PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seorang mahasiswa Teknik Sipil diharapkan mampu mengaplikasikan
ilmunya dalam dunia konstruksi sipil dengan tepat guna untuk menghasilkan
konstruksi yang aman, kuat, stabil, nyaman, dan ramah lingkungan. Selain ilmu
dan keterampilan, dibutuhkan juga pengalaman yang cukup. Oleh karena itu untuk
mengetahui bagaimana suatu pekerjaan baik perencanaan maupun pelaksanaan
struktur dan konstruksi serta hubungan profesional antara pelakunya itu berjalan
di dunia nyata, seorang mahasiswa diberikan kewajiban untuk terjun langsung
melihat permasalahan di lapangan, akan diperoleh pemahaman yang lebih matang.
Dengan mengacu pada kenyataan yang ada, maka perguruan tinggi seperti
Politeknik Negeri Bandung dirasakan perlu untuk menyelenggarakan program
Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu mata
kuliah wajib bagi mahasiswa program studi diploma IV Teknik Perancangan Jalan
dan Jembatan yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun akademik 2012/2013.
Dalam Praktek Kerja Lapangan ini, mahasiswa diarahkan untuk melihat,
mengamati, mencatat dan mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang sedang berlangsung di lapangan. Kemudian mencoba membandingkan
kenyataan yang ada di lapangan dengan bekal teori yang telah didapatkan dalam
kegiatan perkuliahan, yang hasil pengamatannya dituliskan dalam sebuah laporan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup pesat didukung dengan
berkembangnya sektor pemukiman dan perkantoran menuntut penyediaan
infrastruktur transportasi (termasuk jalan dan jembatan) yang memadai. Kawasan
Pemukiman dan Perkantoran di wilayah Jalan Trans Yogie (Alternatif Cibubur)
yang tumbuh sangat pesat menjadi pusat bangkitan lalu lintas (generatic traffic)
yang sangat besar yang perlu diimbangi dengan peningkatan insfrastruktur jalan
dan jembatan di wilayah tersebut. Hal ini telah disadari oleh pemerintah sejak
dicanangkan Konsep Penanganan Jaringan Jalan guna mendukung Kawasan
Pemukiman dan Perkantoran. Kondisi jaringan jalan dan jembatan yang ada saat
ini, khususnya Jalan Trans Yogie sudah tidak memadai lagi pada saat pagi dan
sore hari karena jalan tersebut sudah 3 (tiga) lajur, tetapi jalan yang ada di
Cibubur Junction tidak dapat menampung arus lalu lintas karena merupakan
pertemuan arus lalu lintas yang keluar tol jagorawi, yang dari jalan Trans Yogie
menuju tol dan yang keluar pintu tol Cibubur menuju jalan Jambore dan Radar
AURI. Untuk mengatasi hal ini perlu dibangun jalan baru guna mengurangi
kepadatan lalu lintas di Cibubur Junction. Kondisi tersebut melatar belakangi
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum
melaksanakan paket
1.2
Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa Program
b.
c.
d.
e.
f.
g.
1.3
Ruang Lingkup
Paket Pembangunan Underpass Cibubur terdiri dari beberapa macam
pekerjaan yaitu Perkerasan Rigid, Retaining Wall, Galian Tanah, Timbunan, Steel
Sheet Pile, Drainase, Bored Pile, Cover Wall, Capping Beam, Parapet, dan
Jacking Box Underpass.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis membatasi lingkup pembahasan
yaitu pada pelaksanaan pekerjaan Bored Pile dan Steel Sheet Pile di proyek
Pembangunan Underpass Cibubur.
1.4
ini adalah :
1. Observasi
Yaitu melakukan peninjauan langsung ke lapangan secara berulang-ulang
untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas tentang proyek yang
sedang diamati.
2. Wawancara
Yaitu data yang diperoleh dengan mewawancarai narasumber di lapangan yang
memiliki hubungan langsung dengan proyek yang sedang diamati, misal :
owner, kontraktor, konsultan, dan pekerja.
3. Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh melalui foto/video kegiatan yang
berlangsung di lapangan.
4. Kajian Pustaka
Yaitu mengumpulkan, memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku,
literatur, diktat, catatan kuliah, dan sumber lain yang erat kaitannya dengan
proyek yang sedang diamati.
1.5
Sistematika Pembahasan
Penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dibuat secara sistematis
Pendahuluan
Berisi uraian tentang latar belakang, tujuan, lingkup pembahasan, metode
pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1
Kondisi Proyek
Paket Pembangunan Underpass Cibubur terletak setelah Exit Gate
Uraian Pekerjaan
UMUM
Mobilisasi
Manajemen Dan Keselamatan Lalu Lintas
Manajemen Mutu
Jumlah Bobot Pekerjaan BAB I
DRAINASE
Galian Untuk Selokan Drainase Dan Saluran Air/ Kuras Saluran
Gorong-Gorong Pipa Beton Bertulang, Diameter Dalam 800 Mm
Saluran Berbentuk U Tipe DS-1a
Saluran Berbentuk U Tipe DS-2
Saluran Berbentuk U Tipe DS-2a
Saluran Berbentuk DS-3
Gorong-Gorong Kotak 1,2 M X 1,5 M
Gorong-Gorong Kotak 1,6 M X 1,75 M
Jumlah Bobot Pekerjaan BAB II
PEKERJAAN TANAH
Galian Biasa
Galian Struktur
Galian Perkerasan Beraspal Tanpa Cold Mining Machine
Bobot
0.810
0.048
0.149
1.007
0.176
0.075
0.937
0.619
0.292
0.844
0.216
0.728
3.889
1.346
0.607
0.016
3.1.9
3.2.1
3.3
0.035
0.159
0.081
2.244
0.567
3.405
0.696
4.668
0.039
0.018
0.376
0.124
0.095
0.725
0.774
0.045
2.196
5.887
5.517
0.600
0.180
1.392
11.152
31.761
7.296
0.010
0.084
1.243
13.820
78.942
0.021
0.084
0.018
0.004
0.144
0.184
0.219
0.014
0.123
0.513
0.180
0.012
4.349
0.048
5.913
0.553
0.000
0.352
0.147
0.000
0.090
1.142
100.00
2.1.1
1.
Galian Tanah
2.
3.
Pekerjaan Drainase
4.
Pekerjaan Pembesian
5.
6.
7.
Pekerjaan Parapet
Lokasi Proyek
Lokasi pekerjaan paket Pembangunan Underpass Cibubur berada di
sekitar off ramp Cibubur jalan Tol Jagorawi KM 14 arah Jakarta, dan di sebelah
kiri jalan Trans Yogie sebelum on ramp Cibubur arah Bogor. Berikut ini gambar
peta lokasi Underpass Cibubur yang akan dibangun oleh kontraktor PT. Brantas
Abipraya.
