Anda di halaman 1dari 3

TONISITAS

Apabila suatu larutan pekat dicampur dengan air, maka akan terjadi proses difusi dari
larutan yang pekat ke air, pada akhirnya lambat laun akan diperoleh larutan yang homogen. Yang
menyebabkan proses difusi ini adalah tekanan osmose dari bagian-bagian yang terlarut. Jika
larutan yang pekat dengan air dipisahkan oleh dinding yang semipermiabel artinya air, maka air
masuk ke dalam larutan tadi. Sebenarnya meskipun tidak 100% betul, tetapi dapat dikatakan
bahwa tekanan osmosa cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbal, sama dengan tekanan
osmosa larutan natrium klorida 0,9%, yang sering disebut larutan fisiologis.
Penyuntikan larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menyababkan hal-hal yang
tidak diinginkan. Berdasarkan atas beberapa penelitian disimpulkan bahwa cairan yang
mempunyai tekanan osmosa yang lebih kecil terhadap cairan tubuh, maka akan diserap masuk ke
dalam sel-sel tubuh sehingga akan memnyebabkan terjadinya pengembangan dari sel dan dapat
memnyebabkan pecahnya sel.
Hukum-hukum yang mempengaruhi tekanan osmose
Tekanan osmosa itu tergantung dari:
a. Suhu absolute larutan
b. Konsentrasi larutan
P
=K .T
C
Dimana : P = Tekanan Osmose
C= Konsentrasi Larutan
K = Tetapan
T = Suhu absolut
Suatu larutan dengan volume = v dan mengandung 1grl zat terlarut, maka C = 1/v, sehingga Pv =
KT = tetapan gas.

Sebenarnya tekanan osmosa adalah sama dengan tekanan gas, jika seandainya terlarut
terdapat dalam bentuk gas dengan bentuk gas dengan volume dengan suhu yang sama dengan
larutan. Tekanan osmosa dari 1 molar pada suhu 00C , adalah 2,4 atm, maka dari itu dapat
dihitung tekanan osmosa dari larutan-larutan yang lebih encer. Pada larutan yang pekat, tekanan
osmeosa yang diperoleh, menyimpang dari tekanan osmosa teoritis, karena laritan yang lebih
pekat itu, molekul-molekul zat terlarut dalam larutan dan bukan oleh jes bagian itu. Jadi jumlah
ion yang sama dlam larutan member tekanan osmosa yang sama pula.
Jadi yang berpengaruh pada tekanan osmosa ini adalah ionisasi atau disosiasi dari zat
yang terlarut, sedangkan berat molekul zat tadi hanya sedikit pengaruhnya. Namun sering
dikatakan bahwa elektrolit-elektrolit kuat dalam larutan berionisasi atau berdisosiasi sempurna.
Meskipun demikian hal ini tidak selalu benar, karena antara ion-ion ada gaya elektrostatis yang
besarnya ditentukan oleh konsentrasi za-zat terlarut tadi jadi dapt dikatakan bahwa suatu larutan
terdisosiasi atau terionisasi sempurna kalau larutan tadi encer. Zat yang dalam bentuk koloidal
tidak banyak mempengaruhi tekanan osmosakarena zat tersebut tidak terdisosiasi an terdapat
dalam bagian-bagian yang besar.
Untuk menghitung tekanan osmosa dari larutan yang mempunyai konsentrasi lebih kecil dari
0,1 M osmosa yang sama dengan efek osmosa yang sama dengan efek osmosa dari molekulmolekul zat yang non elektrolit. Tekanan osmosa dari larutan ini tergantung dari jumlah bagianbagian zat terlarut, yang memberikan pada larutan itu sifat-sifat koligatif yaitu sifat yang hanya
tergantung pada jenis-jenis bagian tersebut. Jika jumlah bagian-bagian dalam larutan naik, maka
akan terjadi :
a.
b.
c.
d.

Kenaikan tekanan osmosa.


Kenaikan titik didih.
Terjadinya penurunan titik beku.
Terjadinya penurunan tekanan uap.

Pada prakteknya tekanan osmosa larutan dapat ditentukan melaui penentuan penatau turunan
titik beku atau turunnya tekanan uap, misalnya diatur naik turunya tekanan uap dan hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari larutan NaCl yang tlah ditentukan
dengan saksama besaran-besaran tadi.

Larutan-larutan yang mempunyai penurunan titik beku atau tekanan uap yang sama,
mempunyai tekanan osmosa yang sama pula. Jadi larutan-larutan tadi adalah larutan isotonis
larutan yang hipotonis adalah larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih rendah dari pada
tekanan osmosa larutan lainnya. Sebaliknya larutan hipertonis adalah larutan yangari pada
tekanan mempunyai tekanan osmosa lebih besar dari pada tekanan osmosa larutan lainnya. Jika
misalnya sel darah merah dimasukan kedalam larutan yang bersifat hipotonis, maka air dalam
larutan akan ditarik kedalam sel darah tadi dan jika penyimpangan isotonis terlalu besar, sel akan
terus menerus mengembang, Akhirnya pecah dan terjadi hemolisa. Apabila sel-sel darah
dimasukkan kedalam larutan yang hipotonis, maka air dari sel ditarik keluar, sehing sel akan
mengalami pengkerutan sehingga terjadi plasmolisa (protoplasma terlepas dari dinding sel).
Larutan yang dimasukkan kedalam tubuh, tubuh lebih mudah menerima larutan hipertonis
dari pada yang hipotonis. Larutan yang memepunyai tekanan osmosa sama (iso-osmotik) disebut
larutan isotonis. Sebenarnya tidak dapat dianggap dianggap sinonim satu sama lain, karena
tonisitas ditentukan oleh kadar atau jumlah bagian-bagian zat terlarut yang tidak dapat tertentu
dari menembus membran yang dipakai. Kerana sifat-sifat tertntu dari membrane sitoplasma
darah merah, maka tidak selalu lkatan yang iso-osmotik itu isoton.
Ada beberapa zat yang dalam keadaan iso-osmotis menyebabkan haemolisis sel darah merah :

NH4Cl
Acidum boricum
Etanol
Gliserin
Beberapa gliserol
Methylamin
Ureum
Urethan

Anda mungkin juga menyukai