Sni 03-1724-1989 PDF
Sni 03-1724-1989 PDF
ICS 93.160
SNI 03-1724-1989
Daftar isi
Daftar isi.....................................................................................................................................i
Kata pengantar ........................................................................................................................ iii
Bab 1 pendahuluan.................................................................................................................. 1
Pasal 1 Maksud dan Tujuan .................................................................................................... 1
Pasal 3 Pengertian .................................................................................................................. 2
Bab 2 sifat daerah pengaliran sungai ...................................................................................... 3
Pasal 4 Pengertian .................................................................................................................. 3
Pasal 5 Keadaan Topografi ..................................................................................................... 3
Pasal 6 Penutup Lahan ........................................................................................................... 3
Pasal 7 Sifat Fisik Tanah ......................................................................................................... 4
Pasal 8 Koefisien Aliran........................................................................................................... 4
Pasal 9 Pengertian .................................................................................................................. 4
Pasal 10 Evaluasi .................................................................................................................... 4
Pasal 11 Penentuan Debit Sungai........................................................................................... 5
Pasal 12 Pengukuran Debit Secara Langsung........................................................................ 6
Pasal 13 Pengukuran Debit Secara Tidak Langsung .............................................................. 6
Pasal 14 Penentuan Debit Secara Analisis ............................................................................. 7
Pasal 15 Kala Ulang dan Debit Banjir Desain ......................................................................... 7
Bab 5 data tentang morfologi sungai Pasal 16 Pengertian...................................................... 8
Pasal 17 Unsur Morfologi Sungai dan Data Pemantauan ....................................................... 8
Pasal 18 Perubahan Morfologi Sungai .................................................................................... 8
Pasal 20 Hidraulika Bangunan .............................................................................................. 10
Bab 7 tempat bangunan ........................................................................................................ 10
Pasal 21 Tempat Bangunan Yang Baik................................................................................. 10
Pasal 22 Tempat Yang Perlu Dihindari.................................................................................. 11
Bab 8 Desain hidraulik........................................................................................................... 12
Pasal 23 Persyaratan Desain Hidraulik ................................................................................. 12
Pasal 24 Bendung ................................................................................................................. 12
Pasal 25 Bangunan Sadap Babas......................................................................................... 16
Pasal 26 Dam Penahan Sedimen.......................................................................................... 17
Pasal 27 Bangunan Pengendali dan Pelindung Dasar Sungai.............................................. 18
Pasal 28 Pelindung Tebing Langsung ................................................................................... 19
Pasal 29 Sudetan ................................................................................................................. 20
Pasal 30 Banjir Kanal (1) ....................................................................................................... 20
i
SNI 03-1724-1989
ii
SNI 03-1724-1989
Kata pengantar
Kita semua menyadari dan mengetahui, betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang
dan betapa cepatnya teknologi konstruksi melaju.
Kitapun bersepakat bahwa kasus demikian memerlukan tindak lanjut dengan upaya
penyesuaian standar-standar konstruksi bangunan yang berlaku di seluruh Indonesia.
Dengan demikian, maka akan terwujudlah pembinaan Dunia Usaha Jasa Konstruksi
Indonesia.
Dalam hubungan itu maka Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum ingin membantu
menyebar luaskan buku-buku SKBI ( Standar Konstruksi Bangunan Indonesia ), yang telah
disahkan dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum 378/KPTS/1987.
Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum dengan ini menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan P.U./Ketua Pantap SKBI, yang dengan
Surat no. UM 0101-KL/222, 3 - Oktober 1987 telah memberi izin kepada Yayasan Badan
Penerbit P.U. untuk menerbitkan serta menyebarluaskan buku-buku SKBI tersebut.
Semoga usaha Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum menyebarluaskan buku-buku
SKBI ini dapat diambil kegunaannya oleh khalayak ramai, terutama bagi mereka yang berkepentingan.
Penerbit,
iii
SNI 03-1724-1989
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PEKERJAAN UMUM
KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 378/KPTS/1987
TENTANG
PENGESAHAN 33 STANDAR KONSTRUKSI
BANGUNAN INDONESIA
Menteri Pekerjaan Umum
Menimbang :
bahwa pads hakekatnya Standar Konstruksi Bangunan memuat ketentuan-ketentuan teknis
konstruksi yang dibakukan dan disusun berdasarkan konsensus semua pihak dengan
memperhatikan syarat-syarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta berdasarkan pengalaman perkembangan masa kini dan masa yang akan
datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besamya bagi kepentingan umum;
a. bahwa kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi konstruksi,
perlu ditindak lanjuti dengan upaya penyesuaian standar-standar konstruksi bangunan
yang berlaku di Indonesia sebagai salah satu wujud pembinaan Dunia Usaha Jasa
Konstruksi;
b. bahwa untuk terlaksana maksud tersebut di atas, perlu adanya Keputusan Menteri Pekedaan Umum mengenai pengesahan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI)
yang dapat memedomani unsur aparatur Departemen Pekerjaan Umum dan unsur masyarakat yang berkepentingan dengan proses perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
SNI 03-1724-1989
Menteri ini dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Ketetapan ini.