RENCANA
UNDERPASS
AKHIR PROYEK
AWAL PROYEK
2.1.2
Kondisi Lapangan
Berikut ini gambar-gambar yang terlihat secara umum pada proyek
Gambar 2.7 Detour yang dipasang MCB + pagar seng + traffic cone
Sumber: Dokumentasi pribadi
2.2
Tujuan Proyek
Tujuan dari Pembangunan Underpass Cibubur adalah memberikan
kenyamanan dan kelancaraan arus lalu lintas bagi pengguna jalan, dari arah jalan
Trans Yogie menuju Jakarta.
2.3
Data Proyek
Data proyek Pembangunan Underpass Cibubur terdiri dari data teknis
Data Teknis
Nama Proyek
Panjang Total
: 440 m
Station
Tipe Konstruksi
: Beton Bertulang
Ramp Timur
- Panjang
: 111 m
- Station
: 0+110 - 0+221.216
- Lebar
: 7 m (2 lajur, 1 arah)
- Perkerasan
: Rigid Pavement, t = 30 cm
AC-WC, t = 4 cm
: 93 m
- Station
: 0+221.216 - 0+314.065
- Lebar bersih
: 8,5 m
- Lebar Jalan
: 7 m (2 lajur, 1 arah)
: 80 cm, AC-BC, t = 6 cm
AC-WC, t = 4 cm
Ramp Barat
- Panjang
: 236 m
- Station
: 0+314.065 - 0+550
- Lebar
: 7 m (2 lajur, 1 arah)
- Perkerasan
: Rigid Pavement, t = 30 cm
AC-WC, t = 4 cm
2.3.2
Data Administrasi
Nama Proyek
Jenis Pekerjaan
Lokasi
Wilayah
Pengguna Jasa
Konsultan Perencana
Konsultan Pengawas
Kontraktor
Sumber Dana
Nilai Kontrak
: Rp 47.999.876.000,-
No. Kontrak
: 01/KTR/PPK-STMSTY/SNVT-PJNM-IJ/III/2012
Tanggal Kontrak
: 21 Maret 2012
Masa Pelaksanaan
Masa Pemeliharaan
Jenis Kontrak
Uang Muka
: 20%
Retensi
: 5%
2.4
Cara Pembayaran
: Sertifikat Bulanan
Eskalasi
:-
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria
mutunya telah digariskan dengan jelas (Suharto, 1995).
Struktur organisasi dalam suatu proyek adalah gabungan beberapa
organisasi proyek yang memiliki hubungan kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu yang dikehendaki. Hubungan kerjasama merupakan suatu hubungan yang
berdasarkan atas kontrak dua pihak atau lebih yang terlibat kerjasama, dimana
kontrak itu sendiri adalah persetujuan antara kedua belah pihak atau lebih yang
mempunyai kekuatan hukum. Kesepakatan itu dapat tercapai setelah satu dari
kedua pihak tersebut menerima penawaran yang diajukan oleh pihak yang lain
untuk melakukan sesuatu seperti yang telah tercantum dalam penawaran.
Hubungan kerjasama antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa
diperlukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan didapatkan hasil konstruksi yang
baik sesuai waktu dan mutu.
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi dengan menggunakan kontrak
konvensional pembagian tugasnya sederhana, yaitu Pengguna Jasa menugaskan
Penyedia Jasa untuk melaksanakan salah satu aspek pembangunan saja. Setiap
aspek satu Penyedia Jasa dimana perencanaan, pengawasan, pelaksanaan
dilakukan Penyedia Jasa yang berbeda. Oleh karena itu pengawas pekerjaan
secara khusus diperlukan untuk mengawasi pekerjaan Penyedia Jasa. Adapun
diagram hubungan kerja antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam kontrak
konvensional konstruksi dapat dilihat pada struktur organisasi proyek di bawah
ini.
Pemilik
(Owner)
Konsultan
Pengawas
Konsultan
Perencana
Kontraktor
Sub Kontraktor
Keterangan :
Garis Komando
Garis Koordinasi
Garis Hubungan Kontrak
Hubungan ini adalah hubungan kontrak dimana pihak pihak diatas telah
membuat perjanjian sesuatu hal dan dengan ketentuan-ketentuan yang
tercantum didalam masing-masing kontrak. Dalam hal ini masing-masing
pihak harus menjalankan tugasnya sesuai isi perjanjian dan akan mendapat
haknya sesuai yang dijanjikan dalam kontrak.
3. Hubungan Koordinasi
Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki
hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak
konsultan pengawas dengan pihak kontraktor. Mereka dapat melakukan
kerjasama dalam meelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi
dilapangan.
Hubungan kontrak dan hubungan kerjasama antar pihak-pihak dalam
struktur organisasi proyek di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
2.5
Underpass Cibubur mulai dari tahap ide sampai dengan tahap pelaksanaan secara
garis besar dapat dibagi menjadi tiga pihak:
1. Pemilik Proyek/ owner
2. Pihak Konsultan (perencana/ pengawas)
3. Pihak Kontraktor (pelaksana)
2.5.1
Pemilik Proyek
Pemilik Proyek (owner) adalah pejabat pembuat komitmen yang ditunjuk
b.
c.
d.
e.
Menandatangani semua Surat Kontrak dan Surat Perintah Kerja baik kepada
para konsultan maupun kepada para kontraktor.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
bertindak sebagai owner adalah Dinas Bina Marga Balai Pelaksanaan Jalan
Nasional IV. Susunan struktur organisasi owner proyek Pembangunan Underpass
Cibubur bisa dilihat pada gambar 2.10 berikut.
Pejabat Pembuat Komitmen
Ir. Edyson Rombe, MT
Kepala Urusan Tata Usaha
Ramli Hutauruk, Amd
Kepala Pelaksana/
Pengawas Lapangan
Adrian M.R. Paranoan, ST,
M.Sc
Pengawas
Pembangunan
Pengawas Peningkatan /
Pemeliharaan Berkala
Agus Putra
Mohammad Soleh
Ida POR Manurung
Fitriyani
Pramudji Antoro
Suryono
Arief Prihadi
Puji Astuti
Pelaksana
Pemeliharaan Rutin
-
Suharyanto
Arif Sejahtera
Alser pasang
Lukman Aji Kuswoko
Siswantoro
Arnold Lenama
2.5.2
Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.5.3
Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah badan atau pejabat yang ditunjuk pengguna
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Supervision
Engineer
Noeng Poerwoko
Quantity
Engineer-1
Nur Rochman
Quantity
Engineer-2
Ananda Hirawadi
Structure
Engineer
Demiyanti Melawat
Highway
Engineer
Tomy Tarigan
Geotechnic
Engineer
Budi Susetyo
Inspector-1
Hadi Soleh
Surveyor-1
Edi Susilo
Lab Technician-1
Anggri Apriawan
Inspector-2
Eko Sriyadi
Surveyor-2
Dayat
Lab Technician-2
Idvan
Quality Engineer
Elon Ahmadi
2.5.4
Kontraktor
Menurut Ervianto (2002) definisi perusahaan kontraktor adalah orang
atau
badan
hukum
atau
perorangan
yang
menerima
pekerjaan
dan
b.
c.
d.
