potensi yang luar biasa pada diri peserta didik. Peran sebagai dinamisator, bermakna setiap guru memiliki
kemampuan untuk mendorong peserta didik ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran,
cekatan, cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan peran guru sebagai evaluator, berarti setiap guru
dituntut untuk mampu dan selalu mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran yang dipakai
dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik.
Dalam budaya organisasi madrasah, beban pendidikan moral dan akhlak tak sepenuhnya menjadi
tanggung jawab tunggal guru mata pelajaran agama. Guru mata pelajaran umum ( baik eksakta,
pengetahuan sosial dan bahasa) pun sarat akan pembelajaran moral dan akhlak yang terintegritas.
Alhasil, setiap guru dalam lingkup madrasah dalam menjalankan perannya, tak akan lepas pada
proses dan hasil yang mempertimbangkan keseimbangan antara aspek pengembangan spiritual
dan aspek pengembangan intelektual tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis.
Keduanya beriring berimbang, bak dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.
Melalui tangan guru lah, siswa akan sampai pada tingkat akidah dan pemahaman agama yang
mantap, akhlak dan moral yang luhur, wawasan iptek yang luas, serta profesional dan beretos
kerja [ ].