KE DUA : Buku SKBI berlaku bagi unsur aparatur pemerintah bidang pekerjaan umum untuk
digunakan dalam perjanjian kerja antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang
konstruksi, sampai ditetapkannya Standar Nasional Indonesia Bidang Konstruksi.
KE TIGA : Buku SKBI disusun berdasarkan matriks hubungan antara Jenis Buku dan Urutan
Tahap Pelaksanaan, Yaitu :
a. Jenis Buku, terdiri dari :
1. Pedoman;
2. Petunjuk;
3. Panduan;
4. Spesifikasi Produk;
b. Urutan Tahap Pelaksanaan merupakan urutan proses konstruksi, terdiri dari :
1. Perencanaan meliputi kegiatan :
1.1. survai (S );
1.2. investasi ( I ) ;
1.3. desain ( D ) ;
2. Konstruksi (K );
3. Eksploatasi / Operasi ( O );
4. Pemeliharaan (P );
KE EMPAT: Menugaskan kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan
Umum, untuk :
a. menyebar luaskan Buku SKBI;
b. mengawasi penerapan SKBI;
c. menampung saran penyempumaan SKBI.
KE LIMA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa segala
sesuatunya akan diadakan perbaikan jika ada kesalahan-kesalahan dan
disesuaikan sebagaimana mestinya.
TEMBUSAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Sdr. Para Menteri Negara Kabinet Pembangunan IV;
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SNI 03-1724-1989
vi
SNI 03-1724-1989
Lampiran nomor 2
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 378/KPTS/1987
Tanggal 31 Agustus 1987
vii
SNI 03-1724-1989
Bab 1 pendahuluan
Pasal 1 Maksud dan Tujuan
(1) Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam mendesain bangunan di sungai agar
memenuhi persyaratan hidrologi dan hidraulik; sehingga dapat mengamankan,
melestarikan, dan meningkatkan keandalan bangunan di sungai dan sungainya sendiri.
Pasal 2 Ruang Lingkup
(1) Ruang lingkup pedoman ini hanya mencakup ketentuan dasar tentang persyaratan
hidrologi dan hidraulik untuk mendesain bangunan di sungai.
(2) Sehubungan dengan ayat (1) pasal ini, pedoman ini menguraikan beberapa ketentuan
yang mencakup :
2.1 sifat Daerah Pengaliran Sungai (DPS),
2.2 evaluasi data curah hujan,
2.3 pengukuran dan analisis debit sungai,
2.4 data hidraulik yang diperlukan dalam desain,
2.5 persyaratan dan pemilihan tempat bangunan,
2.6 persyaratan desain hidraulik,
2.7 inetoda dan pengujian model hidraulik, dan
2.8 kordinasi dalam pengelolaan bangunan dan sungai.
(3) Pelaporan dan Penanggungjawab
3.1 Setiap konsultan desain atau badan lainnya yang melaksanakan pekerjaan survei,
penyelidikan, dal) desain bangunan di sungai harus menyerahkan satu set laporaripekerjaanrya kepada instansi yang mempunyai wewenaug dan tanggung jawab pembinuan
atas sungai; baik secara bertahap maupun secara menyeluruh setclah selesainya scluruh
pekerjaan.
3.2 Seluruh pekerjaan desain harus dilaksanakan di bawah tanggungjawab seorang Ali
teknik sipil yang karena tat ihan dan pcngalamannya berpengetahuan luas dan ahli dalam
pekerjaan desain bangunan di sungai.
(4) Pemakaian Pedoman
4.1 Pedoman ini dapat dip:.kai bersanna-sama dengan standar lain yang berlaku.
4.2 Pemakaian standar dari negara lain harus disertai dengan penjelasan dan alasan yang
kuat, dan disetujui oleh instansi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab
pembinaan atas sungai.
(5) Bangunan di sungai yang dimaksud dalam pedoman ini, meliputi :
5.1 Bangunan pemanfaatan (penggunaan dan pengembangan) sungai, antara lain : bendung
(tetap dan gerak), bangunan sadap bebas, dan bendungan, prasarana pompa, bangunan
pembangkitan tenaga, bangunan navigasi dan alur pengerukan (normalisasi).
5.2 Bangunan konservasi (perlindungan dan pengendalian) sungai, antara lain : dam
penahan sedimen, pengendali dan pelindung dasar sungai, pelindung tebing langsung,
1 dari 28
SNI 03-1724-1989
sudetan, banjir kanal, pengarah arus (krib), tanggul banjir; dan pelimpah banjir, bangunan
pengatur sedimen, pem--bagi banjir, tanggul penutup, dan bangunan retensi banjir serta
bangunan pengendali pasang dan air asin.
5.3 Bangunan silang terdiri atas (i). bangunan lintas atas sungai : jembatan, talang, pipa
hisap, dan bangunan pipa lainnya, dan (ii). bangunan lintas bawah sungai : sifon, goronggorong, dan bangunan pipa lainnya.
Penjelasan dan latar belakang lebih teknis dari pedoman ini akan diuraikan lebih terinci
dalam beberapa Buku Petunjuk yang akan diterbitkan sesudah pedoman ini.