Membuat rencana kerja (time schedule), man power dan jadwal pengadaan
bahan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
General Superintendent
Ir. Darwis Ahmad, MM
Manajemen Mutu &
SMK3L
Ilham Hafid/ Dody
Quaryanto
Site Manager
Ir. Dody Perbawanto
Adm Operasional
Bustanil
Pelaksana I
Mulyanto
Progress Report
Agus Widyanto
ISSCS
Indra Kurniawan
Logistik
Ari Mulyani
Pelaksana II
Budi Perwanto
Peralatan
Sigit Hermantoi
Pelaksana III
Aris Sulistio
Cost Control
Bustanil
Surveyor
Bambang/ Agus Bawono
BAB III
PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PROYEK
3.1
Umum
Bidang yang diamati pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan penulis
konstruksi
yang
sedang
berlangsung pada
proyek
3.2
Perancangan Proyek
Perancangan adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang
bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem
secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Pressman, 2001).
Konstruksi yang akan dibahas pada perancangan proyek ini adalah konstruksi
underpass pada pekerjaan pondasi bored pile dan sheet pile.
3.2.1
Dasar Teori
Mengungkapkan beberapa dasar teori yang telah ada tentang pondasi
mendukung bangunan yang menahan gaya angkat, terutama pada bangunan tinggi
yang dipengaruhi oleh gaya penggulingan akibat beban angin. Tiang juga
digunakan untuk mendukung bangunan dermaga. Pada bangunan ini, tiang-tiang
dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal dan gelombang air.
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :
a.
Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak,
ke tanah pendukung yang kuat;
b.
c.
d.
e.
f.
Tiang perpindahan besar (Large displacement pile), yaitu tiang pejal atau
berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga
terjadi perpindahan volume tanah yang relatif cukup besar. Termasuk dalam
tiang perpindahan besar atalah tiang kayu, beton pejal, beton prategang (pejal
atau berlubang), baja bulat (tertutp di ujungnya);
2.
3.
Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile), terdiri dari tiang yang
dipasang di dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah.
Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah tiang bor, yaitu tiang beton
yang pengecorannya langsung dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa
baja diletakkan dalam lubang dan di cor beton).
Berdasarkan bahan
b.
c.
d.
(a)
(b)
Gambar 3.2 (a)Tiang kayu & (b) Tiang baja
Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
(c)
(d)
Gambar 3.3 (c) Tiang beton pracetak & (d) Tiang beton cor di tempat
Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
(a)
(b)
Gambar 3.4 (a) Friction Pile (b) Point Bearing Pile
Sumber: Buku rekayasa pondasi 2 studi tpjj
3. Kombinasi 1 dan 2
Dinding turap tidak cocok untuk menahan tanah timbunan yang sangat
tinggi karena akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu,
dinding turap juga tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak
batuan-batuan, karena menyulitkan pemancangan.
atas muka air, maka perlu diberikan lapisan pelindung agar tidak mudah lapuk.
Turap ini banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan sementara.
bergantung pada banyak faktor, misal kekakuan relatif bahan turap, kedalaman
penetrasi turap, kemudah-mampatan tanah, kuat geser tanah, keluluhan angker,
dll.
Ground Anchor
Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan nama Ground Anchor.
Dalam metode ini pemboran dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri
dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang
lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen
dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang
hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk
memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk melawan
tekanan tanah seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang juga
dipergunakan untuk konstruksi yang permanent tetapi pada dasarnya hanyalah
dipakai untuk konstruksi sementara. Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu
daerah di mana sedang dikerjakan penurapan sedangkan penopang ataupun tiangtiang antara tidak dibutuhkan maka akan diperoleh daerah yang lebih luas di
antara dinding turap, yang memungkinkan penggalian dengan alat-alat berat.
Bond Length (fixed anchor length) adalah sebagian dari panjang anchor yang
direncanakan untuk mampu mentransfer gaya tarik yang terjadi ke tanah
disekitarnya. Bond Length ini terdiri dari :
1. Rangkaian sekelompok strand atau prestressing bar
2. Centralizer
3. Spreader ring
4. Grout tube
5. Cement grout
2.
Free Length adalah sebagian dari panjang anchor dimana anchor tersebut
diikatkan sampai ujung atas bond length. Free length ini memungkinkan
pemberian gaya awal pada ground anchor, dan juga berfungsi untuk membypass lapisan tanah lunak. Free length ini terdiri atas :
1. strand/bar yang diberi gemuk (greese)
2. HDPE smmoth sheath yang membungkus masing-masing strand/bar
3. Centralizer
4. Grout tube
5. Cement grout
6. Inflatable packer
3.
lokasi dinding turap direncanakan akan dibangun jalan, derek atau bangunan berat
lainnya.
3.2.2
Konsep Perancangan
Kondisi fisik permukaan tanah di lokasi proyek Pembangunan Underpass
Cibubur secara umum menunjukkan relatif tidak datar. Secara umum tanah di
daerah tersebut dominan terdiri dari perselingan lempung berwarna merah bata
hingga kedalaman 5 - 5,5 m, serta lanau (weakly cemented) dan tanah pasiran
yang mengandung kerikil hingga bongkah batuan andesit dijumpai pada
kedalaman dibawah 14 m hingga kedalaman 30 m dibawah permukaan tanah.
Dengan muka air tanah ditemukan pada kedalaman antara 3 - 5 m. Ini diketahui
dari hasil penyelidikan tanah (soil investigation) yang telah dilakukan di sekitar
lokasi proyek Pembangunan Underpass Cibubur.
Dengan pertimbangan kondisi tersebut, maka dapat digunakan pondasi
bored pile dan steel sheet pile sebagai konstruksi dinding penahan tanah pada
proyek Pembangunan Underpass Cibubur. Dinding penahan tanah adalah struktur
yang didesain dan dibangun untuk menahan gerakan tanah arah lateral
(horizontal) yang dapat menimbulkan bahaya kelongsoran.
3.2.2.1 Bored Pile (Secant Pile)
Bored pile atau tiang bor adalah pondasi tiang bor yang terbuat dari beton
yang dicor di tempat. Bored pile merupakan salah satu jenis pondasi dalam yang
memanfaatkan daya dukung tanah (N Bearing) dan gaya gesekan antara tanah
dengan beton. Konsep perancangan pekerjaan bored pile dalam proyek
Pembangunan Underpass Cibubur ini dibuat dari tiang bor beton tak bertulang
(primary pile) dan tiang bor beton bertulang (secondary pile) yang saling
bepotongan sehingga membentuk dinding yang rapat atau biasa disebut secant
pile.
