Anda di halaman 1dari 25

TAPIS LAMPUNG SEBAGAI PAKAIAN ADAT

ORANG LAMPUNG

Diajukan Sebagai Syarat Pengambilan Rapor Semester Ganjil


Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Metro
Tahun Pelajaran 2016/2017

Oleh :
Nama

: WULAN RATNASARI

NISN

: 9994498396

Peminatan : Matematika dan Ilmu Alam

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 METRO
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 110 Kampus 15A Telp/Fax. (0725) 45963

KOTA METRO

HALAMAN PENGESAHAN
Nomor : MA. h. PP. 00.6 /......../2016

Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Metro beserta pembimbing dalam


penyusunan karya tulis ini setelah mengadakan arahan dan bimbingan maka :
Nama

: Wulan Ratnasari

NIS

:-

Kelas / Peminatan

: XII / Ilmu-Ilmu Sosial

Hari / Tanggal

Judul

: Tapis Lampung Sebagai Pakaian Adat Orang


Lampung

Kami menerima dan mengesahkan karya tulis tersebut, untuk melengkapi salah
satu syarat untuk mengambil rapor semester ganjil pada Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Metro Tahun Pelajaran 2016/2017.

Mengetahui

Metro, 1 Desember 2016

Kepala MAN 1 Metro

Pembimbing

Antoni Iswantoro
NIP. 19740617 199803 1 001

Darsahid, S.Ag., M.Pd.I


NIP.19630812 200701 1 033

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


ii

Wulan Ratnasari, lahir dari pasangan orang tua .................


merupakan anak ke ......... dari ........... bersaudara. Penulis
Bebas ukuran
Sing penting pas

dilahirkan di Desa .................................................. Penulis


menempuh pendidikan dimulai dari SD ....................... (lulus
pada tahun ........), melanjutkan ke SMP ....................... (lulus
pada tahun ..........), hingga sekarang penulis masih
menempuh pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Metro.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk belajar dan berusaha, penulis telah
berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga dengan pulisan karya ilmiah ini
dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya karya ilmiah yang berjudul BMKG Sebagai Sumber
Pengetahuan Cuaca

KATA PENGANTAR
iii
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
karenanya penyusunan karya ilmiah yang berjudul Tapis Lampung Sebagai
Pakaian Adat Orang Lampung ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Dalam hal ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Antoni Iswantoro, selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Metro.
2. Bapak Darsahid, S.Ag., M.Pd.I, selaku guru pembimbing dalam pembuatan
karya tulis ini
3. Teman-teman yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah
ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna
dalam menambah wawasan khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Metro,

September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL .......................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................

iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................

BAB II KERANGKA TEORI


2.1 Pengertian Tapis Lampung ............................................................

2.2 Sejarah Tapis Lampung .................................................................

2.3 Motif dan Ragam Hias Kain Tapis ................................................

2.4 Bahan dasar Kain Tapis .................................................................

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Tapis Lampung Sebagai Pakaian Adat ..........................................

3.2 Pakaian dan Perhiasan Adat Lampung ..........................................

3.3 Penggunaan Kain Tapis Adat Lampung ........................................

12

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan .......................................................................................

14

4.2 Saran .............................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

15

LAMPIRAN ..................................................................................................

16

DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 1. Tapis Jung Sarat sebagai motif pakaian adat Lampung ..................

16

Gambar 2. Pakaian Tapis Raja Tunggal ...........................................................

16

Gambar 3. Kain Tapis sebagai motif pakaian dalam acara pernikahan ............

17

Gambar 4. Kain Tapis Siger ..............................................................................

17

Gambar 5. Kain Tapis Perahu ...........................................................................

18

Gambar 6. Pakaian tapis dengan motif dasar garis ...........................................

