lining baru dari beton dengan tulangan
struktural yang dibagi dalam blok-blok dengan siar dilatasi dan dilengkapi dengan rib-
rib pengkaku.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT

• Perbaikan yang Tercakup dalam Pelaksanaan Konstruksi

Pekerjaan perbaikan meliputi :


Memperbaiki kerusakan pada bagian pemisah pelimpah utama dan pelimpah
tambahan, yang mencakup perbaikan tembok sayap hulu sisi pelimpah utama,
- Membuat jembatan sementara pada jalan masuk (access road) ke tebing kiri di hilir
pelimpah utama,
- Memasang gorong-gorong dan menyambung kembali jalan masuk ke tebing kiri di
hilir pelimpah tambahan,
Membuat cofferdam+ 22,00 m di mulut saluran penghantar pelimpah tambahan,
- Memperbaiki lantai udik pelimpah utama dan tambahan,
- Menutup bukaan No. 1 dan No. 2 pelimpah tambahan,
- Melakukan grouting tirai di lantai muka bangunan pelimpah utama
- Melakukan grouting tirai di lantai muka bangunan pelimpah tambahan
- Melakukan grouting konsolidasi pondasi tembok sayap hulu
- Melakukan grouting konsolidasi pondasi jembatan
- Melakukan grouting konsolidasi pondasi tanggul penutup permanen

172
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

• Mengelakkan Ali ran Sungai untuk Melaksanakan Konstruksi

Selama melakukan perbaikan dan pengamanan bendung, aliran sungai harus


dikendalikan dengan cara membuat bangunan pengelak aliran sungai, agar
pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, aman dan lancar. Gunakan debit
rencana pengendalian aliran dengan periode ulang 3 tahun, sebesar 391 m3/det,
dengan resiko terlampaui sebesar 36%, untuk umur pemakaian bangunan pengelak 1
tahun. Bangunan pengelak aliran sungai yang diperlukan berupa cofferdam yang dibuat
dari kombinasi susunan kantong geotekstil (terrafix soft rock) dan timbunan tanah yang
dipadatkan, dilengkapi dengan lapisan kedap air berupa bahan sintetik GCL. Terrafix
yang digunakan berukuran 2,38 m x 1,45 m x 0,45 m dengan berat per unit 2 ton.
Ukuran terrafix ditentukan dengan memperhitungkan kestabilannya terhadap gaya-
gaya ali ran air dan kapasitas alat pengangkat yang tersedia.

• Kondisi Pelaksanaan Konstruksi


Ali ran melalui bukaan pelimpah tambahan.
Sebelum menutup dengan cofferdam di hulu pelimpah tambahan, ali ran sungai melalui
bukaan pelimpah tambahan dengan ketinggian muka air hulu, untuk debit rencana
pengendalian 391 m3/det, diperhitungkan mencapai + 18,54 m di sungai dan+ 18,44 m
di saluran penghantar.

Perbaikan tembok sayap dan grouting tirai di hulu bendung.


Perbaikan tembok sayap pada bagian pemisah pelimpah utama dan pelimpah
tambahan dan grouting tirai di pelimpah utama dilakukan tanpa cofferdam, dengan
aliran sungai masih melalui bukaan pelimpah tambahan. Untuk keamanan pekerjaan
perbaikan tembok sayap, ditentukan debit maksimum sungai yang masih dapat
ditoleransi sebesar 120 m3/det, dengan ketinggian muka air maksimum sekitar + 13,00
m. Apabila muka air sungai naik sampai batas maksimum, kegiatan pelaksanaan
perbaikan tembok sayap harus dihentikan dan lokasi pekerjaan ditinggakan. Untuk
keamanan pekerjaan grouting tirai di pelimpah utama, pelaksanaan grouting gunakan
andang (platform) dengan ketinggian + 19,00 m, sedikit diatas muka air banjir
rencana pengendalian.

Perbaikan kerusakan lantai muka dan penutupan bukaan pelimpah tambahan.


Perbaikan kerusakan lantai muka dan penutupan bukaan No. 1 dan No. 2 pelimpah
tambahan memerlukan pengelakan aliran sungai dengan membuat cofferdam dengan
ketinggian mercu + 22,00 m di mulut saluran pelimpah tambahan. Dengan ditutupnya
aliran melalui pelimpah tambahan, aliran sungai ke hilir bendung dialihkan melalui
bukaan pembilas bendung, bukaan intake, dengan pintu pembilas kantong lumpur
pada posisi pembilasan, dan mercu pelimpah utama.

173
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.2.4 REVITALISASI BENDUNG TAMI, PROYEK IRIGASI JAYAPURA, PAPUA

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Tami terletak di Sungai Tami yang secara administratif berada di daerah
transmigrasi Koya, Kabupaten Jayapura, Propinsi Papua.

• Data Teknis
Maksud Pembangunan Bendung Tami adalah untuk meningkatkan manfaat jaringan
irigasi yang sudah ada dan mengembangkan jaringan irigasi baru. Bendung Tami
dibangun pada ruas sungai Tami bagian hilir. Palung sungai relatif dangkal dan Iebar
dengan material dasar sungai didominasi oleh fraksi pasir hal us. Laju angkutan sedimen
sangat tinggi. Setelah memperhatikan beberapa keterbatasan yang dihadapi pada
dekade 1990, dipilihlah bendung tetap dengan pelimpah tipe gergaji.

Data pokok bendung:


Bangunan Bendung
- Tipe bendung Bendung tetap
Tipe pelimpah Gergaji dengan 7 gigi
Tipe pembilas bendung Shunt undersluice
Debit desain 1500 m 3/s
LebarBendung 85m
Elevasi mercu bendung El. +43,00
Elevasi lantai udik El. +38,00
Elevasi lantai hilir El. +36,00
- Elevasi am bang akhir El. + 36,75
- Elevasi puncak tembok pengiring udik El. +47,00
- Elevasi puncak tembok pengiring hilir El. +45,00
- Elevasi muka air udik normal El. +43,00
- Elevasi muka air udik banjir El. +46,00
- Elevasi muka air hilir banjir El. +44,92
Bangunan Penangkap Pasir
- Jenis PUSAIR
- Panjang 95m
- Lebar 2x8,30 m
- Kemiringan saluran transisi 0,0078
- Kemiringan kantong sedimen 0,008
- Kemiringan saluran pembilas 0,05
- Lebar ambang bilas 2x2,50m
- Lebar pilar bilas 1,00m
- Lebar pintu bilas 4x2,00m
- Lebar pilar bilas 3x1,00m
- Elevasi am bang lorong bilas El.+40,75

174
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Beberapa masalah pokok yang timbul setelah bendung dioperasikan adalah sebagai
berikut:
1) Pelimpah gergaji dipenuhi batang-batang pohon yang hanyut terbawa ali ran sungai
(Foto 101).
2) Bangunan pembilas bawah tidak dioperasikan karena khawatir akan tersumbat oleh
batang-batang pohon.
Masalah-masalah yang diakibatkan oleh masalah pokok ini dan masalah-masalah lain
yang dijumpai pada Bendung Tami adalah sebagai berikut:

Masalah pada Bangunan Utama


1) Lebar efektif dan kapasitas pelimpah menu run dengan sangat tajam.
2) Tumpukan batang-batang pohon memicu pengendapan sedimen di tengah palung
sungai sehingga di hulu bendung terbentuk delta sungai. Aliran menuju pelimpah
bendung menjadi terpantul ke tembok pengiring udik sisi kiri dan kanan. Kondisi
ali ran ini telah mengakibatkan kerusakan pada tembok pengiring udik.
3) Aliran sungai yang terkonsentrasi di sisi kiri dan kanan mengakibatkan kecepatan
aliran yang terjadi sangat tinggi. Tumbukan batang-batang pohon yang terbawa
ali ran dengan kecepatan sangat tinggi ini mengakibatkan saringan sampah di mulut
bangunan pembilas rusak berat.
4) Bangunan pembilas bawah tidak pernah dioperasikan, akibatnya volume sedimen
yang masuk ke bangunan pengambil menjadi tinggi.
Masalah pada Sistem Pengelakan Sedimen
Efisiensi penangkap pasir sangat rendah karena sangat jarang dibilas. Selain itu,
bangunan penangkap pasir baru (bangunan tambahan) di sebelah hilir bangunan
penangkap pasir utama menyebabkan kantong sedimen bangunan penangkap pasir
utama tidak dapat dibilas secara bergantian per kompartemen.

Masalah Agradasi Dasar Sungai Tami


Tumpukan batang-batang kayu yang tersangkut di bendung menyebabkan muka air di
hulu bendung naik. Akibat selanjutnya adalah semakin cepatnya laju pengendapan
sedimen hingga terbentuk delta yang telah merambat ke hulu dan menimbulkan
agradasi dasar sungai sampai jauh ke hulu. Keadaan ini dapat menimbulkan masalah
banjir pada ruas sungai Tami dan anak-anak sungainya yang berada di udik Bendung
Tami (Foto 102).

• Upaya-upaya Penanggulangan

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan


dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

175
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

Pengamatan visual dan informasi yang dapat dikumpulkan pada waktu peninjauan
lapangan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Situasi bendung dan morfologi sungai
Bendung Tami terletak di ruas Sungai Tami bagian hilir yang merupakan daerah
pengendapan sedimen. Keberadaan bendung ini telah mengakibatkan terjadinya
agradasi dasar sungai di hulu bendung yang semakin dipercepat dengan kenaikan
muka air sebagai akibat dari adanya batang-batang kayu yang tersangkut di
bendung. Daerah aliran Sungai Tami telah mengalami kerusakan yang cukup parah.
Hal ini terlihat dari jumlah sampah padat berupa batang-batang pohon hasil
tebangan, dan jumlah angkutan sedimen yang cukup besar.
2) Sistem pengelakan sedimen
Bendung Tami dilengkapi dengan penangkap pasir tipe PUSAIR yang terdiri dari dua
kompartemen pengendap pasir yang harus dibilas secara bergantian tanpa harus
mengganggu pasokan air ke jaringan irigasi. Di sam ping kemampuan tersebut, pada
bagian akhir penangkap pasir juga telah disediakan pelimpah ukur untuk
mengetahui besar debit yang mengalir ke jaringan irigasi dengan hanya membaca
kedalaman aliran di atas mercu pelimpah. Pada saat peninjauan lapangan diketahui
bahwa petugas pengoperasian bendung kurang memahami sistem kerja dan
karakteristik teknik penangkap pasir ini. Akibatnya, efisiensi penangkap pasir
menjadi sangat rendah karena jarang sekali dibilas.

• Evaluasi Terhadap Desain


Dengan adanya tumpukan batang-batang pohon yang tersangkut di bendung, diduga
kondisi aliran Sungai Tami membawa sampah padat, berupa batang-batang pohon
dalam jumlah besar yang tidak diperkirakan sebelumnya dalam perencanaan.
Pembilasan kantong pengendap sedimen yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya
adalah karena tidak adanya panduan pengoperasian yang jelas di dalam nota desain
bendung, yang dapat dipahami dengan mudah oleh petugas pengoperasian.
Disamping itu petugas pengoperasian tidak mendapat pelatihan yang memadai.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Setelah memperhatikan penyebab dan dampak dari masalah yang dihadapi di lapangan,
berikut adalah tahapan penanggulangan yang diusulkan:
1) Bersihkan sampah padat yang berupa bataflg-batang pohon, pada mercu pelimpah.
2) Perbaiki bangunan pembilas sedimen di depan bangunan pengambil.
3) Tingkatkan kinerja bangunan penangkap seciimen.

176
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

• Pembersihan Sampah Padat yang Berupa Batang-batang Pohon pada Mereu


Pelimpah

Laju penumpukan batang pohon terlalu tinggi untuk ditanggulangi secara manual.
Operasi pembersihan sampah memerlukan alat angkut mekanik (crane) dengan
panjang lengan dan daya angkut yang memadai. Setelah memperhatikan tata letak dan
data teknik bendung Tami, berikut adalah konsep desain crane yang diusulkan:
1) Spesifikasi Teknik:
Panjang lengan minimum, Lm;n =90 m
Daya angkut minimum, Pmin = 10 ton
2) Letakkan crane pada lahan di sisi tembok pangkal kanan. Untuk keperluan ini,
tembok pengiring hulu bagian kanan yang saat ini rusak perlu diperbaiki terlebih
dahulu.
3) Agar gaya-gaya akibat crane tidak merusak struktur, letakkan crane pada bantaran
yang didukung dengan pondasi yang dirancang dengan baik.
Crane yang dipasang juga dapat difungsikan untuk membersihkan delta endapan
sedimen di hulu pelimpah bendung.

• Perbaikan Bangunan Pembilas Sedimen di depan Bangunan Pengambil


Bila mengacu kepada laju angkutan sedimen di Sungai Tami, maka bangunan pembilas
sedimen di depan bangunan pengambil harus dapat dioperasikan. Untuk menghindari
sumbatan batang kayu pada pintu pembilas, perbaiki saringan pada mulut bangunan
pembilas sam ping dengan desain yang lebih baik.

• Peningkatan Kinerja Bangunan Penangkap Sedimen


Untuk meningkatkan efisiensi pengendapan pasir, bangunan penangkap pasir utama
bendung Tami harus dioperasikan sesuai desain. Masing-masing bagian kantong
endapan harus dibilas secara bergantian paling lambat setiap 2 minggu untuk masing-
masing bagian kantong. Untuk ini diperlukan penyesuaian sebagai berikut:
1) Bangun pintu di hulu bangunan pelimpah ukur.
2) Perbaiki karet-karet sekat pada pintu bilas.
3) Mekanisasi pintu-pintu bilas dengan menambah mesin-mesin agar operasi pintu
dapat dilakukan dengan lebih mud ah.
4) Tambah dinding rendah pengarah arus pada lantai kantong endapan agar
efektivitas pembilasan menjadi tinggi.
5) Susun Pedoman Operasi Bangunan Penangkap Pasir dengan memperhatikan: variasi
kondisi debit sungai, kebutuhan sistem irigasi dan laju angkutan muatan sedimen.

177
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 101. Penumpukan Batang-Batang Pohon Yang Tersangkut pada Mereu Pelimpah

Foto 102. Endapan Sedimen AkibatTersumbatnya Mereu Pelimpah oleh Batang-Batang Pohon

178
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.3 KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BEN DUNG GERAK


UJI KEHANDALAN MUTU PENANGGULANGAN KERUSAKAN PEREDAM ENERGI DAN
PENGENDALI DASAR SUN GAl BEN DUNG PAMARAYAN BARU, BANTEN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Pamarayan Baru terletak di Sungai Ciujung yang secara administratif berada di
Desa Panyabrangan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Propinsi Banten.

• Data Teknis
Untuk memanfaatkan potensi Sungai Ciujung bagi keperluan irigasi, pada tahun 1911 di
ruas Sungai Ciujung bagian hilir dibangun Bendung Pamarayan (Lama) di lokasi sudetan
sungai (coupure). Bendung ini telah mengalami kerusakan yang membahayakan
keamanan bangunan, sehingga dibangunlah Bendung Pamarayan Baru di lokasi bekas
sungai lama di sebelah Bendung Pamarayan Lama. Ketika konstruksi sedang
dilaksanakan, pada tahun 1996 terjadi banjir di Sungai Ciujung yang melampaui
kapasitas pengaliran Bendung Pamarayan Lama, karena itu sebagian debit banjir
dialirkan melalui Bendung Pamarayan Baru yang kondisinya pada waktu itu belum siap
untuk menerima debit banjir yang cukup besar. Pada tahun 1997 Bendung Pamarayan
Baru mulai dioperasikan menggantikan Bendung Pamarayan Lama, dan untuk
mengatasi penggerusan di hilir bendung dibuat bangunan pengendali dasar sungai
pada lokasi 360m di sebelah hilir Bendung Pamarayan Baru.