Fungsi dari secant pile adalah sebagai struktur dinding penahan tanah
ramp yaitu di sisi exit gate cibubur dan sisi jalan Tol Jagorawi. Pelaksanaan
konstruksi bored pile pun relatif tidak menimbulkan kebisingan dan tidak
mengganggu lalu lintas yang berlangsung di sisi jalan tol Jagorawi maupun exit
gate Cibubur, jalan Tol Jagorawi.
3.2.3
menggunakan konstruksi dinding penahan tanah bored pile dan steel sheet pile.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi bored pile adalah pada STA 0+314.465 s/d STA
0+537.575. Sedangkan pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile adalah pada STA
0+314.216 s/d STA 0+358.129.
No.
1.
2.
Nama
Primary Pile
Secondary Pile
8 - 10
15 - 17
Total
Jumlah (bh)
Kiri
Kanan
200
109
200
109
400
218
Pemancangan
Jenis tiang baja yang dipakai menggunakan lembar tiang baja tipe FSP-III
yang terdiri dari 268 buah tiang baja dengan panjang 12 m. Pelaksanaan
pemancangan tiang baja direncanakan dengan panjang 15 m, oleh karena itu perlu
penyambungan sepanjang 3 m. Penambahan panjang 3 m dilakukan setelah steel
sheet pile 12 m telah terpancang dengan mengelas menggunakan tambahan plat
sebagai perkuatan. Pemancangan dilakukan dengan menggunakan alat vibro
hammer yang digantung pada boom crane. Steel sheet pile dipancang satu per
satu seluruhnya ke dalam tanah dengan mengikuti alur sambungan steel sheet
pile yang telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama.
Gambar yang dijadikan pedoman dari pekerjaan ini adalah seperti
gambar dibawah ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
b.
Ground Anchor
Berdasarkan perhitungan konstruksi pemancangan steel sheet pile free
standing tidak mampu menahan geser dan guling akibat tekanan tanah aktif maka
dilakukan penambahan kekuatan dengan ground anchor. Pada proyek ini ground
anchor yang dipergunakan adalah tipe temporary anchor yang dapat dilepas
setelah selesainya masa konstruksi. Kabel prategang yang digunakan adalah tipe
wire strand II. Angkur dipasang berdasarkan layer menurut pembebanan di sisi
luar area galian. Adapun rencana pengangkuran tersebut dibagi menjadi 3 layer
dengan kedalaman galian 0 - 2.5 m, 2.5 - 4 m, dan 4 - 6 m. Pengangkuran steel
sheet pile dengan kedalaman 2.5 m sebanyak 17 titik, kedalaman 4 m sebanyak 21
titik, dan kedalaman 6 m sebanyak 17 titik.
Tabel 3.2 Daftar jumlah rencana titik dan kedalaman pengangkuran
No.
1.
2.
3.
Nama
Layer 1
Layer 2
Layer 3
Kedalaman (m)
2.5
4.0
6.0
17
21
17
Pengeboran lubang angkur pada sheet pile dilakukan setelah lembar tiang
baja telah terpancang dan tersambung semua dan dikerjakan setelah galian tanah.
Kabel prategang dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran hingga mencapai
3.2.4
dari mulai 8 Juni 2012 s/d 8 Agustus 2012. Sedangkan untuk pekerjaan steel sheet
pile waktu yang direncanakan adalah 43 hari yaitu pekerjaan pemancangan dari 1
Juni 2012 s/d 25 Juni 2012 dan pekerjaan ground anchor dari 1 Juli 2012 s/d 18
Juli 2012.
3.3
Pelaksanaan Proyek
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap
3.3.1
dinding penahan tanah badan jalan dimana pelaksanaannya dibuat pada sisi kanan
dan sisi kiri ramp. Pelaksanaan konstruksi bored pile dalam proyek Pembangunan
Underpass Cibubur ini dikerjakan oleh sub kontraktor yaitu PT. Berdikari Pondasi
Perkasa. Pekerjaan konstruksi bored pile dalam proyek Pembangunan Underpass
Cibubur ini terdiri dari tiang bor beton tak bertulang (primary pile) dan tiang bor
beton bertulang (secondary pile).
Primary pile dibuat dengan cara membor pada titik pemboran yang telah
ditentukan, dibor secara berselang-seling dengan secondary pile. Bedasarkan barchart dalam dokumen kontrak kontraktor pelaksanaan pekerjaan tiang bor beton
tak bertulang diameter 800 mm berbobot 7,38% dari nilai kontrak yaitu sebesar
Rp3.183.773.123,3.
No.
Nama
Gambar
Spesifikasi
1.
Mesin Bor
2.
Crawler Crane
- PH Kobelco
- Kapasitas 35 ton
3.
Excavator
- Hitachi
- Kapasitas 0,7
m3
4.
Auger
Diameter 80 cm
5.
Bucket
Diameter 80 cm
6.
Pipa Casing
- Panjang 7,5 m
- Diameter 80 cm
7.
Pipa Tremi
- Panjang 2,7 m
- Diameter 25 cm
8.
Corong Cor
Diameter 100 cm
9.
Truk Mixer
Adhimix
- Hino, Zoom
Lion, Shacman
- Kapasitas 10 m3
No.
Nama
Volume
Keterangan
1.
5-6 m3
Untuk 1 buah
pondasi bored pile
Selain itu, ada beberapa sumber daya manusia yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan primary pile seperti terlihat pada tabel 3.3 dibawah ini.
No.
1
2
3
a
b
c
4
a
b
c
d
e
f
g
h
i
5
Tugas/Jabatan
Jumlah
Owner
Kon. Perencana
Kon. Pengawas
Inspector
Surveyor
Lab Teknik
Kontraktor
Site Manager
Pelaksana
Surveyor
Pembantu Surveyor
Laborat
K3
Mandor
Operator
Pekerja
Supplier
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
3 orang
8 orang
2 orang
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus
diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan
pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti:
1. Safety helmet
2. Sarung tangan
3. Sepatu boots
4. Rompi
5. Masker
6. Rambu-rambu peringatan
c)
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan konstruksi primary pile di lapangan terdiri dari beberapa
Mulai
Gambar kerja
Pengukuran/
penentuan titik as
pondasi
Pengeboran
Pemasangan
Casing
Pemesanan ready
mix
Pengujian slump
Tidak
Ya
Slump 162 ?
Persetujuan
pengawas
Pengecoran
Selesai
Setelah titik-titik pengeboran pondasi didapat dan diberi tanda seperti terlihat pada
gambar 3., maka selanjutnya proses pengeboran dapat dimulai.
2.