18

vi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau
dan memiliki berbagai macam suku, bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang
sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di
Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang
kaya akan budaya. Tetapi sebagian daerah dari seluruh provinsi di Indonesia
hampir tidak diketahui oleh warga Indonesianya sendiri. Hanya beberapa
provinsi yang terkenal yang mereka ketahui. Ada salah satu dari sebagian
daerah yang hampir tidak diketahui keberadaan, bahkan ragam hiasnya di
Indonesia ini, yaitu Lampung.
Tanpa disadari warga Indonesia, ternyata Lampung memiliki banyak
keanekaragaman budaya yang sangat indah dan menarik. Lampung memiliki
salah satu ragam hias yang sangat terkenal, yaitu kain tapis. Kain tapis adalah
pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun
benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang
emas dengan sistem sulam (Lampung; Cucuk).
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil
tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan
menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas
dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang
emas dan benang perak.
Warna warna yang dipakai untuk kain tapis yaitu warna warna yang
sangat berani, atau warna warna primer yang tua. Warna warna itu
menunjukkan kekuasaan di provinsi lampung. Motif kain ini ialah kait dan
kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan
roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari,
bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat,
disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
1

Motif yang dipakai juga menunjukan berbagai macam kekhasan dari


provinsi Lampung itu sendiri. Sebagai contoh yang sangat sering dipakai
yaitu, gajah, buaya, lambang Siger. Lambang Siger sering dipakai karena
merupakan lambang mahkotanya provinsi Lampung. Gaya yang biasa dipakai
untuk kain tapis yaitu menunjukan kewibawaan, kemewahan, dan kekuasaan.
Kain tapis ini sering dipakai oleh raja raja dan juga sering dipakai dalam acara
adat setempat di Lampung itu sendiri. Akan tetapi antar daerah di Lampung
memiliki gaya kain tapis yuang berbeda, oleh karna itu kain tapis memiliki
banyak gaya yang berbeda dan sangat unik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
penulis angkat dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Apa maksud kain tapis lampung sebagai pakaian adat?
2. Bagaimana pakaian dan perhiasan adat lampung?
3. Bagaimana penggunaan kain tapis adat lampung ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan karya
tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan pengertian tapis lampung
2. Dapat menjelaskan sejarah tapis lampung
3. Dapat menjelaskan motif dan ragam hias kain tapis
4. Dapat menjelaskan pakaian dan perhiasan adat lampung
5. Dapat menjelaskan penggunaan kain tapis adat lampung
6. Sebagai salah satu syarat pengambilan rapor semester ganjil Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) 1 Metro Tahun Pelajaran 2016/2017

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Tapis Lampung
Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional
masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap
lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu,
munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah
kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam
hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
Tapis adalah sejenis kain tradisional berbentuk menyerupai sarung
yang dibuat dari tenunan benang katun (kapas) dengan motif beranekaragam,
seperti: geometris, manusia, menader, alam, flora, dan fauna yang disulam
memakai sistem cucuk dengan benang emas, benang sutera, dan atau benang
perak. Kain ini umumnya dikenakan oleh para perempuan Lampung untuk
menutupi tubuh bagian pinggang ke bawah (http://www.visitlampung2009.com).
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain
sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi,
benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun
benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi
pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian
pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan
motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas
dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang
digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih
sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita,
baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya
untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat
istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin

dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang


memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
2.2 Sejarah Tapis Lampung
Sejak kapan kain tapis mulai dibuat oleh orang Lampung sudah tidak
diketahui lagi. Namun menurut sejarawan Robyn dan John Maxel
memperkirakan kerajinan tenun menggunakan kapas baru diperkenalkan
pedagang asing yang singgah di Lampung pada sekitar abad ke-7.
Menurut Van der Hoop, mengatakan bahwa sejarah pertenunan di
daerah Lampung sebenarnya sudah dimulai sejak abad II Masehi
menggunakan kain brokat dan disebut nampan (tampan) dan pelepai.
Keduanya mempunyai motif yang beragam, seperti: kait dan kunci, binatang,
matahari, bulan, bunga melati, serta pohon hayat dan bangunan yang
berisikan roh manusia yang telah meninggal dunia.
Lambat laun, dalam rentang waktu panjang, terjadilah penyempurnaan
pada teknik dan keterampilan bertenun sehingga terbentuklah sebuah jenis
tenunan baru yang dinamakan tapis. Jenis kain baru ini memiliki motif dan
ragam hias yang jauh lebih banyak ketimbang nampan dan pelepai karena
mendapat pengaruh dari kebudayaan Dongson di daratan Asia yang menyebar
ke wilayah Nusantara pada sekitar 200 SM, Hindu-Budha yang masuk sekitar
abad ke-5 Masehi, Islam, dan Oleh masyarakat Lampung yang memproduksi,
menggunakan, serta mengembangkan tapis sebagai sarana perlengkapa hidup,
umumnya menjadikannya sebagai perangkat serupa pusaka keluarga yang
hanya dipakai dalam setiap upacara adat sebagai penanda status sosial dalam
masyarakatnya yang terdiri dari: (1) punyimbang marga atau paksi yang
membawahi tiyuh (kampung), (2) punyimbang tiyuh yang membawahi
beberapa suku atau blik, dan (3) punyimbang suku yang membawahi
beberapa nuwow balak (rumah adat) Namun, seiring dengan perkembangan
zaman, tapis tidak hanya dipakai oleh kaum bangsawan melainkan juga orang
kebanyakan di Lampung. Selain itu, bentuk fisik, ragam hias serta makna
simbolis-filosofisnya pun juga ikut mengalami perkembangan dan perubahan.
Jika awalnya tapis dibuat khusus untuk keperluan-keperluan adat yang
melambangkan makna-makna tertentu, maka saat ini telah bergeser hanya

pada segi keindahannya serta untuk memperoleh keuntungan ekonomis


semata.
Hal ini terlihat dari semakin beragamnya derivasi produk tapis, baik
pada bentuk fisik maupun motif ragam hiasnya. Jika pada awalnya produk
tapis hanya berupa kain sarung adat untuk wanita bangsawan, maka saat ini
telah mengalami modifikasi dan diversifikasi sehingga tercipta berbagai
produk seni kerajinan tapis, seperti busana muslim, hiasan dinding, kaligrafi,
perlengkapan kamar tidur, tas, dompet, kopiah, tempat tisu, dan lain
sebagainya Perubahan yang terjadi pada kain tapis seiring dengan perubahan
masyarakat pendukungnya, seperti adanya interpretasi dan persepsi baru
terhadap tapis, keterbukaan terhadap berbagai inovasi, ide-ide, dan kreasi para
perajin tapis untuk melestarikan, mempertahankan serta mengembangkan seni
kerajinan tapis. Selain itu, perubahan juga terjadi karena berkembangan dunia
kepariwisataan Lampung sehingga banyak lembaga atau institusi pemerintah
maupun swasta di Lampung yang berusaha mengembangkan seni kerajinan
tapis dengan melakukan berbagai usaha pelatihan, penyuluhan, dan
pembinaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan teknis, jiwa
kewirausahaan, maupun manajemen usaha para perajin kain tapis.
2.3 Motif dan Ragam Hias Kain Tapis
Kekayaan alam Lampung sangat mempengaruhi terciptanya motif dan
ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali pun ragam hiasnya
tercipta dari alat yang sederhana, namun merupakan karya seni yang amat
tinggi nilainya. Jadi, tapis bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah
menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa
penenunnya. Motif dan ragam hias tersebut dari dahulu hingga sekarang
diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara
memola motif dan ragam hias itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang
tertentu dan tidak setiap penenun dapat membuatnya sendiri. Orang yang
menenun dan menyulam (mencucug) tinggal melaksanakan pola yang telah
ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya
kolektif.

Motif-motif dan ragam hias tapis Lampung diantaranya adalah: (1)


