Anda di halaman 1dari 5

Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik.

Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadangkadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali
mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang
mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4).
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan
diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain
Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen
sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan
melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti
Thiobacillus.
Selain proses tadi, manusia juga berperan dalam siklus sulfur. Hasil pembakaran pabrik membawa
sulfur ke atmosfer. Ketika hujan terjadi, turunlah hujan asam yang membawa H2SO4 kembali ke tanah.
Hal ini dapat menyebabkan perusakan batuan juga tanaman.
Siklus sulfur didahului oleh pembentukan sulfur dari kerak bumi dan atmosfer. Secara alami, sulfur
terkandung di dalam tanah dalam bentuk mineral tanah. Dimana kerak bumi umumnya mengandung
sekitar 0,06% belerang. Sulfida-sulfida logam terdapat dalam bebatuan plutonik, yaitu batuan yang
membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke permukaan bumi. Bebatuan plutonik ini apabila
hancur dan mengalami pelapukan akan membebaskan sulfida ini melalui reaksi oksidasi dan
menghasilkan sulfat (SO4-2) yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) dalam bentuk garamgaram sulfat yang larut atau tidak larut.
Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas belerang dioksida (SO2) yang
merupakan hasil emisi pembakaran bahan bakar berbelerang seperti minyak bumi dan batubara yang
banyak dihasilkan oleh asap kendaraan dan pabrik atau gas belerang dari gunung berapi misalnya
gunung arjuno di Jawa Timur. Gas SO2 tersebut kemudian terkena uap air hujan sehingga gas tersebut
berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai dan lautan. Dimana tanah yang mengandung banyak
belerang adalah tanah-tanah berpasir dan tanah-tanah yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti
mineral Pirit (FeS) dan rendah kandungan bahan organik. Sedangkan produksi sulfat melalui
dekomposisi bahan organik berupa protein dan senyawa organik lainnya yang akan menghasilkan
senyawa-senyawa sederhana berupa H2S dan sulfida (S2) yang jika teroksidasi akan menjadi sulfat
(SO4-2). Tumbuhan kemudian menyerap sulfat (SO4-2) yang mengendap pada tanah, sungai, dan
lautan. Di dalam tubuh tumbuhan, sulfur digunakan sebagai bahan penyusun protein. Hewan dan
manusia mendapatkan sulfur dengan jalan memakan tumbuhan yang juga dimanfaatkan sebagai energi
cadangan berupa protein. Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik (dekomposer) akan
menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H2S dan sulfida (S2).
Pada aliran energi lebih ditekankan pada perputaran energi yang terjadi diantara komponen
ekosistem. Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang ditangkap oleh produsen, kemudian terus
berputar tiada henti pada konsumen dan semua komponen ekosistem yang. hal ini karena menurut
hukum termodinamika bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan.
Perubahan bentuk energi ini dikenal dengan istilah transformasi energi. Aliran energi di alam atau
ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika tersebut. Dengan proses fotosintesis energi
cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah menjadi energi kimia atau makanan yang
disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai
makanan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir
masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora
masuk ke tubuh karnivora.
Sulfur berperan dalam penyimpanan dan pembebasan energi karena sulfur merupakan komponen
penting asam-asam amino esensial penyusun protein tanaman maupun hewan, seperti methionin, sistein,
dan sistin, juga dalam pembentukan polipeptida. Meskipun sulfur tidak berperan langsung dalam

pembentukan energi (ATP) seperti phospor, namun sulfur berperan dalam sintesis protein. Dimana
protein nantinya akan dirombak menjadi karbonhidrat jika zat makanan penghasil energi utama tidak
mencukupi. Itu sebabnya mengapa protein berperan sebagai penghasil energi. Ketika hewan dan
tumbuhan mati, dekomposer seperti bakteri akan menguraikan tubuh makhluk hidup tersebut menjadi gas
H2S. Beberapa bakteri anaerob melakukan kemosintesis. Dimana kemosintesis merupakan proses
pembentukan senyawa bahan organik dari zat-zat anorganik dengan menggunakan energi yang berasal
dari reaksi-reaksi kimia. Pada kemosintesis elektron donor berasal dari bahan anorganik sedehana,
misalnya hidrogen, nitrgen, besi dan sulfur. Selama kemosintesis, elektron dilepaskan dari bahan
anorganik sehingga menjadi molekul yang tereduksi. Substansi terduksi ini akan menimbulkan energi
kimia, dan digunakan untuk produksi ATP serta NADPH. Selanjutnya, ATP dan NADPH menyediakan
energi untuk sintesis karbohidrat. Berikut ini contoh kemosintesis yang dilakukan bakteri belerang
(Thiobacillus) untuk memperoleh energi dengan cara mengoksidasi H2S.
Reaksinya sebagai berikut: 2H2S + O2 ? 2H2O + 2S + Energi.
Selanjutnya energi tersebut digunakan untuk fiksasi CO2 menjadi gula (karbonhidrat), reaksinya: CO2 + 2
H2S ? CH2O + 2S + H2O
Proses biologi terjadi ketika pembentukan sulfat melibatkan berbagai jenis mikroorganisme yang
berperan sebagai dekomposer. Berikut adalah bakteri yang berperan dalam pembentukan sulfat.
1. H2S ? S ? SO4-2; bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4-2 ? H2S (reduksi sulfat anaerobik); bakteri Desulfovibrio dan Desulfomaculum.
3. H2S ? SO4-2 (Pengoksidasi sulfide aerobik); bakteri kemolitotrof : bakteri Thiobacilli.
4. Senyawa Organik ? SO4-2 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrof aerobik dan anaerobik
Proses kimia terjadi ketika sulfat mengendap di dalam permukaan tanah hasil dari pengoksidasian
mineral sulfida (batuan plutonik), berikut adalah contoh persamaan reaksi pembentukan sulfat melalui
oksidasi mineral sulfida, misalnya mineral besi sulfida.
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O ? 2 Fe2+ + 4 SO42? + 4 H+
Proses kimia juga terjadi ketika gas SO2 terbentuk melalui pembakaran hasil emisi pembakaran gas
belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan reaksinya:
S (s) + O2 (g) ? SO2 (g)
Proses kimia juga terjadi ketika gas H2S terbentuk melalui aktivitas biologis ketika bakteri mengurai
bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran
pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas
alam. Persamaan reaksinya:
1S -2(s) + 2H+ (g) ? H2S (g)
Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada
semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai
perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia,
pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Keberadaan
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena
sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam,
yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan
minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang
dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu
melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah
yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler menhasilkan besi(II), atau Fe2+:

2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O ? 2 Fe2+ + 4 SO42? + 4 H+


Fe2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+:
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ ? 4 Fe3+ + 2 H2O
Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:
Fe3+ + 3 H2O ? Fe(OH)3 + 3 H+
Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit besi(III) terjadi, proses ini
akan berjalan dengan cepat. Nilai pH yang lebih rendah dari nol telah terukur pada air asam tambang
yang dihasilkan oleh proses ini.
Sifat-sifat fisika
Bentuk-bentuk asam sulfat
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO3 pada titik
didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan, dan merupakan
bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat.
Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
* 10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,
* 33,53%, asam baterai,
* 62,18%, asam bilik atau asam pupuk,
* 73,61%, asam menara atau asam glover,
* 97%, asam pekat.
Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu teknis H2SO4 tidaklah murni dan
seringkali berwarna, namun cocok untuk digunakan untuk membuat pupuk. Mutu murni asam sulfat
digunakan untuk membuat obat-obatan dan zat warna.
Apabila SO3(g) dalam konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam asam sulfat, H2S2O7 akan
terbentuk. Senyawa ini disebut sebagai asam pirosulfat, asam sulfat berasap, ataupun oleum.
Konsentrasi oleum diekspresikan sebagai %SO3 (disebut %oleum) atau %H2SO4 (jumlah asam sulfat
yang dihasilkan apabila H2O ditambahkan); konsentrasi yang umum adalah 40% oleum (109% H2SO4)
dan 65% oleum (114,6% H2SO4). H2S2O7 murni terdapat dalam bentuk padat dengan titik leleh 36 C.
Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan oleh karenanya pada zaman dahulu ia
dinamakan 'minyak vitriol'.
Sifat-sifat kimia
Reaksi dengan air
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam air daripada air
ke dalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung
mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat
mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium:
H2SO4 + H2O ? H3O+ + HSO4HSO4- + H2O ? H3O+ + SO42Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan, asam sulfat adalah zat pendehidrasi
yang sangat baik dan digunakan untuk mengeringkan buah-buahan. Afinitas asam sulfat terhadap air
cukuplah kuat sedemikiannya ia akan memisahkan atom hidrogen dan oksigen dari suatu senyawa.
Sebagai contoh, mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan karbon
dan air yang terserap dalam asam sulfat (yang akan mengencerkan asam sulfat):
(C6H12O6)n ? 6n C + 6n H2O
Efek ini dapat dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke permukaan kertas. Selulosa bereaksi
dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek pembakaran kertas. Reaksi
yang lebih dramatis terjadi apabila asam sulfat ditambahkan ke dalam satu sendok teh gula. Seketika
ditambahkan, gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori yang mengembang dan mengeluarkan
aroma seperti karamel.
Kegunaan

Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan sebenarnya pula, produksi asam
sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut.
Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah"
produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk
deterjen. Pada metode ini, batuan fosfat digunakan dan diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya.
Bahan-bahan baku yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan fluorapatit, walaupun
komposisinya dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam suflat untuk menghasilkan
kalsium sulfat, hidrogen fluorida (HF), dan asam fosfat. HF dipisahan sebagai asam fluorida. Proses
keseluruhannya dapat ditulis:
Ca5F(PO4)3 + 5 H2SO4 + 10 H2O ? 5 CaSO42 H2O + HF + 3 H3PO4
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk menghilangkan
oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil. Asam yang telah digunakan sering kali
didaur ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (Spent Acid Regeneration (SAR) plant). Kilang ini
membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang, bahan bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar
lainnya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3)
yang kemudian digunakan untuk membuat asam sulfat yang "baru".
Amonium sulfat, yang merupakan pupuk nitrogen yang penting, umumnya diproduksi sebagai produk
sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan amonia yang
dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas mengijinkan amonia dikristalkan
keluar sebagai garam (sering kali berwarna coklat karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri
agrokimia.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium sulfat. Alumunium
sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium
karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium
sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan
bauksit dengan asam sulfat:
Al2O3 + 3 H2SO4 ? Al2(SO4)3 + 3 H2O
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam sulfat merupakan
katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang
digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam melalui
proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai
katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan isooktana.
2.5 Siklus fosfor terjadi di alam
Fosfor merupakan unsur yang penting dalam kehidupan dan berada dalam bentuk fosfolipida,
asam nukleat dan ATP. Fosfor merupakan unsur hara esensial makro seperti halnya karbon dan nitrogen.
Fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan
senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah). Bentuk senyawa fosfat anorganik dalam tanah umumnya
berasal dari pelapukan mineral primer, pemupukan dan mineralisasi senyawa fosfat organik. Fosfor
didapatkan dalam tanah dengan kadar 400-1200 mg/kg dan kurang dari 5 % didapatkan dalam bentuk
fosfat anorganik, khususnya dengan Ca dan Fe. Sumber terbesar fosfor bukan di atmosfer, tetapi pada
batuan dan sedimen atau endapan yang terbentuk selama jutaan tahun yang lalu. Fosfor terdapat di alam
dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Tanaman memperoleh unsur fosfor seluruhnya berasal dari tanah atau
dari pemupukan serta hasil dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Bentuk senyawa fosfat organik berada dalam bentuk senyawa organik kompleks yang berasal dari sisa
tanaman, hewan dan organisme tanah. Senyawa fosfat organik terdapat didalam humus tanah dan
berasosiasi dengan jaringan mikroba tanah. Ketersediaan senyawa fosfat organik bagi tanaman sangat
tergantung pada aktivitas mikroorganisme melalui proses mineralisasi. Enzim fosfatase yang dihasilkan
oleh mikroorganisme heterotrof berperan penting dalam pelepasan fosfor ke dalam tanah. Fosfor

merupakan sumber energi primer bagi oksidasi mikroba.


Secara lebih rinci, siklus fosfor dapat dijelaskan sebagai berikut. Fosfat organik dari hewan dan
tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Adanya peristiwa
erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut dan kemudian terbentuk
sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke
permukaan. Di darat, tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah. Herbivora mendapatkan
fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan fosfat dari herbivora yang
dimakannya. Jika tumbuhan dan hewan mati atau membuang ekstraknya, bakteri fosfat akan
menguraikannya menjadi senyawa fosfat anorganik dan melepaskannya ke dalam tanah yang kemudian
membentuk sedimen lagi. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan jamur
mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan fosfor yang kemudian diambil oleh
tumbuhan. Fosfat anorganik ini kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Dalam jaringan
tanaman, unsur fosfor didapatkan dalam bentuk fitin, fosfolipida, asam nukleat, koenzim. Siklus ini
berulang terus menerus.
Pengembalian fosfor ke dalam daur tidak seimbang dengan jumlah fosfor yang hilang menjadi
endapan. Hanya sebagian kecil yang kembali ke darat sebagai guano yang dihasilkan oleh burung
laut.Dalam suatu ekosistem akuatik yang belum secara serius diubah oleh aktivitas manusia, rendahnya
fosfat terlarut seringkali membatasi produktivitas primer. Akan tetapi pada banyak kasus, kelebihan fosfat
adalah permasalahan juga. Penambahan fosfat dalam bentuk limbah kotoran cair dan aliran permukaan
dari ladang pertanian yang dipupuk merangsang pertumbuhan alga dalam ekosistem akuatik, yang sering
memiliki akibat negatif, seperti eutrofikasi

Anda mungkin juga menyukai