Pekerjaan Pengeboran
b. Setelah titik terlihat, selanjutnya setting titik dengan memasang 2 buah batang
besi sebelum auger mulai menggerus tanah. Setting titik ini perlu dilakukan agar
pada saat pengeboran titik tidak bergeser dan pengeboran lubang tetap vertikal.
c. Alat berat dengan mata bor auger mulai beraksi merusak tanah yang ada di
bawahnya. Tanah dibor berulang-ulang dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5
meter. Kedalaman lubang bor sendiri dapat diketahui melalui monitor yang ada di
dalam alat berat. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman mencapai muka air
tanah.
d. Pada saat kedalaman mencapai muka air tanah, auger diangkat untuk kemudian
diganti dengan bucket. Kemudian pengeboran dapat dilanjutkan kembali hingga
3.
Setelah lubang bersih dari lumpur dan casing sudah terpasang selanjutnya
memasukan pipa tremi dengan menggunakan crane. Pipa tremi ditahan dengan
baja penahan (guide) kemudian disambung dan dimasukkan kedalam lubang
dengan panjang sesuai kedalaman lubang kemudian disambung dengan corong
cor. Pipa tremi ini digunakan untuk memasukan beton ke dalam lubang bor agar
beton tidak rusak akibat bercampur dengan cairan pengisi lubang. Pipa tremi yang
digunakan adalah diameter 25 cm serta diameter corong cor 100 cm dengan
panjang disesuaaikan kedalaman lubang bor.
4.
Pekerjaan Pengecoran
Tahap keempat pada pekerjaan primary pile adalah pekerjaan pengecoran beton
ke dalam lubang bor. Beton yang dituangkan harus memiliki nilai slump 162 cm.
Langkah-langkah pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Setelah sebelumnya disetujui oleh konsultan pengawas beton kemudian mulai
dituangkan di dalam corong cor hingga penuh. Setelah pipa tremi penuh dan ujung
pipa tremi tertanam beton biasanya beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan
dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, dilakukan
hentakan hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu terbenam dalam
adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar
corong tidak kosong.
c.
diangkat dari lubang bor. Setelah pipa tremi diangkat dari lubang bor. Casing lalu
dicabut perlahan-lahan secara tegak lurus.
d) Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu dalam suatu proyek merupakan hal yang penting, sebab
akan menentukan kualitas dari hasil pelaksanaan apakah telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Tinjauan pengendalian dalam proyek yang harus
diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Spesifikasi beton ready mix yang digunakan harus sesuai dengan SNI 034433-1997.
2.
Pengujian nilai kelecakan atau slump harus sesuai dengan SNI 03-19721990, campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti
yang diusulkan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
3.
Pembuatan benda uji dan pengujian kuat tekan beton harus sesuai dengan
SNI 03-1974-1990.
4.
5.
Pelaksanaan pengecoran tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan setelah
hujan.
6.
800
mm
berbobot
32,13
dari
nilai
kontrak
yaitu
sebesar
Rp13.859.198.405,72.
No
Tugas/Jabatan
Jumlah
1
2
3
a
b
c
4
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
5
Owner
Kon. Perencana
Kon. Pengawas
Inspector
Surveyor
Lab Teknik
Kontraktor
Site Manager
Pelaksana
Surveyor
Pembantu Surveyor
Laborat
K3
Mandor
Operator
Pekerja
Tukang besi
Tukang las
Supplier
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
3 orang
8 orang
10 orang
2 orang
2 orang
No.
1.
Nama
Mesin Bor
Gambar
Spesifikasi
- Zoom Lion200
C-728
- Kapasitas 55m
2.
Crawler Crane
- P&H Kobelco
- Kapasitas 35
ton
3.
Excavator
- Hitachi
- Kapasitas 0,7
m3
4.
Auger
Dia. 80 cm
5.
Bucket
Diameter 80 cm
6.
Casing
- Diameter 80
cm
- Panjang 7,5 m
7.
Pipa Tremi
- Panjang 2,7 m
- Diameter 25
cm
8.
Corong Cor
Diameter 100
cm
9.
Welder Set
- Miller Engine
- Kapasitas 380
volt
10.
Pembengkok besi
Diameter 80 cm
11.
Cutting Tos/
Lampu potong
Dengan LPG
dan oksigen
12.
Truk mixer
Adhimix
- Hino, Zoom
Lion
- Kapasitas 10
m3
No.
1.
2.
3.
4.
Nama
Ready mix beton K-250
Baja tulangan U39 ulir D32
Baja tulangan polos 10
Kawat bendrat
Volume
7-8 m3
25-30 batang
23-26 batang
-
Keterangan
Untuk 1 buah
pondasi bored
pile
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus
diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan
pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti:
1. Safety helmet
2. Sarung tangan
3. Sepatu boots
4. Rompi
5. Kacamata
6. Masker
7. Rambu-rambu peringatan
c)
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi secondary pile di lapangan tidak jauh
berbeda dengan pekerjaan primary pile, perbedaanya hanya pada kedalaman pile,
pekerjaan penulangan dan pemasangan tulangan serta penyambungan tulangan.
Dalam pelaksanaannya kontraktor mengikuti pedoman yang terdapat dalam
dokumen perencanaan seperti pada gambar di sub bab perancangan proyek
sebelumnya.
Tahapan pelaksanaan pekerjaan secondary pile dilakukan seperti diagram
alir dibawah ini.
Mulai
Gambar kerja
Pengukuran/
penentuan titik as
pondasi
Pengeboran
Pabrikasi tulangan
Tidak
Pemasangan
casing
Sesuai gambar
kerja ?
Ya
Pemasukan
tulangan
Penyambungan
tulangan
Pemasangan
tremi
Pemesanan ready
mix
Pengujian slump
Tidak
Slump 162 ?
Ya
Persetujuan
pengawas
Pengecoran
Selesai
Pekerjaan penentuan titik pondasi secondary pile dan primary pile dilakukan pada
waktu yang sama, telah diuraikan secara jelas pada sub bab 3.3.1.1 (1).
2.
a. Penulangan
Pekerjaan penulangan secondary pile dilakukan di site project dirakit sesuai
dengan shop drawing. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan ini dilakukan di
tempat yang masih terjangkau oleh alat-alat berat. Penulangan dibuat dengan
diameter 60 cm dengan panjang bervariasi dari 15 m sampai 16 m, karena baja
tulangan yang tersedia di pasaran hanya berukuran 12 m maka dilakukan
penyambungan tulangan.
Pekerjaan perakitan tulangan sengkang pada tulangan pokok ini diikat dengan
kawat bendrat dan dikerjakan dengan menggunakan alat bantu berupa palu, tang,
cutting tos, dan mesin las.
3.
Pekerjaan Pengeboran
4.
