Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
ridho-Nya makalah yang berjudul “Produk Kreatif” ini dapat diselesaikan.
26 Juli 2021
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberdayaan industri/ pengusaha kecil merupakan hal penting dan
patut mendapat perhatian dalam rangka membangun perekonomian nasional
yang adil dan merata, termasuk di dalamnya usaha kerajinan yang banyak
tumbuh dan berkembang wilayah Nusantara. Salah satu usaha kerajinan rumah
tangga yang perlu diapresiasi dan mendapatkan perhatian ialah kerajinan
Songko’ Recca di Desa Paccing, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone
dengan pertimbangan bahwa usaha kerajinan tersebut merupakan salah satu
andalan daerah setempat yang diharapkan dapat menyokong pertumbuhan
ekonomi masyarakatnya. Hanya saja kinerja usaha kerajinan Songko’ Recca
tersebut untuk menjadi sebuah industri yang mampu memenuhi harapan
masyarakatnya dan mengikuti perkembangan pasar masih sangat lamban yang
disebabkan oleh berbagai ha
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Songkok Recca?
2. Bagaimana Tari Maraneng Songkok Recca'?
3. Bagaimana Proses Pembuatan Songko Recca
4. Bagaimana Potensi pengembangan kerajinan Songko’ Recca ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Songkok Recca
2. Untuk Mengetahui Tari Maraneng Songkok Recca'
3. Untuk Mengetahui Proses Pembuatan Songko Recca
4. Untuk Mengetahui Potensi pengembangan kerajinan Songko’ Recca
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
besar dan bagi anak raja yang berasal dari keturunan Maddara Takku (berdarah
biru), anak Mattola, anak Matase’, dapat menggunakan songkok pamiring yang
seluruhnya terbuat dari emas murni atau dalam istilah bugis Ulaweng bubbu.
Maka dari itu Songkok To Bone ini banyak memiliki makna dan pesan
moral yang tinggi tentang nilai kehidupan sosial. Banyak pelajaran tentang
kehidupan dari songkok Recca’ seperti pentingnya menghormati yang tua dan
menghargai yang muda.
Hal Ini menunjukkan betapa tinggi dan berharganya nilai dari suatu
budaya yang telah diwarisi oleh orang terdahulu.
Di Kabupaten Bone Songkok Recca/Songkok To Bone diproduksi di Desa
Paccing Kecamatan Awangpone. Di daerah tersebut terdapat komunitas
masyarakat secara turun temurun menafkahi keluarganya dari hasil prosesi
mengayam pelepah daun lontar ini yang dinamakan Songkok Recca/Songkok
Pamiring/Songko’ To Bone.
Pentingnya mempertahankan budaya yang ada , karena mulai masuknya
budaya-budaya asing, dan Kurangnya filterisasi terhadap budaya asing yang
masuk ke daerah membuat budaya yang ada di tanah ini mulai luntur.
Membuat mereka buta akan sejarah, malu mengenakan pakaian adat, lebih
memilih untuk mengenakan busana budaya luar yang nyatanya hanya akan
merusak moral seseorang.
Berpengaruh negatif terhadap generasi muda yang kita harapkan agar
tetap dapat mempertahankan budaya.(Yasin)
(dari ure’ Ca/Serat pohon lontar) sampai menjadi bentuk songkok. Tarian ini
3
diperagakan oleh para anak dara dan Kallolona Tanah Bone kostum Adat Bugis
Bone, dihadapan para tamu Kehormatan Daerah. dengan Instrumen tarian ini adalah
Songkok Recca’ terbuat dari serat pelepah daun lontar dengan cara dipukul-
pukul
(dalam bahasa Bugis : direcca-recca) pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa
hanya seratnya. Serat ini biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah dua atau tiga
menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari. Jadi
serat yang berwarna hitam itu bukanlah karena sengaja diberi pewarna sehingga
menjadi hitam. Serat tersebut ada yang halus ada yang kasar, sehingga untuk
membuat songkok recca’ yang halus maka serat haluslah yang diambil dan sebaliknya
serat yang kasar menghasilkan hasil yang agak kasar pula tergantung pesanan.Untuk
menganyam serat menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang
terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai
songkok. Acuan atau assareng itulah yang digunakan untuk merangkai serat hingga
menjadi songkok. Ukuran Assareng tergantung dari besar kecilnya songkok yang
akan dibuat.
4
Songkok recca’ (songkok to Bone) menurut sejarah, muncul dimasa terjadinya
perang antara Bone dengan Tator tahun 1683. Pasukan Bone pada waktu itu
Tator.
recca dibuat dengan pinggiran emas (pamiring pulaweng) yang menunjukkan strata
sipemakainya. Akan tetapi lambat laun hingga sekarang ini siapapun berhak
dapat dikatakan, bahwa songkok recca yang biasa juga disebut sebagai Songkok To
Bone yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa orang Bone tersebut mendapat
masyarakat secara turun temurun menafkahi keluarganya dari hasil proses mengayam
pelepah daun lontar ini yang disebut Songkok Recca atau Songkok To Bone
5
C. Proses Pembuatan Songko Recca
a. Alat Assareng (kayu yang bulat, tebal,dan licin), pasok (tiang besi kecil yang
bentuknya seperti paku), pajjeppa (alat yang berbentuk lingkaran yang tipis dan
Recca agar lebih indah dan menarik ) Recca ( bahan yang terbuat dari pelapah
daun lontar yang dibakar, dan dikuliti kemudian direndam dan diraut dengan
paddari hingga tipis dan halus), pattawe (bahan yang terbuat dari pelepah daun
c. Proses Pembuatan Lisu : pattawe di ambil sebanyak 36 helai untuk Songkok Recca
biasa dan 24 helai untuk Songkok Recca emas. Kemudian diikat bagian bawahnya
dan disisipkan satu per satu atau selang-seling. Setelah jadi, anyam dengan benang
recca selebar 3 cm. setelah itu, dibuka ikatannya dan dianyam lagi hingga selebar
anyaman tadi diletakkan dulu pajjepa yang paling kecil selebar uang koin Rp.500.
Ribungai setelah anyaman Songkok Recca ini turun ke sisi assareng dan selebar
telapak tangan atau 8 cm, harus ribungai artinya hiasan-hiasan sisi Songkok Recca
selain wennang pulaweng. Biasanya hiasan ini berbentuk segitiga atau layang-
6
layang dan lain-lain. Tujuannya yaitu agar pada sisi “songkok recca” ini ada
ini harus rianeng. Maksudnya pattawe dan benang Recca harus diambil dua-dua
agar terlihat lebih jarang. Ritawei :setelah Rianeng, songkok Recca ini harus pula
Ritawei artinya menyisipkan satu per satu pattawe ke dalam aneng. Songkok
7
sebagai petani dan membantu pengolahan bahan baku pembuatan Songko’Recca. Hal
ini telah berangsung secara turun-temurun sehingga di desa tersebut dikenal luas oleh
masyarakat sebagai Desa sentra kerajinan Songko’Recca di Kabupaten Bone.
Pengembangan motif Songko’Recca yang ada di Desa Paccing sangat beragam antara
lain motif catur, motif lafaz Allah, motif tangga-tangga, dan motif ’maccidu-cidu’
atau kerucut. Hal ini terjadi karena ide kreativitas para perajin serta bahan yang
digunakan yaitu benang dengan pilihan warna yang beragam sehingga Songko’Recca
tidak lagi mengikuti warna pada umumnya yaitu hitam dengan pinggiran emas atau di
sebut ‘pamiring pulaweng.’ Selain ide kreativitas perajin, perubahan motif
Songko’Recca juga disebabkan karena bahan penghias Songko’Recca sudah mudah
didapatkan yaitu benang yang memiliki warna beraneka ragam serta banyak dijual di
toko-toko. Pada dasarnya bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
Songko’Recca masih tetap sama yaitu menggunakan pelepah daun lontar yang di
recca-recca atau di pukul-pukul hingga menjadi serat, serat yang dihasilkan pun ada 2
macam yaitu serat kasar yang lebih tebal berada pada pangkal daun lontar digunakan
sebagai rangka atau tulang Songko’Recca, sedangkan serat yang halus gulung seperti
benang. serat itulah yang di anyamdi pola atau cetakan yang disebut Assareng.
Assareng yang terbuat dari 13 kayu nangka kemudian di bentuk sedemikianrupa
sehingga menyerupai Songkok. Acuanatau Assareng itulah yang digunakan untuk
merangkai serat hingga menjadi Songkok
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Songkok atau peci merupakan identitas bagi kaum lelaki sebagai
mahkota kehormatan. Selain mencerminkan kegagahan seorang, songkok juga
kerap dijadikan sebagai simbol identitas adat dan kultur suatu daerah.
a. Alat Assareng (kayu yang bulat, tebal,dan licin), pasok (tiang besi kecil yang
bentuknya seperti paku), pajjeppa (alat yang berbentuk lingkaran yang tipis dan
berlubang kecil di tengahnya, terbuat dari tripleks atau plastic.
c. Proses Pembuatan Lisu : pattawe di ambil sebanyak 36 helai untuk Songkok Recca
biasa dan 24 helai untuk Songkok Recca emas. Kemudian diikat bagian bawahnya
dan disisipkan satu per satu atau selang-seling. Setelah jadi, anyam dengan benang
recca selebar 3 cm.