(6)
Bangunan pemanfaatan sungai seperti : bendungan, prasarana pompa, bangunan
navigasi dan alur pengerukan (normalisasi), dan bangunan konservasi sungai seperti :
pelimpah banjir, bangunan pengatur sedimen, penibagi banjir, tanggul penutup dan
bangunan retensi banjir serta bangunan pengendali pasang dan air asin, akan diatur
dalam standar tersendiri.
Pasal 3 Pengertian
(1) Aliran adalah gerak air yang dinyatakan dengan gejala dan parameter. (2) Bangunan di
sungai adalah bangunan sungai dan bangunan silang.
Bangunan sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perlindungan, pengendalian,
penggunaan, dan pengembangan lainnya.
Untuk selanjutnya bangunan di sungai dalam pedoman ini disebut bangunan.
(3) Bentuk bangunan adalah tipe dan ukuran bangunan, bagian atau komponen bangunan.
(4) Daerah Pengaliran Sungai (disingkat DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata-air yang
terbentuk secara alamiah di maim air meresap dan atau mengalir (dalam suatu sistem
pengaliran) melalui lahan, anak sungai dan sungai induknya; dan DPS dibatasi tidak
termasuk daerah laut.
(5) Debit adalah jumlah/volume air yang mengalir melewati suatu penampang melintang
saluran, sungai atau jalur air yang lain per satuan waktu.
(6) Desain adalah perencanaan teknik.
(7) Hidraulik adalah segala sifat yang berhubungan dengan aliran.
(8) Hidraulika adalah ilmu yang mempelajari aliran dan material yang dibawanya, serta sifat
air yang diam.
(9) Hidrograf debit adalah gambaran perubahan debit sungai dalam kaitannya dari waktu ke
waktu di suatu tempat.
(I0) Hidrograf muka air adalah gambaran perubahan muka air sungai dalam kaitannya dari
waktu ke waktu di suatu tempat.
(11) Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada permukaan,
dan di dalam tanah. Hidrologi dalam pedoman ini terbatas pada hidrologi rekayasa.
(12) Muatan adalah sedimen yang terangkut aliran, meliputi muatan layang dan muatan
dasar.
(13) Pemilik bangunan adalah instansi Pemerintah, badan hukum , badan usaha, organisasi,
atau perorangan yang mempunyai hak milik yang sah menurut peraturanperundangundangan atas bangunan.
2 dari 28
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
Sherman,
Ishigiro,
Mononobe, atau
Penentuan debit dapat dilaksanakan dengan cara pengukuran dan cara analisis.
(2)
Cara pengukuran tersebut dapat dibagi dua, secara langsung dan tidak langsung.
(3)
Setiap cara penentuan yang dipilih harus scsuai drnbau kundisi fisik dan hidraulik
5 dari 28
SNI 03-1724-1989
sungai.
Pasal 12 Pengukuran Debit Secara Langsung
(1) Pengukuran debit secara langsung yang paling lazim adalah menggunakan alat ukur
arus.
(2) Pengukuran debit sungai tidak mungkin dilaksanakan setiap saat secara terus menerus.
Oleh karena itu agar dapat diperoleh gambaran perubahan yang menerus, maka harus
dilakukan :
2.1 pemantauan berlanjut tentang perubahan muka air sungai dengan memasang alat duga
otomatis atau yang biasa; tetapi yang bekerja otomatis lebih disarankan.
2.2 pembuatan lengkung debit sungai yang harus :
(1) mencakup keadaan debit kecil hingga debit besar, sehingga perlu mempertimbangkan
geometri dan pola arus sungai, dan (ii) selalu dimutakhirkan untuk menyesuaikan dengan
perubahan geometri dan pola arus sungai.
2.3 pembuatan ludrograf debit sungai yang dapat ditentukan berdasarkan basil pekerjaan
tersebut pada sub ayat 2.1 dan 2.2 ayat (2) pasal ini.
(3) Agar pengukuran seperti tersebut pada ayat (1) pasal ini memberi basil yang mantap
dan dapat diandalkan, maka dalam melaksanakan pengukuran hendaknya
memperbatikan faktor, antara lain :
3.1 tempat pengukuran,
3.2 alat yang dipergunakan,
3.3 cara pengukuran,
3.4 tenaga pengukur, dan 3.5 lama pengukuran.
(4) Metoda lain :
Selain menggunakan alat ukur arus, pengukuran debit secara langsung dapat juga
dilaksanakan dengan menggunakan :
4.1 pelampung,
4.2 zat warna,
4.3 cara volumetrik,
4.4 teknik ultra sonik, dan lain-lain.
Pasal 13 Pengukuran Debit Secara Tidak Langsung
(1) Pengukuran debit secara tidak langsung sexing kali diperlukan, dan hanya boleh
dilaksanakan apabila ditemui salah satu atau beberapa masalah/ kondisi berikut :
1.1 Pengukuran debit secara langsung berbahaya bagi keselamatan petugas dan peralatan
yang digunakan.
1.2 Sifat perubahan debit banjir relatif singkat waktunya dan saat kejadiannya sulit
diramalkan.