Setelah lubang bersih dari lumpur maka kerangka baja tulangan yang telah dirakit
diangkat dengan bantuan crane dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan
diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang
bor. Baja tulangan dengan panjang 12 m yang telah dimasukan dalam lubang bor
ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor.
tulangan baru dengan panjang overlap 40D baru yang sudah diikatkan beton
decking. Penyambungan tulangan dilakukan dengan menggunakan sambungan las.
5.
Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa tremi dimasukkan kedalam lubang
dengan panjang sesuai kedalaman lubang. Pekerjaan ini telah diuraikan secara
jelas pada sub bab 3.3.1.1 (3).
6.
Pekerjaan Pengecoran
Tahap keenam adalah pekerjaan pengecoran beton ke dalam lubang bor. Pekerjaan
ini telah diuraikan secara jelas pada sub bab 3.3.1.1 (4).
d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Spesifikasi beton ready mix yang digunakan harus sesuai dengan SNI 034433-1997.
2.
Pengujian nilai kelecakan atau slump harus sesuai dengan SNI 03-19721990, campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti
yang diusulkan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
3.
Pembuatan benda uji dan pengujian kuat tekan beton harus sesuai dengan
SNI 03-1974-1990.
4.
5.
6.
7.
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.
8.
9.
10. Tata cara pengecoran beton harus sesuai dengan SNI 03-3976-1995.
11. Pelaksanaan pengecoran tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan setelah
hujan.
12. Apabila hujan turun tiba-tiba saat pengecoran sedang dilaksanakan, maka
pekerjaan pada titik yang sedang dicor dapat dilanjutkan sampai selesai namun
setelah itu pekerjaan harus dihentikan.
3.3.2
proteksi pengaman penggalian tanah area jacking box underpass. Bedasarkan barchart dalam dokumen kontrak kontraktor pekerjaan steel sheet pile tidak termasuk
dalam sebuah item pekerjaan. Pekerjaan sheet pile ini merupakan pekerjaan
persiapan yang termasuk dalam item pekerjaan jacking box underpass. Pada
proyek Pembangunan Underpass Cibubur pekerjaan steel sheet pile terdiri dari
pekerjaan pemancangan tiang dan pekerjaan ground anchor.
3.3.2.1 Pemancangan
Pemancangan tiang baja dilakukan dengan cara digetarkan menggunakan
alat vibro hammer. Steel sheet pile yang digunakan adalah tipe FSP-III.
Pelaksanaan pekerjaan pemancangan steel sheet pile pada proyek ini dikerjakan
oleh sub kontraktor PT. Jasa Tirta I.
No.
1.
Nama
Vibro Hammer
Gambar
Spesifikasi
Kapasitas 90 Kw
Kapasitas 110 Kw
2.
Crane
- Sumitomo LS108RH,
Linkbelt
LS108BS
- Kapasitas 35
ton
- 2 unit
3.
Genset
- 2 unit
- Kapasitas 400
Kva
4.
Las Listrik
- Inverter Nlg
MMA-160
- Kapasitas 5
KVA
- 2 unit
5.
Cutting tos
No.
Nama
Volume
1.
Tiang baja 12 m
292 batang
Ket.
Panjang 12 m = 268 batang
Panjang 3 m = 24 batang
No
1
2
3
a
b
4
a
b
c
d
f
g
h
i
k
Tugas/Jabatan
Owner
Kon. Perencana
Kon. Pengawas
Inspector
Surveyor
Kontraktor
Site Manager
Pelaksana
Surveyor
Pembantu Surveyor
K3
Mandor
Operator
Pekerja
Tukang las
Jumlah
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang
4 orang
5 orang
4 orang
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus
diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan
pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti:
c)
1.
Safety helmet
2.
Sarung tangan
3.
Kacamata
4.
Sepatu boots
5.
Rompi
6.
Rambu-rambu peringatan
Metode Pelaksanaan
titik pancang, pemancangan tiang baja dengan alat vibro hammer, dan
penyambungan tiang menggunakan las.
Tahapan pelaksanaan pemancangan SSP dilakukan seperti diagram alir
dibawah ini.
Mulai
Data
Pengukuran /
Pematokan
Pemancangan
tiang 12 m
Peyambungan
tiang dengan
las
tidak
Cek ?
ya
Pemancangan
tiang 3 m
Selesai
Berikut ini penjelasan dari pekerjaan pemancangan steel sheet pile pada
proyek Pembangunan Underpass Cibubur:
1. Pengukuran/ Pematokan
Dalam pengukuran penentuan posisi (stakeout) secara tepat menggunakan alat
yang bernama teodolit, sebagai kontrol saat pemancangan berlangsung. Penentuan
titik-titik BM (bench mark) yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri
disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud memudahkan pengukuran
dan sasaran tidak terhalang.
Gambar 3.58 Steel sheet pile diarahkan pada posisi yang tepat
Sumber: Dokumentasi pribadi
3. Penyambungan tiang
Penyambungan steel sheet pile dilakukan setelah beberapa pile terangkai
membentuk satu panel rangkaian seperti terlihat pada gambar 3. Steel sheet pile 12
m disambung dengan sheet pile 3 m yang telah dipotong. Penyambungan
dilakukan dengan mengelas menggunakan tambahan plat besi sebagai perkuatan.
Setelah steel sheet pile telah tersambung maka pemancangan dilanjutkan kembali
hingga kedalaman 15 m menggunakan vibro hammer dengan kapasitas yang lebih
berat.
d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Baja turap yang digunakan harus memenuhi kriteria sesuai dengan SNI 070722-1989.
2. Perpanjangan tiang baja harus dilakukan dengan pengelasan.
3. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang
baja semula dapat ditingkatkan.
4. Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen
struktur baja yang akan disambung untuk memastikan bahwa sambungan
dapat dipertanggung jawabkan.
5. Tiang baja yang cacat tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
6. Tiang baja harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan
permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah
keras yang tidak akan turun naik baik musim hujan maupun kemarau
unruk menghindari karat.
7. Pelaksanaan pemancangan tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan.
8. Apabila hujan turun tiba-tiba saat pemancangan sedang dilaksanakan, maka
pekerjaan pada titik tiang yang sedang dipancang dapat dihentikan.
Underpass Cibubur, serta tabel matrik SDM yang terlibat selama pelaksanaan
pekerjaan.
Tabel 3.12 Peralatan utama pekerjaan ground anchor
No.
Nama
Gambar
Spesifikasi
1.
Alat Bor
- Toho
- Kapasitas 5 Kw
- 4 unit
2.
Pompa
- Sanchin
- Kapasitas 20 Psi
- 4 unit
3.
Grout hog
4.
Hydraulic Pump
- DSI R2.6
5.
Hydraulic Jack
- DSI HOZ
1700/150-60
- Kapasitas 150
ton
6.
Las listrik
- Inverter Nlg
MMA-160
- Kapasitas 5
KVA
- 4 unit
7.
