Disusun oleh :
KELOMPOK 1
XII MIPA 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tentang Pembuatan
Songkok Recca.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
kesempatan lain
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................................1
BAB II ISI......................................................................................................................2
A. Kesimpulan.........................................................................................................7
B. Saran ..................................................................................................................7
LAMPIRAN...................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Songkok Recca?
2. Bagaimana cara membuat Songkok Recca?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan laporan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui proses pembuatan songkok recca.
2. Untuk mengetahui sejarah songkok recca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Songkok Recca
Pelopor :
Ciri khas tentara kerajaan Bone yang cukup mencolok pada masa lalu yaitu
dengan memakai sarung yang diikatkan di pinggang atau nama lainnya adalah
(Mabbida atau Mappangare’ Lipa’). Selain itu, Prajurit Tator juga mempunyai
kebiasaan memakai sarung tetapi diselempang yang biasa disebut (Massuleppang
Lipa), sehingga saat terjadi pertempuran di malam hari berikutnya pasukan tentara
jadi sulit dibedakan mana yang lawan ataupun kawan. Alasannya sederhana, baik
lawan maupun kawan (prajurit Tatot ataupun Bone) masing-masing memakai sarung.
Saat itu, terdapat aturan bagi pemakai songkok pamiring, di mana hanya
bangsawan berkedudukan sebagai raja, anak raja yang dianggap berdarah biru
(Maddara Takku), anak Mattola, boleh menggunakan songkok pamiring yang
seluruhnya terbuat dari emas murni atau dalam istilah bugis Ulaweng bubbu. Adapun
sebagian golongan yang disebut Arung Mattola Menre, Anak Arung Manrapi, Anak
Arung Sipue dan Anakkarung boleh memakai songkok pamiring dengan lebar emas
tiga-per-lima dari tinggi songkoknya.
Ada juga Golongan yang disebut Rajeng Matase, golongan ini boleh memakai
songkok pamiring dengan lebar emas setengah bagian dari tinggi songkoknya. Lalu,
golongan yang disebut Tau Deceng, Tau Maradeka dan Tau Sama juga diperbolehkan
memakai songkok recca berpinggiran emas. Sedangkan golongan yang disebut Ata
sama sekali tidak dibolehkan memakai songkok ini.
Songkok pamiring bukan lagi milik kaum berdarah biru, namun mereka yang
tau dan mengerti akan filosofi dari songkok pamiring ini, tidak akan memakainya
sembarangan. Selain menunjukkan karisma, songkok pamiring ini juga menunjukkan
siapa sebenarnya orang yang memakainya. Semakin banyak hiasan emas yang
menutupinya, songkok pamiring dikatakan semakin bagus. Hal ini menunjukkan
tingkat prestasi pemakainya.
Meninjau keberadaan songkok recca saat ini, sudah banyak daerah di luar
bone yang memproduksinya. Baik Songkok recca, pamiring atau songkok to bone,
ketiganya sama saja, hanya dibedakan oleh zaman. Alasan diberi nama songko recca
adalah karena terbuat dari serat pelepah daun lontar yang dipukul-pukul atau dalam
bahasa bugis yaitu: direca-reca. Pelepah daun tersebut dipukul hingga yang tersisa
hanyalah seratnya saja. Serat dari pelepah daun lontar, biasanya berwarna putih,
namun setelah beberapa jam kemudian warnanya akan berubah menjadi coklat, yang
nantinya akan berwarna hitam.
Alat :
1. Wennang pulewang
2. Recca ( bahan yang terbuat dari pelepah daun lontar yang dibakar kemudian
direndam dengan paddari hingga tipis dan halus)
3. Pattawe
4. Kulit pohon jambu mente
5. Lumpur hitam
Bahan :
Proses Pembuatan :
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun beberapa saran dari penulis yakni:
1. Kepada masyarakat Bone teruslah tingkatkan produksi kerajinan tangan Songkok
Recca agar dapat memperoleh hasil yang cukup banyak demi kebutuhan sehari-
hari. Kepada pemerintah setempat berilah perhatian yang lebih lagi untuk
masyarakat agar mereka dapat hidup dengan baik demi kesejahteraan keluarga dan
para pengrajin.
2. Untuk mempertahankan kerajinan songkok recca diharapkan usaha tersebut tidak
berhenti karena songkok recca diharapkan usaha tak berhenti karena songkok
recca merupakan ciri khas kabupaten Bone.
LAMPIRAN