Data pokok Bendung Pamarayan Baru:

I. Bangunan bendung
a. Bendung dibangun di bekas alur sungai lama.
b. Jenis: bendung gerak tipe pintu geser (slide gates)
c. Peredam energi: tipe lantai panjang dengan blok-blok lantai dan ambang akhir.
d. Lebar total bendung 137,50 m
e. Ukuran pintu 5 m x 15m
f. Jumlah pintu 8 buah
g. Ketinggian lantai peredam energi El. +3,80 m
h. Ketinggian puncak am bang akhir El. +5,80 m
i. Ketinggian dasar sudetan di hilir bendung El. +4,00 m
j. Ketinggian dasar sungai di hilir sudetan EI.+S,OO m
k. Debit banjir rencana Oo 2000 m3/s
I. Bahan konstruksi struktur bendung beton bertulang
m. Bahan konstruksi pintu gerak rangka dan plat baja
II. Bangunan pengendali dasar sungai
Tujuan membangun pengendali dasar sungai adalah untuk menjaga ketinggian
muka air di hilir bendung (tailwater) agar sesuai dengan ketinggian rencana dan
untuk menahan perambatan degradasi dasar sungai agar tidak mencapai bangunan
bendung.
a. Lokasibangunan 360 m di hilir peredam energi
bendung

179
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b. Ketinggian mercu El.+6,50 m


c. Bahan konstruksi turap baja ganda dengan
penutup plat beton bertulang

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Pada tahun 1996, saat konstruksi berlangsung, Bendung Pamarayan Baru mengalami
aliran banjir yang cukup besar sebagai limpahan kelebihan aliran banjir dari Bendung
Pamarayan lama yang mengakibatkan terjadinya gerusan setempat pada dasar sungai
·dan kerusakan pada lapisan blok-blok beton pelindung dasar sungai di hilir peredam
energi bendung (Foto 103 dan Foto 104).
Pada tahun 2001, bangunan pengendali dasar sungai, yang dibangun pada tahun 1997
untuk mengamankan Bendung Pamarayan Baru, rusak akibat gerusan setempat pada
dasar sungai di hilir bangunan. Hal ini dipicu oleh degradasi dasar sungai yang
prosesnya dipercepat oleh adanya penambangan bahan gal ian C pada dasar sungai.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Pada akhir tahun anggaran 2002 upaya-upaya perbaikan mulai dilakukan. Pada tahun
anggaran 2003 peredam energi bendung diperbaiki oleh Proyek lrigasi Banten
sedangkan bangunan pengendali dasar sungai diperbaiki secara darurat oleh Proyek
PBPP Ciujung-Ciliman.
Pada tahun anggaran 2003-2004, Pusat Litbang Sumber Daya Air melakukan advis
teknis terhadap desain pengamanan bendung dengan bantuan uji model hidraulik fisik.
Di samping itu, kehandalan mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan perbaikan peredam
energi bendung dan bangunan pengendali dasar sungai diuji dengan menekankan
pada hal-hal berikut:
1) Metode dan mutu pemasangan turap baja di hilir peredam energi sebagai bag ian
dari penanggulangan darurat bendung gerak.
2) Metode, mutu dan stabilitas rip-rap penopang turap baja dan pelindung darurat
gerusan lokal.
3) Metode dan mutu pemasangan turap baja sub dam sebagai bagian dari
penanggulangan darurat bangunan pengendali dasar sungai.
4) Metode, mutu dan stabilitas bongkah batu dan blok beton kaki empat (tetrapod)
penopang turap baja "main dam dan sub dam" pelindung dasar sungai, serta
pelindung darurat gerusan lokal.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan yang dilakukan oleh tim advis teknis Pusat Litbang Sumber
Daya Air menunjukkan data sebagai berikut:
Hasil pengukuran geometri sungai pada tahun 1996 menunjukkan dasar sungai
terdalam pada ruas ± 1 km di hilir bendung mempunyai ketinggian El. + 0,00 m yang
terus merambat ke hulu.
Di hilir peredam energi dan di sekitar tembok sayap hilir terjadi gerusan yang dalam.

180
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Sebagian blok-blok beton di hilir peredam energi dengan ukuran 1 x 1 x 1 m3 hanyut


dan/atau ambles karena gerusan setempat yang cukup dalam.
Loncatan air yang tinggi terjadi di hilir peredam energi dan di hilir blok-blok
pelindung dasar sungai yang telah mengakibatkan gerusan setempat yang lebih
buruk.
Bangunan pengendali dasar sungai yang dibangun pada tahun 1997 rusak cukup
parah, dimana pada awal bulan April 2002 sepertiga bentang bangunan roboh dan
kondisi sisanya yang masih berdiri tidak stabil.
Pada bulan Desember 2002 hingga Pebruari 2003 Proyek PBPP Ciujung-Ciliman
memperbaiki sebagian main dam pengendali dasar sungai. Upaya perbaikan ini
kurang berhasil, karena bagian tengah bangunan lama pengendali dasar sungai
yang tersisa juga mengalami kerusakan.
Dengan membandingkan ketinggian dasar sungai di hilir dari data desain Bendung
Pamarayan Baru pada El. + 5,00 m dan dari data hasil pengukuran tahun 1996 pada
waktu pelaksanaan konstruksi pada El. + 0,00 m untuk dasar terdalam, dapat diketahui
bahwa dalam kurun waktu yang relatif sangat singkat telah terjadi degradasi dasar
sungai yang sangat besar di ruas Sungai Ciujung di hilir Bendung Pamarayan. Hal ini
menyebabkan muka air hilir (tailwater) Bendung Pamarayan turun secara drastis
sehingga di hilir bendung maupun di hilir bangunan pengendali dasar sungai tidak
terjadi peredaman energi yang efektif yang mengakibatkan terjadinya penggerusan
yang dalam pada dasar sungai di hilir bendung maupun di hilir bangunan pengendali
dasar sungai. Penambangan bahan galian C pada dasar sungai yang dilakukan secara
besar-besaran, terutama pada ruas sungai di hilir bendung, telah mempercepat proses
degradasi dasar sungai di hilir bendung.

• Evaluasi Terhadap Desain


Setelah memperhatikan angka ketinggian lantai (EI. + 3,80 m) dan puncak ambang
akhir (EI. + 5,80 m) peredam energi Bendung Pamarayan Baru yang ditentukan dalam
desain tidak jauh berbeda dengan angka ketinggian dasar sungai di hilir (EI. + 5,00 m),
dapat dikemukakan bahwa desain Bendung Pamarayan Baru belum memperhitungkan
dengan baik degradasi dasar sungai di hilir bendung, karena itu kriteria perencanaan
perlu diantisipasi dengan penurunan ketinggian lantai peredam energi sekurang-
kurangnya 2,00 m dari ketinggian yang diperoleh dari hasil perhitungan yang dilakukan
berdasarkan ketinggian muka air hilir rencana.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT

• Desain Pengamanan Bendung Pamarayan Baru


Rapat pembahasan pengamanan Bendung Pamarayan Baru yang diikuti oleh pihak-
pihak terkait, yaitu Direktorat SDA Wilayah Tengah, Proyek lnduk PWS Ciujung-Ciliman,
Proyek lrigasi Banten dan Pusat Litbang Sumber Daya Air, menyimpulkan dua opsi
konsep pengamanan untuk dipilih, yaitu:
a) Bangunan pengaman bendung didesain agar bendung cukup aman tanpa
bangunan pengendali dasar sungai di hilirnya.

181
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b) Bangunan pengaman bendung didesain dengan memperhitungkan adanya


bangunan pengendali dasar sungai di hilirnya yang kokoh.
Hasil kajian yang dilakukan dengan bantuan uji model hidraulik fisik menunjukkan
bahwa desain bangunan pengaman yang diperlukan untuk mengamankan bendung
tanpa menggunakan bangunan pengendali dasar sungai di hilirnya relatif jauh lebih
mahal. Dengan demikian, untuk pengamanan Bendung Pamarayan Baru diberikan saran
sebagai berikut:
1) Perbaiki dan perkuat bangunan pengendali dasar sungai di hilir Bendung Pamarayan
Baru dengan upaya pengamanan darurat untuk menghadapi banjir pada musim
hujan, yaitu dengan memancangkan turap baja berganda pengganti pada bagian
bangunan yang roboh dan mengisi dengan batu bongkah (boulders) serta
memasang blok-blok beton berkaki enam (hexapod) di atasnya di daerah antara
main dam dan sub dam serta di hilir sub dam.
2) Perbaiki dan perkuat bangunan pengaman peredam energi Bendung Pamarayan
Baru dengan upaya pengamanan darurat untuk menghadapi banjir pada musim
hujan, dengan memancangkan turap baja pengganti pada bagian bangunan yang
roboh dan memasang blok-blok beton pelindung dasar sungai di hilir peredam
energi.
3) Permanenkan konstruksi pengamanan darurat pada bangunan pengendali dasar
sungai dan peredam energi bendung yang dapat dilaksanakan secara bertahap pada
musim kering. Desain perbaikan darurat bangunan pengendali dasar sungai
Bendung Pamarayan dapat dilihat pada Gam bar 44.

• Uji Kehandalan Mutu Pelaksanaan Pekerjaan Pengamanan Darurat


Uji keandalan mutu yang dilakukan oleh tim advis teknis Pusat Litbang Sumber Daya Air
terhadap pelaksanaan pekerjaan pengamanan darurat menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Karena keterlambatan pencairan dana anggaran biaya tambahan yang dialokasikan
dalam APBN dan karena keterbatasan waktu yang tersedia untuk melaksanakan
pekerjaan, maka pengamanan darurat yang dapat direalisasikan hanya untuk
bangunan pengendali dasar sungai, dengan kondisi pada akhir masa pekerjaan yang
belum selesai secara sempurna.
2) Pemasangan turap baja belum dapat diselesaikan pada main dam masih tersisa
celah pada bagian kiri sepanjang sekitar 12 m dari rencana keseluruhan pemasangan
sepanjang 40 m, sedangkan pada sub dam turap yang belum terpasang ada pada
bagian tengah sepanjang sekitar 12 m dari rencana keseluruhan pemasangan
sepanjang 40 m.
3) Pemasangan turap baja tidak berjalan lancar karena ada sisa turap yang lama.
Metode pemasangan turap belum memperhitungkan adanya turap lama, sehingga
pelaksanaan pekerjaan terganggu.
4) Metode pembuatan blok-blok beton berkaki enam dengan cara pengecoran dibagi
dalam dua tahap, masing-masing tahap untuk tiga kaki, dapat menghasilkan struktur
blok beton yang kurang mas if sehingga dapat mengurangi kekuatan untuk memikul
gaya-gaya yang bekerja.

182
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

5) Mutu beton dan baja beton yang digunakan untuk membuat blok-blok beton,
berdasarkan hasil pengujian oleh Proyek PBPP Ciujung-Ciliman, memenuhi syarat
yang ditentukan.
6) Pemasangan blok-blok beton berkaki enam di lokasi pemasangan terpaksa
dilakukan pada umur beton belum mencapai 28 hari agar dapat mengejar waktu
penyelesaian pelaksanaan konstruksi.
7) Pemasangan blok-blok beton berkaki enam di daerah antara main dam dan sub dam
dimodifikasi dari rencana semula sampai ketinggian El. + 1,00 m menjadi sampai
ketinggian El. + 4,00 m.
8) Karena terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan pekerjaan, perhatikan hal-
hal sebagai berikut:
Karena pemasangan turap baja pada bangunan pengendali dasar sungai belum
selesai, ketinggian muka air di hilir peredam energi bendung belum dapat
mencapai ketinggian yang direncanakan untuk meredam energi secara efektif.
Selain itu, bagian turap baja yang belum terpasang mengakibatkan ali ran melalui
bangunan pengendali dasar sungai menjadi tidak merata sehingga dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi aliran yang membahayakan tebing di hilir
bangunan.
Karena pembuatan dan pemasangan blok-blok beton berkaki enam
dikhawatirkan menghasilkan terpasangnya blok-blok beton yang kurang
memenuhi syarat kekuatan, pantau blok-blok beton yang terpasang, terutama
setelah banjir, untuk memastikan blok-blok beton tersebut masih utuh dan dapat
bertahan sampai saat pelaksanaan konstruksi pengamanan permanen dapat
dimulai.
Modifikasi ketinggian pemasangan blok-blok beton di daerah antara main dam
dan sub dam menjadi El. + 4,00 m menghilangkan fungsi kolam olak antara main
dam dan sub dam sebagai salah satu kolam olak dari sistem peredaman energi
dengan kolam olak berganda (double/cascade stilling basin).

Foto 103. Kerusakan di Hilir Peredam Energi Bendung Pamarayan Baru

183
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 104. Kerusakan pada Bangunan Pengendali Dasar Sungai.

Foto 105. Hasil Perbaikan Darurat Bangunan Pengendali Dasar Sungai.

184
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

....

DETIL BLOK BETON

Gambar44. Desain Perbaikan Darurat Bangunan Pengendali Dasar Sungai Bendung Pamarayan.

185
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.4 KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BEN DUNG KARET


2.4.1 UJI KEHANDALAN MUTU TAHAP PELAKSANAAN REHABILITASI BENDUNG KARET
JATIMLEREK 01 SUNGAI BRANTAS, JAWA TIMUR

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Karet Jatimlerek terletak di Sungai Brantas di sebelah hilir Bendung Gerak
Mrican dan di sebelah hulu Bendung Karet Menturus yang secara administratif berada di
Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur.

• DataTeknis
Bendung Karet Jatimlerek dibangun pada tahun 1992 di Sungai. Brantas guna mengairi
sawah seluas 1582 Ha. Posisi Bendung Karet Jatimlerek terhadap Bendung Karet
Menturus di sebelah hilirnya berjarak sekitar 17,7 km. Tipe bendung ini adalah bendung
karet dengan penggelembungan bertekanan udara.

1) Dimensi pokok bendung yang ada


- Lebar total 160,00 m
Jumlah bentang 6
Lebar bentang Bentang No. 1 : 6,50 m
Bentang No. 2 : 6,50 m
Bentang No.3 : 11,75 m
Bentang No.4 : 16,50 m
Bentang No.5 :27,50 m
Bentang No.6 : 68,75 m
Tinggi bendung 1,85 m
Elevasi mercu +32,24m
Elevasi tembok pengiring +32,89m
Elevasi tanggul kiri + 36,49 m
Elevasi tanggul kanan +36,726 m
Elevasi lantai hulu +30,39m
- Elevasi lantai hilir +29,39m
Elevasi perlindungan dasar hulu + 30,39m
Elevasi perlindungan dasar hilir + 28,89- + 27,89 m
Panjang lantai hulu 9,00m
Panjang lantai hilir 12,00 m
Panjang perlindungan dasar hulu 12,00 m
Panjang perlindungan dasar hilir 15,00 m
- Kemiringan tembok pengiring 1:2

Catatan: Perlindungan dasar hilir hampir seluruhnya hancur.

