Anda di halaman 1dari 5

7 Komponen pada Pembangkit Listrik

Tenaga Biogas Kelapa Sawit


Proses produksi biogas berlangsung tanpa ada oksigen atau anaerob. Kolam
tertutup dipergunakan untuk tempat menyimpan biogas dari limbah sawit.
Pabrik harus mengupayakan dan menyediakan lahan khusus untuk
keberadaan kolam tertutup anaerobik. Biogas yang diproduksi dari limbah
kelapa sawit sangat berpotensi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Biogas atau
PLTBg yang dimanfaatkan untuk pabrik kelapa sawit itu sendiri atau
menjualnya pada PLN. Berikut ini adalah ketujuh komponen PLTBg dari
POME.

Projek Biogas

1. Komponen Sistem Bio Digester


Ada tiga tahapan dalam komponen sistem bio digester pada PLTBg proses
pembuatan biogas dari kelapa sawit. Tahap pertama adalah Pengolahan Awal,
penyaringan kotoran maupun serat yang tergolong sebagai partikel berukuran
besar. Limbah cair kelapa sawit akan digiring menuju kolam tertutup yang
menjadi tempat bio digester berada. Sistem dari digester sendiri tidak boleh
terdapat udara serta air sedikitpun. Mengingat proses dalam produksi biogas

dilakukan

secara

anaerobik.

Pabrik

kelapa

sawit

dalam

melakukan

pengolahan POME menjadi biogas melalui komponen bio digester perlu


menentukan laju aliran dari POME, kapasitas COD, sampai dengan HRT atau
Hydrolic Retention Time. Melalui sistem bio digester inilah proses penguraian
dari POME terjadi sehingga terbentuklah biogas serta slurry atau sebutan bagi
residu. Ketika biogas sudah diproduksi dalam digester, selanjutnya adalah
proses pengaliran biogas menuju flare untuk pembakaran atau pengolahan
gas.

2. Komponen Scrubber Hidrogen Sulfida


Produksi gas engine pembuatan biogas dari limbah sawit harus memenuhi
persyaratan, yaitu kurang dari 200 ppm. Agar biogas yang diproduksi dapat
memenuhi persyaratan tersebut, maka konsentrasi dari Hidrogen Sulfida
harus diturunkan. Barulah setelah itu biogas dari POME dapat dimanfaatkan
untuk pembakit listrik seperti PLTBg. Tujuan penurunan kadar Hidrogen
Sulfida adalah agar operasi dapat berjalan lebih optimal, usia dari gas engine
lebih panjang, serta agar tidak terjadi korosi. Proses yang terjadi di dalam
Scrubber Hidrogen Sulfida adalah dalam kondisi anaerob, keberadaan
senyawa sulfat akan diobah menjadi senyawa Hidrogen Sulfida. Kemudian
dengan bantuan bakteri Sulfur Oksidasi, tersebut diubah menjadi senyawa
sulfat. Pabrik kelapa sawit yang memilih penggunaan Scrubber Hidrogen
Sulfida biasanya untuk memangkas biaya operasional biogas yang cenderung
tinggi.

3. Komponen Dehumidifier Biogas


Proses yang bekerja pada mesin Dehumidifier adalah untuk pengambilan air
pada biogas. Dengan mesin ini, maka kadar air yang terkandung pada biogas
yang diproduksi dari POME dapat dikurangi. Kemudian dapat dialirkan
menuju gas engine. Kadar air dalam jumlah rendah membuat mesin
pembakaran dapat bekerja lebih optimal, melindungi mesin dari adanya asam
yang dihasilkan dari reaksi air serta oksigen dan Hidrogen Sulfida, serta agar
mesin tidak mudah mengembun. Dapat dikatakan untuk biogas yang melalui
mesin ini akan memiliki RH 80%. Artinya, adalah konsumsi bahan bakar dari
gas dapat ditekan serta efisiensi mesin dapat lebih ditingkatkan. Seperti itulah
kerja komponen Dehumidifier biogas pabrik kelapa sawit.

4. Komponen Gas Engine


Gas Engine menjadi mesin penampung biogas yang kandungan pengotornya
sudah pada kadar yang ditentukan. Di Gas Engine inilah biogas dimanfaatkan
untuk mengalirkan listrik. Dengan biogas, maka Gas Engine mampu menjadi
motor generator yang memerlukan daya listrik. Gas Engine mampu
menghantarkan listrik dengan efisiensi sebesar 36% sampai dengan 42%.
Seperti yang diketahui, Gas Engine menggunakan biogas yang memiliki kadar
air kurang dari 80% serta konsentrasi Hidrogen Sulfida di bawah angka 200
ppm. Dan standar tersebut menjadi acuan pemanfaatan limbah cair kelapa
sawit menjadi biogas pada komponen Gas Engine.

5. Komponen Burner serta Boiler


Boiler memanfaatkan biogas menjadi bahan bakar. Dapat dikatakan biogas
sebagai energi alternatif Bolier untuk menghasilkan pembangkit listrik tenaga
biogas kelapa sawit. Sehingga mesin Boiler dapat nyala dengan sempurna dan
optimal . Seperti yang diketahui, sebelum ada bigas, bahan bakar Boiler
sendiri adalah biomassa yang berasal dari serat maupun cangkang kelapa
sawit.

6. Komponen Flare Biogas


Pabrik pengolahan limbah cair kelapa sawit atau POME juga menyediakan
komponen ini. Dari produksi biogas, akan ada kelebihan yang perlu dibakar
melalui Flare. Ketika jumlah TBS sedang banyak-banyaknya, maka produksi
POME juga akan meningkat karena pembuatan biogas dari tandan kosong
kelapa sawit semakin tinggi. Dari sinilah produksi biogas juga menjadi
berlebih. Sehingga tugas Flare untuk mengontrol kelebihan biogas tersebut.
Komponen Flare sendiri akan bekerja ketika Gas Engine tidak sedang bekerja
karena masuk waktu pemeliharaan untuk beberapa waktu.

7. Komponen Sistem Instrumentasi serta Kontrol


Dalam memproduksi limbah cair kelapa sawit menjadi biogas dari POME,
pabrik selalu memahami parameter yang ada. Parameter-parameter tersebut
harus terkontrol agar biogas yang dihasilkan sesuai dengan standar.
Parameter yang termasuk dalam Sistem Instrumentasi dan Kontrol terdiri
dari pH, gas, suhu, tekanan gas, juga aliran cairan dan gas. Komponen ini juga

harus segera dihentikan prosesnya ketika dalam produksi biogas terjadi halhal yang menyimpang atau tidak sesuai dengan parameter.
Dalam pabrik pengolahan POME, ketujuh komponen pemanfaatan limbah
sawit untuk biogas bekerja sesuai urutan. Mulai dari pengolahan awal dengan
menggunakan sistem bio digester menuju Scrubber Hidrogen Sulfida.
Dilanjutkan pada komponen Dehumidifier biogas serta Flare untuk
mengontrol kelebihan produski, sampai dengan Gas Engine dan Burner serta
Boiler. Dari situlah nantinya biogas yang diproduksi dapat menghantarkan
daya listrik yang bermanfaat sebagai PLTBg atau Pembangkit Listrik Tenaga
Biogas. Dengan pemantauan oleh masing-masing operator yang memahami
SOP dalam produksi biogas dari POME di pabrik kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai