Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN

INTERNASIONAL
INDONESIA AFRIKA

Dosen Pengampu :

HERMAWAN,
DR.SIP.MSI

Oleh :

SINGGIH DEFVIYANTO
115030107111046
TRI MUKTI EKA S
115030107111059

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI


PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, segala pengetahuan, karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul Hubungan Internasional Indonesia Afrika.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, baik bantuan yang berupa materi maupun dukungan moril. Untuk itu dalam kata
pengantar ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih atas semua bantuan
yang diberikan demi kelancaran laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap
agar makalah ini dapat berguna sebagai salah satu dari bahan informasi bagi penulis
maupun pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, November 2013


Penulis

DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................

iii

A. Latar Belakang ..............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan ...........................................................................................................

D. Manfaat .........................................................................................................

E. Pembahasan ...................................................................................................

1. Hubungan Indonesia dengan Afrika dalam Prospek Kebijakan Energi ....

a) Minyak Bumi ......................................................................................

10

b) Tenaga Nuklir ......................................................................................

11

c) Bahan Bakar Nabati (BBN)..................................................................

12

2. Hubungan Indonesia dengan Afrika dalam Prospek Kebijakan Politik .....

14

3. Hubungan Indonesia dengan Afrika dalam Prospek Kebijakan Ekonomi .

17

4. Hubungan Indonesia dengan Afrika dalam Prospek Kebijakan


Sosial dan Budaya ....................................................................................

18

F. Kesimpulan ....................................................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

22

A. LATAR BELAKANG

Di era globalisasi dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang


dengan pesat, interaksi dan interdependensi antar negara semakin meningkat.
Seiring dengan meningkatnya interaksi tersebut, meningkat pula kerjasama
internasional di berbagai bidang yang dituangkan dalam beragam bentuk perjanjian
internasional yang mengikat para pihak. Ini berarti semua pihak dengan itikad baik
harus bersungguh-sungguh melaksanakan kewajiban yang timbul dari perjanjian
internasional yang telah disepakati bersama. Tidak dilaksanakannya perjanjian
internasional oleh suatu pihak dapat berakibat timbulnya gugatan oleh pihak lain1.
Sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia juga melaksanakan
hubungan internasional dan membuat perjanjian internasional dengan negara lain,
organisasi internasional, dan subyek hukum internasional lainnya. Agar perjanjian
internasional sejalan dengan kepentingan nasional, memberikan hasil yang
maksimal dan bermanfaat bagi rakyat, maka perlu diatur dalam suatu undangundang (UU). Sampai saat ini UU yang mengatur mengenai perjanjian internasional
adalah UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional yang mulai berlaku
pada tanggal 23 Oktober 2000.
Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain telah dimulai
sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945.Berbagai forum baik bilateral, regional maupun multilateral telah dirancang
oleh Indonesia bersama-sama dengan negara-negara sahabat. Dalam menjalin
hubungan tersebut Indonesia senantiasa mempromosikan bentuk kehidupan
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak
mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakan penggunaan kekerasan
serta konsultasi dan mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan
keputusan2.
Negara-negara mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan
kawasan. Salah satu kawasan tersebut adalah Afrika. Hubungan bilateral Indonesia
Afrika telah berlangsung sejak 1994 ketika Indonesia mendukung perjuangan
(African National Congress) ANC menentang Apartheid. Hubungan Indonesia1

Buku Pedoman Kunjungan Kerja Panja Ruu Perjanjian Internasional Badan Legislasi
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2012. Dikutip tanggal 17 November
2013.
http://www.kemlu.go.id/. Dikutip tanggal 16 November 2013

Afrika saling meningkat dengan adanya saling dukung dalam forum internasional
dan saling kunjungan di antara pejabat tinggi ke dua Negara.
Apa yang kita ketahui tentang Afrika? Sebuah benua yang penduduknya
berkulit hitam, berambut keriting pendek, miskin, kekeringan, kekurangan pangan
dan dilanda perang terus menerus. Itu jawaban yang mungkin diberikan
kebanyakan orang Indonesia. Jawaban yang tidak seluruhnya benar itu tidak bisa
disalahkan. Mengapa? Karena informasi tentang Afrika yang dimuat media massa
Indonesia memang sangat minim. Dan, yang minim itu pun kebanyakan berasal
dari media massa Barat. Republik Afrika Selatan merupakan sebuah negara di
Afrika bagian selatan, juga terkenal sebagai produsen berlian, emas dan platinum
yang utama di dunia. Dahulu, pemerintahan negara ini dikecam karena politik
'apartheid'nya, namun sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratis
dengan penduduk kulit putih terbesar di benua Afrika.
Pada

tanggal

22-23

April

2005,

negara-negara

Asia

dan

Afrika

memperbaharui solidaritas mereka yang telah berjalan lama pada Konferensi


Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika 2005 di Jakarta. Pertemuan tersebut dihadiri
oleh perwakilan dari 106 negara Asia dan Afrika yang terdiri dari 54 negara Asia
dan 52 negara Afrika.
Bangsa Indonesia adalah pelopor dilaksanakannya Konferensi Asia-Afrika
(KAA) pada 18 sampai 24 April 1955 di Bandung.KAA ini melahirkan prinsipprinsip yang dikenal dengan Dasasila Bandung, kemudian menjadi dasar hubungan
antara negara-negara Asia-Afrika. Dengan semangat ini pulalah Indonesia kembali
sebagai penggagas New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) bersama
Afrika Selatan yang merupakan penggerak utama (prime mover) dari programprogram NAASP. Dan disini Indonesia mempunyai harapan yang besar yaitu
kepentingan Indonesia khususnya dalam memperkuat postur politik dan kredibilitas
Indonesia (branding)3.
Kalau dipilih satu jalur yang mengait dengan energi di Afrika Sub-Sahara,
agar kajian ini lebih realistis, maka misi kerjasama pembangunan dan ekonomi,
promosi dagang dan investasi, kesempatan kerja dan alih teknologi, serta hubungan
dan kerjasama bilateral, regional dan internasional merupakan peluang yang dapat
3