sasab; (2) belah ketupat; (3) tajuk berayun, tajuk bertemu, tajuk ombak, tajuk
bertali satu, tajuk berketik, tajuk bersarung, tajuk rangka, dan tajuk dipergaya;
(4) pucuk rebung; (5) geomteri berbentuk persegi menyerupai wajik; (6) ketak
ketik; (7) flora (sulur-suluran berbentuk tali yang berliku-liku pada tapis cucuk
andak dan inuh, dedaunan, sulur batang ranting, pohon hayat, dan bunga yang
membentuk simetris pada bidang kain dengan lebar lebih kurang 20
centimeter); (8) fauna (burung elang, merak, enggang), naga, hewan
tunggangan (kuda, kuda sembrani, gajah, kerbau), kupu-kupu, ikan, ayam
jago; (9) perahu yang pada zaman pra Islam mengandung makna sebagai
kendaraan arwah nenek moyang dari dunia bawah menuju dunia atas; (10)
candi; (11) pilin berganda variasi belah ketupat; (12) meander; (13) gunung
umpu; (14) manusia yang sedang menunggang kuda atau gajah dan memakai
mahkota atau bertanduk; (15) mata kibau; dan (16) bulan sabit dan bintang.
2.4 Bahan dasar Kain Tapis
Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional
masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang
katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai
untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistem sulam. Bahan-bahan
baku kain tapis antara lain :

Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang.

Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.

Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang.

Akar serai wangi untuk pengawet benang.

Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur.

Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.

Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.

Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.

Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru.

Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tapis Lampung Sebagai Pakaian Adat
Ciri khas yang tercermin dari bentuk, motif ornamen, dan makna
simbolik yang terkandung di dalam aksesori tradisional menunjukkan tingkat
perkembangan kebudayaan suku bangsa tersebut. Masyarakat Lampung
secara turun-temurun telah mewarisi keterampilan yang maju dalam
pembuatan aksesori tradisional khas daerahnya.
Fungsi

estetika

dari

aksesori

atau

perhiasan

adalah

untuk

memperindah penampilan pemakainya. Selain estetika, aksesori tradisional


memiliki fungsi sosial yaitu memberi ciri terhadap stratifikasi atau status
sosial si pemakainya di tengah masyarakat.
Di samping itu, aksesori tradisional juga memiliki fungsi simbolik.
Aksesori yang dikenakan memberikan pesan tersirat dan makna simbolik
tertentu, khususnya dalam ritual adat. Dari ketiga fungsi tersebut, aksesori
tradisional Lampung memiliki karakter yang lebih menonjol dalam fungsi
sosial serta fungsi simboliknya. Hal ini dapat dilihat dari aksesori yang
digunakan dalam prosesi pernikahan adat Lampung, setiap aksesori memiliki
makna simbolik yang spesifik.
3.2 Pakaian dan Perhiasan Adat Lampung
a. Pakaian Laki-Laki
1. Baju lengan panjang yang berwarna putih dengan celana panjang yang
berwarna putih/hitam.
2. Sarung tumpal adalah sejenis kain sarung yang ditenunkan dengan
benang mas. Kain ini dipakai setelah memakai celana panjang dari
pinggang sampai lutut.
3. Sesapuran adalah kain putih yang berupa rumbai ringgit dipakai
dibagian luar sarung tumpal.

4. Khikat akhir adalah sejenis selendang bujur sangkar kemudian


dilingkarkan kepundak menutup bahu, ujungnya diikat pada bagian
depan leher yang berwarna merah
b. Perhiasan Laki-Laki

7
1. Perhiasan kepala yang disebut dengan kopiah emas yang bagian
depanya beruji-ruji, meninggi di bagian tengahnya.
2. Perhiasan leher dan dada berupa perhiasan yang dikenakan dileher
hingga sebatas pinggang. Perhiasan leher yang dipakai laki-laki
adalah.

Kalung papan jajar, yaitu kalung pada bagian depan menyerupai


lempengan siger kecil atau perahu yang bersusun dengan jumlah 3
buah dengan ukuran yang berbeda. Makna yang terkandung adalah
merupakan symbol dari kehidupan yang baru yang akan mereka
arungi dan dilanjutkan secara turun temurun.

Kalung buah jukum yaitu bentuk buah jukum yang dirangkai


menjadi kalung. Melambangkan agar mereka mendapatkan
keturunan.