1.3 Selama suatu pengukuran dilakukan, kadang-kadang banjir tidak terjadi sehingga
diperlukan cara lain untuk memperkirakan debit banjir tersebut.
6 dari 28
SNI 03-1724-1989
4 Kadang-kadang pengukuran debit banjir untuk beberapa tempat sulit dilaksanakan pada
saat yang bersamaan, pada hal datanya sangat diperlukan.
(2) Pengukuran debit secara tidak langsung seperti yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan :
2.1 Cara luas kemiringan memerlukan kegiatan :
(i) pengukuran tanda bekas banjir untuk menentukan kemiringan muka air banjir,
(ii) pengukuran penampang melintang dan memanjang sungai, dan
(iii)memperkirakan kekasaran hidraulik sungai. 2.2 Cara ambang
(i) ambang buatan (antara lain : bendung, pengendali dan pelindung dasar sungai),
(ii) ambang alam yang tetap.
Bila data telah tersedia selanjutnya debit dapat dihitung dengan rumus hidraulik.
Pasal 14 Penentuan Debit Secara Analisis
(1) Penentuan debit sungai secara analisis dari data hujan di DPS dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda statistik dan atau matematik. Metoda yang lazim dipergunakan
adala
1.1 metoda rasional,
1.2 metoda empiris, dan 1.3 model matematik.
Metoda ini hanya boleh dipergunakan apabila data yang diperoleh dengan pengukuran
secara langsung seperti tersebut pada pasal 12 tidak cukup memadai, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
(2) Pemilihan metoda tersebut pada ayat (1) pasal ini harus sesuai dengan karakteristik DPS
yang ditinjau, data yang tersedia, dan harus disetujui bersama oleh pihak pemilik,
pendesain, dan instansi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab pembinaan
atas sungai.
Pasal 15 Kala Ulang dan Debit Banjir Desain
(1) Pengertian
Kala ulang debit/curah hujan adalah suatu kurun waktu berulang di mans debit/curah
hujan yang terjadi dilampaui atau disamai oleh debit banjir/ curah hujan desain.
(2) Cara Perhitungan Statistik
2.1 Hubungan antara kala ulang atau frekuensi dengan suatu besaran kejadian dalam hal
ini debit atau curah hujan - pada umumnya dapat dihitung dengan cara statistik yang sesuai
dengan sifat spesilIk data tersedia.
2.2 Apabila analisis frekuensi debit atau curah hujan menggunakan metoda:
(i) distribusi Gumbel, atau
(ii) distribusi log Pearson tipe III,
maka paling sedikit harus menggunakan data sepanjang 10 tahun yang berurutan.
7 dari 28
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
Bagian bangunan bendung selain pelimpah bendung harus didesain aman terhadap
luapan, sehingga pelimpah bendung mampu me-Iewatkan debit desain dengan tinggi
jagaan secukupnya. Besarnya debit desain dan tinggi jagaan tersebut harus diambil
sesuai dengan standar yang berlaku dan ketentuan dalam ayat (2) pasal 23; dan
besarannya berbeda-beda rhenurut bagian bangunannya, antara lain : tubuh bendung,
tanggul penutup, tanggul banjir.
(ii) Keamanan terhadap gerusan lokal, degradasi dasar sungai dan penggerowongan tebing :
Agar bangunan aman dari gejala di atas, maka bangunan harus didesain sebagai berikut :
bentuk, arah bangunan dan bagian bangunan (tembok pangkal, tembok sayap, pilar
jembatan, dan terutama mercu bendung dan peredam energinya) harus didesain
sedemikian sehingga pola aliran pada debit banjir desain dan akibat eksploitasinya, dapat
mengurangi semaksimal mungkin kerusakan hidraulik yang ditimbulkannya.
fondasi bagian bangunan hilir harus diletakkan di bawah dasar terdalam dari gerusan
lokal atau degradasi dasar sungai yang mungkin akan terjadi.
apabila degradasi dasar sungai yang mungkin terjadi cukup bestir, sehingga desain terlalu
mahal/tidak ekonomis dan atau sulit dilaksanakan, maka perlu dipertimbangkan alternatif
pengaman lainnya, antara lain : bangunan pengendali, pelindung dasar dan tebing
sungai, atau konstruksinya dilaksanakan bertahap sesuai dengan keadaan dan resiko.
(iii) Keamanan terhadap agradasi dasar sungai :
Agar bangunan aman terhadap agradasi dasar sungai, maka perlu diusahakan
pengendaliannya dengan antara lain kantong lumpur, saluran pembilas, dan pengarah
arus.
(iv) Keamanan terhadap benturan dan abrasi oleh muatan dan henda padat lain :
Apabila sungai membawa muatan dan atau bendy padat lainnya yang dapat merusak,
maka bagian-bagian bangunan dapat didesain sebagai berikut :
dipilih tipe dan jenis bangunan yang cocok dengan keadaan sungai tersebut di atas,
dan
diberi lapisan pelindung yang tahan benturan, dan atau abrasi, misalnya : batu candi,
besi profil.