http://www.theglobal-review.com/. Dikutip tanggal 17 November 2013

ditempuh. Di samping bagaimana kerjasama tersebut akan dilaksanakan, tidak kalah


rumitnya adalah memilih tema program yang hendak dilaksanakan, mengingat
persepsi masing-masing terhadap masa depan, khususnya di bidang energi mungkin
masih sangat berbeda.
Meskipun hubungan baik Indonesia dan negara negara Afrika terjalin
dengan tajuk Asia- Afrika, namun negara negara di Afrika memandang bahwa
tanpa adanya prakarsa dari Indonesia yang dominan, Konferensi Asia Afrika akan
sulit untuk diwujudkan. Namun ironisnya, walaupun secara historis hubungan
Indonesian dengan benua Afrika kaya dengan nuansa ikatan emosional yang kuat,
dalam kenyataannya saat ini hubungan itu agak tergeser oleh prioritas hubungan luar
negeri Indonesia dengan kawasan lainnya. Secara ekonomi perhatian utama
Indonesia masih ditujukan kepada mitra dagang utamanya yang ada di kawasan Asia
Pasifik karena sebagian besar perdagangan kita dilakukan dengan Jepang, AS, Cina,
Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong4.
Dari ulasan latar belakang diatas kami mengangkat judul Hubungan
Internasional Indonesia Afrika (Studi pada Kebijakan Kerjasama Energi,
Kerjasama Politi, Kerjasama Ekonomi dan Kerjasama Sosial Budaya).
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana Indonesia menangkap peluang afrika melalui kerjasama di bidang
energi?
2. Bagaimana Indonesia menangkap peluang afrika melalui kerjasama di bidang
Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya?
C. TUJUAN
Beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain adalah:
1. Mengedepankan proses diplomasi dalam mengatasi dan menangani berbagai
permasalahan bilateral;

Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D, Hubungan Indonesia Afrika: Antara Retorika


Sejarah dan Basis Diplomasi Yang Lebih Solid, 2007. Dikutip tanggal 18 November
2013

2. Memanfaatkan peluang yang ada dan mengidentifikasi bidang bidang kerja sama
baru; dan
3. Mengedepankan kemajuan implementasi kesepaka- tan yang telah ada
D. MANFAAT
a. Bagi Mahasiswa
1. Mempelajari proses diplomasi dalam mengatasi dan menangani berbagai
permasalahan bilateral;
2. Mengidentifikasi peluang-peluang kerja sama yang ada dan mengidenti
kasi bidang-bidang kerja sama baru; dan
3. Mengevaluasi kemajuan implementasi kesepaka- tan yang telah ada.
b. Bagi Pemerintah
1. Menjaga integritas dan kedaulatan wilayah Indonesia;
2. Mendukung pembangunan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan

nasional;
3. Melindungi warga negara Indonesia dan kepenti ngan Indonesia lainnya di
luar negeri; serta

E. PEMBAHASAN

Hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika


menjadi semakin penting mengingatperkembangan positif di bidang politik,
keamanan dan ekonomi di kawasan Sub-Sahara Afrika yang memunculkan berbagai
peluang peningkatan kerja sama serta peningkatan ekspor ke kawasan sebagai pasar
non-tradisional.
Bagi Indonesia, Afrika mempunyai potensi yang cukup besar yaitu guna
perluasan akses pasar. Beberapa jenis komoditi utama yang di ekspor oleh Indonesia
ke negara-negara Afrika yang antara lain: fixed vegetable, fat oil, paper and paper
board, soap, textile, building materials, natural rubber lattex, coffee, tyre, fabrics,
furnituredan lain-lain.Sementara produk impor Indonesia dari negara-negara
Afrikaadalah cotton, pulp and waste paper, fertilizer manufactured, sugar, phenols,
waste and scrap metal of iron or steel, zinc dan lain sebagainya.
Dalam meningkatkan potensi pasar ekspor Afrika itu, Indonesia sejak tahun
2006 lalu mendorong diversifikasi produk yang selama ini didominasi minyak
nabati dan produk turunannya seperti sabun, pulp dan kertas, elektronik, barang
plastik dan furnitur.
Salah satu bentuk konkrit dari kerja sama perdagangan Indonesia dan Afrika
adalah dengan diadakannya Dialog Kemitraan Indonesia-Afrika (Indonesian-African
Partnership Dialogue/IAPD, yang diadakan di Batam pada tanggal 5 7 November
2006. Pertemuan tersebut diselenggarakan untuk merealisasikan kemitraan dan
hubungan

bilateral

Indonesia

dengan

negara-negara

di

Afrika,

sedang

penyelenggaraannya dilakukan Departemen Luar Negeri RI, Pemerintah Provinsi


Kepulauan Riau, Pemerintah Kota Batam dan Otorita Pengembangan Daerah
Industri Pulau Batam (Otorita Batam). IAPD lebih ditujukan agar para dubes Afrika
yang berkedudukan di Jakarta maupun di lain negara (non-residence ambassador)
mulai mendapat informasi berbagai peluang perdagangan dengan Batam dan
Indonesia pada umumnya.
Guna mendukung maupun meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi
dengan negara-negara Afrika, pemerintah Indonesia sejak tahun 2006 telah
memberlakukan pemberiaan Visa on Arrival(VOA) terhadap tiga negara di kawasan
Afrika (Afrika Selatan, Mesir dan Aljazair). Hal tersebut, menunjukkan bahwa

pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang sangat besar terhadap


peningkatan hubungan kerjasama ekonomi dengan negara-negara Afrika
Sementara itu di bidang lain, Indonesia dan Afrika memiliki wacana kerja
samayang sangat maju dalam bidang teknologi. Dalam rangka menindaklanjuti
pertemuan Senoir Officials Meeting New Asian-African Strategic Partnership SOM NAASP yang berlangsung pada bulan September 2006 diDurban Afrika
Selatan, Departemen Luar Negeri RI menyelenggarakan Interactive Dialoge on
Satellite Technology and Its Aplicationspada bulan November 2007 di Jakarta.
Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk melakukan kerjasama di bidang satelit
dengan negara-negara Afrika dan Indonesia yang telah disetujui pertama kali oleh
Nigeria pada bulan Mei 2006 sebelumnya di Bali.
Kementerian Luar Negeri telah melakukan berbagai upaya promosi potensi
ekonomi Indonesia antara lain dalam bentuk familiarisasi kepada para Duta Besar
negara-negara sahabat dari Kawasan Sub- Sahara Afrika yang terakreditasi untuk
Indonesia, fasilitasi kunjungan bisnis para pengusaha Indonesia ke negara-negara
kawasan tersebut, seminar di daerah, fasilitasi kegiatan business forum dan temu
usaha antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha dari negara akreditasi.
Khusus pada tahun 2011 juga telah dilakukan kegiatan New Initiative 2011
sebagai terobosan peningkatan kerja sama ekonomi dengan negara- negara SubSahara Afrika. New Initiatives 2011 yang dilaksanakan oleh Direktorat Afrika
ditujukan untuk mendorong promosi investasi dan perdagangan di kawasan SubSahara Afrika yang terdiri atas 4 (empat) program yaitu:
1. Forum Bisnis Pengusaha Indonesia dan Sub- Sahara Afrika
2. Mendorong Penjaminan dan Pembiayaan Ekspor-Impor Indonesia dengan
negara-negara Sub-Sahara Afrika
3. Promosi Pengembangan Kerja Sama Pertanian dan Pemasaran Produk Industri
Pertanian Indonesia ke Pasar Sub-Sahara Afrika
4. Peningkatan Kerja Sama Investasi Indonesia dan negara-negara Sub-Sahara
Afrika di Bidang Produksi Pengolahan dan Industri Manufaktur untuk
Mendorong Perluasan Pasar Produk Indonesia.

1. Hubungan Indonesia Dengan Afrika Dalam Prospek Kebijakan Energi


Sesuai dengan visi Departemen Luar Negeri yang telah dicanangkan,
maka akan dikembangkan dan dilaksanakan diplomasi

dalam mewujudkan

Indonesia yang dicita-citakan. Dalam mencapai visi tersebut dihadapkan oleh


keadaan dunia yang makin kompleks..
Berbagai program kerjasama kandas karena lemahnya pendanaan dan
kelangkaan sumberdaya manusia, terutama karena meningkatnya jumlah
pertemuan yang harus dihadiri. Karena itu lalu dicarikan sumberdana dari pihak
ketiga atau ditempuh hubungan yang lebih bersifat komersial atau perdagangan.
Di samping bagaimana kerjasama tersebut akan dilaksanakan, mengingat
persepsi masing-masing

terhadap masa depan, khususnya di bidang energi

mungkin masih sangat berbeda.


Permintaan akan energi adalah permintaan jabaran dari kegiatan lain,
terutama kegiatan ekonomi, di samping kegiatan untuk meningkatkan
kenyamanan yang dapat digolongkan pada kegiatan non-ekonomi, karena
bersifat preferensi perorangan. Karena itu proyeksi kebutuhan energi di masa
depan banyak dikaitkan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi serta tingkat
kesejahteraan masyarakat.
Persepsi dunia terhadap masalah energi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
masalah keselamatan (security)5 dan keterdukungan (sustainability). Yang
pertama terkait dengan penyediaan (supply) dan yang kedua terkait dengan
permintaan, beserta dampaknya. Keseimbangan antara penyediaan dan
permintaan ini tercermin dalam harga energi, sekalipun gejolak harga tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor non-fundamental, seperti geopolitik,
gangguan dalam

mata rantai penyediaan, termasuk teknis dan cuaca, dan

sebagainya.
Persepsi terhadap ketersediaan sumberdaya energi juga terbagi dua, yang
menganggap bahwa sumber energi dunia masih melimpah dan yang
beranggapan bahwa akan segera datang masa-masa sulit, berserta akibatakibatnya. Yang beranggapan bahwa sumber energi di dunia melimpah
berpendapat bahwa banyak sumber energi pengganti, bahkan yang terbarukan
5

Masalah Energy Security di wilayah Asia baru-baru ini dibahas dalam Asia
Cooperation Dialogue: Co-Prime Movers on Energy Security di Bali, 11-12 April
2007. Dikutip tanggal 20 November 2013

10

yang dapat digunakan bila bahan bakar fossil habis 6. Sebaliknya yang percaya
bahwa akan datang masa sulit berpendapat bahwa dibutuhkan waktu peralihan
yang lama, karena sumber energi pengganti tersebut terlalu mahal dan masih
terlalu sulit untuk dikendalikan untuk mendukung tingkat produktivitas ekonomi
dan kehidupan yang diingini.
Proyeksi permintaan akan energi primer dunia yang dilakukan oleh EIA
Departemen Energi AS7 dan oleh Badan Energi Internasional OECD seperti
dilaporkan oleh Situmeang8 menunjukkan bahwa permintaan tersebut akan naik
dari 75 Gboe pada tahun 2004, menjadi 116 Gboe pada tahun 2030. Bahan bakar
fossil masih akan menjadi sumber energi primer yang dominan. Kenaikan
terbesar terjadi pada permintaan akan batubara. Untuk sementara batubara belum
terlalu merisaukan, di samping cadangan dunia yang masih memadai,
pengembangan teknologi untuk mengurangi pencemaran terus digalakkan, serta
kebijakan untuk menekan pelepasan gas rumah kaca dikembangkan pada tingkat
internasional.
a) Minyak Bumi
Dalam berbagai proyeksi tersebut telah digunakan model yang
memperhitungkan faktor ekonomi, terutama kaitan antara harga dan
perrmintaan dan penyediaan. Para pengambil keputusan di bidang minyak
memberikan kesan bahwa masa minyak bumi akan segera berakhir, karena
cadangan minyak telah menurun. Hal ini terlihat dari penanaman modal di
bidang ini yang rendah, kenaikan harga minyak tidak banyak mendorong
eksplorasi baru, sehingga cadangan terbukti menurun; cadangan dalam
pengangkutan dan distribusi juga menipis. Kilang minyak di AS sudah
mendekati batas kapasitasnya tetapi tidak ada kilang baru yang dibangun;
kapal tanker telah penuh dipesan tetapi yang dihapus lebih banyak dari yang
dibangun. Merger dan Penggabungan oleh Perusahaan Raksasa Minyak
meningkat dalam rangka menambah cadangan terbukti
6