2) Dimensi pokok konstruksi penanggulangan darurat


• Turap baja tambahan
- Panjang batang turap 18,00 m

186
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

• Hamparan batu
Panjang 25,00 m
- Elevasi permukaan +22,00 m
- Diameter batu 500mm
• Lapisan geo-textile
- Tebal 5mm
- Jumlah lapisan 2
• Perlindungan hexapod
Panjang 25,00 + 15,00 m
- Elevasi dasar : + 22,00 m
- Kaki hexapod : 500mm
Berat hexapod 2 ton
Jumlah lapisan

3) Dimensi pokok penanggulangan permanen


• Peredam energi
Panjang total 46,40 m
Tebal tembok penahan 1,10 m
Panjang pondasi tembok penahan 5,90m
Ketinggian lantai hilir El. 24,00- 20,00 m
Panjang lantai hilir 21,40 + 13,00 m
Ketinggian lapisan bronjong El.20,00m
Panjang lapisan bronjong 5,00 m

• Am bang dasar (groundsi/1)


Ketinggian mercu El. 26,52 m
Ketinggian lantai hilir El.24,30 m
Panjang lantai hilir 6,65 m
Panjang lapisan bronjong hulu 5,00m
Panjang lapisan bronjong hilir 5,00 m
- Ketinggian rata-rata dasar hilir yang ada : El. 24,39 m
- Ketinggian rata-rata dasar hilir nantinya : El. 22,39 m
(degradasi 2,00 m)
4) Debit rencana
• Debit maksimum 1500 m 3/s
• 60% debit maksimum 900 m 3/s
• 30 %debit maksimum 450 m 3/s
• 10 %debit maksimum 150 m 3/s
5) Elevasi muka air rencana
Elevasi muka air udik operasional:

0 ~ < 98,0 m 3/s : + 32,24- + 32,79 m (semua bentang ditutup)


Osungai

98,0 ~ Osungai < 129,7 m 3/s : + 32,70- + 32,79 m (Bentang 1 dibuka)


129,7 ~ Osungai < 165,7 m3/s : + 32,70- + 32,79 m (Bentang 1,2 dibuka)
165,7 ~ Osungai < 247,1 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3 dibuka)

187
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

247,1 5: Osungai < 325,6 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4 dibuka)
325,6 5: Osungai < 402,6 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4,5 dibuka)
402,6 5: Osungai < 496,0 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (semua bentang dibuka)
496,0 5: Osungai < 1500 m3/s : ~ + 32,79 m (semua bentang dibuka)
Elevasi muka air hilir
Osungai =Omax = 1500 m3/s: + 32,166 m
Osungai =060% = 900 m3/s: + 30,824 m
Osungai =030% =450 m3/s :+ 29,543 m
Osungai =060% = 150 m3/s :+ 28,337 m
6) Elevasi dasar sungai
Elevasi dasar sungai hulu El. 30,39 m
Elevasi dasar sungai hilir El. 18,00 m (sampai 100 m ke hilir)
El. 18,00-25,90 m (100- 1100 m ke hilir)
El. 25,90 - 24,90 m (11 00- 2000 m ke hilir)

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi

Sejak mulai beroperasi, dasar sungai di hilir bendung mengalami degradasi sebagai
akibat dari penambangan pasir di ruas sungai di hilir bendung tidak terkendali.
Degradasi ini mengakibatkan dasar sungai di hilir bendung turun dari elevasi + 30,39 m
menjadi elevasi + 21,00 m pada tahun 2002 dan+ 18,00 pada tahun 2003. Akibat dari
penurunan dasar sungai ini, bendung mengalami kerusakan cukup parah yang
berkembang dari tahun 1999 sampai tahun 2003, yaitu:
- Perkuatan tebing sebelah kiri rusak,
- Sebagian tembok pangkal sebelah kanan runtuh,
- Perlindungan dasar sungai di hilir bendung runtuh,
- Turap baja di ujung lantai hilir menggantung dan beberapa di antaranya lepas,
- Tanah pengisi di bawah lantai hilir hanyut dan menimbulkan rongga cukup besar.
Kerusakan yang cukup parah ini menyebabkan keamanan bendung sangat
mengkhawatirkan dan bangunan bendung secara keseluruhan terancam runtuh bila
dalam waktu dekat tidak ditanggulangi dengan tepat.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, lakukan upaya penanggulangan darurat
untuk mengamankan bangunan bendung terhadap banjir pada musim hujan
2003/2004, dan upaya penanggulangan permanen untuk membuat bangunan
pengaman permanen yang akan dilaksanakan setelah musim hujan 2004.
Uji keandalan mutu ini perlu dilakukan untuk memeriksa mutu pekerjaan
penanggulangan darurat pada umumnya dan mutu pelaksanaan konstruksi dan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan pada khususnya. Kondisi Bendung Karet Jatimlerek
dapat dilihat pada Foto 106 dan Foto 107.

188
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk memperbaiki kerusakan dan mengamankan bangunan Bendung Karet
Jatimlerek, berikut upaya-upaya yang sudah dilakukan:
1) Membuat pereneanaan detail pekerjaan rehabilitasi Bendung Karet Jatimlerek oleh
konsultan Nippon Koei Co. Ltd. dengan bantuan uji model fisik hidraulik dari Balai
Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air. Reneana
detail ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pekerjaan penanggulangan darurat
dan tahap pekerjaan penanggulangan permanen.
Tujuan penanggulangan darurat adalah untuk mengamankan banjir dalam musim
hujan tahun 2003/2004, yang meliputi:
Pemasangan turap baja tambahan di sebelah hilir turap baja yang ada,
Pengisian rongga di bawah lantai,
Pembuatan konstruksi perlindungan di hilir bendung yang terdiri dari hamparan
batu 0 50 em dan lapisan blok-blok beton kaki enam (hexapod) berat 2 ton di
atas hamparan batu-batu, dengan lapisan geo-textile yang disisipkan di antara
hamparan batu-batu dan lapisan blok-blok beton.

Tujuan penanggulangan permanen adalah untuk membuat konstruksi peredam


energi dan pengaman dasar sungai di hilir bendung, yang dilaksanakan setelah
musim hujan 2004 selesai, yaitu:
- Membuat tembok penahan dan ruang olak (stilling basin) pada bangunan utama,
- Membuat pelindung dasar sungai di hilir ruang olak,
- Membuat bangunan pengendali dasar sungai (bottom controller I grounds ill),
- Menambah pintu bendung karet.

2) Rekomendasi hasil uji model hidraulik fisik untuk penanggulangan darurat:


Lapisan gecrtextile di antara lapisan blok-blok beton dan hamparan batu-batu
0 50 em di bawahnya sangat diperlukan untuk meneegah batu-batu terlepas dari
lapisan hamparan karena turbulensi aliran.
Penempatan blok-blok beton di atas lapisan geo-textile harus dilakukan secara
aeak (random) dengan blok-blok beton yang saling bersinggungan sehingga
dapat berinteraksi satu dengan yang lain ketika menerima gaya-gaya ali ran.

Rekomendasi hasil uji model hidraulik fisik untuk penanggulangan permanen:


- Tempatkan blok-blok beton hexapod untuk melindungi bagian bawah bangunan
utama pada waktu pelaksanaan fisik bangunan utama.
- Tambah ruang olak pada bangunan utama untuk meredam energy aliran dari
bendung karet.
Buat bentang tambahan bendung karet untuk memperbesar kapasitas bendung.
Buat bangunan pengendali dasar sungai di hilir bangunan utama untuk
melindungi bendung karet dari degradasi dasar sungai yang terus berlanjut.

189
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

3) Pelaksanaan fisik pekerjaan penanggulangan darurat masih berlangsung pada


waktu uji keandalan mutu ini dilakukan.

ANALISIS FAKTOR -FAKTOR TERKAIT

• Program Advis Teknis dan Uji Keandalan Mutu

Materi uji keandalan mutu dititikberatkan pada pemeriksaan bagian-bagian konstruksi


penanggulangan darurat sebagai berikut:

1) Pemeriksaan pemasangan turap baja tambahan di hilir turap baja yang ada, dengan
penekanan pada pemeriksaan terhadap desain konstruksi serta metode dan mutu
pelaksanaannya.
2) Pemeriksaan pengisian rongga di bawah lantai, dengan menekankan pada
pemeriksaan terhadap metode dan mutu pelaksanaannya.

3) Pemeriksaan pembuatan konstruksi perlindungan di hilir bendung yang terdiri dari


hamparan batu-batu 0 50 em dan lapisan blok-blok beton kaki enam (hexapod)
be rat 2 ton di atas hamparan batu-batu, dengan lapisan geo-textile yang disisipkan di
antara hamparan batu-batu dan lapisan blok-blok beton, dengan menekankan pada
pemeriksaan terhadap metode dan mutu pelaksanaannya.

• Panduan Pelaksanaan Advis Teknis dan Uji Kehandalan Mutu


1) Tinjau dokumen yang berkaitan dengan mutu konstruksi, antara lain spesifikasi
teknik, prosedur kerja, gam bar teknik, dan lain-lain.
2) Berikan penilaian terhadap penyelenggaraan sistem manajemen mutu (SMM) yang
meliputi acuan parameter penilaian, parameter penilaian, pelaksanaan penilaian dan
hasil penilaian.
3) Uji mutu produk berdasarkan spesifikasi pengendalian mutu dengan pola 2-3-5 yang
mencakup lingkup pengujian, metode pengujian dan penentuan komponen
pengujian.

• Peninjauan Lapangan
Uji keandalan mutu dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi hampir selesai. Bagian-
bagian penting dari proses pelaksanaan konstruksi, yaitu pengecoran beton untuk
hexapod, pemancangan turap baja tambahan untuk penahan bangunan, pengisian
rongga di bawah lantai dan pemasangan boulder, geo-textile dan hexapod untuk
konstruksi perlindungan dan perkuatan di hilir bendung, tidak dapat diikuti sehingga uji
banding mutu bahan bangunan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan konstruksi di
lapangan tidak dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
Hasil pelaksanaan konstruksi di lapangan diperiksa secara visual pada bagian-
bagian yang tampak di atas permukaan air. Pengamatan dan pengukuran terhadap hasil
pemasangan konstruksi perlindungan dan perkuatan yang berada di bawah permukaan
air tidak dilakukan karena memerlukan pemeruman membutuhkan waktu cukup lama.

190
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

• Evaluasi Terhadap Desain


Rekomendasi dari uji model hidraulik fisik untuk desain konstruksi pengamanan darurat
dalam penggunaan lapisan geotextile dan pemasangan blok-blok beton berkaki enam
diterapkan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan. Desain potongan memanjang
penanggulangan darurat Bendung Karet Jatimlerek dapat dilihat pada Gam bar 45

• Persyaratan Dokumen
Persyaratan kelengkapan, kesesuaian dan kecukupan dokumen yang diperlukan dapat
dipenuhi oleh Proyek dengan catatan masih ada dua dokumen yang harus dibuat bila
saatnya sudah tiba, yaitu Berita Acara FHO dan Berita Acara Serah Terima Pengelolaan
Hasil Proyek

• Sistem Manajemen Mutu


Proyek telah menyelenggarakan sistem manajemen mutu, namun belum sepenuhnya
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada karena tenaga terlatih yang ada belum
memadai.

• Mutu Produk
- Mutu pelaksanaan konstruksi di lapangan cukup memenuhi kekuatan yang
diperlukan untuk pengamanan darurat bangunan bendung yang ada, sekalipun
hasil pekerjaannya tampak kurang rapih. Namun hal ini dapat dipahami karena
masih ada tahap pengamanan permanen yang akan dilaksanakan kemudian.
- Mutu kuat tekan beton untuk hexapod memenuhi syarat spesifikasi teknik.
- Mutu kuat tarik besi beton untuk hexapod memenuhi syarat spesifikasi teknik.
- Mutu kuat tarik gee-textile untuk pengujian grab tinsile strength memenuhi syarat
spesifikasi teknik, namun untuk pengujian tensile strength tidak memenuhi syarat
spesifikasi teknik.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Rekomendasi untuk Peningkatan Pelaksanaan Konstruksi
1. Agar pengendalian mutu pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan dengan baik,
semua dokumen yang diperlukan untuk mengamankan mutu, setiap tahap
pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan
dikelola dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
2. Tingkatkan sistem manajemen mutu dengan meningkatkan sumber daya manusia
sehingga memenuhi syarat kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan.
3. Uji mutu bahan-bahan bangunan khusus, seperti geo-textile di laboratorium yang
mempuyai fasilitas dan peralatan serta kemampuan personil yang memenuhi syarat
untuk menguji bahan tersebut.
4. Agar mutu pelaksanaan konstruksi dapat dijamin sesuai dengan spesifikasi teknik
dan NSPM yang berlaku, selenggarakan manajemen mutu yang baik dengan
mengacu kepada:
• SNI19-9001-2001 (ISO 9000-2000) tentang Persyaratan Sistem Manajemen Mutu.

191
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Petunjuk Teknis Keppres 18/2000, Bab V, huruf C, angka 1.b. tentang Penggunaan
Program Mutu.
• Kepmen PU No. 67/1998 tentang Petunjuk Praktis Pengendalian Pelaksanaan
Proyek di Bidang Pekerjaan Umum untuk para Pemimpin Proyek I Bag ian Proyek,
khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan mutu konstruksi.

Foto 106. Bendung Karet Jatimlerek Dilihat dari Tebing Kanan Sungai Sebelah Hilir.

Foto 107. Ali ran Melalui Bendung Dilihat dari Tembok Pangkal Hilir.

.,.., .. ... "''" "'"


"''"
E' "'"
~
i5 "''"
"~
ill "'"
~..
SECTION F -F
""'
l)c.crcr.:tHCG(Xl(lnp~<c.a~ontnegec>(~
11111t:sl'lriattclo::n:111tss.ll!wsl\

0!3~im!¥'n.Jrn.'cllhlgll>letllllmaln
0.WtrnOtlf~lfll1'1'8g111.01olhOfMI::{CO
..-ttd<l'ltyh~

=-!helbwaerret•iin'lgl(ls~te cl hrtrialce:lc::crzn~~~
s&N l!'llW'IndltnrotOt)J'Cor$011"f\liN n'liQ'IIIddh
O)nwnelctct_,ldcr'ltJfhneGI()Odiin'lh~
~dU.:!IMimest

Gambar 45. Potongan Memanjang Pekerjaan Penanggulangan Darurat Bendung Karet Jatimlerek.

192
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.4.2 UJI KEANDALAN MUTU PERBAIKAN BENDUNG KARET JATIMLEREK Dl S. BRANTAS,


JAWATIMUR
LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Karet Jatimlerek terletak di Sungai Brantas di sebelah hilir Bendung Gerak
Mrican dan di sebelah hulu Bendung Karet Menturus yang secara administratif berada di
Kabupaten Mojokerto, Propinsi Jawa Timur.

• Data Teknis
Bendung Karet Jatimlerek dibangun pada tahun 1992 di S. Brantasuntuk mengairi
sawah seluas 1582 Ha. Bendung Karet Jatimlerek terletak di hulu Bendung Karet
Menturus dengan jarak sekitar 17,7 km. Tipe bendung ini adalah bendung karet dengan
penggelembungan bertekanan udara.

1) Dimensi pokok bendung yang ada


Lebar total 160,00m
Jumlah bentang 6
Lebar bentang Bentang No. 1 6,50 m
Bentang No. 2 6,50 m
Bentang No. 3 11,75 m
Bentang No.4 16,50 m
Bentang No. 5 27,50 m
Bentang No. 6 68,75 m
Tinggi bendung 1,85 m
Elevasi mercu +32,24m
Elevasi tembok pengiring +32,89m
Elevasi tanggul kiri + 36,49 m
Elevasi tanggul kanan +36,726 m
Elevasi lantai hulu +30,39m
Elevasi lantai hilir +29,39m
- Elevasi perlindungan dasar hulu : + 30,39m
- Elevasi perlindungan dasar hilir : + 28,89- + 27,89 m
Panjang lantai hulu 9,00m
Panjang lantai hilir 12,00 m
Panjang perlindungan dasar hulu 12,00 m
Panjang perlindungan dasar hilir 15,00 m
Kemiringan tembok pengiring 1:2

Catatan: Perlindungan dasar hilir hampir seluruhnya hancur.