3. Perhiasan dada, yaitu selempeng jenis perhiasan kalung yang


digantung melintang dari bahu hingga pinggang. Yaitu selempeng
pinang (kalung panjang yang terdiri dari buah yang menyerupai
bunga.
4. Perhiasan pinggang yang berupa ikat pinggang dan keris. Ikat
pinggang pengantin laki-laki pepadun disebut bulu serti.
5. Perhiasan lengan dan tangan Perhiasan ini adalah sejenis perhiasan
yang umumnya dikenakan pada lengan atas siku dan pergelangan
tangan, yang dipakai adalah:

Gelang burung, bentuk gelang pipih bagian atas agak lebar dan
ditempel gambar burung garuda yang sedang terbang. Burung
garuda bagi masyarakat lampung bermakna dan sangat tinggi yaitu
lambing dunia atas, selain itu kendaraan bagi kedua mempelai
dalam mengarungi kehidupan yang panjang dalam kehidupan

kekerabatan. Dipakai pada lengan kiri dan kanan di bagian paling


atas.

Gelang kano, bentuk gelang nyerupai ban, bagian tengah


menyudur. Gelang kano di pakai dibagian kiri dan kanan dibawah
gelang burung garuda yang maknanya menyimbolkan setelah
berkeluarga diharapakn dapat membatasi perbuatanya dan
berusaha berbuat baik.

Gelang bibit yang dipakai di lengan kiri dan kanan dibawah


gelang kano. Makna simbolnya adalah agar mendapatkan
keturunan yang baik dan kelak menjadi suri tauladan bagi
keturunanya.

c. Pakaian Wanita
1. Sesapuran yaitu baju kuning tampa lengan panjang.
2. Selappai, yakni baju tampa lengan dibagian luar yang tidak dirangkai
pada kedua sisinya dan diberi lubang di bagian leher, terbuat dari
bahan brokat. Pada tepi bagian bawah berhias rumbai ringgit.
3. Bebe terbuat dari sulaman benang satin/sutra putih dan benang sutra
yang dibentuk menyerupai tali,kemudian dijahit bentuk bebe
menyerupai bunga teratai yang mengambang.
4. Katu tapis dewa sano yang bagian bawahnya digantungan rumpai
ringit dan kain tapis jung jarat.
5. Baju lengan panjang warna putih dilengkapi celana panjang putih atau
hitam. Pakaian warna putih sangat dominan dipakai oleh mempelai
laki-laki.
6. Sarung rumpai, adalah sejenis kain sarung yang ditenung dengan
benang emas. Kain ini dipakai setelah memakai celana panjang dari
pingang sampai kelutut.
7. Sesapuran, yaitu kain putih yang berupah rumbai ringgit dipakai
dibagian luar sarung tumpal.
8. Khikat akhir, adalah sejenis selendang bujur sangkar yang dibentuk
segitiga kemudian dilingkarkan kepundak menutupi bahu. Kedua
ujungnya diikat pada bagian depan leher, warna merah anggur, bahan

10

dasar berbentuk kotak kotak dibuat dengan teknik ditenun songket,


motif hias menggunakan benang emas, membentuk garis dan
geometris berupa bunga melati, pucuk rebung, meander, dan tabur
bunga.
d. Perhiasan Wanita

Perhiasan Kepala

1) Siger (sigor) yaitu mahkota yang dipakai dikepala pengantin wanita


yang melambangkan keangungan adat budaya dan tingkat kehidupan
terhormat. Siger suku masyarakat lampung pepaduan meruji ruji 9,
bagian belakang sama (siger tarubi). Banyaknya ruji yang berjumlah
sembilan sebagai lambang dari sembilan sungai yang mengalir
didaerah lampung, yaitu way sekampung, way semangka, way seputih,
way abung pareng, way sunkai ,way kanan, way tulang bawang dan
way mesuji.
2) Diatas siger dipasang kembang hias berupa mahkota kecil bersusun
tiga berbentuk menyerupai tanduk kerbau (seraja bulan) dan pada
bagian ujung ruji ruji siger dipasang hiasan bunga kecil kelopak daun
bunga (beringin tumbuh) yang melambangkan lima keratuan/kerajaan
yaitu ratu dipuncak, ratu dipemangilan, ratu dipunggung, ratu
dibelalau, dan ratu darah putih.
3) Selain itu juga melambangkan masyarakat lmpung memiliki lima
falsafah hidup yang disebut piil bersengiri yaitu pi;il pesengiri (rasa
harga diri), juluk adek (bernama bergelar), nemui nyimah (terbuka
tangan), nengah nyappur (hidup bermasyarakat), dan sakai sembayan
(gotong royong /tolong menolong).
4) Didalam bidang siger terdapat ragam hias sulur dan daun bunga melur/
melati empat buah kuntum bunga dan disetiap bunga memiliki empat
kelopak daun bunga yang melambangakan asal.
5) Peneken adalah perhiasan yang dikenakan melingkar sepanjang dahi
sebelum memakai siger. Bentuknya empat persegi panjang. Kedua
ujung meruncing terbuat dari kain belundru berwarna merah. Bagian