David Sandalow, Ending Oil Dependence, The Brookings Institution, Washington


DC, January 22, 2007. Dikutip tanggal 20 November 2013.
EIA DOE, International Energy Outlook 2006, Washington DC. Dikutip tanggal 20
November 2013.
Hardiv Situmeang, "Overview of World's Energy and Its Impact to Developing
Countries". Dikutip tanggal 20 November 2013.

11

b) Tenaga Nuklir
85% kapasitas PLTN terpasang di dunia berada di negara anggota
OECD (30 negara). Di negara tersebut tenaga nuklir memberikan hampir
seperempat dari penyediaan listrik. Bahan bakar PLTN tersebut, uranium
belum merisaukan seperti yang dialami oleh minyak. Uranium adalah logam
"biasa" yang ditemukan dalam batu-batuan dan air laut sebagai larutan
(0,003 ppm). Cadangan Uranium yang dapat ditambang (dengan biaya
kurang dari $80/kg U) adalah sebesar 4,7 juta ton.
Konsumsi saat ini adalah 66 500 ton U/tahun, yang mencukupi untuk
puluhan tahun ke depan. Diproyeksikan pemanfaatan tenaga nuklir akan
terus meningkat, sekalipun pangsanya dalam penyediaan energi akan
menurun. Peningkatan ketersediaan PLTN yang telah ada dapat mengganti
pembangunan PLTN baru. Saat ini pengembangan PLTN generasi baru juga
terus diupayakan. Salah satu dari padanya adalah jenis Reaktor Suhu Tinggi
berpendingin

gas

"Pebble

bed"

(tumpukan

bola)

(PBMR)

yang

dikembangkan di Afrika Selatan, yang rencananya akan mulai dibangun


tahun ini9. Teknologi yang berasal dari Jerman ini (di negara asalnya sudah
dihentikan) juga sedang dikembangkan di Cina10 berdasarkan lisensi.
Keuntungannya antara lain ukurannya yang tidak harus besar, karena bersifat
moduler, bersifat aman secara inheren, dan pemanfaatan uranium yang lebih
besar. Juga China berencana untuk membangun PLTN jenis ini pada tahun
2007.
Tentangan pada pemanfaatan tenaga nuklir masih berlanjut, dan
alasannya masih tetap: tenaga nuklir tidak aman, karena pencemarannya,
bahkan berbahaya, serta cadangan bahan bakarnya terbatas, Bahkan ada
yang menganggap bahwa dari segi ilmu pengetahuan, penelitian untuk
memanfaatkan tenaga nuklir adalah salah arah.
c) Bahan Bakar Nabati (BBN)

Wikipedia, "Pebble bed Reactor", Dikutip tanggal 18 November 2013.


Spencer Reiss, "Let a Thousand Reactors Bloom", Wired Magazine. Dikutip tanggal
18 November 2013.
10

12

Akhir-akhir ini banyak tulisan yang membahas masalah BBN, antara


lain ada ringkasan yang cukup baik yang dimuat dalam majalah Foreign
Affairs dan laporan yang disampaikan pada Congress AS. BBN yang
terbanyak dikembangkan adalah ethanol (produksi dunia tahun 2005 adalah
sekitar 37 juta kiloliter22), 45,2% diproduksi di Brasilia dan 44,5% di AS.
Perbedaan produksi kedua jenis BBN di AS ini mencerminkan perbedaan
konsumsinya dalam sektor yang berbeda. BBM terbesar di AS digunakan
dalam sektor transpor, dan kendaraan bermotor terbanyak adalah berbahan
bakar bensin.
Ditekankan bahwa tantangan yang dihadapi adalah, seperti
diperingatkan oleh berbagai kalangan yang kurang sependapat dengan
pengembangan BBN apapun tujuannya adalah: meningkatnya kesenjangan
sosio-ekonomi

yang

biasanya

mengikuti

kenaikan

produksi

dan

produktivitas (karena mengejar skala ekonomi, karena itu harus dicari skala
yang tepat), pengalihan lahan pangan ke lahan energi (jadi tanaman harus
menghasikan energi yang jauh lebih tinggi nilainya dari pangan),
penebangan hutan, hilangnya keragaman hayati, masalah neraca energi dan
neraca karbon, serta pemakaian pupuk yang berlebihan, sehingga
menyebabkan penurunan kualitas tanah dan air yang menjadi tumpuan bagi
si miskin. Untuk itu sektor publik harus berperan dalam mengelola dan
mengaturnya. Dari Brasil banyak yang dapat kita pelajari, maupun dari
perdebatan mengenai pangan versus energi (termasuk masalah kemiskinan).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga sumber
energi tersebut akan terkait dengan hubungan kerjasama Indonesia
dengan Afrika Sub-Sahara di masa dekat maupun jangka menengah.
Pada tahun 2025 diperkirakan 20% dari penyediaan energi di Indonesia
masih bertumpu pada minyak. Sedangkan gas dan batubara masing masing
memberikan 30% dan 33%. Bagaimana proyeksi tersebut akan dicapai belum
banyak informasi yang dikeluarkan. Apakah akan diserahkan kepada sektor
swasta, yang berarti diandalkan pada kekuatan pasar, atau sektor publik harus