2) Dimensi pokok konstruksi penanggulangan darurat


• Turap baja tambahan
- Panjang batang turap 18,00 m
• Hamparan batu
- Panjang 25,00 m

193
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

- Elevasi permukaan +22,00m


- Diameter batu 500mm
• Lapisan geo-textile
- Tebal 5mm
- Jumlah lapisan 2
• Perlindungan hexapod
Panjang 25,00 + 15,00 m
- Elevasi dasar : +22,00m
- Kaki hexapod : 500mm
Berat hexapod 2ton
Jumlah lapisan 1

3) Dimensi pokok penanggulangan permanen


• Peredam energi
- Panjang total 46,40 m
- Tebal tembok penahan 1,10 m
- Panjang pondasi tembok penahan 5,90m
- Ketinggian lantai hilir El. 24,00 - 20,00 m
- Panjang lantai hilir 21,40 + 13,00 m
- Ketinggian lapisan bronjong El. 20,00 m
- Panjang lapisan bronjong 5,00m
• Am bang dasar (groundsi/1)
Tinggi mercu El. 26,52 m
Tinggi lantai hilir El. 24,30 m
Panjang lantai hilir 6,65m
Panjang lapisan bronjong hulu 5,00m
Panjang lapisan bronjong hilir 5,00 m
- Tinggi rata-rata dasar hilir yang ada : El. 24,39 m
Tinggi rata-rata dasar hilir yang akan datang El. 22,39 m (degradasi
2,00 m)
4) Debit rencana
•Debit maksimum 1500 m 3/s
•60% debit maksimum 900 m3/s
•30% debit maksimum 450 m 3/s
•10% debit maksimum 150 m 3/s

5) Elevasi muka air rencana


Elevasi muka air udik operasional:

0 ~ Osungai < 98,0 m 3/s : + 32,24- + 32,79 m (semua bentang ditutup)


98,0 ~ Osungai < 129,7 m 3/s : + 32,70- + 32,79 m (Bentang 1 dibuka)
129,7 ~ Osungai < 165,7 m 3/s : + 32,70- + 32,79 m (Bentang 1,2 dibuka)
165,7 ~ Osungai < 247,1 m 3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3 dibuka)
247,1 ~ Osungai < 325,6 m 3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4 dibuka)

194
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung

325,6 ~ Osungai < 402,6 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (Bentang 1,2,3,4,5 dibuka)
402,6 ~ Osungai < 496,0 m3/s : + 32,54- + 32,79 m (semua bentang dibuka)
496,0 ~ Osungai < 1500 m 3/s : L + 32,79 m (semua bentang dibuka)

Elevasi muka air hilir


Osungai = Omax = 1500 m3/s : + 32,166 m
Osungai = 06o% = 900 m3Is : + 30,824 m
Osungai = 03o% = 450 m3/s : + 29,543 m
Osun 9 a;= 060'*' = 150 m3/s : + 28,337 m
6) Elevasi dasar sungai
Elevasi dasar sungai udik : El. 30,39 m
Elevasi dasar sungai hilir : El. 18,00 m (sampai 100m ke hilir)
El. 18,00-25,90 m (100- 1100 m ke hilir)
El. 25,90 - 24,90 m (11 00 - 2000 m ke hilir)

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Sejak beroperasi, dasar sungai di hilir bendung mengalami degradasi akibat
penambangan pasir di ruas sungai di hilir bendung tidak terkendali. Degradasi ini
mengakibatkan dasar sungai di hilir bendung turun dari elevasi + 30,39 m menjadi
elevasi + 21,00 m pada tahun 2002 dan menjadi + 18,00 pada tahun 2003. Akibat
penurunan dasar sungai ini, bendung rusak cukup parah yang berkembang dari tahun
1999 sampai tahun 2003 yaitu:
- Perkuatan tebing sebelah kiri rusak,
- Sebagian tembok pangkal sebelah kanan runtuh,
- Perlindungan dasar sungai di hilir bendung runtuh,
- Turap baja di ujung lantai hilir menggantung dan beberapa di antaranya lepas,
- Tanah pengisi di bawah lantai hilir hanyut dan menimbulkan rongga cukup besar.

Kerusakan yang cukup parah ini menyebabkan keamanan bendung sangat


mengkhawatirkan dan bangunan bendung secara keseluruhan terancam runtuh bila
dalam waktu dekat upaya-upaya penanggulangan yang tepat tidak dilakukan.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, diperlukan upaya penanggulangan darurat
untuk mengamankan bangunan bendung terhadap banjir pada musim hujan
2003/2004, dan upaya penanggulangan permanen untuk membuat bangunan
pengaman permanen yang akan dilaksanakan setelah musim hujan 2004.
Mutu penanggulangan permanen pada umumnya dan mutu pelaksanaan konstruksi
dan pelaksanaan pekerjaan di lapangan pada khususnya perlu diperiksa dengan uji
kehandalan mutu.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk menanggulangi kerusakan dan pengamanan bangunan Bendung Karet
Jatimlerek, sudah dilakukan upaya-upaya berikut:

195
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

1) Detail rehabilitasi Bendung Karet Jatimlerek direneanakan oleh konsultan Nippon


Koei Co. Ltd. dengan bantuan uji model fisik hidraulik dari Balai Bangunan Hidraulik
dan Geoteknik Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air. Pekerjaan ini dibagi dalam
dua tahap, yaitu tahap penanggulangan darurat dan tahap penanggulangan
permanen.
Penanggulangan darurat yang dimaksudkan untuk mengamankan bendung dari
banjir dalam musim hujan tahun 2003/2004, adalah:
- Memasang turap baja tambahan di sebelah hilir turap baja yang ada,
- Mengisi rongga di bawah lantai,
- Membuat konstruksi perlindungan di hilir bendung yang terdiri dari hamparan
batu batu 0 50 em dan lapisan blok-blok beton kaki enam (hexapod) berat 2 ton
di atas hamparan batu-batu, dengan lapisan geo-textile yang disisipkan di antara
hamparan batu-batu dan lapisan blok-blok beton.
Penanggulangan permanen adalah untuk membuat konstruksi peredam energi dan
mengamankan dasar sungai di hilir bendung. Pekerjaan yang dilaksanakan setelah
musim hujan 2004 selesai ini adalah:
- Membuat tembok penahan dan ruang olakan (stilling basin) pada bangunan
utama,
- Membuat pelindung dasar sungai di hilir ruang olakan,
- Membuat bangunan pengendali dasar sungai (bottom controller I grounds ill),
- Menambah pintu bendung karet.

2) Rekomendasi hasil uji model fisik hidraulik untuk penanggulangan darurat:


Lapisan geo-textile di antara lapisan blok-blok beton dan hamparan batu-batu 0
50 em di bawahnya sangat diperlukan untuk meneegah batu-batu terlepas dari
lapisan hamparan karena turbulensi aliran.
Penempatan blok-blok beton di atas lapisan geo-textile harus dilakukan seeara
aeak (random) dengan blok-blok beton yang saling bersinggungan agar dapat
berinteraksi satu dengan yang lain ketika menerima gaya-gaya aliran.

Rekomendasi hasil uji model fisik hidraulik untuk penanggulangan permanen:


- Tempatkan blok-blok beton hexapod untuk melindungi bagian bawah bangunan
utama pada waktu melaksanakan fisik bangunan utama.
- Tambah ruang olak pada bangunan utama untuk meredam energi aliran dari
bendung karet.
Buat bentang tambahan bendung karet untuk memperbesar kapasitas bendung.
Buat bangunan pengendali dasar sungai di hilir bangunan utama untuk
melindungi bendung karet dari degradasi dasar sungai yang terus berlanjut.

3) Pekerjaan fisik penanggulangan darurat sedang berlangsung, sedangkan pekerjaan


fisik penanggulangan permanen baru dimulai.

196
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

ANALISIS FAKTOR -FAKTOR TERKAIT

• Program Advis Teknis dan Uji Keandalan Mutu


1) Materi advis teknis dan uji keandalan mutu dititik-beratkan pada pemeriksaan
bagian-bagian konstruksi dari pekerjaan-pekerjaan bangunan utama, groundsi/1,
pembuatan konstruksi perlindungan di hilir bendung, dan pembuatan bentang
tambahan bendung karet.
2) Pelaksanaan advis teknis dan uji keandalan mutu dilakukan dalam tiga tahap:
- Tahap 1, kunjungan lapangan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan program keandalan mutu.
- Tahap 2, kunjungan lapangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
penerapan program keandalan mutu.
- Tahap 3, pengolahan data, evaluasi dan pembuatan laporan.
3) Peralatan pokok yang digunakan adalah peralatan pemeruman, alat ukur kecepatan
ali ran, theodolit, alat uji lapangan mutu beton, alat uji laboratorium tanah dan bahan
bangunan.
4) Tim pelaksana terdiri dari tenaga ahli teknik hidraulik, tenaga ahli struktur, dan
surveyor.
• Panduan Pelaksanaan Advis Teknis dan Uji Keandalan Mutu
1) Tinjau dokumen yang berkaitan dengan mutu konstruksi, antara lain: spesifikasi
teknik, prosedur kerja, gam bar teknik, dan lain-lain.
2) Beri penilaian terhadap penyelenggaraan sistem manajemen mutu (SMM) yang
meliputi acuan parameter penilaian, parameter penilaian, pelaksanaan penilaian,
dan hasil penilaian.
3) Uji mutu produk berdasarkan spesifikasi pengendalian mutu dengan pola 2-3-5,
yang mencakup lingkup pengujian, metode pengujian dan penentuan komponen
pengujian.

• Peninjauan Lapangan
Hasil pengamatan di lapangan dan tinjauan terhadap desain menunjukkan adanya
perbedaan antara desain konsultan dengan usulan Balai BHGK Pusair berupa
penambahan lantai hulu sepanjang 12 m, penggantian blok beton hexapod dengan
bronjong kawat, dan penambahan panjang bronjong kawat pada pekerjaan groundsi/1.
Pekerjaan penambahan panjang lantai hulu dapat dilihat pada Foto 108.

• Evaluasi Terhadap Desain


Penambahan lantai hulu sepanjang 12 m dilakukan sebagai persiapan untuk
melaksanakan konstruksi pengamanan permanen. Penggantian blok-blok beton
hexapod dengan bronjong kawat akan mengurangi keandalan konstruksi perlindungan
dasar sungai. Penambahan panjang bronjong kawat pada pekerjaan groundsi/1 akan
meningkatkan keamanan konstruksi. Potongan memanjang konstruksi pengamanan
permanen Bendung Karet Jatimlerek dapat dilihat pada gambar 46 dan denah
konstruksi pengamanan permanen dapat dilihat pada gam bar 47 .

197
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Persyaratan Dokumen
Syarat kelengkapan, kesesuaian dan kecukupan dokumen belum dapat dipenuhi oleh
Pelaksana Konstruksi.

SARAN-SARAN PENANGANAN
1) Semua dokumen yang diperlukan untuk pengendalian mutu pada setiap tahap
pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Penyelenggaran sistem manajemen mutu perlu ditingkatkan dengan meningkatkan
sumber daya man usia agar memenuhi syarat kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan.
3) Untuk menjamin mutu pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi teknik dan
NSPM yang berlaku, adakan manajemen mutu yang baik dengan mengacu kepada SNI
19-9001-2001 (ISO 9000-2000) tentang Persyaratan Sistem Manajemen Mutu, Petunjuk
Teknis Keppres 18/2000, Bab V, huruf C, angka 1.b tentang Penggunaan Program Mutu,
dan Kepmen PU No. 67/ 1998 tentang Petunjuk Praktis Pengendalian Pelaksanaan
Proyek di Bidang Pekerjaan Umum untuk para Pemimpin Proyek I Bagian Proyek,
khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan mutu konstruksi.
4) Perubahan desain pelaksanaan konstruksi dari desain usulan Balai BHGK Pusair,
khususnya penggantian blok-blok beton hexapod dengan bronjong kawat dengan
.alasan penghematan biaya, sebaiknya tidak dilakukan karena akan mengurangi
keandalan konstruksi.

Foto 108. Pekerjaan Penambahan Panjang


Lantai Udik Ben dung

Gambar 46. Potongan Memanjang Konstruksi Pengamanan Permanen


Bendung Karet Jatimlerek.

198
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

-)----
·:::::-:-....::::-.'"'.:----...-
·-------

N
)(

---
--=-~-:.'::=--=:=-

Gambar47. Denah Konstruksi Pengamanan Permanen Bendung KaretJatimlerek.

199
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.4.3 PENANGANAN PERMASALAHAN OPERAS! BENDUNG KARET KRUENG ACEH,


NANG ROE ACEH DARUSSALAM

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Karet Krueng Aceh terletak di Sungai Krueng Aceh, di sisi jalan raya Banda
Aceh - lndrapuri yang, secara administratif berada di Propinsi Nang roe Aceh Darusalam.
• Data Teknis
Bendung Karet Krueng Aceh (Foto 109) dibangun pada ruas sungai Krueng Aceh bag ian
hilir untuk menahan intrusi air laut dan menaikkan muka air sungai, terutama pada saat
debit aliran Sungai Krueng Aceh rendah, sehingga pampa PDAM yang terletak lebih
kurang 0,5 Km di hulu bendung mendapat debit yang cukup guna memenuhi
kebutuhan air bagi masyarakat Kotamadya Banda Aceh pada khususnya.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di palung sungai.
Jenis bendung karet dengan tekanan udara.
Lebar bersih bendung 20 m, 40 m dan 20 m.
Bahan konstruksi bendung beton bertulang untuk lantai dan pilar bendung dan
tabung karet yang dapat digembungkan dan dikempiskan untuk tubuh bendung.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah Yang Dihadapi


Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1) Pada keadaan bendung dikempiskan, bentang kanan selalu tertutup endapan
sehingga tubuh bendung pada bentang kanan sulit untuk digembungkan.
2) Tembok sayap hilir sebelah kiri terlihat sedikit miring ke arah sungai (Foto 110).
3) Ada gejala tanah ambles pada bantaran di sebelah kiri bendung (Foto 111).

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, upaya-upaya penanggulangan dengan
mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air akan dilakukan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan
Terjadinya endapan di bentang kanan bendung disebabkan oleh distribusi kecepatan
aliran melalui bendung yang tidak merata akibat pola aliran sungai di hulu dan di hilir
bendung dipengaruhi morfologi ruas sungai di sekitar bendung.
Tembok sayap hilir sebelah kiri yang miring ke arah sungai dapat disebabkan oleh
penggerusan pada dasar sungai di sekitar kaki tembok sayap sehingga daya dukung
tanah pondasi di bawah tembok menu run.

200
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gejala tanah ambles pada bantaran sebelah kiri mungkin akibat terjadinya gejala aliran
buluh (piping) pada aliran rembesan samping (side seepage) di belakang tembok
pangkal dan tembok sayap kiri yang menimbulkan rongga di dalam tanah di bawah
bantaran sebelah kiri.

• Evaluasi Terhadap Desain

lnformasi dan temuan yang diperoleh dari peninjauan lapangan, menunjukkan hal-hal
yang berkaitan dengan desain bendung sebagai berikut:
1) Efektifitas kinerja desain peredam energi yang hanya berupa lantai panjang tanpa
dilengkapi blok-blok lantai dan ambang akhir perlu diperiksa dengan menyelidiki
penggerusan yang terjadi di hilir bendung. Periksa juga apakah pada dasar sungai di
hilir peredam energi sudah dipasang pelindung dasar sungai yang memadai seperti
rip-rap dari batu atau blok-blok beton.
2) Desain ketinggian tembok pangkal bendung yang disesuaikan dengan ketinggian
bantaran sungai, sehingga apabila terjadi banjir besar akan terlimpasi, menyebabkan
terjadinya aliran pada bantaran di kiri dan kanan bendung yang dapat menggerus
dasar bantaran di belakang tembok pangkal. Selain itu apabila muka air di hilir
bandung lebih rendah, akan terjadi terjunan aliran dari bantaran masuk ke palung
sungai di hilir bendung yang dapat menggerus tebing dan dasar sungai di sekitar
tembok sayap hilir.

3) Perbaiki desain pengoperasian bendung karet agar dapat mencegah terjadinya


pengendapan sedimen di bentang kanan dan penggerusan pada dasar sungai di
hilir bendung yang membahayakan keamanan bangunan.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Berikut adalah hal-hal yang disarankan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
dan untuk menyempurnakan desain Bendung Karet Krueng Aceh.
1. Operasi Penggembungan dan Pengempisan Tubuh Bendung
Untuk mengatasi kesulitan penggembungan tubuh bendung pada bentang kanan
yang tertimbun endapan sedimen, bilas endapan sedimen dengan mengoperasikan
bendung pada bentang kiri dan bentang tengah sedemikian rupa sehingga dapat
mengarahkan aliran. Aliran diarahkan agar terjadi kecepatan aliran melalui bentang
kanan yang cukup tinggi untuk penggelontoran, namun dengan tetap menjaga agar
konsentrasi aliran yang terjadi di hilir bendung bagian kanan tidak sampai
menimbulkan penggerusan pada dasar sungai di hilir bendung bagian kanan dan di
sekitar tembok sayap yang dapat membahayakan bangunan.
Perbaiki operasi penggembungan dan pengempisan tubuh bendung agar aliran
melalui bendung merata. Dengan demikian pengendapan pada bentang bendung
dan penggerusan di hilir bendung yang membahayakan bangunan tidak terjadi.
Untuk itu sediakan manual operasi bendung yang dapat disiapkan dengan bantuan
uji model hidraulik.

201
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

- Secara umum operasi penggembungan dan pengempisan tubuh bendung perlu


memperhatikan pola aliran melalui bendung yang simetris dan terbagi merata
sepanjang Iebar bendung. Untuk itu operasi penggembungan dimulai dari bentang
kiri dan bentang kanan secara bersamaan. Selanjutnya ikuti oleh bentang tengah.
Sebaliknya operasi pengempisan dimulai dari bentang tengah kemudian ikuti
dengan bentang kiri dan bentang kanan secara bersamaan. Pada saat debit sungai
tidak besar dan untuk mengatur ketinggian muka air, cukup operasikan satu
bentang 20 m, maka pengoperasian dilakukan secara bergantian antara bentang kiri
dan bentang kanan. Pemusatan aliran pada salah satu bentang bendung sebaiknya
tidak dilakukan lebih dari setengah jam.

2. Gejala Kerusakan pada Tembok Sayap Hilir Sebelah kiri


- Selidiki penyebab miringnya bangunan tembok sayap hilir sebelah kiri yang miring
ke arah sungai, apakah karena terjadi penggerusan pada dasar sungai di sekitar
tembok sayap yang menyebabkan daya dukung pada pondasi tembok sayap
berkurang, atau karena syarat kestabilan bangunan dan kekuatan struktur tembok
sayap tidak dipenuhi oleh kondisi aktual di lapangan.
- Apabila terjadi penggerusan, lakukan upaya-upaya perbaikan dengan menimbun
lubang gerusan dengan material pengisi dan menutup permukaan dengan lapisan
rip-rap batu atau blok-blok beton yang tahan terhadap gaya aliran. Selain itu,
tingkatkan efektifitas peredaman energi dengan menambah elemen kekasaran dari
blok-blok beton yang disusun di hilir lantai hilir bendung.
- Apabila ternyata kestabilan bangunan dan kekuatan struktur tembok sayap kurang
memenuhi syarat, lakukan upaya-upaya pengamanan dengan memperkuat pondasi
dengan menggunakan tiang pancang dan/atau dengan memasang angkur penarik
ke arah tebing sungai.

3. Bantaran Baniir
- Seperti pada bendung-bendung karet lainnya di Indonesia, limpasan aliran di atas
tembok pangkal bendung diijinkan terjadi pada bendung Karet Krueng Aceh. Pada
debit yang sangat besar, aliran diijinkan melimpah melewati bantaran banjir di sisi
kiri dan kanan bendung karet. Namun dampak aliran yang melimpas melalui
bantaran di sisi kiri dan kanan terhadap stabilitas bendung secara keseluruhan perlu
dipelajari dengan lebih seksama. Kerusakan biasanya terjadi mulai dari bagian di hilir
terjunan antara bantaran banjir ke palung sungai di hilir bendung karet. Gerusan
lokal di lokasi ini dapat terus merayap ke hulu.
- Lindungi dasar bantaran di sekitar bendung dengan lapisan pelindung terhadap
gerusan ali ran berupa susunan bronjong kawat atau rip-rap batu.
- Periksa aliran rembesan samping melalui bawah bantaran, apakah terjadi gejala
aliran buluh pada saat muka air tinggi di sebelah hulu dan muka air minimum di
sebelah hilir. Bila ada, lakukan upaya-upaya penanggulangan untuk
memperpanjang lintasan aliran rembesan.

202
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

4. Operasi dan Pemeliharaan Rutin


Setelah memperhatikan masalah yang terjadi pada bendung-bendung karet lain di
Indonesia, seperti pada Bendung Karet Jatimlerek di Sungai Brantas, Jawa Timur, dan
Bendung Karet Jeneberang di Provinsi Sulawesi Selatan, berikut adalah hal-hal yang
disarankan:
- Struktur bendung karet dapat dikatakan cukup sederhana, namun untuk
mengoperasikannya perlu peralatan yang pengoperasian dan pemeliharaannya
tidak sederhana dan memerlukan ketelitian.
Karena pengoperasian bendung karet harus dilaksanakan secara terus menerus,
ruang kontrol tempat operator bekerja harus cukup nyaman dengan ventilasi yang
cukup memadai.
- Tekanan udara di dalam tubuh bendung karet perlu dipantau secara terus menerus
dengan memeriksa secara teratur tinggi tekanan pada manometer. Hal ini
diperlukan untuk mencegah terjadinya tekanan berlebih yang dapat mengakibatkan
meletusnya tubuh bendung karet Kenaikan tekanan dapat terjadi karena suhu udara
yang cukup tinggi. Sistem katup pengamanan tekanan dapat dilihat pada Foto 112.

5. Penelitian/Studi yang Diperlukan


Lakukan studi secara detail berkaitan dengan menurunnya mutu karet sebagai
pengaruh sinar ultra violet. Berdasarkan hasil studi ini, katup-katup pengaman
tekanan maksimum bendung dapat diatur dari waktu ke waktu sesuai dengan
kekuatan aktual karet bendung dengan faktor keamanan yang memadai.
Bangunan peredam energi bendung Karet Krueng Aceh sangat sederhana. Karena
itu, lakukan penelitian dan pemantauan secara teratur atas gerusan lokal yang
terjadi di hilir bendung.

Foto 109. Bendung Karet Krueng Aceh dilihat Foto 110. Retakan dan gejala pergerakan
dari Tebing Kiri. pada tembok sayap hilir bagian
kiri.

203
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 111. Kondisi Bantaran Banjir Sisi Kiri Foto 112. Sistem Katup Pengaman Tekanan
Bendung. Bendung Karet Yang Sangat
Sederhana

204
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.4.4 MASALAH BENDUNG KARET JABUNG, LAMPUNG

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Karet Jabung terletak di Sungai Way Sekampung yang secara administratif
berada di Desa Margabatin, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi
Lampung.

• Data Teknis
Bendung Karet Jabung (Foto 113) dibangun untuk mensuplai daerah irigasi pasang-
surut Rawa Sragi melalui saluran suplesi sepanjang 16 km dari bendung. Pembangunan
Bendung Karet Jabung dilaksanakan pada tahun anggaran 1999 - 2000 tetapi sampai
saat ini belum dimanfaatkan karena saluran suplesi ke daerah irigasi Rawa Sragi belum
dibangun. Bendung ditempatkan pada ruas sungai yang mempunyai kemiringan dasar
cukup besar, yaitu 0,003, namun dasar sungai tidak mengalami degradasi karena lapisan
material dasar sungai terdiri dari batuan sedimen dan batuan beku. Kondisi bendung
dan bangunan pelengkapnya saat ini relatif baik walaupun ada beberapa bagian yang
harus direhabilitasi. Pada tahun 2003 tubuh bendung yang terbuat dari karet bocor
tertusuk batang-batang pohon, tapi telah diperbaiki pada saat itu juga. Jenis bendung
karet dipilih karena saat aliran sungai saat banjir meluap ke lahan perkebunan di kiri-
kanan sungai dan pada musim kemarau aliran sangat kurang. Dengan menggunakan
bendung karet aliran banjir dapat dilewatkan dengan mengempiskan tubuh bendung
dan pada saat ali ran kecil muka air sungai dapat dinaikkan dengan menggembungkan
tubuh bendung sehingga dapat disadap melalui intake.
Data pokok bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung karet dengan 2 bentang tubuh bendung.
Bahan konstruksi bendung tabung karet untuk tubuh bendung dan beton bertulang
untuk lantai, pilar, tembok pangkal dan bagian-bagian lain.
Luas areal yang diairi daerah irigasi Rawa Sragi 4.280 ha.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi

Beberapa masalah yang dihadapi oleh Bendung Karet Jabung:


1) Sejak pembangunan bendung selesai, Bendung Karet Jabung belum difungsikan
sebagai pemasok air irigasi ke Daerah lrigasi Rawa Sragi karena saluran suplesi yang
direncanakan untuk menyalurkan air belum dibangun. Kesulitan yang dihadapi
pembangunan saluran suplesi ini antara lain karena trace saluran melalui tanah
lunak dan memotong sungai lama.
2) Aliran sungai membawa sampah padat (debris) berupa batang-batang pohon dan
ranting-ranting besar, sehingga membahayakan keamanan tubuh bendung yang
dibuat dari karet.

205
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

3) Pengoperasian bendung karet tidak seimbang. Dari dua bentang yang ada, yang
dioperasikan hanya bentang sebelah kiri. Hal ini menyebabkan kondisi aliran melalui
bendung terus menerus mengikuti satu pola pengoperasian menggunakan bentang
sebelah kiri, demikian juga kondisi aliran di hulu dan di hilir bendung. Kondisi ali ran
yang mengikuti satu pola terus menerus dalam waktu yang lama ini dapat berakibat
pada terjadinya perubahan morfologi sungai yang berupa sedimentasi dan
penggerusan yang merugikan kinerja bendung.
4) Di hulu bendung terjadi sedimentasi yang membentuk "gosong-gosong pasir" dan
terjadi longsoran tebing pada bagian-bagian yang belum diberi perkuatan
(Foto 114).
5) Pada bangunan intake (Foto 115) terdapat kekurangan-kekurangan, yaitu stang
pintu yang bengkok dan alur kiri dan alur kanan stop log yang tidak segaris. Bila tidak
diperbaiki akan menyulitkan pengoperasian intake.

• Upaya-upaya Penanggulangan

Dalam rangka membangun saluran suplesi, PT Citra Lahan Utama telah membuat
perencanaan yang mencakup penyelidikan geoteknik di sepanjang trace saluran,
berupa sondir dan pemboran.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan pengoperasian
bendung dan pembangunan saluran suplesi, upaya-upaya penanggulangan akan
dilakukan dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan

Menurut hasil pengamatan dan penyelidikan, secara geologi daerah ini dapat
dikelompokkan menjadi:
- Alluvial
Terdiri dari lempung-lempung lanauan bercampur gambut dan lempung-lempung
pas iran.
- Tufa
Terdiri dari tufaan berukuran halus hingga pasir, kadang-kadang dijumpai fragmen
basalt, andes it, berukuran antara 5 em - 150 em.
Formasi alluvial dan tufa tersebut termasuk formasi yang lemah (urai), lunak, dan mudah
tergerus, sehingga perlu ditangani dengan tepat, baik sebagai pondasi maupun sebagai
tanggul. Kondisi tanah lunak di lokasi saluran suplesi dapat dilihat pada Foto 116.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi

Hasil penyelidikan geoteknik di sepanjang trace saluran suplesi dalam kerangka desain
menunjukan bahwa tanah pondasi di lokasi saluran termasuk kategori tanah sangat
lunak seperti dinyatakan dengan nilai daya dukung hasil uji sondir dan SPT yang sangat
rendah, yaitu qc < 5 kg/cm 2• Tanah yang sangat lunak ini perlu mendapat perhatian
khusus saat membuat rencana pondasi.

206
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Desain elevasi tanggul di hulu bendung terhadap aliran balik (backwater) yang terjadi
sebagai akibat dari operasi penggembungan bendung karet belum diperhitungkan
dengan seksama sehingga limpasan (overtoping) melalui puncak tanggul masih terjadi.
Pengoperasian bendung karet yang tidak seimbang diperkirakan karena desain
bendung belum mencakup petunjuk operasi dan pemeliharaan.
Mutu pelaksanaan konstruksi yang kurang baik mengakibatkan stang pintu bangunan
intake bengkok dan alur stop log tidak segaris.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Berikut adalah saran-saran untuk mengatasi masalah yang ada di Bendung Karet Jabung:

a. Bangun segera saluran suplesi agar Dl Rawa Sragi dapat diairi secara teknis sehingga
tidak tergantung pada pasang surut air sungai Way Sekampung.

b. Normalisasi penampang sungai di hulu bendung dengan mengeruk gosong-gosong


pasir yang ada agar kapasitas pengaliran penampang sungai tidak berkurang dan ali ran
menuju bendung terdistribusi secara merata.

c. Perkuat tebing sungai (revetment) di sebelah kiri hingga tanggul penutup mengingat
tebing sungai mudah longsor.

d. Perbaiki desain tanggul penutup sungai sebelah kiri agar aliran air tidak masuk ke
sungai lama.
e. Naikkan elevasi puncak tanggul di hulu bendung dengan memperhitungkan aliran balik
(back water) yang terjadi akibat penggembungan bendung karet dengan tinggi jagaan
(freeboard) yang cukup.

f. Atasi masalah geoteknik karena adanya Lakukan penelitian untuk mengembangkan


teknologi pembangunan bangunan air diatas tanah lunak.

Foto 113. Bendung Karet Jabung Dilihat dari Foto 114. Gosong Pasir di Udik Bendung.
Tebing Kanan.

207
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 115. Bangunan Intake Dilihat dari Saluran Foto 116. Kondisi Tanah Lunak Di Lokasi
Suplesi. Saluran Suplesi.

208
Kompendi um Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.5. KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BENDUNG TYROL

TANGGAPAN SINGKAT TERHADAP DESAIN REHABILITASI BENDUNG DANAWARIH,


JAWATENGAH

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Danawarih terletak di Kali Gung yang secara administratif berada di
Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah.

• Data Teknis
Bendung Danawarih merupakan salah satu bangunan utama yang terdapat di Kali Gung
untuk mengairi areal irigasi seluas 12.678 Ha di Kabupaten Tegal - Jawa Tengah.
Bendung ini dibangun pada tahun 1911 pada jaman pemerintahan kolonial Belanda,
dengan menggunakan jenis bendung tetap tipe mercu bulat tanpa bangunan peredam
energi. Bahan yang digunakan untuk membuat bendung pada waktu itu adalah
pasangan batu kali dengan lapisan batu candi. Saat itu bendung dibangun untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi perkebunan tebu yang memasok bahan baku pabrik-
pabrik gula. Pada perencanaan awal, debit rencana pengambilan besarnya 12 m3/s.
Karena sering mengalami kerusakan akibat banjir, pada tahun 1919 pemerintah Belanda
membangun kembali bendung dengan mengubah konstruksinya secara total. Namun,
karena kondisi alam tidak mendukung, derasnya aliran sungai tetap mengancam
stabilitas bendung.
Pada awal tahun 1970-an, terjadi banjir besar yang menyebabkan bendung rusak berat.
Tubuh bendung sebelah kiri patah dan hancur terbawa aliran air. Karena bendung
tersebut masih sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat dan
untuk irigasi sebagian daerah di Kabupaten Tegal, Pemerintah berupaya membangun
kembali bendung tetap yang hancur dengan bendung baru tipe tyroll. Bendung tyroll
ini dimantapkan oleh pengujian model fisik tiga dimensi yang dilakukan di
Laboratorium LPMA Bandung. Selanjutnya bendung tipe tyroll ini mulai dibangun pada
tanggal 29 Juni 1972 dan selesai pada tanggal 7 Februari 1973. Pada rehabilitasi
tersebut, jenis bendung tetap tipe drop weir diubah menjadi bendung tetap tipe tyroll
dengan saringan horizontal (horizontal rack) pada mercu bendung.
Sejak saat itu bendung tyroll Danawarih telah mengalami perubahan penempatan
konstruksi saringan (rack) sampai 3 kali. Selain itu perbaikan-perbaikan rutin juga
dilakukan sejak tahun 1980. Pada tahun 1992 saringan diperbaiki karena sebagian besar
batang rack sudah lepas Kemudian tahun 1998/1999 mercu bendung dinaikkan dari
elevasi + 251,00 m menjadi + 253,27 m. Pada tahun yang sama racknya diperbaiki
menjadi miring 60°. Tipe ini diperkenalkan oleh Prof. Yamamoto, tenaga ahli JICA,
sebagai tipe tyroll arus balik.