(v) Keamanan terhadap rembesan (erosi buluh) :
Bandung atau bagian-bagiannya harus didesain aman terhadap erosi buluh karena
rembesan yang mungkin dapat terjadi melalui fondasi maupun tebing tumpuan
bangunan. Keamanan bangunan dapat diperbesar dengan pembuatan, antara lain :
lantai udik, dinding/tirai di bawah bangunan, sistem drainase di bawah bangunan, atau
kombinasinya, dan perbaikan lainnya terhadap rembesan di tanah/batu.
(vi) Keamanan terhadap gejala meander dan berjalinnya sungai :
Keamanan bangunan terhadap masalah ini harus dipertimbangkan dalam desain
mengingat : dapat berpindahnya alur utama sungai, dan dapat berubahnya arah aliran
sungai terutama pads debit besar (banjir).
Masalah ini dapat diperkecil dengan mengusahakan pembuatan bangunan pengarah
arus dan atau sudetan.
(vii) Keamanan terhadap tekanan air statik dan dinamik :
13 dari 28
SNI 03-1724-1989
Bagian bangunan dan atau komponennya harus didesain cukup stabil terhadap tekanan
air dan tekanan sedimennya, serta terhadap getaran akibat gerak air antara lain di :
pintu, terjunan yang tinggi. Dalam hal ini keamanan bagian bangunan dan atau
komponennya dapat dicapai dengan memperbesar dimensi (tebal)-nya.
3.3 Keamanan Struktural, yaitu keamanan yang berkaitan dengan kekuatan dan kestabilan
struktural secara parsial maupun menyeluruh, untuk bangunan bawah (fondasi) dan
bangunan atas.
3.4 Keamanan fungsional, yaitu keamanan terhadap gangguan angkutan muatan dan benda
padat lain :
Bila sungai membawa muatan dan atau benda padat lainnya, maka bangunan harus
didesain agar babas dari gangguannya, sehingga tetap dapat berfungsi baik. Masalah ini
dapat diperkecil dengan mengusahakan :
(i) mengendalikan pola arus sehingga muatan dan atau benda padat lainnya yang terangkut
aliran tidak mengganggu fungsi bangunan.
(ii) penempatan yang tepat bagi bangunan pengambilan dan bangunan pelengkapnya :
bangunan bilas, bangunan pengambilan bawah, kantong lumpur, saringan.
(iii) mengalihkan dan atau membagi angkutan muatan dan benda padat lainnya.
Untuk selanjutnya ayat (4) dalam pasal ini, dan pasal 25 hingga pasal 34 hanya memuat
ketentuan keamanan yang menyangkut sub ayat 3.2 dan sub ayat 3.4 ayat (3),
sedangkan ketentuan yang menyangkut sub ayat 3.3 (keamanan struktural) akan diatur
dalam standar tersendiri.
(4) Dimensi Hidraulik
4.1 Panjang mercu dan bukaan pintu
Panjang mercu bendung pada bendung tetap atau panjang bukaan pintu pada bendung
gerak harus diperhitungkan terhadap :
(i) kemampuan melewatkan debit banjir desain dengan tinggi jagaan cukup, sehingga setiap
bagian bangunan aman terhadap kerusakan berat, seperti yang disebutkan dalam butir (i)
sub ayat 3.2 ayat (3) pasal ini.
(ii) batasan tinggi muka air genangan pada debit banjir desain mengingat pengaruhnya
terhadap : keamanan lingkungan, dan dimensi bagian bangunan lain seperti : tanggul
banjir, peredam enersi.
4.2 Tinggi mercu dan tinggi empangan
Tinggi mercu bendung tetap atau tinggi muka air normal atau tinggi empangan pada
bendung gerak harus ditetapkan dengan mempertimbangkan :
(i) kebutuhan penyadapan,
(ii) kebutuhan pembilasan, balk di bangunan pembilas dan atau kantong lumpur (bila ada),
(iii) tinggi muka air genangan yang akan terjadi di udik bangunan pada debit banjir desain
(periksa juga butir (ii) sub ayat 4.1 ayat (4) pasal ini).
(iv) kesempurnaan aliran lewat mercu bendung.
4.3 Bentuk mercu bendung tetap dan bentuk ambang bendung gerak
Mercu atau ambang dapat berbentuk bulat (dengan satu atau dua radius) atau ambang
lebar, dan harus ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor : macam dan
14 dari 28
SNI 03-1724-1989
parameter aliran (lihat pasal 19), debit desain untuk kapasitas pelimpahan (butir (i) sub ayat
3.2 ayat (3) pasal ini), dan kemungkinan kavitasi.
4.4 Tubuh bendung
Tubuh bendung dapat didesain tegak atau miring, dengan memperhatikan faktor : parameter
aliran (pasal 19), koefisien pengaliran mercu pada debit desain (butir (i) sub ayat 3.2 ayat (3)
pasal ini), benturan oleh muatan dan batu, kemungkinan kavitasi, tipe peredam enersi,
rembesan, dan stabilitas struktural.
4.5 Peredam energi
(i) Peredam energi dapat dipilih dengan bentuk: lantai dengan/tanpa pelengkapnya (antara
lain : blok luncur, blok lantai, ambang hilir), kolam cekung (antara lain : solid, slotted,
tenggelam/roller bucket, ski jump), bertangga, berganda, dan lulus air.