11

muka ditempel ragam hias dari kuninga dan permata berbentuk bulat
setengah lingkaran dan bunga.
6) Selapai siger, adalah hiasan yang dipasang diatas siger berbentuk
empat persegi panjang terbuat dari kain satin putih pada setiap ujung
dipasang uang ringit. Fungsinya sebagai hiasan diatas siger dan juga
berfungsi untuk membedakan antara siger yang dipakai oleh pengantin
pada saat upacara adat.
7) Subang/sesumping/anting-anting,

adalah

perhiasan

telinga

yang

dikenakan dengan cara digantung pada ujung daun telinga disebut


anting. Sedangkan yang dikenakan dirusukan pada ujung daun telinga
bagian bagian bawah disebut giwang/ subang dan yang dikenakan
dengan cara dijepitkan disebut sumping. Biasanya yang dipakai oleh
pengantin wanita pepadun adalah bentuk menyerupai buah kenari,
terdapat kawat kuningan dibentuk bulat agak lonjong yang fungsinya
sebagai sangkutan, bagian bawah terdapat umbai umbai.
8) Kembang rambut adalah utaian bunga melati yang dikenakan pada
rambut dibagian atas sangul (menutupi sangul) yang melambangkan
kesucian wanita.

Perhiasan Leher Dan Dada

1) Kalung papanjajar adalah kalung bagian depan meneyrupai lempengan


siger kecil atau perahu bersusun yang disusun kebawah yang
berjumlah tiga buah dengan ukuran yang berbeda. Makna simbolisnya
adalah merupakan dari simbol kehidupan baru yang akan mereka
arungi dan akan dilanjutkan secara turun temurun.
2) Kalung ringit/ dinar, kalung bagian muka berupah uang ringit sebanyak
sembilan buah.
3) Kalung buah jukum, adalah bentuk menyerupai buah jukum yang
dirangkai menjadi kalung. Makna simbolisnya agar mereka mendapat
keturunan.
4) Selempang pinang yaitu sejenis kalung panjang yang digantungkan
melintang kiri dan kanan dari bahu hingga pingang terdiri dari dua
buah menyerupai bunga.

12

Perhiasan Pingang
Bulu serti terbuat dari karton yang dibungkus dengan kain beludru
warna merah dibagian luar ditepel ragam hias bunga dan kelopak
bungadari bahan kuningan.

Perhiasan Tangan / Lengan


Perhiasan tangan / lengan yang dipakai pengantin wanita sama dengan
yang dipakai pengantin laki laki. Begitu juga dengan fungsi dan
maknanya gelang burung, gelang kano, gelang bibit, dan gelang
duri/durian/arap, hanya saja pada pengantin wanita memegang buah
mangis.

3.3 Penggunaan Kain Tapis Adat Lampung


Sebagaimana pakaian adat yang memiliki makna tersendiri bagi
masyarakatnya, kain tapis juga memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan
siapa dan kapan tapis tersebut digunakan. Masyarakat Lampung memiliki
banyak adat-istiadat yang masih mereka junjung tinggi hingga sekarang.
Tapis merupakan atribut adat yang selalu hadir dalam upacara-upacara adat
tersebut. Berikut jenis-jenis tapis berkaitan dengan keperluannya.
1. Tapis Jung Sarat, merupakan salah satu bagaian dari pakaian perkawinan
adat yang digunakan oleh mempelai wanita. Selain itu, tapis Jung sarat
juga digunakan oleh isteri-isteri kerabat atau saudara yang lebih tua ketika
menghadiri upacara pengambilan gelar. Seorang gadis yang ikut menari
dalam upacara adat juga menggunakan tapis Jung Sarat.
2. Tapis Raja Tunggal, dalam upacara pengambilan gelar pangeran atau
sultan, serta upacara perkawinan adat, isteri saudara paling tua biasa
menggunakan tapi sini. Sedangkan saat mengahadiri upacara adat, gadisgadis di daerah Abung Lampung Utara juga menggunakannya.
3. Tapis Raja Medal. Dalam upacara adat seperti, pengambilan gelar sutan
dan pangeran, isteri-isteri dari saudara paling tua menggunakan tapis
Raja Medal. Sedangkan dalam upacara perkawinan adat, pengantin wanita
di daerah Abung Lampung Utara menggunakan tapi sini.