209
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Oaya Air

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Meskipun telah mengalami beberapa kali rehabilitasi dan studi seperti dikemukakan
dalam data teknis, Bendung Danawarih saat ini mengalami beberapa masalah, yaitu:
a) Pada musim hujan, konsentrasi angkutan bahan sedimen sangat tinggi hingga
masuk ke saluran pengambilan.
b) Lubang-lubang di antara kisi-kisi (rack) sering tersumbat kerikil-kerikil hingga air
yang masuk ke saluran pengumpul berkurang (debit yang masuk ke intake kurang).
c) Bagian mercu bendung dan bagian hilir rack (yaitu lapisan beton) mengelupas
hingga besi-besi tulangannya nampak!exposed akibat bertumbukan dengan batu-
batu bongkah.
d) Di hilir bangunan terjadi gerusan yang cukup dalam.
e) Pembilasan bahan sedimen yang masuk ke saluran pembawa sulit dilakukan karena
tingginya endapan/sedimen.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, pada tahun anggaran 2008,
PT. lndra Karya (Persero) Cabang II Semarang telah ditunjuk oleh Balai Besar Wilayah
Sungai Pemali - Juana untuk melaksanakan "Studi dan Detail Desain Rehabilitasi
Bendung Danawarih". Selanjutnya melalui surat no. PR.03.07 - Ao.1/418 tanggal
17 Desember 2008 Pusat Litbang Sumber Daya Air juga telah diminta oleh Balai Besar
Wilayah Sungai Pemali - Juana untuk memberikan pendapat dan saran/rekomendasi
teknis terhadap rencana rehabilitasi Bendung Danawarih.

ANALISIS FAKTOR PENYEBABfTERKAIT

• Peninjauan Lapangan
Advis teknis ini dilakukan dalam bentuk tanggapan tertulis terhadap hasil pekerjaan
"Studi dan Detail Desain Rehabilitasi Bendung Danawarih" yang laksanakan PT. lndra
Karya (Persero) Cabang II Semarang, yang tidak melakukan tinjauan lapangan untuk
mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan.

• Evaluasi Terhadap Desain


Hasil evaluasi terhadap hasil kerja "Studi dan Detail Desain Rehabilitasi Bendung
Danawarih" menunjukkan hal-hal berikut:
1. Alternatif bentuk upaya penanganan masalah
Setelah memperhatikan problema yang dihadapi di bendung Danawarih dari waktu
ke waktu hingga saat ini, dapat disimpulkan bahwa hal utama yang perlu dilakukan
adalah menentukan titik berat alternatif bentuk upaya penanganan yang akan
dilakukan, apakah berupa rehabilitasi, pemantapan, peningkatan, atau kombinasi
dari alternatif-alternatif tersebut. Hal ini tidak terlihat dari uraian yang dilakukan oleh
Konsultan.

210
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Rehabilitasi
Jika kita berbicara mengenai rehabilitasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan evaluasi kondisi bendung saat ini yang sedang menghadapi masalah,
morfologi sungai, serta debit andalan yang terjadi dan terukur di bendung
Danawarih. Secara singkat dapat diuraikan bahwa bendung Danawarih adalah
bendung jenis pengambilan bawah melalui tubuh bendung atau yang dikenal
sebagai bottom intake. Setelah memperhatikan tipe bendung ini, analisis sebaiknya
dilakukan dengan mengacu kepada SNI no. RSNI Pd.T-01-2003 tentang Tata Cara
Desain Hidraulik Bangunan Pengambil pada Bendung Tyrell atau Standar
Perencanaan lrigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP- 02.
SNI mengemukakan bahwa prinsip dasar untuk diterapkannya bendung dengan
bangunan pengambil pada tubuh bendung adalah sebagai berikut:
a) Tipe bendung ini hanya sesuai diterapkan pada ruas sungai dengan angkutan
sedimen dominan adalah bongkah batu, sehingga bangunan pengambil, pilar,
dan struktur lain terancam oleh benturan batu.
b) Aliran sungai berpindah-pindah, sehingga sulit untuk menentukan di sisi mana
bangunan pengambil dapat dibangun secara optimum.
c) Fraksi pasir yang diangkut oleh sungai terkait tidak lebih dari 30% dari total
angkutan sedimen yang terjadi. Jika fraksi pasir lebih besar dari jumlah tersebut
akan menghadapi masalah pengelakan fraksi pasir yang masuk ke bangunan
pengambil.
d) Lengkapi dengan bangunan penangkap pasir yang memadai.
Dengan mengacu pada prinsip dasar tersebut, maka dapat dilakukan analisis apakah
penerapan tipe bendung dengan bangunan pengambil pada tubuh bendung di
bendung Danawarih merupakan suatu pili han yang cukup baik atau tidak.
Akibat kemiringan dasar sungai yang cukup terjal, I = 0,03, angkutan sedimen fraksi
bongkah dilaporkan sering terjadi dengan daya bentur tinggi. Walaupun demikian,
jumlah fraksi pasir yang diangkut ini belum dianalisis dan dilaporkan oleh konsultan.
Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab kurang atau tidak memadainya
debit ali ran sungai yang dapat disadap:
a) Debit andalan yang mengalir di sungai tidak memadai. Sebenarnya hal ini bisa
diketahui dengan mudah dari hasil analisis debit andalan. Namun analisis ini
belum terlihat dalam laporan.
b) Tipe ataupun desain bangunan pengambil yang diterapkan (dalam hal ini
pengambil tipe Yamamoto) mungkin kurang memadai. Hal ini dapat dilihat pada
beberapa laporan yang mengatakan bahwa pada debit yang relatif besar
trajectory aliran air jatuh di hilir am bang hilir, sehingga arus aliran balik menuju
pengambil tidak terjadi dengan sempurna dan debit air yang tersadap relatif
kecil.
c) Lantai datar dan ambang hilir pada bangunan pengambil tipe Yamamoto
dimaksudkan untuk menghasilkan arus aliran balik guna meningkatkan debit
penyadapan. Namun pada kasus Bendung Danawarih ternyata memberikan

211
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

dampak negatif dari segi benturan batu. Lantai datar dan ambang akhir tersebut
sering terkena benturan batu sehingga beberapa bagian mengalami kerusakan.
Kerusakan ini mengakibatkan kedalaman aliran menjadi rendah, sehingga debit
yang dapat disadap dengan menerapkan arus aliran balik menjadi jauh
berkurang.
d) Morfologi ruas sungai Gung di sekitar Bendung Danawarih dapait dianalisis
berdasarkan hasil pengukuran lapangan dan pengamatan terhadap catatan
perpindahan-perpindahan alur aliran utama (Mawardi, 2006). Kemiringan dasar
sungai Gung relatif tinggi Ia = 0,03 angkutan bongkahan batu sering terjadi
terutama pada debit besar.

Setelah debit sungai mengecil endapan sedimen bisa terjadi di beberapa bagian
ruas sungai dengan lokasi yang sangat sulit untuk ditentukan. Arus aliran utama
yang mengalir setelah banjir cenderung berpindah-pindah tergantung di mana
lokasi endapan sedimen terjadi dan menghalangi arus aliran utama. Arus aliran air
utama berpindah menyusuri daerah yang tidak terhalang oleh endapan sedimen.
Konsentrasi aliran pada salah satu sisi dapat mengakibatkan kecepatan aliran
meningkat dan mempengaruhi trajectory loncatan air. Pada gilirannya juga akan
mempengaruhi debit penyadapan.
Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam upaya rehabilitasi, pemantapan maupun
peningkatan fungsi bendung. Jika upaya rehabilitasi yang akan diterapkan, maka
minimum analisis tersebut harus dilakukan sehingga rehabilitasi yang diterapkan
dapat mencapai sasaran, kerusakan pada bendung tidak terjadi lagi, dan besar debit
penyadapan dapat dioptimumkan.

Pemantapan fungsi bendung


Jika upaya pemantapan yang ingin dicapai, perhatian perlu dipusatkan pada debit
andalan, pengendalian morfologi sungai, dan rehabilitasi yang optimum.
Pengendalian arus ali ran utama yang berpindah-pindah serta bahaya benturan batu
terhadap lantai datar dan ambang pada tipe Yamamoto dapat dilakukan dengan
membangun check dam di hulu. Namun pemilihan jenis struktur permanen untuk
check dam sangat diperlukan. Struktur check dam dari tumpukan batu sama sekali
tidak dapat diharapkan berfungsi dengan baik untuk megendalikan angkutan
sedimen tipe bongkah maupun perubahan morfologi sungai dengan karakteristik
seperti apa yang terjadi di sungai Gung.
Mengurangi besar diameter butir yang dapat hanyut ke hilir dengan cara
mengurangi kemiringan dasar sungai melalui pembangunan check dam dapat
mengurangi ancaman benturan batu pada lantai datar dan ambang hilir bangunan
pengambilan air jenis Yamamoto. Aliran air sungai yang merata menuju bendung
dapat menjaga trajectory loncatan air selalu jatuh pada lantai datar. Pada kondisi ini,
efektivitas penyadapan akan tinggi.

Peningkatan fungsi ben dung


Jika upaya peningkatan fungsi bendung ingin dicapai dengan jalan mengubah tipe
bendung dari bendung dengan pengambilan jenis Yamamoto yang saat ini ada

212
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

menjadi bendung tetap dengan bangunan pengambil yang diletakkan di salah satu
sisi bendung, acuan yang harus diterapkan secara konsekuen adalah SNI No. 03-
1724-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Umum dan Analisis Hidrologi dan
Hidraulik untuk Desain Bangunan di Sungai, SNI no. 03 - 2402 - 1991 tentang Tata
Cara Perencanaan Umum Bendung, serta Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan
Utama KP02.
Secara garis besar hal-hal yang harus diterapkan dalam analisis tersebut adalah:
Anal isis Hidrologi, analisis Geoteknik, anal isis Morfologi Sungai,
Desain mercu yang mencakup penentuan elevasi dan tipe mercu,
Desain peredam energi, desain bangunan pengambil dan bangunan pembilas
yang aman terhadap benturan batu,
Desain tembok pengiring hulu dan pengiring hilir yang dapat memastikan
bahwa aliran berada pada berbagai kondisi debit dapat dialirkan secara aman
menuju dan meninggalkan bendung serta memastikan bahwa arus aliran utama
selalu berada di sisi di mana bangunan pengambil diletakkan, serta
Desain bangunan penangkap pasir.
Karena itu, dapat dikemukakan bahwa anal isis debit desain bendung tidak dilakukan
dengan mengacu pada SNI dan KP yang disebutkan terdahulu. Penentuan tipe
mercu maupun elevasi mercu tidak dilakukan dengan memperhatikan angkutan
sedimen yang terjadi serta memastikan bahwa arus merata menuju bendung serta
arus aliran utama akan tetap berada di sisi tempat bangunan pengambil diletakkan.
Walaupun desain jenis pembilas bendung sudah sesuai, yaitu tipe pembilas samping
guna menghindari benturan batu terhadap pilar pintu pembilas, tipe ataupun desain
bangunan bilas yang diterapkan kurang memadai hingga dikhawatirkan efek
pembilasan kurang memadai.
Mereu bendung yang diterapkan kurang tinggi hingga arus aliran utama yang kini
berada di sisi kanan akan susah dikendalikan untuk berpindah ke sisi kiri tempat
bangunan pengambil berada.
Tembok pengiring hulu maupun tembok pengiring hilir perlu didesain dengan lebih
baik agar tidak terancam oleh gerusan lokal akibat konsentrasi aliran. Lengkapi pula
dengan pengarah arus agar dapat dipastikan arus aliran utama pada berbagai
kondisi debit aliran rendah dapat diarahkan sehingga selalu berada di sisi tempat
bangunan pengambil diterapkan.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria dasar ini dapat dipenuhi, uji model
hidraulik fisik sangat diperlukan.
2. Pengendalian ali ran dan pergerakan bongkah batu besar
Seperti telah diuraikan terdahulu, ide pembuatan check dam di hulu bendung
adalah untuk mengendalikan laju ali ran bongkah batu besar yang selanjutnya dapat
juga mengendalikan arus ali ran utama merupakan suatu ide yang baik. Namun perlu
diperhatikan bahwa struktur semi permanen dari tumpukan batu besar tidak
memadai untuk diterapkan pada Kali Gung.

213
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Analisis stabilitas butir batu menyusun check dam sukar diterima. Asumsi yang
diterapkan adalah aliran akan merata di seluruh permukaan tumpukan batu. Hal ini
tidak sesuai untuk Kali Gung di mana konsentrasi aliran pada satu sisi sangat
mungkin terjadi sehingga tractive force, turbulensi, dan gangguan stabilitas lainnya
sangat mudah terjadi, dan kerusakan pada satu segmen tumpukan batu secara
bertahap akan menghancurkan seluruh tumpukan batu tersebut.
Untuk menghindari kegagalan struktur, struktur rigid untuk check dam sangat
dianjurkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah respon morfologi sungai di hulu
dan di hilir bendung akibat pembuatan check dam di hulu bendung Danawarih.
Check dam dapat mengurangi laju angkutan sedimen terutama untuk butir-butir
bongkah batu besar yang diperoleh dari pengurangan kemiringan sungai Gung.
Namun degradasi dasar sungai akan terjadi di hilir bendung Danawarih. Hal ini perlu
diperhitungkan dengan baik dengan analisis yang memadai antara lain dengan
menggunakan model numerik.