(ii) Dimensi peredam energi harus diperhitungkan terhadap: tinggi terjunan, gerusan lokal
dan degradasi dasar sungai (butir (ii) sub ayat 3.2 ayat (3) pasal ini), benturan dan abrasi
oleh muatan dan benda padat lainnya (butir (iv) sub ayat 3.2 ayat (3) pasal ini), rembesan,
dan debit desain untuk bagian bangunan peredam energi.
4.6 Tembok sayap hilir
Bentuk tmbok sayap harus ditentukan dengan memperhatikan: bentuk bangunan peredam
energi, geometri sungai di hilir dan sekitarnya, dalamnya gerusan lokal dan degradasi dasar
sungai (butir (ii) sub ayat 3.2 ayat (3) pasal ini), stabilitas tebing, dan tinggi muka air hilir
pada debit desain peredam energi dengan tinggi jagaan secukupnya.
4.7 Bangunan pengambilan dan bangunan pengatur angkutan muatan
Dimensi bangunan pengambilan (lubang pengambilan) harus ditentukan atas dasar
kebutuhan air maksimum, dengan membatasi kecepatan aliran masuk untuk pengendalian
angkutan muatan dan benda padat lainnya. Bangunan ini seharusnya dilengkapi dengan
perlengkapan pengatur muatan (butir (ii) sub ayat 3.4 ayat (3) pasal ini).
4.8 Bangunan pengarah arus
Bentuk bangunan pengarah arus di udik bendung harus dipilih dan disesuaikan dengan :
keadaan morfologi sungai di udik bendung dan panjang mercu bendung, sehingga arus
berarah tegak lurus terhadap sumbu bendung. Tingginya ditentukan setinggi muka air pada
debit desain untuk kapasitas pelimpahan (butir (i) sub ayat 3.2. ayat (3) pasal ini), dan
dengan mempertimbangkan perubahan morfologi sungai.
4.9 Tanggul penutup dan tanggul banjir
Bila diperlukan tanggul penutup, maka tingginya harus dipertimbangkan terhadap tinggi
muka air empangan pada debit desain pelimpahan (butir (i) sub ayat 3.2. ayat (3) pasal ini)
dengan tinggi jagaan secukupnya menurut ketentuan yang berlaku.
4.10 Tembok pangkal bendung
Tinggi tembok pangkal bendung harus ditentukan dengan memperhatikan debit desain untuk
kapasitas pelimpahan (butir (i) sub ayat 3.2 ayat (3) pasal ini). Panjang tembok pangkal
ditentukan oleh dimensi tubuh bendung dan parameter hidraulik (pasal 19). Bentuk tembok
pangkal dapat dibuat tegak atau miring.
4.11 Panjang bendung
Panjang bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal yang ditentukan oleh :
15 dari 28
SNI 03-1724-1989
(i) panjang mercu (sub ayat 4.1 ayat (4) pasal ini), ditambah dengan lebar pembilas, dan
atau pelepas banjir, dan atau lebar pilar pada bendung tetap, atau (ii) panjang bukaan pintu
gerak, ditambah dengan lebar pembilas dan atau pelepas banjir serta lebar pilar dan atau
lebar lintas perahu dan lebar lintas ikan.
Pasal 25 Bangunan Sadap Babas
(1) Fungsi
Bangunan sadap bebas harus didesain agar dapat berfungsi mengatur debit yang
masuk/disadap sesuai kebutuhan. Dan juga harus dapat dicegah semaksimal mungkin
masuknya angkutan muatan dan atau benda padat lainnya ke bangunan, serta masuknya
air banjir.
(2) Tempat Bangunan
2.1 Tempat bangunan sadap bebas harus ditentukan berdasarkan ketentuan dalam pasal 21
dan 22. Sebaiknya bangunan ditempatkan di tikungan luar aliran sungai, sedemikian
sehingga masuknya aliran lancar.
2.2 Bilamana keadaan tempat bangunan secara alamiah tidak dapat menjamin ketentuan
seperti tersebut pada sub ayat 2.1 ayat (2) pasal ini karena satu atau beberapa sebab, maka
harus diusahakan pemecahannya yang paling baik. Cara pemecahan yang dipilih hams
sesuai dengan masalahnya, antara lain dapat berupa salah satu atau kombinasi dari
beberapa teknik sebagai berikut :
(i) pengarahan arus (krib, dinding pengarah, deflector)
(ii) perlindungan tebing, lembah, dan palung sungai (krib, pelindung tebing, dan sebagainya).
(iii) pengendalian dasar sungai.
(3) Syarat Keamanan
3.1 Keamanan Hidraulik (termasuk rembesan)
(i) Keamanan bangunan sadap bebas harus ditentukan berdasarkan ketentuan dalam butir
(ii), (iii), (iv), (v), (vi), dan (vii), sub ayat 3.2 ayat (3) pasal 24.
(ii) Keamanan terhadap Iuapan Bangunan harus didesain aman terhadap debit desain
tertentu.