13

berperan agar kriteria "optimal" tersebut dapat dicapai. Kerjasama di bidang


migas akan tetap diperlukan melihat prospek tahun 2025 tersebut.
Di bidang nuklir prasarana teknologi, kelembagaan dan sumberdaya
manusia telah dipersiapkan sejak tahun 1964. Apakah sudah mencukupi untuk
menghadapi pembangunan PLTN di Indonesia harus dikaji secara terus
menerus11.
Di bidang energi pertukaran informasi merupakan kegiatan yang
relatif tidak membutuhkan pendanaan yang besar, tetapi tetap diperlukan
sumberdaya yang mampu memanfaatkannya.
Sedangkan komoditi yang dibutuhkan Afrika terutama mencakup
komoditi dengan minyak nabati dan 84 pakaian jadi. Di samping kertas , benang
, bahan pembersih , peralatan listrik juga mulai menarik. Di samping berbagai
produk yang bukan bahan mentah mempunyai peluang yang besar dan
memberikan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja yang besar. .
Indonesia telah aktif dalam membina jaringan kerjasama di bidang
energi, pada tingkat pemerintah (a.l. ASEAN, berbagai dialog ASEAN+, APEC
beserta Working Groups-nya , EASG), maupun yang non-pemerintah (track
II), seperti WEC, EAVG, NEAT, dan lain-lain. Rencana untuk menambah
jangkauan

jaringan

kerjasama,

terutama

dengan

wilayah

lain,

perlu

dipertimbangkan dukungan sumberdayanya, terutama sumberdaya manusianya.


Kerjasama yang efektif adalah yang saling menguntungkan. Beberapa
negara Afrika masih bergelut dengan masalah pendidikan, kesehatan dan pangan
yang terkait dengan kemiskinan. Beberapa negara lainnya mengalami
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan masyarakatnya membutuhkan barangbarang

untuk

meningkatkan

kesejahteraannya.

Peluang

peningkatan

perdagangan dapat menunjang kerjasama di bidang lainnya, termasuk bidang


energi.
Pemerintah dapat memikirkan peranan apa saja yang dapat dilakukan
untuk pengembangan energi menghadapi peningkatan permintaan, sedangkan
sumbernya mulai menunjukkan adanya tekanan-tekanan. Terutama mana yang
11

Soedyartomo Soentono, "Program Energi Nuklir di Indonesia", Penyajian pada


Seminar Diplomasi Energi dalam Pemantapan Pembangunan PLTN di Indonesia,
Jakarta, 13-14 November 2006. Dikutip tanggal 20 November 2013.

14

dapat diserahkan pada mekanisme pasar, dan mana yang sektor publik harus
memperbaiki kegagalan pasar.
2. Hubungan Indonesia Dengan Afrika Dalam Prospek Kebijakan Politik
Hubungan politik antara Indonesia dan Afrika Selatan terjalin lama sejak
sebelum pembukaan hubungan diplomatik. Dimana Indonesia mendukung the
Afrikan

National

Congress

(ANC)

pada

masa

perjuangan

melawan

Apartheid, dan menjaga posisi ini terus menerus serta memberikan sanksi
terhadap rejim Apartheid.
Adapun beberapa kerjasama yang telah dilakukan antara Indonesia
dengan Afrika Selatan adalah sebagai berikut:
a) Republik Afrika Selatan dan Republik Indonesia membuka hubungan
diplomatik pada bulan Agustus 1994. Kedutaan Republik Afrika Selatan
didirikan pada bulan Januari 1995 di Jakarta.
b) Afrika Selatan dan Indonesia adalah anggota Gerakan Non-Blok yang aktif,
dan telah bekerja sama dengan erat dalam meningkatakan prinsip
prinsip kerjasama Selatan Selatan. Kedua negara telah memainkan
peranan penting dalam meningkatkan peranan Selatan dan meningkatkan
dialog Utara Selatan. Suatu hal yang patut digarisbawahi adalah pada
saat Indonesia menjadi tuan rumah Konperensi Asia Afrika di Bandungpada
tahun 1955, Indonesia mengundang the ANC sebagai wakil dari Afrika
Selatan untuk konperensi ini.
c) Perjanjian Komisi Bersama ditandatangani pada bulan Maret 2004
untuk memastikan pendekatan yang lebih terkoordinasi dalam mencapai
kepentingan bilateral yang sama antara Afrika Selatan dan Indonesia.
Pertemuan Komisi Bersama yang pertama dilakukan di Pulau Batam,
Indonesia dari tanggal 24 25 Pebruari 2008.
d) Afrika Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam menkoordinasikan
kegiatan kegiatan New Asia-Afrika Strategic Partnership (NAASP).
Kemitraan Strategis Asia Afrika Baru. Kedua negara juga memiliki
mandat untuk menjadi co-chair Pertemuan Asia Afrika mendatang
yang dijadualkan akan diselenggarakan di Afrika Selatan pada tahun
2010. Tanggungjawab sebagai tuan rumah bersama memberikan platform

15

yang lain untuk hubungan dan pemahamam yang lebih dekat antara
kedua negara.
e) Pada tahun 2008, Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika
Selatan mulai tanggal 17 18 Maret 2008 dengan menandatangani
Strategic Partnership Joint Declaration (Deklarasi Bersama Kemitraan
Strategis)

yang

memiliki

arti penting untuk meningkatkan hubungan

kedua negara yang telah lama terjalin menuju ke tingkat yang baru.
Hubungan

Indonesia

Afrika

memasuki

babak

baru

setelah

penyelenggaraan KTT Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50 tahun KAA 1955
pada tanggal 22 - 24 April 2005. Bagi Indonesia KTT AA 2005 selain
merupakan momentum yang tepat untuk memulihkan kembali citra, integritas
dan kewibawaannya sebagai salah satu pemimpin dunia yang dalam sejarahnya
banyak memelopori kebangkitan negara-negara berkembang, juga merupakan
kesempatan emas untuk menggalang solidaritas dan meningkatkan kerjasama
yang lebih erat dengan negara-negara Afrika khususnya, sehingga secara
langsung maupun tidak langsung dirasakan manfaatnya baik di bidang politik,
ekonomi maupun sosial budaya12.
Hubungan baik antara Indonesia dengan negara negara Afrika yang
telah ditunjukan dengan sikap yang simpatik dan tidak menyulitkan posisi
Indonesia di forum internasional terus dibina dan ditingkatkan pada masa
mendatang.Dalam beberapa tahun belakangan ini, Indonesia secara aktif
berupaya membangun jembatan kerja sama Asia-Afrika sebagai sarana dalam
konstruksi politik luar negeri RI selain APEC, ASEM, dan FEALAC13.
Kementerian Luar negeri RI memandang Afrika secara politis menjadi
beberapa bagian yaitu14:
a) Stabil Dan Demokratis :
Afrika Selatan, Aljazair, Angola, Benin, Botswana, Burkina Faso,
Egypt, Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Liberia, Lesotho, Madagascar,
12

Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D, Hubungan Indonesia Afrika: Antara Retorika


Sejarah dan Basis Diplomasi Yang Lebih Solid, 2007. Dikutip tanggal 20 November
2013.
13
www.antara.co.id. Pemulihan Hubungan Indonesia dan Afrika, 23 Mei 1998.
Dikutip tanggal 21 November 2013.
14
Dokumen Kementerian Luar Negeri RI. Dikutip tanggal 21 November 2013.

16

Malawi, Mali, Mauritania, Mauritius, Morocco, Mozambique, Namibia,


Niger, Nigeria, Senegal, Seychelles, Sudan, Tanzania, Tunisia, Uganda.
b) Stabil menuju demokratis :
Cameroon, Cape Verde, Comoros, Chad, Djibouti, Eritrea, Equatorial
Guinea, Gabon, Libya, Sierra Leone, Swaziland, Togo, Zambia, Zimbabwe.
c) Bermasalah/konflik dan belum demokratis :
Burundi, Congo, Central Africa, Democratic Republic of Congo, Cte
d'Ivoire, GuineaBissau, Kenya, Rwanda, So Tom and Prncipe, Somalia.
Kerja sama Indonesia dan Afrika melalui koridor NAASP juga dilakukan
dengan isu yang kaitannya di luar dari hubungan dari kedua belah pihak itu saja.
Solidarisme politik negara negara Asia Afrika, secara khusus Indonesia terlihat
dengan bagaimana NAASP turut mengupayakan permasalahan Palestina dengan
menyelenggarakan

Konferensi

Tingkat

Menteri

untuk

pembangunan

kemampuan Palestina di Jakarta Selama dua hari, 14-15 Juli 2008. Pertemuan itu
membahas pranata tindak lanjut untuk memastikan langkah efektif NAASP.
Perutusan dari 56 negara Asia- Afrika, termasuk tiga negara Amerika Latin,
yaitu Brasil, Venezuela, dan Cile, serta tiga perhimpunan antarbangsa sebagai
pengamat, mendaftar proyek pembangunan kemampuan, yang praktis dan dapat
dilaksanakan, guna menyiapkan masyarakat Palestina saat kemerdekaan
Palestina terwujud.
NAASP tetap merupakan sebuah forum yang penting dan potensial bagi
kerja sama antar negara-negara di kedua benua. Dalam dunia yang berubah,
tentu NAASP, seperti forum internasional lainnya, memiliki kewajiban untuk
mengatasi berbagai tantangan yang ada pada masa kini. Tidak diragukan lagi
dalam isu Palestina, masalah kebebasan dan kemerdekaan tetap menjadi prioritas
utama bagi NAASP. Bagi yang lain, isu stabilitas, sebagaimana juga
kesejahteraan masyarakat Asia dan Afrika adalah merupakan tema utama bagi
kerja sama yang membawa kedua benua untuk dapat bersama. Indonesia
berkeyakinan bahwa dengan bekerja bersama-sama kedua benua dapat
menciptakan stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

17

3. Hubungan Indonesia Dengan Afrika Dalam Prospek Kebijakan Ekonomi


Bagi Indonesia, Afrika mempunyai potensi yang cukup besar yaitu guna
perluasan akses pasar. Beberapa jenis komoditi utama yang di ekspor oleh
Indonesia ke negara-negara Afrika yang antara lain: fixed vegetable, fat oil,
paper and paper board, soap, textile, building materials, natural rubber lattex,
coffee, tyre, fabrics, furnituredan lain-lain.Sementara produk impor Indonesia
dari negara-negara Afrikaadalah cotton, pulp and waste paper, fertilizer
manufactured, sugar, phenols, waste and scrap metal of iron or steel, zinc dan
lain sebagainya15.
Dalam meningkatkan potensi pasar ekspor Afrika itu, Indonesia sejak
tahun 2006 lalu mendorong diversifikasi produk yang selama ini didominasi
minyak nabati dan produk turunannya seperti sabun, pulp dan kertas, elektronik,
barang plastik dan furnitur.
Salah satu bentuk konkrit dari kerja sama perdagangan Indonesia dan
Afrika adalah dengan diadakannya Dialog Kemitraan Indonesia-Afrika
(Indonesian-African Partnership Dialogue/IAPD, yang diadakan di Batam pada
tanggal 5 7 November 2006. Pertemuan tersebut diselenggarakan untuk
merealisasikan kemitraan dan hubungan bilateral Indonesia dengan negaranegara di Afrika, sedang penyelenggaraannya dilakukan Departemen Luar
Negeri RI, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Pemerintah Kota Batam dan
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (Otorita Batam). IAPD
lebih ditujukan agar para dubes Afrika yang berkedudukan di Jakarta maupun di
lain negara (non-residence ambassador) mulai mendapat informasi berbagai
peluang perdagangan dengan Batam dan Indonesia pada umumnya.
Guna mendukung maupun meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi
dengan negara-negara Afrika, pemerintah Indonesia sejak tahun 2006 telah
memberlakukan pemberiaan Visa on Arrival(VOA) terhadap tiga negara di
kawasan Afrika (Afrika Selatan, Mesir dan Aljazair). Hal tersebut, menunjukkan
bahwa pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang sangat besar terhadap
peningkatan hubungan kerjasama ekonomi dengan negara-negara Afrika16.