3. Pengendalian respon sungai


Untuk mengendalikan respon morfologi sungai di hilir bendung, penyesuaian yang
mungkin diperlukan adalah:
a) Mengubah peredam energi jenis drop structure yang saat ini ada menjadi
bendung dengan peredam energi yang tahan terhadap benturan.
b) Membangun bottom controller di hilir bendung Danawaraih pada lokasi yang
tidak terlalu jauh agar efek pengendalian dasar sungai masih mencapai bagian
hilir bendung Danawarih. Lakukan analisis .dengan seksama agar masing-masing
check dam dapat bertahan stabil secara mandiri maupun stabil secara kelompok
dalam satu sistem pengendalian dasar sungai.
c) Menumpuk bongkah-bongkah batu dengan diameter butir, D ~ 0,6 m tepat di
hilir bendung agar dapat berfungsi sebagai pemecah energi dan pembentuk
lapisan perisai pencegah gerusan pada dasar sungai. Agar material dasar fraksi
yang lebih halus dari pasir kasar tidak terhisap, pasang geo-synthetic filter di
bawah timbunan batu tersebut.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Desain Rehabilitasi Bendung

1) Untuk mengoptimalkan rencana rehabilitasi bendung Danawarih, laporan "Studi dan


Detail Desain Rehabilitasi Bendung Danawarih yang telah dipersiapkan oleh
Konsultan PT. lndah Karya (Persero) II Cabang Semarang perlu dilengkapi dengan:
a) Analisis hidrologi mengenai debit banjir rencana dan debit andalan,
b) Analisis hidraulik mengenai:
- Penentuan elevasi mercu yang optimal,
- Peredam energi bendung,
- Bangunan pengambil dan pembilas yang aman terhadap benturan batu,
- Ter:nbok pengiring hulu dan hilir bendung,

214
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

- Bangunan penangkap sedimen,


c) Anal isis geoteknik,
d) Analisis morfologi sungai untuk menentukan lokasi dan elevasi check-
dam/bottom controller,
2) Desain yang dipersiapkan hendaknya mengacu pada standar-standar dan kriteria
perencanaan yang ada, antara lain:
a) Tata Cara Perencanaan Umum dan Analisis Hidrologi dan Hidraulik untuk Desain
Bangunan di Sungai (SNI No. 03-1724-1989)
b) Tata Cara Perencanaan Umum Bendung (SNI no. 03 -2402- 1991)
c) Tata Cara Desain Hidraulik Bangunan Pengambil pada bendung Tyrell
(RSNI no. Pd. T- 01-2003)
d) Standar Perencanaan lrigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama
KP-02
3) Untuk memantapkan desain hidraulik yang dipersiapkan, disarankan untuk
melakukan pengujian model fisik tiga dimensi.

• Pembuatan Cek Dam


Gagasan pembaatan check dam di hulu bendung untuk mengendalikan laju aliran
bongkah batu besar yang selanjutnya dapat juga mengendalikan arus aliran utama
merupakan suatu gagasan yang baik. Namun perhatikan bahwa struktur semi
permanen dari tumpukan batu besar tidak memadai untuk diterapkan pada Kali Gung.
Untuk menghindari kegagalan struktur, struktur rigid untuk check dam sangat
dianjurkan. Namun demikan, perhatikan juga dampak respon morfologi sungai di hulu
dan di hilir bendung akibat pembuatan check dam di hulu bendung Danawarih. Hal ini
perlu diperhitungkan dengan baik menggunakan analisis yang memadai antara lain
dengan menggunakan model numerik.

• Pengendalian Respon Sungai


Untuk mengendalikan respon morfologi sungai di hilir bendung, penyesuaian yang
mungkin diperlukan adalah:
a) Membangun bottom controller di hilir bendung Danawarih pada lokasi yang tidak
terlalu jauh agar efek pengendalian dasar sungai masih mencapai bagian hilir
bendung Danawarih. Analisis perlu dilakukan dengan seksama agar masing-masing
check dam dapat bertahan stabil secara mandiri maupun stabil secara kelompok
dalam satu sistem pengendalian dasar sungai.

b) Menumpuk bongkah-bongkah batu dengan diameter butir, D ~ 0,6 m tepat di hilir


bendung agar dapat berfungsi sebagai pemecah energi dan pembentuk lapisan
perisai pencegah gerusan pada dasar sungai. Agar material dasar fraksi yang lebih
hal us dari pasir kasar tidak terhisap, pasang gee-synthetic filter di bawah timbunan
batu tersebut.

215
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

216
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

BAB Ill
KESIMPULAN PERMASALAHAN DAN SARAN-SARAN
TINDAK LANJUT

31.1 KESIMPULAN PERMASALAHAN


31.1.1 PERMASALAHAN TAHAP PERENCANAAN
SURVEI DAN INVESTIGASI
Uraian di bawah ini adalah masalah-masalah survei dan investigasi atas aspek hidrologi,
hidraulik dan geoteknik yang teridentifikasi pada tahap perencanaan.

• Aspek Hidrologi
Perbedaan yang cukup besar antara besar debit banjir rencana dan besar debit banjir
terjadi akibat hal-hal berikut:
1) Kualitas dan/atau kuantitas data parameter hidrologi, antara lain curah hujan,
karakteristik DAS dan debit aliran yang digunakan untuk menentukan debit banjir
rencana kurang memadai. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
Data yang memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas tidak tersedia.
Kegiatan survei dan investigasi untuk mengatasi ketidaktersediaan data yang
memadai tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kondisi DAS sudah berubah dari kondisi pada waktu perencanaan.
- Terjadi perubahan iklim.
2) Upaya untuk mendapatkan besar debit banjir rencana yang lebih mendekati
kenyataan dengan menggunakan rumus-rumus empirik yang didukung oleh hasil
survei dan investigasi, seperti rumus hubungan antara debit banjir rencana dan
debit penuh alur (bankfull discharge); yang berlaku untuk daerah aliran sungai yang
mempunyai kondisi yang serupa dengan daerah aliran sungai yang ditinjau tidak
dilakukan.
3) Upaya untuk mendapatkan besar debit banjir rencana dengan menggunakan hujan
rencana dan model numerik hidrologi yang terkalibrasi dan tervalidasi tidak
dilakukan.

• Aspek Hidraulik
Masalah sedimen dan sampah padat (debris) berupa batang-batang pohon besar adalah
sebagai berikut:
1) Data yang berkaitan· dengan sedimen dan sampah sebagaimana mestinya pada
tahap perencanaan tidak digunakan. Data ini diperlukan antara lain untuk
penentuan jenis bendung, tipe mercu bendung, tipe peredam energi, bahan yang
digunakan untuk lapisan permukaan tubuh bendung dan peredam energi, sistem
pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi, sistem pengelakan, dan
perlindungan terhadap sampah.
2) Kegiatan survei dan investigasi untuk mengatasi ketidaktersediaan data sedimen
dan sampah yang memadai tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.

217
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Aspek Geoteknik
Terjadi beberapa masalah geoteknik pada bangunan prasarana sumber daya air
bendung, baik pada masa pelaksanaan konstruksi maupun pada masa operasi dan
pemeliharaan, misalnya bocoran pada galian pondasi dan tanggul sementara
(cofferdam), gejala erosi buluh (piping) melalui bawah bendung dan belakang tembok
pangkal, ketidakberhasilan pelaksanaan pekerjaan grouting tirai, pada umumnya
disebabkan oleh tidak dilakukannya penyelidikan geoteknik sebagaimana mestinya
pada tahap perencanaan.

DESAIN

Beberapa masalah desain dari aspek hidrologi, hidraulik, geoteknik, struktur, dan gempa
seperti diuraikan di bawah ini teridentifikasi pada tahap desain.

• Aspek Hidrologi
Penentuan debit banjir rencana Odesain mempunyai perbedaan cukup besar
dibandingkan dengan debit banjir yang terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh
penggunaan data yang tidak memenuhi ketentuan kuantitas maupun kualitas data,
penggunaan metode perhitungan yang tidak tepat dan belum diterapkannya berbagai
metode seperti:
./ Menggunakan hujan rencana dan simulasi model hidologi, hubungan hujan dan
debit yang terkalibrasi dan tervalidasi
./ Perhitungan empirik, misalnya perhitungan dengan menggunakan debit penuh
alur, untuk memperoleh besar debit banjir rencana yang mendekati kenyataan.

• Aspek Hidraulik
Desain hidraulik bangunan prasarana sumber daya air bendung yang tidak tepat
meliputi hal-hal berikut:
1) Desain peredam energi belum memperhitungkan dengan saksama terjadinya
degradasi dasar sungai di hilir bendung. Hal ini terlihat dari tipe peredam energi
yang digunakan serta penentuan elevasi lantai peredam energi dan elevasi puncak
am bang akhir yang berada di sekitar elevasi dasar sungai di hilir.
2) Desain sistem pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi belum dikerjakan
dengan baik seperti diuraikan di bawah ini:
Perencanaan tidak menggunakan data sedimen (laju angkutan sedimen dan
karakteristik material sedimen) sebagaimana mestinya, sehingga desain sistem
pengelakan sedimen tidak mampu mengatasi masalah sedimen yang dihadapi.
Bangunan pembilas bendung menggunakan tipe bangunan pembilas biasa yang
hanya efektif untuk membilas dengan menggunakan aliran bebas dengan pintu
bilas dibuka penuh, sedangkan apabila menggunakan aliran lewat bawah pintu,
pembilasan hanya efektif di daerah sekitar pintu bilas dan tidak mencapai daerah
di depan intake. Untuk sungai dengan laju angkutan sedimen tinggi, di mana
operasi pembilasan bendung harus sering dilakukan, tipe bangunan pembilas
bendung yang cocok adalah tipe pembilas bawah (undersluice) yang dapat
menghasilkan daerah bersih endapan di depan intake bukan tipe pembilas biasa.

218
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Untuk saluran penangkap sedimen gunakan saluran tunggal yang


mengharuskan penghentian pasokan air irigasi pada saat dilakukan operasi
pembilasan kantong sedimen. Lain halnya bila menggunakan saluran dengan
dua atau lebih kompartemen karena pembilasan dapat dilakukan secara
bergantian.
3) Desain bangunan prasarana belum memperhitungkan kondisi sampah di sungai dan
daerah aliran sungai dengan saksama sehingga timbul masalah sampah padat
(debris) berupa batang-batang pohon besar seperti diuraikan di bawah ini:
Desain tubuh bendung tetap yang menggunakan tipe bendung gergaji tidak
cocok untuk sungai dengan sampah padat berupa batang-batang pohon besar
karena sampah akan tersangkut di antara gigi-gigi gergaji.
Desain jeruji (rack) penahan sampah (trash rack)/penahan batu-batu besar
(boulder-rack) kurang kuat, sehingga rusak akibat benturan batang-batang
pohon besar.
Desain lapisan pelindung bangunan ~erhadap benturan batang-batang pohon
besar belum diperhitungkan dengan saksama.

• Aspek Geoteknik
Terjadinya ketidaktepatan desain pondasi dan tanggul bangunan prasarana sumber
daya air bendung akibat tidak dilakukannya penyelidikan geoteknik atau tidak
digunakannya data geoteknik yang tepat, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Desain panjang rayapan (creep length) ali ran bawah (seepage) pondasi bangunan
tidak cukup panjang sehingga terjadi gejala erosi buluh (piping) pada tanah pondasi.
Akibatnya, daya dukung tanah pondasi menurun, bahkan menyebabkan terjadinya
rongga di bawah bangunan sehingga bangunan dapat mengalami keruntuhan. Hal
ini perlu mendapat perhatian, terutama untuk bangunan bendung yang didirikan di
atas lapisan tanah aluvial yang tebal.
2) Desain pekerjaan sementara untuk melaksanakan konstruksi berupa galian dan
tanggul sementara (cofferdam) tidak mampu mendukung pelaksanaan pengeringan
(dewatering) karena terjadi kebocoran yang cukup besar. Kejadian ini tidak
diantisipasi sebelumnya dengan menyiapkan upaya-upaya penanggulangan yang
tepat karena tidak didukung oleh data-data geoteknik yang yang dibutuhkan.

• Aspek Struktur
Ketidaktepatan desain struktur bangunan prasarana sumber daya air bendung meliputi
hal-hal berikut:
1) Desain struktur bangunan beton tidak menggunakan siar pemendekan (contraction
joint) sehingga bila terjadi beban lebih, misalnya akibat gempa atau penurunan
tanah pondasi, pada tempat tertentu dari struktur beton yang menerus dapat
mengakibatkan beban momen yang tidak mampu dipikul oleh penampang struktur
setempat sehingga terjadi retaklpatah pada tempat tersebut.
2) Desain tubuh bendung dan bagian-bagian bendung lainnya yang menggunakan
bahan konstruksi beton tidak bertulang menimbulkan masalah keamanan terhadap
beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan. Apalagi bila desain struktur

219
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

tidak menggunakan siar pemendekan dan plat beton penutup permukaan tanggul
(concrete lining) tidak menggunakan rib-rib pengkaku.
3) Desain struktur belum memperhitungkan beban gempa secara tepat.

• Aspek Gempa
Terjadinya kerusakan pada struktur bangunan akibat gempa dapat disebabkan oleh
ketidaktepatan perhitungan gempa pada desain struktur, khususnya dalam penentuan
percepatan gempa rencana.

31.1.2 PERMASALAHAN TAHAP PELAKSANAAN (IMPLEMENTAS!)

Pada tahap pelaksanaan (implementasi) konstruksi teridentifikasi beberapa masalah


hidrologi, hidraulik, geoteknik, struktur, gempa, manajemen mutu, dan pendanaan seperti
diuraikan di bawah ini.

• Aspek Hidrologi
Banjir yang terjadi pada waktu pelaksanaan konstruksi melebihi kapasitas pengaliran
saluran pengelak, berarti debit banjir rencana yang ditentukan untuk melaksanakan
konstruksi sudah terlampaui oleh debit banjir yang terjadi. Contoh kasus semacam ini
terjadi tahun 1996 saat pelaksanaan konstruksi Bendung Pamarayaan Baru dengan
pengelakan aliran melalui Bendung Pamarayan (lama) yang pada waktu itu masih
beroperasi. Tetapi karena kondisi keamanan Bendung Pamarayan (lama) sudah
mengkhawatirkan, sebagian debit banjir dialirkan melalui Bendung Pamarayan Baru
yang belum siap dioperasikan sehingga peredam energi bendung mengalami
kerusakan.
Kejadian serupa, tahun 2002 dan 2003 terjadi pada Bendung Kalibumi, Papua. Pada saat
itu dilaksanakan konstruksi tanggul penutup permanen dan pelimpah tambahan
dengan pengelakan aliran melalui pelimpah utama bendung yang sudah dioperasikan.
Pada saat pelaksanaan sering kali terjadi banjir besar yang selalu menghancurkan
tanggul pengelak sementara (cofferdam) Bendung Kalibumi.

• Aspek Hidraulik
Limpasan dan gerusan pada tanggul pengelak sementara, merusak bahkan
menghancurkan tanggul karena banjir yang terjadi lebih besar dari banjir rencana yang
diperkirakan untuk periode pelaksanaan konstruksi.

• Aspek Geoteknik
Masalah yang terjadi pada saat pengeringan (dewatering) adalah kebocoran yang
dialami area kerja yang sulit ditanggulangi dengan grouting akibat tidak tersedianya
data geoteknik yang memadai. Semua ini terjadi akibat penyelidikan geoteknik tidak
dilakukan atau penyelidikan geoteknik yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam spesifikasi teknik.

220
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Aspek Struktur
Material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi teknik saat melaksanakan
konstruksi tanggul (embankment) dan pelaksanaan pemadatan yang dapat disebabkan
oleh kurangnya pengawasan.
• Aspek Struktur
Material yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi teknik saat melaksanakan
konstruksi tanggul (embankment) dan pelaksanaan pemadatan, yang dapat disebabkan
oleh kurangnya pengawasan.
• Aspek Gempa
Kerusakan akibat gempa pada bangunan yang masih dalam pelaksanaan konstruksi
menyebabkan waktu pelaksanaan konstruksi menjadi lebih lama. Contoh kasus
semacam ini terjadi pada pelaksanaan konstruksi Bendung Kalibumi di Kabupaten
Nabire, Papua yang kegempaannya mempunyai intensitas dan frekuensi kejadian yang
tinggi. Akibatnya sampai tahap ke-1 0 pelaksanaan konstruksi masih belum selesai. Hal
ini dapat terjadi karena beban gempa yang mungkin terjadi pada waktu melaksanakan
konstruksi belum dapat diperkirakan dengan tepat.

• Aspek Manajemen Mutu


Manajemen mutu belum dilaksanakan dengan baik karena kemampuan personil
pelaksana pekerjaan dalam menerapkan manajemen mutu sesuai dengan Norma,
Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM) belum memadai.

• Aspek Pendanaan
Pencairan dana yang terlambat untuk melaksanakan konstruksi mengakibatkan sisa
waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan menjadi sangat terbatas,
karenanya konstruksi tidak dapat diselesaikan secara sempurna.

OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pada tahap pelaksanaan (implementasi) teridentifikasi beberapa masalah operasi dan


pemeliharaan aspek hidrologi dan hidraulik seperti diuraikan di bawah ini.

• Aspek Hidrologi
Debit banjir yang terjadi melebihi debit banjir rencana pada pengoperasian bendung
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan.

• Aspek Hidraulik
Berikut adalah masalah-masalah yang terjadi berkaitan dengan kondisi sedimen dan
sampah:
1) Bangunan pembilas bendung tipe pembilas bawah tidak dioperasikan karena
khawatir lubang pembilas tersumbat oleh sampah padat yang berupa batang-
batang pohon besar. Akibatnya di hulu bendung terjadi endapan sedimen yang
menghalangi ali ran masuk ke intake.
2) Tumpukan sampah padat berupa batang-batang pohon besar di hulu bendung
mengganggu pengoperasian bendung karena menyebabkan berkurangnya

221
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

kapasitas pengaliran bendung dan meningkatnya endapan sedimen di hulu


bendung, akibatnya terjadi agradasi pada ruas sungai di hulu bendung.
3) Operasi pembilasan saluran penangkap sedimen dengan saluran tunggal kurang
efektif karena terbatasnya kesempatan untuk melakukan pembilasan untuk menjaga
kecukupan pasokan air irigasi.
4) Kesulitan pengoperasian bendung karet disebabkan oleh terjadinya sedimentasi
pada bentang bendung sehingga penggembungan tubuh bendung pada bentang
yang bersangkutan tidak dapat dilakukan.

31.2 SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


31.2.1 TINDAK LANJUT TAHAP PERENCANAAN

SURVEI DAN INVESTIGASI

Tindak lanjut untuk mengatasi masalah pada tahap perencanaan disarankan agar
melakukan kegiatan-kegiatan survei dan investigasi hidrologi, hidraulik, dan geoteknik
dengan mengacu kepada NSPM yang relevan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) seperti
diuraikan di bawah ini.

• Aspek Hidrologi
1) Kumpulkan data parameter hidrologi, antara lain curah hujan, karakteristik DAS dan
debit aliran yang memadai, baik secara kualitas maupun secara kuantitas, untuk
digunakan dalam analisis penentuan debit banjir rencana sehingga hasilnya dapat
diandalkan.
2) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan lapangan yang sesuai dengan keperluan untuk analisis penentuan
debit banjir rencana dengan berbagai metode yang berlaku, seperti menggunakan
hujan rencana dan model simulasi hubungan curah hujan dan debit yang
terkalibrasi dan tervalidasi termasuk metode dengan menggunakan perhitungan
debit penuh alur (bankfull discharge) sebagai upaya untuk mendapatkan debit banjir
rencana yang mendekati kenyataan.

• Aspek Hidraulik
1) Kumpulkan data sedimen, seperti jenis dan gradasi butir material sedimen, laju
angkutan sedimen dasar dan konsentrasi angkutan sedimen layang yang memadai
baik secara kualitas maupun secara kuantitas untuk digunakan dalam analisis
estimasi kuantitas muatan sedimen sungai, penentuan dimensi bangunan pembilas
bendung, dan penentuan dimensi saluran penangkap sedimen dari bangunan
prasarana sumber daya air bendung.
2) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan lapangan untuk mendapatkan data sedimen yang diperlukan.
3) Kumpulkan data sampah, antara lain kondisi Uenis, ukuran dan jumlah) sampah
padat di sungai dan potensi produksi sampah padat daerah aliran sungai yang
memadai baik secara kualitas maupun secara kuantitas, untuk menganalisis estimasi
kuantitas muatan sampah di sungai, menentukan desain konstruksi pengelak dan

222
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

penahan sampah, dan menentukan lapisan pelindung permukaan bangunan


terhadap benturan sampah dari bangunan prasarana sumber daya air bendung.
4) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan pengamatan, pengukuran dan
penyelidikan lapangan untuk mendapatkan data sampah yang diperlukan.

• Aspek Geoteknik
1) Kumpulkan data geoteknik, antara lain karakteristik geoteknik lapisan tanah dan
batuan pondasi, dan kedalaman air tanah, yang memadai baik secara kualitas
maupun secara kuantitas untuk menganalisa daya dukung pondasi, menentukan
desain panjang rayapan (creep length) aliran bawah (seepage) pondasi, dan
menentukan desain grouting.
2) Bila data yang diperlukan tidak memadai, lakukan penyelidikan geoteknik lapangan
dan laboratorium untuk mendapatkan data geoteknik yang diperlukan.

DESAIN
Tindak lanjut untuk mengatasi masalah pada tahap perencanaan disarankan agar
menerapkan desain yang mempertimbangkan aspek hidrologi, hidraulik, geoteknik,
struktur dan gempa dengan mengacu kepada norma, standar, pedoman dan manual
(NSPM) yang relevan dari Standar Nasionallndonesia (SNI) seperti diuraikan di bawah ini.

• Aspek Hidrologi
Untuk menentukan debit banjir rencana (Qdesainl gunakan data parameter hidrologi yang
sesuai dan memadai serta metode perhitungan yang tepat. Jika diperlukan gunakan
perhitungan debit banjir rencana melalui hujan rencana dan model simulasi hidrologi
hubungan curah hujan dan debit yang terkalibrasi dan tervalidasi. Selain itu dapat juga
menggunakan berbagai metode perhitungan empirik seperti perhitungan dengan
menggunakan debit penuh alur untuk memperoleh besaran debit banjir rencana yang
mendekati kenyataan.

• Aspek Hidraulik
Terapkan kriteria desain hidraulik bangunan prasarana sumber daya air bendung
dengan tepat seperti uraian berikut.
1) Perhitungkan desain peredam energi terhadap kemungkinan terjadinya degradasi
dasar sungai di hilir bendung dengan menurunkan elevasi lantai peredam energi
sekurang-kurangnya 2,0 m dari elevasi hasil perhitungan sebelum degradasi.
2) Buat desain sistem pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi seperti diuraikan
di bawah ini:
Buat desain sistem pengelakan sedimen masuk ke jaringan irigasi berdasarkan
data sedimen yang benar dan akurat.
Gunakan tipe bangunan pembilas bawah (undersluice) yang efektif agar
menghasilkan daerah bersih endapan di depan intake dan cocok untuk sungai
dengan laju angkutan sedimen tinggikarena operasi pembilasan bendung harus
sering dilakukan.

223
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Gunakan saluran penangkap sedimen dengan dua atau lebih kompartemen


sehingga pembilasan kantong sedimen dapat dilakukan secara bergantian agar
tidak mengganggu pasokan air irigasi.
3) Desain bendung harus memperhitungkan kondisi sampah di sungai dan daerah
aliran sungai seperti diuraikan di bawah ini:
Desain untuk sungai dengan kondisi sampah padat (misalnya batang-batang
pohon besar) jangan menggunakan bendung tetap tipe gergaji karena sampah
akan tersangkut di antara gigi-gigi gergaji, tetapi gunakan bendung tetap
dengan mercu tipe bulat, agee, atau am bang Iebar.
Desain konstruksi pengelak dan penahan sampah serta lapisan pelindung
bangunan hendaknya memperhitungkan kekuatan benturan sampah yang
berupa batang-batang pohon besar.

• Aspek Geoteknik
Buatlah desain pondasi dan tanggul bangunan prasarana sumber daya air bendung
berdasarkan data geoteknik yang benar dan akurat berdasarkan hasil penyelidikan
geoteknik lapangan dan laboratorium.

• Aspek Struktur
Desain struktur bangunan prasarana sumber daya air bendung, terutama yang
menggunakan bahan konstruksi beton bertulang harus dibagi menjadi blok-blok
dengan menggunakan siar pemendekan (contraction joint). Tujuan utamanya adalah
untuk membatasi daerah kerusakan bila terjadi kegagalan struktur, menghindari
momen lebih yang terjadi pada struktur menerus, menghasilkan dimensi struktur yang
lebih efisien, dan memudahkan pelaksanaan konstruksi.

• Aspek Gempa
Desain struktur bangunan harus memperhitungkan gempa dengan menggunakan
percepatan gempa rencana yang tepat.

31.2.2 TINDAK LANJUTTAHAP PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI)

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Sebagai tindak lanjut untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul pada
tahap pelaksanaan (implementasi) disarankan untuk menyiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan konstruksi dari aspek hidrologi, hidraulik, geoteknik, struktur, gempa,
manajemen mutu, dan pendanaan dengan mengacu kepada norma, standar, pedoman,
dan manual (NSPM) yang relevan dari Standar Nasionallndonesia (SNI), seperti diuraikan di
bawah ini.

• Aspek Hidrologi dan Hidraulik


Perlu disiapkan langkah-langkah antisipasi dalam masa pelaksanaan konstruksi untuk
menghadapi kejadian banjir dengan debit yang melebihi debit banjir rencana untuk
pelaksanaan konstruksi, sebagai berikut:
1) Menyiapkan peralatan dan bahan-bahan untuk pekerjaan darurat peninggian
tanggul, seperti escavator, bulldozer, karung-karung pasir, dan lain-lain.

224
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2) Membuat pelimpah darurat pada tanggul (fuse plug), yang akan terbuka apabila
banjir mencapai ketinggian tertentu.

• Aspek Geoteknik
Mengadakan penyelidikan geoteknik yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
sementara, seperti pembuatan tanggul sementara dan pengeringan area kerja, dengan
mempertimbangkan kondisi geologi setempat, desain bangunan, serta skala pekerjaan
dan lama waktu pelaksanaan konstruksi.

• Aspek Struktur
Perlunya peningkatan pengawasan pelaksanaan konstruksi dengan menempatkan
petugas-petugas yang kompeten di bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Berkaitan dengan hal ini perlu dilakukan pelatihan yang relevan untuk tenaga-tenaga
pengawas pelaksanaan konstruksi.

• Aspek Gempa
Untuk pelaksanaan konstruksi di daerah rawan gempa dengan tingkat kekuatan dan
frekuensi gempa yang tinggi perlu disiapkan langkah-langkah antisipasi terhadap
gempa yang mungkin terjadi dalam masa pelaksanaan konstruksi, sebagai berikut:

1) Desain bangunan-bangunan sementara untuk pelaksanaan konstruksi


diperhitungkan terhadap gempa yang mungkin terjadi.
2) Menyiapkan rencana tindakan penyelamatan manusia, fasilitas, dan peralatan
apabila terjadi gempa.

• Aspek Manajemen Mutu


Meningkatkan kemampuan personil pelaksana pekerjaan dalam menerapkan
manajemen mutu pelaksanaan konstruksi sesuai dengan NSPM.

• Aspek Pendanaan
Merencanakan pencairan (disbursement) dana yang dialokasikan dengan baik sesuai
dengan kebutuhan pelaksanaan konstruksi mulai dari tahap persiapan sampai
penyerahan akhir pekerjaan (final hand over). Selain itu perlu dihindari/ditanggulangi
masalah-masalah yang dapat mengganggu kelancaran pencairan dana pelaksanaan
konstruksi.

OPERAS! DAN PEMELIHARAAN

Sebagai tindak lanjut untuk mengantisipasi permasalahan yang mungkin timbul pada
tahap pelaksanaan (implementasi) disarankan untuk menyiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dari aspek hidrologi dan hidraulik, dengan
mengacu kepada norma, standar, pedoman, dan manual (NSPM) yang relevan dari Standar
Nasionallndonesia (SNI), seperti diuraikan di bawah ini.

225
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Aspek Hidrologi

Menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kejadian banjir dengan


debit yang lebih besar dari debit banjir rencana bangunan prasarana sebagai berikut:

1) Membuat manual operasi dan pemeliharaan untuk keadaan darurat kejadian banjir
yang lebih besar dari banjir rencana, yang mencakup peringatan dini, pengoperasian
bangunan prasarana, penyelamatan manusia dan harta benda, serta
penanggulangan kerusakan yang terjadi.
2) Mengadakan pelatihan petugas pelaksana operasi dan pemeliharaan untuk
menghadapi keadaan darurat kejadian banjir yang lebih besar dari banjir rencana.

• Aspek Hidraulik
Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan untuk mencapai
kinerja bangunan prasarana yang optimal sebagai berikut:

1) Membuat manual operasi dan pemeliharaan untuk bendung tetap, bendung gerak,
dan bendung karet, khususnya dalam hal pengelolaan sedimen dan sampah padat
(debris) yang mencakup operasi dan pemeliharaan bangunan pembilas bendung,
bangunan pengambil (intake), dan saluran penangkap sedimen.
2) Mengadakan pelatihan petugas pelaksana operasi dan pemeliharaan untuk
bendung tetap, bendung gerak, dan bendung karet, khususnya dalam hal
pengelolaan sedimen dan sampah padat (debris).

226
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2003:
"Penanggulangan Kerusakan Peredam Energi dan Bangunan Pengendali Dasar Sungai
Bendung Gerak Pamarayan, Propinsi Banten".

2. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2003:
"Tahap Pelaksanaan Rehabilitasi Bendung Karet Jatimlerek di S. Brantas, Propinsi Jawa
Timur".

3. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Batang Alai, Propinsi Kalimantan Selatan".

4. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Pitap, Propinsi Kalimantan Selatan".

5. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Way Geren Tahap II, Propinsi Maluku".

6. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Pembangunan Bendung Way Samal Tahap II, Propinsi Maluku".

7. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Penyesuaian Desain dan Penanggulangan Kerusakan Bendung Kalibumi Pasca Gempa
2004, Propinsi Papua".

8. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Perbaikan Bendung Karet Jatimlerek, Propinsi Jawa Timur".

9. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004:
"Perbaikan Bendung Kobe, Propinsi Maluku Utara".

10. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2004: "
Perbaikan Bendung Tutiling, Propinsi Maluku Utara".

11. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2004:"
Revitalisasi Sistem Bendung Tami Proyek lrigasi Jayapura, Propinsi Papua".

12. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2004: "
Bendung Karet Krueng Aceh, Propinsi Nangroe Aceh Darussalam".

13. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2004: "
Perbaikan Bendung Daerah lrigasi Air Selagan, Propinsi Bengkulu".

14. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005:"
Metode Perbaikan Kerusakan Bendung Kalibumi, Kabupaten Nabire, Propinsi Papua".

15. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005: "
Pembangunan dan Pengoperasian Bendung-bendung di Propinsi Maluku".

16. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005:"
Penyusunan Konsep Perbaikan dan Pengamanan Bendung Kalibumi, Propinsi Papua".

Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung 227


Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

17. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2005: "
Bendung Karet Jabung, Propinsi Lampung".

18. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2007:
"Pemilihan Lokasi Bendung Kobi di Sungai Kobi, Pulau Seram, Propinsi Maluku".

19. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2007:
"Penanggulangan Kerusakan Bendung Air Pangi, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatera
Selatan".

20. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2007:
"Rekomendasi Teknis Penanganan Bendung Bt. Agam Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera
Barat".

21. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2008:
"Rehabilitasi Bendung Sausu di Propinsi Sulawesi Tengah".

22. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2009:
''Tanggapan Singkat Desain RehabilitasiiPemantapan danlatau Peningkatan Bendung
Danawarih di Kabupaten legal, Propinsi Jawa Tengah".

23. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2009:
"Review Desain Bendung Slinga di Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa Tengah".

24. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA- 2009:
"Pembangunan Bendung Klarik, di Daerah lrigasi Klarik, Kabupaten Natuna, Propinsi
Kepulauan Riau".

25. Pusat Litbang Sumber Daya Air, Laporan Advis Teknik I Uji Keandalan Mutu, TA - 2009:
"Konsolidasi Dam Sungai Ciberang, Propinsi Banten".

228 Kompendium Advis Teknis berbagai Jenis Ben dung

Anda mungkin juga menyukai