Dengan deniikian puncak tembok dan atau bagian bangunan yang berfungsi melindungi
bagian bangunan lainnya hares mempunyai tinggi jagaan yang cukup pada debit desain
tersebut di atas.
3.2 Keamanan terhadap gangguan angkutan muatan dan benda padat lainnya.
Keamanan terhadap gangguan angkutan muatan dan benda padat lainnya hares
dipertimbangkan dalam mendesain bangunan ini sesuai ketentuan dalam sub ayat 3.4. ayat
(3) pasal 24.
(4) Dimensi Hidraulik
Dalam menentukan dimensi hidraulik bangunan sadap bebas, harus mempertimbangkan
kemampuan dan fungsinya seperti disebutkan dalam ayat (1) pasal ini.
4.1 Penampang aliran masuk
Dimensi bangunan (lebar dan tinggi penampang basah aliran masuk) harus ditentukan
sedemikian sehingga :
(i) bangunan masih dapat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan debit pada keadaan muka
16 dari 28
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
Dimensi tembok sayap hilir bangunan ini harus ditentukan berdasarkan persyaratan
seperti yang disebut dalam sub ayat 4.6 ayat (4) pasal 24.
(vii) Bangunan pengarah arus ambang
Dimensi bangunan pengarah arus dari bangunan ini harus ditentukan berdasarkan
persyaratan seperti yang disebut dalam sub ayat 4.8 ayat (4) pasal 24.
4.2 Panjang
Panjang bangunan harus ditentukan sekurang-kurangnya sepanjang tebing yang perlu
dilindungi, dan tergantung kondisi lingkungannya.
4.3 Bentuk
Bentuk bangunan dapat didesain tegak atau miring.
Pasal 29 Sudetan
(1) Fungsi dan Tempat Bangunan
Sudetan adalah saluran buatan terbuka yang harus dapat berfungsi untuk memindahkan
dan atau membagi aliran sungai. Pada umumnya sudetan dibangun pada sungai yang
berbelok-belok agar rlirannya dapat diluruskan.
(2) Syarat Keamanan
Agar tujuan pembuatan sudetan dapat dicapai dengan baik sesuai fungsi dun tempat
bangunan, maka dalam mendesain sudetan harus dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
2.1 terganggunya keseimbangan unsur morfologi sungai,
2.2 pengaruhnya terhadap bangunan lain di sungai karena perubahan dasar dan muka air
sungai akibat penggalian, dan
2.3 harus mampu melewatkan debit desain dengan besaran tertentu yang disesuaikan
dengan kapasitas pengaliran alur sungai di hulu dan hilirnya.
(3) Dimensi Hidraulik
3.1 Penampang basah dan kemiringan dasar sudetan harus ditentukan dengan
memperhatikan faktor-faktor :
(i) debit desain
(ii) kecepatan aliran, sedemikian sehingga sudetan stabil (tidak ada gerusan dan
pengendapan).
(iii) jenis dan keadaan material dasar dan tebing galian.
3.2 Trase sudetan harus ditetapkan dengan cennat, dan sedapat mungkin disesuaikan
dengan kondisi sungai di hulu dan hilirnya.
SNI 03-1724-1989
SNI 03-1724-1989
22 dari 28
SNI 03-1724-1989
Pasal 33 Bangunan Lintas Atas Sungai (Jembatan, Talang, Pipa Hisap dan Bangunan
Pipa : gas, minyak, dan kabel)
(1) Bangunan Bawah
Bangunan bawah dari bangunan lintas atas sungai berfungsi untuk mendukung
bangunan bagian atasnya, dan umumnya terdiri dari pilar, tembok pangkal, dan
fondasinya.
(2) Tempat Bangunan
Tempat bangunan ini harus ditentukan berdasarkan ketentuan dalam pasal 21 dan 22,
biasanya dipilih pada ruas sungai yang relatif lurus.
(3) Syarat Keamanan
3.1 (i) Bagian bawah bangunan lintas atas sungai tidak boleh memperkecil penampang
basah sungai. Penampang basah sungai harus tetap mampu melewatkan debit sebesar
debit banjir desain dengan aman, baik bagi bangunan bersangkutan dan lingkungan di
sekitarnya, maupun bagi daerah di udik bangunan .
(ii) Debit banjir desain seperti yang dimaksud pada butir (i) sub ayat 3.1. ayat (3) pasal ini
harus diambil sesuai dengan sistem pengelolaan sungai dan jenis bangunan yang
didesain serta menuruti ketentuan yang berlaku.
3.2 Agar supaya ketentuan seperti yang dimaksud pada sub ayat 3.1 ayat (3) pasal ini dapat
dicapai, maka bangunan harus didesain agar memenuhi scrnua ketentuan sebagai
berikut :
(i) bangunan tidak boleh menimbulkan arus pembendungan yang dapat mengakibatkan
banjir/gcnangan di daerah !lulu bangunan, dan atau mengakibatkan berkurangnya
kapasitas alur sungai di hulu bangunan,
(ii) bangunan harus mempunyai ruang bebas menurut ketentuan yang berlaku, sehingga
muka air sungai pads debit banjir desain tidak menyentuh setiap bagian atau komponen
bangunan atas.