Cutting tos
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama
Strand 12.7 mm
Semen PPC
Sikament LN + Intraplast Z
Baja WF 300 x 150 x 6.5 x
9 mm x 12 m
Plat 6 mm x 4 x 8
Stiffener plate L
No
1
2
3
a
b
Tugas/Jabatan
Owner
Kon. Perencana
Kon. Pengawas
Inspector
Surveyor
Jumlah
1 orang
1 orang
1 orang
c
4
a
b
c
d
f
g
i
k
l
m
n
Lab Teknik
Kontraktor
Site Manager
Pelaksana
Laborat
Surveyor
Pembantu Surveyor
K3
Engineer
Supervisor
For man
Pekerja
Tukang las
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
2 orang
1 orang
1 orang
2 orang
9 orang
10 orang
b) Persiapan K3 (Safety)
Kesehatan, keamanan dan keselamatan kerja adalah hal yang harus
diutamakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga semua peralatan
pendukung K3 tersebut haruslah tersedia, seperti:
c)
1.
Safety helmet
2.
Sarung tangan
3.
Kacamata
4.
Sepatu boots
5.
Rompi
6.
Rambu-rambu peringatan
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan ground anchor dilakukan setelah pekerjaan galian
Mulai
Gambar
Penentuan
titik
Pengeboran
tidak
Kedalaman
34 m?
ya
Instalasi
strand
Grouting
tidak
Cek?
ya
Pemasangan
waller beam
Stressing
Selesai
Berikut ini penjelasan dari metode pelaksanaan ground anchor pada proyek
Pembangunan Underpass Cibubur:
1. Penentuan Titik
Proses ini dilakukan untuk menentukan titik ground anchor pada posisi yang
sesuai dengan shop drawing. Titik yang akan diangkur terlebih dahulu ditandai
pada steel sheet pile dengan cat semprot seperti terlihat pada gambar 3. Setelah itu
titik tersebut dipotong dengan alat cutting tos untuk selanjutnya dilakukan
pengeboran.
Gambar 3.65 Penandaan titik ground anchor pada steel sheet pile
Sumber: Dokumentasi pribadi
2. Pengeboran (Drilling)
Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, dimana
mesin bor tersebut duduk di landasan kayu di atas tanah. Kotoran atau lumpur
hasil pengeboran dikeluarkan dari lubang bor dengan menyemprotkan air ke
dalam lubang bor. Diameter pengeboran 15 cm dengan kedalaman sampai 34
meter dan kemiringan sudut 30.
b. Lakukan penarikan
d) Pengendalian Mutu
Tinjauan pengendalian mutu dalam proyek yang harus diperhatikan dalam
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang
baja semula dapat ditingkatkan.
2. Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan bahan dasar elemen
struktur baja yang akan disambung untuk memastikan bahwa sambungan
dapat dipertanggung jawabkan.
3. Mutu campuran grouting harus terdiri dari semen portland biasa dan air.
Rasio air - semen harus serendah mungkin sesuai dengan sifat kelecakan
(workability) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 0,45.
4. Semen yang digunakan untuk dijadikan pasta harus sesuai dengan SNI 152049-1994
5. Penggunaan kadar bahan tambahan (admixture) harus sesuai dengan
persyaratan yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat
6. Bahan plasticizer yang umum diperdagangkan untuk penyuntikan
(grouting) harus digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
Bahan ini tidak boleh mengandung chlorida, nitrat, sulfat atau sulfida.
7. Jumlah benda uji minimum baik untuk sistem pra tarik maupun sistem
pasca tarik adalah 3 (tiga) buah atau sekurang-kurangnya 1 (satu) benda uji
untuk setiap 20 ton berat bahan.
8. Pengujian kuat tekan harus sesuai dengan SNI 03-1974-1990
9. Untaian kawat (strand) prategang harus terdiri dari 7 kawat (wire) dengan
kuat tarik tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel dan
sesuai dengan SNI 07-1154-1989
10. Bahan wire, strand, stress bar, angkur, selongsong (ducting) harus
disimpan di bawah atap yang kedap air, diletakkan terpisah dari permukan
tanah dan harus dilindungi dari setiap kemungkinan kerusakan.
11. Pelaksanaan grouting tidak boleh dilaksanakan selama turun hujan dan
setelah hujan dimana diperkirakan terdapat air/lumpur di dalam lubang
bor.
12. Apabila hujan turun tiba-tiba saat grouting semen sedang dilaksanakan,
maka pekerjaan pada titik yang sedang diisi dapat dilanjutkan sampai
selesai namun setelah itu pekerjaan harus dihentikan.
13. Angkur harus mampu menahan paling sedikit 95% kuat tarik minimum
baja prategang saat stressing.
3.4
Pengawasan Proyek
Kegiatan pengawasan proyek dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan perencanaan, hasil yang didapatkan
bisa memenuhi target, dan terhindar dari aksi penyelewengan yang dilakukan oleh
pihak
kontraktor.
Dalam
masa
konstruksi,
konsultan
pengawas
akan
3.4.1
langkah-langkah
solusi
agar
keterlambatan
dapat
diminimalisir.
3.4.2
langkah-langkah
solusi
agar
keterlambatan
dapat
BAB IV
PERMASALAHAN
Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa problem
dalam setiap item pekerjaan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan yang bisa berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu.
Permasalahan-permasalahan
yang
terjadi
dalam
konstruksi
tentu
akan
mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari. Dalam
bab ini, akan dibahas evaluasi permasalahan yang terjadi selama pekerjaan
konstruksi bored pile dan steel sheet pile di proyek Pembangunan Underpass
Cibubur.
4.1
4.1.1
yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan bored pile terdapat pada tabel 4.1 dan
tabel 4.2 berikut ini.
a)
Faktor Teknis
Tabel 4.1 Permasalahan teknis pekerjaan bored pile
No.
1.
1.
Permasalahan
Perencanaan
Pelaksanaan konstruksi bor
pile tidak sesuai dengan
target jumlah yang
direncanakan
Pelaksanaan
Keterlambatan dalam
pengadaan beton ready
mix yang dipesan
Penyebab/alasan
Ketidaksesuaian jumlah pile
dengan rencana anggaran biaya
Akibat terhadap
Biaya Mutu Waktu
2.
3.
1.
2.
b)
No.
1.
2.
4.1.2
Permasalahan
Terganggunya arus lalu
lintas pada exit gate
cibubur jalan tol jagorawi
pada saat pengecoran
berlangsung
Beberapa pekerja tidak
memakai alat pelindung
diri
Penyebab/alasan
Area proyek yang sempit dan
kekurangan personil pengatur
lalu lintas atau flagman pada
saat pengecoran
Kesadaran pekerja dalam
penggunaan alat safety sangat
kurang
Akibat terhadap
Biaya Mutu Waktu
yang terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile terdapat pada tabel 4.3
dan tabel 4.4 berikut ini.
a)
Faktor Teknis
Tabel 4.3 Permasalahan teknis pekerjaan steel sheet pile
No.