15

Sudirman Haseng, Dinamika Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Afrika,


2007, hlm. 11. Dikutip tanggal 21 November 2013.

18

4. Hubungan Indonesia Dengan Afrika Dalam Prospek Kebijakan Sosial dan


Budaya
Hubungan

sejarah

antara

bangsa Indonesia dan Afrika

selalu

dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah Republik Indonesia. Salah satu


contohnya adalah ketika Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan
kedutaan besar negara di Asia dan Afrika menggelar Festival Film Asia Afrika
yang menampilkan 14 film dari Iran, Uzbekistan, India, Bangladesh, Aljazair,
Kenya, Korea Selatan, RR China, Jepang, Ethiopia, Myanmar, Thailand,
Srilanka dan Indonesia pada 6 Desember 2007 hingga 8 Desember 2007 secara
serentak di Bandung, Medan, Gorontalo, dan Balikpapan 17. Direktorat Afrika
yang juga tengah memfasilitasi dan memfinalisasi kerjasama antara Wits
University di Afrika Selatan dengan Universitas Gajah Mada yang telah
ditandangani sejak tahun 2006 dalam bentuk MoU. Kerjasama serupa juga
sedang dijajaki dengan Universitas Indonesia untuk membuka bidang jurusan
baru penanggulangan bencana alam banjir di ibukota dan kota-kota besar
lainnya. Kerja sama sosial budaya Indonesia lakukan adalah Diklat diplomat
madya untuk negara negara Asia Afrika. Diklat ini diharapkan dapat
mendorong hubungan dan kerja sama diplomat Indonesia dengan diplomat
asing. Kedua diklat ini diadakan sebagai pelaksanaan komitmen Indonesia untuk
mengimplementasikan Deklarasi New Asian African Strategic Partnership
(NAASP) serta komitmen dalam kerangka kerjasama ASEAN18.
F. Kesimpulan
1. Peranan bahan bakar fossil, terutama minyak dan kemudian gas masih akan
berlanjut untuk beberapa puluh tahun mendatang, terutama di sektor transport
dan rumah tangga di negara berkembang. Peranan batubara juga akan berlanjut
terutama untuk pembangkitan listrik dan sektor industri. Untuk menghadapi itu
perlu dikaji di samping pengalokasian sumberdaya termasuk lahan, serta
dampaknya pada lingkungan, terutama pencemaran pada air dan udara serta
16

www.antara.co.id. IAPD di Batam. http://www.antara.co.id/seenws/?id=4556.


Dikutip 18 November 2013
17
www.antara.co.id. Deplu Gelar Film Asia Afrika. Dikutip 18 November 2013
18
www.deplu.go.id. Pembukaan Diklat Diplomatik Madya Asia-Afrika dan Senior
ASEAN. Dkutip 18 November 2013

19

pelepasan gas rumah kaca. Tidak kalah pentingnya adalah siapa yang harus
menanggung biayanya.
2. Menyadari

tidak

tak-terbatasnya

cadangan

minyak

dan

ketimpangan

distribusinya di berbagai belahan bumi, negara maju berupaya untuk


mengurangi ketergantungan pada minyak dengan mengembangkan teknologi.
Teknologi

tersebut

diarahkan

pada

peningkatan

efisiensi

energi

dan

pengembangan substitusi dan pengalihan pemakaian bahan bakar. Untuk


meningkatkan efektivitasnya dirintis kerjasama sektor publik dan sektor swasta
dalam program - program kongkrit, dalam pengembangan teknologi dan
pertukaran informasi. Negara berkembang makin sulit mengejar ketertinggalan
teknologi, tanpa upaya yang sistematis dan terprogram.
3. Peranan tenaga nuklir masih menghadapi persepsi yang berbeda. Pada saat ini
dirasakan sebagai satu-satunya alternatif peralihan sebelum sumber energi yang
ideal ditemukan. Untuk itu hukum fisika tetap berlaku, kita tidak dapat membuat
perpetuum mobile. Sebagian berpendapat bahwa tenaga nuklir dapat
membahayakan keselamatan dan sukar dikendalikan penyalahgunaannya. Di
samping itu dampak yang membahayakan cukup besar dibandingkan dengan
pengurangan gas rumah kaca karena tidak membakar bahan bakar fossil. Dari
segi penguasaan teknologi, sebagian masyarakat masih berpendapat bahwa
teknologi nuklir masih di luar jangkauan kemampuan nasional.
4. Kerjasama yang efektif adalah yang saling menguntungkan. Beberapa negara
Afrika masih bergelut dengan masalah pendidikan, kesehatan dan pangan yang
terkait dengan kemiskinan. Beberapa negara lainnya mengalami pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan masyarakatnya membutuhkan barang barang untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Peluang peningkatan perdagangan dapat
menunjang kerjasama di bidang lainnya, termasuk bidang energi.
5. Pemerintah dapat memikirkan peranan apa saja yang dapat dilakukan untuk
pengembangan

energi

menghadapi

peningkatan

permintaan,

sedangkan

sumbernya mulai menunjukkan adanya tekanan-tekanan. Terutama mana yang


dapat diserahkan pada mekanisme pasar, dan mana yang sektor publik harus
memperbaiki kegagalan pasar.