(iii) bangunan harus stabil secara parsial maupun nrenyeluruh terhadap gerusan lokal, dan
degradasi dasar sungai.
(iv) setiap bagian bangunan tidak boleti rusak akibat angkutan muatan dan benda padat
lainnya.
3.3 Bagian bangunan tidak boleh menyebabkan penyernpitan penampang aliran sungai.
Bagian bangunan semacam ini antara lain :
(i) tembok pangkal yang menjorok masuk ke sungai,
(ii) jarak pilar yang relatif terlalu dekat/rapat,
(iii) sisa bangunan lama dan sisa bangunan penunjang pelaksanaan yang tidak terpakai.
(4) Dimensi Bangunan Bagian Bawah
4.1 Arab dan bentuk dari tembok pangkal dan pilar harus diatur sedemikian sehingga searah
dengan aliran. Bilamana ketentuan ini sulit terpenuhi karena satu atau beberapa sebab,
maka perlu diusahakan perbaikan arali aliran, antara lain dengan pengarah arus, perbaikan
arah alur sungai, dan sudetan.
4.2 Dasar pilar jembatan disarankan tertanam di bawah elevasi terendah gerusan lokal atau
degradasi dasar sungai yang mungkin terjadi.
23 dari 28
SNI 03-1724-1989
Pasal 34 Bangunan Lintas Bawah Sungai (Sifon, Gorong-gorong, dan Bangunan Pipa :
gas, minyak, angkutan pasir, dan kabel)
(1) Fungsi
Bangunan ini berfungsi untuk mengalirkan benda cair, gas, dan padat, serta melindungi
kabel melewati bawah dasar sungai.
(2) Tempat Bangunan
Tempat bangunan lintas bawah sungai harus ditentukan berdasarkan ketentuan dalam
ayat (2) pasal 33.
(3) Syarat Keamanan
Dalam mendesain bangunan ini harus mempertimbangkan ketentuan sebagai berikut :
3.1 kedalaman dasar bangunan ditentukan sedemikian sehingga anman terhadap pengaruh
degradasi dasar sungai dan gerusan lokal yang mungkin terjadi; seluruh bagian bangunan ini
harus berada di bawah dasar sungai.
3.2 tebing dan dasar sungai di sekitar bangunan harus dilindungi terhadap kerusakan
apabila material tebing dan dasar sungai mudah tergerus.
Bab 9 pemilihan metoda dan pengujian dengan model
Pasal 35 Ketentuan Umum
(1) Dalam mendesain bangunan diperlukan metoda perhitungan yang tepat dan andal untuk
dapat menentukan : dimensi, kapasitas bangunan, bentuk hidraulik bangunan, tipe tiap
bagian bangunan, cara operasi, dan cara konstruksi, sehingga keamanan bangunan dan
sungai dapat terjamin baik.
(2) Metoda seperti yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus dipilih berdasarkan
pertimbangan berikut ini :
2.1 metoda yang sudah lazim dipakai secara nasional menurut ketentuan yang berlaku;
2.2 bilamana metoda yang dimaksud dalam sub ayat 2.1 ayat (2) pasal ini belum ada, maka
diijinkan menggunakan metoda yang berlaku secara internasional dengan persetujuan
bersama antara pihak : pendesain, pemilik, dan instansi yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab pembinaan atas sungai;
2.3 sesuai dengan resiko dan konsekuensi yang mungkin dapat terjadi akibat didirikannya
bangunan bersangkutan;
2.4 sesuai dengan jenis dan kelas bangunan, serta tipe tiap bagian bangunan yang hendak
didesain;
2.5 sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada;
2.6 sesuai dengan keandalan parameter desain yang dapat diperoleh menurut ketentuan
bab 2, 3, 4, 5, dan 6.
Pasal 36 Penyederhanaan Dasar Hidraulika
(1) Aliran sungai lazimnya selalu berubah dalam dimensi ruang dan waktu. Masalah aliran
sungai untuk mendesain bangunan dapat disederhanakan, tetapi harus tetap sesuai
24 dari 28
SNI 03-1724-1989
25 dari 28
SNI 03-1724-1989
26 dari 28
SNI 03-1724-1989
= current meter
= sill
= bed load transportation
= suspended load transportation
= upper structure
bangunan bawah
dasar sungai
bangunan sadap babas
batu candi
batu candi
faktor bobot
gejala
geometri
gerusan lokal
hidraulik
jagaan
kala ulang
kavitasi
limpasan permukaan
dinding halang
f
dinding pengarah
erosi buluh
27 dari 28
SNI 03-1724-1989
mutakhir
= up date
pemutakhiran
= up dating
pelepas banjir
= flood way
pelintas ikan
= fish way
pelintas perahu
= raft way
pelontar
= ski jump
pipa hisap
= heuvel
peluapan
= overtopping
pernbilas
= flush way
pengendapan setempat
= shoaling
penggerowongan tebing
pengikisan
= erosion
peristiwa
= accident
ruang bebas
= clearance
= abutment
tempat (bangunan)
= site
tinggi empangan
= pond level
28 dari 28