1.
1.
2.
3.
Permasalahan
Perencanaan
Pengeboran tidak tercapai
sampai kedalaman rencana
sedalam 34 m
Pelaksanaan
Permukaan tiang tidak rata
Penyebab
Ketidakmampuan alat bor untuk
menembus tanah (gravel)
Akibat terhadap
Biaya Mutu Waktu
4.
5.
6.
1.
b)
No.
1.
4.2
hammer mengalami
kerusakan
Terjadi keterlambatan
waktu awal pelaksanaan
pekerjaan pengeboran
Pemasangan waller beam
dan pelaksanaan grouting
tertunda
Pada saat stressing gaya
load kekuatan tidak
tercapai 70 ton
Pengawasan
Campuran semen pada saat
grouting meleber keluar
terlalu banyak yang
terbuang
diri
kurang
pile dan steel sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur ditemui
beberapa masalah yang disebabkan oleh faktor teknis dan non teknis yang
berakibat terhadap biaya, mutu, dan waktu. Masalah yang ada tentu saja bisa
berakibat terhadap target pelaksanaan proyek. Pihak pelaksana proyek melakukan
pemecahan/ solusi pada permasalahan-permasalahan pada pekerjaan bored pile
dan pekerjaan steel sheet pile yang terdapat pada matriks analisa permasalahan
dan solusi di bawah ini.
4.2.1
pelaksanaan pekerjaan bored pile oleh pelaksana proyek terdapat pada tabel 4.5
dan tabel 4.6 berikut ini.
a)
Faktor Teknis
No.
1.
1.
2.
3.
1.
2.
b)
No.
1.
2.
4.2.2
saat pengecoran
Dilakukan
kegiatan safety
talk setiap hari
rabu pukul
08.00 WIB
pelaksanaan pekerjaan steel sheet pile oleh pelaksana proyek terdapat pada tabel
4.7 dan tabel 4.8 berikut ini.
a)
No.
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Faktor Teknis
Tabel 4.7 Solusi terhadap masalah teknis pekerjaan steel sheet pile
Solusi
Permasalahan
Biaya
Mutu
Waktu
Perencanaan
Pengeboran tidak tercapai
Dilakukan
sampai kedalaman rencana
review design
sedalam 34 m
sehingga
pengeboran
hanya
kedalaman 21 m
Pelaksanaan
Permukaan tiang tidak rata
Jika diperlukan
dilakukan
pemotongan
Sheet pile yang terpasang
Digunakan
cenderung miring
pengatur jarak
dan kayo
penjepit tiang
pancang
Alat pemancang vibro
Penambahan jam
Mendatangkan
hammer mengalami
waktu kerja
alat baru
kerusakan
(lembur)
Terjadi keterlambatan
Penambahan jam
waktu awal pelaksanaan
waktu kerja
pekerjaan pengeboran
(lembur)
Pemasangan waller beam
Penambahan jam
dan pelaksanaan grouting
waktu kerja
tertunda
Pada saat stressing gaya
Penambahan
load kekuatan tidak
titik angkur
tercapai 70 ton
Pengawasan
Campuran semen pada saat Harus
grouting meleber keluar
berkoordinasi
terlalu banyak yang
yang baik antara
terbuang
pekerja dengan
operator mesin
grout pump
b)
No.
1.
4.3
Tabel 4.8 Solusi tehadap masalah non teknis pekerjaan steel sheet pile
Solusi
Permasalahan
Biaya
Mutu
Waktu
Beberapa pekerja tidak
Dilakukan
memakai alat pelindung
kegiatan safety
diri
talk setiap hari
rabu pukul 08.00
WIB
Sintesa Permasalahan
Hasil dari analisa permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan bored pile dan pekerjaan steel
sheet pile pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur dapat disimpulkan
sebagai berikut:
4.3.1
koordinasi
antar
lini
organisasi,
faktor
cuaca,
dan
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini secara
umum bisa dikategorikan kurang maksimal. Beberapa proses pekerjaan luput
dari pihak pengawas sehingga terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan
yang bias mengakibatkan berkurangnya mutu dari pekerjaan bored pile.
4.3.2
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini secara
umum bisa dikategorikan kurang makismal karena terdapat beberapa proses
pekerjaan yang tidak sesuai dengan perencanaan yang luput dari pengawasan.
BAB V
PENUTUP
Praktek kerja lapangan dilakukan selama 7 (tujuh) minggu waktu
pelaksanaan pada proyek Pembangunan Underpass Cibubur Jakarta Timur (0+110
- 0+550) yang bersumber dari dana APBN tahun 2012. Dalam melakukan praktek
kerja lapangan (PKL) ini penulis telah memperoleh pengetahuan dan pengalaman
serta dapat menghubungkan dengan materi perkuliahan.. Dalam situasi tertentu
dapat diambil beberapa kebijaksanaan antara konsultan pengawas dengan
pelaksana yang dapat dipertanggungjawabkan tanpa melewati batas toleransi.
Berdasarkan kegiatan proyek yang diikuti, dapat diambil beberapa kesimpulan
dan saran yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan serta keterangan
yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan proyek.
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pemantauan di lapangan pada pekerjaan bored pile secant pile
dan pekerjaan steel sheet pile selama melaksanakan praktek kerja lapangan ini,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
a.
b.
c.
Dalam proyek ini tidak dilaksanakan test pada bored pile karena bored
pile ini hanya berfungsi sebagai dinding penahan tanah.
d.
Pemilihan jenis dinding penahan tanah steel sheet pile tidak lain adalah
karena dari hasil penyelidikan tanah didapatkan lapisan tanah keras yang
dalam, serta jenis tanah yang tidak memungkinkan digunakan turap beton
ataupun turap kayu.
e.
f.
g.
5.2
Saran
Ada beberapa saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya
kepada pelaksana proyek dan pada semua pihak yang terlibat dalam kegiatankegiatan pelaksanaan proyek sebagai berikut :
a.
b.
melaksanakan
tugasnya
masing-masing,
sehingga
dapat
konsultan
pengawas
dalam
pekerjaan,
agar
tidak
terjadi
Pihak
kontraktor
bertanggung
jawab
penuh
atas
pelaksanaan
pekerjaannya dengan target tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya
berdasarkan persyaratan teknis yang ada. Oleh karena itu pihak
kontraktor
harus
pekerjaannya.
benar-benar
profesional
dalam
melaksanakan
e.
f.
g.
DAFTAR PUSTAKA
Semarang-Solo
Jembatan Banyumanik I
bawah-
Wibawa,
Tatang
Bored
Pile.
http://tatangw.blogspot.com/2011/11/metode-kerja-pondasi-bored-pile.html.
Agustus 2012.
Kukuh.
2011.
Metode
Kerja
Pondasi