13

4. Tapis Laut Andak. Dipakai pada acara tari adat oleh gadis-gadis penari,
dipakai pada acara pengambilan gelar sutan oleh Benulung sebagai
pengiring, serta dipakai pada acara adat oleh menantu perempuan.
5. Tapis Balak. Pada upacara pengambilan gelar dan upacara perkawinan
anak, Tapis balak biasa digunakan oleh adik perempuan dan kelompok
isteri anak seseorang yang sedang mengambil sebuah gelar pengeran.
Selain itu, tapi sini pada acara adat lainnya, juga dipakai oleh gadis-gadis
penari.
6. Tapis Silung. Pada upacara adat seperti perkawinan anak, khitanan,
pengambilan gelar dan sebagainya, Tapis Silung dipakai oleh orang tua
yang masih tergolong saudara dekat. Selain itu, dalam pengarakan
pengantin, Tapis Silung juga biasa Dipakai oleh kelompok orang tua yang
tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti perkawinan,
mendapatkan gelar serta khitanan. bisa juga digunakan untuk pengarakan
pengantin.

14

.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
3.1

Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan di atas maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tapis adalah sejenis kain tradisional berbentuk menyerupai sarung yang
dibuat dari tenunan benang katun (kapas) dengan motif beranekaragam,
seperti: geometris, manusia, menader, alam, flora, dan fauna yang disulam
memakai sistem cucuk dengan benang emas, benang sutera, dan atau
benang perak
2. Masyarakat Lampung secara turun-temurun telah mewarisi keterampilan
yang maju dalam pembuatan aksesori tradisional khas daerahnya.
3. Fungsi estetika dari aksesori atau perhiasan adalah untuk memperindah
penampilan pemakainya.
4. Tapis merupakan atribut adat yang selalu hadir dalam upacara-upacara
adat tersebut. Jenis-jenis tapis diantaranya adalah Tapis Jung Sarat, Tapis
Raja Tunggal, Tapis Raja Medal, Tapis Laut Andak, Tapis Balak, dan Tapis
Silung

4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai generasi penerus,
hendaknya dapat melestarikan adat kebudayaan yang ada karena khususnya
tapis sebagai pakaian adat ini memiliki ciri khas yang tercermin dari bentuk,
motif ornamen, dan makna simbolik yang terkandung di dalam aksesori

15

tradisional menunjukkan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat


Lampung.

DAFTAR PUSTAKA
14
1. Tresnasih, Ria Intani., dkk. 2006. Tapis Lampung. Bandung: Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Jarahnitra Bandung.
2. http://www.warungminum.wordpress.com
3. http://meandyouculture.blogspot.co.id/2016/06/pakaian-adat-lampungpakaian-yang-kaya.html
4. http://www.wisatatiga.com/2014/12/penggunaan-kain-tapis-adatlampung.html
5. http://www.visitlampung-2009.com
6. http://lili.staff.uns.ac.id, http://id.wikipedia.org

16

LAMPIRAN

Gambar 1. Tapis Jung Sarat sebagai motif pakaian adat Lampung

17

Gambar 2. Pakaian Tapis Raja Tunggal

Gambar 3. Kain Tapis sebagai motif pakaian dalam acara pernikahan

18

Gambar 4. Kain Tapis Siger

Gambar 5. Kain Tapis Perahu

19

Gambar 6. Pakaian tapis dengan motif dasar garis

Anda mungkin juga menyukai