20

6. Hubungan Indonesia - Afrika memasuki babak baru setelah penyelenggaraan


KTT Asia Afrika 2005 dan Peringatan 50 tahun KAA 1955 pada tanggal 22 - 24
April 2005. Bagi Indonesia KTT AA 2005 selain merupakan momentum yang
tepat untuk memulihkan kembali citra, integritas dan kewibawaannya sebagai
salah satu pemimpin dunia yang dalam sejarahnya banyak memelopori
kebangkitan negara-negara berkembang, juga merupakan kesempatan emas
untuk menggalang solidaritas dan meningkatkan kerjasama yang lebih erat
dengan negara-negara Afrika khususnya, sehingga secara langsung maupun
tidak langsung dirasakan manfaatnya baik di bidang politik, ekonomi maupun
sosial budaya.
7. Kementerian Luar negeri RI memandang Afrika secara politis menjadi beberapa
bagian yaitu:
a) Stabil dan demokratis :
Afrika Selatan, Aljazair, Angola, Benin, Botswana, Burkina Faso, Egypt,
Ethiopia, Gambia, Ghana, Guinea, Liberia, Lesotho, Madagascar, Malawi,
Mali, Mauritania, Mauritius, Morocco, Mozambique, Namibia, Niger,
Nigeria, Senegal, Seychelles, Sudan, Tanzania, Tunisia, Uganda.
b) Stabil menuju demokratis :
Cameroon, Cape Verde, Comoros, Chad, Djibouti, Eritrea, Equatorial
Guinea, Gabon, Libya, Sierra Leone, Swaziland, Togo, Zambia, Zimbabwe.
c) Bermasalah/konflik dan belum demokratis :
Burundi, Congo, Central Africa, Democratic Republic of Congo, Cte
d'Ivoire, GuineaBissau, Kenya, Rwanda, So Tom and Prncipe, Somalia.
8. Bagi Indonesia, Afrika mempunyai potensi yang cukup besar yaitu guna
perluasan akses pasar. Beberapa jenis komoditi utama yang di ekspor oleh
Indonesia ke negara-negara Afrika yang antara lain: fixed vegetable, fat oil,
paper and paper board, soap, textile, building materials, natural rubber lattex,
coffee, tyre, fabrics, furnituredan lain-lain.Sementara produk impor Indonesia
dari negara-negara Afrikaadalah cotton, pulp and waste paper, fertilizer
manufactured, sugar, phenols, waste and scrap metal of iron or steel, zinc dan
lain sebagainya.

21

9. Guna mendukung maupun meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dengan


negara-negara

Afrika,

pemerintah

Indonesia

sejak

tahun

2006

telah

memberlakukan pemberiaan Visa on Arrival(VOA) terhadap tiga negara di


kawasan Afrika (Afrika Selatan, Mesir dan Aljazair). Hal tersebut, menunjukkan
bahwa pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang sangat besar terhadap
peningkatan hubungan kerjasama ekonomi dengan negara-negara Afrika.
10. Hubungan sejarah yang dalam antara bangsa Indonesia dan Afrika selalu
dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah Republik Indonesia. Contohnya
adalah ketika Kementerian Luar Negeri RIbekerjasama dengan kedutaan besar
negara di Asia dan Afrika menggelar Festival Film Asia Afrika yang
menampilkan 14 film dari Iran, Uzbekistan, India, Bangladesh, Aljazair, Kenya,
Korea Selatan, RR China, Jepang, Ethiopia, Myanmar, Thailand, Srilanka dan
Indonesia pada 6 Desember 2007 hingga 8 Desember 2007 secara serentak di
Bandung, Medan, Gorontalo, dan Balikpapan.

G. Daftar Pustaka
Jurnal Ilmiah :
A.J.Surjadi . Prospek Kerjasama Energi dengan Negara-negara Afrika Sub-Sahara
dan Manfaat Jangka Panjang bagi Indonesia. BPPK Deplu, di Surabaya, 2527 April 2007.
David Sandalow, Ending Oil Dependence, The Brookings Institution, Washington
DC, January 22, 2007.
EIA DOE, International Energy Outlook 2006, Washington DC.
Hardiv Situmeang, "Overview of World's Energy and Its Impact to Developing
Countries".

22

Masalah Energy Security di wilayah Asia baru-baru ini dibahas dalam Asia
Cooperation Dialogue: Co-Prime Movers on Energy Security di Bali, 11-12
April 2007.
Prof. Aleksius Jemadu, Ph.D, Hubungan Indonesia Afrika: Antara Retorika
Sejarah dan Basis Diplomasi Yang Lebih Solid, 2007.
Soedyartomo Soentono, "Program Energi Nuklir di Indonesia", Penyajian pada
Seminar Diplomasi Energi dalam Pemantapan Pembangunan PLTN di
Indonesia, Jakarta, 13-14 November 2006.
Spencer Reiss, "Let a Thousand Reactors Bloom", Wired Magazine.
Sudirman Haseng,Dinamika Hubungan Indonesia dengan Negara-negara Afrika,
2007, hlm. 11.
Internet :
www.antara.co.id. Deplu Gelar Film Asia Afrika. (Online, 18 November 2013).
www.antara.co.id. IAPD di Batam. http://www.antara.co.id/seenws/?id=4556.
(Online, Tanggal 18 November 2013).
www.antara.co.id. Pemulihan Hubungan Indonesia dan Afrika, 23 Mei 1998.
(Online, Tanggal 21 November 2013).
www.deplu.go.id. Pembukaan Diklat Diplomatik Madya Asia-Afrika dan Senior
ASEAN. (Online, Tanggal 18 November 2013).
http://www.kemlu.go.id/. (Online, Tanggal 16 November 2013).
http://www.theglobal-review.com/. (Online, Tanggal 17 November 2013).
http://www.wikipedia.com."Pebble bed Reactor". (Online, Tanggal 17 November
2013).
Dokumen :
Buku Pedoman Kunjungan Kerja Panja Ruu Perjanjian Internasional Badan
Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2012.
Diplomasi Indonesia 2011 Kementerian Luar Negeri RI
Dokumen Kementerian Luar Negeri RI.

Anda mungkin juga menyukai